際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Toksikologi Logam Berat
Logam berat
 benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram
atau lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang
beratnya kurang dari 5g adalah logam ringan.
 Dapat juga dikarenakan sifat toksiknya
 Dalam tubuh makhluk hidup logam berat termasuk
dalam mineral trace atau mineral yang jumlahnya
sangat sedikit
 Beberapa mineral trace adalah esensiil karena
digunakan untuk aktivitas kerja system enzim misalnya
seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan beberapa unsur
lainnya seperti kobalt (Co), mangaan (Mn) dan beberapa
lainnya. Beberapa logam bersifat non-esensiil dan
bersifat toksik terhadap makhluk hidup misalnya :
merkuri (Hg), kadmium (Cd) dan timbal (Pb).
Unsur-unsur logam berat adalah unsur yang
mempunyai nomor atom dari 22 sampai 92
(Waldichuk, 1974) yaitu sejumlah unsur seperti
merkuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd),
tembaga (Cu), timah (Sn), seng (Zn), timah
hitam (Pb), kobalt (Co), khromium (Cr), nikel (Ni)
dan vanadium (Va) dan terletak dalam periode
tiga sampai tujuh dalam susunan berkala
Mekanisme Keracunan Logam
1. Memblokir atau menghalangi kerja gugus
fungsi biomolekul yg esensial untuk
proses biologi, seperti protein dan enzim
2. Menggantikan ion-ion logam esensial
yang terdapat dalam molekul terkait
3. Mengadakan modifikasi atau perubahan
bentuk gugus aktif yg dimiliki oleh
boimolekul
Reaksi enzim
S SH
Enz + Substrat Enz (Enz. Aktif)
S SH
Dg adanya ion logam :
S S-logam
Enz + Logam Enz (Enz. Nonktif)
S S-logam
Pengelompokan berdasarkan
urutan daya racun
1. Kelas B : sangat beracun : Hg, Pb, Sn, Cu
 Paling efektif untuk berikatan dg gugus sulfihidril (-
SH)
 Dapat menggantikan posisi ion logam antara
 Bersama dg logam antara dapat larut dg lemak :
Mampu menetrasi penetrasi pd membran sel , shg
ion logam dpt menumpuk (terakumulasi, Con : Hg,
Pb, Sn
 Dalam metallo protein menunjukkan reaksi redoks :
Cu2+ Cu+
2. Kelas antara : daya racun sedang : Ni, Zn
3. Kelas A : Daya racun rendah : Mg
Konsentrasi ion logam (mg/L) yg
mematikan biota laut dalam 96 jam
Jenis Logam
Berat Ikan Udang Kerang
Cd 22-55 0,015-47 2,2-35
Cr 91 10 14-105
Cu 2,5-3,5 0,17-100 0,14-105
Hg 0,23-0,8 0,005-0,5
Ni 350 6-47 0,058-32
Pb 188 72-320
Zn 60 0,5-50 10-50
JENIS HEWAN LAUT
Urutan toksisitas logam
 Daftar urutan tinggi ke rendah
Hg2+ > Cd2+ > Ag+ Ni2+ Pb2+> As2+ > Cr2+ > Sn2+ > Zn2+
 Pengaruh terhadap aktivitas enzim
Cd2+ > Pb2+ > Zn2+ > Hg2+ > Cu2+
 Aktifitas enzim alpha-glycerophosphat dehydrogenase
(jaringan ikan)
Hg2+ >Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ni2+ > Co2+
Merkuri di lingkungan
Gambar 1. Diagram alir merkuri dalam biosfir (Dix, 1980)
Phytoplankton
Zooplankton
Ikan
Burung
Usus Pengeluaran
Otak dan Syaraf Hati Ginjal
Fungisida Buangan
Industri
Sungai dan
Laut
Air
Minum
Biodegradasi
Manusi
a
Air Buangan
Akumulasi dan biomagnifikasi
metilmerkuri pada rantai makanan.
Gambar 2. Akumulasi dan biomagnifikasi metilmerkuri pada rantai makanan.
Gambar 3. Proses biometilasi di lingkungan
ATMOSFIR Hg0
(CH3)2Hg
AIR Hg0
(CH3)2Hg dimetilmerkuri
PH + pH -
Hg2+
(CH3)Hg+
metilmerkuri
Toksisitas merkuri
 Toksisitas Hg dapat disebabkan oleh dua bentuk
senyawa kimia yaitu inorganic merkuri dan organic
merkuri.
 Dalam air, Hg terutama terikat dengan Cl dan
senyawanya berbentuk (HgCl)+, (HgCl4)-2, HgCl2 dan
(HgCl3)- (Reilly, 1980).
 Bentuk kimia dari merkuri ada dua yaitu : organik (penil-
Hg, metoksi-Hg dan alkil-Hg) dan inorganik (Hg+(HgCl)
dan Hg2+).
 Merkuri organik mempunyai daya racun yang lebih
tinggi dari merkuri inorganik (Hutagalung, 1984) dan
menurut Waldock (1994) di dalam Lasut (2000)
diperkirakan 4-31 kali lebih beracun dari bentuk merkuri
inorganik.
 Kasus pencemaran lingkungan banyak disebabkan oleh
toksisitas merkuri organic, dimana Hg berikatan dengan
rantai alkil yang pendek yaitu ethyl-merkuri dan methyl-
merkuri.
 Senyawa tersebut sangat stabil dalam proses
metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan yang
sukar ditembus oleh senyawa lain, misalnya otak dan
plasenta. Senyawa tersebut mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible baik pada orang dewasa
maupun anak.
 Senyawa merkuri organic yang paling popular adalah
methyl-merkuri, yang pertama disintesis pada tahun
1865. Senyawa tersebut kemudian diketahui senyawa
yang berpotensi penyebab toksisitas terhadap system
saraf pusat.
 tujuan sintesis metyl merkuri tersebut adalah digunakan
sebagai bahan anti jamur pada biji-bijian yang baru
dipanen. Pada tahun 1970-an banyak laporan mengenai
keracunan merkuri pada petani dan keluarganya,
sehingga akhirnya penggunaan metil merkuri untuk
mencegah pertumbuhan jamur dihentikan.
Kasus Minamata Desease
 Terjadi di Teluk Minamata (Jepang)
 Pembuangan limbah Chisso Corporation : pabrik
kimia aldehid, plastik, obat-obatan dan parfum
 Merkuri digunakan sbg katalisator
 1950 produksi naik, limbah >>
 Metil merkuri dihasilkan dari proses metilasi
merkuri anorganik oleh bakteri metanogenik (di
sedimen)
 1953-1960 : 98 orang yg dirawat
 Sistem saraf pusat adalah target organ
dari toksisitas metil merkuri, sehingga
gejala yang terlihat erat hubungannya
dengan kerusakan saraf pusat. Gejala
yang timbul adalah:
 Gangguan saraf sensorik: paraesthesia,
kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari
tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya
pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada
lengan dan paha.
 Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri,
mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat
dan sulit bicara
 Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala
 Tremor pada otot merupakan gejala awal dari toksisitas
Hg tersebut, tetapi derajat berat atau ringannya
toksisitas bergantung pada diet per harinya, lama
mengkonsumsi dan umur penderita. Dengan demikian
semakin lama orang mengkonsumsi makanan yang
terkontaminsi metil-merkuri per hari, maka semakin berat
gejala terjadinya penyakit karena toksisitas metil-Hg
tersebut..
 Waktu paruh dari metil-Hg pada manusia sekitar 70-90
hari, tetapi eliminasi dari jaringan sangat lambat dan
tidak teratur, sedangkan akumulasinya dengan mudah
menimbulkan gejala toksisitas. Konsentrasi Hg dalam
darah sekitar 10-20 ug% biasanya belum menimbulkan
gejala toksisitas, tetapi pada konsentrsi sekitar 50
sampai 100 ug% akan mulai menunjukkan gejala.
Absorbsi Hg elemen (Hg0) dan MeHg
pada sel
Gambar 4. Absorbsi Hg elemen (Hg0) dan MeHg pada sel
20 %
Paru-paru/ 80%, darah
Insang Sel
Hg0
oksidasi katalase
Ikatan kovalen
dengan gugus
sistein & GSH
Pencernaan Hg2+
~ 95% demetilasi
Hg0
Hg2+
CH3Hg+
CH3Hg+
Toksisitas timbal (Pb)
 Pengaruh toksisitas akut Pb agak jarang
ditemui, tetapi pengaruh toksisitas kronik
paling sering ditemukan
 Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai
pada pekerja tambang dan pabrik
pemurnian logam, pabrik mobil (proses
pengecatan), penyimpanan bateri,
percetakan, pelapisan logam dan
pengecatan system semprot
 Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif,
sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut
beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sebagai
berikut:
1. Sistem haemopoietik : Pb menghambat system pembentukan
hemoglobin sehingga menyebabkan anemia.
2. Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan
ensepfalopati dan gejala gangguan system saraf perifer.
3. Ginjal: dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia,
glukosuria, nefropati, fibrosis dan atrofi glomerular.
4. Sistem gastro-intestinal: menyebabkan kolik dan kosnstipasi
5. Sistem kardiovaskuler: menyebabkan peningkatan permiabilitas
pembuluh darah
6. Sistem reproduksi : dapat menyebabkan kematian janin waktu
melahirkan pada wanita dan hipospermi dan teratospermia pada
pria.
7. Sistem endokrin: mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan
fungsi adrenal
 Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam
gugus SH dalam molekul protein dan hal ini
menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja
system enzim.
 Timbal mengganggu system sintesis Hb dengan
jalan menghambat konversi delta amonolevulinik
asid (delta-ALA) menjadi forfobilinogen dan juga
menghambat korporasi dari Fe ke dalam
protoforfirin IX untuk membentuk Hb dengan
jalan menghambat enzim delta-aminolevulinik
asid dehidratase (dekta-ALAD) dan
ferokelatase.
 Hal ini mengakibatkan meningkatnya ekskresi
koproporfirin dalam urin dan delta-ALA serta
menghambat sintesis Hb.
Suskinil CoA+ Glisin
Sintesis delta-
aminolevulinik acid
Heme (Hb)
Feroketalase
delta-aminolevulinik
acid
delta-aminolevulinik
acid dehidrase
Fe2+
Porpobilinogen
Uroforfirinogen III Korproporfirinogen III
Tranfer *)
metabolit
Sitosol
Protoporfirin IX
Fe2+
Mitokondria
Gambar 5. Proses Penghambatan Pb (dalam kotak dan *)
Dosis keracunan Pb
 Anak sapi : 400-600 mg/kg
 Sapi dewasa : 600  800 mg/kg
 Domba : Pb =2,5% = 1,25 kg dengan berat 50
kg
 Bayi dan anak-anak biasanya lebih peka
terhadap toksisitas Pb daripada orang dewasa.
Menurut Bolger dkk. (1996), hal ini disebabkan
:
1. Mereka mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk
setiap unit berat badannya
2. Absorbsi Pb-nya lebih intensif dalam saluran
pencernaan,
3. Organ seperti otak, ginjal, dan hati masih relatif
muda dan masih terus berkembang.
 Senyawa Pb organik terutama bersifat
neurotoksik. Bila kadar Pb darah di atas 80
mg/dl (800 ppm) dapat terjadi ensefalopati,
keadaan ini disertai oleh munculnya ataksia,
koma dan kejang-kejang. Pada tingkat lebih
rendah (40-50 mg/dl atau 400-500 ppm)
berakibat IQ yang menurun. Kondisi ini
mungkin disebabkan rusaknya fungsi
neutransmitter dan ion kalsium. Senyawa
tetraetil Pb dan tetrametil Pb yang merupakan
senyawa Pb organik dapat menyebabkan
ensefalopati melalui penyerapan kulit ataupun
penghirupan (Saibi, 2003).
Tabel 1 Perbandingan Tingkat Kecerdasan (IQ) Rata-rata antara Anak yang
Kandungan Pb dalam Darahnya Rendah dan Tinggi
Pb Darah Anak Umur 2  3 th (IQ)
Kelompok (g/dl) Wanita pria jumlah A B C
I 63,39 16 17 33 64,81 68,64 65,79
II 26,27 19 11 30 75,13 79,67 74,47
A = full scale, B = verbal, C = performance
Sumber : Molina dkk. (1983).
Toksisits kadmium (Cd)
 Dalam industri pertambangan logam Pb dan Zn,
proses pemurniannya akan selalu diperoleh
hasil samping kadmium.yang terbuang kealam
lingkungan. Kadmium masuk kedalam tubuh
manusia terjadi melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Untuk mengukur asupan
kadmium kedalam tubuh manusia perlu
dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan
yang dimakan atau kandungan Cd dalam feses.
 Sekitar 5% dari diet kadmium, diabsorpsi dalam
tubuh. Sebagian besar Cd masuk melalui
saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui
feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan
sebagian kecil dikeluarkan melalui urin.
 Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam ginjal
dan hati terutama terikat sebgai metalothionein.
 Metalotionein mengandung asam amino sistein,
dimana Cd terikat dengan gugus sulfhidril (-SH)
dalam enzim karboksil sisteinil, histidil, hidroksil
dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan
besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh
interaksi antara Cd dan protein tersebut,
sehingga menimbulkan hambatan terhadap
aktivitas kerja enzim.
 Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui
saluran pernafasan daripada saluran
pencernaan. Kasus keracunan akut kadmium
kebanyakan dari menghisap debu dan asap
kadmium, terutama kadmium oksida (CdO).
 Dalam beberapa jam setelah menghisap, korban
akan mengeluh gangguan saluran nafas,
nausea, muntah, kepala pusing dan sakit
pinggang.
 Kematian disebabkan karena terjadinya edema
paru-paru
 Apabila pasien tetap bertahan, akan terjadi
emfisema atau gangguan paru-paru yang jelas
terlihat.
 Keracunan kronis terjadi bila memakan atau inhalasi
dosis kecil Cd dalam waktu yang lama.
 Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama
dan kronik. Kadmium pada keadaan ini menyebabkan
nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan
aminoasidiuria diserta dengan penurunan laju filtrasi
glumerolus ginjal.
 Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan
gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Hal tersebut
terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap
kadmium.
 Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus
keracunan Cd krosik.
 Kadmium dapat menyebabkan osteomalasea karena
terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan
kalsium dan fosfat dalam ginjal.
 Keracunan Cd kronik ini dilaporkan didaerah Toyama, sepanjang
sungai Jinzu di Jepang, yang menyebabkan penyakit Itai-iatai pada
penduduk wanita umur 40 tahun keatas.
Gambar 6. Seorang wanita penderita itai-itai disease
Gambar 7. Ginjal yang mengalami
nekrotik, nephrosis dan gagal ginjal
penderita itai-itai disease
Gambar 8. Gambaran
histopatologik yang menunjukkan
degenerasi tubulus dan glomerolus
Gambar 9. Gambaran sinar x
dari tulang pinggul yang
mengalami osteoporosis
Gambar 10. Tulang rusuk
yang mengalami osteoporosis
dan dekalsifikasi

More Related Content

Similar to toksikologi-logam-berat dan cemarannya.ppt (20)

Toksi merkuri (hg)
Toksi merkuri (hg)Toksi merkuri (hg)
Toksi merkuri (hg)
Agus Candra
Toksikologi pb (timbal)
Toksikologi pb (timbal)Toksikologi pb (timbal)
Toksikologi pb (timbal)
Agus Candra
Lingkungan kimia
Lingkungan kimiaLingkungan kimia
Lingkungan kimia
Scott Cracer
PPT Homeostasis Yeast.pptx
PPT Homeostasis Yeast.pptxPPT Homeostasis Yeast.pptx
PPT Homeostasis Yeast.pptx
NurulMahira2
Materi tentang logam berat kimia organik
Materi tentang logam berat kimia organikMateri tentang logam berat kimia organik
Materi tentang logam berat kimia organik
VeisyDiantyLengkey
Logam berat.pdf
Logam berat.pdfLogam berat.pdf
Logam berat.pdf
waode18
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengkAnalisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Ana Tamia
PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO
salma fitri
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
Naufal Sang Pencerah
Keracunan Logam Berat.pptx
Keracunan Logam Berat.pptxKeracunan Logam Berat.pptx
Keracunan Logam Berat.pptx
WahyuYogatama
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaBahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
SMPN 4 Kerinci
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
sigoeladjawa
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyalaCara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
UIN Alauddin Makassar
Laporan bioremediasi
Laporan bioremediasiLaporan bioremediasi
Laporan bioremediasi
daeyah
Kimia Alkali
Kimia AlkaliKimia Alkali
Kimia Alkali
Retno Damayanti
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan LingkunganKegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Dwi Nirwana_Chemistry
4 biology energy and metabolisms
4 biology energy and metabolisms4 biology energy and metabolisms
4 biology energy and metabolisms
Nur Hidayat
Zn 13 4
Zn 13 4Zn 13 4
Zn 13 4
Aditya Dwiaji
Toksi merkuri (hg)
Toksi merkuri (hg)Toksi merkuri (hg)
Toksi merkuri (hg)
Agus Candra
Toksikologi pb (timbal)
Toksikologi pb (timbal)Toksikologi pb (timbal)
Toksikologi pb (timbal)
Agus Candra
Lingkungan kimia
Lingkungan kimiaLingkungan kimia
Lingkungan kimia
Scott Cracer
PPT Homeostasis Yeast.pptx
PPT Homeostasis Yeast.pptxPPT Homeostasis Yeast.pptx
PPT Homeostasis Yeast.pptx
NurulMahira2
Materi tentang logam berat kimia organik
Materi tentang logam berat kimia organikMateri tentang logam berat kimia organik
Materi tentang logam berat kimia organik
VeisyDiantyLengkey
Logam berat.pdf
Logam berat.pdfLogam berat.pdf
Logam berat.pdf
waode18
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengkAnalisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Analisis kadar timbal_pb_pada_rambut_pekerja_bengk
Ana Tamia
PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO PPT MINERAL MIKRO
PPT MINERAL MIKRO
salma fitri
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
 logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
logam berat pb dan tumbuhan eceng gondok
Naufal Sang Pencerah
Keracunan Logam Berat.pptx
Keracunan Logam Berat.pptxKeracunan Logam Berat.pptx
Keracunan Logam Berat.pptx
WahyuYogatama
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinyaBahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
Bahan anorganik dan mikroba pendegradasinya
SMPN 4 Kerinci
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
Pencemaran pb terhadap kesehatan manusia dan lingkungan2
sigoeladjawa
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyalaCara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
Cara uji timbal (pb) dengan spektrofotometer serapan atom (ssa) nyala
UIN Alauddin Makassar
Laporan bioremediasi
Laporan bioremediasiLaporan bioremediasi
Laporan bioremediasi
daeyah
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan LingkunganKegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Kegunaan dan Dampak Unsur/Senyawa bagi Manusia dan Lingkungan
Dwi Nirwana_Chemistry
4 biology energy and metabolisms
4 biology energy and metabolisms4 biology energy and metabolisms
4 biology energy and metabolisms
Nur Hidayat

Recently uploaded (7)

PAPARAN KALAK -BIMbingan teknis TEK JITUPASNA.pptx
PAPARAN KALAK -BIMbingan teknis TEK JITUPASNA.pptxPAPARAN KALAK -BIMbingan teknis TEK JITUPASNA.pptx
PAPARAN KALAK -BIMbingan teknis TEK JITUPASNA.pptx
cokbagus4
Metode-Standarisasi dalam epidemiologi.pptx
Metode-Standarisasi dalam epidemiologi.pptxMetode-Standarisasi dalam epidemiologi.pptx
Metode-Standarisasi dalam epidemiologi.pptx
haerani21
Green technology pada industri margarin.pdf
Green technology pada industri margarin.pdfGreen technology pada industri margarin.pdf
Green technology pada industri margarin.pdf
iputuasween
Ekologi, Biodiversitas dan Hubungan dengan Manusia
Ekologi, Biodiversitas dan Hubungan dengan ManusiaEkologi, Biodiversitas dan Hubungan dengan Manusia
Ekologi, Biodiversitas dan Hubungan dengan Manusia
iskandarMuda45
Plastik Sampah Pantauan Februari 2025.pdf
Plastik Sampah Pantauan Februari 2025.pdfPlastik Sampah Pantauan Februari 2025.pdf
Plastik Sampah Pantauan Februari 2025.pdf
Biotani & Bahari Indonesia
Metode-Standarisasi Dalam Epidemiologi.pptx
Metode-Standarisasi Dalam Epidemiologi.pptxMetode-Standarisasi Dalam Epidemiologi.pptx
Metode-Standarisasi Dalam Epidemiologi.pptx
haerani21
KEGAWATDARURATAN-UROLOGI-emergency uro.ppt
KEGAWATDARURATAN-UROLOGI-emergency uro.pptKEGAWATDARURATAN-UROLOGI-emergency uro.ppt
KEGAWATDARURATAN-UROLOGI-emergency uro.ppt
ssusera4e147
PAPARAN KALAK -BIMbingan teknis TEK JITUPASNA.pptx
PAPARAN KALAK -BIMbingan teknis TEK JITUPASNA.pptxPAPARAN KALAK -BIMbingan teknis TEK JITUPASNA.pptx
PAPARAN KALAK -BIMbingan teknis TEK JITUPASNA.pptx
cokbagus4
Metode-Standarisasi dalam epidemiologi.pptx
Metode-Standarisasi dalam epidemiologi.pptxMetode-Standarisasi dalam epidemiologi.pptx
Metode-Standarisasi dalam epidemiologi.pptx
haerani21
Green technology pada industri margarin.pdf
Green technology pada industri margarin.pdfGreen technology pada industri margarin.pdf
Green technology pada industri margarin.pdf
iputuasween
Ekologi, Biodiversitas dan Hubungan dengan Manusia
Ekologi, Biodiversitas dan Hubungan dengan ManusiaEkologi, Biodiversitas dan Hubungan dengan Manusia
Ekologi, Biodiversitas dan Hubungan dengan Manusia
iskandarMuda45
Metode-Standarisasi Dalam Epidemiologi.pptx
Metode-Standarisasi Dalam Epidemiologi.pptxMetode-Standarisasi Dalam Epidemiologi.pptx
Metode-Standarisasi Dalam Epidemiologi.pptx
haerani21
KEGAWATDARURATAN-UROLOGI-emergency uro.ppt
KEGAWATDARURATAN-UROLOGI-emergency uro.pptKEGAWATDARURATAN-UROLOGI-emergency uro.ppt
KEGAWATDARURATAN-UROLOGI-emergency uro.ppt
ssusera4e147

toksikologi-logam-berat dan cemarannya.ppt

  • 2. Logam berat benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5g adalah logam ringan. Dapat juga dikarenakan sifat toksiknya Dalam tubuh makhluk hidup logam berat termasuk dalam mineral trace atau mineral yang jumlahnya sangat sedikit Beberapa mineral trace adalah esensiil karena digunakan untuk aktivitas kerja system enzim misalnya seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan beberapa unsur lainnya seperti kobalt (Co), mangaan (Mn) dan beberapa lainnya. Beberapa logam bersifat non-esensiil dan bersifat toksik terhadap makhluk hidup misalnya : merkuri (Hg), kadmium (Cd) dan timbal (Pb).
  • 3. Unsur-unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai nomor atom dari 22 sampai 92 (Waldichuk, 1974) yaitu sejumlah unsur seperti merkuri (Hg), arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timah (Sn), seng (Zn), timah hitam (Pb), kobalt (Co), khromium (Cr), nikel (Ni) dan vanadium (Va) dan terletak dalam periode tiga sampai tujuh dalam susunan berkala
  • 4. Mekanisme Keracunan Logam 1. Memblokir atau menghalangi kerja gugus fungsi biomolekul yg esensial untuk proses biologi, seperti protein dan enzim 2. Menggantikan ion-ion logam esensial yang terdapat dalam molekul terkait 3. Mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk gugus aktif yg dimiliki oleh boimolekul
  • 5. Reaksi enzim S SH Enz + Substrat Enz (Enz. Aktif) S SH Dg adanya ion logam : S S-logam Enz + Logam Enz (Enz. Nonktif) S S-logam
  • 6. Pengelompokan berdasarkan urutan daya racun 1. Kelas B : sangat beracun : Hg, Pb, Sn, Cu Paling efektif untuk berikatan dg gugus sulfihidril (- SH) Dapat menggantikan posisi ion logam antara Bersama dg logam antara dapat larut dg lemak : Mampu menetrasi penetrasi pd membran sel , shg ion logam dpt menumpuk (terakumulasi, Con : Hg, Pb, Sn Dalam metallo protein menunjukkan reaksi redoks : Cu2+ Cu+ 2. Kelas antara : daya racun sedang : Ni, Zn 3. Kelas A : Daya racun rendah : Mg
  • 7. Konsentrasi ion logam (mg/L) yg mematikan biota laut dalam 96 jam Jenis Logam Berat Ikan Udang Kerang Cd 22-55 0,015-47 2,2-35 Cr 91 10 14-105 Cu 2,5-3,5 0,17-100 0,14-105 Hg 0,23-0,8 0,005-0,5 Ni 350 6-47 0,058-32 Pb 188 72-320 Zn 60 0,5-50 10-50 JENIS HEWAN LAUT
  • 8. Urutan toksisitas logam Daftar urutan tinggi ke rendah Hg2+ > Cd2+ > Ag+ Ni2+ Pb2+> As2+ > Cr2+ > Sn2+ > Zn2+ Pengaruh terhadap aktivitas enzim Cd2+ > Pb2+ > Zn2+ > Hg2+ > Cu2+ Aktifitas enzim alpha-glycerophosphat dehydrogenase (jaringan ikan) Hg2+ >Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ni2+ > Co2+
  • 9. Merkuri di lingkungan Gambar 1. Diagram alir merkuri dalam biosfir (Dix, 1980) Phytoplankton Zooplankton Ikan Burung Usus Pengeluaran Otak dan Syaraf Hati Ginjal Fungisida Buangan Industri Sungai dan Laut Air Minum Biodegradasi Manusi a Air Buangan
  • 10. Akumulasi dan biomagnifikasi metilmerkuri pada rantai makanan. Gambar 2. Akumulasi dan biomagnifikasi metilmerkuri pada rantai makanan.
  • 11. Gambar 3. Proses biometilasi di lingkungan ATMOSFIR Hg0 (CH3)2Hg AIR Hg0 (CH3)2Hg dimetilmerkuri PH + pH - Hg2+ (CH3)Hg+ metilmerkuri
  • 12. Toksisitas merkuri Toksisitas Hg dapat disebabkan oleh dua bentuk senyawa kimia yaitu inorganic merkuri dan organic merkuri. Dalam air, Hg terutama terikat dengan Cl dan senyawanya berbentuk (HgCl)+, (HgCl4)-2, HgCl2 dan (HgCl3)- (Reilly, 1980). Bentuk kimia dari merkuri ada dua yaitu : organik (penil- Hg, metoksi-Hg dan alkil-Hg) dan inorganik (Hg+(HgCl) dan Hg2+). Merkuri organik mempunyai daya racun yang lebih tinggi dari merkuri inorganik (Hutagalung, 1984) dan menurut Waldock (1994) di dalam Lasut (2000) diperkirakan 4-31 kali lebih beracun dari bentuk merkuri inorganik. Kasus pencemaran lingkungan banyak disebabkan oleh toksisitas merkuri organic, dimana Hg berikatan dengan rantai alkil yang pendek yaitu ethyl-merkuri dan methyl- merkuri.
  • 13. Senyawa tersebut sangat stabil dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan yang sukar ditembus oleh senyawa lain, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible baik pada orang dewasa maupun anak. Senyawa merkuri organic yang paling popular adalah methyl-merkuri, yang pertama disintesis pada tahun 1865. Senyawa tersebut kemudian diketahui senyawa yang berpotensi penyebab toksisitas terhadap system saraf pusat. tujuan sintesis metyl merkuri tersebut adalah digunakan sebagai bahan anti jamur pada biji-bijian yang baru dipanen. Pada tahun 1970-an banyak laporan mengenai keracunan merkuri pada petani dan keluarganya, sehingga akhirnya penggunaan metil merkuri untuk mencegah pertumbuhan jamur dihentikan.
  • 14. Kasus Minamata Desease Terjadi di Teluk Minamata (Jepang) Pembuangan limbah Chisso Corporation : pabrik kimia aldehid, plastik, obat-obatan dan parfum Merkuri digunakan sbg katalisator 1950 produksi naik, limbah >> Metil merkuri dihasilkan dari proses metilasi merkuri anorganik oleh bakteri metanogenik (di sedimen) 1953-1960 : 98 orang yg dirawat
  • 15. Sistem saraf pusat adalah target organ dari toksisitas metil merkuri, sehingga gejala yang terlihat erat hubungannya dengan kerusakan saraf pusat. Gejala yang timbul adalah: Gangguan saraf sensorik: paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha. Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat dan sulit bicara Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala
  • 16. Tremor pada otot merupakan gejala awal dari toksisitas Hg tersebut, tetapi derajat berat atau ringannya toksisitas bergantung pada diet per harinya, lama mengkonsumsi dan umur penderita. Dengan demikian semakin lama orang mengkonsumsi makanan yang terkontaminsi metil-merkuri per hari, maka semakin berat gejala terjadinya penyakit karena toksisitas metil-Hg tersebut.. Waktu paruh dari metil-Hg pada manusia sekitar 70-90 hari, tetapi eliminasi dari jaringan sangat lambat dan tidak teratur, sedangkan akumulasinya dengan mudah menimbulkan gejala toksisitas. Konsentrasi Hg dalam darah sekitar 10-20 ug% biasanya belum menimbulkan gejala toksisitas, tetapi pada konsentrsi sekitar 50 sampai 100 ug% akan mulai menunjukkan gejala.
  • 17. Absorbsi Hg elemen (Hg0) dan MeHg pada sel Gambar 4. Absorbsi Hg elemen (Hg0) dan MeHg pada sel 20 % Paru-paru/ 80%, darah Insang Sel Hg0 oksidasi katalase Ikatan kovalen dengan gugus sistein & GSH Pencernaan Hg2+ ~ 95% demetilasi Hg0 Hg2+ CH3Hg+ CH3Hg+
  • 18. Toksisitas timbal (Pb) Pengaruh toksisitas akut Pb agak jarang ditemui, tetapi pengaruh toksisitas kronik paling sering ditemukan Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), penyimpanan bateri, percetakan, pelapisan logam dan pengecatan system semprot
  • 19. Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif, sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu sebagai berikut: 1. Sistem haemopoietik : Pb menghambat system pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia. 2. Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan ensepfalopati dan gejala gangguan system saraf perifer. 3. Ginjal: dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati, fibrosis dan atrofi glomerular. 4. Sistem gastro-intestinal: menyebabkan kolik dan kosnstipasi 5. Sistem kardiovaskuler: menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah 6. Sistem reproduksi : dapat menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada wanita dan hipospermi dan teratospermia pada pria. 7. Sistem endokrin: mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal
  • 20. Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam gugus SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja system enzim. Timbal mengganggu system sintesis Hb dengan jalan menghambat konversi delta amonolevulinik asid (delta-ALA) menjadi forfobilinogen dan juga menghambat korporasi dari Fe ke dalam protoforfirin IX untuk membentuk Hb dengan jalan menghambat enzim delta-aminolevulinik asid dehidratase (dekta-ALAD) dan ferokelatase. Hal ini mengakibatkan meningkatnya ekskresi koproporfirin dalam urin dan delta-ALA serta menghambat sintesis Hb.
  • 21. Suskinil CoA+ Glisin Sintesis delta- aminolevulinik acid Heme (Hb) Feroketalase delta-aminolevulinik acid delta-aminolevulinik acid dehidrase Fe2+ Porpobilinogen Uroforfirinogen III Korproporfirinogen III Tranfer *) metabolit Sitosol Protoporfirin IX Fe2+ Mitokondria Gambar 5. Proses Penghambatan Pb (dalam kotak dan *)
  • 22. Dosis keracunan Pb Anak sapi : 400-600 mg/kg Sapi dewasa : 600 800 mg/kg Domba : Pb =2,5% = 1,25 kg dengan berat 50 kg Bayi dan anak-anak biasanya lebih peka terhadap toksisitas Pb daripada orang dewasa. Menurut Bolger dkk. (1996), hal ini disebabkan : 1. Mereka mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk setiap unit berat badannya 2. Absorbsi Pb-nya lebih intensif dalam saluran pencernaan, 3. Organ seperti otak, ginjal, dan hati masih relatif muda dan masih terus berkembang.
  • 23. Senyawa Pb organik terutama bersifat neurotoksik. Bila kadar Pb darah di atas 80 mg/dl (800 ppm) dapat terjadi ensefalopati, keadaan ini disertai oleh munculnya ataksia, koma dan kejang-kejang. Pada tingkat lebih rendah (40-50 mg/dl atau 400-500 ppm) berakibat IQ yang menurun. Kondisi ini mungkin disebabkan rusaknya fungsi neutransmitter dan ion kalsium. Senyawa tetraetil Pb dan tetrametil Pb yang merupakan senyawa Pb organik dapat menyebabkan ensefalopati melalui penyerapan kulit ataupun penghirupan (Saibi, 2003).
  • 24. Tabel 1 Perbandingan Tingkat Kecerdasan (IQ) Rata-rata antara Anak yang Kandungan Pb dalam Darahnya Rendah dan Tinggi Pb Darah Anak Umur 2 3 th (IQ) Kelompok (g/dl) Wanita pria jumlah A B C I 63,39 16 17 33 64,81 68,64 65,79 II 26,27 19 11 30 75,13 79,67 74,47 A = full scale, B = verbal, C = performance Sumber : Molina dkk. (1983).
  • 25. Toksisits kadmium (Cd) Dalam industri pertambangan logam Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu diperoleh hasil samping kadmium.yang terbuang kealam lingkungan. Kadmium masuk kedalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur asupan kadmium kedalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau kandungan Cd dalam feses.
  • 26. Sekitar 5% dari diet kadmium, diabsorpsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urin. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam ginjal dan hati terutama terikat sebgai metalothionein. Metalotionein mengandung asam amino sistein, dimana Cd terikat dengan gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim.
  • 27. Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan daripada saluran pencernaan. Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan dari menghisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida (CdO). Dalam beberapa jam setelah menghisap, korban akan mengeluh gangguan saluran nafas, nausea, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya edema paru-paru Apabila pasien tetap bertahan, akan terjadi emfisema atau gangguan paru-paru yang jelas terlihat.
  • 28. Keracunan kronis terjadi bila memakan atau inhalasi dosis kecil Cd dalam waktu yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronik. Kadmium pada keadaan ini menyebabkan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria, glikosuria, dan aminoasidiuria diserta dengan penurunan laju filtrasi glumerolus ginjal. Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan Cd krosik. Kadmium dapat menyebabkan osteomalasea karena terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal.
  • 29. Keracunan Cd kronik ini dilaporkan didaerah Toyama, sepanjang sungai Jinzu di Jepang, yang menyebabkan penyakit Itai-iatai pada penduduk wanita umur 40 tahun keatas. Gambar 6. Seorang wanita penderita itai-itai disease
  • 30. Gambar 7. Ginjal yang mengalami nekrotik, nephrosis dan gagal ginjal penderita itai-itai disease Gambar 8. Gambaran histopatologik yang menunjukkan degenerasi tubulus dan glomerolus
  • 31. Gambar 9. Gambaran sinar x dari tulang pinggul yang mengalami osteoporosis Gambar 10. Tulang rusuk yang mengalami osteoporosis dan dekalsifikasi