ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
COMMISSIONING
KELAS A
SISTEM
KONTROL
PROSES
AND
MAINTENANCE
PLANNING
KELOMPOK 4
MOH. HIBATURROHMAN
BAGASUNNI`AM
21506301111057
NADYA SEKARSARI S
21506301111039
SHAVIRA ANANDA
21506301111007
REIZA HAFID ARDYTYAN
215060301111023
TIMOTHY NOVALDIO
215060307111059
RANDIAN AHMAD FAWWAZI
HIKAM
215060300111046
RIZKI BAGUS HADI KUSUMA
215060301111025
PLANNING
Perencanaan adalah alat manajemen, dengan mempertimbangkan proyek, hambatan, dan prosesnya dengan
cermat, meningkatkan kemungkinan keberhasilan. Dengan kesiapan, manajer proyek dapat bersikap proaktif
daripada menyelesaikan masalah secara reaktif ketika timbul dalam proyek (Hanna dan Skiffington, 2010).
Zwikael dan Globerson (2004) mengembangkan model Project Management Planning Quality (PMPQ). Model PMPQ
dibagi menjadi dua kategori utama: Perencanaan Awal dan Dukungan Organisasi. Kategori perencanaan awal
mencakup sembilan subkategori seperti integrasi, ruang lingkup, waktu, biaya, kualitas, sumber daya manusia,
komunikasi, risiko, dan pengadaan. Kategori dukungan organisasi mencakup empat area dukungan seperti sistem
organisasi, budaya dan gaya organisasi, struktur organisasi, dan kantor proyek.
PLANNING
Proses Perencanaan terdiri dari proses-proses yang dilakukan untuk menetapkan cakupan total usaha,
mendefinisikan dan menyempurnakan tujuan, dan mengembangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Rencana manajemen project dan dokumen project yang dikembangkan sebagai output dari Proses Perencanaan
akan mengeksplorasi semua aspek cakupan, waktu, biaya, kualitas, komunikasi, sumber daya manusia, risiko,
pengadaan, dan keterlibatan pemangku kepentingan.
Perencanaan project adalah konsep yang lebih luas. Sebuah rencana project mengungkapkan tujuan & persyaratan
proyek dalam hal:
• Lingkup Project
• Jadwal Project
• Kebutuhan Sumber Daya
• Estimasi Biaya project
• Manajemen Kualitas proyek
• Menajemen Resiko Project
DEMAND FORECASTING
Prediksi permintaan (demand forecasting) digunakan dalam berbagai bidang mulai dari
manajemen persediaan, pengiriman, distribusi, klaim, perbaikan, dan pemeliharaan hingga
koordinasi pemasok dan operasi berbagai pekerjaan (Fildes et al., 2006; Küsters et al., 2006).
Ketika digunakan secara efektif, ini akan membantu rantai pasokan perusahaan atau
penyesuaian terhadap kondisi pasar yang berubah (Fildes dan Beard, 1992; Gardner, 1990;
Wacker dan Lummus, 2002).
DEMAND FORECASTING
Perencanaan permintaan (demand planning) mewakili serangkaian metodologi dan teknologi
informasi untuk penggunaan prediksi permintaan dalam proses perencanaan. Tujuannya
adalah untuk mempercepat aliran bahan baku, material, dan layanan mulai dari pemasok
hingga transformasi menjadi produk di perusahaan dan distribusinya kepada konsumen akhir
(Sheldon, 2006).
Implementasi perencanaan permintaan (demand planning) memungkinkan penentuan prediksi
permintaan yang paling mendekati batas perencanaan dan pengambilan keputusan terkait
volume produksi, stok, dan kapasitas distribusi sumber daya di antara produk tertentu untuk
memaksimalkan keuntungan seluruh perusahaan.
DEMAND FORECASTING
Prediksi permintaan (demand forecasting) merupakan langkah penting dalam
perencanaan dan pengendalian sistem produksi. Ini membantu perusahaan untuk
mengoptimalkan persediaan, produksi, dan distribusi produk atau layanan mereka. Proses
planning sistem kontrol proses biasanya melibatkan beberapa langkah, termasuk prediksi
permintaan.
Beberapa metode untuk menentukan prediksi permintaan, sebagai berikut :
• Time Series Analysis (Analisis Time Series)
• Regresi Linier
• Analisis Musim dan Eventualitas
• Survei Pelanggan dan Pendapat Ahli
Material
Requirements
Planning
Prosedur yang sistematis dalam
penentuan kuantitas serta waktu
dalam proses pengendalian
kebutuhan bahan terhadap
komponen-komponen permintaan
yang saling bergantungan
Input Material Requirements Planning
Jadwal Induk
Produksi
Struktur Produk Status Persediaan
Proses Material Requirements Planning
Netting
(Kebutuhan
Bersih)
Lotting
(Kuantitas
Pesanan)
Offsetting
(Rencana
Pemesanan)
Exploding
Jadwal Pesanan
Terencana
Laporan
Pengeluaran
Pesanan
Perubahan
terhadap
Pesanan yang
telah
Direncanakan
Laporan
Penampilan
Output Material Requirements Planning
Perencanaan Produksi dan Penjadwalan
Perencanaan produksi dan penjadwalan adalah aspek vital dalam
pengendalian sistem kontrol proses yang bertujuan memastikan produksi
berjalan efisien, efektif, dan sesuai dengan tujuan. Ini melibatkan
mempertimbangkan kualitas, kuantitas produksi, permintaan konsumen,
dan ketersediaan bahan baku dengan memperhitungkan waktu siklus
produksi serta persiapan. Dalam sistem kontrol proses, dukungan dari
teknologi informasi dan sistem kontrol otomatis penting untuk menjaga
kelancaran operasional yang efisien sesuai rencana yang telah ditetapkan.
ESTIMASI BIAYA
Menghitung biaya produksi, termasuk bahan baku, tenaga kerja, peralatan,
dan biaya overhead lainnya.
1 PENENTUAN KEBUTUHAN
Mengidentifikasi jumlah dan jenis produk yang harus diproduksi
berdasarkan permintaan pasar atau kebutuhan internal.
PERENCANA
AN
PRODUKSI
2 PEMILIHAN PROSES PRODUKSI
Menentukan teknik dan metode produksi yang akan digunakan untuk
menghasilkan produk.
3
4 MANEJEMEN PERSEDIAAN
Mengatur kebutuhan bahan baku, barang dalam proses, dan produk jadi
untuk memastikan ketersediaan dan menghindari kelebihan stok.
1 PENENTUAN WAKTU PRODUKSI
Menjadwalkan kapan produksi akan dimulai dan berakhir, berdasarkan
kapasitas mesin, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya.
PENJADWAL
AN
PRODUKSI
2 OPTIMASI PEMESANAN
Mengatur urutan produksi untuk meminimalkan waktu tunggu dan
memaksimalkan efisiensi.
3 PENYUSUNAN JADWAL HARIAN/MINGGUAN
Membuat jadwal kerja yang spesifik untuk setiap mesin, pekerja, atau lini
produksi.
4 PEMANTAUAN DAN PENYESUAIAN
Mengawasi pelaksanaan jadwal dan melakukan penyesuaian jika terjadi
perubahan keadaan atau masalah produksi.
Contoh Perencanaan dan Penjadwalan Perusahaan :
https://www.scribd.com/presentation/355398640/Commissioning-
Engineering-Execution-Plan-rev2-20160302-97
1 HARD WARE (PERANGKAT KERAS)
Menentukan kebutuhan perangkat keras seperti sensor, aktuator, dan
komponen kontrol lain yang dibutuhkan untuk mendukung fungsionalitas
sistem.
KEBUTUHA
N SUMBER
DAYA
Dalam proses planning pada sistem
kontrol, identifikasi kebutuhan
sumber daya melibatkan penentuan
dalam segala aset dan elemen yang
diperlukan untuk merancang,
mengimplementasikan, dan
menjalankan sistem kontrol.
2 SOFT WARE (PERANGKAT LUNAK)
Menentukan kebutuhan perangkat lunak seperti program kontrol,
antarmuka pengguna, dan perangkat lunak lain untuk mengendalikan
sistem.
3 TENAGA KERJA MANUSIA (HUMAN RESOURCES)
Memastikan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk merencanakan, mengembangkan, dan
memelihara sistem kontrol.
4 DATA DAN INFORMASI
Menentukan jenis data yang diperlukan oleh sistem kontrol. melibatkan
kebutuhan informasi input, output, dan data yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan.
5 KONEKSI DAN INFRASTRUKTUR JARINGAN
Sistem kontrol melibatkan komunikasi antar perangkat atau sistem
sehingga identifikasi diperlukan untuk mendukung konektivitas.
KEBUTUHA
N SUMBER
DAYA
Dalam proses planning pada sistem
kontrol, identifikasi kebutuhan
sumber daya melibatkan penentuan
dalam segala aset dan elemen yang
diperlukan untuk merancang,
mengimplementasikan, dan
menjalankan sistem kontrol.
6 KEAMANAN
Memastikan langkah-langkah keamanan yang memadai untuk melindungi
sistem kontrol dari ancaman keamanan yang mungkin terjadi.
7 KETERSEDIAAN DAN KEANDALAN
Mempertimbangkan kebutuhan akan ketersediaan sumber daya dan
keandalan sistem sebagai cadangan dan pemulihan setelah bencana
apabila diperlukan.
8 KAPASITAS SISTEM
Menentukan kapasitas sistem yang dibutuhkan untuk menangani beban
kerja dan tugas yang dikerjakan sehingga dapat diantasipasi.
High percentage of
diesel fuel mxture
rather than biodiesel
Climate Change
Method
Invesment in
upstream process for
oil and gas comparies
(investor)
Few ling term
goals
Fossil deposits
(unrenewable
materials)
Machine
Environment
Upstream and
inflexible process
Resist sudden
changes
(customers)
Lack of
environment
accountablity
Un-Integrated
machinery process
Disruption of wild
life habiata and
local environment
Harmful
Exploration and
Production
in-effective use of un-
renewable energy
resources that causes
harm to the
environment and the
wellbeing of living
creatures
Results focus and
profit oriented
(management)
Excessive numbers
of waste
Surplus materials (due to
bad planning)
Does not implamented
digital manufacturing
and coordination
control system
Reduction in the
amount of oil and gas
supply from fossil
deposits
Fishbone Planning
Man
Measure
Material
Minimum waste
treatment process
Non-circular
supply chain
design
PT. Pertamina
Sumber :
https://www.researchgate.net/publication/3509
64843_Going_Upward_PT_Pertamina_Holistic_A
pproach_Towards_New_Renewable_Energy
KOMISIONING
suatu proses yang sistematik dengan
berorientasi pada kualitas untuk
memverifikasi performa proyek atau sistem
yang dibangun mengacu pada basic design
yang telah ditetapkan sebelumnya
TUJUAN KOMISIONING
Menentukan apakah sistem yang dibangun layak untuk beroperasi atau tidak
Sistem dikatakan tidak layak apabila sistem dibangun tidak sesuai dengan
desain yang telah dibuat. Selain itu, juga dapat dinyatakan tidak layak apabila
proses konstruksi sistem belum selesai atau hasil konstruksi tidak baik.
TUJUAN KOMISIONING
Meningkatkan kinerja sistem yang bersangkutan
Proses komisioning mencatat dan melakukan analisis yang diperlukan
terhadap perbedaan tersebut. Analisis yang telah dilakukan dapat dijadikan
sebagai acuan untuk melakukan modifikasi dengan tujuan peningkatan
kinerja sistem
TUJUAN KOMISIONING
Melakukan dokumentasi terhadap spesifikasi komponen serta karakteristik
prestasi sistem yang didapat selama running test
Dokumentasi ini sangat diperlukan dalam proses analisis sistem. Selain itu,
dokumentasi ini juga diperlukan untuk mempersiapkan operator dalam
mengoperasikan dan melakukan perawatan pada sistem yang
bersangkutan
Introductory Comments - Commissioning
Strategy
Sistem teknologi proses (proses) dan
sistem otomatisasi selalu dianggap
sebagai satu kesatuan. Dalam hal ini,
interaksi antara proses (bagian sistem
teknologi proses) dan struktur
otomatisasi harus selalu diperhitungkan
sejauh yang berkaitan dengan
penyelesaian.
memberikan gambaran umum tentang
aspek utama dari penyelesaian sistem
teknologi proses dan otomatisasi, yang
dikategorikan menjadi tingkat I dan II. Di
sini, sangat penting menentukan urutan
(sesuai dengan strategi penyelesaian)
tindakan - tindakan penyelesaian individu
dilakukan, yang kemudian menentukan
periode waktu sebenarnya, biaya yang
timbul, dan keberhasilan penyelesaian
sistem
4
Add the Project Name
Fill out the diagram,
starting with Goal 1 here
Objective
Team in Charge
Goal 2
Objective
Team in Charge
Resources
Steps Resources
Steps Resources
Steps
3
Menentukan Kegiatan Utama
Commissioning of Process
Technology System
Group 1 (Step 1)
• ·Hubungan energi bantu listrik (dan pneumatik) untuk prosesor dan peralatan otomatisasi (kecuali perangkat yang
mengkonsumsi listrik besar).
• ·Memeriksa mode operasi - mode manual - untuk loop kontrol tertutup dan sistem kontrol biner pada sistem proses
teknis.
• ·Penguji dasar sistem kontrol biner, misalnya untuk menghidupkan dan mematikan pompa, membuka/menutup katup,
dll.,
Group 2 (Step 2)
• ·Menetapkan kesiapan operasional proses, misalnya ketersediaan media yang diperlukan (bahan dasar) dalam wadah
output yang sesuai, pengisian sistem pipa yang diperlukan, dll., (semua langkah operasional dalam operasi manual).
Group 3 (Step 3)
• ·Pengujian perangkat keamanan, di mana perangkat keamanan 1 (sensor, aktuator, dan algoritma prosesor diuji terlebih
dahulu, diikuti oleh perangkat keamanan 2).
• ·Hubungan energi bantu listrik untuk perangkat konsumsi besar.
• ·Mendekati titik kerja sistem teknologi proses, yaitu loop kontrol tertutup dipindahkan ke titik kerja yang diperlukan
dalam mode manual, di mana struktur pengontrol dan parameter pengontrol diprogram untuk setiap loop kontrol
tertutup.
Group 1 (Step 1)
• Membentuk mode operasi - mode otomatis - melalui transisi yang lancar, pergantian manual/otomatis (sinyal kontrol
manual dan sinyal kontrol otomatis bertepatan).
• Pemantauan awal operasi dan pengujian keadaan tunak, serta perilaku kontrol dan gangguan.
Level 1
Level 2
Connection of electrical auxiliary
energies
Steps Connection of electrical auxiliary
energies
Langkah 1:
Penghubungan energi listrik tambahan untuk prosesor (sistem kontrol proses, pengontrol
kompak, teknologi PLC, dan PC) Tingkat tegangan tipikal 230 V AC dan 24 V DC (tersedia
melalui unit sumber daya)
Langkah 2:
Penghubungan energi listrik tambahan untuk peralatan otomatisasi - perangkat konsumsi
standar (seperti sensor, aktuator, pengubah pengukuran, dan perangkat keselamatan)
Tingkat tegangan tipikal 230 V AC (sumber utama) 24 V DC (tersedia melalui unit sumber
daya)
Langkah 3:
Penghubungan energi listrik tambahan untuk peralatan otomatisasi - Perangkat konsumsi
besar (seperti pompa dan pemanas) Tingkat tegangan tipikal 400 V AC (sumber utama)
Connection of electrical auxiliary energy using the example
of a small-scale experimental module
Gambar B3-3
Connection of electrical auxiliary energy using the example
of a small-scale experimental module
Gambar B3-3 menunjukkan dengan menerapkan langkah 1-3, energi listrik
tambahan untuk modul eksperimen skala kecil harus terhubung. Ini
menggambarkan bahwa pengontrol kompak (prosesor) adalah yang pertama
menerima energi tambahan, diikuti oleh sensor, aktuator, pompa kecil, dan
perangkat keselamatan, dan akhirnya, pemanas (sebagai perangkat
pengonsumsi besar).
Connection of auxiliary energy for processors
Gambar B3-4
Connection of auxiliary energy for processors
Rangkaian yang diusulkan yang lebih menguntungkan untuk pasokan energi
listrik tambahan untuk prosesor (gambar B3-4), di mana perangkat
keselamatan serta energi tambahan pneumatik disediakan melalui kontak
tambahan dari kontaktor K1 dan K2 (gambar B3-6).
Connection of electrical auxiliary energy for
heavy consuming devices
Gambar B3-5
Connection of electrical auxiliary energy for
heavy consuming devices
Gambar B3-5 menunjukkan contoh penghubungan energi listrik tambahan
untuk perangkat pengonsumsi besar, di mana pompa dan pemanas yang
dialokasikan diberi pasokan tegangan 40 V AC yang diperlukan melalui
kontaktor K3 hingga K6.
Connection of pneumatic auxiliary energy
Gambar B3-6
Testing of closed control loops, binary control
systems and safety devices
Gambar B3-7 Menunjukkan struktur
otomasi setelah energi tambahan
yang diperlukan telah tersedia. dan
pengujian konfigurasi atau struktur
otomasi dapat dimulai.
Testing of closed control loops, binary control
systems and safety devices
Dengan memanfaatkan energi bantu yang tersedia (listrik
dan pneumatik) dan konfigurasi otomatisasi operasional
(sistem kontrol biner dan loop kontrol tertutup dalam mode
manual), proses teknis akan dimasukkan ke dalam mode
siaga, yang menjamin aktivasi operasi keadaan mantap
sebenarnya dari proses berkelanjutan. Secara khusus,
langkah-langkah persiapan berikut harus dilakukan:
Filling dan venting bagian perpipaan yang
diperlukan untuk memastikan kapasitas
pengiriman pompa yang digunakan.
Penyediaan (pasokan pompa) jumlah bahan
yang cukup ke wadah output.
Perubahan konfigurasi pada wadah dan sistem
perpipaan untuk memulai produksi dengan
mengaktifkan katup on/off yang dipilih dan
katup tangan yang sesuai.
Establishing the standby
mode of a technical process
Upkeep of Technical Process Systems
(small-scale experimental module)
Pemiliharaan biaya suatu proses sistem teknis modern hampir sepenuhnya
bergantung pada kualitas sistem otomatisasi, di mana penggunaan peralatan
otomatisasi modern memainkan peran penting. Dalam hal ini, perlu diakui
bahwa prosedur yang diakui untuk instrumentasi konvensional harus
dipertimbangkan ulang untuk pemeliharaan dan perakitan sistem teknis.
1. Peralatan otomatisasi modern yang optimal, membutuhkan sedikit atau tidak ada penyesuaian,
atau dapat dengan mudah disesuaikan melalui sistem kontrol dan instrumentasi atau elemen kontrol
serupa, di mana penyesuaian apapun dapat dilakukan dengan mudah jika diperlukan.
2. Penggunaan umum teknik kontrol proses, yang menjadi karakteristikndari sistem otomatisasi
modern, memfasilitasi pendekatan baru dan efisien dalam mewujudkan tindakan yang diperlukan
untuk pemeliharaan dan perawatan.
3. Penggunaan sistem protokol yang menghubungkan antar device-device seperti sensor, PLC, DCS,
aktuator, valve dan sebagainya, yang sedang berkembang untuk sistem bus yang efektif harus
dipertimbangkan yang bertujuan untuk memengaruhi operasi pemeliharaan dan perawatan.
Aspek Pemeliharaan dan Perakitan Sistem Teknik
Oleh karena itu, sangat penting, terutama dalam hal sistem teknologi proses yang canggih,
untuk mengonfigurasi kembali strategi pemeliharaan dan perawatan yang sebelumnya
digunakan, di mana praktik yang telah diuji (dari pengalaman sebelumnya) harus diadopsi
dan strategi baru (misalnya, dengan mengevaluasi poin-poin di atas) harus
dipertimbangkan.
Fault Finding and Error Handling
(Pencarian Kesalahan dan Penanganan Kesalahan)
Fault finding dan error handling mewakili area fungsi yang luas dalam proses
teknis operasional. Berbagai macam kesalahan dapat terjadi, yang perlu
dianalisis dan dihilangkan oleh personel pemeliharaan.
Klasifikasi Malfungsi Sistem Otomasi dari Teknologi
Proses
Sejauh menyangkut pengelompokan sistematis dari kesalahan-kesalahan
ini, gambar di bawah mendefinisikan berbagai kategori yang dibahas.
Berikut merupakan cara / anjuran yang dapat
dilakukan untuk menangani kesalahan / error
yang terjadi
Lantas Bagaimana cara menangani
kesalahan / error tersebut ?
Penanganan Kesalahan Kategori 1
Segera melakukan pemeriksaan
metrologi pada terminal sensor atau
pada titik terminal lapangan EMCS.
• Pengujian sinyal kontrol yang
masuk pada aktuator.
• Pengujian langsung pada aktuator –
memeriksa jalur sinyal dari
positioning ke penggerak servo
yaitu memeriksa keakuratan
kalibrasi. Selanjutnya, memeriksa
mobilitas poppet katup dan spindel
misalnya kesalahan akibat
kemacetan atau karat pada poppet
atau spindel katup
Kesalahan Sensor Kesalahan Aktuator
Penanganan Kesalahan Kategori 2
Pengukuran transmisi dengan cara
pengecekan terminal pada titik
terminal lapangan EMCS dan konsol
kendali proses.
Kesalahan Saluran
Transmisi
Pemeriksaan visual pemandu kabel
atau baki kabel (rak kabel) untuk
menentukan adanya kerusakan
mekanis.
Kesalahan Saluran
Transmisi
Penanganan Kesalahan Kategori 3
Memeriksa perilaku input/output
dengan menerapkan sinyal input yang
ditentukan ke terminal input
transduser pengukur.
Kesalahan Teknologi
Transmitter
Pengecekan atau pengulangan
kalibrasi transduser pengukur
(pemeriksaan tegangan suplai).
Kesalahan Teknologi
Transmitter
Penanganan Kesalahan Kategori 4
Pengecekan tegangan suplai
Kesalahan Processors
Pengecekan sinyal masukan/keluaran
sesuai dengan alokasi yang dihasilkan
dari pemrosesan algoritma (misalnya
pengujian PLC atau pengontrol
kompak secara offline).
Kesalahan Processors
Personil harus dilatih dalam penanganan intervensi
darurat ini.
Selain itu, alat pemadam kebakaran dan
pengendalian kerusakan lainnya yang sesuai
harus disertakan dalam pelatihan operasi
darurat
Penarikan personel yang paling efektif dari instalasi
yang rusak harus ditentukan dan diajarkan jika
terjadi kerusakan.
Damage Prevention Training
(Pelatihan Pencegahan Kerusakan)
Pertama-tama, sistem proses teknis harus dipecah
menjadi beberapa bagian penting dari sudut pandang
teknologi proses dan keamanan sistem.
Personil kemudian harus benar-benar dibiasakan
dengan perincian struktural ini (masing-masing bagian
dan interaksinya), misalnya. modul eksperimental skala
kecil dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sistem
kontrol tingkat pengisian, aliran dan suhu serta modul
suplai).
Berdasarkan perincian struktur sistem, strategi harus
dikembangkan untuk mengisolasi bagian-bagian sistem
proses teknis individual. Untuk tujuan ini, intervensi
manual dengan bantuan sistem otomasi yang
dirancang harus dimungkinkan, karena konfigurasi
saluran transmisi.
Personil juga harus diberi pelatihan untuk mengenali
kerusakan apa pun yang terjadi akibat keadaan
darurat (misalnya kerusakan lingkungan), ditambah
sistem lain termasuk personel yang berada dalam
bahaya, dan dalam memberi tahu pihak lain yang
berada di dekatnya jika perlu (yang akan dievakuasi).
atau memasukkannya ke dalam pengendalian
kerusakan.
Diagram Fishbone Proses Commissioning
Definisi yang Penting dalam Commissioning
Commissioning (CX)- Kemajuan sistem
dari keadaan penyelesaian statis ke
operasi dinamis penuh, sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan. yang
berkaitan dengan kontruksi baru atau
intalasi baru.
Tim Komisioning- Individu, yang melalui
tindakan terkoordinasi bertanggung
jawab untuk melaksanakan proses
commissioning.
Cx Tim Komisioning
Definisi yang Penting dalam Commissioning
Commissioning Management (CxM)-
Perencanaan, Organisasi, Koordinasi
dan pengendalian kegiatan
Commissioning.
Certified Commissioning Authority
(CxA)- Orang yang diidentifikasi oleh
pemilik dan disertifkiasi oleh lembaga
independen yang diakui, yang
melaksanakan proses commissioning.
CxM CxA
Definisi yang Penting dalam Commissioning
Pengujian Kinerja Fungsional (PFT)-
Protokol tertulis yang mendefinisikan
metode, personil, dan harapan untuk
pengujian yang dilakukan pada sistem
bangunan.
Pengujian Penerimaan- Pengujian
penerimaan adalah tes yang hanya
memeriksa untuk melihat apakah
sistem memenuhi kode atau spesifikasi
PFT
Pengujian Penerimaan
Definisi yang Penting dalam Commissioning
Penerimaan- Tindakan yang
didefenisikan secara kontraktual yang
memungkinkan suatu kegiatan untuk
memulai atau menyimpulkan
Pengujian Sistem Terpadu (IST)-
verifikasi kinerja fungsional dan
interkonektivitas semua sistem dalam
seluruh konteks bangunan
Penerimaan
IST
Terima
Kasih

More Related Content

Similar to Sistem Kontrol Proses_PLANNING AND COMMISIONING_KELOMPOK 4.pptx (20)

Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptxMembuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
EviKusumaningjati
Ìý
Tugas pengantar bisnis
Tugas pengantar bisnisTugas pengantar bisnis
Tugas pengantar bisnis
Riky Obicha
Ìý
Buku
BukuBuku
Buku
Nur Fitriani UA
Ìý
Manajemen produksi
Manajemen produksiManajemen produksi
Manajemen produksi
adlyzth
Ìý
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdfPERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
RidhaMayaFazaLubis
Ìý
Softskill
SoftskillSoftskill
Softskill
dhikaandiansyah
Ìý
Tugas pengantar bisnis
Tugas pengantar bisnisTugas pengantar bisnis
Tugas pengantar bisnis
Riky Obicha
Ìý
Perencanaan Perawatan.pptx
Perencanaan  Perawatan.pptxPerencanaan  Perawatan.pptx
Perencanaan Perawatan.pptx
DaniHernawan2
Ìý
Skb pertemuan 4
Skb pertemuan 4Skb pertemuan 4
Skb pertemuan 4
Indra Abdam Muwakhid
Ìý
Bimtek Kurator Produksi , Tenaga Kerja.pptx
Bimtek Kurator Produksi , Tenaga Kerja.pptxBimtek Kurator Produksi , Tenaga Kerja.pptx
Bimtek Kurator Produksi , Tenaga Kerja.pptx
DI2BUB
Ìý
Usaha, intan komalasari, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, uni...
Usaha, intan komalasari, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, uni...Usaha, intan komalasari, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, uni...
Usaha, intan komalasari, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, uni...
Intanks20
Ìý
A. Pengawasan pek Perrsiapan Bang Str.pptx
A. Pengawasan pek Perrsiapan Bang Str.pptxA. Pengawasan pek Perrsiapan Bang Str.pptx
A. Pengawasan pek Perrsiapan Bang Str.pptx
PhohanLim
Ìý
Pert.9 10 pernc agregat
Pert.9 10  pernc agregatPert.9 10  pernc agregat
Pert.9 10 pernc agregat
Ghazy Haq
Ìý
Pert.9 10 pernc agregat
Pert.9 10  pernc agregatPert.9 10  pernc agregat
Pert.9 10 pernc agregat
Ghazy Haq
Ìý
Bahan Ajar Pertemuan 12 Pengantar Bisnis.pptx
Bahan Ajar Pertemuan 12 Pengantar Bisnis.pptxBahan Ajar Pertemuan 12 Pengantar Bisnis.pptx
Bahan Ajar Pertemuan 12 Pengantar Bisnis.pptx
RitaNadira
Ìý
MANAJEMEN PRODUKSI.ppt
MANAJEMEN PRODUKSI.pptMANAJEMEN PRODUKSI.ppt
MANAJEMEN PRODUKSI.ppt
SaktiMurni
Ìý
PMBOK Chapter 5.pptx Project Scope Management
PMBOK Chapter 5.pptx  Project Scope ManagementPMBOK Chapter 5.pptx  Project Scope Management
PMBOK Chapter 5.pptx Project Scope Management
DarmawanPutraB
Ìý
Manajemen produksi dan operasi 2019
Manajemen produksi dan operasi 2019Manajemen produksi dan operasi 2019
Manajemen produksi dan operasi 2019
Aminullah Assagaf
Ìý
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptxMembuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
Membuat Perencanaan Produksi Massal.pptx
EviKusumaningjati
Ìý
Tugas pengantar bisnis
Tugas pengantar bisnisTugas pengantar bisnis
Tugas pengantar bisnis
Riky Obicha
Ìý
Manajemen produksi
Manajemen produksiManajemen produksi
Manajemen produksi
adlyzth
Ìý
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdfPERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI.pdf
RidhaMayaFazaLubis
Ìý
Tugas pengantar bisnis
Tugas pengantar bisnisTugas pengantar bisnis
Tugas pengantar bisnis
Riky Obicha
Ìý
Perencanaan Perawatan.pptx
Perencanaan  Perawatan.pptxPerencanaan  Perawatan.pptx
Perencanaan Perawatan.pptx
DaniHernawan2
Ìý
Bimtek Kurator Produksi , Tenaga Kerja.pptx
Bimtek Kurator Produksi , Tenaga Kerja.pptxBimtek Kurator Produksi , Tenaga Kerja.pptx
Bimtek Kurator Produksi , Tenaga Kerja.pptx
DI2BUB
Ìý
Usaha, intan komalasari, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, uni...
Usaha, intan komalasari, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, uni...Usaha, intan komalasari, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, uni...
Usaha, intan komalasari, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, uni...
Intanks20
Ìý
A. Pengawasan pek Perrsiapan Bang Str.pptx
A. Pengawasan pek Perrsiapan Bang Str.pptxA. Pengawasan pek Perrsiapan Bang Str.pptx
A. Pengawasan pek Perrsiapan Bang Str.pptx
PhohanLim
Ìý
Pert.9 10 pernc agregat
Pert.9 10  pernc agregatPert.9 10  pernc agregat
Pert.9 10 pernc agregat
Ghazy Haq
Ìý
Pert.9 10 pernc agregat
Pert.9 10  pernc agregatPert.9 10  pernc agregat
Pert.9 10 pernc agregat
Ghazy Haq
Ìý
Bahan Ajar Pertemuan 12 Pengantar Bisnis.pptx
Bahan Ajar Pertemuan 12 Pengantar Bisnis.pptxBahan Ajar Pertemuan 12 Pengantar Bisnis.pptx
Bahan Ajar Pertemuan 12 Pengantar Bisnis.pptx
RitaNadira
Ìý
MANAJEMEN PRODUKSI.ppt
MANAJEMEN PRODUKSI.pptMANAJEMEN PRODUKSI.ppt
MANAJEMEN PRODUKSI.ppt
SaktiMurni
Ìý
PMBOK Chapter 5.pptx Project Scope Management
PMBOK Chapter 5.pptx  Project Scope ManagementPMBOK Chapter 5.pptx  Project Scope Management
PMBOK Chapter 5.pptx Project Scope Management
DarmawanPutraB
Ìý
Manajemen produksi dan operasi 2019
Manajemen produksi dan operasi 2019Manajemen produksi dan operasi 2019
Manajemen produksi dan operasi 2019
Aminullah Assagaf
Ìý

Recently uploaded (6)

Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptxTugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
iqbalhadad517
Ìý
PENGANTAR MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI 1.PPT
PENGANTAR MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI 1.PPTPENGANTAR MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI 1.PPT
PENGANTAR MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI 1.PPT
AbdulWahid446643
Ìý
PENGANTAR KULIAH SEDIMENTOLOGI 2 SED2.ppt
PENGANTAR KULIAH SEDIMENTOLOGI 2 SED2.pptPENGANTAR KULIAH SEDIMENTOLOGI 2 SED2.ppt
PENGANTAR KULIAH SEDIMENTOLOGI 2 SED2.ppt
AbdulWahid446643
Ìý
Afidh Ridhaya_Analisa Kerusakan Jalan.pdf
Afidh Ridhaya_Analisa Kerusakan Jalan.pdfAfidh Ridhaya_Analisa Kerusakan Jalan.pdf
Afidh Ridhaya_Analisa Kerusakan Jalan.pdf
AfidhRidhaya
Ìý
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.pptMekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
iwankawank
Ìý
materi tot investigasi kecelakaan kerja v2 [Autosaved].pptx
materi tot investigasi kecelakaan kerja v2 [Autosaved].pptxmateri tot investigasi kecelakaan kerja v2 [Autosaved].pptx
materi tot investigasi kecelakaan kerja v2 [Autosaved].pptx
abdulharahap37
Ìý
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptxTugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
Tugas_Pengembangan_Sistem_Informasi.pptx
iqbalhadad517
Ìý
PENGANTAR MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI 1.PPT
PENGANTAR MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI 1.PPTPENGANTAR MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI 1.PPT
PENGANTAR MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI 1.PPT
AbdulWahid446643
Ìý
PENGANTAR KULIAH SEDIMENTOLOGI 2 SED2.ppt
PENGANTAR KULIAH SEDIMENTOLOGI 2 SED2.pptPENGANTAR KULIAH SEDIMENTOLOGI 2 SED2.ppt
PENGANTAR KULIAH SEDIMENTOLOGI 2 SED2.ppt
AbdulWahid446643
Ìý
Afidh Ridhaya_Analisa Kerusakan Jalan.pdf
Afidh Ridhaya_Analisa Kerusakan Jalan.pdfAfidh Ridhaya_Analisa Kerusakan Jalan.pdf
Afidh Ridhaya_Analisa Kerusakan Jalan.pdf
AfidhRidhaya
Ìý
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.pptMekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
Mekanika Teknik - KESETIMBANGAN TITIK BUHUL.ppt
iwankawank
Ìý
materi tot investigasi kecelakaan kerja v2 [Autosaved].pptx
materi tot investigasi kecelakaan kerja v2 [Autosaved].pptxmateri tot investigasi kecelakaan kerja v2 [Autosaved].pptx
materi tot investigasi kecelakaan kerja v2 [Autosaved].pptx
abdulharahap37
Ìý

Sistem Kontrol Proses_PLANNING AND COMMISIONING_KELOMPOK 4.pptx

  • 2. KELOMPOK 4 MOH. HIBATURROHMAN BAGASUNNI`AM 21506301111057 NADYA SEKARSARI S 21506301111039 SHAVIRA ANANDA 21506301111007 REIZA HAFID ARDYTYAN 215060301111023 TIMOTHY NOVALDIO 215060307111059 RANDIAN AHMAD FAWWAZI HIKAM 215060300111046 RIZKI BAGUS HADI KUSUMA 215060301111025
  • 3. PLANNING Perencanaan adalah alat manajemen, dengan mempertimbangkan proyek, hambatan, dan prosesnya dengan cermat, meningkatkan kemungkinan keberhasilan. Dengan kesiapan, manajer proyek dapat bersikap proaktif daripada menyelesaikan masalah secara reaktif ketika timbul dalam proyek (Hanna dan Skiffington, 2010). Zwikael dan Globerson (2004) mengembangkan model Project Management Planning Quality (PMPQ). Model PMPQ dibagi menjadi dua kategori utama: Perencanaan Awal dan Dukungan Organisasi. Kategori perencanaan awal mencakup sembilan subkategori seperti integrasi, ruang lingkup, waktu, biaya, kualitas, sumber daya manusia, komunikasi, risiko, dan pengadaan. Kategori dukungan organisasi mencakup empat area dukungan seperti sistem organisasi, budaya dan gaya organisasi, struktur organisasi, dan kantor proyek.
  • 4. PLANNING Proses Perencanaan terdiri dari proses-proses yang dilakukan untuk menetapkan cakupan total usaha, mendefinisikan dan menyempurnakan tujuan, dan mengembangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Rencana manajemen project dan dokumen project yang dikembangkan sebagai output dari Proses Perencanaan akan mengeksplorasi semua aspek cakupan, waktu, biaya, kualitas, komunikasi, sumber daya manusia, risiko, pengadaan, dan keterlibatan pemangku kepentingan. Perencanaan project adalah konsep yang lebih luas. Sebuah rencana project mengungkapkan tujuan & persyaratan proyek dalam hal: • Lingkup Project • Jadwal Project • Kebutuhan Sumber Daya • Estimasi Biaya project • Manajemen Kualitas proyek • Menajemen Resiko Project
  • 5. DEMAND FORECASTING Prediksi permintaan (demand forecasting) digunakan dalam berbagai bidang mulai dari manajemen persediaan, pengiriman, distribusi, klaim, perbaikan, dan pemeliharaan hingga koordinasi pemasok dan operasi berbagai pekerjaan (Fildes et al., 2006; Küsters et al., 2006). Ketika digunakan secara efektif, ini akan membantu rantai pasokan perusahaan atau penyesuaian terhadap kondisi pasar yang berubah (Fildes dan Beard, 1992; Gardner, 1990; Wacker dan Lummus, 2002).
  • 6. DEMAND FORECASTING Perencanaan permintaan (demand planning) mewakili serangkaian metodologi dan teknologi informasi untuk penggunaan prediksi permintaan dalam proses perencanaan. Tujuannya adalah untuk mempercepat aliran bahan baku, material, dan layanan mulai dari pemasok hingga transformasi menjadi produk di perusahaan dan distribusinya kepada konsumen akhir (Sheldon, 2006). Implementasi perencanaan permintaan (demand planning) memungkinkan penentuan prediksi permintaan yang paling mendekati batas perencanaan dan pengambilan keputusan terkait volume produksi, stok, dan kapasitas distribusi sumber daya di antara produk tertentu untuk memaksimalkan keuntungan seluruh perusahaan.
  • 7. DEMAND FORECASTING Prediksi permintaan (demand forecasting) merupakan langkah penting dalam perencanaan dan pengendalian sistem produksi. Ini membantu perusahaan untuk mengoptimalkan persediaan, produksi, dan distribusi produk atau layanan mereka. Proses planning sistem kontrol proses biasanya melibatkan beberapa langkah, termasuk prediksi permintaan. Beberapa metode untuk menentukan prediksi permintaan, sebagai berikut : • Time Series Analysis (Analisis Time Series) • Regresi Linier • Analisis Musim dan Eventualitas • Survei Pelanggan dan Pendapat Ahli
  • 8. Material Requirements Planning Prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan
  • 9. Input Material Requirements Planning Jadwal Induk Produksi Struktur Produk Status Persediaan
  • 10. Proses Material Requirements Planning Netting (Kebutuhan Bersih) Lotting (Kuantitas Pesanan) Offsetting (Rencana Pemesanan) Exploding
  • 12. Perencanaan Produksi dan Penjadwalan Perencanaan produksi dan penjadwalan adalah aspek vital dalam pengendalian sistem kontrol proses yang bertujuan memastikan produksi berjalan efisien, efektif, dan sesuai dengan tujuan. Ini melibatkan mempertimbangkan kualitas, kuantitas produksi, permintaan konsumen, dan ketersediaan bahan baku dengan memperhitungkan waktu siklus produksi serta persiapan. Dalam sistem kontrol proses, dukungan dari teknologi informasi dan sistem kontrol otomatis penting untuk menjaga kelancaran operasional yang efisien sesuai rencana yang telah ditetapkan.
  • 13. ESTIMASI BIAYA Menghitung biaya produksi, termasuk bahan baku, tenaga kerja, peralatan, dan biaya overhead lainnya. 1 PENENTUAN KEBUTUHAN Mengidentifikasi jumlah dan jenis produk yang harus diproduksi berdasarkan permintaan pasar atau kebutuhan internal. PERENCANA AN PRODUKSI 2 PEMILIHAN PROSES PRODUKSI Menentukan teknik dan metode produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan produk. 3 4 MANEJEMEN PERSEDIAAN Mengatur kebutuhan bahan baku, barang dalam proses, dan produk jadi untuk memastikan ketersediaan dan menghindari kelebihan stok.
  • 14. 1 PENENTUAN WAKTU PRODUKSI Menjadwalkan kapan produksi akan dimulai dan berakhir, berdasarkan kapasitas mesin, tenaga kerja, dan sumber daya lainnya. PENJADWAL AN PRODUKSI 2 OPTIMASI PEMESANAN Mengatur urutan produksi untuk meminimalkan waktu tunggu dan memaksimalkan efisiensi. 3 PENYUSUNAN JADWAL HARIAN/MINGGUAN Membuat jadwal kerja yang spesifik untuk setiap mesin, pekerja, atau lini produksi. 4 PEMANTAUAN DAN PENYESUAIAN Mengawasi pelaksanaan jadwal dan melakukan penyesuaian jika terjadi perubahan keadaan atau masalah produksi.
  • 15. Contoh Perencanaan dan Penjadwalan Perusahaan : https://www.scribd.com/presentation/355398640/Commissioning- Engineering-Execution-Plan-rev2-20160302-97
  • 16. 1 HARD WARE (PERANGKAT KERAS) Menentukan kebutuhan perangkat keras seperti sensor, aktuator, dan komponen kontrol lain yang dibutuhkan untuk mendukung fungsionalitas sistem. KEBUTUHA N SUMBER DAYA Dalam proses planning pada sistem kontrol, identifikasi kebutuhan sumber daya melibatkan penentuan dalam segala aset dan elemen yang diperlukan untuk merancang, mengimplementasikan, dan menjalankan sistem kontrol. 2 SOFT WARE (PERANGKAT LUNAK) Menentukan kebutuhan perangkat lunak seperti program kontrol, antarmuka pengguna, dan perangkat lunak lain untuk mengendalikan sistem. 3 TENAGA KERJA MANUSIA (HUMAN RESOURCES) Memastikan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk merencanakan, mengembangkan, dan memelihara sistem kontrol. 4 DATA DAN INFORMASI Menentukan jenis data yang diperlukan oleh sistem kontrol. melibatkan kebutuhan informasi input, output, dan data yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
  • 17. 5 KONEKSI DAN INFRASTRUKTUR JARINGAN Sistem kontrol melibatkan komunikasi antar perangkat atau sistem sehingga identifikasi diperlukan untuk mendukung konektivitas. KEBUTUHA N SUMBER DAYA Dalam proses planning pada sistem kontrol, identifikasi kebutuhan sumber daya melibatkan penentuan dalam segala aset dan elemen yang diperlukan untuk merancang, mengimplementasikan, dan menjalankan sistem kontrol. 6 KEAMANAN Memastikan langkah-langkah keamanan yang memadai untuk melindungi sistem kontrol dari ancaman keamanan yang mungkin terjadi. 7 KETERSEDIAAN DAN KEANDALAN Mempertimbangkan kebutuhan akan ketersediaan sumber daya dan keandalan sistem sebagai cadangan dan pemulihan setelah bencana apabila diperlukan. 8 KAPASITAS SISTEM Menentukan kapasitas sistem yang dibutuhkan untuk menangani beban kerja dan tugas yang dikerjakan sehingga dapat diantasipasi.
  • 18. High percentage of diesel fuel mxture rather than biodiesel Climate Change Method Invesment in upstream process for oil and gas comparies (investor) Few ling term goals Fossil deposits (unrenewable materials) Machine Environment Upstream and inflexible process Resist sudden changes (customers) Lack of environment accountablity Un-Integrated machinery process Disruption of wild life habiata and local environment Harmful Exploration and Production in-effective use of un- renewable energy resources that causes harm to the environment and the wellbeing of living creatures Results focus and profit oriented (management) Excessive numbers of waste Surplus materials (due to bad planning) Does not implamented digital manufacturing and coordination control system Reduction in the amount of oil and gas supply from fossil deposits Fishbone Planning Man Measure Material Minimum waste treatment process Non-circular supply chain design PT. Pertamina Sumber : https://www.researchgate.net/publication/3509 64843_Going_Upward_PT_Pertamina_Holistic_A pproach_Towards_New_Renewable_Energy
  • 19. KOMISIONING suatu proses yang sistematik dengan berorientasi pada kualitas untuk memverifikasi performa proyek atau sistem yang dibangun mengacu pada basic design yang telah ditetapkan sebelumnya
  • 20. TUJUAN KOMISIONING Menentukan apakah sistem yang dibangun layak untuk beroperasi atau tidak Sistem dikatakan tidak layak apabila sistem dibangun tidak sesuai dengan desain yang telah dibuat. Selain itu, juga dapat dinyatakan tidak layak apabila proses konstruksi sistem belum selesai atau hasil konstruksi tidak baik.
  • 21. TUJUAN KOMISIONING Meningkatkan kinerja sistem yang bersangkutan Proses komisioning mencatat dan melakukan analisis yang diperlukan terhadap perbedaan tersebut. Analisis yang telah dilakukan dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan modifikasi dengan tujuan peningkatan kinerja sistem
  • 22. TUJUAN KOMISIONING Melakukan dokumentasi terhadap spesifikasi komponen serta karakteristik prestasi sistem yang didapat selama running test Dokumentasi ini sangat diperlukan dalam proses analisis sistem. Selain itu, dokumentasi ini juga diperlukan untuk mempersiapkan operator dalam mengoperasikan dan melakukan perawatan pada sistem yang bersangkutan
  • 23. Introductory Comments - Commissioning Strategy Sistem teknologi proses (proses) dan sistem otomatisasi selalu dianggap sebagai satu kesatuan. Dalam hal ini, interaksi antara proses (bagian sistem teknologi proses) dan struktur otomatisasi harus selalu diperhitungkan sejauh yang berkaitan dengan penyelesaian. memberikan gambaran umum tentang aspek utama dari penyelesaian sistem teknologi proses dan otomatisasi, yang dikategorikan menjadi tingkat I dan II. Di sini, sangat penting menentukan urutan (sesuai dengan strategi penyelesaian) tindakan - tindakan penyelesaian individu dilakukan, yang kemudian menentukan periode waktu sebenarnya, biaya yang timbul, dan keberhasilan penyelesaian sistem
  • 24. 4 Add the Project Name Fill out the diagram, starting with Goal 1 here Objective Team in Charge Goal 2 Objective Team in Charge Resources Steps Resources Steps Resources Steps 3 Menentukan Kegiatan Utama
  • 25. Commissioning of Process Technology System Group 1 (Step 1) • ·Hubungan energi bantu listrik (dan pneumatik) untuk prosesor dan peralatan otomatisasi (kecuali perangkat yang mengkonsumsi listrik besar). • ·Memeriksa mode operasi - mode manual - untuk loop kontrol tertutup dan sistem kontrol biner pada sistem proses teknis. • ·Penguji dasar sistem kontrol biner, misalnya untuk menghidupkan dan mematikan pompa, membuka/menutup katup, dll., Group 2 (Step 2) • ·Menetapkan kesiapan operasional proses, misalnya ketersediaan media yang diperlukan (bahan dasar) dalam wadah output yang sesuai, pengisian sistem pipa yang diperlukan, dll., (semua langkah operasional dalam operasi manual). Group 3 (Step 3) • ·Pengujian perangkat keamanan, di mana perangkat keamanan 1 (sensor, aktuator, dan algoritma prosesor diuji terlebih dahulu, diikuti oleh perangkat keamanan 2). • ·Hubungan energi bantu listrik untuk perangkat konsumsi besar. • ·Mendekati titik kerja sistem teknologi proses, yaitu loop kontrol tertutup dipindahkan ke titik kerja yang diperlukan dalam mode manual, di mana struktur pengontrol dan parameter pengontrol diprogram untuk setiap loop kontrol tertutup. Group 1 (Step 1) • Membentuk mode operasi - mode otomatis - melalui transisi yang lancar, pergantian manual/otomatis (sinyal kontrol manual dan sinyal kontrol otomatis bertepatan). • Pemantauan awal operasi dan pengujian keadaan tunak, serta perilaku kontrol dan gangguan. Level 1 Level 2
  • 26. Connection of electrical auxiliary energies
  • 27. Steps Connection of electrical auxiliary energies Langkah 1: Penghubungan energi listrik tambahan untuk prosesor (sistem kontrol proses, pengontrol kompak, teknologi PLC, dan PC) Tingkat tegangan tipikal 230 V AC dan 24 V DC (tersedia melalui unit sumber daya) Langkah 2: Penghubungan energi listrik tambahan untuk peralatan otomatisasi - perangkat konsumsi standar (seperti sensor, aktuator, pengubah pengukuran, dan perangkat keselamatan) Tingkat tegangan tipikal 230 V AC (sumber utama) 24 V DC (tersedia melalui unit sumber daya) Langkah 3: Penghubungan energi listrik tambahan untuk peralatan otomatisasi - Perangkat konsumsi besar (seperti pompa dan pemanas) Tingkat tegangan tipikal 400 V AC (sumber utama)
  • 28. Connection of electrical auxiliary energy using the example of a small-scale experimental module Gambar B3-3
  • 29. Connection of electrical auxiliary energy using the example of a small-scale experimental module Gambar B3-3 menunjukkan dengan menerapkan langkah 1-3, energi listrik tambahan untuk modul eksperimen skala kecil harus terhubung. Ini menggambarkan bahwa pengontrol kompak (prosesor) adalah yang pertama menerima energi tambahan, diikuti oleh sensor, aktuator, pompa kecil, dan perangkat keselamatan, dan akhirnya, pemanas (sebagai perangkat pengonsumsi besar).
  • 30. Connection of auxiliary energy for processors Gambar B3-4
  • 31. Connection of auxiliary energy for processors Rangkaian yang diusulkan yang lebih menguntungkan untuk pasokan energi listrik tambahan untuk prosesor (gambar B3-4), di mana perangkat keselamatan serta energi tambahan pneumatik disediakan melalui kontak tambahan dari kontaktor K1 dan K2 (gambar B3-6).
  • 32. Connection of electrical auxiliary energy for heavy consuming devices Gambar B3-5
  • 33. Connection of electrical auxiliary energy for heavy consuming devices Gambar B3-5 menunjukkan contoh penghubungan energi listrik tambahan untuk perangkat pengonsumsi besar, di mana pompa dan pemanas yang dialokasikan diberi pasokan tegangan 40 V AC yang diperlukan melalui kontaktor K3 hingga K6.
  • 34. Connection of pneumatic auxiliary energy Gambar B3-6
  • 35. Testing of closed control loops, binary control systems and safety devices Gambar B3-7 Menunjukkan struktur otomasi setelah energi tambahan yang diperlukan telah tersedia. dan pengujian konfigurasi atau struktur otomasi dapat dimulai.
  • 36. Testing of closed control loops, binary control systems and safety devices
  • 37. Dengan memanfaatkan energi bantu yang tersedia (listrik dan pneumatik) dan konfigurasi otomatisasi operasional (sistem kontrol biner dan loop kontrol tertutup dalam mode manual), proses teknis akan dimasukkan ke dalam mode siaga, yang menjamin aktivasi operasi keadaan mantap sebenarnya dari proses berkelanjutan. Secara khusus, langkah-langkah persiapan berikut harus dilakukan: Filling dan venting bagian perpipaan yang diperlukan untuk memastikan kapasitas pengiriman pompa yang digunakan. Penyediaan (pasokan pompa) jumlah bahan yang cukup ke wadah output. Perubahan konfigurasi pada wadah dan sistem perpipaan untuk memulai produksi dengan mengaktifkan katup on/off yang dipilih dan katup tangan yang sesuai. Establishing the standby mode of a technical process
  • 38. Upkeep of Technical Process Systems (small-scale experimental module) Pemiliharaan biaya suatu proses sistem teknis modern hampir sepenuhnya bergantung pada kualitas sistem otomatisasi, di mana penggunaan peralatan otomatisasi modern memainkan peran penting. Dalam hal ini, perlu diakui bahwa prosedur yang diakui untuk instrumentasi konvensional harus dipertimbangkan ulang untuk pemeliharaan dan perakitan sistem teknis.
  • 39. 1. Peralatan otomatisasi modern yang optimal, membutuhkan sedikit atau tidak ada penyesuaian, atau dapat dengan mudah disesuaikan melalui sistem kontrol dan instrumentasi atau elemen kontrol serupa, di mana penyesuaian apapun dapat dilakukan dengan mudah jika diperlukan. 2. Penggunaan umum teknik kontrol proses, yang menjadi karakteristikndari sistem otomatisasi modern, memfasilitasi pendekatan baru dan efisien dalam mewujudkan tindakan yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perawatan. 3. Penggunaan sistem protokol yang menghubungkan antar device-device seperti sensor, PLC, DCS, aktuator, valve dan sebagainya, yang sedang berkembang untuk sistem bus yang efektif harus dipertimbangkan yang bertujuan untuk memengaruhi operasi pemeliharaan dan perawatan. Aspek Pemeliharaan dan Perakitan Sistem Teknik Oleh karena itu, sangat penting, terutama dalam hal sistem teknologi proses yang canggih, untuk mengonfigurasi kembali strategi pemeliharaan dan perawatan yang sebelumnya digunakan, di mana praktik yang telah diuji (dari pengalaman sebelumnya) harus diadopsi dan strategi baru (misalnya, dengan mengevaluasi poin-poin di atas) harus dipertimbangkan.
  • 40. Fault Finding and Error Handling (Pencarian Kesalahan dan Penanganan Kesalahan) Fault finding dan error handling mewakili area fungsi yang luas dalam proses teknis operasional. Berbagai macam kesalahan dapat terjadi, yang perlu dianalisis dan dihilangkan oleh personel pemeliharaan.
  • 41. Klasifikasi Malfungsi Sistem Otomasi dari Teknologi Proses Sejauh menyangkut pengelompokan sistematis dari kesalahan-kesalahan ini, gambar di bawah mendefinisikan berbagai kategori yang dibahas.
  • 42. Berikut merupakan cara / anjuran yang dapat dilakukan untuk menangani kesalahan / error yang terjadi Lantas Bagaimana cara menangani kesalahan / error tersebut ?
  • 43. Penanganan Kesalahan Kategori 1 Segera melakukan pemeriksaan metrologi pada terminal sensor atau pada titik terminal lapangan EMCS. • Pengujian sinyal kontrol yang masuk pada aktuator. • Pengujian langsung pada aktuator – memeriksa jalur sinyal dari positioning ke penggerak servo yaitu memeriksa keakuratan kalibrasi. Selanjutnya, memeriksa mobilitas poppet katup dan spindel misalnya kesalahan akibat kemacetan atau karat pada poppet atau spindel katup Kesalahan Sensor Kesalahan Aktuator
  • 44. Penanganan Kesalahan Kategori 2 Pengukuran transmisi dengan cara pengecekan terminal pada titik terminal lapangan EMCS dan konsol kendali proses. Kesalahan Saluran Transmisi Pemeriksaan visual pemandu kabel atau baki kabel (rak kabel) untuk menentukan adanya kerusakan mekanis. Kesalahan Saluran Transmisi
  • 45. Penanganan Kesalahan Kategori 3 Memeriksa perilaku input/output dengan menerapkan sinyal input yang ditentukan ke terminal input transduser pengukur. Kesalahan Teknologi Transmitter Pengecekan atau pengulangan kalibrasi transduser pengukur (pemeriksaan tegangan suplai). Kesalahan Teknologi Transmitter
  • 46. Penanganan Kesalahan Kategori 4 Pengecekan tegangan suplai Kesalahan Processors Pengecekan sinyal masukan/keluaran sesuai dengan alokasi yang dihasilkan dari pemrosesan algoritma (misalnya pengujian PLC atau pengontrol kompak secara offline). Kesalahan Processors
  • 47. Personil harus dilatih dalam penanganan intervensi darurat ini. Selain itu, alat pemadam kebakaran dan pengendalian kerusakan lainnya yang sesuai harus disertakan dalam pelatihan operasi darurat Penarikan personel yang paling efektif dari instalasi yang rusak harus ditentukan dan diajarkan jika terjadi kerusakan. Damage Prevention Training (Pelatihan Pencegahan Kerusakan) Pertama-tama, sistem proses teknis harus dipecah menjadi beberapa bagian penting dari sudut pandang teknologi proses dan keamanan sistem. Personil kemudian harus benar-benar dibiasakan dengan perincian struktural ini (masing-masing bagian dan interaksinya), misalnya. modul eksperimental skala kecil dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sistem kontrol tingkat pengisian, aliran dan suhu serta modul suplai). Berdasarkan perincian struktur sistem, strategi harus dikembangkan untuk mengisolasi bagian-bagian sistem proses teknis individual. Untuk tujuan ini, intervensi manual dengan bantuan sistem otomasi yang dirancang harus dimungkinkan, karena konfigurasi saluran transmisi. Personil juga harus diberi pelatihan untuk mengenali kerusakan apa pun yang terjadi akibat keadaan darurat (misalnya kerusakan lingkungan), ditambah sistem lain termasuk personel yang berada dalam bahaya, dan dalam memberi tahu pihak lain yang berada di dekatnya jika perlu (yang akan dievakuasi). atau memasukkannya ke dalam pengendalian kerusakan.
  • 48. Diagram Fishbone Proses Commissioning
  • 49. Definisi yang Penting dalam Commissioning Commissioning (CX)- Kemajuan sistem dari keadaan penyelesaian statis ke operasi dinamis penuh, sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. yang berkaitan dengan kontruksi baru atau intalasi baru. Tim Komisioning- Individu, yang melalui tindakan terkoordinasi bertanggung jawab untuk melaksanakan proses commissioning. Cx Tim Komisioning
  • 50. Definisi yang Penting dalam Commissioning Commissioning Management (CxM)- Perencanaan, Organisasi, Koordinasi dan pengendalian kegiatan Commissioning. Certified Commissioning Authority (CxA)- Orang yang diidentifikasi oleh pemilik dan disertifkiasi oleh lembaga independen yang diakui, yang melaksanakan proses commissioning. CxM CxA
  • 51. Definisi yang Penting dalam Commissioning Pengujian Kinerja Fungsional (PFT)- Protokol tertulis yang mendefinisikan metode, personil, dan harapan untuk pengujian yang dilakukan pada sistem bangunan. Pengujian Penerimaan- Pengujian penerimaan adalah tes yang hanya memeriksa untuk melihat apakah sistem memenuhi kode atau spesifikasi PFT Pengujian Penerimaan
  • 52. Definisi yang Penting dalam Commissioning Penerimaan- Tindakan yang didefenisikan secara kontraktual yang memungkinkan suatu kegiatan untuk memulai atau menyimpulkan Pengujian Sistem Terpadu (IST)- verifikasi kinerja fungsional dan interkonektivitas semua sistem dalam seluruh konteks bangunan Penerimaan IST