Rel KA digunakan sebagai penuntun pergerakan roda kereta api. Terdiri dari permukaan rel, kepala rel, badan rel, dan kaki rel. Rel dibuat dari baja tahan aus yang kuat dan keras. Panjang rel standar 25 m, rel pendek maksimal 100 m, rel panjang minimum 200-450 m tergantung tipe rel dan bantalan. Sambungan rel harus kuat, menjaga level rel, menahan gaya lateral, elastis, dan tahan gaya longitudinal. Jenis sambungannya adalah
Dokumen tersebut membahas tentang permodelan jembatan rangka baja tipe pelengkung dengan nama "DAM BRIDGE" dimana dilakukan pembuatan 3 model jembatan dan dianalisis menggunakan software SAP 2000 untuk mengetahui kekuatan dan kekakuan strukturnya. Model yang memiliki defleksi terkecil dipilih.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Jalan Rel:
KELOMPOK 1
NISA HANIF
ALIF RAFLI ABDILLAH
AGUNG MADANI
KELAS REGULER A
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
Mata kuliah Perencanaan Jalan Rel membahas tentang sejarah dan perkembangan jalan rel dari masa ke masa, konstruksi jalan rel, sambungan jalan rel dan pembagian jalan rel, perencanaan geometrik jalan rel, serta penyelidikan lapangan struktur subgrade jalan rel dan perancangan geometrik jalan rel. Mahasiswa juga akan mempelajari tentang prasarana jalan rel, struktur jalan rel dan kriteria pembebanannya, komponen rel dan penambatnya, bantalan rel, dan struktur balas. Selain itu, mahasiswa akan mempelajari tentang sistem perawatan jalan rel di Indonesia.
Mata kuliah ini sangat penting bagi mahasiswa teknik sipil yang ingin mempelajari lebih dalam tentang perencanaan jalan rel. Mahasiswa akan mempelajari berbagai aspek terkait jalan rel, mulai dari sejarah dan perkembangan, konstruksi, hingga perawatan. Dalam mata kuliah ini, mahasiswa akan mempelajari tentang perencanaan geometrik jalan rel, yang meliputi perencanaan dimensi dan karakteristik jalan rel. Selain itu, mahasiswa juga akan mempelajari tentang struktur jalan rel dan kriteria pembebanannya, sehingga dapat merancang struktur jalan rel yang aman dan tahan lama.
Dalam perkembangan transportasi di Indonesia, pengembangan sarana transportasi menggunakan kereta api semakin berkembang. Oleh karena itu, mata kuliah Perencanaan Jalan Rel sangat penting untuk mempersiapkan mahasiswa teknik sipil dalam menghadapi tantangan pengembangan jalan rel di masa depan.
Dokumen tersebut membahas tentang bantalan rel, termasuk pengertian, fungsi, jenis, dan perencanaan bantalan rel untuk struktur jalan kereta api. Jenis bantalan yang dijelaskan meliputi kayu, besi, beton, dan slab track. Dimensi dan syarat kuat untuk bantalan kayu juga diuraikan.
Rekayasa gempa - BAB. VII BEBAN GEMPA PADA JEMBATANIrawanSaputra7
油
Dokumen tersebut membahas tentang beban gempa pada jembatan. Terdapat tiga jenis struktur utama jembatan yaitu Tipe A, B, dan C, yang memiliki karakteristik berbeda dalam hal tingkat daktailan, sistem struktur, dan lokasi penerapannya. Dokumen juga menjelaskan respon elastis dan inelastis struktur terhadap gempa serta cara menghitung waktu getar untuk struktur jembatan.
Dokumen tersebut membahas mengenai definisi, bagian-bagian, dan jenis-jenis konstruksi jembatan. Secara ringkas, jembatan adalah struktur yang menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh rintangan seperti sungai atau lembah. Jembatan terdiri atas struktur atas, struktur bawah, dan pondasi, serta memiliki berbagai bentuk seperti truss, beam, arch, cable-stayed, dan suspension bridge.
Dokumen tersebut membahas tentang beban gempa dan simpangan horizontal pada struktur jembatan. Terdapat tiga jenis struktur jembatan (Tipe A, B, C) dimana Tipe A memiliki perilaku seismik terbaik. Dokumen juga menjelaskan cara perhitungan beban gempa berdasarkan berat struktur, koefisien geser dasar, faktor reduksi, faktor tipe struktur dan kepentingan.
Teks tersebut membahas tentang pengertian estetika dan beberapa aspek yang mempengaruhi perencanaan estetika pada jembatan. Secara ringkas, estetika adalah ilmu yang mempelajari keindahan, yang terkait dengan proses kreatif dan filosofis pencipta serta pengalaman pengamat. Dalam perencanaan jembatan, aspek-aspek seperti fungsi, proporsi, harmoni, dan material berpengaruh besar terhadap keindahan struktur j
DESAIN DAN APLIKASI JALAN BETONDI PENDEKAT UTARA JALAN RINGROADTIMUR, PEREM...Debora Elluisa Manurung
油
Dalam perencanaannya, pelaksanaan jalan beton mengacu pada Petunjuk Perencanaan Jalan Beton Semen yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Pd T-14-2003.油(diadopsi dari AUSTROADS, Pavement Design, A Guide to the Structural Design of Pavements 1992)
1. Ballasted track merupakan konstruksi jalan rel konvensional yang terdiri dari rel, penambat, bantalan, lapisan balas, dan lapisan tanah dasar.
2. Terdapat variasi jenis bantalan yaitu kayu, beton, dan baja serta berbagai jenis penambat seperti dorken, pandrol, dan nabla.
3. Ballastless track merupakan alternatif tanpa balas yang menggunakan konstruksi kaku seperti beton atau aspal seperti pada floating
Dokumen tersebut membahas tentang komponen struktur jalan rel dan pembebanan yang bekerja pada struktur tersebut. Dibahas mengenai jenis rel yang digunakan di Indonesia, konstruksi dan penampang jalan rel, serta beban vertikal, horizontal, dan lateral yang dihasilkan oleh berat kereta api yang melintas.
1. Dokumen tersebut membahas struktur jalan rel konvensional yang terdiri atas superstructure dan substructure. Superstructure meliputi rel, bantalan, dan penambat, sementara substructure meliputi balas, subbalas, dan tanah dasar.
2. Pembebanan pada struktur jalan rel terdiri atas beban vertikal, faktor dinamis, beban lateral, dan beban longitudinal. Model Beam on Elastic Foundation digunakan untuk merancang struktur jalan rel.
3. Contoh soal menunjuk
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659arisseptiawan
油
Dokumen tersebut membahas beban gempa pada struktur jembatan dan cara merancang jembatan untuk memenuhi kriteria kinerja terhadap beban gempa. Ada tiga jenis struktur jembatan yang dijelaskan berdasarkan sifat daktilitasnya, yaitu Tipe A (daktail dan monolit), Tipe B (daktail tetapi tidak monolit), dan Tipe C (elastis). Jembatan harus dirancang agar dapat bersifat elastis pada gemp
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
More Related Content
Similar to Rekayasa Jalan/Rel Kereta Api dalam Ilmu Sipil.pptx (20)
Rekayasa gempa - BAB. VII BEBAN GEMPA PADA JEMBATANIrawanSaputra7
油
Dokumen tersebut membahas tentang beban gempa pada jembatan. Terdapat tiga jenis struktur utama jembatan yaitu Tipe A, B, dan C, yang memiliki karakteristik berbeda dalam hal tingkat daktailan, sistem struktur, dan lokasi penerapannya. Dokumen juga menjelaskan respon elastis dan inelastis struktur terhadap gempa serta cara menghitung waktu getar untuk struktur jembatan.
Dokumen tersebut membahas mengenai definisi, bagian-bagian, dan jenis-jenis konstruksi jembatan. Secara ringkas, jembatan adalah struktur yang menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh rintangan seperti sungai atau lembah. Jembatan terdiri atas struktur atas, struktur bawah, dan pondasi, serta memiliki berbagai bentuk seperti truss, beam, arch, cable-stayed, dan suspension bridge.
Dokumen tersebut membahas tentang beban gempa dan simpangan horizontal pada struktur jembatan. Terdapat tiga jenis struktur jembatan (Tipe A, B, C) dimana Tipe A memiliki perilaku seismik terbaik. Dokumen juga menjelaskan cara perhitungan beban gempa berdasarkan berat struktur, koefisien geser dasar, faktor reduksi, faktor tipe struktur dan kepentingan.
Teks tersebut membahas tentang pengertian estetika dan beberapa aspek yang mempengaruhi perencanaan estetika pada jembatan. Secara ringkas, estetika adalah ilmu yang mempelajari keindahan, yang terkait dengan proses kreatif dan filosofis pencipta serta pengalaman pengamat. Dalam perencanaan jembatan, aspek-aspek seperti fungsi, proporsi, harmoni, dan material berpengaruh besar terhadap keindahan struktur j
DESAIN DAN APLIKASI JALAN BETONDI PENDEKAT UTARA JALAN RINGROADTIMUR, PEREM...Debora Elluisa Manurung
油
Dalam perencanaannya, pelaksanaan jalan beton mengacu pada Petunjuk Perencanaan Jalan Beton Semen yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Pd T-14-2003.油(diadopsi dari AUSTROADS, Pavement Design, A Guide to the Structural Design of Pavements 1992)
1. Ballasted track merupakan konstruksi jalan rel konvensional yang terdiri dari rel, penambat, bantalan, lapisan balas, dan lapisan tanah dasar.
2. Terdapat variasi jenis bantalan yaitu kayu, beton, dan baja serta berbagai jenis penambat seperti dorken, pandrol, dan nabla.
3. Ballastless track merupakan alternatif tanpa balas yang menggunakan konstruksi kaku seperti beton atau aspal seperti pada floating
Dokumen tersebut membahas tentang komponen struktur jalan rel dan pembebanan yang bekerja pada struktur tersebut. Dibahas mengenai jenis rel yang digunakan di Indonesia, konstruksi dan penampang jalan rel, serta beban vertikal, horizontal, dan lateral yang dihasilkan oleh berat kereta api yang melintas.
1. Dokumen tersebut membahas struktur jalan rel konvensional yang terdiri atas superstructure dan substructure. Superstructure meliputi rel, bantalan, dan penambat, sementara substructure meliputi balas, subbalas, dan tanah dasar.
2. Pembebanan pada struktur jalan rel terdiri atas beban vertikal, faktor dinamis, beban lateral, dan beban longitudinal. Model Beam on Elastic Foundation digunakan untuk merancang struktur jalan rel.
3. Contoh soal menunjuk
Tugas rek. gempa aris septiawan-kls.b-17.1003.222.01.0659arisseptiawan
油
Dokumen tersebut membahas beban gempa pada struktur jembatan dan cara merancang jembatan untuk memenuhi kriteria kinerja terhadap beban gempa. Ada tiga jenis struktur jembatan yang dijelaskan berdasarkan sifat daktilitasnya, yaitu Tipe A (daktail dan monolit), Tipe B (daktail tetapi tidak monolit), dan Tipe C (elastis). Jembatan harus dirancang agar dapat bersifat elastis pada gemp
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
Rekayasa Jalan/Rel Kereta Api dalam Ilmu Sipil.pptx
1. Pendahuluan
LANDASAN TEORI A. Struktur Jalan Rel Struktur jalan rel merupakan suatu konstruksi yang direncanakan sebagai prasarana atau infrastruktur perjalanan kereta api. Konsep struktur jalan rel adalah rangkaian super dan sub-struktur yang menjadi suatu
kesatuan kmponen yang mampu mendukung pergerakan kereta api secara aman. Karena menopang pergerakan kereta api, maka struktur jalan rel merupakan sistem dinamik antar komponen penyusunan yang dapat mendistribusikan beban rangkaian
kereta api dan sekaligus menyediakan pergerakan yang stabil dan nyaman. Dengan demikian, konsep akhir dari distribusi beban ini adalah menyalurkan tegangan dari beban kereta api kepada tanah dasar tanpa menimbulkan perubahan bentuk
permanen pada tanah (Rosyidi, 2015). Gambar 3.1 Konstruksi jalan rel (Sumber : Rosyidi, 2015) Gambar 3.2 Skematik potongan melintang (Sumber : Rosyidi, 2015) 20 21 Gambar 3.3 Komponen struktur jalan rel (Sumber : Rosyidi, 2015) Rosyidi (2015)
menyebutkan bahwa struktur jalan rel mempunyai beberapa kriteria sebagai berikut: 1. Kekakuan (Stiffness) Struktur jalan rel yang kaku difungsikan untuk mempertahankan struktur dari terjadinya deformasi vertikal yang permanen. Deformasi vertikal
diakibatkan oleh distribusi beban lalu lintas kereta api yang dapat digunakan untuk menulai umur, kekuatan dan kualitas jalan rel. Deformasi yang berlebihan akan menyebabkan geometric jalan tidak pada kedudukannya dan memungkinkan terjadinya
keausan yang besar antara komponen komponen struktur jalan rel. 2. Elastisitas (Elastic/Resilience) Kriteria elastisitas diperlukan untuk menciptakan kenyamanan dalam perjalanan kereta api, menjaga terjadinya patah atau kerusakan berat pada as
roda disebabkan oleh pergerakan beban kereta yang cukup besar di atas struktur jalan rel, meredam adanya kejutan akibat pengereman dan pengurangan kecepatan, benturan atau impact yang terjadi antara roda dan rel serta getaran vertikal yang
bersifat menerus. Jika struktur jalan rel kurang kaku maka dapat ditambah keelastisannya dengan menambahkan pelat katet (rubber pads) di bawah kaki rel. 22 3. Ketahanan terhadap deformasi tetap Deformasi vertikal yang berlebihan akan cenderung
menjadi deformasi tetap sehingga geometrik jalan rel (ketidakrataan vertikal, horisontal dan puntir) menjadi tidak baik, yang pada akhirnya kenyamanan dan keamanan terganggu. Karakteristik sarana yang khusus dalam angkutan kereta api
menimbulkan keterbatasanketerbatasan yang perlu diperhatikan. Perubahan geometrik akibat deformasi tetap yang terjadi dapat menimbulkan anjlognya kereta api dan meningkatkan risiko kecelakaan. 4. Stabilitas Jalan rel yang stabil dapat
mempertahankan struktur jalan pada posisi yang tetap/semula (vertikal dan horisontal ) setelah pembebanan terjadi. 5. Kemudahan untuk Pengaturan dan Pemeliharaan (Adjustability) Jalan rel harus mempunyai sifat dan kemudahan dalam
pengawasan, pengaturan, pemeliharaan, hal ini bertujuan jika terjadi perubahan geometri akibat beban berjalan dalam proses pelaksanaanya dapat dikembalikan ke posisi geometrik dan struktur jalan rel yang benar. Menurut Rosyidi, 2015, dalam tipe
konstruksinya, struktur jalan rel dapat dibagi menjadi dua bentuk konstruksi, yaitu : 1. Jalan rel dalam konstruksi timbunan, jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya terdapat pada daerah (medan) yang cenderung datar (Gambar 3.4), 2. Jalan rel
dalam konstruksi galian, jalan rel pada konstruksi galian umumnya terdapat pada medan pegunungan (Gambar 3.5). Gambar 3.4 Contoh potongan melintang pada timbunan
2. Gambar 3.5 Contoh potongan melintang pada galian (Sumber : Rosyidi, 2015) Jalan rel dapat dibedakan dalam beberapa klasifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan sudut pandangnya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut: 1. Menurut Lebar Sepur Lebar sepur merupakan jarak
terkecil di antara kedua sisi kepala rel (bagian dalam), diukur pada daerah 0-14 mm dibawah permukaan teratas kepala rel (Gambar 3.6) dan
Tabel 3.1 menunjukkan pengelompokkan jalan rel berdasarkan lebar sepur. Gambar 3.6 Ukuran lebar sepur pada struktur jalan rel (Sumber :
Rosyidi, 2015) Tabel 3.1 Pengelompokkan jalan rel berdasarkan lebar sepur Jenis Lebar Rel Narrow gauge < 1000 mm Metric gauge 1000 mm
atau 1067 mm Standard gauge 1435 mm Broad gauge > 1435 mm (Sumber : Utomo, 2009) 2. Menurut Kecepatan Maksimum Kecepatan
maksimum kereta api yang diijinkan di Indonesia antara 80 km/jam yang selanjutnya dikelompokkan ke dalam kelas jalan pada Tabel 3.2
sebagai berikut: 24 Tabel 3.2 Hubungan kecepatan maksimum dengan kelas jalan rel Kelas Jalan Rel Kecepatan Maksimum (km/jam) I 120 II III
110 100 IV V 90 80 (Sumber : Utomo, 2009) 3. Menurut Kelandaian Kelandaian jalan merupakan parameter penting dalam perencanaan
geometri jalan. Pada tabel 3.3 dijelaskan pengelompokan lintas jalan rel berdasarkan kelandaian jalan: Tabel 3.3 Lintas jalan rel menurut
kelandaian Kelompok Lintas Jalan Rel Kelandaian (%) Lintas datar 0-10% Lintas pegunungan 10-40% Lintas dengan rel gigi 40-80% Kelandaian di
emplasmen 0-1,5% (Sumber : Rosyidi, 2015) 4. Menurut Jumlah Jalur Pada klasifikasi ini jumlah jalur yang dimaksud adalah jumlah jalur pada
lintas bebas. Sesuai dengan jumlah jalur yang dimaksud diatas, klasifikasinya ialah sebagai berikut: a. Jalur Tunggal (single track): jumlah jalur di
lintas bebas hanya satu, dan diperuntukkan untuk melayani arus lalu lintas angkutan jalan rel dari dua arah. b. Jalur Ganda (double track):
jumlah jalur di lintas bebas dua jalur, dimana masing-masing jalur hanya diperuntukkan untuk melayani arus lalu lintas angkutan jalan rel satu
arah saja. 25 Komponen-komponen penyusun jalan rel akan dijelaskan sebagai berikut (Rosyidi, 2015). 1. Rel a. Umum (Rosyidi, 2015)
menjelaskan, rel merupakan struktur balok menerus yang diletakkan di atas tumpuan bantalan yang berfungsi sebagai penuntun dan
mengarahkan pergerakan roda kereta api. Rel juga disiapkan memiliki kemampuan untuk menerima secara langsung dan menyalurkan beban
kereta api kepada bantalan tanpa menimbulkan defleksi yang berarti pada bagian balok rel di antara tumpuan bantalan. Oleh karena itu, prinsip
desain rel adalah menentukan dimensi rel yang sesuai, mempunyai berat yang optimum, memenuhi persyaratan kekakuan, kekuatan dan
durabilitas. Selain itu, fungsi lain dari rel adalah sebagai berikut : 1) Menyalurkan listrik untuk tujuan persinyalan pada kawasan sirkuit jalan rel.
2) Sebagai struktur pengikat dalam pembentukan struktur jalan rel yang kokoh. b. Persyaratan Umum Rel
3. 1) Berat Optimum Rel dirancang dengan berat tertentu yang terdiri dari bagian bagian rel yang terintegrasi dan dibentuk dari distribusi bahan metalurgi yang efektif. Masing-
masing bagian rel didesain untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan optimal. Bagian bagian rel tersebut adalah (Gambar 3.7) : a) Kepala rel (head): ukuran kepala
rel termasuk didalamnya permukaan rel harus direncanakan dengan baik sehingga memiliki daya tahan terhadap keausan selama waktu pelayanan rel yang direncanakan. b)
Badan rel (web): badan rel ditentukan dengan tebal yang memadai untuk dapat menahan beban dan momen akibat pergerakan kereta api dan mempunyai daya tahan
terhadap korosi. c) Kaki rel (foot): kaki rel dirancang dengan lebar optimum sehingga 26 kedudukan rel stabil terhadap dorongan dan puntiran akibat pergerakan kereta api,
serta mampu mendistribusikan beban yang diterima kepada bantalan dengan baik. Gambar 3.7 Bagian-bagian rel (Sumber : Rosyidi, 2015) 2) Kekakuan Kekakuan atau stiffness
dapat diukur melalui momen inersia rel. Desain rel yang ekonomis dan efektif mensyaratkan nilai momen inersia maksimum per berat unit rel yang konsisten dengan kekakuan
rel dalam berbagai arah, sehingga mampu menahan pergeseran lateral akibat pergerakan kereta api dan secara vertikal mampu untuk menerima beban dan meneruskannya ke
bantalan. 3) Kekuatan Kekuatan rel dapat ditentukan dari modulus potongan rel (section modulus). Modulus section pada rel maupun lempengan baja (fishplate) ditentukan
sedemikian sehingga mampu menahan tegangan yang terjadi akibat beban kendaraan kereta api. Desain rel yang efisien mensyaratkan rasio tertinggi yang mungkin antara
modulus section lempeng baja sambungan terhadap rel. 4) Durabilitas Durabilitas merupakan faktor yang berkaitan dengan ketahanan secara langsung maupun tidak dalam
disain rel dan mempengaruhi umur manfaat rel terhadap keausan (wear), kerusakan ujung rel (rail and batter), dan kerusakan hogged-rail (hogging). Berikut dijelaskan faktor-
faktor terkait durabilitas, yaitu : a) Keausan (wear), tebal kepala rel harus mempunyai margin 27 kekuatan untuk mengatasi keausan vertikal. Permukaan kepala rel harus
mempunyai permukaan keras untuk memberikan umur rel yang lebih panjang. b) Kerusakan ujung rel (rail end batter), kerusakan ini disebabkan tumbukan berulang dari road
kereta api pada ujung rel. Kerusakan ini dipengaruhi oleh lebar dan kekerasan kepala rel, kekakuan sambungan, tipe sambungan dan kualitas perawatan pada sambungan. c)
Kerusakan hogged-rail (hogging), merupakan kerusakan permukaan rel dimana ujung ujung rel pada sambungan rel akan melengkung kebawah akibat beban vertikal.
Kekakuan vertikal pada potongan berperan penting untuk meminimalisir hogged rail. c. Jenis Jenis Rel 1) Berdasarkan Bentuknya Menurut bentuknya saat ini digunakan tiga
jenis macam profil rel, diantaranya: a) Rel Berkepala Dua Tipe ini dirancang karena memiliki keunggulan, yaitu apabila kepala rel mengalami keausan maka bisa dibalik dengan
sisi lain yang ada di bawahnya. Namun pada kenyataannya, bagian bawah rel juga mengalami keausan baik akibat beban maupun lingkungan, dengan demikian bagian bawah
rel ternyata tidak dapat memberikan permukaan yang baik untuk media pergerakan roda kereta api. b) Rel Alur Ciri utama rel alur yaitu mempunyai kaki yang sangat lebar. Hal
ini untuk memperkecil aus di lengkungan, maka alur harus diperlebar dan pinggir alur dibuat lebih tebal. c) Rel Vignola Merupakan bentuk rel yang umum digunakan pada jalan
rel, termasuk di Indonesia. Rel ini mempunyai beberapa keunggulan, 28 yaitu : momen perlawanan cukup besar, rel mudah ditambatkan pada bantalan, dan kepala rel sesuai
dengan bentuk kasut roda. 2) Berdasarkan Berat Rel. Menurut beratnya, secara umum dapat dibagi menjadi: a) R-42, adalah rel dengan berat sekitar 42 kg/meter. b) R-50,
adalah rel dengan berat sekitar 50 kg/meter. c) R-54, adalah rel dengan berat sekitar 54 kg/meter. d) R-60, adalah rel dengan berat sekitar 60 kg/meter. 3) Berdasarkan Panjang
Rel. Menurut PD No. 10 Tahun 1986 tentang Perencanaan Konstruksi Jalan Rel, bahwa panjang rel dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu: a) Rel standar, adalah rel yang panjangnya
25 meter. b) Rel pendek, adalah rel yang panjangnya maksimal 100 meter. c) Rel panjang, adalah rel yang panjangnya tercantum panjang minimumnya pada table 3.4. Tabel 3.4
Panjang minimum rel panjang.