Brainstorming Kurikulum Darurat di Era Pandemic COVID-19
0 likes17 views
Ringkasan dokumen tersebut adalah: 1. Dokumen tersebut membahas tentang kurikulum darurat yang diterapkan selama pandemi Covid-19 untuk memungkinkan proses pembelajaran tetap berjalan. 2. Kurikulum darurat melibatkan pengurangan kompetensi dasar untuk fokus pada pembelajaran esensial. 3. Meskipun ada kekurangan, kurikulum darurat dapat menyesuaikan dengan situasi pandemi dengan mel
More Related Content
What's hot (20)
Similar to Brainstorming Kurikulum Darurat di Era Pandemic COVID-19 (20)
More from Vina Serevina (20)
Recently uploaded (20)
Brainstorming Kurikulum Darurat di Era Pandemic COVID-19
- 1. Brainstorming Kurikulum Darurat di Era Pandemic Covid-19 Dosen: Dr. Ir Vina Serevina, MM. Mahasiswa: Isna Juita Nurhidayah (1310820010) PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2020
- 2. BRAINSTRORMING KURIKULUM DARURAT DI ERA PANDEMIC COVID-19 Oleh: Isna Juita Nurhidayah (1310820010) Program Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Jakarta Kurikulum darurat yang sedang digencar-gencarkan oleh Bapak Menteri Pendidkan dan Kebudayaan, Bapak Nadiem Makarim pada masa pandemi ini merupakan salah satu alternatif untuk menghadapi masalah dalam pendidikan. Dengan adanya kurikulum darurat ini, proses pembelajaran pada masa pandemi masih dapat berjalan. Pada kurikulum darurat ini terdapat pengurangan terhadap kompetensi dasar yang akan dicapai. Sehingga peserta didik akan fokus pada kompetensi esensial dan kompetensi yang menjadi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran ke timgkat selanjutnya. Kurikulum darurat juga memiliki segi positif. Di masa pandemi yang tidak memungkinkan atau bahkan sulit untuk diterapkannya pembelajaran seperti biasanya atau tatap muka, dengan adanya kurikulum darurat dapat meringankan beban guru, yang mana beban mengajar guru berkurang. Kemudian siswa tidak terbebani untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum, dan dapat fokus pada pendidikan dan pembelajaran yang esensial dan kontekstual. Selaian itu, orang tua lebih mudah memantau anaknya dalam belajar atau mengikuti pembelajaran, yang mana pada masa pandemi ini dilaksanakan dengan cara daring atau online. Selain memiliki nilai positif, kurikulum darurat juga terdapat kekurangan. Berdasarkan fungsi kurikulum yang dikemukakan oleh Alexander dalam Hamalik (2011) fungsi penyesuaian yaitu kurikulum dapat mengantarkan siswa untuk menyesuaikan dengan kehidupan sosial. Kemudian fungsi integrasi yaitu kurikulum dapat mengembangkan siswa memiliki kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemudian fungsi diferensiasi yang mana kurikulum dapat melayani keunikan atau perbedaan yang dimiliki oleh siswa. Selanjutnya fungsi pemilihan, artinya kurikulum dapat memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk belajar sesuai bakat dan minatnya. Kekurangan dari kurikulum darurat ini kurang dapat memberikan ruang likup kepada siswa untuk mengasah minat dan bakatnya dalam belajar. Karena terdapat pembatasan atau pengurangan kompetensi dasar. Dengan kata lain dengan adanya pembetasan atau pengurangan terhadap kompetensi dasar, berarti menyamaratakan kemampuan, miat serta bakat siswa hanya pada mata pelajaran tertentu. Selain itu kuriklum darurat ini, yang mana proses
- 3. pembelajaran dilakukan secara daring, tentunya kurang dapat melatih kemampuan siswa baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Bila dihubungkan antara kurikulum darurat dengan KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia),yang mana KKNI adalah kerangkan penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapatmenyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan, antara bidang pendidikan (formal, nonformal, dan informal) dan bidang pelatihan kera dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan diberbagai sektor. Dengan proses berjalannya kurikulum darurat secara daring atau online, maka proses KKNI terhadap siswa atau seseorang dapat dilakukan secara online juga. Mengenai pensetaraan antara pendidikan formal, informal, dan nonformal dapat dilakukan melalui tes kompetensi secara online. Sehingga kompetensi seseorang khususnya siswa masih tetap dapat terukur dan terakui. Misalnya untuk kurikulum darurat yang diterapkan di SMK, yang mana di SMK terdapat kegiatan magang agar nanti siap terjun di masyarakat atau dunia kerja, maka penulis rasa kegiatan magang tersebut apabila dapat dilakukan secara online, maka sekolah dan perusahaan yang menjalin kerjasama menerapkan magang secara online pula. Kalaupun tidak bisa dilakukan secara online, maka setidaknya dapat dilakukan dengan cara bergiliran ketika melaksanakan kegiatan magang, tidak dilakukan secara bersama-sama. Sehingga dengan tetap adanya magang pada tingkat SMK, maka KKNI pada kurikulum darurat dirasa masih berjalan, dan kualifikasi siswa ataupun seseorang pada masa pandemi ini masih terakui dan terukur. Untuk pendidikan formal yang tidak terdapat mangang, dengan adanya KKNI muncul pelajaran prakarya, maka pada penerapan kurikulum darurat ini, guru bisa mengarahkan siswa dalam pratkik membuat sesuatu, dan hasilnya dapat dikumpulkan dan disampaikan secara online atau daring. Maka dari itu output dari kebermanfaatan kurikulum darurat yang saat ini sedang berjalan yaitu tetap dapat melaksanakan proses belajar mnegajar meskipun tujuan dari pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai. Kemudian dengan tetap adanya pembelajaran meskipun dengan kurikulum darurat yang dijalankan secara online, siswa tetap terpantau dan terarah untuk belajar. Meskipun pembelajaran dengan kurikulum darurat yang dilaksanakan secara daring ini tidak begitu efektif, namun sedikit banyak dapat mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Yang mana pada masa pandemi ini sulit untuk dilakukan dan diukur.