Dokumen tersebut membahas tentang parasitologi, termasuk istilah-istilah yang digunakan dalam parasitologi seperti parasitisme, hospes, vektor, zoonosis, serta menjelaskan morfologi dan daur hidup beberapa jenis nematoda (cacing) yang menginfeksi manusia seperti Ascaris lumbricoides, cacing tambang, Enterobius vermicularis, serta Trichuris trichura.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai empat jenis nematoda parasit manusia yaitu Loa loa, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ascaris lumbricoides. Ketiga nematoda tersebut memiliki siklus hidup yang melibatkan manusia sebagai inang definitif dan tanah atau vektor sebagai inang perantara, serta dapat menyebabkan penyakit seperti loaiasis, trikhuriasis, necatoriasis, dan askariasis.
class nematoda(Smk duta pratama indonesia)akmallala
油
Nematoda adalah cacing bulat panjang yang hidup bebas maupun sebagai parasit. Terdapat berbagai jenis nematoda yang menginfeksi manusia, hewan, dan tumbuhan. Nematoda dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti askariasis, filariasis, dan gangguan pada tanaman.
Teks memberikan informasi mengenai ascariasis, penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides. Cacing ini banyak ditemukan di daerah tropis dengan sanitasi yang buruk. Gejalanya bervariasi dari tidak bergejala hingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan malnutrisi pada infeksi berat, terutama pada anak-anak. Diagnosis didasarkan pada temuan telur cacing pada tinja, sedangkan pengobatannya menggunak
Dokumen tersebut membahas tentang Trematoda Paru bernama Paragonimus westermani. Cacing ini termasuk kelas Trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan, menyebabkan penyakit Paragonimiasis. Spesies P. westermani merupakan agen penyebab utama infeksi ini.
Ektoparasit adalah parasit yang hidup di permukaan tubuh inangnya. Kutu dan tungau merupakan contoh ektoparasit yang sering menyerang unggas. Kutu hidup dengan menghisap darah, sedangkan tungau aktif di malam hari. Pengendalian ektoparasit dapat dilakukan dengan mengontrol lingkungan dan memperhatikan faktor internal ternak.
Modul ini membahas parasitologi khususnya tentang helmintiasis. Terdapat penjelasan tentang pengertian helmintologi, klasifikasi cacing, gangguan yang ditimbulkan nematoda (cacing bulat) seperti Ascaris lumbricoides, Ancylostoma braziliense, dan Trichuris trichiura, serta gangguan yang ditimbulkan trematoda dan cestoda (cacing pipih). Modul ini bertujuan memberikan pemahaman tentang klasifikasi, siklus hidup, infeksi dan pence
Modul ini membahas parasitologi khususnya tentang helmintiasis. Terdapat penjelasan tentang pengertian helmintologi, klasifikasi cacing ke dalam nematoda dan platyhelminthes, gangguan yang ditimbulkan oleh nematoda seperti Ascaris lumbricoides, Ancylostoma sp., dan Trichuris trichiura, serta gambaran umum tentang siklus hidup, gejala, diagnosis, dan pencegahannya.
Trematoda usus adalah cacing parasit yang memiliki habitat di usus manusia dan hewan. Terdapat beberapa jenis trematoda usus yang dijelaskan dalam dokumen tersebut, diantaranya Fasciolopsis buski, Heterophyes heterophyes, Metagonimus yokogawai, Echinostoma ilocanum, dan Troglotrema salmincola. Semua trematoda usus memiliki siklus hidup yang melibatkan hospes perantara berupa siput atau ikan sebelum mencapai
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri umum cacing gilig/cacing tubuh bulat serta beberapa contoh spesies cacing gilig beserta deskripsi singkat mengenai karakteristik dan daur hidupnya. Dokumen tersebut juga membahas kelas-kelas cacing gelang/anelida beserta contoh spesiesnya.
Platyhelminthes adalah filum hewan cacing pipih yang memiliki tubuh pipih dan tidak bersegmen. Terdiri dari 3 kelas utama yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Beberapa spesiesnya dapat menyebabkan penyakit parasit seperti skistosomiasis. Nemathelminthes adalah filum cacing gilig berbentuk benang yang memiliki rongga tubuh semu. Terdiri dari Nematoda dan Nematophora, beberapa N
class nematoda(Smk duta pratama indonesia)akmallala
油
Nematoda adalah cacing bulat panjang yang hidup bebas maupun sebagai parasit. Terdapat berbagai jenis nematoda yang menginfeksi manusia, hewan, dan tumbuhan. Nematoda dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti askariasis, filariasis, dan gangguan pada tanaman.
Teks memberikan informasi mengenai ascariasis, penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides. Cacing ini banyak ditemukan di daerah tropis dengan sanitasi yang buruk. Gejalanya bervariasi dari tidak bergejala hingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan malnutrisi pada infeksi berat, terutama pada anak-anak. Diagnosis didasarkan pada temuan telur cacing pada tinja, sedangkan pengobatannya menggunak
Dokumen tersebut membahas tentang Trematoda Paru bernama Paragonimus westermani. Cacing ini termasuk kelas Trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan, menyebabkan penyakit Paragonimiasis. Spesies P. westermani merupakan agen penyebab utama infeksi ini.
Ektoparasit adalah parasit yang hidup di permukaan tubuh inangnya. Kutu dan tungau merupakan contoh ektoparasit yang sering menyerang unggas. Kutu hidup dengan menghisap darah, sedangkan tungau aktif di malam hari. Pengendalian ektoparasit dapat dilakukan dengan mengontrol lingkungan dan memperhatikan faktor internal ternak.
Modul ini membahas parasitologi khususnya tentang helmintiasis. Terdapat penjelasan tentang pengertian helmintologi, klasifikasi cacing, gangguan yang ditimbulkan nematoda (cacing bulat) seperti Ascaris lumbricoides, Ancylostoma braziliense, dan Trichuris trichiura, serta gangguan yang ditimbulkan trematoda dan cestoda (cacing pipih). Modul ini bertujuan memberikan pemahaman tentang klasifikasi, siklus hidup, infeksi dan pence
Modul ini membahas parasitologi khususnya tentang helmintiasis. Terdapat penjelasan tentang pengertian helmintologi, klasifikasi cacing ke dalam nematoda dan platyhelminthes, gangguan yang ditimbulkan oleh nematoda seperti Ascaris lumbricoides, Ancylostoma sp., dan Trichuris trichiura, serta gambaran umum tentang siklus hidup, gejala, diagnosis, dan pencegahannya.
Trematoda usus adalah cacing parasit yang memiliki habitat di usus manusia dan hewan. Terdapat beberapa jenis trematoda usus yang dijelaskan dalam dokumen tersebut, diantaranya Fasciolopsis buski, Heterophyes heterophyes, Metagonimus yokogawai, Echinostoma ilocanum, dan Troglotrema salmincola. Semua trematoda usus memiliki siklus hidup yang melibatkan hospes perantara berupa siput atau ikan sebelum mencapai
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri umum cacing gilig/cacing tubuh bulat serta beberapa contoh spesies cacing gilig beserta deskripsi singkat mengenai karakteristik dan daur hidupnya. Dokumen tersebut juga membahas kelas-kelas cacing gelang/anelida beserta contoh spesiesnya.
Platyhelminthes adalah filum hewan cacing pipih yang memiliki tubuh pipih dan tidak bersegmen. Terdiri dari 3 kelas utama yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda. Beberapa spesiesnya dapat menyebabkan penyakit parasit seperti skistosomiasis. Nemathelminthes adalah filum cacing gilig berbentuk benang yang memiliki rongga tubuh semu. Terdiri dari Nematoda dan Nematophora, beberapa N
Dokumen tersebut membahas tentang perusakan mikroba dan pengawetan produk farmasi. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa kerusakan produk oleh mikroorganisme dapat terjadi pada berbagai tahap produksi dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dokumen juga menjelaskan teknik pengawetan secara biologis, kimia, dan alami untuk mencegah kerusakan oleh mikroba.
This document summarizes a symposium on evidence-based medicine (EBM) focusing on diabetes care, screening, and prevention. It provides an overview of key EBM principles and resources, including the Cochrane Database of Systematic Reviews, ACP Journal Club, and MEDLINE. Measures of risk reduction like relative risk reduction, absolute risk reduction, and number needed to treat are discussed. The document also presents a hypothetical patient case of a woman newly diagnosed with diabetes and addresses related questions on screening, treatment, and prevention from an EBM perspective.
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information SystemAinul Yaqin
油
Penelitian mengenai "Analisis Model Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Pendukung Keputusan dalam Lingkungan Bisnis Dinamis" menyoroti bagaimana teknologi Decision Support Systems (DSS) berperan dalam mendukung pengambilan keputusan yang efektif di lingkungan bisnis yang berubah cepat. Dengan memanfaatkan teknik pemodelan dan analisis, DSS dapat membantu organisasi mengidentifikasi peluang serta mengelola risiko secara lebih optimal. Sementara itu, "Analisis Peran Sistem Pendukung Keputusan dalam Pengelolaan Risiko dan Perencanaan Strategis Perusahaan" meneliti bagaimana DSS berkontribusi dalam mengelola ketidakpastian bisnis melalui pendekatan berbasis data.
Dalam ranah Business Intelligence, penelitian "Pemanfaatan Business Intelligence untuk Menganalisis Perilaku Konsumen dalam Industri E-Commerce" membahas bagaimana BI digunakan untuk memahami pola belanja konsumen, memungkinkan personalisasi layanan, serta meningkatkan retensi pelanggan. Selain itu, "Integrasi Business Intelligence dan Machine Learning dalam Meningkatkan Efisiensi Operasional Perusahaan" mengeksplorasi sinergi antara BI dan Machine Learning dalam mengoptimalkan pengambilan keputusan berbasis prediksi dan otomatisasi.
Di sektor industri manufaktur, penelitian "Peran Algoritma Genetik dalam Optimasi Pengambilan Keputusan pada Industri Manufaktur" menyoroti bagaimana Genetic Algorithm digunakan untuk mengoptimalkan produksi, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan efisiensi rantai pasok. Sejalan dengan itu, penelitian "Analisis Efektivitas Artificial Neural Networks dalam Prediksi Risiko Kredit Perbankan" mengevaluasi penggunaan Artificial Neural Networks (ANN) dalam memitigasi risiko kredit melalui model prediksi yang lebih akurat dibandingkan metode tradisional.
Dalam ranah kolaborasi organisasi dan manajemen pengetahuan, penelitian "Analisis Efektivitas Group Support Systems dalam Meningkatkan Kolaborasi dan Pengambilan Keputusan Organisasi" membahas bagaimana teknologi Group Support Systems (GSS) dapat meningkatkan efektivitas kerja tim dan proses pengambilan keputusan bersama. Selain itu, "Analisis Faktor Keberhasilan Knowledge Management System dalam Organisasi Berbasis Teknologi" berfokus pada faktor-faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi Knowledge Management Systems (KMS) dalam organisasi berbasis teknologi, termasuk peran budaya organisasi, adopsi teknologi, dan keterlibatan pengguna.
Pada bidang kecerdasan buatan dan sistem pendukung keputusan berbasis AI, penelitian "Evaluasi Kinerja Sistem Pakar dalam Mendukung Pengambilan Keputusan di Sektor Keuangan" mengeksplorasi efektivitas sistem pakar dalam meningkatkan keakuratan keputusan finansial, sementara "Implementasi Intelligent Agents dalam Meningkatkan Efisiensi Operasional pada E-Commerce" membahas bagaimana agen cerdas dapat mengotomatisasi proses bisnis, meningkatkan pengalaman pelanggan, serta mempercepat pengambilan keputusan strategis.
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025BangZiel
油
Materi ini membahas hukum bacaan Mad (panjang) dalam ilmu tajwid, yang terjadi ketika ada huruf mad (悋, , ) dalam bacaan Al-Qur'an. Pembahasan mencakup jenis-jenis mad, hukum bacaan, serta panjangnya dalam harakat.
Masukan untuk Peta Jalan Strategis Keangkasaan IndonesiaDadang Solihin
油
Tujuan penyusunan naskah masukan untuk peta jalan strategis keangkasaan Indonesia ini adalah untuk meningkatkan kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia dalam rangka memperkuat Ketahanan Nasional dan Visi Indonesia Emas 2045.
2. NEMATODA
Cacing uniseksual yang memiliki bentuk
bulat panjang, silindris, tidak bersegmen,
dan filariform. Ukuran panjangnya antara 2
mm 1 meter. Alat pencernaannya sudah
lengkap kecuali sistem saraf dan sistem
eksresinya belum sempurna.
3. NEMATODA USUS
Mempunyai jumlah spesies terbanyak diantara cacing-cacing yang hidup sebagai
parasit. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan
melalui tanah disebut Soi Transmitted Helminths (STH), nematoda jenis ini
yaitu Ascaris lumbricoides, cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale), Trichuris trichiura dan Stongyloides stercoralis (Sutanto, 2008).
4. Ascaris lumbricoides
Distribusi Geografik
Parasit ini ditemukan kosmopolit terutama didaerah tropik dengan udara yang lembap
serta sangat erat hubungannya dengan keadaan hiegine dan sanitasi. Cacing ini terutama
menyerang anak-anak usia 5-9 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin tidak
menunjukkan perbedaan nyata, artinya laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan
terinfeksi yang sama (Rusmartini, 2009).
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing jantan berukuan 10 30 cm dan yang betina 22 - 35 cm. Cacing dapat bertelur
100.000 200.000 butir perhari. Diantaranya ada yg dibuahi dan tidak dibuahi.Telur yg
dibuahi besarnya kurang lebih 60x45 mikron dan yang tidak dibuahi 90x40 mikron.
Dalam lingkungan yang sesuai telur, yang dibuahi berkembang dalam waktu kurang lebih 3
minggu.
5. Patologi dan gejala klinis
Gangguan larva biasanya terjadi pada saat berada di paru. Pada orang
yang rentan, terjadi perdarahan kecil dan pada dinding alveolus timbul
gangguan pada paru yang disertai batuk, demam dan eosinofilia. Keadaan
ini disebut dengan sindrom Loeffler. Kadang-kadang penderita mengalami
gejala usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau
konstipasi.
Diagnosis
Dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Diagnosis dapat dibuat bila
cacing dewasa keluar sendiri, melalui mulut atau hidung ketika muntah.
Pengobatan
Dapat digunakan obat piperasin, pirantel pamoat, mebendazol, dan
albendazol. Dengan pengobatan kesembuhan diperoleh 70 99 %.Tanpa
pengobatan infeksi ini dapat disembuhkan sendiri kurang 1,5 tahun.
6. Pencegahan
o Menghindarkan tangan dalam keadaan kotor.
o Makanan jangan dibiarkan terbuka.
o Mengadakan saluran pembuangan kotoran yang sesuai dengan aturan kesehatan dan
tidak boleh mencemari air dan tanah.
o Memakai alas kaki terutama ketika diluar ruangan.
o Halaman rumah selalu dibersihkan.
8. Toxocara canis danToxocara cati
Distribusi geografik
Cacing-cacing tersebar secara kosmopolit, juga ditemukan di Indonesia. Di Jakarta prevalensi pada
anjing 38,3% dan pada kucing 26,0%.
Morfologi
Toxocara canis jantan memiliki ukuran panjang antara 3,6-8,5 cm, sedangkan yang betina antara
5,7-10,0 cm. Toxocara cati jantan antara 2,5-7,8 cm, yang betina antara 2,5-14,0 cm. Bentuknya
menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis ada sayap servikal yang berbentuk
seperti lanset, sedangkan pada Toxocara cati bentuk sayap lebih lebar, sehingga kepalanya
menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor kedua spesies hampir sama yang jantan ekornya
berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), sedangkan yang betina
ekornya bulat meruncing. Telur menjadi infektif di tanah dalam waktu kurang lebih tiga minggu.
Bentuk infektif ini dapat tertelan oleh anjing, kucing bahkan manusia.
9. Patologi dan gejala klinis
Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengenbara di organ dalam,
khususnya hati. Penakit yang disebebkan oleh larva ini disebut visceral larva migrans.
Dengan gejala eosifilia, demam dan hepatomegali.
Diagnosis
Diagnosis pastinya adalah dengan menemukan larva pada feses sulit dilakukan karena
telur cacing dan cacing dewasa tidak ditemukan pada hospes transpor termasuk
manusia. Sedangkan diagnosis berdasarkan gejla klinis juga sulit dilakukan karena gejala
klinisnya bervariasi sehingga diperlukan diagnosis secara serologis dan imunologis.
Pengobatan
Secara umum pengobatannya adalah dengan pemberian obat cacing seperti
albendazole, mebendazole, diethylcarmazine (DEC), atau Ivermectin. Reaksi
peradangan dapat dikurangi dengan pemberian obat steroid. Pada kasus toxocariasis
tipe ocular, tindakan pembedahan juga mungkin diperlukan.
10. Pencegahan
Dapat dilakukan dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan secara umum.
CacingTambang (Hookworm)
Pada manusia ada 2 (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) dan pada kucing dan
anjing ada 3 (Ancylostoma braziliense,Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma canium).
Nectator americanus dan Ancylostoma duodenale
Distribusi Geografik
penyebarannya diseluruh daerah khatulistiwa (pertambangan dan perkebunanan).
Morfologi
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada mukosa
dinding usus. Cacing betina NA menghasilkan kira-kira 9000 telur per hari dan berukuran
kurang lebih 1 cm.AD menghasilkan kira-kira 10.000 telur perhari dan berukuran 0,8 cm.Telur
dikeluarkan dengan tinja dan akan menetas setelah 1-1,5 hari disebut dengan larva rabditiform.
Kira-kira kurun waktu 3 hai akan tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit
11. Patologi dan gejala klinis
o Stadium larva
Bila banyak larva filariform menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit (ground itch).
o Stadium dewasa
Gejala tergantung pada spesies dan jumlah cacing dan keadaan gizi penderita. Tiap cacing N.
Americanus menyebabkan kehilangan darah 0,005-0,1 cc per hari, sedangkan A. Duodenale 0,08-
0,34 cc. Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer dan juga eosinofilia.
Diagnosis
Dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik pada tinja untuk menemukan telur cacing. Dalam
tinja yang lama mungkin ditemukan larva, untuk membedakan keduanya dapat dilakukan biakan.
Misalnya dengan cara haradamori.
Pengobatan
Pirantel pamoat dosis 2-3 kali sehari secara berturut-turut.
12. Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum
Distribusi Geografik
Kedua parasit ini ditemukan di daerah tropiik dan subtropik. Pemeriksaan di jakarta menunjukkan
bahwa pada sejumlah kucing ditemukan 72% A.brazililiense sedangkan pada sejumlah anjing terdapat
18% A.brazililiense dan 58% a.caninum.
Morfologi
A.Brazililiense memiliki 2 pasang gigi yang besarrnya tidak sama . Cacing jantan panjangnya antara
4.7 6.3 mm. yang betina antara 6.1 8.4 mm. acaninum memiliki 3 pasang gigi, cacing jantan
panjangnya kira kira 10mm & betina 14mm.
Patologi dan gejala klinis
Pada manusia, larva tidak menjadi dewasa dan menyebabkan kelainan kulit yang disebut creeping
eruption, creeping disease atau cutaneous larva migrans. Gejala klinisnya merah dan gatal dan
dalam beberapa hari akan tampak garis merah, sedikit menimbul, dan akan tambah gatal.
Diagnosis
13. Ancylostoma ceylanicum
Cacing tambang anjing dan kucing ini dapat menjadi dewasa pada manusia. Dirongga mulut ada 2
pasang gigi yang tidak sama besarnya. Diantara 100 anjing 37% mengandung A.ceylanicum.
Cacing ini juga ditemukan pada 50 ekor kucing sebanyak 24% .
Strongyloides stercoralis
Distribusi geografis
Metode ini terdapat di daerah tropik dan subtropik , sedangkan di daerahh beriklim dingin jarang
ditemukan.
Morfologi
Hanya diketahui cacing dewasa betina yang hidup sebagai parasit di vilasduodenum dan yeyunum.
Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2 mm. Cara
berkembang biaknya diduga secara partenogenesis.Telur bentuk parasitik diletakkan di mukosa usus,
kemudian telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta
14. Patologi dan gejala klinis
Creeping eruption sering disertai dengan gatal yang hebat. Gejala yan timbul mungkin mual, muntah,
diare dan konstipasi secara bergantian.
Diagnosis
Diagnosis karena strongiloidiasis tidak pasti tapi yang pasti ialah dengan menemukan larva rabditiform
di dalam tinja.
Pengobatan
Dulu tiabendazol sekarang menggunakan albendazol dan mebendazol. Mengobati orang yang
mengandung parasit, meskipun kadang-kadang tanpa gejala adalah harus mengingat dapat terjadi
autoinfeksi. Perhatian khusus ditujukan kepada pembersihan sekitar daerah anus dan mencegah
terjadinya konstipasi.
16. Wuchereria bancrofti
Distribusi geografik
Parasit ini tersebar luas di daerah yang beriklim tropis di seluruh dunia dan Indonesia salah
satunya.
Daur hidup dan morfologi
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfa bentuknya seperti
benang dan berwarna putih susu. Betina berukuran 65-100 mm x 0,25 mm dan yang jantan
40 mm x 0,1 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran
250-300 mikron x 7-8 mikron. Mikrofilaria ini hidup di dalam darah dan terdapat di aliran
darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja, jadi mempunyai periodisitas. Mikrofilaria
W.bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya hanya terdapat di dalam darah tepi pada
waktu malam. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat di kapiler alat dalam.
17. Patologi dan gejala klinis
Gejala klinis filariasis limfatik dapat dibagi dalam dua kelompok. Yang disebabkan oleh cacing
dewasa menimbulkan limfadenitis dan limfangitis retrograd dalam stadium akut, disusul dengan
obstruktif menahun 10 sampai 15 tahun kemudian. Mikrofilaria yang biasanya tidak menimbulkan
kelainan, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Perjalanan penyakit
filariasis limfatik dapat dibagi dalam beberapa stadium: stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis,
stadium akut dan stadium menahun
. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan dan prognosis
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) adalah obat pilihan baik untuk pengobatan perorangan maupun
masal. DEC bersifat menbum mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka pajang
18. Staf Pengajar Bagian Parasitologi FKUI Jakarta. 1992.
PARASITOLOGI KEDOKTERAN. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
DAFTAR
PUSTAKA