Kanker paru adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus. Faktor risikonya antara lain merokok dan paparan karsinogen. Pengobatannya meliputi bedah, radiasi, dan kemoterapi untuk mengobati, mencegah metastasis, atau memperpanjang harapan hidup. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan fisik, radiologi, sitologi, dan endoskopi.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kanker paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang disebabkan oleh faktor risiko seperti merokok dan polusi udara, dengan gejala utama seperti sesak napas dan batuk berdarah. Pencegahan melalui pengurangan merokok dan deteksi dini serta pengobatan seperti bedah dan kemoterapi dapat menurunkan angka kejadian dan kematian akibat kanker paru.
Dokumen tersebut membahas tentang kanker paru, mulai dari anatomi dan fisiologi paru, definisi kanker paru, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, klasifikasi, deteksi dini, gejala klinis, prosedur diagnostik, dan tindakan diagnostik kanker paru seperti pemeriksaan radiologi, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan invasif.
Dokumen tersebut membahas tentang kanker paru-paru, mulai dari pengertian, patofisiologi, gejala, pencegahan, pengobatan, dan epidemiologi kanker paru-paru. Secara khusus, dibahas mengenai kanker paru-paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di paru-paru yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok dan dapat menyebar ke organ lain."
Askep ini membahas tentang kanker paru, termasuk pengertian, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya. Kanker paru disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok dan polusi udara, dan gejalanya berupa batuk, hemoptisis, dan penurunan berat badan. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan bronkoskopi dan biopsi, sedangkan penatalaksanannya meliputi bedah, kemoterapi, dan radioterapi.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kanker paru, meliputi pengertian kanker paru, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan pembagian stadium penyakit. Kanker paru disebabkan oleh faktor lingkungan seperti merokok dan polusi udara serta faktor genetik. Gejalanya berupa batuk, sesak napas, dan nyeri dada. Penatalaksanaannya meliputi diagnosis, staging, dan pengobatan sesu
Dokumen ini membahas diagnosis kanker paru, meliputi gejala klinis, pemeriksaan fisik, tes radiologi seperti rontgen dada dan CT scan, serta pemeriksaan spesifik seperti bronkoskopi dan biopsi untuk menentukan jenis histologi tumor, tingkat penyebaran (staging), dan kondisi pasien (performance status) guna menentukan pengobatan yang tepat seperti bedah, radioterapi, atau kemoterapi.
Kanker paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di paru yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti merokok dan polusi udara serta faktor genetik. Gejalanya berupa batuk, darah dalam sputum, dan penurunan berat badan. Pemeriksaan diagnostik meliputi bronkoskopi dan biopsy jaringan. Penatalaksanaannya meliputi bedah, radioterapi, kemoterapi, dan terapi paliatif untuk mengurangi nyeri dan k
Dokumen tersebut membahas tentang kanker paru-paru, termasuk definisi, faktor risiko utama yaitu merokok, gejala, diagnosis, pengobatan melalui bedah, kemoterapi, atau terapi target, serta pentingnya pola hidup sehat dan pemantauan kesehatan berkala bagi pasien.
1. Dokumen tersebut membahas tentang karsinoma laring dan implantasi laring artifisial setelah operasi laringektomi total pada pasien karsinoma laring.
2. Karsinoma laring adalah keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas dan penyebabnya belum diketahui secara pasti.
3. Implantasi laring artifisial merupakan salah satu terapi rehabilitasi bagi pasien karsinoma laring pasca operasi laringektomi total unt
Dokumen tersebut merangkum berbagai jenis kanker tiroid, termasuk kanker papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker papiler merupakan jenis kanker tiroid paling umum yang dapat disembuhkan dengan pengangkatan kelenjar tiroid dan terapi yodium radioaktif. Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat dan memiliki prognosis buruk, sementara kanker meduler dapat menyebabkan gejala yang tidak biasa karena memproduksi horm
Askep ini membahas tentang kanker paru, termasuk pengertian, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya. Kanker paru disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok dan polusi udara, dan gejalanya berupa batuk, hemoptisis, dan penurunan berat badan. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan bronkoskopi dan biopsi, sedangkan penatalaksanannya meliputi bedah, kemoterapi, dan radioterapi.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kanker paru, meliputi pengertian kanker paru, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan pembagian stadium penyakit. Kanker paru disebabkan oleh faktor lingkungan seperti merokok dan polusi udara serta faktor genetik. Gejalanya berupa batuk, sesak napas, dan nyeri dada. Penatalaksanaannya meliputi diagnosis, staging, dan pengobatan sesu
Dokumen ini membahas diagnosis kanker paru, meliputi gejala klinis, pemeriksaan fisik, tes radiologi seperti rontgen dada dan CT scan, serta pemeriksaan spesifik seperti bronkoskopi dan biopsi untuk menentukan jenis histologi tumor, tingkat penyebaran (staging), dan kondisi pasien (performance status) guna menentukan pengobatan yang tepat seperti bedah, radioterapi, atau kemoterapi.
Kanker paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di paru yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti merokok dan polusi udara serta faktor genetik. Gejalanya berupa batuk, darah dalam sputum, dan penurunan berat badan. Pemeriksaan diagnostik meliputi bronkoskopi dan biopsy jaringan. Penatalaksanaannya meliputi bedah, radioterapi, kemoterapi, dan terapi paliatif untuk mengurangi nyeri dan k
Dokumen tersebut membahas tentang kanker paru-paru, termasuk definisi, faktor risiko utama yaitu merokok, gejala, diagnosis, pengobatan melalui bedah, kemoterapi, atau terapi target, serta pentingnya pola hidup sehat dan pemantauan kesehatan berkala bagi pasien.
1. Dokumen tersebut membahas tentang karsinoma laring dan implantasi laring artifisial setelah operasi laringektomi total pada pasien karsinoma laring.
2. Karsinoma laring adalah keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas dan penyebabnya belum diketahui secara pasti.
3. Implantasi laring artifisial merupakan salah satu terapi rehabilitasi bagi pasien karsinoma laring pasca operasi laringektomi total unt
Dokumen tersebut merangkum berbagai jenis kanker tiroid, termasuk kanker papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker papiler merupakan jenis kanker tiroid paling umum yang dapat disembuhkan dengan pengangkatan kelenjar tiroid dan terapi yodium radioaktif. Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat dan memiliki prognosis buruk, sementara kanker meduler dapat menyebabkan gejala yang tidak biasa karena memproduksi horm
Laporan kasus ini membahas tentang pasien laki-laki usia 28 tahun dengan keluhan mual dan muntah yang didiagnosis mengalami metastasis intratoraks setelah sebelumnya mengalami pengangkatan tumor leher. Pemeriksaan fisik menemukan tumor di area leher kiri dan pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya nodul multipel di paru kanan dan kiri yang diduga metastasis.
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kankerpjj_kemenkes
Ìý
Modul ini membahas asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem pernafasan akibat kanker laring, faring, dan paru. Materi yang dibahas meliputi pengertian, patofisiologi, gejala klinis, diagnosa, dan pengobatan medis serta keperawatan untuk ketiga jenis kanker tersebut dengan fokus pada kanker laring.
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat Kankerpjj_kemenkes
Ìý
Modul ini membahas asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem pernafasan akibat kanker laring, faring, dan paru. Materi yang dibahas meliputi pengertian, patofisiologi, gejala klinis, diagnosa, dan pengobatan medis serta keperawatan untuk ketiga jenis kanker tersebut dengan fokus pada kanker laring.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan asuhan keperawatan kanker tiroid. Kanker tiroid dapat berupa papiler, folikuler, anaplastik atau meduler. Faktor risikonya antara lain radiasi dan goiter endemis. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah laboratorium, radiologi, dan biopsi aspirasi. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis, dan pen
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
Ìý
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
1. LAPORAN PENDAHULUAN
MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
KANKER PARU
Oleh:
Mutiara Sari Dewi
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIAYATULLAH JAKARTA
2014
2. 1
A. Definisi
Tumor adalah pembengkakan yang disebabkan oleh adanya inflamasi atau
peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam tubuh. Tipe tumor
berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan menjadi benigna (jinak) dan maligna
(ganas). Tumor maligna inilah yang menjadi kanker.
Tabel perbedaan tumor benigna dan maligna
Benigna Maligna
Serupa sel asal Tidak sama dengan sel asal
Tepian licin (bersimpai) Tepian tidak rata
Menekan Menyusup
Tunbuh perlahan Tumbuh cepat
Sedikit vaskuler Vaskuler/sangat vaskuler
Jarang timbul ulang Sering residif setelah dibuang
Jarang nekrosis dan ulserasi Umumnya nekrosis dan ulserasi
Jarang efek sistemik kecuali tumor
endokrin
Umumnya efek sistemik
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan
pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi
pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk epitel dan menghilangnya silia.
Karsinoma bronkogenik adalah tumor maligna yang timbul dari epitelium
bronkial. Empat tipe sel utama dari kanker paru termasuk karsinoma epidermoid (sel
skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar
(takterbedakan). Tahap dari tumor mengacu pada luasnya tumor secara anatomi,
penyebaran pada nodus limfe regional dan penyebaran metastatis. Prognosis tampak
3. 2
lebih baik pada karsinoma epidermoid dan adenokarsinoma, tumor sel kecil (sel oat)
takterbedakan mempunyai prognosis yang buruk.
B. Etiologi
Faktor risiko pada karsinoma bronkogenik antara lain merokok kretek, perokok
pasif, populasi udara, pemajanan di tempat kerja (okupasional), radon, dan defisiensi
vitamin A. Faktor lainnya termasuk predisposisi genetik dan penyakit pernapasan lain
misalnya PPOM dan tuberkulosis.
C. Proses Terjadinya Kanker
1. Inisiasi (Initiation)
Tahap pertama ialah permulaan atau inisiasi, dimana sel normal berubah
menjadi pre-maligna. Karsinogen harus merupakan mutagen yaitu zat yang
dapat menimbulkan mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen bereaksi dengan
DNA, menyebabkan amplifikasi gen dan produksi copy multiple gen.
Proses inisiasi ini :
a. Karsinogen yang merupakan initiator adalah mutagen
b. Cukup terkena sekali paparan karsinogen
c. Keadaan ini permanen dan irreversible
d. Proses tidak mengubah ekspresi gen
2. Promosi (promotion)
Promotor adalah zat non mutagen tetapi dapat menaikkan reaksi
karsinogen. Sifat-sifat promotor adalah :
a. Mengikuti kerja inisiator
b. Perlu paparan berkali-kali
c. Keadaan dapat reversible
4. 3
d. Dapat mengubah ekspresi gen seperti hyperplasia, induksi enzim, induksi
diferensiasi
3. Progresi (progession)
Pada progesi ini terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada progresi
ini timbul perubahan benigna menjadi pra-maligna dan maligna. Dalam
karsinogenesis ada 3 mekanisme yang terlibat :
a. Onkogen yang dapat menginduksi timbulnya kanker
b. Anti-onkogen atau gen suppressor yang dapat mencegah timbulnyakanker.
c. Gen modulator yang dapat mempengaruhi ekspresi karakteristik gen yang
mempengaruhi penyebaran kanker
4. Metastasis
Sel-sel maligna menyebar ke tempat jauh melalui limfatik, hematogen
(pembuluh darah), dan rongga tubuh.
D. Klasifikasi Kanker
1. Klasifikasi kanker paru
a. Karsinoma epidermois (Karsinoma Sel Skuamos)
b. Adeno Karsinoma
c. Small cell undiferentiated carcinoma (oat cell)
d. Large cell undeferentiated carcinoma.
2. Berdasarkan TNM. (T= Tumor : N. : Nodul, yaitu kelenjar limfe M. :
Metastase)
a. T : T-0: Tidak tampak tumor primer
T-1: Diameter tumor kurang dari 3 cm. Tanpa invasi ke Bronkus
5. 4
T-2: Diameter tumor lebih dari 3 cm. Dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis , namun berjarak lebih dari 2 Cm. Dari Karina, serta
belum adaefusi pleura.
T-3: Tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar ( dinding
toraks , diafragma atau mediatinum )atau sudah berada dekat karina
disertai efusi pleura.
b. N : N-0 : Tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional.
N-1 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral.
N-2 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfemediastinum atau
kontralateral
N-3 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal.
c. M : M-0 : Tidak terdapat metastase jauh.
M-1 : Sudah terdapat metastae jauh ke organ-organ lain.
3. Berdasarkan TNM. Disusun pentahapan klinik sbb.
a. Karsinoma insitu : T-0, N-0, M-0 , namun sitologi sputum positif untuk sel
ganas.
b. Tahap I. T-1, N-0, M-0, atau T-2, N-0, M-0
c. Tahap II. T-2, N-1,,M-0.
d. Tahap III: bila sudah terdapat T-3, N-2, atau M-1.
E. Manifestasi Klinis
1. Lokal (tumor setempat)
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
6. 5
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Aelektasis
2. Invasi lokal :
a. Nyeri dada
b. Dispnea karena efusi pleura
c. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
d. Sindrom vena cava superior
e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis
3. Gejala penyakit metastasis :
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula
c. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
d. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
e. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
f. Hipertrofi : osteoartropati
g. Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
h. Neuromiopati
i. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
j. Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
k. Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
4. Asimtomatik dengan kelainan radiologis :
7. 6
a. Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis
b. Kelainan berupa nodul soliter
F. Patofisiologis
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu
cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus
dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam,
dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
8. 7
G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif. Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
2. Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
9. 8
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis
maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4. Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi
5. Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru
lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.
6. Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru
atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
7. Pneumonektomi (pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan
lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
8. Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas
pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
9. Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
10. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru –
paru berbentuk baji (potongan es).
11. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura
viscelaris)
12. Radiasi. Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
10. 9
13. Kemoterafi. Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
H. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal
penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang
bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing),
nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan
yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien
tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan
terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa
perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening
dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.
3. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Radiologis ditemukan massa radiopaque di paru, obstruksi jalan nafas
dengan akibat atelektasis, pneumonia, pembesaran kelenjar hilar, kavitasi,
tumor pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary
sulcus, pada apek lobus superior, kelainan pada pleura, dan kelainan tulang
11. 10
b. Bronkografi. Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik
adalah obstruksi stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap
jempol.
c. Sitologi. Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan,
dengan bantuan aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl.
Dihangatkan sampai kurang lebih 45-50 C.) atau melalui bilasan/sikatan
aspirasi bronkial.
d. Endoskopi. Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta
bilasan bronkial, kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan
bronkoskopi ( serat optik ) adalah mengetahui perubahan pada bronkus
akibat kanker paru, mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis,
memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa untuk
memperkirakan jenis keganasan, menilai keberhasilan terapi dan
menentukan operbilitas kanker paru.
e. Biopsi. Bahan biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus
transbronkial ataupun open biopsi. Sedangkan bahannya dapat berupa
jaringan kelenjar regional jaringan pleura ataupun jaringan paru.
f. Imunologi. Adanya korelasi yang negatif antara kanker dan reaksi
imnunologi telah umum diketahui. Gangguan imunulogik terutama tampak
pada Cell mediated immunity yang dapat ditunjukan melalui delayed
hypersensitivity reaction yang jelak, toleransi terhadap skin graft, jumlah
circulatory T cell yang rendah, serta transformasi limfosit invitro yang
rendah. Pada saat ini pemeriksaan imunulogik lebih banyak berperan
sebagai faktor prognosis daripada faktor diagnostik. Kesimpulan korelasi
uji kulit dan tanggapan terhadap sitostatika yaitu kurang dari 1,0 cm
12. 11
dikatakan prognosa jelek, penyakit luas sedangkan kurang dari 2,5 m
dikatakan prognosa lebih baik, penyakit terbatas, dan tanggap terhadap
khemoterapi baik.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien yang mengalami tumor
paru antara lain:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya eksudat di alveolus
2. Pola nafas tidak efektif b/d sindrom hipoventilasi
3. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi
J. Rencana Keperawatan
No.
Dx
Diagnosa Keperawatan
dan Kolaborasi
Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan nafas
tidak efektif b/d adanya
eksudat di alveolus
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam
diharapkan mampu
mempertahankan kebersihan
jalan nafas dengan kriteria :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan
mudah)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (frekuensi
pernafasan rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
Mampu mengidentifikasi
dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
nafas
Airwey suction
Auskultasi suara nafas
sebulum dan sesudah
suctioning
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
Minta klien nafas dalam
sebelum suction dilakukan
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi
suktionnasotrakeal
Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan
dari nasatrakeal
Ajarkan keluarga
bagaimana cara melakukan
suksion
Hentikan suksion dan
13. 12
berikan oksigen apabila
pasien menunjukan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2,dll.
Airway management
Posisikan pasien u/
memaksimalkan ventilsi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Lakukan fisioterpi dada
jika perlu
Keluarkan sekret
Dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
2 Pola nafas tidak efektif
b/d sindrom
hipoventilasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam
diharapkan mampu
mempertahankan kebersihan
jalan nafas dengan kriteria :
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernapas dengan
mudah)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (frekuensi
pernafasan rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
Terapi oksigen
Bersihkan mulut, hidung,
dan seckret trakea
Pertahankan jalan napas
yang paten
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi klien
Monitor TD, nadi, dan
RR
3 Gangguan pertukaran
gas b/d hipoventilasi
Respiratory status : gas
exchange
Keseimbangan asam basa,
elektrolit
Respiratory status:
Manajemen Asam Basa
Kegiatan :
Dapatkan / pertahankan
jalur intravena
Pertahankan kepatenan
14. 13
ventilation
Vital sign
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3X24
jam gangguan pertukaran
gas pasien teratasi dengan
kriteria hasil :
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
Memehara kebersiha paru-
paru dan bebas dari tanda-
tanda distres pernafasan
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis,
dan dispneu, mampu
bernafas dengan mudah,.
Tanda – tanda vital dalam
batas normal
AGD dalam batas normal
Status neurologis dalam
batas normal
jalan nafas
Monitor AGD dan
elektrolit
Monitor status
hemodinamik
Beri posisi ventilasi
adekuat
Monitor tanda gagal
nafas
Monitor kepatenan
respirasi
15. 14
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., et all. 2008. Nursing Interventions Classification. Edisi 5.
United States of Amerika: Mosby Elsiever
Johnson, Marion, et all. 2012. NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical
Conditions: Supporting Critical Reasoning and Quality Care. Edisi 3. United
States of Amerika: Mosby Elsiever
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius:
Jakarta
Robert. T.Door & William.L.Fritz. 2003. Cancer Chemotherapy Handbook: Elsevier
New York.
Smeltzer, Suzanne C., dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC
Subagian Onkologi Ginekologi. 2004. Penuntun Pelayanan Pendidikan Penelitian.
Bagian Obstetri Ginekologi. FKUI: Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC