ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
1
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru
berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan
persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Profesi guru
pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan
pengetahuan peserta didik. Tetapi, beberapa dasawarsa terakhir konsep, persepsi
dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser. Hal itu selain karena
perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap integritas seseorang
yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena
perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama
bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong pengembangan
media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam perkembangan
berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema eksistensial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Citra Guru Profesional ?
2. Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Citra Guru ?
3. Bagaimana Identifikasi dan Contoh Citra Guru ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Definisi Citra Guru
2. Menjelaska Citra Guru dari Masa ke-masa
3. Mengetahui Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Citra Guru
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut kamus besar bahasa indonesia terdapat pengertian kata citra dan
profesional
Citra merupakan gambaran, rupa, gambaran yang dimiliki mengenai orang
banyak, mengenai pribadi, organisasi atau produk, kesan mental yang ditimbulkan
oleh sebuah kata, fase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam
karya prosa untuk evaluasi
Profesi merupakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan atau pendidikan
tertentu
Profesional, berkenaan dengan pekerjaan, berkenaan dengan keahlian,
memerlukan kepandaian khusus untuk melaksanakannya, mengharuskan
citra adanya pembayaran untuk melakukannya
Profesionalisme merupakan kualitas, mutu dan tindak tanduk yang
merupakan suatu profesi
Guru (dalam bahasa jawa) seorang yang harus digugu dan harus ditiru oleh
semua muridnya. Harus di gugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya
senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala
ilmu pengetahuan yang datang dari guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang
tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya
seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir,
cara bebicara, hingga cara berprilaku sehai-hari. Sebagai seorang yang harus
digugu dan ditiru seorang dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa
dominannya bagi murid.
Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan satu komponen yang
sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode,
sarana dan prasarana lingkungan, dan evaluasi
3
Guru profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang
berbentuk multidimensional guru yang demikian adalah guru yang secara internal
memenuhi kriteria administratif, akademis dan kepribadian.
Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru
berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan
persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Profesi guru
pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan
pengetahuan peserta didik. Tetapi, beberapa dasawarsa terakhir konsep, persepsi
dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser.
Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap
integritas seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga
karena perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi,
terutama bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong
pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam
perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami
dilema eksistensial.
Slogan pahlawan tanpa tanda jasa senantiasa melekat pada profesi guru.
Hal ini didasarkan pada pengabdiannya yang begitu tinggi dan tulus dalam dunia
pendidikan. Tidak hanya itu, sikap kearifan, kedisiplinan, kejujuran, ketulusan,
kesopanan serta sebagai sosok panutan menjadikan profesi satu ini berbeda
dengan yang lain. Lantaran tanggung jawab dari profesi guru tidak berhenti pada
selesai ia mengajar, melainkan keberhasilan siswa dalam menangkap, memahami,
mempraktekkan serta mengamalkan ilmu yang diterima dalam kehidupan sehari-
hari baik langsung maupun tak langsung.
Hal ini membuat citra seorang guru di mata masyarakat selalu berada di
tempat yang lebih baik dan mulia. Djamin (1999) mengemukakan citra guru
mempunyai arti sebagai suatu penilaian yang baik dan terhormat terhadap
4
keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang profesi ideal dalam
lingkup fungsi, peran dan kinerja.
Citra guru ini tercermin melalui:
Keunggulan mengajar,
Memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, dan
Memiliki hubungan yang harmonis pula terhadap sesama teman seprofesl
dan pihak lain baik dalam sikap maupun kemampuan profesional.
Dari sudut pandang peserta didik, citra guru ideal adalah seseorang yang
senantiasa memberi motivasi belajar yang mempunyai sifatfsifat keteladanan,
penuh kasih sayang, serta mampu mengajar di dalam suasana yang
menyenangkan.
2.2 Citra Guru dalam Masyarakat Tradisional (Pramodem)
Di dalam bahasa Sansekerta, guru berarti yang dihormati. Rasa hormat ini
sampai kini masih hidup di tengah masyarakat tradisional/pedesaan. Mereka
masih menaruh rasa hormat dan status sosial yang tinggi terhadap profesi guru. Di
kepulauan Sangihe, misalnya, masyarakat menyebut guru pria dengan panggilan
tuan, lengkapnya tuan guru, suatu panggilan yang penuh rasa kagum dan hormat
terhadap profesi guru.
Masyarakat pedesaan umumnya menganggap profesi guru sebagai profesi
orang suci (saint) yang mampu memberi pencerahan dan dapat mengembangkan
potensi yang tersimpan di dalam diri siswa. Selain itu sebagian besar masyarakat
tradisional memiliki mitos yang kuat bahwa guru adalah profesi yang tidak pernah
mengeluh dengan gaji yang minim, profesi yang dapat dilakukan oleh siapa saja
dan profesi yang bangga dengan gelar pahlawan tanpa tanda jasa.
Dalam pandangan masyarakat tradisional, guru dianggap profesional jika
anak sudah dapat membaca, menulis dan berhitung, atau anak mendapat nilai
tinggi, naik kelas dan lulus ujian.
5
2.3 Citra Guru dalam Masyarakat Modern
Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi
yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan
berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas, dan lulus ujian. Masyarakat
modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru
terhadap perubahan dan inovasi.
Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan
inovatif merupakan salah satu aspek penting untuk membangun kehidupan
bangsa. Banyak ahli berpendapat bahwa keberhasilan negara Asia Timur (Cina,
Korsel dan Jepang) muncul sebagai negara industri baru karena didukung oleh
penduduk/SDM terdidik dalam jumlah yang memadai sebagai hasil sentuhan
manusiawi guru.
Salah satu bangsa modern yang menghargai profesi guru adalah bangsa
Jepang. Bangsa Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci
keberhasilan pem bangunan. She no on wa yama yori mo ta/(ai umiyorimo fu/(ai
yang berarti jasa guru lebih tinggi dari gunung yang paling tinggi, lebih dalam
dari laut paling dalam. Hal ini merupakan ungkapan penghargaan bangsa Jepang
terhadap profesi guru.
Guru pada sejumlah negara maju sangat dihargai karena guru secara spesifik,
Memiliki kecakapan dan kemampuan untuk memimpin dan mengelola
pendidikan;
Memiliki ketajaman pemahaman dan kecakapan intektual, cerdas
emosional dan sosial untuk membangun pendidikan yang bermutu; dan
Memiliki perencanaan yang matang, bijaksana, kontekstual dan efektil
untuk membangun humanware (SDIVI) yang unggul, bermaltabat dan
memiliki daya saing.
Keunggulan mereka adalah terus maju untuk mencapai yang terbaik dan
memperbaiki yang terpuruk. Mereka secara berkelanjutan (sustainable) terus
menigkatkan mutu diri dari guru biasa ke guru yang baik dan terus berupaya
6
meningkat ke guru yang Iebih baik dan akhirnya menjadi guru yang terbaik, yang
mampu memberi inspirasi, ahli dalam materi, memiliki moral yang tinggi dan
menjadi teladan yang baik bagi siswa.
Di negara kita, guru yang memiliki keahlian spesialisasi harus diakui
masih Iangka. Walaupun sudah sejak puluhan tahun disiapkan, namun hasilnya
masih belum nampak secara nyata. Ini disebabkan karena masih cukup banyak
guru yang belum memiliki konsep diri yang baik, tidaktepat menyandang predikat
sebagai guru, dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan keahliannya
(m/Vsmatch). Semuanya terjadi karena kemandirian guru belum nampak secara
nyata, yaitu sebagian guru belum mampu melihat konsep dirinya (se/fconsepz),
ide dirinya (se/fidea), dan realita dirinya (se/frea/ity). Tipe guru sepeni ini
mustahil dapat menciptakan suasana kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan (PAKEM).
Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru
berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan
persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Dalam hal ini
profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan
mengembangkan pengetahuan pesena didik. Namun, beberapa dasawarsa terakhir
konsep, persepsi, dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser.
Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap
integritas seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga
karena perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi,
terutama bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong
pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam
perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami
dilema eksistensial. Artinya, penguasaan ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi
hegemoni guru, tetapi menyebar seluas perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi seperti dunia penerbitan, buku, majalah, koran, Serta media elektronik
lainnya. Untuk itu, posisi krusial guru perlu dijernihkan tatkala kita hendak
merumuskan kembali pendidikan yang Iebih memajukan masa depan generasi
berikutnya.
7
Dengan demikian, para guru dituntut tampil lebih profesional, lebih tinggi
ilmu pengetahuannya dan lebih cekatan dalam penguasaan teknologi komunikasi
dan informasi. Artinya, guru mau tidak mau dan dituntut harus terus
meningkatkan kecakapan dan pengetahuannya selangkah ke depan lebih dari
pengetahuan masyarakat dan anak didiknya. Dalam kehidupan bermasyarakat pun
guru diharapkan lebih bermoral dan berakhlak daripada masyarakat kebanyakan,
tetapi di situlah muncul problem tatkala para guru tidak memiliki kemampuan
materi untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi sepeti TV, buku-buku,
majalah, dan koran. Guru-guru memiliki gaji dan tunjangan yang jauh dari cukup
untuk meningkatkan profesinya sekaligus memperkaya informasi mengenai
perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan modern. Sehingga,
rasanya sangat sulit di era modern ini guru dapat tampil lebih profesional,
memiliki tanggung jawab moral profesi sebagai konsekuensi etisnya.
2.4 Guru Abad 21 adalah Guru dengan Profesionalitas Tinggi
Memasuki abad 21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Menurut
Wardiman Djojonegoro dalam ke|1as kerjanya yang disampaikan pada
SeminarNasional Wawasan Profesi Guru Tahun ZUUQ ICMI On/vil Jawa Timur
di Surabaya tanggal 21 Desember 1996, bangsa kita menyiapkan diri untuk
memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ciri SDM yang
berkualitas tersebut adalah
Memiliki kemampuan dalam menguasai keahlian dalam suatu bidang yang
berkaitan dengan iptek;
Mampu bekerja secara profesional dengan orientasimutu dan keunggulan;
dan
Dapat menghasilkan karya-kalya unggul yang mampu bersaing secara
global sebagai hasil dari keahlian dan profesionalitasnya.
Makagiansar (1990) menyebutkan bahwa untuk menghadapi era
globalisasi, Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam bidang pendidikan
adalah ketidakpastian. Untuk itu seseorang harus memiliki empat kemampuan,
yaitu kemampuan antisipasi, kemampuan menge|1i dan mengatasi masalah,
kemampuan mengakomodasi, dan kemampuan melakukan reorientasi.
8
Tilaar (1998) menyatakan bahwa masyarakat millenium ketiga nanti mempunyai
karakteristik masyarakat teknologi, masyarakat terbuka dan masyarakat madani
yang secara keseluruhan akan berpengaruh pada visi, misi dan tujuan pendidikan.
Pertumbuhan teknologi akan mengubah bentuk dan cara hidup manusia yang
sama sekali akan berlainan dengan kehidupan manusia dewasa ini. Teknologi
dapat memajukan kehidupan manusia tetapi juga dia akan mampu menghancurkan
kebudayaan manusia itu sendiri. Kemajuan teknologi pula yang akan membuka
dunia sekaan tanpa batas, baik geografis, sosial maupun budaya. Saling
keterpengaruhanantara bangsa yang satu dengan bangsa yang Iain akan menjadi
ciri utama masyarakatterbuka.
Secara optimistik, masyarakat yang terbuka tersebut akan bermuara pada
lahirya masyarakat madani, masyarakat yang berkembang baik kemampuan
intelektualnya, maupun aspek- aspek kehidupan lainnya Sena tanggung jawabnya.
Sesungguhnya, dengan tantangan yang dihadapi ke depan adalah globalisasi
dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat kuat, kemampuan dasar
yang mesti dimiliki bangsa ini tidak boleh hanya sebatas penguasaan kemampuan
membaca, menulis dan berhitung. Harusjauh melampaui tiga hal tersebut.
Menghadapi tantangan demikian, diperlukan guru yang benar-benar
profesional. Tilaar (1998) memberikan empat ciri utama agar seorang guru
terkelompok ke dalam guru yang profesional. Masing-masing adalah:
Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik
Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat; dan
Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan.
Menurut Djojonegoro (1996) guru yang bermutu memiliki paling tidak
empat kriteria utama, yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, waktu
yang dicurahkan untuk kegiatan profesional dan kesesuaian antara keahlian dan
pekerjaannya. Kemampuan profesional meliputi kemampuan intelegensia, sikap
dan prestasi kerjanya. Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk
mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya ke dalam tindakan
9
mendidik dan mengajar secara nyata. Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan
profesional menunjukkan intensitas waktu dari seorang guru yang
dikonsentrasikan untuktugas-tugas profesinya. Guru yang bermutu ialah mereka
yang dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil. Untuk itu guru
harus menguasai keahliannya, baik dalam disiplin ilmu pengetahuan maupun
metodologi mengajarnya.
Selanjutnya Samani (1996) mengemukakan empat prasyarat agar seorang
guru dapat profesional. Masing-masing adalah kemampuan guru
mengolah/menyiasati kurikulum, kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum
dengan Iingkungan, kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri dan
kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai bidang Studi/mata pelajaran
menjadi kesatuan konsep yang utuh. Nlasih terkait dengan harapan-harapan yang
digayutkan di pundaksetiap guru, H. Muhammad Surya, Ketua Umum Pengurus
Besar PGRI, mengemukakan ada sembilan karakteristik citra guru yang
diidealkan. Nlasing- masing adalah guru yang:
Memiliki semangatjuang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketaqwaan yang mantap,
Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan
tuntutan Iingkungan dan perkembangan iptek,
Mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain,
Memiliki etos kerja yang kuat,
Memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir,
Berjiwa profesionalitas tinggi,
Memiliki kesejahteraan Iahir dan batin, material dan nonmaterial,
Memiliki wawasan masa depan, dan
Mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Guru
Sudjana (dalam Mustafa, 2005) menjelaskan rendahnya pengakuan
masyarakat terhadap profesi guru yang mengakibatkan rendahnya citra guru
disebabkan oleh faktor berikut:
10
1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa pundapat menjadi
guru asalkan ia berpengetahuan;
2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk
mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi
guru; dan
3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha
mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru,
penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya.
Syah (2000) menyorot rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme
guru, penguasaan guru terhadap materi dan metode pengajaran yang masih berada
di bawah standar, sebagai penyebab rendahnya mutu guru yang bermuara pada
rendahnya citra guru. Secara rinci dari aspek guru rendahnya mutu guru menurut
Sudarminta (dalam Nlujiran, 2005) antara Iain tampak dari gejala-gejala berikut:
1. Lemahnya penguasaan bahan yang diajarkan;
2. Ketidaksesuaian antara bidang Studi yang dipelajari guru dan yang dalam
kenyataan Iapangan yang diajarkan;
3. kurang efektifnya cara pengajaran;
4. Kurangnya wibawa guru di hadapan murid;
5. Lemahnya motivasi dan dedikasi untuk menjadi pendidik yang sungguh-
sungguh; semakin banyak yang kebetulan menjadi guru dan tidak betul-
betul menjadi guru;
6. Kurangnya kematangan emosional, kemandirian berpikir, dan keteguhan
sikap dalam cukup banyak guru sehingga dari kepribadian mereka
sebenarnya tidak siap sebagai pendidik; kebanyakan guru dalam hubungan
dengan murid masih hanya berfungsi sebagai pengajar dan belum sebagai
pendidik; dan
7. Relatif rendahnya tingkat intelektual para mahasiswa calon guru yang
masuk LPTK (Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan) dibandingkan
dengan yang masuk Universitas.
11
Uraian di atas memberikan penekanan bahwa profesionalisme merupakan
Salah satu garansi bagi peningkatan citra guru. Hal ini sejalan dengan pesan
penting yang muncul dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen. Pengakuan guru dan dosen sebagai profesi diharapkan dapat memacu
tumbuhnya kesadaran terhadap mutu dan gilirannya akan meningkatkan citra guru
di tengah masyarakat. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 7 (1) bahwa profesi
guru dan dosen mempakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
Sanusi (1991) menunjuk ciri-ciri profesi, mencakup fungsi dan
signifikansi sosial dari profesi tersehut, keterampilan para anggota profesi yang
diperoleh melalui pendidikan dan atau Iatihan yang akuntabel, adanya disiplin
ilmu yang kokoh, kode etik, dan adanya imbalan finansial dan material yang
sepadan. Kemudian, secara teknis penguatan profesionalisme itu dikaitkan dengan
pentingnya perhatian terhadap kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa Salah satu upaya untuk meningkatkan citra
guru adalah dengan menguasai kompetensi guru dengan baik.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Citra guru mempunyai arti sebagai suatu penilaian yang baik dan terhormat
terhadap keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang profesi
ideal dalam Iingkup fungsi, peran dan kinerja.
2. Citra guru ini tercermin melalui keunggulan mengajar, memiliki hubungan
yang harmonis dengan peserta didik, memiliki hubungan yang harmonis pula
terhadap sesama teman seprofesi dan pihak Iain baik dalam sikap maupun
kemampuan profesional.
3. Masyarakat pedesaan umumnya menganggap profesi guru sebagai profesi
orang suci yang mampu memberi pencerahan dan dapat mengembangkan
potensi yang tersimpan di dalam diri siswa. Selain itu sebagian besar
masyarakat tradisional memiliki mitos yang kuat bahwa guru adalah profesi
yang tidak pernah mengeluh dengan gaji yang minim, profesi yang dapat
dilakukan oleh siapa saja dan profesi yang bangga dengan
4. Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang
profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan
berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas dan Iulus ujian. Nlasyarakat
modern menganggap kom-petensi guru belum Iengkap jika hanya dilihat dari
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru
terhadap perubahan dan inovasi.
5. Sudjana dalam Mustafa (2005) menjelaskan rendahnya pengakuan masyarakat
terhadap profesi guru yang mengakibatkan rendahnya citra guru disebabkan
oleh faktor berikut, (1) adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa
pun dapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan; (2) kekurangan guru di
daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang
tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru; (3) banyak guru yang belum
menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu.
Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk
kepuasan dan kepentingan pribadinya
13
3.2 Saran
Makalah ini kami susun dengan sangat sederhana, sehingga besar
kemungkinan banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kebesaran hati teman-teman dan pembaca agar
kiranya memberikan kritik dan saran yang dapat melengkapi kekurangan
makalah ini.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu
14
DAFTAR PUSTAKA
 Bafadal, Ibrahim.2004 Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah
Dasar.Jakarta:Bumi Aksara
 Chulsum Umi, Windy Novia.2006 kamus Besar Bahasa
Indonesia.Surabaya:Kashiko
 Aqid Zainal, Elham Rohmati.2008.Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah.Bandung:CV. Yrama Widya
 Supriadi, Dedi 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.

More Related Content

What's hot (20)

Makalah agama dan ekonomi
Makalah agama dan ekonomiMakalah agama dan ekonomi
Makalah agama dan ekonomi
Trisna Nurdiaman
Ìý
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesianEtika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Cirebon
Ìý
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
Agnes Yodo
Ìý
Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan Pendidikan di IndonesiaPermasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan Pendidikan di Indonesia
eryeryey
Ìý
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Susi Yanti
Ìý
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di smaLaporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Siti Khoirunika
Ìý
Tokoh Pendidikan Froebel
Tokoh Pendidikan FroebelTokoh Pendidikan Froebel
Tokoh Pendidikan Froebel
Laksmi_Perwira
Ìý
Lingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan pptLingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan ppt
Aisyah Turidho
Ìý
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertamaPsikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Asep Egok
Ìý
Karakteristik hasil seni rupa anak docx
Karakteristik hasil seni rupa anak docxKarakteristik hasil seni rupa anak docx
Karakteristik hasil seni rupa anak docx
Ismi Kamaliyah
Ìý
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan ModernImplementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Sastra Diharlan
Ìý
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
Erta Erta
Ìý
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Rima Trianingsih
Ìý
Materi kuliah pai
Materi kuliah paiMateri kuliah pai
Materi kuliah pai
dwiayusavitri
Ìý
Islam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaanIslam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaan
zahfath06
Ìý
Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganPeta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Devia Titania
Ìý
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikMakalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
PutriMeka
Ìý
Pembelajaran perpangkatan dan penarikan akar bilangan di sd
Pembelajaran perpangkatan dan penarikan akar bilangan di sdPembelajaran perpangkatan dan penarikan akar bilangan di sd
Pembelajaran perpangkatan dan penarikan akar bilangan di sd
NASuprawoto Sunardjo
Ìý
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianperkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
Septia Darmayanti
Ìý
Kata pengantar kewirausahaan
Kata pengantar kewirausahaanKata pengantar kewirausahaan
Kata pengantar kewirausahaan
azwarkairi
Ìý
Makalah agama dan ekonomi
Makalah agama dan ekonomiMakalah agama dan ekonomi
Makalah agama dan ekonomi
Trisna Nurdiaman
Ìý
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesianEtika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Cirebon
Ìý
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
TUGAS LATIHAN AGAMA SEBAGAI TUGAS AKHIR UNTUK MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KR...
Agnes Yodo
Ìý
Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan Pendidikan di IndonesiaPermasalahan Pendidikan di Indonesia
Permasalahan Pendidikan di Indonesia
eryeryey
Ìý
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Susi Yanti
Ìý
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di smaLaporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Laporan hasil observasi dan wawancara peserta didik di sma
Siti Khoirunika
Ìý
Tokoh Pendidikan Froebel
Tokoh Pendidikan FroebelTokoh Pendidikan Froebel
Tokoh Pendidikan Froebel
Laksmi_Perwira
Ìý
Lingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan pptLingkunga pendidikan ppt
Lingkunga pendidikan ppt
Aisyah Turidho
Ìý
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertamaPsikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Psikologi perkembangan kognitif anak pada 3 tahun pertama
Asep Egok
Ìý
Karakteristik hasil seni rupa anak docx
Karakteristik hasil seni rupa anak docxKarakteristik hasil seni rupa anak docx
Karakteristik hasil seni rupa anak docx
Ismi Kamaliyah
Ìý
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan ModernImplementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
Sastra Diharlan
Ìý
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
Erta Erta
Ìý
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Rima Trianingsih
Ìý
Materi kuliah pai
Materi kuliah paiMateri kuliah pai
Materi kuliah pai
dwiayusavitri
Ìý
Islam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaanIslam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaan
zahfath06
Ìý
Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganPeta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Devia Titania
Ìý
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikMakalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
PutriMeka
Ìý
Pembelajaran perpangkatan dan penarikan akar bilangan di sd
Pembelajaran perpangkatan dan penarikan akar bilangan di sdPembelajaran perpangkatan dan penarikan akar bilangan di sd
Pembelajaran perpangkatan dan penarikan akar bilangan di sd
NASuprawoto Sunardjo
Ìý
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianperkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
Septia Darmayanti
Ìý
Kata pengantar kewirausahaan
Kata pengantar kewirausahaanKata pengantar kewirausahaan
Kata pengantar kewirausahaan
azwarkairi
Ìý

Viewers also liked (8)

Citra Guru Profesional
Citra Guru ProfesionalCitra Guru Profesional
Citra Guru Profesional
Desy Aryanti
Ìý
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum pai 3
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum pai  3Prinsip prinsip pengembangan kurikulum pai  3
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum pai 3
tatiksuwartinah
Ìý
Permintaan agregat
Permintaan agregatPermintaan agregat
Permintaan agregat
Haidar Bashofi
Ìý
Ppt manajemen berbasis sekolah
Ppt manajemen berbasis sekolahPpt manajemen berbasis sekolah
Ppt manajemen berbasis sekolah
Rima Trianingsih
Ìý
Model kurikulum dan pengembangnnya
Model kurikulum dan pengembangnnyaModel kurikulum dan pengembangnnya
Model kurikulum dan pengembangnnya
Risma Amalia
Ìý
pengembangan kurikulum pai
pengembangan kurikulum paipengembangan kurikulum pai
pengembangan kurikulum pai
RoisMansur
Ìý
STANDAR PROSES KURIKULUM 2013
STANDAR PROSES KURIKULUM 2013STANDAR PROSES KURIKULUM 2013
STANDAR PROSES KURIKULUM 2013
hasanah sn
Ìý
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
Rizki Prisandi
Ìý
Citra Guru Profesional
Citra Guru ProfesionalCitra Guru Profesional
Citra Guru Profesional
Desy Aryanti
Ìý
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum pai 3
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum pai  3Prinsip prinsip pengembangan kurikulum pai  3
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum pai 3
tatiksuwartinah
Ìý
Permintaan agregat
Permintaan agregatPermintaan agregat
Permintaan agregat
Haidar Bashofi
Ìý
Ppt manajemen berbasis sekolah
Ppt manajemen berbasis sekolahPpt manajemen berbasis sekolah
Ppt manajemen berbasis sekolah
Rima Trianingsih
Ìý
Model kurikulum dan pengembangnnya
Model kurikulum dan pengembangnnyaModel kurikulum dan pengembangnnya
Model kurikulum dan pengembangnnya
Risma Amalia
Ìý
pengembangan kurikulum pai
pengembangan kurikulum paipengembangan kurikulum pai
pengembangan kurikulum pai
RoisMansur
Ìý
STANDAR PROSES KURIKULUM 2013
STANDAR PROSES KURIKULUM 2013STANDAR PROSES KURIKULUM 2013
STANDAR PROSES KURIKULUM 2013
hasanah sn
Ìý
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
Rizki Prisandi
Ìý

Similar to Mkalah citra guru (20)

profesi pendidikan
profesi pendidikan profesi pendidikan
profesi pendidikan
AisAisyah
Ìý
Peran dan fungsi guru
Peran dan fungsi guruPeran dan fungsi guru
Peran dan fungsi guru
Vj-Prince Miko Mamo
Ìý
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
Riris Purbosari
Ìý
Guru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidikGuru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidik
Nur Arifaizal Basri
Ìý
Ict
IctIct
Ict
Kamalia Wae
Ìý
Presentation1 Kurikulum
Presentation1 KurikulumPresentation1 Kurikulum
Presentation1 Kurikulum
enok nopdiyanti
Ìý
Edu semester 7
Edu semester 7Edu semester 7
Edu semester 7
Zulkanean Akim
Ìý
Eseiman 3108
Eseiman 3108Eseiman 3108
Eseiman 3108
Pensil Dan Pemadam
Ìý
Rio ktii
Rio ktiiRio ktii
Rio ktii
Riyo Darminto
Ìý
Kata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimrKata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimr
Al Hafidh Anas
Ìý
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
Fajar Daulay
Ìý
Aksi Nyata - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
AdelaideaAekUsfinit
Ìý
Ujung tombak smk
Ujung tombak smkUjung tombak smk
Ujung tombak smk
RAHMANU AJ
Ìý
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Mayawi Karim
Ìý
Sang aktor dan sang emansipator yang profesional copy
Sang aktor dan sang emansipator yang profesional   copySang aktor dan sang emansipator yang profesional   copy
Sang aktor dan sang emansipator yang profesional copy
Nur Jaya
Ìý
PPT REBI SAPARI_IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR.pptx
PPT REBI SAPARI_IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR.pptxPPT REBI SAPARI_IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR.pptx
PPT REBI SAPARI_IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR.pptx
RebiSapari1
Ìý
profesi pendidikan
profesi pendidikan profesi pendidikan
profesi pendidikan
AisAisyah
Ìý
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
Riris Purbosari
Ìý
Guru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidikGuru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidik
Nur Arifaizal Basri
Ìý
Presentation1 Kurikulum
Presentation1 KurikulumPresentation1 Kurikulum
Presentation1 Kurikulum
enok nopdiyanti
Ìý
Kata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimrKata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimr
Al Hafidh Anas
Ìý
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
Fajar Daulay
Ìý
Aksi Nyata - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata - Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
AdelaideaAekUsfinit
Ìý
Ujung tombak smk
Ujung tombak smkUjung tombak smk
Ujung tombak smk
RAHMANU AJ
Ìý
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Mayawi Karim
Ìý
Sang aktor dan sang emansipator yang profesional copy
Sang aktor dan sang emansipator yang profesional   copySang aktor dan sang emansipator yang profesional   copy
Sang aktor dan sang emansipator yang profesional copy
Nur Jaya
Ìý
PPT REBI SAPARI_IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR.pptx
PPT REBI SAPARI_IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR.pptxPPT REBI SAPARI_IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR.pptx
PPT REBI SAPARI_IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR.pptx
RebiSapari1
Ìý

Mkalah citra guru

  • 1. 1 BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan pengetahuan peserta didik. Tetapi, beberapa dasawarsa terakhir konsep, persepsi dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser. Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap integritas seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema eksistensial. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Citra Guru Profesional ? 2. Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Citra Guru ? 3. Bagaimana Identifikasi dan Contoh Citra Guru ? 1.3 Tujuan 1. Menjelaskan Definisi Citra Guru 2. Menjelaska Citra Guru dari Masa ke-masa 3. Mengetahui Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Citra Guru
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Menurut kamus besar bahasa indonesia terdapat pengertian kata citra dan profesional Citra merupakan gambaran, rupa, gambaran yang dimiliki mengenai orang banyak, mengenai pribadi, organisasi atau produk, kesan mental yang ditimbulkan oleh sebuah kata, fase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa untuk evaluasi Profesi merupakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan atau pendidikan tertentu Profesional, berkenaan dengan pekerjaan, berkenaan dengan keahlian, memerlukan kepandaian khusus untuk melaksanakannya, mengharuskan citra adanya pembayaran untuk melakukannya Profesionalisme merupakan kualitas, mutu dan tindak tanduk yang merupakan suatu profesi Guru (dalam bahasa jawa) seorang yang harus digugu dan harus ditiru oleh semua muridnya. Harus di gugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datang dari guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berfikir, cara bebicara, hingga cara berprilaku sehai-hari. Sebagai seorang yang harus digugu dan ditiru seorang dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi murid. Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana lingkungan, dan evaluasi
  • 3. 3 Guru profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional guru yang demikian adalah guru yang secara internal memenuhi kriteria administratif, akademis dan kepribadian. Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan pengetahuan peserta didik. Tetapi, beberapa dasawarsa terakhir konsep, persepsi dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser. Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap integritas seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema eksistensial. Slogan pahlawan tanpa tanda jasa senantiasa melekat pada profesi guru. Hal ini didasarkan pada pengabdiannya yang begitu tinggi dan tulus dalam dunia pendidikan. Tidak hanya itu, sikap kearifan, kedisiplinan, kejujuran, ketulusan, kesopanan serta sebagai sosok panutan menjadikan profesi satu ini berbeda dengan yang lain. Lantaran tanggung jawab dari profesi guru tidak berhenti pada selesai ia mengajar, melainkan keberhasilan siswa dalam menangkap, memahami, mempraktekkan serta mengamalkan ilmu yang diterima dalam kehidupan sehari- hari baik langsung maupun tak langsung. Hal ini membuat citra seorang guru di mata masyarakat selalu berada di tempat yang lebih baik dan mulia. Djamin (1999) mengemukakan citra guru mempunyai arti sebagai suatu penilaian yang baik dan terhormat terhadap
  • 4. 4 keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang profesi ideal dalam lingkup fungsi, peran dan kinerja. Citra guru ini tercermin melalui: Keunggulan mengajar, Memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, dan Memiliki hubungan yang harmonis pula terhadap sesama teman seprofesl dan pihak lain baik dalam sikap maupun kemampuan profesional. Dari sudut pandang peserta didik, citra guru ideal adalah seseorang yang senantiasa memberi motivasi belajar yang mempunyai sifatfsifat keteladanan, penuh kasih sayang, serta mampu mengajar di dalam suasana yang menyenangkan. 2.2 Citra Guru dalam Masyarakat Tradisional (Pramodem) Di dalam bahasa Sansekerta, guru berarti yang dihormati. Rasa hormat ini sampai kini masih hidup di tengah masyarakat tradisional/pedesaan. Mereka masih menaruh rasa hormat dan status sosial yang tinggi terhadap profesi guru. Di kepulauan Sangihe, misalnya, masyarakat menyebut guru pria dengan panggilan tuan, lengkapnya tuan guru, suatu panggilan yang penuh rasa kagum dan hormat terhadap profesi guru. Masyarakat pedesaan umumnya menganggap profesi guru sebagai profesi orang suci (saint) yang mampu memberi pencerahan dan dapat mengembangkan potensi yang tersimpan di dalam diri siswa. Selain itu sebagian besar masyarakat tradisional memiliki mitos yang kuat bahwa guru adalah profesi yang tidak pernah mengeluh dengan gaji yang minim, profesi yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan profesi yang bangga dengan gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Dalam pandangan masyarakat tradisional, guru dianggap profesional jika anak sudah dapat membaca, menulis dan berhitung, atau anak mendapat nilai tinggi, naik kelas dan lulus ujian.
  • 5. 5 2.3 Citra Guru dalam Masyarakat Modern Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas, dan lulus ujian. Masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan inovasi. Bagi masyarakat modern, eksistensi guru yang mandiri, kreatif, dan inovatif merupakan salah satu aspek penting untuk membangun kehidupan bangsa. Banyak ahli berpendapat bahwa keberhasilan negara Asia Timur (Cina, Korsel dan Jepang) muncul sebagai negara industri baru karena didukung oleh penduduk/SDM terdidik dalam jumlah yang memadai sebagai hasil sentuhan manusiawi guru. Salah satu bangsa modern yang menghargai profesi guru adalah bangsa Jepang. Bangsa Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan kunci keberhasilan pem bangunan. She no on wa yama yori mo ta/(ai umiyorimo fu/(ai yang berarti jasa guru lebih tinggi dari gunung yang paling tinggi, lebih dalam dari laut paling dalam. Hal ini merupakan ungkapan penghargaan bangsa Jepang terhadap profesi guru. Guru pada sejumlah negara maju sangat dihargai karena guru secara spesifik, Memiliki kecakapan dan kemampuan untuk memimpin dan mengelola pendidikan; Memiliki ketajaman pemahaman dan kecakapan intektual, cerdas emosional dan sosial untuk membangun pendidikan yang bermutu; dan Memiliki perencanaan yang matang, bijaksana, kontekstual dan efektil untuk membangun humanware (SDIVI) yang unggul, bermaltabat dan memiliki daya saing. Keunggulan mereka adalah terus maju untuk mencapai yang terbaik dan memperbaiki yang terpuruk. Mereka secara berkelanjutan (sustainable) terus menigkatkan mutu diri dari guru biasa ke guru yang baik dan terus berupaya
  • 6. 6 meningkat ke guru yang Iebih baik dan akhirnya menjadi guru yang terbaik, yang mampu memberi inspirasi, ahli dalam materi, memiliki moral yang tinggi dan menjadi teladan yang baik bagi siswa. Di negara kita, guru yang memiliki keahlian spesialisasi harus diakui masih Iangka. Walaupun sudah sejak puluhan tahun disiapkan, namun hasilnya masih belum nampak secara nyata. Ini disebabkan karena masih cukup banyak guru yang belum memiliki konsep diri yang baik, tidaktepat menyandang predikat sebagai guru, dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan keahliannya (m/Vsmatch). Semuanya terjadi karena kemandirian guru belum nampak secara nyata, yaitu sebagian guru belum mampu melihat konsep dirinya (se/fconsepz), ide dirinya (se/fidea), dan realita dirinya (se/frea/ity). Tipe guru sepeni ini mustahil dapat menciptakan suasana kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Guru adalah bagian dari kesadaran sejarah pendidikan di dunia. Citra guru berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan dan perubahan konsep dan persepsi manusia terhadap pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Dalam hal ini profesi guru pada mulanya dikonsep sebagai kemampuan memberi dan mengembangkan pengetahuan pesena didik. Namun, beberapa dasawarsa terakhir konsep, persepsi, dan penilaian terhadap profesi guru mulai bergeser. Hal itu selain karena perubahan pandangan manusia-masyarakat terhadap integritas seseorang yang berkaitan dengan produktivitas ekonomisnya, juga karena perkembangan yang cukup radikal di bidang pengetahuan dan teknologi, terutama bidang informasi dan komunikasi, yang kemudian mendorong pengembangan media belajar dan paradigma teknologi pendidikan. Dalam perkembangan berikutnya, sekaligus sebagai biasnya, guru mulai mengalami dilema eksistensial. Artinya, penguasaan ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi hegemoni guru, tetapi menyebar seluas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti dunia penerbitan, buku, majalah, koran, Serta media elektronik lainnya. Untuk itu, posisi krusial guru perlu dijernihkan tatkala kita hendak merumuskan kembali pendidikan yang Iebih memajukan masa depan generasi berikutnya.
  • 7. 7 Dengan demikian, para guru dituntut tampil lebih profesional, lebih tinggi ilmu pengetahuannya dan lebih cekatan dalam penguasaan teknologi komunikasi dan informasi. Artinya, guru mau tidak mau dan dituntut harus terus meningkatkan kecakapan dan pengetahuannya selangkah ke depan lebih dari pengetahuan masyarakat dan anak didiknya. Dalam kehidupan bermasyarakat pun guru diharapkan lebih bermoral dan berakhlak daripada masyarakat kebanyakan, tetapi di situlah muncul problem tatkala para guru tidak memiliki kemampuan materi untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi sepeti TV, buku-buku, majalah, dan koran. Guru-guru memiliki gaji dan tunjangan yang jauh dari cukup untuk meningkatkan profesinya sekaligus memperkaya informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan modern. Sehingga, rasanya sangat sulit di era modern ini guru dapat tampil lebih profesional, memiliki tanggung jawab moral profesi sebagai konsekuensi etisnya. 2.4 Guru Abad 21 adalah Guru dengan Profesionalitas Tinggi Memasuki abad 21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Menurut Wardiman Djojonegoro dalam ke|1as kerjanya yang disampaikan pada SeminarNasional Wawasan Profesi Guru Tahun ZUUQ ICMI On/vil Jawa Timur di Surabaya tanggal 21 Desember 1996, bangsa kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ciri SDM yang berkualitas tersebut adalah Memiliki kemampuan dalam menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan iptek; Mampu bekerja secara profesional dengan orientasimutu dan keunggulan; dan Dapat menghasilkan karya-kalya unggul yang mampu bersaing secara global sebagai hasil dari keahlian dan profesionalitasnya. Makagiansar (1990) menyebutkan bahwa untuk menghadapi era globalisasi, Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam bidang pendidikan adalah ketidakpastian. Untuk itu seseorang harus memiliki empat kemampuan, yaitu kemampuan antisipasi, kemampuan menge|1i dan mengatasi masalah, kemampuan mengakomodasi, dan kemampuan melakukan reorientasi.
  • 8. 8 Tilaar (1998) menyatakan bahwa masyarakat millenium ketiga nanti mempunyai karakteristik masyarakat teknologi, masyarakat terbuka dan masyarakat madani yang secara keseluruhan akan berpengaruh pada visi, misi dan tujuan pendidikan. Pertumbuhan teknologi akan mengubah bentuk dan cara hidup manusia yang sama sekali akan berlainan dengan kehidupan manusia dewasa ini. Teknologi dapat memajukan kehidupan manusia tetapi juga dia akan mampu menghancurkan kebudayaan manusia itu sendiri. Kemajuan teknologi pula yang akan membuka dunia sekaan tanpa batas, baik geografis, sosial maupun budaya. Saling keterpengaruhanantara bangsa yang satu dengan bangsa yang Iain akan menjadi ciri utama masyarakatterbuka. Secara optimistik, masyarakat yang terbuka tersebut akan bermuara pada lahirya masyarakat madani, masyarakat yang berkembang baik kemampuan intelektualnya, maupun aspek- aspek kehidupan lainnya Sena tanggung jawabnya. Sesungguhnya, dengan tantangan yang dihadapi ke depan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat kuat, kemampuan dasar yang mesti dimiliki bangsa ini tidak boleh hanya sebatas penguasaan kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Harusjauh melampaui tiga hal tersebut. Menghadapi tantangan demikian, diperlukan guru yang benar-benar profesional. Tilaar (1998) memberikan empat ciri utama agar seorang guru terkelompok ke dalam guru yang profesional. Masing-masing adalah: Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat; dan Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan. Menurut Djojonegoro (1996) guru yang bermutu memiliki paling tidak empat kriteria utama, yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional dan kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya. Kemampuan profesional meliputi kemampuan intelegensia, sikap dan prestasi kerjanya. Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya ke dalam tindakan
  • 9. 9 mendidik dan mengajar secara nyata. Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional menunjukkan intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentrasikan untuktugas-tugas profesinya. Guru yang bermutu ialah mereka yang dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil. Untuk itu guru harus menguasai keahliannya, baik dalam disiplin ilmu pengetahuan maupun metodologi mengajarnya. Selanjutnya Samani (1996) mengemukakan empat prasyarat agar seorang guru dapat profesional. Masing-masing adalah kemampuan guru mengolah/menyiasati kurikulum, kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan Iingkungan, kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri dan kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai bidang Studi/mata pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh. Nlasih terkait dengan harapan-harapan yang digayutkan di pundaksetiap guru, H. Muhammad Surya, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, mengemukakan ada sembilan karakteristik citra guru yang diidealkan. Nlasing- masing adalah guru yang: Memiliki semangatjuang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap, Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan Iingkungan dan perkembangan iptek, Mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain, Memiliki etos kerja yang kuat, Memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir, Berjiwa profesionalitas tinggi, Memiliki kesejahteraan Iahir dan batin, material dan nonmaterial, Memiliki wawasan masa depan, dan Mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu. 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra Guru Sudjana (dalam Mustafa, 2005) menjelaskan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yang mengakibatkan rendahnya citra guru disebabkan oleh faktor berikut:
  • 10. 10 1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa pundapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan; 2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru; dan 3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya. Syah (2000) menyorot rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme guru, penguasaan guru terhadap materi dan metode pengajaran yang masih berada di bawah standar, sebagai penyebab rendahnya mutu guru yang bermuara pada rendahnya citra guru. Secara rinci dari aspek guru rendahnya mutu guru menurut Sudarminta (dalam Nlujiran, 2005) antara Iain tampak dari gejala-gejala berikut: 1. Lemahnya penguasaan bahan yang diajarkan; 2. Ketidaksesuaian antara bidang Studi yang dipelajari guru dan yang dalam kenyataan Iapangan yang diajarkan; 3. kurang efektifnya cara pengajaran; 4. Kurangnya wibawa guru di hadapan murid; 5. Lemahnya motivasi dan dedikasi untuk menjadi pendidik yang sungguh- sungguh; semakin banyak yang kebetulan menjadi guru dan tidak betul- betul menjadi guru; 6. Kurangnya kematangan emosional, kemandirian berpikir, dan keteguhan sikap dalam cukup banyak guru sehingga dari kepribadian mereka sebenarnya tidak siap sebagai pendidik; kebanyakan guru dalam hubungan dengan murid masih hanya berfungsi sebagai pengajar dan belum sebagai pendidik; dan 7. Relatif rendahnya tingkat intelektual para mahasiswa calon guru yang masuk LPTK (Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan) dibandingkan dengan yang masuk Universitas.
  • 11. 11 Uraian di atas memberikan penekanan bahwa profesionalisme merupakan Salah satu garansi bagi peningkatan citra guru. Hal ini sejalan dengan pesan penting yang muncul dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Pengakuan guru dan dosen sebagai profesi diharapkan dapat memacu tumbuhnya kesadaran terhadap mutu dan gilirannya akan meningkatkan citra guru di tengah masyarakat. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 7 (1) bahwa profesi guru dan dosen mempakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Sanusi (1991) menunjuk ciri-ciri profesi, mencakup fungsi dan signifikansi sosial dari profesi tersehut, keterampilan para anggota profesi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau Iatihan yang akuntabel, adanya disiplin ilmu yang kokoh, kode etik, dan adanya imbalan finansial dan material yang sepadan. Kemudian, secara teknis penguatan profesionalisme itu dikaitkan dengan pentingnya perhatian terhadap kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa Salah satu upaya untuk meningkatkan citra guru adalah dengan menguasai kompetensi guru dengan baik.
  • 12. 12 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Citra guru mempunyai arti sebagai suatu penilaian yang baik dan terhormat terhadap keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang profesi ideal dalam Iingkup fungsi, peran dan kinerja. 2. Citra guru ini tercermin melalui keunggulan mengajar, memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, memiliki hubungan yang harmonis pula terhadap sesama teman seprofesi dan pihak Iain baik dalam sikap maupun kemampuan profesional. 3. Masyarakat pedesaan umumnya menganggap profesi guru sebagai profesi orang suci yang mampu memberi pencerahan dan dapat mengembangkan potensi yang tersimpan di dalam diri siswa. Selain itu sebagian besar masyarakat tradisional memiliki mitos yang kuat bahwa guru adalah profesi yang tidak pernah mengeluh dengan gaji yang minim, profesi yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan profesi yang bangga dengan 4. Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas dan Iulus ujian. Nlasyarakat modern menganggap kom-petensi guru belum Iengkap jika hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan inovasi. 5. Sudjana dalam Mustafa (2005) menjelaskan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru yang mengakibatkan rendahnya citra guru disebabkan oleh faktor berikut, (1) adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapa pun dapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan; (2) kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru; (3) banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya
  • 13. 13 3.2 Saran Makalah ini kami susun dengan sangat sederhana, sehingga besar kemungkinan banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kebesaran hati teman-teman dan pembaca agar kiranya memberikan kritik dan saran yang dapat melengkapi kekurangan makalah ini. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu
  • 14. 14 DAFTAR PUSTAKA  Bafadal, Ibrahim.2004 Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.Jakarta:Bumi Aksara  Chulsum Umi, Windy Novia.2006 kamus Besar Bahasa Indonesia.Surabaya:Kashiko  Aqid Zainal, Elham Rohmati.2008.Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah.Bandung:CV. Yrama Widya  Supriadi, Dedi 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.