Mata kuliah Mikrobiologi Makanan membahas interaksi mikrobia dengan pangan, pengendalian pertumbuhan mikrobia, deteksi dan enumerasi mikrobia, kerusakan dan bahaya mikrobiologis pada pangan, serta penyakit melalui makanan."
Metabolit sekunder diproduksi oleh organisme untuk mempertahankan eksistensinya dan merespon lingkungan, seperti antibiotik yang dihasilkan bakteri untuk menghambat organisme lain dan mitotoksin yang dihasilkan fungi. Mikroorganisme laut seperti bakteri Pseudoalteromonas tunicata dan Bacillus sp. mampu memproduksi senyawa untuk menghambat organisme penyebab biofouling.
Teks tersebut membahas potensi biota laut sebagai sumber bahan baku obat masa depan. Penelitian terhadap biota laut seperti spons, moluska, echinodermata, dan rumput laut telah menemukan berbagai senyawa bioaktif yang berpotensi untuk pengobatan penyakit seperti kanker, TBC, radang sendi, dan asma. Laut memiliki potensi besar untuk menghasilkan obat-obatan baru.
Protein dan senyawa bioaktif dari sponge laut dan alga memiliki berbagai aktivitas biologis seperti sitotoksik, antibiotik, anti tumor dan inhibitor enzim. Namun, pengembangan produk alam laut di Indonesia masih dihadapkan pada kendala kurangnya informasi jenis biota, peta penyebarannya, serta fasilitas dan SDM yang memadai. Kerjasama kelembagaan diperlukan untuk mengatasi kendala tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang mikrobiologi yang mencakup pengertian dasar, klasifikasi, struktur sel, dan metode yang digunakan dalam mikrobiologi seperti pewarnaan, sterilisasi, dan mikroskopi."
Makalah ini membahas tentang kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme membutuhkan nutrisi seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur untuk pertumbuhan dan reproduksi. Terdapat empat fase pertumbuhan mikroba yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Pengendalian pertumbuhan mikroba dilakukan untuk mencegah penyakit dan gangguan, serta dapat dil
Dokumen tersebut membahas tentang syarat pertumbuhan bakteri, metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Faktor-faktor tersebut meliputi sumber karbon dan nitrogen, kondisi atmosfer, suhu, pH, serta interaksi antar populasi mikroba. Bakteri dapat tumbuh pada berbagai suhu dan kelembaban tertentu, serta dapat bereproduksi melalui pembelahan bin
Laporan ini membahas perkembangan larva ikan nila mulai dari telur yang dibuahi hingga menjadi larva muda. Telur ikan nila akan menetas menjadi larva setelah 4-5 hari kemudian diasuh oleh induk betina selama 11 hari.
Biokimia telah berkembang sejak penemuan pertama molekul enzim pada abad ke-19. Perkembangannya semakin pesat sejak pertengahan abad ke-20 dengan ditemukannya teknik-teknik baru seperti kromatografi dan spektroskopi. Penemuan penting lainnya adalah penemuan DNA dan perannya dalam mentransfer informasi genetik pada tahun 1950-an. Saat ini, biokimia diterapkan di berbagai bidang seperti
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
Ìý
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Makalah ini membahas tentang ekologi, mulai dari pengertian dan ruang lingkup ekologi, ciri-ciri populasi, komunitas, dan ekosistem beserta interaksinya, jenis-jenis ekosistem dan contohnya, rantai makanan dan aliran energi, piramida ekologi, siklus biogeokimia, hingga pengertian suksesi.
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
Ìý
Penelitian ini menguji pengaruh teknik adaptasi salinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan patin. Hasilnya menunjukkan bahwa adaptasi salinitas awal 1 ppt dan peningkatan 1 ppt per hari memungkinkan ikan bertahan hingga salinitas 27 ppt. Pada perlakuan lain, ikan mati pada salinitas 18-25 ppt. Hal ini menunjukkan pentingnya memberikan waktu adaptasi yang memadai bagi ikan patin untuk ber
Dokumen tersebut membahas manfaat biokimia dalam bidang pertanian, seperti memahami proses yang terjadi di dalam sel, mengatur gizi, mempelajari mekanisme kerja pestisida, dan meningkatkan kualitas produk pertanian melalui rekayasa genetika. Biokimia juga berperan dalam menanggulangi kerusakan lingkungan akibat pupuk kimia melalui penggunaan pupuk hayati.
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2Muhammad Yusuf
Ìý
Dokumen ini membahas prinsip-prinsip mikrobiologi pangan, termasuk sejarahnya, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada bahan pangan seperti pH, aktivitas air, suhu, dan kelembaban, serta sumber-sumber kontaminasi mikroba pada bahan pangan.
Protein dan senyawa bioaktif dari sponge laut dan alga memiliki berbagai aktivitas biologis seperti sitotoksik, antibiotik, anti tumor dan inhibitor enzim. Namun, pengembangan produk alam laut di Indonesia masih dihadapkan pada kendala kurangnya informasi jenis biota, peta penyebarannya, serta fasilitas dan SDM yang memadai. Kerjasama kelembagaan diperlukan untuk mengatasi kendala tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang mikrobiologi yang mencakup pengertian dasar, klasifikasi, struktur sel, dan metode yang digunakan dalam mikrobiologi seperti pewarnaan, sterilisasi, dan mikroskopi."
Makalah ini membahas tentang kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme membutuhkan nutrisi seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur untuk pertumbuhan dan reproduksi. Terdapat empat fase pertumbuhan mikroba yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Pengendalian pertumbuhan mikroba dilakukan untuk mencegah penyakit dan gangguan, serta dapat dil
Dokumen tersebut membahas tentang syarat pertumbuhan bakteri, metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Faktor-faktor tersebut meliputi sumber karbon dan nitrogen, kondisi atmosfer, suhu, pH, serta interaksi antar populasi mikroba. Bakteri dapat tumbuh pada berbagai suhu dan kelembaban tertentu, serta dapat bereproduksi melalui pembelahan bin
Laporan ini membahas perkembangan larva ikan nila mulai dari telur yang dibuahi hingga menjadi larva muda. Telur ikan nila akan menetas menjadi larva setelah 4-5 hari kemudian diasuh oleh induk betina selama 11 hari.
Biokimia telah berkembang sejak penemuan pertama molekul enzim pada abad ke-19. Perkembangannya semakin pesat sejak pertengahan abad ke-20 dengan ditemukannya teknik-teknik baru seperti kromatografi dan spektroskopi. Penemuan penting lainnya adalah penemuan DNA dan perannya dalam mentransfer informasi genetik pada tahun 1950-an. Saat ini, biokimia diterapkan di berbagai bidang seperti
COVER SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMA...Mustain Adinugroho
Ìý
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Makalah ini membahas tentang ekologi, mulai dari pengertian dan ruang lingkup ekologi, ciri-ciri populasi, komunitas, dan ekosistem beserta interaksinya, jenis-jenis ekosistem dan contohnya, rantai makanan dan aliran energi, piramida ekologi, siklus biogeokimia, hingga pengertian suksesi.
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
Ìý
Penelitian ini menguji pengaruh teknik adaptasi salinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan patin. Hasilnya menunjukkan bahwa adaptasi salinitas awal 1 ppt dan peningkatan 1 ppt per hari memungkinkan ikan bertahan hingga salinitas 27 ppt. Pada perlakuan lain, ikan mati pada salinitas 18-25 ppt. Hal ini menunjukkan pentingnya memberikan waktu adaptasi yang memadai bagi ikan patin untuk ber
Dokumen tersebut membahas manfaat biokimia dalam bidang pertanian, seperti memahami proses yang terjadi di dalam sel, mengatur gizi, mempelajari mekanisme kerja pestisida, dan meningkatkan kualitas produk pertanian melalui rekayasa genetika. Biokimia juga berperan dalam menanggulangi kerusakan lingkungan akibat pupuk kimia melalui penggunaan pupuk hayati.
Mikrobiologi pangan bab 1 - prinsip mikrobiologi pangan 2Muhammad Yusuf
Ìý
Dokumen ini membahas prinsip-prinsip mikrobiologi pangan, termasuk sejarahnya, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada bahan pangan seperti pH, aktivitas air, suhu, dan kelembaban, serta sumber-sumber kontaminasi mikroba pada bahan pangan.
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxssuser04c576
Ìý
Mikrobiologi memainkan peran penting dalam bioteknologi pangan melalui fermentasi yang menggunakan mikroba untuk mengubah rasa, tekstur, dan nilai gizi makanan. Mikroba yang bermanfaat antara lain bakteri asam laktat untuk membuat yoghurt dan keju, jamur Rhizopus untuk tempe, dan ragi Saccharomyces untuk roti dan minuman beralkohol.
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganiswahyuniSRK
Ìý
1. hubungan antara manusia dan mikroorganisme
2. flora normal pada kulit
3. flora normal pada mata
4.flora normal pada slauran pernafasan
5. flora normal pada saluran pencernaan
5 pertumbuhan dan perkembangan mikroba (1)iinmashar
Ìý
Kurva pertumbuhan mikroba terdiri dari fase lag, fase log/eksponensial, dan fase kematian. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba antara lain pH, aktivitas air, potensial redoks, kandungan nutrisi, senyawa antimikroba, dan struktur biologis bahan makanan. Mikroba akan tumbuh pada kondisi pH, aktivitas air, dan potensial redoks tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang kimia bahan alam organik. Ia menjelaskan potensi senyawa organik yang dihasilkan dari biota darat dan laut, seperti alkaloid, flavonoid, dan senyawa lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan cara mengidentifikasi senyawa bioaktif seperti alkaloid melalui ekstraksi dan uji fitokimia.
Nutrien merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi pertumbuhan tanaman padi. Tanaman padi membutuhkan nutrien tertentu seperti nitrogen, fosfor, dan kalium dalam jumlah minimum untuk dapat tumbuh dengan baik. Jika kebutuhan akan nutrien ini tidak terpenuhi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terhambat.
Materi ini merupakan materi pengantar untuk mata kuliah Pengawasan Mutu Makanan. Mata kuliah ini merupakan gabungan dari mata kuliah Mikrobiologi Pangan dan Pengawasan Mutu Makanan.
Mikrobiologi adalah kajian mengenai organisme hidup berukuran mikroskopis seperti virus, bakteri, archaea, protozoa, algae, dan fungi. Dokumen ini menjelaskan definisi mikrobiologi dan sejarah penemuan mikroorganisme beserta tokohnya, serta persyaratan fisik dan kimia yang dibutuhkan mikroba untuk pertumbuhannya.
1. 1
MIKROORGANISME PENYEBAB KERUSAKAN PADA IKAN DAN
HASIL PERIKANAN LAINNYA
Oleh :
Daniel H. Ndahawali
Abstract
Microorganisms can cause a variety of changes in both biochemical and physically
that can cause unwanted properties, which in turn leads food damaged and rot.
Best efforts to maintain the quality of the fishery products as follows : (1) reducing
the number of microorganisms and enzymes, where spoilage bacteria found on
the skin and especially on the gills and intestinals; (2) Killing or inhibiting the
activity of bacteria and enzymes with use of low temperatures, high temperature,
moisture reduction, use of antiseptics and radiation; (3) Protecting fishery
products from bacterial contamination and cause other damage that comes from
outside.
I. Pendahuluan
Sebagai sumber pangan ikan dan hasil perikanan lainnya merupakan
komoditi yang mudah busuk. lkan mulai mengalami proses pembusukan sejak
pertama kali ditangkap. Proses pembusukan ini dapat disebabkan oleh aktivitas
enzim, aktivitas mikroorgnisme yang terdapat dalam tubuh ikan itu sendiri, atau
karena adanya proses oksidasi pada lemak tubuh oleh udara. Tubuh ikan
mengandung air yang cukup tinggi yaitu 60-80 % serta mempunyai pH tubuh
mendekati netral yaitu pH 7,2 sehingga bisa menjadi media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri pembusuk. Disamping itu, daging ikan juga memiliki
tenunan pengikat tendon yang sedikit hingga mudah dicerna oleh enzim
autolisis. Selanjutnya menurut Moeljanto (1992), daging ikan sangat cepat
mengalami pembusukan bagaimanapun baiknya penanganan yang dilakukan,
tidak akan mungkin membuat ikan tetap segar. Namun yang diusahakan adalah
menghambat proses pembusukan (penguraian jaringan) sehingga dapat
disimpan lebih lama dalam keadaan baik dan masih layak untuk dikonsumsi.
Mikroorganisme dapat menimbulkan bermacam perubahan baik secara
biokimiawi maupun fisikawi yang dapat menyebabkan timbulnya sifat-sifat yang
tidak dikehendaki atau yang tidak disukai dan akhirnya menjurus pada
kerusakan secara keseluruhan yaitu menjadi bahan pangan menjadi busuk,
namun demikian masih sulit untuk mengetahui perubahan mana yang terjadi
lebih dahulu, sehingga dapat ditentukan secara pasti tahap permulaan
terjadinya perubahan yang disebabkan oleh mikorganisme walapun berbagai
cara pengujian kimiawi dan mikrobiologis serta pegujian fisikawi dapat
dikerjakan untuk mengetahui kerusakan ikan dan hasil perikanan lainnya.
Sebagai contoh dari keadaan fisiknya dapat diketahui dengan timbulnya lendir,
warna permukaan badan yang suram, dan mata keruh namun semua hanya
merupakan dampak dari kerusakan yang sesungguhnya sudah sampai pada
2. 2
tahap lanjut. Selanjutnya secara kimiawi, kerusakan ikan dapat diketahui
dengan adanya perubahan pH pada daging ikan, timbulnya asam, timbulnya zat
bau yang tidak sedap, sedangkan cara mikrobiologis pada umumnya kurang
praktis digunakan untuk mengetahui kerusakan ikan karena lamanya waktu
yang diperlukan untuk analis di laboratorium.
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok
kimia sel. Hal tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan replikasi
seluruh struktur, organel, dan komponen protoplasma seluler dengan adanya
nutrien dalam lingkungan sekelilingnya. Dalam pertumbuhan bakteri, semua
substansi esensial harus tersedia untuk sintesis dan pemeliharaan
protoplasma, dengan sumber energi, dan kondisi lingkungan yang sesuai.
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dalam pangan ditentukan dari
berbagai faktor yang saling terkait. Berbagai faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan antara lain ditentukan oleh
karateristik fisika-kimia pangan (faktor intrinsik), dan kondisi lingkungan
penyimpanan (faktor ekstrinsik), (Adams dan Moss, 2008).
a. Faktor intrinsik pangan
Ketersediaan Nutrisi
Mikroorganisme membutuhkan zat nutrisi pokok tertentu untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan fungsi-fungsi metabolismenya. Jumlah dan
jenis zat nutrisi yang dibutuhkan tergantung dari masing-masing
microorganisme itu sendiri. Zat nutrisi termasuk air, karbohidrat, protein, dan
lemak, nitrogen, vitamin dan mineral.
Menurut Ray (2004), pertumbuhan mikroorganisme dicapai dengan
melakukan sintesa komponen seluler dan energi. Hampir semua pangan
termasuk ikan dan hasil perikanan lainnya mengandung 5 kelompok utama
nutrisi, baik yang secara alami sudah ada atau yang ditambahkan ke dalam
pangan dan setiap nutrisi memiliki jumlah yang sangat bervariasi sesuai
dengan jenis pangan. Pada umumnya, pangan hewani memiliki kandungan
protein, lipida, mineral dan vitamin yang tinggi, tetapi rendah kandungan
karbohidrat. Mikroorganisme alami dalam pangan membutuhkan nutrisi
yang bervariasi dan bakteri mempunyai kebutuhan nutrisi paling tinggi yang
diikuti oleh khamir dan kapang.
Asam-asam amino merupakan sumber nitrogen dan energi oleh
kebanyakan mikroorganisme dimana sumber-sumber nitrogen berasal urea,
amonia, kreatin dan metilamin. Selanjutnya mineral-mineral yaang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorgnisme seperti fosfor, besi,
magnesium, sulfur, mangan, kalsium dan potasium, dan umumnya jumlah
mineral yang dibutuhkan relatif sedikit.
3. 3
Aktivitas air
Aktivitas air (aw ) adalah ukuran ketersediaan air untuk fungsi biologis
mikroorganisme dan berhubungan dengan keberadaan air bebas dalam
pangan. Dalm bahan pangan air dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) air
terikat secara kimia, (2) air terikat secara fisik, dan (3) air bebas. Menurut
Sopandi dan Wardah (2013) air bebas dalam pangan diperlukan untuk
pertumbuhan mikroba yang akan digunakan untuk transpor nutrisi,
pengeluaran material limbah, melaksanakan reaksi enzimatis, sintesis
komponen seluler dan mengambil bagian dalam reaksi biokimia yang lain
seperti hidrolisis polimer menjadi monomer misalnya menjadi asam amino.
Setiap kelompok atau spesies mikroba mempunyai kadar aw optimum dan
maksimum yang berbeda untuk pertumbuhan. Secara umum nilai aw untuk
kapang adalah 0,8, khamir 0,6 dan kebanyakan bakteri memiliki aw 0,90
untuk bakteri gram positif dan 0,93 untuk bakteri gram negatif.
Nilai pH
Nilai pH pangan sangat bervariasi, bergantung pada jenis pangan.
Berdasarkan nilai pH pangan dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pangan
yang mempunyai keasaman tinggi (nilai pH di bawah 4,6) dan keasaman
rendah (nilai pH 4,6 atau lebih). Daging dan ikan termasuk pangan yang
memiliki pH yang tinggi dengan nilai pH 4,1 – 4,4. Menurut Adams dan Moss,
2008), keasaman atau kebasaan lingkungan berpengaruh terhadap aktivitas
dan stabilitas makromolekul seperti enzim sehingga menghambat
pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme. Nilai pH pangan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan viabilitas sel mikroba dan sedikit
berpengaruh terhadap dua aspek respirasi sel mikroba, yaitu berpengaruh
terhadap fungsi enzim dan transpor nutrisi ke dalam sel (Jay, 2000).
Potensial Rekdos dan Oksigen
Potensial redoks atau oksidasi-reduksi (O-R) dinyatakan sebagai Eh,
yang merupakan unit listrik dalam milivolt (mV). Kisaran oksidasi dinyatakan
dalam +mV dan kisaran reduksi dalam –mV. Substansi redoks dalam sistem
biologi mempunyai peranan proses pembentukan energi. Oksigen bebas
yang berada dalam sistem akan bertindak sebagai aseptor elektron.
Beberapa komponen tanpa oksigen seperti NO3 dan SO4 akan menerima
elektron, sehingga keberadaan oksigen dalam sistem tidak memerlukan
reaksi oksidasi reduksi (Brown dan Emberger, 1980 dalam Sopandi dan
Wardah, 2013). Pertumbuhan mikroorganisme dalam kondisi adanya oksigen
bebas maupun tanpa adanya oksigen dikelompokan menjadi
mikroorganisme aerob, anaerob, fakultatif anaerob, atau mikroaerofil.
Mikroorganisme yang bersifat aerob adalah yang membutuhkan oksigen
bebas untuk menghasilkan energi dan oksigen bebas akan berperan sebagai
aseptor elektron akhir melalui respirasi aerobik. Selanjutnya fakultatif
anaerob dapat menghasilkan energi jika tersedia oksigen atau komponen
tanpa oksigen seperti NO3 atau SO4 sebagai aseptor elektron akhir melalu
respirasi anaerobik.
4. 4
Pertumbuhan mikroorganisme dan kemampuannya untuk
menghasilkan energi melalui rekasi metabolik bergantung pada potensial
redoks pangan. Kisaran Eh untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah +500
sampai +300 mV, fakultataif anaerob +300 sampai +100 mV, dan obligat
anaerob +100 sampai -250 mV (Ray, 2004).
b. Faktor Ekstrinsik Pangan
Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif berhubungan dengan dengan aw , yaitu ukuran
aktivitas air pada fase gas. Air akan dipindahkan dari fase gas ke pangan
dengan aw yang rendah yang disimpan dalam lingkungan yang mempunyai
kelembaban relatif tinggi. Proses peningkatan aw tersebut memerlukan
waktu lama, tetapi pada permukaan pangan akan terjadi kondensasi
sehingga di lokasi tertentu aw tinggi. Daerah yang mempunyai aw tinggi dapat
menjadi tempat memulai pertumbuhan mikroorganisme (Adams dan Moss,
2008). Pangan yang mempunyai permukaan mudah mengalami kerusakan
oleh kapang, khamir dan beberapa bakteri sehingga harus disimpan pada
kelembaban yang relatif rendah.
Suhu
Mikroorganisme mempunyai memiliki kisaran suhu yang berbeda untuk
tumbuh dan berkembang. Psikrofilik merupakan golongan mikroorganisme
yang tumbuh pada suhu refrigerasi (0-5oC) dengan mengabaikan kisaran
suhu pertumbuhan. Psikrofilik pada umumnya dapat tumbuh dengan cepat
pada suhu antara 10-30 oC. Kapang, khamir dan beberapa bakteri gram
negatif dari genus Pseudomonas, Achromobackter, Yersnia, Serratia,
Aeromonas, bakteri gram positif dari genus Leunostoc, Lactobacillus,
Bacillus, Clostridium dan Listeria termasuk dalam kelompok bakteri Psikrofil.
Mikroorganisme yang dapat bertahan hidup pada suhu pasteurisasi disebut
Thermofilik. Spesies dari genus Micrococcus, Bacillus, Clostridium,
Lactobacillus, Pediococcus, Enterococcus serta bakteri pembentuk spora
termasuk dalam kelompok Thermofilik (Ray, 2004)
Tabel 01. Kisaran suhu bagi kehidupan Bakteri
Jenis Bakteri Suhu minimum Suhu Optimum Suhu maksimum
Thermofilk 25 – 45 oC 50 - 55 oC 60 – 80 oC
Mesofilik 5 – 25 oC 25 – 37 oC 43 oC
Psikrofilik 0 oC 14 – 20 oC 30 oC
Sumber : Murniyati dan Sunarman (2000)
Gas Atmosfir
Atmosfir mengandung sekitar 20% Oksigen yang merupakan
komposisi gas penting yang kontak dengan pangan normal. Komposisi gas di
atmosfir berpengaruh terhadap potensial redoks, serta menentukan
perkembangan dan laju pertumbuhan mikroorganisme dalam pangan.
5. 5
Menurut Adams dan Moss (2008), karbondioksida mempunyai efek yang
berbeda terhadap mikroorganisme. Kapang dan bakteri gram negatif
oksidatif lebih sensitif, tetapi bakteri gram positif khususnya lactobacili
cenderung lebih resisten. Penghambatan pertumbuhan umumnya lebih tinggi
pada kondisi aerobik jika dibandingkan dengan kondisi anaerobik serta efek
penghambatan akan meningkat dengan penurunan suhu.
III. Jenis-jenis Mikroorganisme Penyebab Kerusakan Pada Hasil Perikanan
Hasil perikanan seperti ikan, krustasea (udang, lobster, kepiting) dan
moluska (tiram dan remis) merupakan jenis pangan yang kaya akan protein
dan noprotein nitrogen dengan kandungan lemak bergantung pada jenis dan
musim. Ikan dan kerang kecuali moluska mempunyai kadar karbohidrat yang
rendah dengan kandungan glikogen sekitar 3%. Populasi mikroorganisme
pada produk pangan tersebut sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh tingkat
polusi dan suhu air. Berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan protozoa dapat
berada dalam ikan dan kerang mentah . Daging ikan dan kerang adalah steril
tetapi sisik, insang dan intestinal merupakan tempat hidup mikroorganisme.
Ikan dan krustasea dapat mengandung bakteri sebanyak 103-8 sel/gram .
Pada umumnya hewan dari lingkungan laut dapat mengandung bakteri
Halofilik vibrio, Pseudomonas, Alteromonas, Flvobacterium, Enterococcus,
Micrococcus, Coliforms, dan Patogen seperti Vibrio parahemolyticus,
V. vulnificus, dan Clostridium type E. Ikan air tawar secara umum
mengandung Pseusdomonas, Flavobacterium, Enterococcus, Micrococcus,
Bacillus dan Koliforms. Ikan dan kerang yang di panen dari air yang tercemar
kotoran hewan dapat mengandung Salmonella, Shigella, Clostridium
perfringens, Vibrio cholerae, virus hepatitis A dan virus Norwalk (Sopandi
dan Wardah, 2013).
Menurut Hadiwiyoto (1993), secara umum bakteri gram negatif dari
golongan Pseudomonas dan Acromobacter yang dapat menghasilkan asam
dan aldehida yang memegang peranan besar pada pembusukan hasil
perikanan, disusul golongan Flavobacterium. Ketiga bakteri ini menyebabkan
hasil perikanan menjadi basi dan makin lama makin menjadi busuk.
Sementara itu golongan Micrococcus dan Bacillus jarang menyebabkan
kerusakan meskipun kedua bakteri ini juga tidak boleh diabaikan.
Pediococcus halophilus dan Pediococcus cereviceae dapat menyebabkan
timbulnya asam bebas. Dari golongan bakteri Laktobasili, Koli dan
Streptococci dan golongan Yeast banyak pula yang dapat menimbulkan
kerusakan dengan menimbulkan asam yaitu yang berperan pada fermentasi
asam laktat dari gula. Bakteri Leuconostoc mesentroides dapat merubah
gula reduksi menjadi dekstran yang dapat menutup seluruh permukaan
tubuh ikan berupa lendir. Selanjutnya dari golongan Pseudomonas juga
dapat memecah rangkaian karbohidrat dengan enzim-enzim oksidase yang
dihasilkan kemudian menimbulkan pewarnaan pada ikan, misalnya
Pseudomonas flourescence dapat menimbulkan noda berwarna kuning atau
kuning kehijauan sebelum ikan menjadi busuk, kemudian Micrococcus,
Sarcina, dan Bacillus dapat menimbulkan noda-noda berwarna merah.
6. 6
Sementara itu jamur dan yeast dapat menimbulkan pewarnaan berupa noda-
noda berwarna coklat pada ikan.
Pada jenis ikan kod dan haddock yang telah menjadi busuk banyak
ditemukan Pseudomonas putrefaciens sementara penyebab kerusakan
paling banyak pada udang yang berasal dari sungai yaitu Pseudomonas dan
Achromobacter, Bacillus, Flavobacterium, Lactobacillus, Micrococcus,
Sarcina, Staphilococcus, Alcalineus, dan Proteus yang juga diketahui
merupakan penyebab kerusakan pada ikan dan udang. Kerusakan pada
jenis kepiting banyak disebabkan oleh bakteri Pseudomonas, Achromobacter
dan Proteus sedangkan pada lobster disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas, Alcaligenus, Flabobacterium, dan Bacillus. selain bakteri
tersebut, jenis-jenis bakteri klostrida yang berbahaya (patogen) dimana
dapat menyebabkan kerusakan hasil perikanan. Tipe kerusakan hasil
perikanan yang disebabkan oleh bakteri klostrida dapat yaitu kerusakan
protein maupun komponen lainnya tergantung pada jenis klostridianya.
Golongan klostridia tipe A, B, dan F menimbulkan kerusakan yang sifatnya
proteolitik, golongan tipe C, D, dan E menimbulkan kerusakan yang sifatnya
non proteolitik, sedankan golongan klostridia tipe G dapat menimbulkan
kerusakan kedua-keduanya (Hadiwiyoto, 1993).
Selain bakteri pembusuk yang berperanan, terindentifikasi pula beberapa
bakteri yang dapat menghasilkan zat bau, misalnya bakteri Streptomyces
menyebabkan ikan berbau busuk. Bakteri penghasil amonia adalah Bacillus
subtilis, Escherichia coli, Proteus vulgaris, dan Clostridium sporogenus.
Yeast Saccharomyces cereviceae diketahui dapat menimbulkan
terbentuknya ammonia dan pemecahan asam glutamat. Bakteri golongan
klostridia misalnya Clostridium botulinum, Clostridium posteurianium,
Clostridium sporogenus dapat menghasilkan enzim hidrogenase yang
menyebabkan unsur ferredoiksin dapat tereduksi menghasilkan gas
hidrogen, sementara itu bakteri Eschericia coli dan Aerobacter aerogenus
selain dapat menghasilkan gas hidrogen juga dapat menghasilkan gas
karbondioksida. Pseudomonas dan Actinomyces, Achromobacter
menghasilkan senyawa-senyawa sulfida. Pseudomonas putrifaciens
menghasilkan senyawa-senyawa propionalheida, metilmerkaptan,
dismetilsufida, dimentiltrisulfida dan trimetilamin pada daging ikan.
Senyawa-senyawa yang dihasilkan ini menimbulkan bau yang tidak sedap.
Bau seperti tanah yang sering dijumpai pada ikan salem disebabkan oleh
golongan yang banyak dijumpai di air. Senyawa yang berbau busuk
terkadang bersifat racun, misalnya putresin, kadaverin, histamin. Bakteri
Streptomyces fradiae dan Streptomyces microflavor dapat merusak sisik ikan
yang mengandung keratin menjadi putresin pada keadaan pH 8,5 – 9,5,
Bacillus cadaveris, Eschericia coli, dan Clostridium lyticum diketahui
menghasilkan kadaverin yang menimbulkan bau busuk.
7. 7
IV. Penutup
Telah diketahui bahwa kerusakan (pembusukan) ikan dan hasil
perikanan lainnya disebabkan oleh aktivitas enzim dan mikroorganisme. Oleh
karena itu menurut Murniyati dan Sunarman (2000), untuk mencegah
pembusukan akan sangat efektif kedua penyebab utama itu dihilangkan,
dibunuh dan dicegah kedatangan penyebab lain yang berasal dari luar.
Sampai saat ini manusia baru berhasil memperlambat atau menunda proses
kerusakan atau pembusukan tersebut. Usaha terbaik yang dapat dilakukan
manusia untuk mempertahankan mutu hasil perikanan terhadap
pembusukan, sebagai berikut : (1) mengurangi jumlah bakteri dan enzim,
bakteri terdapat pada bagian kulit dan terutama pada insang dan isi
perutnya, sedang enzim pada daging dan sebagian besar pada perutnya.
Jika setelah ditangkap dibuang isi perutnya dan insangnya serta kemudian di
cuci bersih, dihilangkan lendir-lendirnya maka sebagian besar bakteri
pembusuk dan ezim akan terbuang; (2) memusnahkan atau menghambat
kegiatan bakteri dan enzim, Bakteri yang tertinggal pada ikan dapat diperangi
dengan berbagai cara antara lain penggunaan suhu rendah, penggunaan
suhu tinggi, penurunan kadar air, penggunaan antiseptik dan penyinaran
atau radiasi; (3) Melindungi hasil perikanan dari kontaminasi bakteri dan
penyebab kerusakan lain yang datang dari luar, pengawetan tidak akan
banyak berarti jika ikan atau hasil perikanan yang diawetkan tidak dilindungi
dari penyebab kerusakan baru yang datang dari luar. Kerusakan ikan dan
hasil olahan perikanan dari luar antara lain : (a) pembusukan akibat
pencemaran bakteri dari air, pembungkus dari ikan lain dan sebagainya, (b)
oksidasi lemak yang menimbulkan bau tengik, (c) kerusakan-kerusakan fisik
karena serangga, jamur, kecerobohan dalam penanganan dan sebagainya.
Untuk melindungi hasil perikanan terhadap kerusakan-kerusakan ini
kita harus melakukan sanitasi dan hygiene baik dalam proses penanganan,
pengemasan/pengepakan yang baik serta usaha-usaha proteksi lainnya.
Gambar 01. Beberapa jenis Bakteri Patogen Pada Hasil Perikanan
PerPerikananpatogePatoppatogen
Eschericia coli
PerPerikananp
atogePatoppat
ogen
Staphylococcus sp Salmonella spPseudomonas spClostridium perfringens
8. 8
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.R and M.O. Moss, 2008. Food Microbiology. Third Ed. The RSC. Pub.
Cambridge CB
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Liberty
Yogyakarta.
Jay, J.M.,2000. Modern Food Microbiology, Aspen Pub. Gaitherburg. Maryland
Murniyati, A.S., Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan Ikan.
Penerbit Kanasius
Moejilianto, 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit PT
Penebar Swadaya, Jakarta
Ray, B., 2004. Fundamental Food Microbiology. CRF Press: Boca Ratton
Sopandi, T dan Wardah, 2013. Mikrobiologi Pangan (Teori dan Praktek). Penerbit
ANDI Yogyakarta