Sistem persamaan linier (SPL) merupakan persamaan-persamaan yang menghubungkan variabel-variabel tak diketahui dengan koefisien-koefisien yang diketahui. SPL dapat disajikan dalam bentuk matriks dan diselesaikan dengan metode eliminasi Gauss atau Gauss-Jordan. Metode-metode tersebut mengubah matriks SPL menjadi bentuk echelon-baris tereduksi untuk memperoleh penyelesaian SPL.
Dokumen tersebut membahas dua metode untuk menyelesaikan persamaan non-linear yaitu metode biseksi dan metode Newton-Raphson. Metode biseksi memecah interval awal menjadi dua bagian secara berulang sampai didapat nilai error yang diinginkan, sedangkan metode Newton-Raphson menggunakan derivasi fungsi untuk memprediksi akar berikutnya. Kedua metode ini sering digunakan untuk menyelesaikan persamaan non-linear.
Barisan merupakan susunan bilangan real yang teratur berdasarkan bilangan bulat positif. Terdapat beberapa cara untuk menentukan barisan, yaitu dengan memberikan suku awal, rumus eksplisit, atau rumus rekursif. Barisan dapat dibedakan menjadi tak terhingga, terbatas, konvergen, non-decreasing, dan non-increasing. Sifat-sifat limit pada barisan konvergen juga dijelaskan.
Bab 2 membahas perhitungan galat dan jenis-jenis galat seperti galat pengukuran, pembulatan, dan pemotongan. Metode perhitungan galat mutlak, relatif, dan perambatan galat pada operasi matematika juga dijelaskan. Prinsip-prinsip metode numerik untuk memecahkan persamaan non-linear seperti bisection, regula falsi, iterasi titik tetap, Newton Raphson, dan sekan diuraikan.
Transformasi Laplace merupakan transformasi integral yang digunakan untuk merubah persoalan diferensial berkala menjadi persoalan aljabar. Transformasi Laplace memiliki sifat linearitas dan keberadaannya tergantung pada kontinuitas dan keterbatasan eksponensial fungsi.
Dokumen tersebut membahas metode Newton-Raphson dan metode Secant untuk menyelesaikan persamaan non-linear dan menentukan tegangan kerja suatu dioda. Dibahas prinsip-prinsip dan algoritmanya serta perbandingan kedua metode.
Letis adalah poset khusus yang memenuhi sifat tertentu terkait operasi batas bawah dan batas atas. Dokumen ini menjelaskan pengertian letis, beberapa sifat dasarnya, subletis, dan hasil kali letis.
Relasi dan fungsi memberikan konsep penting dalam matematika untuk menghubungkan dua himpunan. Relasi adalah hubungan antara dua himpunan, sedangkan fungsi adalah relasi khusus dimana setiap elemen di himpunan asal dihubungkan dengan tepat satu elemen di himpunan hasil."
Dokumen tersebut membahas tentang determinan matriks, yang meliputi fungsi determinan, cara menghitung determinan dengan menggunakan kofaktor dan invers matriks, serta sifat-sifat fungsi determinan seperti hubungan antara determinan matriks dengan keberadaan inversnya.
Matriks adalah susunan skalar dalam bentuk baris dan kolom. Matriks dapat merepresentasikan relasi antara himpunan dengan menggunakan notasi matriks, diagram panah, atau tabel. Relasi biner memiliki sifat seperti refleksif, transitif, simetris, atau antisimetris.
Bab 2 membahas perhitungan galat dan jenis-jenis galat seperti galat pengukuran, pembulatan, dan pemotongan. Metode perhitungan galat mutlak, relatif, dan perambatan galat pada operasi matematika juga dijelaskan. Prinsip-prinsip metode numerik untuk memecahkan persamaan non-linear seperti bisection, regula falsi, iterasi titik tetap, Newton Raphson, dan sekan diuraikan.
Transformasi Laplace merupakan transformasi integral yang digunakan untuk merubah persoalan diferensial berkala menjadi persoalan aljabar. Transformasi Laplace memiliki sifat linearitas dan keberadaannya tergantung pada kontinuitas dan keterbatasan eksponensial fungsi.
Dokumen tersebut membahas metode Newton-Raphson dan metode Secant untuk menyelesaikan persamaan non-linear dan menentukan tegangan kerja suatu dioda. Dibahas prinsip-prinsip dan algoritmanya serta perbandingan kedua metode.
Letis adalah poset khusus yang memenuhi sifat tertentu terkait operasi batas bawah dan batas atas. Dokumen ini menjelaskan pengertian letis, beberapa sifat dasarnya, subletis, dan hasil kali letis.
Relasi dan fungsi memberikan konsep penting dalam matematika untuk menghubungkan dua himpunan. Relasi adalah hubungan antara dua himpunan, sedangkan fungsi adalah relasi khusus dimana setiap elemen di himpunan asal dihubungkan dengan tepat satu elemen di himpunan hasil."
Dokumen tersebut membahas tentang determinan matriks, yang meliputi fungsi determinan, cara menghitung determinan dengan menggunakan kofaktor dan invers matriks, serta sifat-sifat fungsi determinan seperti hubungan antara determinan matriks dengan keberadaan inversnya.
Matriks adalah susunan skalar dalam bentuk baris dan kolom. Matriks dapat merepresentasikan relasi antara himpunan dengan menggunakan notasi matriks, diagram panah, atau tabel. Relasi biner memiliki sifat seperti refleksif, transitif, simetris, atau antisimetris.
Sistem Persamaan Linear (SPL) Aljabar Linear ElementerKelinci Coklat
Ìý
Sistem persamaan linear dibahas meliputi solusi dengan operasi baris elemen, matriks invers, dan aplikasinya dalam berbagai bidang seperti rangkaian listrik dan model ekonomi."
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran mengatur tentang penyelenggaraan penyiaran di Indonesia yang dilakukan dalam satu sistem penyiaran nasional yang terdiri dari lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dibentuk sebagai lembaga independen yang berfungsi mengatur penyiaran dan mewakili kepentingan masyarakat. KPI memiliki tugas menjamin informasi yang layak bagi
This document provides step-by-step instruction for using Visual Basic 2008 Express Edition software for beginners. It covers basic topics like setting up a project, writing code, and debugging a program. The document aims to teach programmers how to use the Visual Basic 2008 Express IDE and build their first application.
Metode numerik digunakan untuk menyelesaikan masalah matematis yang sulit diselesaikan secara analitis dengan mengubahnya menjadi operasi perhitungan. Komputer memainkan peran penting dalam mempercepat proses perhitungan metode numerik."
Dokumen tersebut membahas tentang konversi bilangan desimal, biner, oktal dan heksadesimal. Terdapat beberapa poin utama yaitu penjelasan tentang sistem bilangan desimal, biner, oktal dan heksadesimal beserta contohnya. Kemudian cara mengkonversi antara sistem bilangan tersebut misalnya dari desimal ke biner, biner ke desimal, dan seterusnya.
Vektor merupakan kuantitas fisik yang memiliki besar dan arah. Dokumen menjelaskan tentang penjumlahan vektor, komponen vektor, perkalian vektor dengan skalar dan vektor, serta contoh soal latihan tentang vektor.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang jadwal kuliah, silabus, dan pengertian dasar matriks seperti jenis matriks, operasi matriks, dan operasi baris elementer."
1. SISTEM PERSAMAAN LINIER (SPL)
Bentuk umum :
dimana x1, x2, . . . , xn variabel tak diketahui, aij , bi,
i = 1, 2, . . . , m; j = 1, 2, . . . , n bil. diketahui.
Ini adalah SPL dengan m persamaan dan n variabel.
SPL
Mempunyai penyelesaian
disebut KONSISTEN
Tidak mempunyai penyelesaian
disebut TIDAK KONSISTEN
TUNGGAL
BANYAK
2. ILUSTRASI GRAFIK
• SPL 2 persamaan 2 variabel:
• Masing-masing pers berupa garis lurus. Penyelesaiannya
adalah titik potong kedua garis ini.
kedua garis sejajar
kedua garis berpotongan kedua garis berhimpitan
3. PENYAJIAN SPL DALAM MATRIKS
SPL
BENTUK MATRIKS
STRATEGI MENYELESAIKAN SPL:
mengganti SPL lama menjadi SPL baru yang mempunyai
penyelesaian sama (ekuivalen) tetapi dalam bentuk yang
lebih sederhana.
4. TIGA OPERASI YANG MEMPERTAHANKAN
PENYELESAIAN SPL
SPL
1. Mengalikan suatu persamaan
dengan konstanta tak nol.
MATRIKS
1. Mengalikan suatu baris
dengan konstanta tak nol.
2. Menukar posisi dua
persamaan sebarang.
2. Menukar posisi dua baris
sebarang.
3. Menambahkan kelipatan suatu
persamaan ke persamaan
lainnya.
3. Menambahkan kelipatan suatu
baris ke baris lainnya.
Ketiga operasi ini disebut OPERASI BARIS ELEMENTER (OBE)
SPL atau bentuk matriksnya diolah menjadi bentuk sederhana sehingga tercapai 1 elemen tak nol pada suatu baris
5. CONTOH
DIKETAHUI
…………(i)
…………(ii)
…………(iii)
kalikan pers (i)
dengan (-2), kemudian tambahkan ke
pers (ii).
kalikan baris (i)
dengan (-2), lalu
tambahkan ke
baris (ii).
kalikan pers (i)
dengan (-3), kemudian tambahkan ke
pers (iii).
kalikan baris (i)
dengan (-3), lalu
tambahkan ke
baris (iii).
kalikan pers (ii)
dengan (1/2).
kalikan baris (ii)
dengan (1/2).
6. LANJUTAN CONTOH
kalikan pers (ii)
dengan (1/2).
kalikan baris (ii)
dengan (1/2).
kalikan pers (ii)
dengan (-3), lalu
tambahkan ke pers
(iii).
kalikan brs (ii)
dengan (-3),
lalu tambahkan
ke brs (iii).
kalikan pers (iii)
dengan (-2).
kalikan brs (iii)
dengan (-2).
kalikan pers (ii)
dengan (-1), lalu
tambahkan ke pers
(i).
kalikan brs (ii)
dengan (-1), lalu
tambahkan ke brs
(i).
7. Lanjutan CONTOH
kalikan pers (ii)
dengan (-1), lalu
tambahkan ke pers
(i).
kalikan pers (iii)
dengan (-11/2), lalu
tambahkan ke pers (i)
dan kalikan pers (ii) dg
(7/2), lalu tambahkan
ke pers (ii)
kalikan brs (ii)
dengan (-1), lalu
tambahkan ke brs
(i).
kalikan brs (iii)
dengan (-11/2), lalu
tambahkan ke brs (i)
dan kalikan brs (ii) dg
(7/2), lalu tambahkan
ke brs (ii)
Diperoleh penyelesaian x = 1, y = 2, z = 3. Terdapat
kaitan menarik antara bentuk SPL dan representasi
matriksnya. Metoda ini berikutnya disebut dengan
METODA ELIMINASI GAUSS.
KERJAKAN EXERCISE SET 1.1
8. BENTUK ECHELON-BARIS
Misalkan SPL disajikan dalam bentuk matriks berikut:
maka SPL ini mempunyai penyelesaian x = 1, y = 2, z = 3.
Matriks ini disebut bentuk echelon-baris tereduksi.
Untuk dapat mencapai bentuk ini maka syaratnya adalah sbb:
1. Jika suatu brs matriks tidak nol semua maka elemen
tak nol pertama adalah 1. Brs ini disebut mempunyai leading 1.
2. Semua brs yg terdiri dari nol semua dikumpulkan di bagian bawah.
3. Leading 1 pada baris lebih atas posisinya lebih kiri daripada leading
1 baris berikut.
4. Setiap kolom yang memuat leading 1, elemen lain semuanya 0.
9. Bentuk echelon-baris dan echelon-baris tereduksi
Matriks yang memenuhi kondisi (1), (2), (3) disebut
bentuk echelon-baris.
CONTOH bentuk echelon-baris tereduksi:
CONTOH bentuk echelon-baris:
12. Penyelesaian SPL melalui bentuk echelon-baris
Misal diberikan bentuk matriks SPL sbb:
Tentukan penyelesaian masing-masing SPL di atas.
13. METODA GAUSS-JORDAN
Ide pada metoda eliminasi Gauss adalah mengubah
matriks ke dalam bentuk echelon-baris tereduksi.
CONTOH: Diberikan SPL berikut.
Bentuk matriks SPL ini adalah:
15. Akhirnya diperoleh:
Akhirnya, dengan mengambil x2:= r, x4:= s dan x5:= t maka diperoleh
penyelesaian:
dimana r, s dan t bilangan real sebarang. Jadi SPL ini mempunyai tak
berhingga banyak penyelesaian.
16. METODA SUBSTITUSI MUNDUR
Misalkan kita mempunyai SPL dalam matriks berikut:
Bentuk ini ekuivalen dengan:
LANGKAH 1: selesaikan variabel leading, yaitu x6. Diperoleh:
LANGKAH 2: mulai dari baris paling bawah subtitusi ke atas, diperoleh
17. LANJUTAN SUBSTITUSI MUNDUR
LANGKAH 3: subtitusi baris 2 ke dalam baris 1, diperoleh:
LANGKAH 4: Karena semua persamaan sudah tersubstitusi maka pekerjaan substitusi selesai. Akhirnya dengan mengikuti langkah pada
metoda Gauss-Jordan sebelumnya diperoleh:
18. Eliminasi Gaussian
Mengubah menjadi bentuk echelon-baris (tidak perlu direduksi), kemudian
menggunakan substitusi mundur.
CONTOH: Selesaikan dengan metoda eliminasi Gaussian
PENYELESAIAN: Diperhatikan bentuk matriks SPL berikut:
Dengan menggunakan OBE diperoleh bentuk echelon-baris berikut:
20. SPL HOMOGEN
• Bentuk umum:
• Penyelesaian trivial (sederhana):
• Bila ada penyelesaian lain yang tidak
semuanya nol maka disebut penyelesaian
taktrivial.
21. pasti ada penyelesaian trivial
SPL HOMOGEN
atau
penyelesaian trivial +
takberhingga banyak
penyelesaian taktrivial
ILUSTRASI:
22. Syarat cukup SPL homogen
mempunyai penyelesaian taktrivial
• Bila banyak variabel n lebih dari banyak
persamaan m maka SPL homogen
mempaunyai penyelesaian taktrivial.
• CONTOH:
# variabel = 5
# persamaan = 4.
• Bentuk matriks:
23. Bentuk akhir echelon-baris tereduksi:
PENYELESAIAN UMUMNYA :
x1 = − s − t , x2 = s, x3 = −t , x4 = 0, x5 = t.
dimana penyelesaian trivialnya terjadi pada saat s=t=0.
• Proses OBE dalam untuk menghasilkan bentuk
echeleon-baris tereduksi tidak mempengaruhi kolom
akhir matrik.
• Bila banyak persamaan awal n maka banyak pers. akhir
r tidak melebihi n, yaitu r ≤ n.
24. PENYELESAIAN SPL PADA
KOMPUTER
• Software komputasi yg dilengkapi alat
(tool) untuk menyelesaikan SPL:
– MATLAB, - MAPLE,
– MATHCAD, -MATHEMATICA, DLL.
• Umumnya menggunakan algoritma:
– Eliminasi Gauss, atau eliminasi Gauss-Jordan
• Prinsip penulisan program:
– menekan kesalahan pembulatan, minimalisasi
memori komputer, memaksimumkan speed.
25. SPL PADA MATLAB
• Diperhatikan SPL AX = b, mis A bujur
sangkar, i.e. #pers = #var.
• LANGKAH-LANGKAH:
– didefinisikan matriks A:
>>A=[a11 a12 a13; a21 a22 a23; a31 a32 a33]
– didefinisikan vektor ruas kanan b:
>>b=[b1;b2;b3]
– panggil penyelesaiannya:
>>X=Ab
26. • CONTOH: diperhatikan SPL
• Telah diketahui SPL ini mempunyai
penyelesaian
• Menggunakan MATLAB:
>> A=[1 1 2;2 4 -3;3 6 -5];
>> b=[9;1;0];
>>X=Ab
>>X =
1.0000
2.0000
3.0000
• Penyelsaian yang diperoleh sama dengan hasil
manual kita.
27. • Bila A invertibel, yaitu A-1 ada maka berlaku
AX = b
X = A-1b.
• Perintah pada MATLAB sbb:
>>X = inv(A)*b
X=
1.0000
2.0000
3.0000
• Bila A tidak mempunyai invers, SPL AX=b masih
memungkinkan penyelesaian. Akan dibahas
kelak.
28. Membentuk echelon-baris tereduksi
dengan MATLAB
>>A=[1 3 -2 0 2 0;2 6 -5 -2 4 -3;...
0 0 5 10 0 15;2 6 0 8 4 18];
>>b=[0;-1;5;6];
>>rref([A b])
ans =
1.0000
0
0
0
3.0000
0
0
0
0
1.0000
0
0
4.0000 2.0000
0
2.0000 0
0
0
0
1.0000
0
0
0
0
0
0.3333
0
Bandingkan dengan hasil yang sudah kita peroleh.
29. SPL tidak bujur sangkar
• Ubah menjadi bentuk echelon-baris
tereduksi dengan fungsi rref.
• Selesaikan dengan cara manual.
• CONTOH: diberikan SPL
• Dengan menggunakan rref pada
MATLAB diperoleh bentuk echelon-baris
sbb:
30. 1
0
0
-4
0
0
0
1
0
0
0
1
0
2
7
0
• Diperoleh x3 = 7, x2 = 2 dan x1 = -4.
• Bandingkan dengan hasil manual yang
sudah anda peroleh.
• SPL Homogen dilakukan dengan cara yang
sejalan.
TUGAS: Kerjakan Exercise 1.2 No. 12 s.d. 28
32. • Ukuran matriks ditentukan oleh banyak
baris dan banyak kolomnya. Matriks yang
mempunyai m baris dan n kolom
dikatakan berukuran m x n.
• Elemen pada baris ke i dan kolom ke j
matriks A ditulis aij. Bentuk umum:
atau
• Notasi lain elemen aij adalah
33. Matriks
mempunyai
Bentuk-bentuk matriks khusus:
1. Vektor baris: matriks dengan 1 baris,
Vektor kolom: matriks dengan 1 kolom.
2. Matriks bujursangkar:
banyak baris = kolom atau m=n.
Diagonal utama
d=[a11, a22, . . . ,ann]
34. OPERASI MATRIKS
• Dua matriks A dan B dikatakan sama, ditulis A=B jika
atau
• Jumlahan A+B matriks yang diperoleh dengan menjumlahkan elemen-elemen yang bersesuaian pada A dan B.
Dua matriks dapat dijumlahkan jika ukurannya sama.
DKL,
• Perkalian AB didefinisikan sbb:
35. Agar matriks A dan B dapat dikalikan maka haruslah
banyak kolom A sama dengan banyak baris B.