際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Toksikologi Logam Berat
Logam berat
 benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram
atau lebih untuk setiap cm3
, sedangkan logam yang
beratnya kurang dari 5g adalah logam ringan.
 Dapat juga dikarenakan sifat toksiknya
 Dalam tubuh makhluk hidup logam berat termasuk
dalam mineral trace atau mineral yang jumlahnya
sangat sedikit
 Beberapa mineral trace adalah esensiil karena
digunakan untuk aktivitas kerja system enzim misalnya
seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan beberapa unsur
lainnya seperti kobalt (Co), mangaan (Mn) dan beberapa
lainnya. Beberapa logam bersifat non-esensiil dan
bersifat toksik terhadap makhluk hidup misalnya :
merkuri (Hg), kadmium (Cd) dan timbal (Pb).
Unsur-unsur logam berat adalah unsur yang
mempunyai nomor atom dari 22 sampai 92 yaitu
sejumlah unsur seperti merkuri (Hg), arsen (As),
kadmium (Cd), tembaga (Cu), timah (Sn), seng
(Zn), timah hitam (Pb), kobalt (Co), khromium
(Cr), nikel (Ni) dan vanadium (Va) dan terletak
dalam periode tiga sampai tujuh dalam susunan
berkala
Mekanisme Keracunan Logam
1. Memblokir atau menghalangi kerja gugus
fungsi biomolekul yg esensial untuk
proses biologi, seperti protein dan enzim
2. Menggantikan ion-ion logam esensial
yang terdapat dalam molekul terkait
3. Mengadakan modifikasi atau perubahan
bentuk gugus aktif yg dimiliki oleh
boimolekul
Pengelompokan berdasarkan
urutan daya racun
1. Kelas B : sangat beracun : Hg, Pb, Sn, Cu
 Paling efektif untuk berikatan dg gugus sulfihidril (-SH)
 Dapat menggantikan posisi ion logam antara
 Bersama dg logam antara dapat larut dg lemak :
Mampu menetrasi penetrasi pd membran sel , shg ion
logam dpt menumpuk (terakumulasi, Con : Hg, Pb, Sn
 Dalam metallo protein menunjukkan reaksi redoks :
Cu2+
Cu+
2. Kelas antara : daya racun sedang : Ni, Zn
3. Kelas A : Daya racun rendah : Mg
Urutan toksisitas logam
 Daftar urutan tinggi ke rendah
Hg2+
> Cd2+
> Ag+
Ni2+
Pb2+
> As2+
> Cr2+
> Sn2+
> Zn2+
 Pengaruh terhadap aktivitas enzim
Cd2+
> Pb2+
> Zn2+
> Hg2+
> Cu2+
 Aktifitas enzim alpha-glycerophosphat dehydrogenase
(jaringan ikan)
Hg2+
>Cd2+
> Zn2+
> Pb2+
> Ni2+
> Co2+
Konsentrasi ion logam (mg/L) yg
mematikan biota laut dalam 96 jam
Jenis Logam
Berat Ikan Udang Kerang
Cd 22-55 0,015-47 2,2-35
Cr 91 10 14-105
Cu 2,5-3,5 0,17-100 0,14-105
Hg 0,23-0,8 0,005-0,5
Ni 350 6-47 0,058-32
Pb 188 72-320
Zn 60 0,5-50 10-50
JENIS HEWAN LAUT
Merkuri di lingkungan
Gambar 1. Diagram alir merkuri dalam biosfir (Dix, 1980)
Phytoplankton
Zooplankton
Ikan
Burung
Usus Pengeluaran
Otak dan Syaraf Hati Ginjal
Fungisida Buangan
Industri
Sungai dan
Laut
Air
Minum
Biodegradasi
Manusi
a
Air Buangan
Akumulasi dan biomagnifikasi
metilmerkuri pada rantai makanan.
Gambar 2. Akumulasi dan biomagnifikasi metilmerkuri pada rantai makanan.
Gambar 3. Proses biometilasi di lingkungan
ATMOSFIR Hg0
(CH3)2Hg
AIR Hg0
(CH3)2Hg dimetilmerkuri
PH + pH -
Hg2+
(CH3)Hg+
metilmerkuri
Toksisitas merkuri
 Toksisitas Hg dapat disebabkan oleh dua bentuk senyawa
kimia yaitu inorganic merkuri dan organic merkuri.
 Dalam air, Hg terutama terikat dengan Cl dan senyawanya
berbentuk (HgCl)+, (HgCl4)-2, HgCl2 dan (HgCl3)- (Reilly,
1980).
 Bentuk kimia dari merkuri ada dua yaitu : organik (penil-Hg,
metoksi-Hg dan alkil-Hg) dan inorganik (Hg+(HgCl) dan Hg2+).
 Merkuri organik mempunyai daya racun yang lebih tinggi dari
merkuri inorganik (Hutagalung, 1984) dan menurut Waldock
(1994) di dalam Lasut (2000) diperkirakan 4-31 kali lebih
beracun dari bentuk merkuri inorganik.
 Kasus pencemaran lingkungan banyak disebabkan oleh
toksisitas merkuri organic, dimana Hg berikatan dengan rantai
alkil yang pendek yaitu ethyl-merkuri dan methyl-merkuri.
 Senyawa tersebut sangat stabil dalam proses metabolisme
dan mudah menginfiltrasi jaringan yang sukar ditembus
oleh senyawa lain, misalnya otak dan plasenta. Senyawa
tersebut mengakibatkan kerusakan jaringan yang
irreversible baik pada orang dewasa maupun anak.
 Senyawa merkuri organic yang paling popular adalah
methyl-merkuri, yang pertama disintesis pada tahun 1865.
Senyawa tersebut kemudian diketahui senyawa yang
berpotensi penyebab toksisitas terhadap system saraf
pusat.
 tujuan sintesis metyl merkuri tersebut adalah digunakan
sebagai bahan anti jamur pada biji-bijian yang baru
dipanen. Pada tahun 1970-an banyak laporan mengenai
keracunan merkuri pada petani dan keluarganya, sehingga
akhirnya penggunaan metil merkuri untuk mencegah
pertumbuhan jamur dihentikan.
Kasus Minamata Desease
 Terjadi di Teluk Minamata (Jepang)
 Pembuangan limbah Chisso Corporation : pabrik
kimia aldehid, plastik, obat-obatan dan parfum
 Merkuri digunakan sbg katalisator
 1950 produksi naik, limbah >>
 Metil merkuri dihasilkan dari proses metilasi
merkuri anorganik oleh bakteri metanogenik (di
sedimen)
 1953-1960 : 98 orang yg dirawat
 Sistem saraf pusat adalah target organ dari
toksisitas metil merkuri, sehingga gejala
yang terlihat erat hubungannya dengan
kerusakan saraf pusat. Gejala yang timbul
adalah:
 Gangguan saraf sensorik: paraesthesia, kepekaan
menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan
kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran
menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.
 Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah
jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat dan sulit
bicara
 Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala
 Tremor pada otot merupakan gejala awal dari toksisitas
Hg tersebut, tetapi derajat berat atau ringannya
toksisitas bergantung pada diet per harinya, lama
mengkonsumsi dan umur penderita. Dengan demikian
semakin lama orang mengkonsumsi makanan yang
terkontaminsi metil-merkuri per hari, maka semakin berat
gejala terjadinya penyakit karena toksisitas metil-Hg
tersebut..
 Waktu paruh dari metil-Hg pada manusia sekitar 70-90
hari, tetapi eliminasi dari jaringan sangat lambat dan
tidak teratur, sedangkan akumulasinya dengan mudah
menimbulkan gejala toksisitas. Konsentrasi Hg dalam
darah sekitar 10-20 ug% biasanya belum menimbulkan
gejala toksisitas, tetapi pada konsentrsi sekitar 50
sampai 100 ug% akan mulai menunjukkan gejala.
Absorbsi Hg elemen (Hg0) dan MeHg
pada sel
Gambar 4. Absorbsi Hg elemen (Hg0) dan MeHg pada sel
20 %
Paru-paru/ 80%, darah
Insang Sel
Hg0
oksidasi katalase
Ikatan kovalen
dengan gugus
sistein & GSH
Pencernaan Hg2+
~ 95% demetilasi
Hg0
Hg2+
CH3Hg+
CH3Hg+
Toksisitas timbal (Pb)
 Pengaruh toksisitas akut Pb agak jarang
ditemui, tetapi pengaruh toksisitas kronik
paling sering ditemukan
 Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai
pada pekerja tambang dan pabrik
pemurnian logam, pabrik mobil (proses
pengecatan), penyimpanan bateri,
percetakan, pelapisan logam dan
pengecatan system semprot
 Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif,
sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut
beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sebagai berikut:
1. Sistem haemopoietik : Pb menghambat system pembentukan
hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.
2. Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan
ensepfalopati dan gejala gangguan system saraf perifer.
3. Ginjal: dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria,
nefropati, fibrosis dan atrofi glomerular.
4. Sistem gastro-intestinal: menyebabkan kolik dan kosnstipasi
5. Sistem kardiovaskuler: menyebabkan peningkatan permiabilitas
pembuluh darah
6. Sistem reproduksi : dapat menyebabkan kematian janin waktu
melahirkan pada wanita dan hipospermi dan teratospermia pada
pria.
7. Sistem endokrin: mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi
adrenal
 Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam gugus 
SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan
hambatan pada aktivitas kerja system enzim.
 Timbal mengganggu system sintesis Hb dengan
jalan menghambat konversi delta amonolevulinik
asid (delta-ALA) menjadi forfobilinogen dan juga
menghambat korporasi dari Fe ke dalam
protoforfirin IX untuk membentuk Hb dengan jalan
menghambat enzim delta-aminolevulinik asid
dehidratase (dekta-ALAD) dan ferokelatase.
 Hal ini mengakibatkan meningkatnya ekskresi
koproporfirin dalam urin dan delta-ALA serta
menghambat sintesis Hb.
Suskinil CoA+ Glisin
Sintesis delta-
aminolevulinik acid
Heme (Hb)
Feroketalase
delta-aminolevulinik
acid
delta-aminolevulinik
acid dehidrase
Fe2+
Porpobilinogen
Uroforfirinogen III Korproporfirinogen III
Tranfer *)
metabolit
Sitosol
Protoporfirin IX
Fe2+
Mitokondria
Gambar 5. Proses Penghambatan Pb (dalam kotak dan *)
Dosis keracunan Pb
 Anak sapi : 400-600 mg/kg
 Sapi dewasa : 600  800 mg/kg
 Domba : Pb =2,5% = 1,25 kg dengan berat 50 kg
 Bayi dan anak-anak biasanya lebih peka
terhadap toksisitas Pb daripada orang dewasa.
Menurut Bolger dkk. (1996), hal ini disebabkan :
1. Mereka mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk
setiap unit berat badannya
2. Absorbsi Pb-nya lebih intensif dalam saluran
pencernaan,
3. Organ seperti otak, ginjal, dan hati masih relatif muda
dan masih terus berkembang.
 Senyawa Pb organik terutama bersifat
neurotoksik. Bila kadar Pb darah di atas 80 mg/dl
(800 ppm) dapat terjadi ensefalopati, keadaan ini
disertai oleh munculnya ataksia, koma dan
kejang-kejang. Pada tingkat lebih rendah (40-50
mg/dl atau 400-500 ppm) berakibat IQ yang
menurun. Kondisi ini mungkin disebabkan
rusaknya fungsi neutransmitter dan ion kalsium.
Senyawa tetraetil Pb dan tetrametil Pb yang
merupakan senyawa Pb organik dapat
menyebabkan ensefalopati melalui penyerapan
kulit ataupun penghirupan (Saibi, 2003).
Tabel 1 Perbandingan Tingkat Kecerdasan (IQ) Rata-rata antara Anak yang
Kandungan Pb dalam Darahnya Rendah dan Tinggi
Pb Darah Anak Umur 2  3 th (IQ)
Kelompok (g/dl) Wanita pria jumlah A B C
I 63,39 16 17 33 64,81 68,64 65,79
II 26,27 19 11 30 75,13 79,67 74,47
A = full scale, B = verbal, C = performance
Sumber : Molina dkk. (1983).
Toksisits kadmium (Cd)
 Dalam industri pertambangan logam Pb dan Zn,
proses pemurniannya akan selalu diperoleh
hasil samping kadmium.yang terbuang kealam
lingkungan. Kadmium masuk kedalam tubuh
manusia terjadi melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Untuk mengukur asupan
kadmium kedalam tubuh manusia perlu
dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan
yang dimakan atau kandungan Cd dalam feses.
 Sekitar 5% dari diet kadmium, diabsorpsi dalam
tubuh. Sebagian besar Cd masuk melalui saluran
pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar
3-4 minggu kemudian dan sebagian kecil
dikeluarkan melalui urin.
 Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam ginjal
dan hati terutama terikat sebgai metalothionein.
 Metalotionein mengandung asam amino sistein,
dimana Cd terikat dengan gugus sulfhidril (-SH)
dalam enzim karboksil sisteinil, histidil, hidroksil
dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan
besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh
interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga
menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja
enzim.
 Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui
saluran pernafasan daripada saluran pencernaan.
Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan dari
menghisap debu dan asap kadmium, terutama
kadmium oksida (CdO).
 Dalam beberapa jam setelah menghisap, korban
akan mengeluh gangguan saluran nafas, nausea,
muntah, kepala pusing dan sakit pinggang.
 Kematian disebabkan karena terjadinya edema
paru-paru
 Apabila pasien tetap bertahan, akan terjadi
emfisema atau gangguan paru-paru yang jelas
terlihat.
 Keracunan kronis terjadi bila memakan atau inhalasi dosis
kecil Cd dalam waktu yang lama.
 Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama
dan kronik. Kadmium pada keadaan ini menyebabkan
nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan
aminoasidiuria diserta dengan penurunan laju filtrasi
glumerolus ginjal.
 Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan
kardiovaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena
tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium.
 Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus
keracunan Cd krosik.
 Kadmium dapat menyebabkan osteomalasea karena
terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan
kalsium dan fosfat dalam ginjal.
 Keracunan Cd kronik ini dilaporkan didaerah Toyama, sepanjang
sungai Jinzu di Jepang, yang menyebabkan penyakit Itai-iatai pada
penduduk wanita umur 40 tahun keatas.
Gambar 6. Seorang wanita penderita itai-itai disease
Gambar 7. Ginjal yang mengalami
nekrotik, nephrosis dan gagal ginjal
penderita itai-itai disease
Gambar 8. Gambaran
histopatologik yang menunjukkan
degenerasi tubulus dan glomerolus
Gambar 9. Gambaran sinar x
dari tulang pinggul yang
mengalami osteoporosis
Gambar 10. Tulang rusuk
yang mengalami osteoporosis
dan dekalsifikasi

More Related Content

Similar to pencemaran logam berat, timal, merkuli, .ppt (20)

Timbal
TimbalTimbal
Timbal
Bughis Berkata
Logam berat.pdf
Logam berat.pdfLogam berat.pdf
Logam berat.pdf
waode18
Cara uji kadmium (cd) secara asam dengan spektrofotometer serapan atom
Cara uji kadmium (cd) secara asam dengan spektrofotometer serapan atomCara uji kadmium (cd) secara asam dengan spektrofotometer serapan atom
Cara uji kadmium (cd) secara asam dengan spektrofotometer serapan atom
UIN Alauddin Makassar
Keracunan Logam Berat.pptx
Keracunan Logam Berat.pptxKeracunan Logam Berat.pptx
Keracunan Logam Berat.pptx
WahyuYogatama
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan LingkunganKegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Dwi Nirwana_Chemistry
Materi tentang logam berat kimia organik
Materi tentang logam berat kimia organikMateri tentang logam berat kimia organik
Materi tentang logam berat kimia organik
VeisyDiantyLengkey
Kimia Alkali
Kimia AlkaliKimia Alkali
Kimia Alkali
Retno Damayanti
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengkAnalisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Ana Tamia
Toksikologi pb (timbal)
Toksikologi pb (timbal)Toksikologi pb (timbal)
Toksikologi pb (timbal)
Agus Candra
Logam alkali dan alkali tanah
Logam alkali dan alkali tanahLogam alkali dan alkali tanah
Logam alkali dan alkali tanah
SMA Insan Cendekia Al-Mujtaba
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaSummary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Nyak Nisa Ul Khairani
Laporan bioremediasi
Laporan bioremediasiLaporan bioremediasi
Laporan bioremediasi
daeyah
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XIISEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
Amalia Dewi
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn. Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Dickdick Maulana
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
Naufal Sang Pencerah
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaBahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
SMPN 4 Kerinci
Zn 13 4
Zn 13 4Zn 13 4
Zn 13 4
Aditya Dwiaji
Logam berat.pdf
Logam berat.pdfLogam berat.pdf
Logam berat.pdf
waode18
Cara uji kadmium (cd) secara asam dengan spektrofotometer serapan atom
Cara uji kadmium (cd) secara asam dengan spektrofotometer serapan atomCara uji kadmium (cd) secara asam dengan spektrofotometer serapan atom
Cara uji kadmium (cd) secara asam dengan spektrofotometer serapan atom
UIN Alauddin Makassar
Keracunan Logam Berat.pptx
Keracunan Logam Berat.pptxKeracunan Logam Berat.pptx
Keracunan Logam Berat.pptx
WahyuYogatama
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan LingkunganKegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Dwi Nirwana_Chemistry
Materi tentang logam berat kimia organik
Materi tentang logam berat kimia organikMateri tentang logam berat kimia organik
Materi tentang logam berat kimia organik
VeisyDiantyLengkey
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengkAnalisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Ana Tamia
Toksikologi pb (timbal)
Toksikologi pb (timbal)Toksikologi pb (timbal)
Toksikologi pb (timbal)
Agus Candra
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. NikinmaaSummary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Summary Chapter 2 Buku An Introduction to Aquatic Toxicology, M. Nikinmaa
Nyak Nisa Ul Khairani
Laporan bioremediasi
Laporan bioremediasiLaporan bioremediasi
Laporan bioremediasi
daeyah
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XIISEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
SEMI LOGAM (Metaloid) Kimia XII
Amalia Dewi
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn. Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Dickdick Maulana
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
Naufal Sang Pencerah
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaBahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
SMPN 4 Kerinci

Recently uploaded (6)

kelompok 3 jangkauan data dan jangkauan interquartil data kelompok Presentasi...
kelompok 3 jangkauan data dan jangkauan interquartil data kelompok Presentasi...kelompok 3 jangkauan data dan jangkauan interquartil data kelompok Presentasi...
kelompok 3 jangkauan data dan jangkauan interquartil data kelompok Presentasi...
ekasanjaya2610
HIPOTESIS DAN UJI HIPOTESIS (1).pptxsN<YGSKSAKMCSK
HIPOTESIS DAN UJI HIPOTESIS (1).pptxsN<YGSKSAKMCSKHIPOTESIS DAN UJI HIPOTESIS (1).pptxsN<YGSKSAKMCSK
HIPOTESIS DAN UJI HIPOTESIS (1).pptxsN<YGSKSAKMCSK
gendhisirma
com.google.android.apps.photos.Image photolokasi.pdf
com.google.android.apps.photos.Image photolokasi.pdfcom.google.android.apps.photos.Image photolokasi.pdf
com.google.android.apps.photos.Image photolokasi.pdf
DNcen
Soal ulangan mid semester 1 b arab kls 2 haqqu.docx
Soal ulangan mid semester 1 b arab kls 2 haqqu.docxSoal ulangan mid semester 1 b arab kls 2 haqqu.docx
Soal ulangan mid semester 1 b arab kls 2 haqqu.docx
DZAKY60
PPT Pengantar Data Mining Pertemuan 2 .ppt
PPT Pengantar Data Mining Pertemuan 2 .pptPPT Pengantar Data Mining Pertemuan 2 .ppt
PPT Pengantar Data Mining Pertemuan 2 .ppt
Muhammad Nasution
Paparan Panduan Implementasi Kurikulum Cinta_17 Februari 2025.pdf
Paparan Panduan Implementasi Kurikulum Cinta_17 Februari 2025.pdfPaparan Panduan Implementasi Kurikulum Cinta_17 Februari 2025.pdf
Paparan Panduan Implementasi Kurikulum Cinta_17 Februari 2025.pdf
blendonk45
kelompok 3 jangkauan data dan jangkauan interquartil data kelompok Presentasi...
kelompok 3 jangkauan data dan jangkauan interquartil data kelompok Presentasi...kelompok 3 jangkauan data dan jangkauan interquartil data kelompok Presentasi...
kelompok 3 jangkauan data dan jangkauan interquartil data kelompok Presentasi...
ekasanjaya2610
HIPOTESIS DAN UJI HIPOTESIS (1).pptxsN<YGSKSAKMCSK
HIPOTESIS DAN UJI HIPOTESIS (1).pptxsN<YGSKSAKMCSKHIPOTESIS DAN UJI HIPOTESIS (1).pptxsN<YGSKSAKMCSK
HIPOTESIS DAN UJI HIPOTESIS (1).pptxsN<YGSKSAKMCSK
gendhisirma
com.google.android.apps.photos.Image photolokasi.pdf
com.google.android.apps.photos.Image photolokasi.pdfcom.google.android.apps.photos.Image photolokasi.pdf
com.google.android.apps.photos.Image photolokasi.pdf
DNcen
Soal ulangan mid semester 1 b arab kls 2 haqqu.docx
Soal ulangan mid semester 1 b arab kls 2 haqqu.docxSoal ulangan mid semester 1 b arab kls 2 haqqu.docx
Soal ulangan mid semester 1 b arab kls 2 haqqu.docx
DZAKY60
PPT Pengantar Data Mining Pertemuan 2 .ppt
PPT Pengantar Data Mining Pertemuan 2 .pptPPT Pengantar Data Mining Pertemuan 2 .ppt
PPT Pengantar Data Mining Pertemuan 2 .ppt
Muhammad Nasution
Paparan Panduan Implementasi Kurikulum Cinta_17 Februari 2025.pdf
Paparan Panduan Implementasi Kurikulum Cinta_17 Februari 2025.pdfPaparan Panduan Implementasi Kurikulum Cinta_17 Februari 2025.pdf
Paparan Panduan Implementasi Kurikulum Cinta_17 Februari 2025.pdf
blendonk45

pencemaran logam berat, timal, merkuli, .ppt

  • 2. Logam berat benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap cm3 , sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5g adalah logam ringan. Dapat juga dikarenakan sifat toksiknya Dalam tubuh makhluk hidup logam berat termasuk dalam mineral trace atau mineral yang jumlahnya sangat sedikit Beberapa mineral trace adalah esensiil karena digunakan untuk aktivitas kerja system enzim misalnya seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan beberapa unsur lainnya seperti kobalt (Co), mangaan (Mn) dan beberapa lainnya. Beberapa logam bersifat non-esensiil dan bersifat toksik terhadap makhluk hidup misalnya : merkuri (Hg), kadmium (Cd) dan timbal (Pb).
  • 3. Unsur-unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai nomor atom dari 22 sampai 92 yaitu sejumlah unsur seperti merkuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timah (Sn), seng (Zn), timah hitam (Pb), kobalt (Co), khromium (Cr), nikel (Ni) dan vanadium (Va) dan terletak dalam periode tiga sampai tujuh dalam susunan berkala
  • 4. Mekanisme Keracunan Logam 1. Memblokir atau menghalangi kerja gugus fungsi biomolekul yg esensial untuk proses biologi, seperti protein dan enzim 2. Menggantikan ion-ion logam esensial yang terdapat dalam molekul terkait 3. Mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk gugus aktif yg dimiliki oleh boimolekul
  • 5. Pengelompokan berdasarkan urutan daya racun 1. Kelas B : sangat beracun : Hg, Pb, Sn, Cu Paling efektif untuk berikatan dg gugus sulfihidril (-SH) Dapat menggantikan posisi ion logam antara Bersama dg logam antara dapat larut dg lemak : Mampu menetrasi penetrasi pd membran sel , shg ion logam dpt menumpuk (terakumulasi, Con : Hg, Pb, Sn Dalam metallo protein menunjukkan reaksi redoks : Cu2+ Cu+ 2. Kelas antara : daya racun sedang : Ni, Zn 3. Kelas A : Daya racun rendah : Mg
  • 6. Urutan toksisitas logam Daftar urutan tinggi ke rendah Hg2+ > Cd2+ > Ag+ Ni2+ Pb2+ > As2+ > Cr2+ > Sn2+ > Zn2+ Pengaruh terhadap aktivitas enzim Cd2+ > Pb2+ > Zn2+ > Hg2+ > Cu2+ Aktifitas enzim alpha-glycerophosphat dehydrogenase (jaringan ikan) Hg2+ >Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ni2+ > Co2+
  • 7. Konsentrasi ion logam (mg/L) yg mematikan biota laut dalam 96 jam Jenis Logam Berat Ikan Udang Kerang Cd 22-55 0,015-47 2,2-35 Cr 91 10 14-105 Cu 2,5-3,5 0,17-100 0,14-105 Hg 0,23-0,8 0,005-0,5 Ni 350 6-47 0,058-32 Pb 188 72-320 Zn 60 0,5-50 10-50 JENIS HEWAN LAUT
  • 8. Merkuri di lingkungan Gambar 1. Diagram alir merkuri dalam biosfir (Dix, 1980) Phytoplankton Zooplankton Ikan Burung Usus Pengeluaran Otak dan Syaraf Hati Ginjal Fungisida Buangan Industri Sungai dan Laut Air Minum Biodegradasi Manusi a Air Buangan
  • 9. Akumulasi dan biomagnifikasi metilmerkuri pada rantai makanan. Gambar 2. Akumulasi dan biomagnifikasi metilmerkuri pada rantai makanan.
  • 10. Gambar 3. Proses biometilasi di lingkungan ATMOSFIR Hg0 (CH3)2Hg AIR Hg0 (CH3)2Hg dimetilmerkuri PH + pH - Hg2+ (CH3)Hg+ metilmerkuri
  • 11. Toksisitas merkuri Toksisitas Hg dapat disebabkan oleh dua bentuk senyawa kimia yaitu inorganic merkuri dan organic merkuri. Dalam air, Hg terutama terikat dengan Cl dan senyawanya berbentuk (HgCl)+, (HgCl4)-2, HgCl2 dan (HgCl3)- (Reilly, 1980). Bentuk kimia dari merkuri ada dua yaitu : organik (penil-Hg, metoksi-Hg dan alkil-Hg) dan inorganik (Hg+(HgCl) dan Hg2+). Merkuri organik mempunyai daya racun yang lebih tinggi dari merkuri inorganik (Hutagalung, 1984) dan menurut Waldock (1994) di dalam Lasut (2000) diperkirakan 4-31 kali lebih beracun dari bentuk merkuri inorganik. Kasus pencemaran lingkungan banyak disebabkan oleh toksisitas merkuri organic, dimana Hg berikatan dengan rantai alkil yang pendek yaitu ethyl-merkuri dan methyl-merkuri.
  • 12. Senyawa tersebut sangat stabil dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan yang sukar ditembus oleh senyawa lain, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible baik pada orang dewasa maupun anak. Senyawa merkuri organic yang paling popular adalah methyl-merkuri, yang pertama disintesis pada tahun 1865. Senyawa tersebut kemudian diketahui senyawa yang berpotensi penyebab toksisitas terhadap system saraf pusat. tujuan sintesis metyl merkuri tersebut adalah digunakan sebagai bahan anti jamur pada biji-bijian yang baru dipanen. Pada tahun 1970-an banyak laporan mengenai keracunan merkuri pada petani dan keluarganya, sehingga akhirnya penggunaan metil merkuri untuk mencegah pertumbuhan jamur dihentikan.
  • 13. Kasus Minamata Desease Terjadi di Teluk Minamata (Jepang) Pembuangan limbah Chisso Corporation : pabrik kimia aldehid, plastik, obat-obatan dan parfum Merkuri digunakan sbg katalisator 1950 produksi naik, limbah >> Metil merkuri dihasilkan dari proses metilasi merkuri anorganik oleh bakteri metanogenik (di sedimen) 1953-1960 : 98 orang yg dirawat
  • 14. Sistem saraf pusat adalah target organ dari toksisitas metil merkuri, sehingga gejala yang terlihat erat hubungannya dengan kerusakan saraf pusat. Gejala yang timbul adalah: Gangguan saraf sensorik: paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha. Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat dan sulit bicara Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala
  • 15. Tremor pada otot merupakan gejala awal dari toksisitas Hg tersebut, tetapi derajat berat atau ringannya toksisitas bergantung pada diet per harinya, lama mengkonsumsi dan umur penderita. Dengan demikian semakin lama orang mengkonsumsi makanan yang terkontaminsi metil-merkuri per hari, maka semakin berat gejala terjadinya penyakit karena toksisitas metil-Hg tersebut.. Waktu paruh dari metil-Hg pada manusia sekitar 70-90 hari, tetapi eliminasi dari jaringan sangat lambat dan tidak teratur, sedangkan akumulasinya dengan mudah menimbulkan gejala toksisitas. Konsentrasi Hg dalam darah sekitar 10-20 ug% biasanya belum menimbulkan gejala toksisitas, tetapi pada konsentrsi sekitar 50 sampai 100 ug% akan mulai menunjukkan gejala.
  • 16. Absorbsi Hg elemen (Hg0) dan MeHg pada sel Gambar 4. Absorbsi Hg elemen (Hg0) dan MeHg pada sel 20 % Paru-paru/ 80%, darah Insang Sel Hg0 oksidasi katalase Ikatan kovalen dengan gugus sistein & GSH Pencernaan Hg2+ ~ 95% demetilasi Hg0 Hg2+ CH3Hg+ CH3Hg+
  • 17. Toksisitas timbal (Pb) Pengaruh toksisitas akut Pb agak jarang ditemui, tetapi pengaruh toksisitas kronik paling sering ditemukan Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), penyimpanan bateri, percetakan, pelapisan logam dan pengecatan system semprot
  • 18. Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif, sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sebagai berikut: 1. Sistem haemopoietik : Pb menghambat system pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia. 2. Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan ensepfalopati dan gejala gangguan system saraf perifer. 3. Ginjal: dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati, fibrosis dan atrofi glomerular. 4. Sistem gastro-intestinal: menyebabkan kolik dan kosnstipasi 5. Sistem kardiovaskuler: menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah 6. Sistem reproduksi : dapat menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada wanita dan hipospermi dan teratospermia pada pria. 7. Sistem endokrin: mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal
  • 19. Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam gugus SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja system enzim. Timbal mengganggu system sintesis Hb dengan jalan menghambat konversi delta amonolevulinik asid (delta-ALA) menjadi forfobilinogen dan juga menghambat korporasi dari Fe ke dalam protoforfirin IX untuk membentuk Hb dengan jalan menghambat enzim delta-aminolevulinik asid dehidratase (dekta-ALAD) dan ferokelatase. Hal ini mengakibatkan meningkatnya ekskresi koproporfirin dalam urin dan delta-ALA serta menghambat sintesis Hb.
  • 20. Suskinil CoA+ Glisin Sintesis delta- aminolevulinik acid Heme (Hb) Feroketalase delta-aminolevulinik acid delta-aminolevulinik acid dehidrase Fe2+ Porpobilinogen Uroforfirinogen III Korproporfirinogen III Tranfer *) metabolit Sitosol Protoporfirin IX Fe2+ Mitokondria Gambar 5. Proses Penghambatan Pb (dalam kotak dan *)
  • 21. Dosis keracunan Pb Anak sapi : 400-600 mg/kg Sapi dewasa : 600 800 mg/kg Domba : Pb =2,5% = 1,25 kg dengan berat 50 kg Bayi dan anak-anak biasanya lebih peka terhadap toksisitas Pb daripada orang dewasa. Menurut Bolger dkk. (1996), hal ini disebabkan : 1. Mereka mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk setiap unit berat badannya 2. Absorbsi Pb-nya lebih intensif dalam saluran pencernaan, 3. Organ seperti otak, ginjal, dan hati masih relatif muda dan masih terus berkembang.
  • 22. Senyawa Pb organik terutama bersifat neurotoksik. Bila kadar Pb darah di atas 80 mg/dl (800 ppm) dapat terjadi ensefalopati, keadaan ini disertai oleh munculnya ataksia, koma dan kejang-kejang. Pada tingkat lebih rendah (40-50 mg/dl atau 400-500 ppm) berakibat IQ yang menurun. Kondisi ini mungkin disebabkan rusaknya fungsi neutransmitter dan ion kalsium. Senyawa tetraetil Pb dan tetrametil Pb yang merupakan senyawa Pb organik dapat menyebabkan ensefalopati melalui penyerapan kulit ataupun penghirupan (Saibi, 2003).
  • 23. Tabel 1 Perbandingan Tingkat Kecerdasan (IQ) Rata-rata antara Anak yang Kandungan Pb dalam Darahnya Rendah dan Tinggi Pb Darah Anak Umur 2 3 th (IQ) Kelompok (g/dl) Wanita pria jumlah A B C I 63,39 16 17 33 64,81 68,64 65,79 II 26,27 19 11 30 75,13 79,67 74,47 A = full scale, B = verbal, C = performance Sumber : Molina dkk. (1983).
  • 24. Toksisits kadmium (Cd) Dalam industri pertambangan logam Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu diperoleh hasil samping kadmium.yang terbuang kealam lingkungan. Kadmium masuk kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur asupan kadmium kedalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau kandungan Cd dalam feses.
  • 25. Sekitar 5% dari diet kadmium, diabsorpsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urin. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam ginjal dan hati terutama terikat sebgai metalothionein. Metalotionein mengandung asam amino sistein, dimana Cd terikat dengan gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim.
  • 26. Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan daripada saluran pencernaan. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan dari menghisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida (CdO). Dalam beberapa jam setelah menghisap, korban akan mengeluh gangguan saluran nafas, nausea, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya edema paru-paru Apabila pasien tetap bertahan, akan terjadi emfisema atau gangguan paru-paru yang jelas terlihat.
  • 27. Keracunan kronis terjadi bila memakan atau inhalasi dosis kecil Cd dalam waktu yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronik. Kadmium pada keadaan ini menyebabkan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan aminoasidiuria diserta dengan penurunan laju filtrasi glumerolus ginjal. Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan Cd krosik. Kadmium dapat menyebabkan osteomalasea karena terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal.
  • 28. Keracunan Cd kronik ini dilaporkan didaerah Toyama, sepanjang sungai Jinzu di Jepang, yang menyebabkan penyakit Itai-iatai pada penduduk wanita umur 40 tahun keatas. Gambar 6. Seorang wanita penderita itai-itai disease
  • 29. Gambar 7. Ginjal yang mengalami nekrotik, nephrosis dan gagal ginjal penderita itai-itai disease Gambar 8. Gambaran histopatologik yang menunjukkan degenerasi tubulus dan glomerolus
  • 30. Gambar 9. Gambaran sinar x dari tulang pinggul yang mengalami osteoporosis Gambar 10. Tulang rusuk yang mengalami osteoporosis dan dekalsifikasi