1. Sistem komplemen adalah kumpulan protein plasma yang berperan melengkapi sistem pertahanan tubuh dengan mengikat, mengaktifkan, dan membentuk kompleks pada permukaan patogen untuk difagositosis atau dilisisi.
2. Terdiri dari 9 komponen utama (C1-C9) yang dapat diaktifkan lewat jalur klasik, alternatif, atau lektin untuk memicu respons inflamasi dan membentuk kompleks serangan membran.
3. Berperan dalam op
Dokumen tersebut membahas tentang antibiotika, termasuk definisi, penggolongan, mekanisme kerja, dan contoh antibiotika dari berbagai golongan seperti penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, dan lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan indikasi, efek samping, dan peringatan penggunaan antibiotika.
Dokumen tersebut membahas tentang mikosis superficial, dermatofitosis, dan non-dermatofitosis. Topik utama mencakup definisi, klasifikasi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, dan diagnosis dari berbagai jenis infeksi jamur pada kulit seperti pitiriasis versicolor, tinea, dan piedra.
Dokumen tersebut membahas tentang demam tifoid, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang ditandai dengan gejala demam dan nyeri perut. Penanganannya meliputi pemberian antibiotik seperti kloramfenikol, diet, istirahat, dan pencegahan penyebaran bakteri penyebab penyakit.
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
Ìý
Kortikosteroid topikal memiliki mekanisme kerja yang kompleks melalui jalur genomik dan nongenomik. Pemilihan kortikosteroid dan penggunaannya harus mempertimbangkan faktor penyakit, pasien, dan obat. Kortikosteroid topikal dapat mengobati berbagai penyakit kulit dengan respons yang bervariasi, namun harus digunakan dengan tepat dosis dan lama pengobatan untuk mencapai efek maksimal dan menghind
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, menyebabkan kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis. Gangguan autoimun dapat menyerang satu organ tertentu atau beberapa organ secara sistemik. Artritis reumatoid adalah contoh penyakit autoimun sistemik yang menyebabkan peradangan sendi kronis.
Dokumen tersebut membahas tentang kelenjar tiroid, hormon tiroid, sintesis dan sekresi hormon tiroid, pengontrol fungsi tiroid, dan efek hormon tiroid. Kelenjar tiroid memproduksi hormon T3 dan T4 yang memengaruhi metabolisme, pertumbuhan, dan fungsi sistem saraf pusat dan kardiovaskular. Sintesis hormon tiroid melibatkan iodium dan enzim peroksidase tiroid di dalam folikel kelenjar tiroid.
Dokumen tersebut membahas tentang hipersensitivitas atau alergi, termasuk definisi, jenis, mekanisme, gejala, diagnosis dan penanganannya. Hipersensitivitas adalah reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang biasanya tidak berbahaya. Terdapat empat jenis hipersensitivitas yang berbeda mekanismenya, dan gejala umum meliputi urtikaria, sesak napas, dan gangguan saluran cerna. Diagnosis
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi Salmonella Typhi dan memiliki gejala demam tinggi, lidah berlapis, dan hepatomegali. Diagnosis didasarkan pada trias klinis, kultur darah minggu pertama, dan tes serologi. Pengobatan lini pertama adalah antibiotik seperti kloramfenikol selama 10-14 hari. Pencegahan melalui vaksinasi dan meningkatkan sanitasi dan kebersihan.
Dokumen tersebut membahas tentang fakmokinetik dan farmakodinamik sefalosporin secara umum, mulai dari struktur kimia, klasifikasi berdasarkan generasi, mekanisme kerja, metabolisme, eliminasi, dan efek sampingnya."
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Ìý
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akibat infeksi bakteri atau jamur. Gejala utamanya nyeri telinga dan keluarnya cairan. Penatalaksanaannya meliputi antiseptik, antibiotik topikal atau oral, tergantung berat ringannya. Komplikasinya dapat berupa perikondritis, selulitis, atau otitis eksterna berat.
Tubuh senantiasa berupaya mempertahankan
pH darah, tetap konstan pada pH 7,4
pH = - log [H+] maka; pH = sangat tergantung dari [H+]; untuk mencapai pH=7,4 maka [H+] harus sangat rendah ï‚® 0,000.004 mEq = 40 nEq; tanpa sistim buffer tubuh, pH darah tidak mungkin dapat dipertahankan; orang dewasa setiap harinya menghasilkan
Hipersensitivitas atau alergi adalah reaksi imun yang berlebihan terhadap antigen (alergen) yang menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. Terdapat empat tipe hipersensitivitas yang berbeda berdasarkan mekanisme dan waktu respon imunnya. Tipe I (anafilaksis) disebabkan oleh antibodi IgE dan terjadi dalam hitungan menit, tipe II disebabkan antibodi dan menyebabkan lisis sel dalam hitungan jam, tipe III disebabkan kompleks
Pemilihan kortikosteroid pada penyakit kulitpeternugraha
Ìý
Kortikosteroid topikal memiliki mekanisme kerja yang kompleks melalui jalur genomik dan nongenomik. Pemilihan kortikosteroid dan penggunaannya harus mempertimbangkan faktor penyakit, pasien, dan obat. Kortikosteroid topikal dapat mengobati berbagai penyakit kulit dengan respons yang bervariasi, namun harus digunakan dengan tepat dosis dan lama pengobatan untuk mencapai efek maksimal dan menghind
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, menyebabkan kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis. Gangguan autoimun dapat menyerang satu organ tertentu atau beberapa organ secara sistemik. Artritis reumatoid adalah contoh penyakit autoimun sistemik yang menyebabkan peradangan sendi kronis.
Dokumen tersebut membahas tentang kelenjar tiroid, hormon tiroid, sintesis dan sekresi hormon tiroid, pengontrol fungsi tiroid, dan efek hormon tiroid. Kelenjar tiroid memproduksi hormon T3 dan T4 yang memengaruhi metabolisme, pertumbuhan, dan fungsi sistem saraf pusat dan kardiovaskular. Sintesis hormon tiroid melibatkan iodium dan enzim peroksidase tiroid di dalam folikel kelenjar tiroid.
Dokumen tersebut membahas tentang hipersensitivitas atau alergi, termasuk definisi, jenis, mekanisme, gejala, diagnosis dan penanganannya. Hipersensitivitas adalah reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang biasanya tidak berbahaya. Terdapat empat jenis hipersensitivitas yang berbeda mekanismenya, dan gejala umum meliputi urtikaria, sesak napas, dan gangguan saluran cerna. Diagnosis
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi Salmonella Typhi dan memiliki gejala demam tinggi, lidah berlapis, dan hepatomegali. Diagnosis didasarkan pada trias klinis, kultur darah minggu pertama, dan tes serologi. Pengobatan lini pertama adalah antibiotik seperti kloramfenikol selama 10-14 hari. Pencegahan melalui vaksinasi dan meningkatkan sanitasi dan kebersihan.
Dokumen tersebut membahas tentang fakmokinetik dan farmakodinamik sefalosporin secara umum, mulai dari struktur kimia, klasifikasi berdasarkan generasi, mekanisme kerja, metabolisme, eliminasi, dan efek sampingnya."
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Ìý
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akibat infeksi bakteri atau jamur. Gejala utamanya nyeri telinga dan keluarnya cairan. Penatalaksanaannya meliputi antiseptik, antibiotik topikal atau oral, tergantung berat ringannya. Komplikasinya dapat berupa perikondritis, selulitis, atau otitis eksterna berat.
Tubuh senantiasa berupaya mempertahankan
pH darah, tetap konstan pada pH 7,4
pH = - log [H+] maka; pH = sangat tergantung dari [H+]; untuk mencapai pH=7,4 maka [H+] harus sangat rendah ï‚® 0,000.004 mEq = 40 nEq; tanpa sistim buffer tubuh, pH darah tidak mungkin dapat dipertahankan; orang dewasa setiap harinya menghasilkan
Hipersensitivitas atau alergi adalah reaksi imun yang berlebihan terhadap antigen (alergen) yang menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. Terdapat empat tipe hipersensitivitas yang berbeda berdasarkan mekanisme dan waktu respon imunnya. Tipe I (anafilaksis) disebabkan oleh antibodi IgE dan terjadi dalam hitungan menit, tipe II disebabkan antibodi dan menyebabkan lisis sel dalam hitungan jam, tipe III disebabkan kompleks
Reaksi hipersensitivitas dibagi menjadi 5 tipe. Tipe I merupakan reaksi alergi yang disebabkan IgE. Tipe II disebabkan IgG/IgM terhadap antigen sel yang menyebabkan kerusakan sel. Tipe III disebut kompleks imun yang mengaktifkan komplemen. Tipe IV adalah reaksi lambat sel T yang mengeluarkan limfokin untuk merusak sel target. Tipe V antibodi mengenali reseptor sel untuk mencegah atau meniru efek l
Reaksi alergi disebabkan oleh alergen yang menimbulkan respon imun berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. Reaksi alergi dibagi menjadi empat tipe berdasarkan mekanisme dan lamanya reaksi, yaitu tipe I (reaksi cepat), tipe II (sitotoksik), tipe III (kompleks imun), dan tipe IV (lambat). Setiap tipe memiliki mekanisme dan penyakit yang berbeda-beda. Diagnosis reaksi alergi bertujuan
Dokumen tersebut membahas empat jenis hipersensitivitas yaitu tipe I (reaksi anafilaktik), tipe II (reaksi sitotoksik), tipe III (reaksi kompleks imun), dan tipe IV (reaksi lambat). Setiap jenis hipersensitivitas memiliki mekanisme dan contoh reaksi yang berbeda-beda.
Makalah ini membahas tentang hipersensitivitas yang merupakan reaksi imun berlebihan yang merusak jaringan tubuh. Terdapat empat tipe hipersensitivitas yaitu tipe I (anafilaksis), II (sitotoksik), III (imun kompleks), dan IV (lambat). Gejala hipersensitivitas meliputi asma, mual, gatal, dan pembengkakan. Pemeriksaan fisik dan penunjang seperti uji kulit dan pemeriksaan darah dap
Makalah ini membahas hipersensitivitas atau alergi, yang terjadi ketika tubuh bereaksi berlebihan terhadap bahan-bahan yang biasanya tidak berbahaya. Mekanisme utamanya melibatkan produksi berlebihan antibodi IgE yang mengaktifkan sel mast dan basofil untuk melepaskan mediator seperti histamin, menyebabkan gejala alergi. Alergi dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe utama berdasarkan mekanisme patofisiologis
Paragraf pertama menjelaskan definisi alergi dan hipersensitivitas sebagai reaksi sistem imun terhadap antigen yang tidak berbahaya. Paragraf berikutnya menjelaskan empat tipe reaksi hipersensitif yang melibatkan berbagai jenis sel dan antibodi. Dokumen ini membahas mekanisme produksi IgE dan peran IgE dalam reaksi alergi serta kriteria protein yang berperan sebagai alergen.
Pneumonia adalah infeksi paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Gejala klinis umumnya meliputi demam, batuk, dan nyeri dada. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, hasil rontgen dada, dan riwayat pasien. Pneumonia dapat dibedakan menjadi komunitas dan nosokomial berdasarkan lokasi perolehan infeksinya.
Dokumen tersebut membahas tentang transfusi darah dan reaksi transfusi. Terdapat beberapa komponen darah yang dapat ditransfusikan seperti eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma. Reaksi transfusi dapat terjadi secara imunologis maupun non-imunologis, dengan manifestasi yang bervariasi dari ringan hingga fatal. Pencegahan dan penatalaksanaan reaksi transfusi perlu dilakukan.
Dokumen tersebut membahas toksoplasmosis, termasuk siklus hidup parasit Toxoplasma gondii, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya pada berbagai kondisi seperti infeksi akut, infeksi kongenital, dan pasien imunokompromais."
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit rabies, termasuk penyebabnya (virus rabies), gejalanya, diagnosis, pemeriksaan laboratorium, pengobatannya, dan pencegahannya. Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir selalu berakibat kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Vaksinasi merupakan cara utama untuk mencegah penularan penyakit ini.
Demam reumatik adalah penyakit inflamasi sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus yang dapat menyerang jantung, sendi, dan sistem saraf pusat. Gejalanya meliputi karditis, artritis, dan korea. Diagnosa didasarkan pada kriteria Jones yang memerlukan bukti infeksi streptokokus dan gejala klinis. Pengobatannya meliputi antibiotik untuk menghilangkan infeksi streptokokus dan obat antiinflamasi untuk m
Dokumen ini membahas tentang askariasis, infeksi cacing Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa hidup di usus halus manusia dan bertelur, telur tersebar lewat kontaminasi makanan atau air minum. Siklus hidupnya meliputi telur, larva yang bermigrasi, dan cacing dewasa di usus. Gejalanya bervariasi mulai dari tidak bergejala hingga gangguan pencernaan, infeksi paru, atau komplikasi lain. Diagnosa didasarkan p
Ankylostomiasis disebabkan oleh cacing tambang yang menginfeksi usus halus manusia. Cacing betina mengeluarkan telur yang menjadi larva di lingkungan basah dan hangat sebelum menginfeksi manusia melalui kulit atau mulut. Gejalanya bervariasi mulai dari ruam kulit hingga anemia berat tergantung jumlah cacing dewasa. Diagnosis didasarkan pada temuan telur cacing dalam tinja dan pengobatan spesifik menggunakan obat-
Disentri disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella dan ameba Entamoeba histolytica. Kedua penyakit menginfeksi usus besar dan menyebabkan gejala diare berdarah dan kram perut. Pengobatan berfokus pada rehidrasi dan antibiotik seperti metronidazol untuk amebiasis dan ampisilin atau kotrimoksazol untuk disentri basiler. Pencegahan melalui kebersihan lingkungan dan diri.
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
Ìý
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
2. REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Alergi ï‚® Von Pirquet ( 1906 ), diartikan sebagai
reaksi pejamu yang berubah bila terpajan
bahan yang sama untuk kedua kalinya / lebih
Hipersensitivitas :
ïƒ Reaksi imun patologik, terjadi akibat respons
imun yang berlebihan dan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh.
3. Gell dan Coombs :
- Membagi dalam tipe I, II, III & IV berdasarkan
kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi.
- Tipe I, II & III ïƒ diperantarai oleh antibodi
- Tipe IV ïƒ di perantarai oleh sel T
4. Manifestasi dan mekanisme reaksi hipersensitivitas
Tipe Manifestasi Mekanisme
I
II
III
IV
Reaksi hipersensitivitas cepat
Antibodi terhadap sel
Kompleks antibodi-antigen
Reaksi hipersensitivitas lambat
IgE
IgG atau IgM
IgG ( terbanyak ) atau IgM
Sel T yang disensitasi
5. Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
Reaksi cepat / reaksi anafilaksis / reaksi alergi
Timbul segera sesudah badan terpajan dengan alergen
( kurang dari 1 jam )
Contoh :
1. Anafilaksis
2. Urtikaria
3. Angioedema
4. Atopik alergi
6. Reaksi hipersensitivitas tipe I
ALLERGEN
IgE
SYNTHESIS
MAST CELL
DEGRANUL
Med. Of
Anaphyl. LOCAL ANAPHYLAXIS
ALLERGIC
RHINITS
ASTHMA
AT.ECZEMA
URTICARIA
FOOD ALLERGY
Roitt I, ea, Really Essential Medical Immunology, Blackwell Science, 2000; 126
7. Reaksi Hipersensitivitas Tipe II
Reaksi sitotoksik ï‚® melalui IgG / IgM terhadap antigen
spesifik
Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel K yang
memiliki reseptor Fc sebagai efektor Antibody Dependent
Cellular Cytotoxicity (ADCC)
Contoh :
1. Reaksi transfusi
2. Rhesus Incompatibility (Rh Incompatibility)
3. Mycoplasma pneumoniae related cold agglutinins
4. Tiroiditis Hashimoto
5. Sindroma Goodpasture’s
6. Delayed transplant graft rejection
9. Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
Adanya komplek antigen antibodi di jaringan
Reaksi timbul 1 – 3 minggu setelah terpapar antigen
Reaksi kompleks imun ï‚® bila kompleks antigen-antibodi
ditemukan dalam jaringan atau sirkulasi / dinding pembuluh darah
dan mengaktifkan komplemen
Antibodi IgM atau IgG.
Komplemen yang diaktifkan melepas Macrophage Chemotactic
Factor
Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut melepaskan enzim
yang dapat merusak jaringan sekitarnya
12. Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV
Disebut juga reaksi hipersensitivitas lambat ( delayed
type hypersensitivity )
Diperantarai oleh Sel T spesifik thd antigen ( Cell
Mediated Immunity )
Timbul > 24 jam setelah tubuh terpajan dgn antigen
Reaksi terjadi karena respons sel T yang sudah
disensitisasi terhadap Ag tertentu
Contoh :
- reaksi tuberkulin
- dermatitis kontak
13. Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV
Antigen dapat berupa :
 Jaringan asing (reaksi allograft)
 Mikroorganisme intraseluler (virus,
mikobakteri )
 Protein
 Bahan kimia yang dapat menembus kulit &
bergabung dgn protein yang berfungsi sbg
pembawa