Higine Perusahaan - Materi Kuliah K3 (Kesehatan, Keselamatan Kerja)Senia Firlania
Ìý
Seorang ahli higiene perusahaan melakukan identifikasi dan analisis terhadap potensi bahaya di tempat kerja, melakukan pengukuran dan pemantauan lingkungan kerja, serta merekomendasikan langkah-langkah pengendalian bahaya berdasarkan hirarki kontrol.
1. Atelektasis adalah kondisi paru atau sebagian paru yang tidak berkembang sempurna sehingga tidak berisi udara.
2. Penyebabnya antara lain penyumbatan bronkus, tekanan luar, dan gangguan pernapasan.
3. Pada radiologi tampak penurunan volume paru, pergeseran mediastinum dan fissura.
Ketiga jenis studi epidemiologi memiliki perbedaan dalam desain, tujuan, dan cara pemilihan subjek. Studi cross sectional mempelajari hubungan penyakit dan paparan pada populasi pada satu waktu, studi kohort mengikuti kelompok terpapar dan tidak terpapar untuk melihat insidensi penyakit, sedangkan studi case control membandingkan kelompok kasus dan kontrol untuk mempelajari faktor risiko penyakit.
Gagal napas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan pertukaran gas normal antara atmosfer dan sel-sel tubuh. Gagal napas terjadi ketika PaO2 rendah atau PaCO2 tinggi, dan disebabkan oleh berbagai kelainan pada paru, jantung, otot pernapasan, atau kontrol ventilasi pusat. Gejalanya meliputi sesak nafas, sianosis, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Penatalaksanaannya meliputi
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa kondisi pada tulang belakang seperti spondilitis, spondiloartrosis, dan spondilolistesis. Spondilitis adalah inflamasi pada tulang belakang yang biasanya disebabkan infeksi atau imunitas. Spondiloartrosis adalah degenerasi sendi belakang. Spondilolistesis terjadi ketika satu tulang belakang tergeser ke depan. Dokumen ini menjelaskan gejala klinis dan gambaran radiologi d
Dokumen ini membahas sejarah perkembangan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di dunia dan Indonesia secara singkat. K3 sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah namun baru berkembang pesat pada abad ke-16-17 dengan ditemukannya penyakit akibat kerja dan peraturan keselamatan pertambangan. Di Indonesia, peraturan K3 pertama dikeluarkan pada abad ke-19 oleh pemerintah Hindia Belanda.
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerjaChaicha Ceria
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit akibat kerja, yang didefinisikan sebagai kelainan atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau pekerjaan. Terdapat tiga jenis penyakit akibat kerja yaitu penyakit akibat kerja, penyakit terkait kerja, dan penyakit umum. Faktor penyebab penyakit akibat kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi,
GERD adalah gangguan yang ditandai dengan regurgitasi isi lambung ke esofagus yang menyebabkan gejala seperti heartburn. Faktor risikonya termasuk obesitas, konsumsi alkohol dan kafein, serta gangguan fungsi bawah esofagus. Diagnosa didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan endoskopi. Pengobatan meliputi perubahan gaya hidup, penggunaan PPI, dan dalam kasus berat dilakukan operasi.
Dokumen ini membahas tentang pencemaran udara, termasuk pengertian, jenis bahan pencemar, penyebab, dampak seperti gangguan kesehatan dan lingkungan, serta cara penanggulangannya seperti mengganti bahan bakar kendaraan dan penghijauan.
Dokumen tersebut membahas tentang higiene perusahaan yang meliputi pengenalan, penilaian, dan pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan kerja untuk melindungi kesehatan pegawai. Prosesnya terdiri dari 3 tahap yaitu pengenalan lingkungan kerja, penilaian kualitatif tingkat bahaya faktor lingkungan, dan penerapan teknik pengendalian untuk menurunkan bahaya sampai batas aman.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kanker paru, meliputi pengertian kanker paru, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan pembagian stadium penyakit. Kanker paru disebabkan oleh faktor lingkungan seperti merokok dan polusi udara serta faktor genetik. Gejalanya berupa batuk, sesak napas, dan nyeri dada. Penatalaksanaannya meliputi diagnosis, staging, dan pengobatan sesu
Gagal napas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan pertukaran gas normal antara atmosfer dan sel-sel tubuh. Gagal napas terjadi ketika PaO2 rendah atau PaCO2 tinggi, dan disebabkan oleh berbagai kelainan pada paru, jantung, otot pernapasan, atau kontrol ventilasi pusat. Gejalanya meliputi sesak nafas, sianosis, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Penatalaksanaannya meliputi
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa kondisi pada tulang belakang seperti spondilitis, spondiloartrosis, dan spondilolistesis. Spondilitis adalah inflamasi pada tulang belakang yang biasanya disebabkan infeksi atau imunitas. Spondiloartrosis adalah degenerasi sendi belakang. Spondilolistesis terjadi ketika satu tulang belakang tergeser ke depan. Dokumen ini menjelaskan gejala klinis dan gambaran radiologi d
Dokumen ini membahas sejarah perkembangan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di dunia dan Indonesia secara singkat. K3 sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah namun baru berkembang pesat pada abad ke-16-17 dengan ditemukannya penyakit akibat kerja dan peraturan keselamatan pertambangan. Di Indonesia, peraturan K3 pertama dikeluarkan pada abad ke-19 oleh pemerintah Hindia Belanda.
Penyakit akibat kerja dan hubungan kerjaChaicha Ceria
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit akibat kerja, yang didefinisikan sebagai kelainan atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau pekerjaan. Terdapat tiga jenis penyakit akibat kerja yaitu penyakit akibat kerja, penyakit terkait kerja, dan penyakit umum. Faktor penyebab penyakit akibat kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi,
GERD adalah gangguan yang ditandai dengan regurgitasi isi lambung ke esofagus yang menyebabkan gejala seperti heartburn. Faktor risikonya termasuk obesitas, konsumsi alkohol dan kafein, serta gangguan fungsi bawah esofagus. Diagnosa didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan endoskopi. Pengobatan meliputi perubahan gaya hidup, penggunaan PPI, dan dalam kasus berat dilakukan operasi.
Dokumen ini membahas tentang pencemaran udara, termasuk pengertian, jenis bahan pencemar, penyebab, dampak seperti gangguan kesehatan dan lingkungan, serta cara penanggulangannya seperti mengganti bahan bakar kendaraan dan penghijauan.
Dokumen tersebut membahas tentang higiene perusahaan yang meliputi pengenalan, penilaian, dan pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan kerja untuk melindungi kesehatan pegawai. Prosesnya terdiri dari 3 tahap yaitu pengenalan lingkungan kerja, penilaian kualitatif tingkat bahaya faktor lingkungan, dan penerapan teknik pengendalian untuk menurunkan bahaya sampai batas aman.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kanker paru, meliputi pengertian kanker paru, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan pembagian stadium penyakit. Kanker paru disebabkan oleh faktor lingkungan seperti merokok dan polusi udara serta faktor genetik. Gejalanya berupa batuk, sesak napas, dan nyeri dada. Penatalaksanaannya meliputi diagnosis, staging, dan pengobatan sesu
Kanker paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di paru yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti merokok dan polusi udara serta faktor genetik. Gejalanya berupa batuk, darah dalam sputum, dan penurunan berat badan. Pemeriksaan diagnostik meliputi bronkoskopi dan biopsy jaringan. Penatalaksanaannya meliputi bedah, radioterapi, kemoterapi, dan terapi paliatif untuk mengurangi nyeri dan k
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di paru yang umumnya disebabkan oleh merokok dan polusi udara. Gejalanya berupa batuk, darah dalam sputum, dan penurunan berat badan. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan paru dan jaringan, sementara pengobatannya meliputi bedah, radioterapi, kemoterapi, dan terapi paliatif untuk mengurangi gejala.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Kanker paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang disebabkan oleh faktor risiko seperti merokok dan polusi udara, dengan gejala utama seperti sesak napas dan batuk berdarah. Pencegahan melalui pengurangan merokok dan deteksi dini serta pengobatan seperti bedah dan kemoterapi dapat menurunkan angka kejadian dan kematian akibat kanker paru.
Dokumen tersebut membahas tentang askep klien dengan gangguan sistem pernapasan bawah khususnya kanker paru. Dibahas pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, diagnosa, dan penatalaksanaan kanker paru."
Studi ini menemukan bahwa karsinoma sel skuamosa adalah tipe histopatologi kanker paru-paru yang paling umum di Bangalore, India. Abnormalitas hematologi tersering pada pasien kanker paru adalah anemia. Merokok tetap menjadi faktor risiko utama untuk penyakit ini.
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit sistem ekskresi manusia khususnya yang menyerang organ paru-paru seperti TBC, pneumonia, asma, kanker paru-paru, empisema, dan bronkitis beserta gejala-gejala dan penyebab masing-masing penyakit.
WARNET VAST
JALAN MADESABARA NO. 50 RAHA
SAMPING SMA NEGERI 1 RAHA
INTERNETAN RP. 2.500 / JAM
SCANNER
- FOTO RP. 2.000
- GAMBAR RP. 2.000
- TEKS RP. 2.000
PRINT
- HITAM PUTIH RP. 750 / LEMBAR
- PRINT WARNA RP. 1.500 / LEMBAR
CETAK FOTO
- UKURAN 2 X3 RP. 500
- UKURAN 3X4 RP. 1.000
- UKURAN 4X6 RP. 1.500
- UKURAN 2 R RP. 2.000
- UKURAN 3 R RP. 2.500
- UKURAN 4 R RP. 4.000
- UKURAN 5 R RP. 5.000
- UKURAN 6 R RP. 6.000
- UKURAN 8 R RP. 8.000
PENJILITAN RP. 3.000
KETIKAN KOMPUTER RP. 2.000 / LEMBAR
INSTAL ULANG KOMPUTER / LEPTOP Rp. 50.000
HOTSPOT (WI-FI) Rp. 5.000
Rokok mengandung zat berbahaya seperti nikotin, tar, karbon monoksida, dan zat karsinogen yang dapat menyebabkan ketergantungan, kanker, dan penyakit jantung. Merokok juga meningkatkan risiko penyakit paru seperti pneumonia, emfisema, dan bronkitis kronis, serta penyakit lainnya seperti impotensi, diabetes, dan gangguan janin.
Dokumen tersebut membahas tentang kanker paru-paru, mulai dari pengertian, patofisiologi, gejala, pencegahan, pengobatan, dan epidemiologi kanker paru-paru. Secara khusus, dibahas mengenai kanker paru-paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali di paru-paru yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti merokok dan dapat menyebar ke organ lain."
Dokumen tersebut membahas bahaya merokok dan zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Rokok dapat menyebabkan berbagai penyakit serius seperti kanker paru-paru, jantung, dan lainnya. Asap rokok berisi nikotin, tar, dan karbon monoksida yang dapat merusak organ tubuh dan meningkatkan risiko penyakit. Rokok juga dikaitkan dengan penuaan dini dan berbagai komplikasi kesehat
Dokumen tersebut membahas bahaya merokok bagi kesehatan, termasuk zat berbahaya yang terkandung dalam asap rokok seperti nikotin, tar, karbon monoksida, dan zat karsinogen. Merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker paru-paru, jantung, dan pembuluh darah, serta gangguan kehamilan.
Demam berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang ditularkan nyamuk Aedes. Gejalanya bervariasi dari demam ringan hingga syok yang membahayakan jiwa. Penderita harus banyak minum untuk mencegah dehidrasi. Jika gejala parah seperti perdarahan atau kesadaran menurun, segera periksakan diri ke rumah sakit.
Indonesian population is 254.36 million people with 184.6 million of working age. There are 128.5 million workers, with 120.85 million employed, either formally at 48.85 million jobs or informally at 72 million jobs. Reporting of occupational diseases in Indonesia involves submitting forms to the BPJS social security agency regarding a patient's medical condition and work location, which will be reviewed by BPJS and the Ministry of Manpower before a compensation decision is made.
This document summarizes challenges and efforts related to asbestos-related disease (ARD) in Indonesia between 2008-2016. It discusses 3 collaborative research studies conducted during this period that identified few cases of asbestosis. It also describes a 2016 training conducted for 40 doctors on diagnosing ARD using ILO radiograph methods. Additionally, the document reports on a survey of 103 Indonesian doctors that found most diagnosed ARD based on patient history of asbestos exposure rather than additional examinations. It concludes by recommending increasing awareness of ARD, doctor diagnostic capacity, coordination among stakeholders, and developing an ARD reporting system.
This document summarizes challenges and efforts related to asbestos-related disease (ARD) in Indonesia between 2008-2016. It discusses 3 collaborative research studies conducted during this period that identified few cases of asbestosis. It also describes a 2016 training conducted for 40 doctors on diagnosing ARD using ILO guidelines. Additionally, the document reports the results of a 2013 survey of 103 Indonesian doctors which found that most diagnosed ARD based on patient history of asbestos exposure rather than additional examinations. It concludes by recommending increasing awareness of ARD, building doctor capacity to diagnose it, strengthening coordination among stakeholders, and developing an ARD reporting system.
1. KANKER PARU AKIBAT KERJA DAN MANAJEMEN RISIKO
Anna Suraya
PENDAHULUAN
Pekerja merupakan unsur penting dalam berjalannya aktivitas perekonomian dan
industri sebuah negara. Namun ironisnya kelompok ini masih dibayang-banyangi
adanya risiko terhadap paparan bahan karsinogenik penyebab kanker di tempat
mereka bekerja. Baru-baru ini WHO merilis data yang menyebutkan bahwa
setidaknya terdapat 200.000 orang meninggal akibat kanker yang berhubungan
dengan lingkungan kerja. Demikian seperti dikutip dari situs resmi Badan Kesehatan
Dunia tersebut.
Risiko terkena kanker seperti kanker paru-paru dan mesothelioma (kanker maligna
dari bagian dalam rongga dada) akibat menghirup serat asbestos dan asap tembakau,
atau leukimia akibat terpapar dengan benzena di tempat kerja kini masih
membayangi para pekerja. Kanker paru, mesothelioma dan kanker pada lambung
merupakan jenis kanker terkait lingkungan kerja yang paling sering terjadi.
Kanker paru akibat kerja merupakan salah satu penyakit paru akibat kerja yang
masih belum tercatat laporan kejadiaannya dengan baik di negara kita. Walaupun
sejauh ini karsinogen pada lingkungan yang paling dikenal adalah asap tembakau,
banyak bahan di tempat kerja yang telah terbukti menyebabkan kanker khususnya
kanker paru. Agen lain seperti asbes, senyawa nikel tertentu, polisiklik hidrokarbon
aromatic seperti benzipiren, arsen trioksida dan krom juga telah terbukti dapat
menyebabkan kanker paru1
.
2. 2
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap
rokok.2
Kanker Paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau penyebaran
(metastasis) tumor dari organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni
tumor ganas yang berasal dari epitel (jaringan sel) saluran napas atau bronkus. 3
Seperti kebanyakan kanker dan penyakit lain pada umumya, pencegahan merupakan
tindakan paling utama mengingat sulitnya pengobatan dan akhir yang kurang
memuaskan. Identifikasi terhadap bahan penyebab kanker menjadi sangat penting
karena hampir seluruh kanker akibat kerja dapat dicegah dengan program
pencegahan yang ketat dan praktik personal yang benar saat bekerja.1
Menjadi tanggung jawab semua pihak untuk melakukan tindakan pencegahan
terhadap potensi bahaya dari pajanan di tempat dan lingkungan kerja. Tugas dokter
perusahaan adalah memberikan dukungan dan pendampingan bagi manajemen
perusahaan dalam program pencegahan terjadinya kanker paru akibat kerja.
SEJARAH DAN EPIDEMIOLOGI
Laporan pertama tentang kanker paru disampaikan oleh Agricola di tahun 1527 dan
Van Swieten pada tahun 1747. Sekarang ini kanker paru berkembang menjadi satu
jenis penyakit penting dan penyebab kematian utama. Di tahun 1950 di Amerika
Serikat dilaporkan ada 18.313 penderita yang meninggal karena kanker paru. Di
tahun 1970 angka ini telah naik menjadi 70.000 orang dan di tahun 1980 jumlahnya
melonjak menjadi lebih dari 100.000 orang, kira-kira sama dengan jumlah orang
yang meninggal akibat kecelakaan di negara itu. Salah satu laporan WHO
menunjukkan bahwa kanker paru merupakan kanker yang paling sering ditemui pada
kaum pria. Jika jumlah penderita kanker pria dan wanita digabung menjadi satu
maka kanker paru merupakan kanker tersering yang ke dua4
.
Anna Suraya
3. 3
Di Indonesia diperkirakan minimal ada 1 penderita baru kanker di antara 1000
penduduk, artinya lebih dani 170.000 penderita baru per tahunnya. Angka resmi
tentang jumlah penderita kanker paru di Indonesia dan angka kematiannya belum
dipunyai, tetapi laporan dari berbagai rumah sakit terus mengalir dan menunjukkan
jumlah penderita kanker paru yang cukup tinggi dan makin lama tampaknya akan
terus meningkat4
.
Kontroversi bahwa pajanan di tempat kerja sebagai menjadi penyebab kanker paru
dimulai sekitar tahun 1970. Sebuah laporan penelitian mengejutkan melaporkan
tentang tingginya kejadian kanker paru yang disebabkan oleh asbes dari 61.000
menjadi 98.000 kasus pertahun. Penelitian dari Doll dan Peto menyebutkan bahwa
15% penderita kanker laki-laki dan 5% wanita diperkirakan disebabkan oleh pajanan
di tempat kerja. Vineis dan Simonato menyebutkan bahwa 4-40% kanker paru
dihubungkan dengan pajanan di tempat kerja. Dan berdasarkan kecenderungan
terbaru menunjukkan bahwa pajanan di tempat kerja penjadi penyebab penting
terhadap terjadinya kanker paru.5
Di Indonesia sendiri bila merujuk pada klaim
jamsostek sampai saat ini belum ada pergantian akibat kanker paru akibat kerja.
PAJANAN PENYEBAB KANKER
EPA (1986) memberikan klasifikasi bahan penyebab kanker sebagai berikut6
Kelompok A : karsinogen terhadap manusia : bukti cukup pada manusia
Kelompok B : sangat mungkin karsinogen pada manusia : bukti terbatas pada
manusia (B1), atau tak ada bukti pada manusia tetapi cukup bukti pada hewan (B)
Kelompok C : kemungkinan karsinogen bagi manusia : bukti terbatas pada hewan
dan tidak ada data pada manusia
Kelompok D : tidak dapat digolongkan sebagai karsinogen bagi manusia : tidak
cukup data atau tida ada data.
Kelompok E : terbukti bukan karsinogen bagi manusia : bukti negative pada
sekurang-kurangnya dua spesies.
Anna Suraya
4. 4
Table 1. Agen penyebab kanker (Golongan A)1
PAJANAN PENYEBAB
KANKER
ORGAN
4-Aminobiphenyl Buli-buli
Arsen dan senyawa arsen Paru, kulit, hati?, angiosarkoma
Asbes Pleura dan peritoneum (mesothelioma),
paru, laring?, saluran cerna, ginjal
Benzene Leukemia, multiple myeloma, paru
Benzidine Buli-buli
Berilium Paru
Bis(chloromethyl)ether Paru (terutama sel oat)
Kadmium dan senyawa cadmium Paru
Senyawa krom, heksavalen Paru
Coal tar pitches Kulit, skrotum, paru, buli-buli
Coal tars Kulit, skrotum, paru, buli-buli?
Ethylen oxide Leukemia
Radiasi ion Leukemia, kulit, lain-lain
Mineral oils, untreated and mildly
treated
Kulit, skrotum, Lung?
Gas mustard Paru
Î’-Naphthalamine Buli-buli
Nikel dan senyawa nikel Paru, sinus nasi
Radium Tulang (sarcoma)
Radon Paru
Shale oil Kulit, skrotum
Radiasi matahari Kulit
Soots, tars, oil Kulit, paru, buli-buli
Asam kuat anorganik mengandung
asam sulfur
Paru
Talk mengandung fiber dari asber Paru, mesothelioma?
Vinil chloride Hati (angiosarkoma), otak?, paru
Table 2. Agen penyebab kanker paru dan industry terkait
PAJANAN
PENYEBAB
KANKER PARU
INDUSTRI
Anna Suraya
5. 5
Polycyclic aromatic
hidrokarbon
Industry aluminium
Pekerja pemasak dengan oven
Pemasang atap
Pekerja karet
Arsen dan senyawa
arsen
Produksi dan penggunaan insektisida
Peleburan tembaga, timbal dan seng, pengolahan sampah
Asbes penambang asbes
insulasi dan filter materi produksi
pekerja galangan kapal
manufaktur tekstil
Benzene Manufaktur produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet
buatan, dan pewarna
Berilium Produksi tembaga, elektronik, kendaraan, proyektil
Bis(chloromethyl)ether Pekerja produksi bahan kimia, percetakan
Kadmium dan
senyawa cadmium
Plating logam, baterai, plastic, pengecoran seng, timah,
tembaga
Senyawa krom,
heksavalen
Produksi krom, pigmen untuk cat, pembuatan wool,
penyamakan kulit
Aspal cair Produksi aspal, pembuat jalan
Mineral oils, untreated
and mildly treated
Industry otomotif, pesawat terbang, baja, percetakan
Gas mustard Industry
Nikel dan senyawa
nikel
Penambang nikel, pemurnian nikel, penyulingan minyak,
incenerator
Radon Pajanan domestic
Penambang uranium
jelaga, tars, oil Industry logam, farmasi dan kosmetik,
Asam kuat anorganik
mengandung asam
sulfur
Industry besi dan baja
Anna Suraya
6. 6
Vinil chloride Industry plastic, insulasi listrik
DIAGNOSIS KANKER PARU7
Kanker paru yang masih dini tidak memberikan gejala yang khas sehingga
kebanyakan kasus ditemukan pada stadium lanjut. Kanker paru staging awal (dini)
sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan
rutin (check-up kesehatan).
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala mungkin tidak kelihatan sampai penyakit telah mencapai tahap
lanjut.
• Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat
• Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua
minggu
• Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri
akibat batuk yang terus menerus
• Perubahan warna pada dahak
• Meningkatnya jumlah dahak
• Dahak berdarah
• Bunyi wheezing saat bernafas pada bukan penderita asma
• Radang yang kambuh
• Sulit bernafas
• Nafas pendek
• Serak
• Suara kasar saat bernafas
gejala yang mugkin muncul disebabkan penyebaran kanker ke organ lain antara lain :
Kelelahan kronis
Anna Suraya
7. 7
• Kehilangan nafsu makan
• Sakit kepala, nyeri tulang
• Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan
• Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau
kehilangan ingatan sebagian)
• Bengkak pada leher dan wajah
• Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
Pemeriksaan fisik
Kanker paru stadium awal biasanya belum menunjukkan kelainan pada pemeriksaan
fisik paru. Pada kasus dengan staging lanjut akan dapat ditemukan kelainan
tergantung pada gangguan yang ditimbulkan oleh tumor primer atau penyebarannya.
Kelainan yang didapat tergantung letak dan besar tumor sehingga menimbulkan
gangguan. Kanker paru juga dapat menyebabkan efusi pleura atau petekanan pada
vena cava dll. Kelainan yang dapat ditemukan berkaitan penyebaran kanker,
misalnya pembesaran kelenjar getah bening leher dan aksila . Tidak jarang juga
pasien datang dengan kelumpuhan akibat metastasis di otak atau tulang belakang .
Pemeriksaan penunjang
Beberapa prosedur yang dapat memudahkan diagnosa kanker paru antara lain adalah
foto X-Ray, CT Scan Toraks, Biopsi Jarum Halus, Bronkoskopi, dan USG
Abdomen.
Ditemukannya jenis sel (histologis) kanker adalah syarat utama untuk mengatakan
seseorang menderita kanker dan selanjutnya dapat ditentukannya staging (tingkatan)
penyakitnya secepat mungkin untuk menentukan pengobatan terbaik.
Pengobatan kanker paru
1. Pembedahan dengan membuang satu bagain dari paru - kadang melebihi dari
tempat ditemukannya tumor dan membuang semua kelenjar getah bening
yang terkena kanker.
Anna Suraya
8. 8
• Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X berintensitas tinggi untuk membunuh
sel kanker.
• Kemoterapi
• Meminum obat oral dengan efek samping tertentu yang bertujuan untuk
memperpanjang harapan hidup penderita.
DIAGNOSIS KANKER PARU AKIBAT KERJA
Berdasarkan (Kepmenaker no. 333/1989) Penyakit akibat kerja adalah setiap
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan. Penyakit akibat kerja
dapat ditemukan saat pemeriksaan kesehatan pekerja, pemeriksaan berkala maupun
pemeriksaan khusus.
Penyakit yang muncul dikalangan pekerja haruslah diupayakan untuk diketahui
kaitannya dengan pekerjaan dan pajanan di tempat kerja karena penegakkan
diagnosis penyakit akibat kerja berkontribusi terhadap 8
:
1. Pengendalian pajanan
2. Identifikasi pajanan baru secara dini
3. Asuhan medis dan upaya rehabilitasi pekerja yang sakit dan/atau cedera
4. Pencegahan terulang/makin berat kejadian penyakit
5. Perlindungan pekerja lain
6. Pemenuhan hak kompensasi pekerja
7. Identifikasi ada hubungan baru pajanan vs penyakit
Terdapat beberapa tahapan dalam menegakkan penyakit akibat kerja. Dalam kaitan
dengan kanker paru akibat kerja maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah
1. Secara klinis, harus ditegakkan diagnosis kanker paru oleh ahli yang
berkompeten dan sesuai dengan prosedur yang telah ada.
2. Mendapatkan informasi tentang pajanan yang dialami saat bekerja.
Misalnya seorang pekerja di tambang asbes, maka ditentukan bahwa
Anna Suraya
9. 9
pajanan yang dialami oleh pekerja adalah asbes. Berapa lama terpajan
dalam sehari dan lama bekerja serta pekerjaan terdahulu bila ada.
3. Secara teoritis dan dari pengalaman telah ditetapkan bahwa pajanan
tersebut memang terbukti dapat menyebabkan kanker paru. Dalam hal
kaitan sebagai penyebab kanker paru maka asbes telah terbukti dapat
menyebabkan kanker paru
4. Dilakukan pengukuran lingkungan apakah jumlah asbes tersebut
cukup berpengaruh dalam menyebabkan kanker paru. Berapa lama
pekerja terpajan dan adakah pengendalian atau alat pelindung diri
5. Dilakukan pula penggalian data mengenai faktor individu yang
terkait seperti misalnya riwayat penyakit di keluarga, hygiene pribadi.
6. Untuk menyingkirkan pengaruh faktor lain diluar pekerjaan maka
harus pula diketahui kemungkinan-kemungkinan penyebab lain diluar
pekerjaan seperti kebiasaan merokok, pajanan di rumah, hobi
7. Bila semua data telah didapat dan memang saling terkait maka dapat
ditegakkan diagnosis okupasi adalah kanker paru akibat kerja.
MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN9
Dalam rangka melakukan pencegahan terhadap terjadinya kanker paru akibat kerja
maka diperlukan manajemen risiko yang secara khusus bertujuan melindungi pekerja
dari pajanan yang dapat menyebabkan risiko kanker paru. Terdapat beberapa langkah
dalam melakukan manajemen risiko kanker paru akibat kerja
Identifikasi pajanan di tempat kerja
Anna Suraya
10. 10
Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi
atau pengenalan bahaya kesehatan khususnya bahaya kanker paru. Untuk dapat
menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul
kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan
termasuk hasil samping produksi serta limbah yang terbentuk. Pada kasus yang
terkait dengan bahan kimia maka diperlukan adanya material safety data sheet
(MSDS). Untuk setiap jenis bahan kimia yang digunakan, dilakukan pengelompokan
bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang terkandung, mengidentifikasi bahan
pelarut yang digunakan, bahan inert yang menyertai serta efek toksiknya.
Bila dalam proses identifikasi ditemukan bahan yang telah diketahui dapat
menyebabkan kanker maka di register sebagai acuan dalam proses pengendalian
selanjutnya.
Penilaian kadar pajanan di lingkungan kerja
Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif
terhadap pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan pekerjaan
tertentu dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok itu dikenal juga
dengan istilah similar exposure group.
Penilaian pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan tidak hanya
mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan tetapi juga faktor lainnya seperti durasi
dan frekwensi pajanan, aktifitas kerja serta upaya yang telah dilakukan untuk
pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan. Termasuk diperhatikan juga perilaku
pekerja, hygiene perorangan serta kebiasaan saat bekerja atau diluar pekerjaan yang
dapat meningkatkan risiko kanker paru terutama kebiasaan merokok.
Kontrol pajanan
Bila telah teridentifikasi adanya pajanan yang dapat menyebabkan kanker paru dan
telah diketahui kadar pajanan di tempat kerja maka langkah selanjutnya adalah
melakukan tindakan kontrol pajanan. Kontrol pajanan bertujuan untuk mencegah
Anna Suraya
11. 11
terjadinya pajanan yang membahayakan kesehatan atau menurunkan tingkat pajanan
sampai pada batas yang dapat diterima (acceptable level).
Pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara dan disarankan untuk mengikuti
alur hirarki pengendalian yaitu pengendalian secara teknis, pengendalian secara
administratif dan terakhir adalah penggunaan alat pelindung diri.
Pada kasus pajanan kimia maka hirarki yang disarankan adalah substitusi bahan yang
berbahaya dengan yang tidak atau kurang berbahaya, pengendalian teknis seperti
penyempurnaan ventilasi, perbaikan prosedur kerja dengan tujuan menurunkan
pajanan dan penggunaan alat pelindung diri.
Surveilans kesehatan
Surveilans kesehatan merupakan penilaian keadaan kesehatan pekerja yang
dilakukan secara teratur dan berkala yang terdiri atas surveilans medis (termasuk
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang serta pemantauan
biologis). Lebih tepat lagi bahwa bentuk, isi dan kekerapan pemeriksaan kesehatan
ini ditetapkan oleh dokter yang berkompeten dalam program kesehatan kerja.
Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan harus memperhatikan akan kemungkinan
timbulnya kanker paru akibat kerja dimana dalam hal ini foto thorak merupakan
pemeriksaan yang cukup penting untuk deteksi dini kanker paru.
Sebagai pedoman umum dalam menenukan kekerapan surveilans kesehatan adalah
mengacu pada peraturan perundangan Indonesia yaitu satu tahun satu kali.
Komunikasi, informasi dan edukasi
Kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi termasuk penyampaian instruksi dan
pelatihan perlu dilakukan secara berkesinambungan. Pendidikan dan pelatihan
merupakan komponen penting dalam perlindungan tenaga kerja. Tujuan pendidikan
dan pelatihan antara lain adalah agar pekerja :
• Mengerti paling tidak pada tingkat dasar bahaya kesehatan yang terdapat di
lingkungan kerja.
Anna Suraya
12. 12
• Terbiasa dengan prosedur kerja dan melakukan pekerjaan sesuai prosedur
untuk mengurangi tingkat pajanan
• Menggunakan alat pelindung diri dengan benar dan memelihara agar tetap
berfungsi baik
• Mempunyai kegiatan yang sehat dan selamat serta hygiene perorangan yang
baik
• Mengenal bahaya dini kesehatan akibat bahaya pajanan tertentu
• Melakukan pertolongan pertama apabila terjadi gangguan kesehatan sesegera
mungkin
Pelaporan dan pencatatan
Pencatatan dan pelaporan data merupakan kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan
dalam sebuah program. Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan terutama data
tingkat pajanan dan surveilans kesehatan harus tersimpan rapi dan dijaga untuk
setiap saat dapat digunakan sampai paling tidak selama 30 tahun. Tujuan pencatatan
adalah :
• Dapat mengenal trend kesehatan dan masalah yang perlu penyelesaian
• Memungkinkan evaluasi epidemiologi
• Memenuhi persyaratan legal
• Tersedianya dokumentasi yang sesuai dengan pekerja dan perusahaan dalam
kasus klaim kompensasi kecelakaan kerja termasuk penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan
• Memungkinkan pemantauan kinerja kesehatan pekerja
Alat pelindung diri10
Anna Suraya
13. 13
Sekali alat pelindung diri telah tertanamkan maka pemilihan tipe yang baik dan
sesuai untuk melakukan suatu pekerjaan yang perlu (harus) dilaksanakan. Alat
pelindung diri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Alat-alat pelindung diri harus dapat melindungi terhadap bahaya-bahaya
dimana tenaga kerja terpajan.
 Alat pelindung diri harus ringan dan efisien dalam memberikan perlindungan.
 Sebagai alat pelengkap bagi tubuh harus fleksibel namun efektif.
 Berat alat yang harus diterima oleh bagian tibuh harus dapat diterima dengan
baik.
 Tenaga kerja yang memakai alat pelindung diri harus tidak terhalang
gerakannya maupun tanggapan panca inderanya.
 Alat pelindungdiri harus tahan lama.
 Alat pelindung diri harus menarik.
 Bagian-bagian penting yang harus sering diganti agar ada persediannya.
 Alat-alat pelindung diri harus tidak memberikan efek samping (tambahan
bahaya) baik oleh karena bentuknya, konstruksinya, bahan atau mungkin
penyalahgunaan.
Alat-alat pelindung saluran pernafasan
Alat pelindung pernafasan harus memenuhi persaratan Standar perlindungan
respirasi OSHA [29 CFR 1910.134]. program tersebut terdiri dari :
 Seleksi respirator
 Evaluasi kemampuan pekerja melakukan pekerjaannya saat menggunakan
respirator
 Training yang teratur pada personil yang bertanggung jawab
 Uji fit respirator
 Monitoring tempat kerja secara teratur
 Peraturan tentang perawatan,inspeksi dan pembersihan respirator11
Alat pelindung pernafasan dibutuhkan untuk melindungi terhadap bahaya-bahaya :
Anna Suraya
14. 14
 Kekurangan oksigen
 Bahan kimia pencemar beracun dan berbahaya yang berbentuk gas dan uap
(non partikel).
 Bahan kimia pencemar yang berbentuk partikel (termasuk debu, serat,
fume,asap dan kabut).
 Campuran dari semua itu
PENUTUP
Kanker paru merupakan kanker dengan angka kematian tertinggi dimana pekerjaan
berkontribusi 4-40% dalam menyebabkannya. Melihat pada kecilnya angka deteksi
dini dan angka keberhasilan terapi maka pencegahan merupakan langkah terbaik
dalam manajemen kanker paru. Diagnosis bahwa pekerjaan merupakan faktor risiko
penyebab kanker paru sangat penting untuk ditegakkan dengan tujuan melindungi
pekerja serta sebagai bahan untuk kajian program pencegahan.
Manajemen risiko dalam mencegah terjadinya kanker akibat kerja terdiri dari
beberapa langkah yaitu identifikasi pajanan, pengukuran pajanan yang dilanjutkan
dengan control pajanan, pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, pendidikan dan
pelatihan, penyediaan alat pelindung diri serta system pencatatan yang efektif.
Dengan manajemen risiko tersebut diharapakan semua pihak terlibat dalam kegiatan
pencegahan timbulnya kanker paru akibat kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ladou Joseph. Current Occupational & Environmental medicine. Ed 4th
. New
York. Mc Graw Hill Medical.2007
Anna Suraya
15. 15
2. Occupational, environment and lung disease, di unduh dari
http://www.agius.com/hew/index.htm pada 15 Nopember 209
3. Madara Bernadette & Pomarico-Denino P, Patophysiology 2nd
ed, (Quick
look nursing), tersedia di book.google.co.id, diunduh 8 Des 2009
4. Aditama TY. Situasi beberapa penyakit paru di masyarakat. Cermin dunia
Kedokteran. No 84.1993
5. Coultas D B; Samet J M Occupational lung cancer. Clinics in chest
medicine 1992;13(2):341-54.
6. Lu Frank C. Basic Toxicology: fundamentals, target organs and risk
assessment. Hemispher Publishing Coorporation. 1991
7. Shahruddin Elisna, Kanker paru , Kanker paru website-lung cancer 101.
Diunduh pada 13 Desember 2009
8. Wikipedia, kanker paru, http://.id.wikipedia.org. diunduh pada 13 Desember
2009
9. Mansur Muchtarudin. Manajemen Risiko kesehatan di tempat kerja. Majalah
Kedokteran Indonesia, vol 57. No 10 Oktober 2007
10. OSHA. Occupational safety and health Guideline for welding fumes. US
Department of Labour. 2009. diunduh 12 Oktober 2009 dari www.OSHA.gov
Anna Suraya
16. 1
2
Occupational, environment and lung disease, di unduh dari http://www.agius.com/hew/index.htm pada 15
Nopember 209
3
Madara Bernadette & Pomarico-Denino P, Patophysiology 2nd
ed, (Quick look nursing), tersedia di book.google.co.id,
diunduh 8 Des 2009
1
4
4
5
Coultas D B; Samet J M Occupational lung cancer. Clinics in chest medicine 1992;13(2):341-54.
6
Lu Frank C. Basic Toxicology: fundamentals, target organs and risk assessment. Hemispher Publishing Coorporation.
1991
1
7
8
Wikipedia, kanker paru, http://.id.wikipedia.org. diunduh pada 13 Desember 2009
9
Mansur Muchtarudin. Manajemen Risiko kesehatan di tempat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia, vol 57. No 10
Oktober 2007
10
OSHA. Occupational safety and health Guideline for welding fumes. US Department of Labour.
2009. diunduh 12 Oktober 2009 dari www.OSHA.gov
11
OSHA. Occupational safety and health Guideline for welding fumes. US Department of Labour.
2009. diunduh 12 Oktober 2009 dari www.OSHA.gov