Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, sekitar 11.678 kasus juga tercatat. Perilaku seksual tanpa pelindung merupakan faktor risiko utama penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan tahun 2016, jumlah kasus HIV di Indonesia dari tahun 2006-2016 adalah sebanyak 221622 orang. Jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan terbesar pada tahun 2016 dengan 41250 kasus.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Indonesia periode 1987-2016, kelompok heteroseksual merupakan kelompok dengan jumlah kasus AIDS terbanyak, yaitu sebesar 58.846 kasus atau 71% dari total kasus. Kelompok kedua beresiko tinggi adalah pengguna narkoba suntik (IDU) dengan 9.080 kasus atau 11% dari total. Hal ini mengingatkan akan pentingnya mempromosikan perilaku seksual yang aman untuk mencegah penyebar
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Indonesia periode 1987-2016, kelompok heteroseksual merupakan kelompok dengan jumlah kasus AIDS terbanyak, yaitu sebesar 58.846 kasus atau 71% dari total kasus. Kelompok kedua beresiko tinggi adalah pengguna narkoba suntik (IDU) dengan 9.080 kasus atau 11% dari total. Promiskuitas seksual diindikasikan sebagai faktor resiko utama penyebaran HIV/AIDS di Indonesia.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Indonesia periode 1987-2016, kelompok heteroseksual merupakan kelompok dengan jumlah kasus AIDS terbanyak, yaitu sebesar 58.846 kasus atau 71% dari total kasus. Kelompok kedua beresiko tinggi adalah pengguna narkoba suntik (IDU) dengan 9.080 kasus atau 11% dari total. Hal ini mengingatkan akan pentingnya mempromosikan perilaku seksual yang aman untuk mencegah penyebar
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Indonesia periode 1987-2016, kelompok heteroseksual merupakan kelompok dengan jumlah kasus AIDS terbanyak, yaitu sebesar 58.846 kasus atau 71% dari total kasus. Kelompok kedua beresiko tinggi adalah pengguna narkoba suntik (IDU) dengan 9.080 kasus atau 11% dari total. Hal ini mengingatkan akan pentingnya mempromosikan perilaku seksual yang aman untuk mencegah penyebar
Berdasarkan data dari dinas kesehatan tahun 2016, jumlah kasus HIV di Indonesia dari tahun 2006-2016 adalah sebanyak 221622 orang. Jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan terbesar pada tahun 2016 dengan 41250 kasus.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan tahun 2016, jumlah kasus HIV di Indonesia dari tahun 2006-2016 adalah sebanyak 221622 orang. Jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan terbesar pada tahun 2016 dengan 41250 kasus.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, tercatat 11.678 kasus. Perilaku seksual berisiko tinggi meningkatkan paparan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, tercatat 11.678 kasus. Perilaku seksual berisiko tinggi menyebabkan penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui penyebabnya, sekitar 11.678 kasus HIV/AIDS juga tercatat. Perilaku seksual bebas tanpa pelindung meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui penyebabnya, sekitar 11.678 kasus HIV/AIDS juga tercatat. Perilaku seksual bebas tanpa pelindung meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung sebagai upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, sekitar 11.678 kasus juga tercatat. Perilaku seksual berisiko tinggi tetap menjadi ancaman penyebaran penyakit ini.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Indonesia periode 1987-2016, kelompok heteroseksual merupakan kelompok dengan jumlah kasus AIDS terbanyak, yaitu sebesar 58.846 kasus atau 71% dari total kasus. Kelompok kedua beresiko tinggi adalah pengguna narkoba suntik (IDU) dengan 9.080 kasus atau 11% dari total. Hal ini mengingatkan akan pentingnya mempromosikan perilaku seksual yang aman untuk mencegah penyebar
Berdasarkan data dari dinas kesehatan tahun 2016, jumlah kasus HIV di Indonesia dari tahun 2006-2016 adalah sebanyak 221622 orang. Jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan terbesar pada tahun 2016 dengan 41250 kasus.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan tahun 2016, jumlah kasus HIV di Indonesia dari tahun 2006-2016 adalah sebanyak 221622 orang. Jumlah kasus cenderung meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan terbesar pada tahun 2016 dengan 41250 kasus.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, tercatat 11.678 kasus. Perilaku seksual berisiko tinggi meningkatkan paparan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, tercatat 11.678 kasus. Perilaku seksual berisiko tinggi menyebabkan penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui penyebabnya, sekitar 11.678 kasus HIV/AIDS juga tercatat. Perilaku seksual bebas tanpa pelindung meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui penyebabnya, sekitar 11.678 kasus HIV/AIDS juga tercatat. Perilaku seksual bebas tanpa pelindung meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung sebagai upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti IDU dengan 9.080 kasus. Meskipun belum diketahui sebabnya, sekitar 11.678 kasus juga tercatat. Perilaku seksual berisiko tinggi tetap menjadi ancaman penyebaran penyakit ini.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1987-2016, faktor risiko penularan HIV/AIDS terbesar adalah perilaku seksual heteroseksual dengan 58.846 kasus, diikuti pengguna narkoba suntik dengan 9.080 kasus. Hal ini menekankan pentingnya pencegahan promiskuitas dan hubungan seks bebas tanpa pelindung.
Jakarta Pasca Ibu Kota Negara - Majalah TelstraDadang Solihin
油
Banyak pertanyaan tentang bagaimana nasib Jakarta setelah tidak menjadi Ibu Kota Negara lagi. Sebagian besar masyarakat berkomentar bahwa Jakarta akan menjadi pusat bisnis. Jakarta diproyeksikan akan menjadi pusat ekonomi nasional pasca pemindahan ibu kota negara. Tentunya hal ini akan membuat Jakarta tetap akan menjadi magnet bagi investor, masyarakat ataupun pemerintah. Kawasan penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi diproyeksikan akan menjadi kawasan aglomerasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup besar.
Muqaddimah ANGGARAN DASAR Muhammadiyah .pptxsuwaibahkapa2
油
MUQODDIMAH
惡愕 悋 悋惘忰 悋惘忰
(5) 悋忰惆 惘惡 悋惺悋 (1) 悋惘忰 悋惘忰 (2) 悋惆 (3) 悒悋 惺惡惆 悒悋 愕惠惺 (4) 悋惆悋 悋惶惘悋愀 悋愕惠
(6) 惶惘悋愀 悋悵 悖惺惠 惺 愃惘 悋愃惷惡 惺 悋 悋惷悛
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh semua alam, yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, Yang memegang pengadilan pada hari kemudian. Hanya kepada Engkau hamba menyembah, dan hanya kepada Engkau, kami mohon pertolongan. Berilah petunjuk kepada hamba akan jalan yang lempang, jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, yang tidak dimurkai dan tidak tersesat. (QS Al-Fatihah 1-6)
惘惷惠 惡悋 惘惡悋 惡悋悒愕悋 惆悋 惡忰惆 惶 悋 惺 愕 惡悋 惘愕悋
Saya ridla: Ber-Tuhan kepada ALLAH, ber-Agama kepada ISLAM dan ber-Nabi kepada MUHAMMAD RASULULLAH Shalallahu alaihi wassalam.
AMMA BADU, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan beribadah serta tunduk dan thaat kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia.
Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini.
Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong, bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya.
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah.
Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi,sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw, dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat.
Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci: beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di Dunia ini, dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya belaka, serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan penuh pengharapan perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Al-Quran:
ル曄惠ル 曄 悖ル悸朏 リ曄惺 悒ル 抉曄悽ル曄惘 ルリ曄莧 惡抉曄リ鉱『悦
2. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah infeksi yang disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan suatu penyakit yang menyerang sel-sel
kekebalan tubuh. Sebuahtemuan baru yang mengarah pada pertumbuhan, isolasi dan karakterisasi
dari sebuah virus herpes baru yang dikenaldengan kaposis sarcoma-associated herpes virus
(KSHV) atau human herpes virus type 8 (HHV-8) dari lesi sarkomakaposi (SK). Sarkoma kaposi
adalah kanker yang berkembang dari sel-sel yang melapisi kelenjar getah bening atau pembuluh
darah. Seseorang yang terinfeksi HIV mempunyai risiko 100 hingga 300 kali lebih sering terkena
SK. Lesi awal SK-AIDS tampak sebagai makula keunguan berbentuk oval kecil yang berkembang
dengan cepat menjadi plak dan nodul kecil, yang seringkali timbul di seluruh bagian tubuh dan
memiliki kecenderungan mengalami progresivitas yang cepat. Telah dilaporkan kasus seorang
laki-laki imunokompromais berusia 27 tahun datang dengan keluhan lemah letih lesu dan bentol-
bentol berwarna merah keunguan di dada, perut, punggung dan belakang telinga sejak 3bulan
sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan adanya HIV-AIDS dengan
TB paru,candidiasis oral dan sarkoma kaposi. Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
keluhan dan data klinis yaitu anti HIV positif dengan CD4 49 u/L dan biopsi kulit dengan hasil
sesuai dengan gambaran sarkoma kaposi.Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu dengan pemberian
OAT kategori I, ARV dan anti jamur. Pemberian ARV yangadekuat untuk HIV-AIDS merupakan
kunci dalam tatalaksana SK-AIDS.
5. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah
kasus HIV tahun 2006 terjadi sebanyak 7195 kasus, pada tahun
2007 terjadi sebanyak 6048 kasus, pada tahun 2008 terjadi
sebanyak 10362 kasus, pada tahun 2009 terjadi sebanyak 9793
kasus, pada tahun 2010 terjadi sebanyak 21591 kasus, pada
tahun 2011 terjadi sebanyak 21031 kasus, pada tahun 2012
terjadi sebanyak 21511 kasus, pada tahun 2012 terjadi
sebanyak 21511 kasus, pada tahun 2013 terjadi sebanyak
29037 kasus, pada tahun 2013 terjadi sebanyak 29037 kasus,
pada tahun 2014 terjadi sebanyak 22869 kasus, pada tahun
2015 terjadisebanyak 30935 kasus dan pada tahun 2016 terjadi
sebanyak 41250 kasus. Jadi, terbesar terjadi pada tahun 2016
sebanyak 41250 kasus, dan jumlah kejadian terkecil pada
tahun 2007 sebanyak 6048 kasus. Angka kejadian kasus HIV
tiap tahun nya naik turun tetapi cenderung mengalami
peningkatan.