The document discusses methods for determining the age of rocks, including absolute age and relative age. Absolute age is determined through radiometric dating techniques measuring radioactive decay in rocks. Relative age is based on the position of rocks or fossils compared to adjacent layers. Examples are given of dividing geologic timescales based on presence of fossil species. Methods for interpreting microfossil assemblages are also described, such as biozones and zones of foraminifera used in biostratigraphy. Factors like reworking and introduced fossils that can complicate age determinations are explained.
Materi Kuliah Geologi Struktur 9.diskripsi sesarMario Yuven
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang struktur geologi sesar, termasuk definisi, unsur-unsur, jenis gerakan, ciri fisik, sifat, simbol, dan teori terbentuknya sesar. Sesar adalah rekahan pada batuan yang mengalami pergeseran sejajar dengan bidang rekahannya. Terdapat beberapa jenis sesar seperti sesar geser normal, naik, dan mendatar yang memiliki ciri khas masing-masing.
1. Geologi struktur mempelajari bentuk dan arsitektur batuan akibat deformasi dari gaya yang bekerja di dalam bumi.
2. Gaya-gaya tersebut berasal dari pergerakan dan interaksi lempeng litosfer, yang mengakibatkan terbentuknya struktur geologi seperti lipatan, retakan, dan sesar pada batuan.
3. Pemahaman tentang geologi struktur dan mekanika batuan penting untuk mengungkap sejarah geolog
Batuan sedimen klastik terbentuk dari proses pelapukan, erosi, transportasi, dan pengendapan fragmen batuan. Terdiri dari butiran klastik seperti kuarsa, feldspar, dan fragmen litik serta matriks lempung. Diklasifikasi berdasarkan ukuran butir, komposisi, dan struktur perlapisan seperti laminasi. Contohnya adalah batupasir, konglomerat, dan mudrock.
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerDiki Prasetya
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang penyusun batuan karbonat. Batuan karbonat memiliki fraksi karbonat lebih besar dari 50%. Penyusun batuan karbonat terdiri atas 4 komponen yaitu non skeletal grain (ooid, peloid, pellet, agregat), skeletal grain (cangkang fosil), mikrit (lumpur karbonat halus), dan semen (bahan pengikat antar butiran).
Mineral adalah benda padat anorganik yang terbentuk secara alami dan mempunyai komposisi kimia tertentu serta atom-atom yang tersusun secara teratur. Sifat-sifat fisik mineral yang penting untuk identifikasi antara lain warna, kilap, cerat, belahan, pecahan, kekerasan, berat jenis, dan bentuk kristal.
Dokumen ini menjelaskan berbagai tekstur khusus yang dapat diamati secara mikroskopis pada batuan beku, diantaranya tekstur myrmekitic, subophitic, coronas, intergranular, intersertal, hyalopilitic, trachytic, poikilitik, porfiritik, mikroporfiritik, ofitik, serta perthite dan antiperthite.
Dokumen tersebut membahas tentang struktur geologi Pulau Sulawesi yang terletak pada pertemuan tiga lempeng besar. Sulawesi dibagi menjadi empat mandala berdasarkan litologinya, yaitu Mandala Barat yang merupakan busur magmatik, Mandala Tengah berupa batuan metamorf, Mandala Timur berupa ofiolit, dan fragmen benua di timur. Setiap mandala memiliki karakteristik batuan dan proses pembentukannya.
Dokumen tersebut membahas tentang geoteknik tambang yang merupakan salah satu alat penting dalam perencanaan tambang. Geoteknik digunakan untuk menganalisis stabilitas lereng tambang dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan. Analisis stabilitas lereng diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat longsoran yang dapat membahayakan kesel
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Membahas fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional Jawa Barat
2) Terdiri dari empat zona fisiografi utama yaitu dataran pantai, Zona Bogor, Zona Bandung, dan pegunungan selatan
3) Menguraikan susunan batuan stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari formasi-formasi sedimen dan vulkanik
Piroksen adalah mineral penyusun batuan beku yang berwarna gelap. Ia merupakan senyawa silika oksida yang mengandung magnesia dan kalsium. Piroksen dapat ditemukan dalam batuan beku dan metamorfik dengan rumus umum XY(Si,Al)2O6.
Dokumen ini membahas tentang batuan metamorf bernama sekis. Sekis terbentuk dari batuan sedimen atau beku yang mengalami tekanan dan pemanasan tinggi, memiliki struktur foliasi bergelombang, dan digunakan sebagai sumber mika penting untuk industri elektronik.
Dokumen ini menyajikan skala waktu geologi yang membagi sejarah bumi menjadi era, periode, dan zaman dengan rentang waktu perkiraan dalam jutaan tahun sejak Pra-Kambrium hingga Holosen saat ini.
Wilayah DKI Jakarta secara geologi terdiri atas dataran aluvial dan endapan di sebelah utara, kipas gunungapi Bogor di tengah, dan perbukitan serta gunungapi muda di selatan. Batuan penyusun wilayah ini berupa sedimen, endapan permukaan, gunungapi, dan intrusi. Teluk Jakarta dipenuhi endapan lumpur, lumpur pasiran, dan pasir lumpuran yang berasal dari sungai-sungai dan aktivitas vulkanik.
Batuan sedimen klastik terbentuk dari proses pelapukan, erosi, transportasi, dan pengendapan fragmen batuan. Terdiri dari butiran klastik seperti kuarsa, feldspar, dan fragmen litik serta matriks lempung. Diklasifikasi berdasarkan ukuran butir, komposisi, dan struktur perlapisan seperti laminasi. Contohnya adalah batupasir, konglomerat, dan mudrock.
Penyusun batuan karbonat menurut TuckerDiki Prasetya
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang penyusun batuan karbonat. Batuan karbonat memiliki fraksi karbonat lebih besar dari 50%. Penyusun batuan karbonat terdiri atas 4 komponen yaitu non skeletal grain (ooid, peloid, pellet, agregat), skeletal grain (cangkang fosil), mikrit (lumpur karbonat halus), dan semen (bahan pengikat antar butiran).
Mineral adalah benda padat anorganik yang terbentuk secara alami dan mempunyai komposisi kimia tertentu serta atom-atom yang tersusun secara teratur. Sifat-sifat fisik mineral yang penting untuk identifikasi antara lain warna, kilap, cerat, belahan, pecahan, kekerasan, berat jenis, dan bentuk kristal.
Dokumen ini menjelaskan berbagai tekstur khusus yang dapat diamati secara mikroskopis pada batuan beku, diantaranya tekstur myrmekitic, subophitic, coronas, intergranular, intersertal, hyalopilitic, trachytic, poikilitik, porfiritik, mikroporfiritik, ofitik, serta perthite dan antiperthite.
Dokumen tersebut membahas tentang struktur geologi Pulau Sulawesi yang terletak pada pertemuan tiga lempeng besar. Sulawesi dibagi menjadi empat mandala berdasarkan litologinya, yaitu Mandala Barat yang merupakan busur magmatik, Mandala Tengah berupa batuan metamorf, Mandala Timur berupa ofiolit, dan fragmen benua di timur. Setiap mandala memiliki karakteristik batuan dan proses pembentukannya.
Dokumen tersebut membahas tentang geoteknik tambang yang merupakan salah satu alat penting dalam perencanaan tambang. Geoteknik digunakan untuk menganalisis stabilitas lereng tambang dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan. Analisis stabilitas lereng diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat longsoran yang dapat membahayakan kesel
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Membahas fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional Jawa Barat
2) Terdiri dari empat zona fisiografi utama yaitu dataran pantai, Zona Bogor, Zona Bandung, dan pegunungan selatan
3) Menguraikan susunan batuan stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari formasi-formasi sedimen dan vulkanik
Piroksen adalah mineral penyusun batuan beku yang berwarna gelap. Ia merupakan senyawa silika oksida yang mengandung magnesia dan kalsium. Piroksen dapat ditemukan dalam batuan beku dan metamorfik dengan rumus umum XY(Si,Al)2O6.
Dokumen ini membahas tentang batuan metamorf bernama sekis. Sekis terbentuk dari batuan sedimen atau beku yang mengalami tekanan dan pemanasan tinggi, memiliki struktur foliasi bergelombang, dan digunakan sebagai sumber mika penting untuk industri elektronik.
Dokumen ini menyajikan skala waktu geologi yang membagi sejarah bumi menjadi era, periode, dan zaman dengan rentang waktu perkiraan dalam jutaan tahun sejak Pra-Kambrium hingga Holosen saat ini.
Wilayah DKI Jakarta secara geologi terdiri atas dataran aluvial dan endapan di sebelah utara, kipas gunungapi Bogor di tengah, dan perbukitan serta gunungapi muda di selatan. Batuan penyusun wilayah ini berupa sedimen, endapan permukaan, gunungapi, dan intrusi. Teluk Jakarta dipenuhi endapan lumpur, lumpur pasiran, dan pasir lumpuran yang berasal dari sungai-sungai dan aktivitas vulkanik.
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks.
Tambang STTNAS _ Mata Kuliah Batubara_Semester IV_Coal sttnas supandi_2014_08...Mario Yuven
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang formasi-formasi di Sumatra Selatan yang mengandung batubara, yaitu Formasi Lahat berumur Eosen hingga Miosen Bawah yang terdiri dari tuf, breksi, dan batulempung serta mengandung batubara, dan Formasi Talang Akar berumur Oligosen Atas hingga Miosen Bawah yang terdiri dari batupasir, batulempung, dan mengandung batubara.
Dokumen tersebut merangkum kondisi geologi regional daerah Salem yang mencakup fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional. Secara fisiografis daerah tersebut termasuk Zona Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng yang didominasi bentuk morfologi perbukitan. Stratigrafinya terdiri dari berbagai formasi batuan sedimen dan vulkanik seperti Formasi Jampang, Pemali, hingga Linggopodo yang berusia Eosen samp
Laporan ini meringkas hasil ekskursi lapangan geologi umum di Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung yang meliputi penentuan koordinat lokasi, observasi geologi regional dan lokal, topografi, dan vegetasi daerah."
PT. Arka Mining memiliki tiga lokasi konsesi pertambangan batubara di Kalimantan Timur dengan total luas 1.072,9 ha, yang semuanya berada di dalam kawasan hutan produksi. Lokasi 1 dan 2 berada pada Formasi Pamaluan dan Pulubalang, sedangkan Lokasi 3 berada pada Formasi Pulubalang.
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantanSylvester Saragih
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang cekungan batubara di Pulau Kalimantan. Secara ringkas, batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan melalui proses pembatubaraan. Cekungan batubara utama di Kalimantan adalah Cekungan Melawi, Cekungan Barito, dan Cekungan Kutai. Batubara di Indonesia terbentuk dari proses paleogen, neogen, dan delta.
Ekonomi bahan galian , s umber daya mineralUVRI - UKDM
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang mineralogi, proses pembentukan mineral, provinsi metalogenik Indonesia, dan genesa mineral. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa mineral terbentuk melalui proses geologi kompleks dan beragam lingkungan seperti sedimen, metamorf, dan magmatik memengaruhi mineralogi yang terbentuk. Indonesia memiliki kondisi yang mendukung terbentuknya berbagai mineral ekonomis akibat aktivitas tektonik dan vulkanik yang tinggi.
Dokumen tersebut membahas tentang geologi Indonesia khususnya Sumatera. Tektonik Sumatera dipengaruhi oleh interaksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia yang membentuk struktur sesar dan lipatan. Berbagai formasi batuan seperti Belumai, Baong, dan Keutapang terbentuk akibat proses sedimentasi dan tektonik pada zaman Tersier hingga Kuarter.
1. Dokumen tersebut membahas potensi geowisata di Teluk Lasongko dan sekitarnya, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Potensi tersebut meliputi permandian alami, pantai, dan gua yang terbentuk dari proses karstifikasi batugamping.
2. Dokumen tersebut juga menjelaskan strategi pengembangan kawasan geowisata Teluk Lasongko dengan memanfaatkan potensi alam seperti permandian, pantai, dan gu
2. 1
GEOLOGI REGIONAL
Pulau Sulawesi secara litotektonik dapat dibagi 3 mandala yaitu
Mandala barat, mandala tengah dan mandala timur. Mandala barat dicirikan
oleh jalur mgmatik, jalur tengah dicirikan oleh tersingkapnya batuan
metamorf yang ditindih oleh bagian blok Australia dan timur dicirikan oleh
batuan ofiolit berimbrikasi dengan batuan sedimen laut. Mandala barat
dapat dibagi dua yaitu mandala barat bagian barat dan mandala barat
bagian utara. Mandala barat bagian barat memanjang dari selatan ke utara
yaitu dari Makassar hingga Buol. Sedangkan, bagian utara menyebar dari
Buol hingga Manado dengan batuan bersifat intermediet hingga basa (van
Leeuwen, 1994).
A. Geomorfologi Regional
Sebagian besar wilayah dataran Sulawesi Utara terdiri dari
pegunungan dan bukit-bukit diselingi oleh lembah yang membentuk
dataran. Gunung-gunung terletak berantai dengan ketinggian di atas
1000m dari permukaan laut. Beberapa gunung di Sulawesi Utara yaitu,
Gunung Klabat (1895m), Gunung Lokon (1579m), Gunung Mahawu
(1331m), Gunung Soputan (1789m), Gunung Dua Saudara (1468m)
(wilayah Bitung), Gunung Awu (1784m), Gunung Ruang (1245m),
Gunung Karangetan (1320m), Gunung Dalage (1165m), Gunung
Ambang (1689m), Gunung Gambula (1954m), dan Gunung Batu-
Balawan (1970m).
Dataran rendah dan dataran tinggi secara potensial mempunyai nilai
ekonomi bagi daerah. Beberapa dataran yang terdapat di daerah ini
antara lain: Tondano (2.850Ha), Langowan (2.381Ha), Modoinding
(2.350Ha), Tompaso Baru (2.587Ha) di Kabupaten Minahasa serta
beberapa wilayah di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten
Kepulauan Talaud.
Berdasarkan hasil analisa peta topografi skala 1 : 100.000 yang
meliputi tinggi rendah topografi, kemiringan lereng dan bentuk relief
permukaan, maka satuan geomorfologi regional lembar kotamobagu
dapat menjadi empat satuan geomorfologi yaitu satuan geomorfologi
pedataran yang menempati daerah Kecamatan Kotamobagu, Dumoga
3. 2
dan sebagian kecil Kecamatan Bolaang. Satuan geomorfologi
perbukitan berelief landai yang menempati daerah sebagian dari
wilayah Kecamatan Modayag, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan
Kecamatan Sangtombolang, dan Kecamatan Bolangitang, sungai-sungai
yang mengalir pada satuan ini adalah Sungai Onggak Mongondow,
Sungai Muayat Bone, Sungai Hanga dan Sungai Singkup.
Satuan geomorfologi perbukitan berelief sedang yang menempati
daerah sebagian dari wilayah Kecamatan Bolaang, Lolak, Bintauna dan
Piogar. Sungai-sungai yang mengalir pada satuan ini bermuara ke
Sungai Mauk, Bonambang, Maralobi dan Binunga. Satuan geomorfoogi
perbukitan berelief terjal yang menempati daerah Pegunungan
Telongkabila, Gunung Tiheng, Gunung Pinonimposa, Gunung
Mongaladia, Gunung Mogonipa,Gunung Ambang dan Gunug Dukeluon.
B. Stratigrafi Regional
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Manado, Kotamobagu dan
Tilamuta (Gambar 4 – 6). Daerah lengan utara Sulaesi tersusun oleh
beberapa formasi batuan yang meliputi;
ï‚· Endapan Danau dan Sungai (Qs) : Pasir, lanau, konglomerat dan
lempung napalan. Perselingan lapisan pasir lepas dan lanau, lapisan
berangsur, setempat silang siu; konglomerat tersusun dari pecahan
batuan kasar menyudut tanggung, lempung napalan hitam
mengandung moluska di Kayuragi (Koperberg, 1928) mungkin
termasuk dalam satuan ini. Satuan ini membentuk undak dengan
permukaan bergelombang.
ï‚· Batuan Gunungapi Muda (Qv) : Lava, bom, lapili dan abu;
membentuk gunungapi strato muda antara lain: G. Soputan, G.
Mahawu, G. Lokon, G. Klabat, G. Tongkoko; lava yang dikeluarkan
oleh G. Soputandan G. Lokon terutama berkomposisi basal,
sedangkan G. Mahawu danG. Tongkoko berkomposisi andesit; di
Kp. Tataran dan Kp. Kiawa terdapat aliran obsidian, yang mungkin
masing-masing berasal dari G. Tompusu dan G. Lengkoan.
ï‚· Tufa Tondano (Qtv) : Klastika kasar gunungapi yang terutama
berkomposisi andesit, tersusun dari komponen menyudut hingga
4. 3
menyudut tanggung, tercirikan oleh banyak pecahan batuapung;
batuapung lapili, breksi, ignimbrit sangat padat, berstruktur aliran.
Satuan ini terdapat di sekitar Danau Tondano di bagian utara
daerah Minahasa; membentuk punggungan yang bergelombang
rendah. Aliran lava berkomposisi andesit-trakit, terdapat di daerah
G. Tanuwantik (Qtvl). Tuf bersifat trakit yang sangat lapuk,
berwarna putih hingga kelabu kekuninga, terdapat di dekat Kp.
Popontelan dan S. Sinengkeian. Di daerah pantai antara Paslaten
dan Sondaken, satuan ini juga membentuk punggungan
bergelombang rendah. Endapan piroklastik ini diperkirakan berasal
dari dan terjadi sebagai hasil letusan hebat pada waktu
pembentukan Kaldera Tondano.
Gambar 1. Korelasi Satuan Lembar Manado (Effendi dan Bawono,
1997).
ï‚· Formasi Tinombo Fasies Sedimen (Tets), terdiri dari serpih dan
batu pasir dengan sisipan batu gamping dan rijang, serpih
berwarna kelabu dan merah, getas, sebagian gampingan, rijang
mengandung radiolaria. Batu pasir berupa greywake dan batu
pasir kuarsa, kelabu dan hijau, pejal yang berbutir halus sampai
5. 4
dengan sedang, sebagian mengandung pirit. Satuan batuan ini
diterobos oleh granit, diorit dan trakit. Satuan ini mempunyai
hubungan menjari dengan Formasi Tinombo Fasies Gunungapi,
berumur Eosen – Oligosen Awal.
ï‚· Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv), terdiri dari breksi, tuf dan
lava bersusunan andesit, dasit dan riolit. Zeolit dan kalsit sering
dijumpai pada kepingan batuan penyusun breksi. Tuf umumnya
bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis buruk di beberapa
tempat. Propilitisasi, kloritisasi dan epidotisasi banyak dijumpai
pada lava. Berdasarkan kandungan fosil, dalam sisipan batu
gamping maka batuan tersebut berumur Miosen Bawah –
Miosen Akhir.
ï‚· Anggota Batu Gamping Formasi Tapadaka (Tmtl), terdiri dari
batu gamping kelabu terang, pejal, mengandung pecahan
batuan Gunungapi hijau. Batu gamping ini sebagian
membentuk lensa-lensa di dalam Formasi Tapadaka dan
sebagian terlihat berganti fasies ke arah samping menjadi batu
pasir. Umur satuan ini adalah Miosen Awal – Miosen Akhir.
ï‚· Formasi Tapadaka (Tmts), terdiri dari batu pasir, grewake, batu
pasir terkersikkan, dan serpih. Batu pasir berwarna kelabu
muda hingga tua dan hijau, berbutir halus sampai kasar,
mengandung batuan Gunungapi hijau dan serpih merah,
setempat gampingan. Serpih berwarna kelabu sampai hitam,
mengandung fosil Spaerodinella subdehiscens. Berdasarkan
hasil penyelidikan, batuan tersebut berumur Miosen Awal –
Miosen Akhir.
ï‚· Diorit Bone (Tmb), terdiri dari diorit kuarsa, diorit, granodiorit,
granit. Diorit kuarsa dijumpai di daerah Sungai Taludaa,
sedangkan granit di daerah Sungai Bone. Satuan ini menerobos
batuan Gunungapi Bilungala maupun Formasi Tinombo. Umur
satuan diorit bone ini sekitar Miosen Akhir.
ï‚· Breksi Wobudu (Tpwv), terdiri dari breksi Gunungapi,
aglomerat, tuf, tuf lapili, dan lava. Breksi Gunungapi berwarna
kelabu tersusun oleh kepingan andesit dan basal berukuran
kerikil – bongkah, tuf dan tufa lapili berwarna kuning
6. 5
kecoklatan, berbutir halus – kerikil, umumnya lunak dan
berlapis. Lava berwarna kelabu bersusun andesit – basal.
Satuan ini menindih takselaras Formasi Dolokapa yang berumur
Miosen Tengah – Miosen Akhir.
ï‚· Batuan Gunungapi Pinogu (Tqpv), terdiri dari tufa, tufa lapili,
breksi dan lava. breksi Gunungapi di pegunungan Bone, Gunung
Mongadalia dan Pusian bersusunan andesit piroksen dan dasit.
Tufa yang tersingkap di Gunung Lemibut dan Gunung
Lolombulan umumnya berbatu apung, kuning muda, berbutir
sedang – kasar, diselingi lava bersusun menengah - basa. Tuf
dan tuf lapili di sekitar Sungai Bone bersusunan dasitan. Lava
berwarna kelabu muda hingga tua, pejal, bersusun andesit
piroksen, umurnya diduga Pliosen – Plistosen.
Gambar 2. Korelasi Satuan Lembar Kotamobagu (Apandi dan Bachri,
1997)
Peta geologi regional Lembar Tilamuta yang disusun oleh S. Bachri,
Sukido dan N. Ratman merupakan hasil pemetaan geologi di lengan
utara Sulawesi untuk melengkapi data-data geologi hasil pemetaan yang
dilakukan oleh D. Trail pada tahun 1974. Data pemetaan baru tersebut
7. 6
dikompilasi untuk menghasilkan peta geologi regional lembar Tilamuta
tahun 1993 dengan skala 1 : 250.000.
Geologi daerah Tilamuta secara regional dapat dibagi ke dalam 3
kelompok batuan secara umum, yaitu kelompok batuan sedimen
(endapan), kelompok batuan vulkanik (gunungapi), dan kelompok
batuan terobosan (intrusi). Kelompok batuan sedimen terdiri dari alluvial
dan Formasi Lokodidi. Alluvial terdiri dari pasir, kerikil, lempung, lumpur
dan lanau. Batuan ini menyebar disepanjang sungai-sungai besar yang
bermuara ke laut. Formasi Dolokapa (Tmd) merupakan batuan sedimen
tua yang berumur Miosen, terdiri dari batupasir wake, batulanau,
batulempung, konglomerat, batuan gunungapi yang bersifat intermediet
sampai basa. Kelompok batuan vulkanik (gunungapi) terdiri dari Batuan
Gunungapi Pinogu (TQpv) terdiri dari aglomerat, tufa, lava yang bersifat
intermediet sampai basa berumur Pliosen Atas hingga Plistosen. Formasi
Lokodidi (TQls) terdiri dari konglomerat, batupasir, batupasir
konglomeratan, serpih hitam dan batupasir tufaan. Umur dari batuan ini
adalah Plistosen selaras dengan Breksi Wobudu yang ada dibawahnya.
Kelompok batuan terobosan (intrusi) yaitu Diorit Boliohuto (Tmbo)
menerobos Formasi Dolokapa (Tmd) berumur Miosen terdiri dari diorit
dan granodiorit dibeberapa tempat dijumpai retas-retas basal. Breksi
Wobudu (Tpwv) terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tufa, tufa lapila
dan lava yang bersifat intermediet sampai basa, umur batuan ini adalah
Pliosen dan selaras dengan batuan yang ada di atasnya. Granodiorit
Bumbulan (Tpb) terdiri dari granodiorit, granit, dasit dan monzonit
kuarsa yang bersifat intermediet sampai asam, umur batuan ini adalah
Pliosen dan selaras dengan batuan yang ada di atasnya.
8. 7
Gambar 3. Korelasi Satuan Lembar Tilamuta (Bachri, Sukido dan
Ratman, 1993)
C. Struktur Geologi dan Tektonik
Struktur geologi yang bearda di pulau Sulawesi memperlihatkan
keadaan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karean Pulau
Sulawesi merupakan daerah yang banyak mendapat pengaruh
pertemuan dari beberapa lempeng samudera dan benua. Hal tersebut
telah menarik perhatian beberapa ahli geologi untuk meneliti keadaan
tersebut seperti Sukamto (1975) dan Simandjuntak (2004).
Secara regional orogenesa di Pulau Sulawesi mulai berlangsung sejak
Zaman Trias, terutama pada Mandala Banggai Sula yang merupakan
mandala tertua, sedangkan Mandala Geologi Sulawesi bagian timur
dimulai pada Awal Tersier. Perlipatan yang kuat menyebabkan terjadinya
sesar anjak yang berlangsung pada Miosen Tengah di lengan timur
Sulawesi dan di bagian tengah dari Mandala Geologi Sulawesi Barat,
serta waktu yang bersamaan dengan transgresi lokal berlangsung di
9. 8
lengan tenggara Sulawesi dan aktivitas vulkanik terjadi di lengan utara
dan selatan.
Zona tumbukan Maluku bagian selatan menunjukan adanya aktivitas
tektonik dan gempa bumi tertinggi dengan pola tektonik yang kompleks.
Gerak saling mendekati Lempeng Sangihe dan Halmahera menghasilkan
dorongan pada tubuh baji Sangihe melalui Laut Maluku, melebihi tepian
kedua lempeng serta menandakan puritan yang berhubungan dengan
penunjaman. kedua lempeng tersebut telah bertemu dan membentuk
jalur penunjaman baru dengan kemiringan ke timurlaut di Laut Sulawesi
bagian timur (Simandjuntak, 2004).
Struktur geologi yang dapat diamati di lapangan dan pada citra
penginderaan jauh antara lain berupa sesar dan lipatan. Sesar normal
arahnya kurang beraturan, namun di bagian barat Lembar Manado
cenderung berarah timur – barat. Sesar mendatar berpasangan dengan
arah UUB – SST (sesar destral) dan UUT – SSB (sesar sinistral). Sesar
mendatar terbesar adalah Sesar Gorontalo yang berdasarkan analisis
kekar penyertanya menunjukkan arah pergeseran menganan. Beberapa
zona sesar naik bersudut 30° dapat diamati di beberapa tempat,
khususnya pada Batuan Gunungapi Bilungala. Daerah pemetaan telah
mengalami lebih dari satu kali periode tektonik kompresi yang
menghasilkan lipatan. Bongkahan batuan terkersikkkan berukuran
sampai 5 meter yang dijumpai di Tinombo, menunjukkan paling sedikit 2
kali pelipatan. Pelipatan tua menghasilkan lipatan isoklinal yang keudian
mengalami pelipatan rapat – terbuka oleh pelipatan yang lebih muda.
Berdasarkan pengukuran juru dan kemiringan pada perselingan batuan
gunungai dan sedimen di daerah S. Sogitia Kiki, S. Tombuliliato maupun
S. Bilungala didapatkan pelipatan terbuka dengan kemiringan sayap
sekitar 30° dan sumbu berarah hampir timur – barat. Lava yang dijumpai
di S. Sogitia Kiki juga menunjukkan pelipatan terbuka. Sesar normal di
Lembar Kotamobagu, dominan berarah barat laut – tenggara dan
sebagian kecil mempunyai arah timur laut – baratdaya.
Daerah pemetaan terletak di lengan utara dan timur dar lengan utara
Sulawesi yang merupakan busur gunungapi yang terbentuk karena
adanya tunjaman ganda, yaitu Lajur Tunjaman Sulawesi Utara di sebelah
utara lengan utara Sulawesi dan Lajur Tunjaman Sangihe Timur di
10. 9
sebelah timur dan selatan lengan utara (Simandjuntak, 1986).
Penunjaman tersebut mengakibatkan terjadinya kegiatan magmatisme
dan vulkanisme yang menghasilkan batuan plutonik dan gunungapi yang
tersebar luas. Di Lembar Manado, Tunjaman Sulawesi Utara diduga aktif
sejak awal Tersier dan menghasilkan busur gunungapi Tersier yang
terbentang dari sekitar Tolitoli sampai dekat Manado. Sedang Tunjaman
Sangihe Timur diduga aktif sejak awaal Kuarter dan menghasilkan lajur
gunungapi Kuarter di bagian timur lengan utara Sulawesi dan menerus
ke arah baratdaya hingga G. Una-una.
Gambar 4. Peta Tatanan Tektonik Daerah Sulawesi (P3G, 1998)
11. 10
Gambar 5. Peta Geologi Lembar Manado, Sulawesi Utara (Effendi
dan Bawono, 1997).
14. 13
D. Sumber Daya Mineral dan Energi
Beberapa penelitian terdahulu, misalnya PT. Tropic Endeavour
(1971-1973) yang kemudian dilanjutkan oleh BHP Utah Pacific dan para
peneliti lainnya (misal Lowder & Dow, 1978; Kavaliers, et al., 1992;
Pereilo, 1993) pada tahun-tahun berikutnya, telah melokalisir beberapa
daerah prospek endapan tembaga porfiri dan emas, misalnya di daerah
Tapadaa, Tombuililato – Motombot, Atingola dan di beberapa tempat
lainnya, terutama pada batuan gunungapi Tersier. Pada saat ini banyak
penduduk lokal yang menambang emas primer pada Formasi Bilungala
di daerah Suwawa dan di sebelah barat Bilungala. Mineralisasi pada
batuan dasitan juga banyak dijumpai di sepanjang S. Bilungala
sebagaimana ditunjukkan adanya pirit yang melimpah. Endapan
belerang ditemukan di awah G. Ambang, dengan cadangan sekitar
121.456 ton metrik (Hadian dkk., 1974).
Emas telah ditambang di daerah Ratatotok dan di utara Kp. Molobok
oleh beberapa perusahaan pada waktu sebelum Perang Dunia II semasa
pemerintahan Kolonial Belanda. Urat Kuarsa yang mengandung emas
dan perak tersingkap di dekat Kp. Paslaten. Ketebalan Urat kuarsa ini ± 1
meter, dan menjurus ke arah barat laut. Kaolin di daerah dekat Kp.
Langoan, yang terjadi di kompleks fumarol telah ditambang oleh
perusahaan setempat. Endapan belerang ditemukan di kawah G.
Soputan sebanyak 69500 ton metrik, di kawah G. Mahawu sebanyak
96000 ton metrik (Hadian, dkk., 1974). Bahan bangunan seperti batuan
beku, tras, batugamping, pasir dan kerikil untuk pembuatan jalan dan
gedung, terdapat banyak di daerah ini.
Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati
yang keterjadiannya disebabkan oleh proses–proses geologi.
Berdasarkan keterjadian dan sifatnya bahan galian dapat dibagi menjadi
3 kelompok yaitu mineral logam, mineral industri dan batubara.
Karakteristik ketiga bahan galian tersebut berbeda dan metode
eksplorasi yang dilakukan juga berbeda. Oleh karena itu diperlukan
berbagai macam metode untuk mengetahui keterdapatan, sebaran,
kuantitas dan kualitasnya.
Suatu model endapan mineral merupakan sebuah informasi yang
disusun secara sistematis yang memuat informasi-informasi tentang
15. 14
atribut-atribut penting (sifat dan karakteristik) pada suatu kelas endapan
mineral. Model endapan mineral tersebut dapat juga berupa suatu
model empirik (deskriptif),yang memuat informasi-informasi yang saling
berhubungan (dari yang belum diketahui) berdasarkan data teoritik,
yang selanjutnya dijabarkan dalam konsep-konsep yang fundamental
(mendasar).
Endapan mineral logam pada umumnya di bagi 2 yaitu internal
proses dan eksternal proses. Internal proses berasal dari larutan magma
yang mengalami kristalisasi, segregasi serta menghasilkan larutan sisa
yang disebut dengan hydrothermal dan proses matamorfisme seperti
yang terdapat di Sulawesi Tengah. Sedangkan, eksternal proses atau
sering disebut sebagai proses permukaan (surfaca processes) adalah
proses mineralisasi yang terjadi akibat konsentrasi mineral akibat gaya
berat, proses pencucian dan vulkanik ekskalatif termasuk didalamnya
adalah endapan placer.
Dalam penyusunan suatu model endapan mineral perlu diperhatikan
penekanan pada endapan-endapan epigenetik, yaitu penekanan pada
lingkungan litotektonik formasi (berhubungan dengan batuan asal atau
batuan induk) atau penekanan pada lingkungan litotektonik mineralisasi
(berhubungan proses pembentukan mineral-mineral).
Secara litotektonik Mandala bagian barat merupakan busur
magmatik dengan batuan terobosan granodiorit-granitik yang
menghasilkan beberapa jenis mineralisasi. Mandala barat bagian utara
merupakan daerah yang sangat potensial sebagai tempat mineralisasi
logam, dimana terbentuk beberapa jenis mineralisasi yang terdiri atas
emas epitermal jenis sulfidasi rendah, tembaga-emas porfiri, emas pada
batuan sedimen, urat sulfidasi polimetalik dan mineralisasi Cu-Au-Ag
epitermal sulfidasi tinggi.
Di setiap daerah memiliki tipe mineralisasi yang berbeda-beda.
Banyak hal yang menyebabkan perbedaan tersebut diantaranya adalah
setting tektonik dan lingkungan geologinya. Model-model mineralisasi
yang ada di dunia yang telah ditulis dalam publikasi ataupun dalam buku
cetak hanya dijadikan dasar dalam mengklasifikasikan atau
menempatkan tipe mineralisasi di daerah penyelidikan kita. sebab
banyak hal yang pastinya berbeda seperti tipe fluidanya, setting
16. 15
tektoniknya, batuan dan hal lain yang dapat mempengaruhi pertukaran
ion dalam fluida.
Tabel 1. Bentuk-bentuk cebakan mineral yang sering dijumpai di Dunia.
17. 16
Pada Tabel 2 berikut ditampilkan gambaran klasifikasi endapan
mineral berdasarkan genetiknya. Berdasarkan hal tersebut endapan
mineral di bagi menjadi 5, yaitu :
1. Magmatik dimana ore terakumulasi melalui hasil kristalisasi
magma. Hal tersebut dapat berasiosiasi dengan pembentukan
magma basa – ultrabasa menghasilkan endapan-endapan PGE
(platina group elements) kromit, Ni-Cu- Fe sulfida serta intan.
Dapat pula berasiosiasi dengan magma felsik menghasilkan Cu ore,
REE dan lainnya.
2. Endapan yang berasiosiasi dengan larutan hydrothermal. Endapan
tipe ini umumnya beraiosiasi dengan Cu-Mo-W dalam intrusi
granit, dapat berbentuk vein dan mineralisasi pada batuang
samping yang disebut epigenetik deposit, VMS seperti endapan
Koroko di Japan serta endapan yang tidak terkait dengan aktivitas
magma seperti Pb-Zn ore di dalam batugamping serta uranium
deposit yang terdapat di Amerika Serikat.
3. Endapan yang berhubungan dengan sedimentasi,
4. Endapan yang berhubungan dengan pelapukan, dan
5. Endapan yang berhubungan dengan batuan metamorf.
18. 17
Tabel 2. Klasifikasi endapan mineral secara genetik.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 dijelaskan
mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir
kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit,
asbes, talk,mika, magnesit,yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit,
kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit,
19. 18
zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu
gamping untuk semen, dan batuan meliputi pumice, tras, toseki,
obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth),
slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakit, leusit,
tanah liat, tanah urug, batuapung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa,
jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu
gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali,
kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir
alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat,
tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak
mengandung unsur mineral logam atau unsure mineral bukan logam
dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Di wilayah penambangan yang dilakukan oleh masyarakat setempat
ditemukan adanya batuan vulkanik jenis andesitik termineralisasi,
dibagian atas singkapan batuan tersebut berupa ubahan lempung –
kuarsa ± klorit, sedangkan pada kedalaman 10 meter berubah ke arah
kuarsa±adularia-serisit-pirit, sebagian silisifikasi dengan kalsedonit
mengandung pirit dan urat-urat kuarsa mengandung pirit, sedikit sfalerit
dan galena. Kalsedonik memperlihatkan struktur koloform dan indikasi
bentuk krustifikasi dari kuarsa berbutir kasar ke arah yang halus, dengan
indikasi adularia, lempung dan bentuk lembaran/bladded karbonat.
Menurut Leach T. et al, 1997, lingkungan ubahan seperti di atas
berkaitan erat dengan adanya pencampuran air meteorik dengan fluida
hidrotermal yang kaya akan mineral-mineral vanadium dan kaya akan
illit, roscoclite yang menggantikan mineral potasium serta kaya akan ilit-
smektit.
20. 19
Di kabupaten Bolaang Mongondow Timur, munculnya markasit
berwarna kehijauan, berbutir sangat halus mencerminkan adanya
indikasi oksida menengah yang miskin akan pirit, sebagai indikasi
pembentukan mineralisasi di permukaan dimana akan terbentuk
asosiasi perak dengan emas teluride atau emas sebagai elektrum, di
lapangan terlihat dari beberapa conto batuan di dalam lobang tambang
dengan kedalaman 12 m. Ditemukannya cebakan emas bonanza di atas
50 gr/ton telah memicu para penambang melakukan kegiatannya secara
maksimal, disini telah terjadi pembentukan formasi bijih ketika terjadi
up welling cairan fluida yang membawa mineralisasi terutama emas dan
perak.
Masyarakat Kotabunan selama ini mengetahui bahwa ada dua buah
bukit yang dianggap sebagai wilayah prospek untuk logam emas dan
sedikit perak, dimana sebelumnya mereka telah melakukan
penambangan dengan posisi urat kuarsa yang diambil berarah barat
laut-tenggara dan timur laut-barat daya. Hasil pengamatan lapangan di
wilayah ini setelah melakukan pengecekan terhadap singkapan batuan
dan beberapa fragmen batuan sisa para penambang, bahwa di daerah
ini telah terjadi adanya proses mineralisasi tipe epitermal sulfida rendah,
seperti yang ditemukannya indikasi akan pembentukan tipe mineralisasi
tersebut.
Breksi hidrotermal dengan dicirikan oleh adanya urat-urat kuarsa
mengandung pirit halus, bersama kalsedon, adularia terlihat jarang dan
serisit yang memperlihatkan adanya over printing mineralisasi di wilayah
ini telah memberikan suatu gambaran bahwa mineralisasi logam di
Molobog dapat dianggap signifikan. Ubahan klorit-lempung-pirit-kuarsa
di bagian atas lokasi prospek telah memberikan indikasi adanya aktifitas
21. 20
hidrotermal berulang, sehingga kearah kedalaman ditemukan adanya
ubahan serisit-adularia, dengan kandungan pirit yang sangat halus sekali,
kemudian kristal kuarsa halus terdapat di dalam lobang/vughy. Kearah
makin dalam dari lobang vertikal sedalam 15 m ditemukan ubahan
kuarsa/kalsedon-pirit dan urat-urat kuarsa halus beberapa puluhan
sentimeter, berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya.
Singkapan di permukaan sangat jarang sekali ditemukan adanya batuan
terubah kuat, sehingga temuan ini hanya terdapat di dalam lobang yang
dibuat oleh penduduk setempat.
Keberadaan mineral non logam di Provinsi Sulawesi Utara menurut
data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
tahun 2014 cukup potensial. Potensi mineral Andesit sebagai bahan
bangunan secara hipotetik sebanyak 280.434.000 ton. Batuapung
terdapat dalam jumlah hipotetik sebanyak 960.000 ton. Batugamping
sebanyak 18.815.000 ton. Endapan belerang dijumpai di wilayah Kawah
Gunung Ambang dengan cadangan 121.456 metrik ton.
Tabel 3. Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Sulawesi Utara.
*Sumber : Kementerian Enegi dan Sumber Daya Alam-RI, 2014.
22. 21
Sirtu terdapat pada aliran sungai yang besar mereka ambil pasir dan
batuan andesit yang cukup prospek. Punggungan Doup prospek
ditempati oleh breksi vulkanik dengan fragmen andesit berukuran
bongkah hingga kerakal, yang diperlukan untuk bahan bangunan dan
perbaikan jalan yang masih dalam keadaan persiapan pembangunan
pemukiman kabupaten baru. Kotabunan dengan perbatasan wilayah
Buyat banyak tersingkap batugamping yang lokasinya tidak jauh dari
jalan raya, menurut camat setempat telah dilakukan inventarisasi
batugamping oleh salah satu perusahaan swasta nasional, untuk
kepentingan pabrik semen. Akan tetapi di wilayah pantai tenggara untuk
batugamping ada kemungkinan terbentuknya mineralisasi logam seperti
yang ditemukan di Ratatotok.
Mineralisasi emas-perak diperoleh dari urat-urat kuarsa, sedangkan
dari batuannya mereka tidak pernah mengambilnya, dikarenakan
menurut mereka kurang mengandung emas. Galena dan sfalerit terlihat
mengisi lobang-lobang bersama kristal kuarsa yang dianggap mereka
banyak mengandung emas. Mangan berwarna hitam dan hematit
berwarna merah mengisi retakan-retakan, kemungkinan mangan
tersebut yaitu jenis pirolusit. Keadaan struktur pada sistim epitermal
sulfida rendah untuk kuarsa-emas-perak, pada umumnya terbentuk di
busur magmatik, biasanya mencirikan zonasi penekukan secara oblique
dan jelas mencerminkan tipe keadaan back arc/busur luar dari tipe
adularia-serisit epitermal emas-perak, bentuk struktur tersebut berupa
jogs, dilihat dari struktur yang saling berpotongan dengan ciri-ciri adanya
rekahan dilasi dan fissure veins, splitting/pemisahan dari pada hanging
wall. Kejadian di atas akan berlanjut secara luas berupa strike slip
fault/sesar mendatar sejajar arah/jurus batuannya (Sibson, 1987).
23. 22
Keadaan tersebut terlihat pada lokasi tambang Molobog pada
kedalaman 8 m, dimana ciri mineralnya telah memperlihatkan serisit dan
sedikit adularia.
Proses penambangan bahan galian emas di wilayah ini sama seperti
yang dilakukan di wilayah Panang dan Tungau, yaitu dengan cara
tambang dalam dengan membuat lobang-lobang tambang mengikuti
arah urat-urat emas yang berarah utara-selatan. Sedangkan
pengolahannya masih menggunakan metoda amalgamasi dan
pembuangan tailing sebagian ke sungai kecil didekatnya, apabila pada
musim penghujan semua sisa-sisa penambangan ini terbawa banjir
hingga ke laut.
Adanya potensi tenaga panas bumi di daerah ini ditunjukkan oleh
banyaknya mata air panas, fumarol, solfatara dan gejala panas bumi
lainnya yang kemunculannya dikontrol oleh sistem sesar yang ada dan
telah diamati sehubungan denan kemungkinan pengembangan tenaga
panas Bumi seperti di lapangan panas bumi Lahendong. Beberapa mata
air panas yang telah diukur suhunya menunjukkan kisaran suhu dari 40°C
sampai 80°C, misalnya mata air panas di Lambongo (50°C), Binggele
(81°C), Hunggayono (40°C) dan Tulabado (80°C). Lapagan panas bumi
Lahendong dan Tomposo mempunyai kapasitas masing-masing ± 200
Mega Watt (Nasution, 1996; personal communication).
24. 23
Gambar 8. Lokasi keterdapatan mineralisasi di lengan utara Sulawesi
(Kavalieris, van Leeuwen dan Wilson, 1992).
Contoh Analisis Geologi Regional/Daerah Penelitian
4.2.2 Stratigrafi Daerah Penelitian
Pengelompokan dan penamaan satuan batuan pada daerah
penelitian didasarkan pada litostratigrafi tidak resmi, yang bersendikan
pada ciri litologi, dominasi batuan, keseragaman gejala litologi, dan
hubungan stratigrafi antara batuan yang satu dengan batuan yang lain,
serta hubungan tektonik batuan, sehingga dapat disebandingkan baik
secara vertikal maupun lateral dan dapat dipetakan dalam sekala 1 :
25.000 (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).
Pembagian satuan batuan daerah penelitian didasarkan pada
litostratografi tidak resmi, maka pembagian satuan batuan pada daerah
penelitian yang diurutkan dari muda ke tua, yaitu :
1. Satuan dasit porfiri
2. Satuan batugamping
25. 24
3. Satuan peridotit
Pembahasan dan uraian dari setiap satuan batuan yang terdapat di
daerah penelitian akan dimulai dari satuan tertua sampai yang termuda.
4.2.2.1 Satuan Peridotit
Satuan peridotit secara umum menempati bagian Barat Dusun
Bottolai. Satuan peridotit tersingkap dengan kondisi segar maupun lapuk
dan sebagian besar telah terserpentinitkan pada stasiun 1. Berdasarkan
penampang geologi A – B yaitu beda tinggi atau selisih antara kontur
terendah dan kontur tertinggi pada satuan peridotit maka didapatkan
ketebalan yang diperkirakan sekitar ±200 meter.
Kenampakan lapangan (megaskopis) dari peridotit dalam keadaan
segar berwarna hijau kehitaman dan coklat kehitaman dalam keadaan
lapuk, tekstur kristalinitas holokristalin, granularitas faneritik, bentuk
euhedral – subhedral, relasi inequigranular dan struktur masif. Komposisi
mineral berupa piroksin dan serpentin. Singkapan ini dijumpai dalam
keadaan segar pada daerah Dusun Bottolai (Gambar 4.1), dengan nama
batuan Peridotit (Fenton, 1940 dalam Endarto, 2005).
Umur dari satuan peridotit di daerah penelitian mempunyai nilai
kesebandingan dengan peridotit anggota Ultrabasa yang sebagian telah
terserpentinitkan. Berdasarkan hal tersebut, maka satuan peridotit pada
Dusun Bottolai disebandingkan dengan peridotit anggota Ultrabasa (Ub)
yang berumur Kapur Bawah (Sukamto, 1982) dan diinterpretasikan
lingkungan pembentukan satuan ini pada kerak samudera.
4.2.2.2 Satuan Batugamping
Satuan batugamping yang beranggotakan batugamping dan
batulempung karbonatan, secara umum memiliki kedudukan batuan
berarah relatif Baratlaut sampai Tenggara dengan besarnya dip antara
25o
– 34o
. Satuan batuan ini secara umum menempati bagian Timurlaut
daerah penelitian. Batugamping tersingkap dengan kondisisegar maupun
lapuk dan berselingan dengan batulempung karbonatan di bagian
Tenggara Dusun Camming. Satuan ini menindih tidak selaras dengan
satuan batuan peridotit dan dasit yang dicirikan dengan kenampakan
26. 25
sisipan breksi yang berfragmenkan dasit pada batulempung karbonatan
di daerah Sungai Barru bagian Selatan Dusun Camming (Gambar 4.2).
Kenampakan lapangan (megaskopis) dari batugamping dalam
keadaan segar berwarna putih keabu–abuan dan coklat kehitaman dalam
keadaan lapuk, tekstur klastik kasar, ukuran butir berkisar antara pasir
kasar – pasir halus, dan tersusun oleh fosil foraminifera besar serta mud
berupa mineral karbonat. Sortasi baik, kemas tertutup, serta struktur
berlapis. Berdasarkan komponen penyusunnya yang dominan berupa
fosil dan mud, maka batuan ini dinamakan Packstone (Dunham, 1962
dalam Boggs, 1987). Singkapan batugamping ini ditemukan pada daerah
Sungai Barru sebelah Selatan Dusun Camming (Gambar 4.3).
Kenampakan lapangan (megaskopis) dari batulempung
karbonatan dalam keadaan segar berwarna putih keabu–abuan dan
coklat kehitaman dalam keadaan lapuk, tekstur klastik halus, ukuran butir
lempung, dan tersusun oleh fosil foraminifera serta mud berupa mineral
karbonat. Sortasi baik, kemas tertutup, sifat kimia karbonatan, serta
struktur berlapis. Berdasarkan komponen penyusunnya yang dominan
berupa material klastik halus berukuran lempung maka batuan ini
dinamakan Mudstone (Wenworth, 1922 dalam Boggs, 1987). Singkapan
batulempung karbonatan ini ditemukan pada daerah Sungai Barru
sebelah Selatan Dusun Camming (Gambar 4.4).
Bedasarkan kandungan fosil pada satuan ini adalah Nummulites
sp., Discocyclina sp., Lepidocyclina sp. dan Asterocyclina sp., maka dapat
diketahui umur relatif dari satuan batugamping dengan menggunakan
tabel “Preliminary Range Chart of Important Foraminifera Indonesia (P.
Bauman, 1971) yaitu berumur Eosen Tengah – Eosen Atas yang dapat
disetarakan pada zona th.
Berdasarkan kandungan fosil bentonik pada satuan batugamping
anggota batugamping dan batulempung karbonatan berupa Nodogerina
sp., Nodoserella sp., Guadryina sp., dan Bulimina sp., maka dapat
diinterpretasikan bahwa lingkungan pengendapan pada satuan
batugamping adalah neritik tengah hingga neritik tepi atau berupa laut
dangkal dengan kedalaman 30,84 – 182,88 m (Bandy, 1967).
27. 26
4.2.2.3 Satuan Dasit Porfiri
Satuan dasit porfiri, secara umum menempati bagian Selatan
Dusun Bottolai. Satuan dasit porfiri tersingkap dengan kondisi segar
maupun lapuk. Berdasarkan penampang geologi A – B yaitu beda tinggi
atau selisih antara kontur terendah dan kontur tertinggi pada satuan
peridotit maka didapatkan ketebalan yang diperkirakan sekitar ±25
meter.
Kenampakan lapangan (megaskopis) dari dasit dalam keadaan
segar berwarna abu–abu kehitaman dan coklat kehitaman dalam
keadaan lapuk, tekstur kristalinitas hipokristalin, granularitas porfiritik,
bentuk euhedral – subhedral, relasi inequigranular, dan struktur masif.
Komposisi mineral berupa plagioklas, ortoklas, kuarsa, dan hornblende,
serta massa dasar. Singkapan ini dijumpai dalam keadaan segar di Dusun
Bottolai (Gabar 4.5), dengan nama batuan Dasit (Fenton, 1940 dalam
Endarto, 2005).
Umur dari satuan dasit porfiri di daerah penelitian mempunyai
nilai kesebandingan dengan diorit yang memiliki kesamaan lokasi tipe.
Berdasarkan hal tersebut, maka satuan dasit porfiri pada daerah
penelitian disebandingkan dengan diorit (d) yang berumur Miosen Atas
(Sukamto, 1982).
Contoh Deskripsi Litologi Daerah Penelitian (Alterasi-Mineralisasi)
Satuan Tufa
Satuan tufa umumnya terletak dibagian atas dari satuan andesit.
Dapat dikenali dengan warna coklat kekuningan dan dibeberapa tempat
terdapat oksidasi dengan warna kemerahan. Umumnya berlapis dengan
kedudukan N125°E/45°. Ketebalan perlapisan bervariasi antara 5 – 20
cm. Berbutir halus hingga kasir dengan porositas baik.
Pada batuan ini pula dijumpai adnya alterasi dan mineralisasi.
Jenis alterasi yang berkembang adalah kaolinisasi dan kloritisasi.
Dimana mineral-mineral plagioklas yang ada pada batuan terubah
menjadi kaolin. Selain itu, dijumpai pula mineralisasi yang berbentuk
vein. Biasanya searah dengan perlapisan batuan dengan ketebalan
28. 27
sekitar 2 – 5 cm. Mineralisasi tersebut berupa pirit, kalkopirit, hematit,
galena dengan membawa emas dan perak.
Contoh Deskripsi Karakteristik Alterasi-Mineralisasi
6.1. Karakteristik Alterasi Hidrotermal
Alterasi hidrotermal pada daerah penelitian tersingkap sekitar
38% dari luas keseluruhan daerah penelitian sedangkan daerah yang
tidak mengalami alterasi menempati 62% dari luas keseluruhan daerah
penelitian. Alterasi hidrotermal dapat diidentifikasi dengan baik pada
singkapan batuan di lapangan dan sampel intibor baik secara megaskopis
maupun mikroskopis. Batuan yang teralterasi antara lain granit dan genes
kuarsa-piroksen kuarsa-piroksen. Secara umum alterasi hidrotermal pada
daerah penelitian dibagi menjadi dua tipe alterasi, yaitu:
1. Alterasi Argilik (kaolinit – ilit – smektit – dikit – kalsit)
2. Alterasi Propilitik (klorit – adularia – kalsit mineral lempung)
6.1.1. Alterasi Argilik
Alterasi argilik dijumpai secara luas pada daerah penelitian yaitu
sekitar 37% dari luas keseluruhan daerah penelitian yang berarah
baratdaya - timurlaut. Batuan yang teralterasi yaitu granit dan genes
kuarsa-piroksen. Kenampakan singkapan di lapangan dicirikan oleh
batuan berwarna abu-abu/coklat keputih- putihan yang menunjukkan
kaya akan mineral lempung (Gambar 6.1.A.B) dengan ketebalan
bervariasi mulai dari <1m – 4m.
6.1.2. Alterasi Propilitik
Alterasi propilitik dijumpai sangat sedikit pada daerah penelitian,
dimana hanya tersebar seluas 1% dari luas keseluruhan daerah penelitian
dengan arah penyebaran baratdaya – timurlaut. Batuan yang teralterasi
yaitu genes kuarsa – piroksen dengan kenampakan singkapan di lapangan
berwarna abu-abu kehijauan sebagai indikasi kandungan mineral klorit.
29. 28
6.2. Karakteristik Mineralisasi Bijih
Mineralisasi bijih dijumpai pada batuan granite, quartz feldspar
porphyry, gneiss, dan schist. Sampel mineral bijih semuanya diambil dari
batuan intibor untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, mengingat tidak
ditemukan conto batuan yang representatif dari singkapan di lapangan.
Berdasarkan analisis mikroskopis bijih, mineralisasi bijih pada daerah
penelitian dijumpai cukup beragam. Secara umum mineral bijih dijumpai
antara lain: pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), hematit (Fe2O3), emas (Au),
dan perak (Ag). Mineral bijih dijumpai dalam bentuk dissemanated pada
mineral dalam batuan dan vein kuarsa, vein kuarsa-kalsit dan vein kalsit.
Beberapa vein kuarsa/vein kuarsa-kalsit dijumpai dengan tekstur berlapis
(crustiform banding) (Gambar 6.3.A) dan beberapa vein kalsit dijumpai
dengan tekstur berbilah-bilah (bladed calcite) (Gambar 6.3.B.). Tekstur
mineral bijih terdiri dari tekstur pengisian dan tekstur sebaran.