Untuk memenuhi tugas mata kuliah Jalan Rel:
KELOMPOK 1
NISA HANIF
ALIF RAFLI ABDILLAH
AGUNG MADANI
KELAS REGULER A
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
Mata kuliah Perencanaan Jalan Rel membahas tentang sejarah dan perkembangan jalan rel dari masa ke masa, konstruksi jalan rel, sambungan jalan rel dan pembagian jalan rel, perencanaan geometrik jalan rel, serta penyelidikan lapangan struktur subgrade jalan rel dan perancangan geometrik jalan rel. Mahasiswa juga akan mempelajari tentang prasarana jalan rel, struktur jalan rel dan kriteria pembebanannya, komponen rel dan penambatnya, bantalan rel, dan struktur balas. Selain itu, mahasiswa akan mempelajari tentang sistem perawatan jalan rel di Indonesia.
Mata kuliah ini sangat penting bagi mahasiswa teknik sipil yang ingin mempelajari lebih dalam tentang perencanaan jalan rel. Mahasiswa akan mempelajari berbagai aspek terkait jalan rel, mulai dari sejarah dan perkembangan, konstruksi, hingga perawatan. Dalam mata kuliah ini, mahasiswa akan mempelajari tentang perencanaan geometrik jalan rel, yang meliputi perencanaan dimensi dan karakteristik jalan rel. Selain itu, mahasiswa juga akan mempelajari tentang struktur jalan rel dan kriteria pembebanannya, sehingga dapat merancang struktur jalan rel yang aman dan tahan lama.
Dalam perkembangan transportasi di Indonesia, pengembangan sarana transportasi menggunakan kereta api semakin berkembang. Oleh karena itu, mata kuliah Perencanaan Jalan Rel sangat penting untuk mempersiapkan mahasiswa teknik sipil dalam menghadapi tantangan pengembangan jalan rel di masa depan.
1. Ballasted track merupakan konstruksi jalan rel konvensional yang terdiri dari rel, penambat, bantalan, lapisan balas, dan lapisan tanah dasar.
2. Terdapat variasi jenis bantalan yaitu kayu, beton, dan baja serta berbagai jenis penambat seperti dorken, pandrol, dan nabla.
3. Ballastless track merupakan alternatif tanpa balas yang menggunakan konstruksi kaku seperti beton atau aspal seperti pada floating
Dokumen tersebut membahas tentang beton dan beton bertulang. Beton diperoleh dari campuran pasir, kerikil, semen, dan air yang akan mengeras menjadi keras seperti batuan dengan kuat tekan tinggi. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja tulangan yang bekerja sama untuk menahan berbagai jenis beban, dimana beton menahan tekan dan baja tulangan menahan tarik."
Dokumen menjelaskan 7 jenis sistem struktur jembatan, yaitu: (1) jembatan lengkung yang hanya bisa dipakai untuk tanah pendukung kuat dan cocok untuk bentang 100-300 m, (2) jembatan gelagar yang terdiri dari lebih dari satu gelagar dan cocok untuk bentang 5-40 m, (3) jembatan gantung yang menggunakan kabel utama dan kabel gantung sebagai penopangnya dan cocok untuk bentang sampai 1400 m,
Dokumen tersebut membahas tentang sistem sambungan pada struktur baja, termasuk jenis sambungan seperti las, baut, dan paku keling, serta perencanaan dan mekanisme berbagai jenis sambungan."
Dokumen tersebut membahas tentang bantalan rel, termasuk pengertian, fungsi, jenis, dan perencanaan bantalan rel untuk struktur jalan kereta api. Jenis bantalan yang dijelaskan meliputi kayu, besi, beton, dan slab track. Dimensi dan syarat kuat untuk bantalan kayu juga diuraikan.
Jembatan terdiri atas bagian struktur atas dan bawah, serta pondasi. Struktur atas menerima beban langsung dan memindahkannya ke struktur bawah, sementara struktur bawah memikul beban dan menyalurkannya ke pondasi. Bagian-bagian pelengkap seperti oprit dan talud juga mendukung fungsi jembatan.
1. Dokumen tersebut membahas struktur jalan rel konvensional yang terdiri atas superstructure dan substructure. Superstructure meliputi rel, bantalan, dan penambat, sementara substructure meliputi balas, subbalas, dan tanah dasar.
2. Pembebanan pada struktur jalan rel terdiri atas beban vertikal, faktor dinamis, beban lateral, dan beban longitudinal. Model Beam on Elastic Foundation digunakan untuk merancang struktur jalan rel.
3. Contoh soal menunjuk
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Dokumen ini membahas tentang sifat mekanis dan komposisi baja serta kapasitas produksi industri baja di Indonesia. Baja adalah logam paduan berbasis besi dengan kandungan karbon 0,2-2,1%. Sifat mekanis baja yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi standar tegangan leleh dan putus. Saat ini kapasitas produksi slab di Indonesia belum meningkat sejak 2004, namun produksi plate dan lembaran mengalami peningkatan.
Balok komposit merupakan balok yang terbuat dari baja, tetapi terdapat beton di atas balok tersebut. Untuk mengetahui kekuatan tersebut maka dihitunglah menggunakan metode aplikasi Excel
Alinemen vertikal adalah bagian dari alinemen jalan yang menghubungkan dua garis kelandaian. Dokumen ini membahas konsep jarak pandangan, perhitungan panjang lengkung vertikal, analisis lengkung vertikal, dan perhitungan volume galian dan timbunan.
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
1. Suatu lapisan tanah yang mengalami tambahan beban akan mengalami konsolidasi dimana air pori keluar dari pori tanah sehingga volume tanah mengecil.
2. Konsolidasi biasanya hanya berlangsung secara vertikal karena lapisan tanah di sekelilingnya.
3. Pada tanah lempung, konsolidasi berjalan lambat dan penurunan yang terjadi besar dibanding pasir.
Dokumen tersebut membahas tentang penurunan pondasi dangkal yang disebabkan oleh beban di atas tanah, yang dapat berupa penurunan elastik maupun konsolidasi. Penurunan elastik dapat diestimasi menggunakan teori elastisitas, sedangkan penurunan konsolidasi terjadi karena proses konsolidasi tanah. Dokumen ini juga menjelaskan parameter-parameter tanah yang diperlukan dalam perhitungan penurunan pondasi, seperti modulus el
Kolom beton bertulang memiliki beberapa jenis berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya, posisi beban, dan panjang relatif terhadap dimensi lateral. Jenis utama adalah kolom ikat, spiral, dan komposit. Keruntuhan kolom dapat terjadi akibat kelemahan material, beban melebihi kapasitas, atau kehilangan stabilitas lateral pada kolom panjang. Pekerjaan kolom meliputi pemasangan tulangan, bekisting, pengecoran, dan per
Dokumen tersebut membahas tentang komponen struktur jalan rel dan pembebanan yang bekerja pada struktur tersebut. Dibahas mengenai jenis rel yang digunakan di Indonesia, konstruksi dan penampang jalan rel, serta beban vertikal, horizontal, dan lateral yang dihasilkan oleh berat kereta api yang melintas.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem sambungan pada struktur baja, termasuk jenis sambungan seperti las, baut, dan paku keling, serta perencanaan dan mekanisme berbagai jenis sambungan."
Dokumen tersebut membahas tentang bantalan rel, termasuk pengertian, fungsi, jenis, dan perencanaan bantalan rel untuk struktur jalan kereta api. Jenis bantalan yang dijelaskan meliputi kayu, besi, beton, dan slab track. Dimensi dan syarat kuat untuk bantalan kayu juga diuraikan.
Jembatan terdiri atas bagian struktur atas dan bawah, serta pondasi. Struktur atas menerima beban langsung dan memindahkannya ke struktur bawah, sementara struktur bawah memikul beban dan menyalurkannya ke pondasi. Bagian-bagian pelengkap seperti oprit dan talud juga mendukung fungsi jembatan.
1. Dokumen tersebut membahas struktur jalan rel konvensional yang terdiri atas superstructure dan substructure. Superstructure meliputi rel, bantalan, dan penambat, sementara substructure meliputi balas, subbalas, dan tanah dasar.
2. Pembebanan pada struktur jalan rel terdiri atas beban vertikal, faktor dinamis, beban lateral, dan beban longitudinal. Model Beam on Elastic Foundation digunakan untuk merancang struktur jalan rel.
3. Contoh soal menunjuk
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Dokumen ini membahas tentang sifat mekanis dan komposisi baja serta kapasitas produksi industri baja di Indonesia. Baja adalah logam paduan berbasis besi dengan kandungan karbon 0,2-2,1%. Sifat mekanis baja yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi standar tegangan leleh dan putus. Saat ini kapasitas produksi slab di Indonesia belum meningkat sejak 2004, namun produksi plate dan lembaran mengalami peningkatan.
Balok komposit merupakan balok yang terbuat dari baja, tetapi terdapat beton di atas balok tersebut. Untuk mengetahui kekuatan tersebut maka dihitunglah menggunakan metode aplikasi Excel
Alinemen vertikal adalah bagian dari alinemen jalan yang menghubungkan dua garis kelandaian. Dokumen ini membahas konsep jarak pandangan, perhitungan panjang lengkung vertikal, analisis lengkung vertikal, dan perhitungan volume galian dan timbunan.
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
1. Suatu lapisan tanah yang mengalami tambahan beban akan mengalami konsolidasi dimana air pori keluar dari pori tanah sehingga volume tanah mengecil.
2. Konsolidasi biasanya hanya berlangsung secara vertikal karena lapisan tanah di sekelilingnya.
3. Pada tanah lempung, konsolidasi berjalan lambat dan penurunan yang terjadi besar dibanding pasir.
Dokumen tersebut membahas tentang penurunan pondasi dangkal yang disebabkan oleh beban di atas tanah, yang dapat berupa penurunan elastik maupun konsolidasi. Penurunan elastik dapat diestimasi menggunakan teori elastisitas, sedangkan penurunan konsolidasi terjadi karena proses konsolidasi tanah. Dokumen ini juga menjelaskan parameter-parameter tanah yang diperlukan dalam perhitungan penurunan pondasi, seperti modulus el
Kolom beton bertulang memiliki beberapa jenis berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya, posisi beban, dan panjang relatif terhadap dimensi lateral. Jenis utama adalah kolom ikat, spiral, dan komposit. Keruntuhan kolom dapat terjadi akibat kelemahan material, beban melebihi kapasitas, atau kehilangan stabilitas lateral pada kolom panjang. Pekerjaan kolom meliputi pemasangan tulangan, bekisting, pengecoran, dan per
Dokumen tersebut membahas tentang komponen struktur jalan rel dan pembebanan yang bekerja pada struktur tersebut. Dibahas mengenai jenis rel yang digunakan di Indonesia, konstruksi dan penampang jalan rel, serta beban vertikal, horizontal, dan lateral yang dihasilkan oleh berat kereta api yang melintas.
Rel KA digunakan sebagai penuntun pergerakan roda kereta api. Terdiri dari permukaan rel, kepala rel, badan rel, dan kaki rel. Rel dibuat dari baja tahan aus yang kuat dan keras. Panjang rel standar 25 m, rel pendek maksimal 100 m, rel panjang minimum 200-450 m tergantung tipe rel dan bantalan. Sambungan rel harus kuat, menjaga level rel, menahan gaya lateral, elastis, dan tahan gaya longitudinal. Jenis sambungannya adalah
Dokumen tersebut membahas tentang rel kereta api. Rel kereta api adalah logam batang yang digunakan sebagai landasan untuk kereta api dan kendaraan sejenis. Rel terbuat dari dua batang logam yang dipasang pada bantalan untuk memandu kereta api tanpa memerlukan pengendalian.
(Kelompok 2) geologi dan master plan pembangunan kereta peluru Alam F. Kusuma
油
Dokumen tersebut membahas tentang master plan pembangunan rel kereta peluru dari Bandung menuju Jakarta dengan rute melalui Bekasi, Cikarang, dan Karawang. Dibahas pula bahan-bahan konstruksi yang dibutuhkan seperti rel, bantalan, dan balast yang berfungsi untuk meredam getaran serta mencegah tanaman tumbuh di sekitar rel. Jenis bantalan yang umum digunakan adalah kayu, beton, dan baja.
Dokumen tersebut membahas analisis dampak beban overload kendaraan terhadap umur perkerasan kaku pada ruas jalan Lago-Sorek. Penelitian menunjukkan bahwa beban sumbu kendaraan melebihi batas maksimum sebesar 17,98%, mengakibatkan penurunan umur layanan perkerasan hingga 8 tahun dari rencana 20 tahun.
Peraturan ini mengatur persyaratan teknis jalur kereta api untuk dua lebar rel yang berbeda. Dokumen ini menjelaskan ruang-ruang yang terkait dengan jalur kereta api seperti ruang manfaat, milik, dan pengawasan serta persyaratan sistem dan komponen untuk jalan rel, jembatan, dan terowongan. Tujuannya agar jalur yang dibangun memenuhi standar keselamatan dan mudah dioperasikan.
Dokumen tersebut membahas tentang rekayasa lalu lintas yang mencakup pengertian, komponen, analisis tingkat pelayanan jalan, geometri jalan, dan penampang jalan. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas tentang perencanaan sistem transportasi untuk menghasilkan pergerakan manusia dan barang secara aman dan efisien."
Dokumen tersebut merangkum penelitian tentang koordinasi tiga simpang bersinyal di Jalan Soekarno Hatta Kota Pekanbaru untuk meningkatkan kelancaran lalu lintas. Penelitian ini bertujuan mengkoordinasikan waktu sinyal ketiga simpang tersebut agar dapat meminimalkan antrian kendaraan dan tundaan waktu tempuh. Hasil koordinasi diharapkan menjadi pertimbangan pemerintah daerah dalam meningkatkan kinerja simpang.
1. Geometri jalan rel meliputi lebar sepur, kelandaian, lengkung horizontal dan vertikal, serta peninggian rel. Lebar sepur di Indonesia adalah 1067 mm.
2. Ada tiga jenis lengkung horizontal: lengkung lingkaran, lengkung S, dan lengkung transisi untuk mengurangi perubahan gaya sentrifugal.
3. Peninggian rel ditentukan oleh kecepatan kereta api, jari-jari lengkung, dan stabilitas kereta api dalam berhenti. Perlebaran
Makalah ini membahas analisis kebutuhan daya motor hidrolik untuk capstan berkapasitas 3 ton. Capstan akan digunakan untuk menarik beban hingga 1 ton dengan kecepatan 10 km/jam di atas kapal. Motor hidrolik dipilih karena mampu menghasilkan momen puntir tinggi dan aman digunakan di laut. Analisis menggunakan rumus torsi, debit, dan daya pompa hidrolik untuk menghitung spesifikasi motor yang dibutuhkan.
Dokumen ini membahas pengantar perencanaan teknik jembatan, termasuk pembahasan mengenai pengertian jembatan, pedoman umum bentang ekonomis, kondisi batas, umur rencana, pokok-pokok perencanaan, acuan normatif, penyelidikan lapangan, penentuan muatan dan lebar jembatan, pembebanan rencana, tahapan analisis struktur, dan teori dasar perhitungan struktur."
Ada dua jenis beban utama yang mempengaruhi perencanaan jembatan, yaitu beban permanen seperti berat sendiri dan beban mati tambahan, serta beban transient seperti beban lalu lintas, beban angin, dan beban gempa. Perencanaan jembatan mempertimbangkan aspek lalu lintas, teknis, dan estetika untuk memenuhi persyaratan transportasi dan memberikan nilai tambah artistik.
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
1. Dosen Pengampu:
Edi Nursalam
KELOMPOK 1 REGULER A
Perencanaan
Jalan Rel
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2. 1 Gambaran Perkeretaapian
2 Struktur dan Klasifikasi Jalan Rel
3 Pembebanan Struktur Jalan Rel
4 Komponan Rel Baru
5 Wesel
6 Penambat Rel
7 Bantalan Rel
8 Balast
9 Pengelasan Rel
10 Drainase
Daftar Materi
4. Peran dan Fungsi Transportasi
Transportasi merupakan permintaan turunan (derived demand), transportasi ada
karena adanya kebutuhan.
Fungsi Transportasi:
Penggerak pembangunan (promoting function)
Pembangunan prasarana transportasi dapat membuka isolasi suatu daerah dan
menunjang program perluasan wilayah.
Pelayanan (servicing function)
Prasarana transportasi yang baik dapat menunjang dan mengakselerasi aktivitas
ekonomi di berbagai sektor wilayah.
7. Definisi
Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan
sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.
Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.
Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas
operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.
Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton, atau konstruksi
lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas tanah atau bergantung beserta
perangkatnya yang mengarahkan jalannya kereta api.
8. Sejarah Kereta Api
Awalnya menggunakan kereta yang ditarik kuda
Menggunakan rel dan roda dari besi
Penggunaan tenaga uap untuk menarik kereta
9. Sejarah Kereta Api di Indonesia
Perkeretaapian nasional di Indonesia telah
dimulai pada jaman penjajahan Belanda
sejak abad ke-19 (Tahun 1864), yaitu
dengan dibangunnya jalan kereta api
antara Stasiun Stasiun Kemijen
denganTanggung di daerah Semarang
(JawaTengah) sepanjang 26 Km.
10. Keunggulan Transportasi Kereta Api
Kapasitas Angkut Besar.
Ramah Lingkungan.
Pelayanan Aktivitas Khusus.
Keselamatan Perjalanan.
Keandalan Waktu Pencapaian (aspek own-track).
11. Kelemahan Transportasi Kereta Api
Tidak dapat mengangkut door to door
Memerlukan biaya investasi yang besar, jangka panjang
dan pengembalian rendah (highly capital intensive)
Fixed cost tinggi (賊 80 %)
Variable cost relatif rendah (賊 20 %)
13. Struktur dan
Klasifikasi Jalan Rel
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 2
14. Sruktur Jalan Rel
Prasarana kereta api lebih terperinci
lagi dapat digolongkan sebagai :
a. Jalur atau jalan rel,
b. Bangunan stasiun,
c. Jembatan,
d. Sinyal dan telekomunikasi
15. Sruktur Jalan Rel
Struktur Bagian Atas, bagian atas terdiri atas rel, bantalan dan penambat.
Struktur Bagian Bawah, yaitu bagian fondasi, terdiri atas balas, sub balas, dan tanah
dasar.
17. Sruktur Jalan Rel
Secara konstruksi, jalan rel dibagi dalam dua bentuk
konstruksi, yaitu :
a. Jalan rel dalam konstruksi timbunan,
b. Jalan rel dalam konstruksi galian. Jalan rel dalam konstruksi timbunan biasanya
terdapat pada daerah persawahan atau daerah rawa, sedangkan jalan rel pada
konstruksi galian umumnya terdapat pada medan pergunungan.
18. Unsur Komponen Jalan Rel
Secara umum komponen-komponen penyusun jalan rel dijelaskan
sebagai berikut :
1. Rel (Rail) Rel
2. Penambat (Fastening System)
3. Bantalan (Sleeper)
4. Lapisan Fondasi Atas atau Lapisan Balas (Ballast)
5. Lapisan Fondasi Bawah atau Lapisan Subbalas (Subballast)
6. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
19. Kriteria Struktur Jalan Rel
Kekakuan (stiffness)
Elastisitas
Ketahanan terhadap deformasi tetap
Stabilitas
Kemudahan pengaturan(adjustability)
20. Pengelompokan Jalan Rel
Menurut Lebar Jalan Rel
Lebar sepur merupakan jarak terkecil diantara kedua sisi kepala rel, diukur pada
daerah 0 14 mm di bawah permukaan teratas kepala rel.
21. Menurut Lebar Jalan Rel
Penggolongan menurut Lebar Sepur Lebar sepur merupakan jarak terkecil diantara
kedua sisi kepala rel, diukur pada daerah 0 14 mm di bawah permukaan teratas
kepala rel.
Ukuran lebar sepur pada struktur jalan rel :
Sepur Standar (standard gauge), lebar sepur 1435 mm, digunakan di negara-negara
Eropa, Turki, Iran, USA dan Jepang.
Sepur Lebar (broael gauge), lebar sepur > 1435 mm, digunakan pada negara
Finlandia, Rusia (1524 mm), Spanyol, Pakistan, Portugal dan India (1676 mm).
Sepur Sempit (narrow gauge), lebar sepur < 1435 mm, digunakan di negara
Indonesia, Amerika Latin, Jepang, Afrika Selatan (1067 mm), Malaysia, Birma,
Thailand, dan Kamboja (1000 mm).
22. Penggolongan kelas jalan rel menurut Kecepatan Maksimum yang
diijinkan untuk Indonesia:
Kelas Jalan I : 120 km/jam
Kelas Jalan II : 110 km/jam
Kelas Jalan III : 100 km/jam
Kelas Jalan IV : 90 km/jam
Kelas Jalan V : 80 km/jam
23. Penggolongan kelas jalan rel menurut Kecepatan:
Dikenal ada 4 kecepatan:
Kecepatan perancangan
Kecepatan maksimum
Kecepatan operasi
Kecepatan komersial
24. Penggolongan jalan rel menurut Jumlah Jalur:
jalur tunggal, melayani arus kereta api dua arah
jalur ganda, melayani arus kereta api satu arah
26. Beban dan Gaya Pada Rel
Pembebanan dan pergerakan kereta api di atas struktur jalan rel menimbulkan
berbagai gaya pada rel.
Gaya-gaya tersebut adalah; Gaya vertikal, Gaya transversal (lateral) dan
gaya longitudinal.
27. Beban dan Gaya Pada Rel
1. GAYA VERTIKAL
Merupakan gaya yang paling DOMINAN DEFLEKSI VERTIKAL dalam struktur jalan
rel. Secara global, besarnya gaya vertikal dipengaruhi oleh:
a. GAYA LOKOMOTIF (locomotive)
Jenis lokomotif akan menentukan jumlah bogie dan gandar yang akan mempengaruhi
berat beban gandar di atas rel yang dihasilkannya. Gaya lokomotif di Indonesia
umumnya terdiri dari : lokomotif BB dan lokomotif CC.
30. Beban dan Gaya Pada Rel
b. GAYA KERETA (car, coach)
Berat Kereta jika dimuati adalah sekitar 40 ton, dan ditumpu dengan 2 bogie (Pb = 20
ton), dengan masing-masing bogie terdiri 2 gandar (Pg = 10 ton), sehingga Ps = 5 ton.
31. Beban dan Gaya Pada Rel
c. GAYA GERBONG (wagon).
Prinsip pembebanan sama, dan satu gerbong dapat terdiri dari 2 gandar (tanpa bogie)
dan 4 gandar (dengan 2 bogie).
d. FAKTOR DINAMIS
32. Gaya Lateral Pada Rel
Penyebab Gaya Lateral:
Gaya Sentrifugal
Snake Motion
Ketidakataan Geometri Jalan Rel
33. Gaya Longitudinal Pada Rel
Penyebab Gaya Longitudinal:
Gaya adhesi (akibat gesekan roda dan kepala rel)
Gaya akibat pengereman roda terhadap rel
Perubahan suhu pada rel (thermal stress)
34. Faktor Dinamis
Faktor dinamis dipengaruhi oleh:
faktor aerodinamis (hambatan udara & beban angin)
kondisi geometrik (ketidak rataan) jalan
kecepatan rangkaian KA
35. Beban Dinamis
Pd = Ps x lp
Beban dinamis (Pd) diperoleh dari perkalian faktor dinamis terhadap beban
statis (Ps) yang diperhitungkan.
Dimana,
Ps = Pstatis pada roda
Ip = faktor dinamis
37. Komponen Rel
Suatu komponen rel terdiri dari 4 bagian,
yaitu :
Permukaan Rel untuk Pergerakan K A ,running surface (Rail Thread)
Kepala Rel (Head)
Badan Rel (Web)
Dasar Rel (Base)
38. Fungsi Rel
Komponen rel berfungsi sebagai :
Penerima beban langsung dari kendaraan sebelum di distribusikan ke
komponen lainnya.
1.
Mengarahkan jalannya kendaraan rel.
2.
Unsur pengikat dalam membentuk struktur jalan rel. Rel merupakan
komponen baja longitudinal yang secara langsung menuntun pergerakan
roda kereta api secara berterusan. Oleh itu, harus memiliki nilai kekakuan
balok tertentu sehingga perpindahan beban titik roda dapat menyebar
secara baik pada tumpuan di bantalan dan tidak menimbulkan defleksi
permanen pada balok rel di antara titik tumpuan.
3.
42. Jenis, Komposisi Kimia dan Kekerasan Rel
Rel dipilih dan disusun dari beberapa komposisi bahan kimia sedemikian
sehingga dapat tahan terhadap keausan akibat gesekan akibat roda dan
korositas. Dalam klasifikasi UIC dikenal 3 macam rel tahan aus (wear
resistance rails WR), yaitu rel WR-A, WR-B dan WR-C.
Rel yang digunakan di Indonesia (PJKA) saat ini merupakan rel WR-A,
dimana termasuk jenis baja dengan kadar yang tinggi (high steel carbon),
sedangkan WR-B dan WR-C merupakan baja dengan kadar C yang sedang
dan rendah.
Percobaan di laboratorium (Masutomo et al. 1982) menunjukkan bahwa rel
dengan kadar karbon yang tinggi lebih tahan aus daripada baja berkadar
karbon sedang.
44. KONSEP DISAIN DIMENSI REL
PERTIMBANGAN GEOMETRIK REL :
Permukaan harus cukup lebar untuk membuat tegangan kontak sekecil
mungkin.
Kepala rel harus cukup tebal untuk memberikan umur manfaat yang panjang.
Badan rel harus cukup tebal untuk menjaga dari korosi dan tegangan lentur
serta tegangan horisontal.
Dasar rel harus cukup lebar untuk dapat mengecilkan distribusi tegangan ke
bantalan.
Dasar rel juga harus tebal untuk tetap kaku dan menjaga bagian yang hilang
akibat korosi.
45. KONSEP DISAIN DIMENSI REL
Momen inersia harus cukup tinggi.
Tegangan horisontal direduksi oleh kepala dan dasar rel yangcukup lebar.
Stabilitas horisontal dipengaruhi oleh perbandingan lebar dan tinggi rel yang
cukup
Titik Pusat sebaiknya di tengah rel.
Geometrik badan rel harus sesuai dengan pelat sambung.
Jari-jari kepala rel harus cukup besar untuk mereduksi tegangan kontak.
47. UMUR REL
Umur rel sangat tergantung kepada mutu rel, keadaaan
lingkungan dan beban yang bekerja. Umur rel dapat ditentukan dari :
1. Kerusakan ujung rel
2. Keausan baik di lurus maupun lengkung
3. Lelah
49. WESEL
Wesel merupakan pertemuan antara beberapa jalur kereta api, dapat berupa jalur yang
bercabang atau persilangan antara 2 jalur. Fungsi wesel adalah untuk mengalihkan arah
perjalanan kereta api dari satu jalur ke jalur lainnya
Wesel merupakan konstruksi jalan rel yang rumit dengan beberapa persyaratan dan ketentuan
pokok yang harus dipatuhi
Wesel terdiri atas komponen - komponen sebagai berikut :
1. Lidah
2. Jarum beserta Sayap
3. Rel Lantak
4. Rel Paksa
5. Penggerak Wesel
50. LIDAH WESEL
Lidah wesel adalah bagian yang menentukan arah gerak roda. Sepasang lidah
dihubungkan dengan sebuah batang besi sehingga gerak sepasang lidah tersebut
bersama-sama. Jika lidah menempel pada rel kiri maka pada rel kanan lidah akan
memberi celah untuk roda lewat. Demikian juga sebaliknya
Terdapat dua jenis lidah wesel.
1. Lidah berputar: lidah yang mempunyai engsel di akarnya
2. Lidah berpegas adalah lidah yang akarnya dijepit sehingga dapat melentur.
Ujung lidah dapat digeser sampai menempel rata dan menekan pada rel lantak
sehingga dapat mengarahkan jalannya kereta api, yaitu
dari jalur lurus ke jalur lurus atau
dari jalur lurus ke jalur belok atau
jalur belok ke jalur lurus
51. JARUM WESEL
Jarum berfungsi untuk mengarahkan flens roda kereta api berjalan melalui perpotongan rel
dalam wesel. Sudut lancip adalah sudut yang dibentuk jalur lurus dan jalur belok, disebut
sudut simpang arah.
52. Rel Lantak (stock rail)
Rel lantak berfungsi sebagai
tempat tumpuan lidah wesel sehingga
penambat pada rel lantak harus selalu
dalam keadaan baik.
Bilamana posisi rel lantak pada bantalan
tidak tertambat dengan baik karena
fastening/penambat kendor, maka yang
terjadi lidah wesel tidak akan merapat ke
rel lantak dengan sempurna. Wesel bisa
terlanggar dan roda bisa
anjlog/derailment.
53. Rel Paksa
Rel paksa berfungsi untuk mencegah
roda kereta api anjlog pada saat
akan melewati daerah Jarum wesel.
Rel paksa dipasang berhadapan
dengan jarum wesel (dan dengan
sayap wesel). Saat roda mendekati
jarum (diatas celah rel) kemungkinan
roda kereta api anjlog, dicegah oleh
rel paksa oleh rel paksa (lihat
gambar skema wesel)
58. PENGERTIAN UMUM PENAMBAT
Penambat rel merupakan suatu komponen yang menambatkan rel pada
bantalan sedemikian sehingga kedudukan rel menjadi kokoh dan kuat.
Kedudukan rel dapat bergeser diakibatkan oleh pergerakan dinamis roda
kereta yang bergerak di atas rel.
Pergerakan dinamis roda dapat mengakibatkan gaya lateral yang besar.
Oleh karena itu, kekuatan penambat sangat diperlukan untuk dapat
mengeliminasi gaya ini.
Jenis penambat digolongkan berdasarkan karakteristik perkuatan
yang dihasilkan dari sistem penambat yang digunakan.
59. FUNGSI PENAMBAT
Menjaga ukuran jarak antar kedua rel atau lebar sepur tetap
Menahan berbagai beban dan getaran yang terjadi pada jalan rel yang
berasal dari gerbong atau kereta (arah vertikal, horisontal dan lateral)
BEBAN TERSEBUT KEMUDIAN DITERUSKAN PADA KONSTRUKSI
YANG ADA DI BAWAHNYA (BANTALAN, TUBUH BADAN DAN BALAS)
60. FUNGSI PENAMBAT
Awal penggunaan : Paku (Dog-Spike) dengan penambahan alat Anti-
Creepers.
Penggunaan Tirpon dan Pelat Andas
Penggunaan Penambat Elastis : meredam getaran, mengatasi gaya
jepit dan memberikan perlawanan rangkak. Penambat elastik terdiri dari
dua macam : penambat elastik tunggal dan ganda.
62. Persyaratan Teknik Penambat
Gaya jepit penambat elastis harus kuat untuk menjamin gaya tahan rel pada bantalan > gaya
tahan rangkak bantalan pada stabilitas dasar balas
Gaya jepit penambat dapat bertahan lama, meskipun ada pelonggaran dan keausan jepitan
Frekuensi getaran alami penambat >> frekuensi getaran alami rel, untuk mengantisipasi
kehilangan kontak penambat-rel selama ada lintasan kereta
Bahan material penambat harus mempunyai kualitas baik agar
kekenyalan penambat dapat bertahan dalam jangka waktu lam
Rel dan pengencangan penambat dilakukan dengan cepat
Penyetelan penambat dapat dilakukan dengan cepat tanpa per tenaga ahli khusus
Penambat sebagai isolator listrik, dan mudah diganti jika adakerusakan
Penambat mempunyai alas karet untuk:
mencegah rangkak rel
a.
meredam tegangan vertikal
b.
melindungi permukaan bantalan
c.
mempunyai tahanan daya tahan listrik yang cukup untuk pemisahan rel dari bantalan
d.
63. Jenis Penambat
Jenis Penambat yang digunakan di Indonesia (PD.No.10 tahun 1986) :
Penambat Kaku
Penambat Elastis (Tunggal dan Ganda)
64. KOMPONEN PENAMBAT ELASTIK TUNGGAL
Tirpon
Pelat Andas
Pelat Jepit Elastik
Mur
Baut
Kekuatan Jepitnya pada
batang jepit elastik
65. KOMPONEN PENAMBAT ELASTIK GANDA
Pelat Andas
Pelat Jepit
Alas Rel
Tirpon
Mur
Baut
Alas Karet (bantalan beton)
66. KEUNTUNGAN PENAMBAT ELASTIK
Penambat elastis, selain mampu menahan getaran, juga dapat
menghasilkan gaya jepit (clamping force) yang tinggi sehingga dapat
memberikan perlawanan terhadap gaya rangkak (creep resistance) yang
baik.
Umur bantalan rel lebih lama, karena pengaruh akibat gaya getaran pada
rel berkurang
Biaya pemasangan dan pemeliharaan lebih ekonomis dibandingkan
dengan menggunakan penambat rel konvensional (penambat kaku)
67. MODEL PENAMBAT ELASTIK
Daya jepit yang dihasilkan langsung:
Pandrol
DE
Dorken
First BTR.
Daya jepit yang dihasilkan dengan bantalan mur-baut atau
tirpon:
tipe F
Nabla.
68. BANTALAN REL
PERENCANAAN JALAN REL
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
FAKUTAS TEKNIK DAN SAINS
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
MATERI 7
69. PENGERTIAN UMUM
Bantalan merupakan suatu struktur untuk mengikat rel (dengan
penambat)sedemikian sehingga kedudukan rel menjadi kokoh dan kuat.
Bantalan juga membentuk sistem pembebanan dari kendaraan rel
terdistribusi secara lebih ringan dan merata kepada struktur fondasi.
Bantalan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk super-
structure (struktur bagian atas) dalam struktur jalan rel.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik mengenai jenis dan
karakteristiknya, inter-koneksi daerah yang akan dilayani oleh jalan rel
(daerah timbunan atau galian) terhadap fungsi drainasi, ukuran bantalan
yang akan digunakan dan berbagai pertimbangan teknis lainnya.
70. FUNGSI BANTALAN REL
Mengikat rel sehingga lebar sepur tetap terjaga
Menerima beban vertikal dan laeral oleh beban di atasnya dan
mendistribusikannya ke balas sebagai gaya vertikal.
Menjaga stabilitas pergerakan struktur rel ke arah luar dengan
mendistribusikan gaya longitudina dan lateral dari rel ke balas.
menghindari kontak langsung rel dengan air
71. Jenis struktur bantalan dapat dibagi sesuai dengan bahan dan
karakteristik penyusunnya, yaitu :
Bantalan Kayu (Wooden Sleeper),
Bantalan Besi (Steel Sleeper),
Bantalan Beton (Concrete Sleeper),
Bantalan Slab-Track (Slab Track)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
72. Bantalan Kayu (Wooden Sleeper)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
Keunggulan:
Elastisitasbaik, peredamgetaran,
sentakan, dan kebisingan
Ringan dan mudah dibentuk
Penggantian mudah
Kelemahan:
Rawan lapuk
Mudah terbakar
Nilai sisa rendah
73. Bantalan Besi (Steel Sleeper)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
Keunggulan:
Ringan
Tidak mudah lapuk
Elastisitas besar
Umur panjang (30-40 tahun)
Produksi mudah dan murah
Nilai sisa tinggi
Kelemahan:
Rawan korosi
Konduktor listrik
74. Bantalan Beton (Concrete Sleeper)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
Keunggulan:
Stabilitas baik
Umur konstruksi panjang
Tidak dapat terbakar
Cocok untuk mass production
Isolator listrik
Kelemahan:
Kurang elastis
Berat
Kemungkinan kerusakan selama pengangkutan
Tidak meredam getaran dan kebisingan
Nilai sisa sangat kecil
75. Bantalan Slab-Track (Slab Track)
JENIS STRUKTUR BANTALAN
Keunggulan:
Memiliki kualitas yang sangat tinggi
Lebih nyaman dari pada bantalan yang lain
Perawatannya sangat mudah
Kelemahan:
Membutuhkan tenaga khusus dalam
pengerjaannya
Memiliki tinggkat ketelitian yang sangat tinggi
Membutuhkan dana yang sangat besar
76. Pemilihan Jenis Bantalan ditentukan oleh:
Umur rencana
Karakteristik beban
Harga bantalan
Kondisi lingkungan dan tanah dasar
PEMILIHAN JENIS BANTALAN
77. Bentuk bantalan dapat dibagi menurut arah pemasangannya yaitu:
Bantalan Arah Melintang (Bantalan Kayu, Baja dan Beton) yang
dipasang tegak lurus arah rel, dan
Bantalan Arah Membujur (Concrete Slab-Track) yang dipasang
searah rel.
Pemasangan bantalan melintang banyak digunakan di Indonesia
BENTUK BANTALAN
79. Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar,
dan terletak di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang
terbesar akibat lalu lintas kereta pada jalan rel, oleh karena itu material
pembentukanya harus sangat terpilih.
BALAS (BALLAST)
80. BENTUK DAN UKURAN LAPISAN BALAS ATAS
Tebal lapisan balas atas adalah seperti yang tercantum pada klasifikasi jalan rel
Indonesia.
Jarak dari sumbu jalan rel ke tepi atas lapisan balas atas adalah:
b> 遜 L+x......................................... (3.10)
Dimana : L = panjang bantalan (cm)
X = 50 cm untuk kelas I dan II
= 40 cm untuk kelas III dan IV
= 35 untuk kelas V
Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1:2.
Bahan balas atas dihampar hingga mencapai elevasi yang sama dengan elevasi
bantalan.
81. BALLAST
Balas, terdiri dari lapisan atas dan lapisan bawah yang terletak
dibawah bantalan dengan fungsi sebagai berikut :
meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar;
mengokohkan kedudukan bantalan;
meneruskan aliran air sehingga tidak terjadi pengenangan air di
sekitar bantalan dan rel.
82. LAPISAN BALLAST
Lapisan balas atas terdiri dari batu pecah yang keras, dengan bersudut t 2
6 cm. Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik. Ketebalan lapi
saling bergesekan dapat menyerap tekanan kompresi yang cukup besar
tetapi pada arah vertikal sangat besar tetapi untuk arah lateral agak kurang.
Sedangkan lapisan balas bawah terdiri dari kerikil halus, kerikil s lapisan
penyaring (filter) antara tanah dasar dan lapisan balas atas dan haru lapisan
balas bawah adalah 15 cm.
83. Material Ballast
1. Batu pecah
Kelebihan :
Mempertahankan lintasan dalam
posisi
Cocok untuk lalu lintas yang padat
Bisa menahan kendaraan dengan
kecepatan tinggi
Kekurangan :
Harga pengadaan yang tinggi
84. Material Ballast
2. Batu Kerikil
Kelebihan :
Murah
Tidak mudah pecah/hancur
Drainase yang baik
Kekurangan :
Mudah memadat
Harus sering dilakukan perawatan
Harus dilakukan penyaringan agar
dapat ukuran yang seragam
Harus dibersihkan terlebih dahulu
85. Menurut Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012 tentang
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api
Material pembentuk balas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Balas harus terdiri dari batu pecah (25-60) mm dan memiliki kapasitas ketahanan yang baik,
ketahanan gesek yang tinggi, dan mudah dipadatkan.
b. Material balas harus bersudut banyak dan tajam, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa
material balas merupakan batuan pecah (crushed stone) yang berasal dari pengolahan
pemecah batu.
c. Porositas maksimum sebesar 3 %.
d. Kuat tekan rata-rata maksimum 1000 kg/cm2.
e. Berat jenis (spesific gravity) minimum 2,6.
f. Kandungan tanah, lumpur dan organik maksimum 0,5 %.
g. Kandungan minyak maksimum 0,2 %.
h. Keausan balas sesuai dengan hasil pengujian Los Angeles tidak boleh lebih dari 25%.
i. Kemiringan lereng lapisan balas atas tidak boleh lebih curam dari 1:2.
j. Bahan balas atas dihampar hingga mencapai sama dengan elevasi bantalan.
86. CIRI CIRI BALLAST YANG BAIK
Rapat
Bersih (tidak bercampur tanah dan lumpur)
Ada di bawah bantalan
Formasi/susunannya yang tidak kaku (elastis) sehingga dapat
bergerak-gerak sedikit
87. KERUSAKAN PADA LAPISAN BALLAST
Kerusakan yang sering terjadi pada lapisan ballast adalah :
Penurunan lapisan ballast
Penurunan lapisan ballast terjadi karena beban dinamik akibat
pergerakan kereta api yang diterima menyebabkan pergeseran material
lapisan ballast sehingga volume dan ketebalan lapisan ballast akan
berkurang dan mengakibatkan terjadinya penurunan lapisan ballast
Terjadinya kantong ballast
Terjadinya kantong ballast disebabkan karena penurunan lapisan ballast
yang tidak teratasi, sehingga menyebabkan bagian badan jalan kereta api
(subgrade) langsung menerima tekanan beban dinamik yang lebih besar dari
kondisi semula.
88. DAMPAK KERUSAKAN PADA LAPISAN
BALLAST
Akibatnya badan jalan kereta api (subgrade) menjadi longsor dan material
lapisan ballast terdesak masuk ke bagian subgrade dan membuat
cekungan atau kantong ballast.
Apabila pada musim penghujan, terjadinya kantong ballast ini akan dapat
menyebabkan mud-pumping atau pemompaan tanah dasar yang
bercampur air (lumpur) keluar sehingga semakin mempercepat keruntuhan
struktur jalan kereta api.
90. FLASH BUTT
Pada umumnya dilakukan dengan mesin las tetap, tetapi juga ada mesin las
yang dapat dipindah-pindahkan sehingga pengelasan dapat diiakukan
dilokasi penyambungan rel. dilaksanakan dengan menggunakan prinsip
tahanan listrik
Prosedur pengelasan:
Kedua ujung rel dihaluskan terlebih dahulu
Kedua rel ditempelkan
Diberikan tegangan listrik
Rel memanas sehingga mencapai suhu tempa
Kedua ujung rel saling ditekan dengan tekanan tinggi
Sisa las dipahat dan digerinda
92. THERMIT
Memudahkan pelaksanaan pengelasan rel dilokasi dengan peralatan yang
sederhana tetapi dengan hasil las yang baik secara metalurgis, menggunakan
campuran bubuk aluminium dengan besi oksida yang pada suhu tinggi berubah
menjadi alumina dan baja, pelaksanaan berlangsung 賊15 menit.
Prosedur pelaksanaan:
Kedua ujung rel diluruskan
Cetakan dipasang pada sambungan
Tungku dipasang, campuran dimasukkan
Rel dipanaskan dengan Burner gas propane sampai 900 0C
Campuran dalam tungku dinyalakan
Tungku dan cetakan dilepaskan
Sisa las dipahat dan digerinda
93. THERMIT
Tahap-tahap pengelasan dengan Las Thermit adalah sebagai berikut:
a.Penyiapan rel
Bersihkan permukaan rel yang akan dilas dengan karat, sisik atau material lainnya.
Jarak antara rel (celah) pada sambungan rel 24 26 mm.
Alinyemen vertikal - horizontal maksimum 1 mm untuk mistar ukur 1 m'.
b. Persiapan cetakan (mould) dan tempat peleburan
Pemasangan penjepit cetakan pada rel yang ditambat kaku.
Penyetelan cetakan (mould) yang baik pada sisi-sisi rel maupun bagian bawah rel.
Penutup sambungan antara cetakan dengan rel dipakai bahan pasta (bahan
khusus) sedalam 25 mm dikelilingi sambungan
94. THERMIT
c. Pemanasan pendahuluan (preheating).
Pemanasan pendahuluan dapat dipakai dengan Oxy Propano, brandernya
ditempatkan pada mould,
Semburan dari pemanasan dilaksanakan semburan warna nyala api biru
Pemanasan pendahuluan dilaksanakan 4 5 menit
d. Pelaksanaan pengelasan,
Posisi lubang tempat peleburan tepat pada posisi mould/cetakan dannyalakan
penyulut.
Setelah cairan logam mulai mengalir pada mould/cetakan dan sampai pada cairan
logam membeku (賊30 detik) segera disingkirkan curcible.
Pembongkaran cetakan dilaksanakan striping pada kepala rel sesudah di las.
Penggurindaan dilakukan pada permukaan rel sehingga kepala rel bia
diukur dengan rel panjang 1 m tidak terjadi penyimpangan
95. THERMIT
e. Perapihan kembali.
Tempatkan kembali rel pada bantalan dan tambatkan kembali pengikat- pengikat rel.
Periksa alinyemen rel baik vertikal maupun horisontal. Kereta Api tidak boleh lewat
sebelum rel mendingin sampai 37,5 0C. Sebagai finishing/akhir pekerjaan pengelasan
akan diadakan pengetesan dengan ultrasonic yang akan ditunjuk oleh direksi. Setiap
titik las diberi nomor urut dari awal sampai akhir pada kaki rei kanan dan kiri.
98. ELEKTRODA
Mengelas kedua ujung rel mulai dari kaki rel ke atas menggunakan elektroda
dalam sebuah cetakan yang terbuat dari tembaga. Pengelasan kurang lebih
terjadi selama 賊15 20 menit.
Prosedur pengelasan:
a. Pasang cetakan
b. Lakukan pemanasan awal dengan suhu 200 0C 250 0C menggunakan
burner propane
c. Melakukan pengelasan pada celah sambungan dari bawah ke atas
d. Lepaskan cetakan
101. PENGERTIAN SUBGRADE
Subgrade/Tanah Dasar adalah merupakan lapisan tanah yang dijadikan Tubuh jalan rel
(Tubuh Bann), baik dalam keadaan tanah asli maupun dalam bentuk yang sudah
diperbaiki (improved subgrade) ataupun dalam bentuk buatan, yang memikul beban dari
lapisan balas dan sub-balas
Struktur akhir (Sub-Structure Jalan Rel)
Fungsinya sebagai Penerima beban akhir sehingga perlu didisain agar tanah mampu
menerima beban tanpa terjadi deformasi tetap.
Perlu tinjauan perilaku tanah dan kapasitas daya dukungnya.
105. Perencanaan Lapisan Subgrade :
Investigasi Awal
pengamatan terhadap informasi di sekitar lokasi rencana
pembangunan yang telah ada dari berbagai sumber
yang telah dipublikasikan,
Investigas Terperinci
informasi terperinci mengenai kondisi tanah, batuan dan
aliran air tanah dengan eksplorasi dan penyempelan
(sampling),
106. Investigasi Awal :
Adapun beberapa investigasi awal pada perencanaan subgrade
konstruksi ens sebagai berikut:
Informasi Geologi
Indeks peta geologi
Peta batuan
Peta topografi
Peta dan laporan tanah
Laporan teknik atau geologi
Foto udara
Peta penelompokan zona gempa
107. Investigasi Terperinci :
Adapun beberapa investigasi terperinci pada perencanaan
subgrade konstruksi ens sebagai berikut:
Pertimbangn investigasi berdasarkan konstruksi subgrade
Konstruksi pada fondasi timbunan
Konstruksi pada galian (cuts)
Konstruksi pada tanah asli (roadbed)
Teknik sampling dan pengujian dalam investigasi terperinci
Penyampelan (sampling)
Klasifikasi tanah
Pengujian tanah
108. Pengujian Tanah di Lapangan :
Pengujian tanah di lapangan meliputi pengujian pengeboran,
vane-shear dan CBR Lapangan (Field-California Bearing
Ratio)
pengujian CBR lapangan dan Pengujian Daya Dukung Pelat
(Plate Bearing Test) juga dilaksanakan untuk mendapatkan
kejelasan sifat daya dukung tanah lapangan sehingga di
dalam perencanaan ataupun perbaikan tanah dapat dilakuan
dengan mudah dan cepat
Nilai CBR - Lapangan dapat diketahui dengan pengujian
Portable atau Dynamic Cone Penetrometer
Struktur subgrade harus mempunyai nilai daya dukung tanah
yang cukup sesuai dengan PD No.10 tahun 1986
109. Pengujian Tanah di Lapangan :
Pengujian Boring Test
Field Vane Shear Test (Uji Geser Baling-Baling di Lapangan
Pengujian CBR Lapangan
Plate Loading/Plate Bearing
Pengujian Sandcone
111. PENGERTIAN DRAINASE JALAN REL :
Drainase jalan rel adalah sistem pematusan/pembuangan air di
suatu daerah konstruksi jalan rel, baik secara gravitasi maupun
dengan menggunakan pompa, agar tidak sampai terjadi
genangan air.
Yang akan dibahas adalah sistem drainase jalan rel secara
gravitasi, mengingat sistem inilah yang paling banyak
digunakan di Perkeretaapian Indonesia, kecuali di kawasan
bawah tanah MRT Jakarta, menggunakan sistem gravitasi dan
pompa.
112. TUJUAN KONSTRUKSI DRAINASE :
Agar tidak terjadi genangan air pada jalan rel, sehingga tidak
terjadi pengembangan tanah dan menghindari terjadinya
pemompaan butir-butir halus (pumping effect)
Mencegah atau mengurangi pengaruh air terhadap
kestabilan tanah, sehingga badan jalan rel tetap kokoh,
Lalu lintas kereta api tidak terganggu
113. JENIS - JENIS DRAINASE JALAN REL :
Jenis - jenis dari drainase jalan rel dibagi menjadi 3, yaitu:
Drainase permukaan (surface drainage)
Drainase bawah permukaan (sub-surface drainage)
Drainase lereng (slope drainage)
114. DRAINASE PERMUKAAN :
Drainase permukaan dimaksudkan untuk mengalirkan atau
mematus air yang ada dipermukaan tanah daerah konstruksi
jalan rel. Meskipun demikian pembuangan akhir air dari sistem
drainase permukaan ini tidak boleh mengganggu lingkungan
sesuai dengan maksud dan tujuan dibuatnya drainase.
Perencanaan drainase permukaan dipengaruhi oleh keadaan
topografi.
115. DRAINASE PERMUKAAN :
Terdapat 2 jenis drainase permukaan, yaitu :
a. Drainase memanjang (side-ditch), yaitu drainase permukaan
yang letaknya di samping dan memanjang arah jalur jalan rel.
Potongan melintang drainase memanjang dapat berupa :
Trapesium
Kotak atau persegi
Segitiga terbalik
Busur lingkaran
116. Fungsi Subgrade/Tanah dasar:
Mendukung beban yang diteruskan balas
Meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, yaitu badan
jalan rel
Memberi landasan yang rata pada
kedudukan/ketinggian/elevasi di tempat balas akan
diletakkan
117. DRAINASE PERMUKAAN :
Agar drainase dapat berfungsi dengan baik, pada dasarnya
perencanaan saluran drainase harus memperhatikan hal-hal
berikut:
Karakteristik/kondisi setempat yang dapat mempengaruhi
debit rencana saluran
Gaya-gaya yang akan bekerja pada saluran yang dimaksud
Saluran melintang harus terbuat dari bahan yang kuat, misalnya
dengan perkuatan susunan batu yang diplester, beton, dan
sebagainya, dan harus menggunakan tutup yang kuat,
diantaranya beton bertulang atau baja gelombang.
118. DRAINASE PERMUKAAN :
Kecepatan aliran juga bergantung pada bahan pembentuk
saluran sebagaimana tabel berikut dapat digunakan sebagai
pedoman.
119. DRAINASE BAWAH PERMUKAAN :
Tujuan drainase bawah permukaan jalan rel untuk menjaga
elevasi muka air tanah tidak mendekati permukaan tanah badan
jalan rel berada yang harus dilindungi.
Sesuai dengan maksud dan tujuannya, pada badan jalan rel
berupa permukaan asli dangalian, ketebalan bagian badan jalan
rel setebal minimum 75 dari dasar balas harus selalu dalam
keadaan kering.
120. DRAINASE LERENG :
Drainase lereng dimaksudkan untuk:
Mencegah agar air permukaan yang berasal daripunggung
lerengtidak mengalirsecara derasmenggerus permukaan dan
kaki lereng;
Mencegah terjadinya aliran rembesan (seepage)di dalam
tubuhlereng tanah, di mana ini dapatmenyebabkan
lerengbisa longsor secaramendadak dan ataumemperlemah
tubuhjalan rel.
121. DRAINASE LERENG :
Drainase lereng jalan rel dibuat dengan maksud dan tujuan
dibawah ini :
Sebagai upaya untuk mencegah agar air permukaan yang
berasal dari punggung lereng tidak mengalir secara deras,
karena aliran yang deras dapatmengakibatkan gerusan
pada permukaan dan kaki lereng.
Mencegah terjadinya rembesanair dari permukaan lereng ke
dalam badan jalan rel, karena rembesan yangterjadi dapat
menyebabkan lereng longsor secara mendadak dan atau
memperlemah badan jalan rel.