Metformin merupakan obat antidiabetes oral paling banyak digunakan pada pasien JKN rawat inap Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kota Tangerang periode Januari 2016-Juni 2016. Sebagian besar pasien memiliki lebih dari satu penyakit penyerta seperti hipertensi dan komplikasi diabetes. Studi ini mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat atau Drug Related Problems pada pasien tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kefarmasian di apotek, termasuk pengertian resep, bagian-bagian resep, copy resep, satuan obat cair dan padat, serta cara mencegah kesalahan dalam memberikan obat kepada pasien."
Dokumen tersebut membahas tentang Biofarmasetika yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi dan efek farmakologisnya. Dibahas pula korelasi percobaan in vitro-in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung kadar obat dalam plasma.
Peraturan ini memperbarui pedoman teknis cara distribusi obat yang baik dengan mengubah ketentuan mengenai bangunan dan peralatan, operasional, transportasi, fasilitas distribusi berdasarkan kontrak, serta dokumentasi. Perubahan ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan, khasiat, dan mutu obat yang beredar sesuai dengan perkembangan hukum dan teknologi terkini.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Peran Apoteker di Apotek adalah memberikan pelayanan kefarmasian diantaranya yang utama adalah memberikan pelayanan swamedikasi dan pelayanan resep.
Dalam memberikan pelayanan resep, apoteker harus memahami Resep dan menginterpretasikan resep. Apoteker harus memahami cara melakukan compounding dan dispensing resep
.
Adapun tahapan Compounding dan Dispensing Resep sebagai berikut:
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Memahami dan menginterpratasikan resep
3. Penyiapan dan pemberian label
5. Melakukan Pencatatan Data
6. Pelayanan Informasi Obat
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
油
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman penerapan kajian farmakoekonomi di Indonesia. Kajian farmakoekonomi dipandang penting untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien sejalan dengan upaya pencapaian target MDGs dan reformasi sistem kesehatan nasional. Pedoman ini bertujuan memberikan panduan praktis bagi pengambil keputusan kesehatan dalam mengadopsi prinsip-prinsip farmakoekonomi untuk mend
Penggunaan obat dikatakan Rasional apabila pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis,
dalam dosis yang memenuhi kebutuhan,
untuk jangka waktu yang cukup, dan
pada biaya terendah untuk mereka dan komunitas
Pedoman ini membahas tentang penyusunan formularium rumah sakit RS Zahirah yang meliputi tujuan, ruang lingkup kegiatan Komite Farmasi dan Terapi, format formularium, manfaat formularium, dan sistem evaluasi serta pemilihan obat yang akan dimasukkan ke dalam formularium."
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai tablet effervescent, yang merupakan tablet yang dibuat dengan mencetak granul garam efervescent atau bahan lain yang mengandung asam dan karbonat/bikarbonat sehingga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan gas ketika kontak dengan air. Dokumen tersebut menjelaskan komponen utama tablet efervescent seperti sumber asam, sumber karbondioksida, zat aktif, dan bahan tambahan lainny
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Aji Wibowo
油
Penelitian ini menguji pengaruh kombinasi konseling apoteker dan alat bantu pengingat pengobatan terhadap kepatuhan minum obat dan hasil klinis pasien diabetes melitus dan hipertensi. Hasilnya menunjukkan bahwa intervensi tersebut berpengaruh positif terhadap peningkatan kepatuhan minum obat serta mengontrol gejala klinis pasien."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kepatuhan pasien diabetes melitus di beberapa puskesmas di Surabaya Timur dalam menggunakan obat.
2) Metode yang digunakan adalah wawancara terpimpin kepada 138 pasien diabetes melitus. Kepatuhan diukur menggunakan metode hitung sisa obat.
3) Hasilnya menunjukkan 45,65% pasien patuh dan 54,35% tidak
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Peran Apoteker di Apotek adalah memberikan pelayanan kefarmasian diantaranya yang utama adalah memberikan pelayanan swamedikasi dan pelayanan resep.
Dalam memberikan pelayanan resep, apoteker harus memahami Resep dan menginterpretasikan resep. Apoteker harus memahami cara melakukan compounding dan dispensing resep
.
Adapun tahapan Compounding dan Dispensing Resep sebagai berikut:
1. Menerima dan memvalidasi resep
2. Memahami dan menginterpratasikan resep
3. Penyiapan dan pemberian label
5. Melakukan Pencatatan Data
6. Pelayanan Informasi Obat
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
油
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman penerapan kajian farmakoekonomi di Indonesia. Kajian farmakoekonomi dipandang penting untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien sejalan dengan upaya pencapaian target MDGs dan reformasi sistem kesehatan nasional. Pedoman ini bertujuan memberikan panduan praktis bagi pengambil keputusan kesehatan dalam mengadopsi prinsip-prinsip farmakoekonomi untuk mend
Penggunaan obat dikatakan Rasional apabila pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis,
dalam dosis yang memenuhi kebutuhan,
untuk jangka waktu yang cukup, dan
pada biaya terendah untuk mereka dan komunitas
Pedoman ini membahas tentang penyusunan formularium rumah sakit RS Zahirah yang meliputi tujuan, ruang lingkup kegiatan Komite Farmasi dan Terapi, format formularium, manfaat formularium, dan sistem evaluasi serta pemilihan obat yang akan dimasukkan ke dalam formularium."
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai tablet effervescent, yang merupakan tablet yang dibuat dengan mencetak granul garam efervescent atau bahan lain yang mengandung asam dan karbonat/bikarbonat sehingga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan gas ketika kontak dengan air. Dokumen tersebut menjelaskan komponen utama tablet efervescent seperti sumber asam, sumber karbondioksida, zat aktif, dan bahan tambahan lainny
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Aji Wibowo
油
Penelitian ini menguji pengaruh kombinasi konseling apoteker dan alat bantu pengingat pengobatan terhadap kepatuhan minum obat dan hasil klinis pasien diabetes melitus dan hipertensi. Hasilnya menunjukkan bahwa intervensi tersebut berpengaruh positif terhadap peningkatan kepatuhan minum obat serta mengontrol gejala klinis pasien."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kepatuhan pasien diabetes melitus di beberapa puskesmas di Surabaya Timur dalam menggunakan obat.
2) Metode yang digunakan adalah wawancara terpimpin kepada 138 pasien diabetes melitus. Kepatuhan diukur menggunakan metode hitung sisa obat.
3) Hasilnya menunjukkan 45,65% pasien patuh dan 54,35% tidak
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...Aji Wibowo
油
Peran Homepharmacycare pada pasien diabetes mellitus tipe II di Bp Sentra Medika Lebaksiu Tegal berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan dan keberhasilan terapi. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah pasien yang patuh dan berhasil dalam pengobatan, masing-masing sebanyak 20 pasien (57%), setelah menerima intervensi berupa edukasi kesehatan dan konseling di rumah."
Studi ini mengungkapkan hambatan awal pasien diabetes melitus tipe 2 dalam memulai terapi insulin di rumah sakit di Denpasar. Dari 94 pasien, 38 pasien (40,42%) mengalami hambatan. Alasan utama adalah takut jarum suntik (20,21%) dan takut rasa sakit (17,02%). Studi ini berharap dokter dapat mengidentifikasi hambatan tersebut melalui komunikasi yang baik.
1. Ringkasan hasil penelitian tentang kepuasan terapi pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Kasihan I menunjukkan bahwa proporsi tertinggi pasien berada pada kelompok umur 51-60 tahun dan jenis kelamin perempuan, serta pekerjaan sebagai wiraswasta. Sebagian besar pasien merasa puas dengan pengobatan yang diterima.
Hubungan tingkat kepatuhan minum obat penderita DM tipe 2 terhadap kadar hb a1cFaradhillah Adi Suryadi
油
Hubungan antara kepatuhan minum obat pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan kadar HbA1c diteliti melalui kuesioner MMAS-8 dan pemeriksaan HbA1c pasien di RSUP Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan pasien diabetes melitus dalam menjalani pengobatan di rumah sakit di Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan yang baik dengan kepatuhan pasien dalam mengikuti terapi pengobatan.
Pemantauan Terapi Obat di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko efek samping obat dengan melakukan identifikasi masalah penggunaan obat, memberikan rekomendasi, dan memantau pencapaian tujuan terapi."
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...Dadang Solihin
油
Dari perspektif optimis, Danantara dapat menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan manajemen profesional dan tata kelola yang transparan, lembaga ini berpotensi mengoptimalkan pemanfaatan aset negara secara lebih produktif.
Lembar Kerja Mahasiswa Applied Artificial Intelligence in Information SystemsAinul Yaqin
油
File ini adalah lembar kerja mahasiswa untuk mata kuliah Applied Artificial Intelligence in Information Systems. Tujuan pembelajarannya mencakup pemahaman tentang Decision Support Systems (DSS), Business Intelligence (BI), proses pengambilan keputusan, analisis bisnis, manajemen kinerja bisnis, kolaborasi, manajemen pengetahuan, serta teknologi canggih dan tren terkini dalam sistem informasi.
Lembar kerja ini terdiri dari 14 bab yang mencakup berbagai topik, yaitu:
Decision Support and Business Intelligence
Decision Making, Systems, Modeling, and Support
Decision Support Systems Concepts, Methodologies, and Technologies
Modeling and Analysis
Data Mining for Business Intelligence
Artificial Neural Networks for Data Mining
Text and Web Mining
Data Warehousing
Business Performance Management
Collaborative Computer-Supported Technologies and Group Support Systems
Knowledge Management
Artificial Intelligence and Expert Systems
Advanced Intelligent Systems
Management Support Systems Emerging Trends and Impacts
Setiap babnya memiliki format yang sama, yaitu tujuan pembelajaran, pengantar materi, kegiatan belajar (pemahaman konsep, tugas, diskusi kelompok), penilaian, dan refleksi. Kegiatan belajar sangat bervariasi, mulai dari menjawab pertanyaan, menggambar diagram, analisis kasus, melakukan eksperimen menggunakan tools tertentu, hingga diskusi kelompok dan presentasi.
Referensi utama yang digunakan dalam mata kuliah ini adalah buku Decision Support and Business Intelligence Systems oleh Turban, E., Sharda, R., & Delen, D.
Lembar kerja ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif bagi mahasiswa untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep penting dalam kecerdasan buatan terapan pada sistem informasi, melalui kombinasi pembelajaran teoretis dan tugas-tugas praktis.
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)Murad Maulana
油
PPT ini dipresentasikan dalam acara Diseminasi repositori perpustakaan BAPETEN yang diselenggarakan oleh Kepala Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi
Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir (P2STPIBN) pada tanggal 25 Februari 2025
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS VIII " ALAT MUSIK TRADISIONAL"MUMUL CHAN
油
Semoga Modul Ajar Seni Musik Kelas VIII ini bisa menjadi referensi untuk kalian dan bermanfaat untuk bersama. Aamiin...
Salam Manis
Widya Mukti Mulyani
Muqaddimah ANGGARAN DASAR Muhammadiyah .pptxsuwaibahkapa2
油
MUQODDIMAH
惡愕 悋 悋惘忰 悋惘忰
(5) 悋忰惆 惘惡 悋惺悋 (1) 悋惘忰 悋惘忰 (2) 悋惆 (3) 悒悋 惺惡惆 悒悋 愕惠惺 (4) 悋惆悋 悋惶惘悋愀 悋愕惠
(6) 惶惘悋愀 悋悵 悖惺惠 惺 愃惘 悋愃惷惡 惺 悋 悋惷悛
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh semua alam, yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, Yang memegang pengadilan pada hari kemudian. Hanya kepada Engkau hamba menyembah, dan hanya kepada Engkau, kami mohon pertolongan. Berilah petunjuk kepada hamba akan jalan yang lempang, jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, yang tidak dimurkai dan tidak tersesat. (QS Al-Fatihah 1-6)
惘惷惠 惡悋 惘惡悋 惡悋悒愕悋 惆悋 惡忰惆 惶 悋 惺 愕 惡悋 惘愕悋
Saya ridla: Ber-Tuhan kepada ALLAH, ber-Agama kepada ISLAM dan ber-Nabi kepada MUHAMMAD RASULULLAH Shalallahu alaihi wassalam.
AMMA BADU, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan beribadah serta tunduk dan thaat kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia.
Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini.
Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong, bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya.
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah.
Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi,sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw, dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat.
Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci: beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di Dunia ini, dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya belaka, serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan penuh pengharapan perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Al-Quran:
ル曄惠ル 曄 悖ル悸朏 リ曄惺 悒ル 抉曄悽ル曄惘 ルリ曄莧 惡抉曄リ鉱『悦
1. IDENTIFIKASI POTENSIAL DRUG RELATED
PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE 2 DI RSUD KOTA TANGERANG
Delina Hasan, Yardi Saibi, Zuha Yuliana
Oral Presetasi Tgl 18-21 April 2018
PIT IAI
Di Pekanbaru (Riau)
2. Masalah Terkait Obat atau Drug Related Problems (DRPs)
menjadi masalah utama dalam pelayanan kefarmasian di
dunia (Adumsili, dan Adepu.,2014)
Identifikasi DRPs, dan evaluasinya menjadi salah satu
tugas farmasis di rumah sakit. Farmasis di rumah sakit
dituntut untuk bekerja secara profesional, dengan etos
kerja yang tinggi untuk bisa bertanggung jawab terhadap
keberhasilan terapi (Q.S Al-Bayyinah, 98:7, dan HR.
Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334.)
3. Drug Related Problems (DRPs) merupakan
kejadian dalam terapi obat yang secara aktual
ataupun potensial mempengaruhi
kesembuhan (PCNE V7.0, 2016)
4. Penelitian Sebelumnya
Dengan PCNE V5.01,
90,5% DRPs terjadi pada
200 pasien rawat inap DM
tipe 2 disertai hipertensi, di
salah satu rumah sakit
Malaysia. Polifarmasi
menyebabkan peningkatan
DRPs hingga 75%.
Huri, dan Wee (2013)
Dengan PCNE V6.2,
insiden tertinggi DRPs
pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di salah satu
Rumah Sakit Pakistan
adalah terjadinya interaksi
obat (60,60%).
Ali, et.al (2013)
Dengan PCNE V5.01,
penggunaan obat yang
tidak efektif menjadi
insiden tertinggi (20,3%)
dalam DRPs pasien
diabetes melitus tipe 2 di
salah satu Rumah Sakit
Nigeria.
Ogbonna, et.al (2014)
5. 422 juta orang di dunia menderita diabetes
melitus pada tahun 2014. Angka ini
meningkat 8,5%
WHO, 2016
Riskesdas, 2013
DM tipe 2 memiliki prevalensinya yang tinggi, terutama di kota
urban, seperti Tangerang. Selain itu, DM tipe 2 memiliki angka
harapan hidup yang rendah, dengan resiko kematian yang
tinggi.
Prevalensi diabetes yang terdiagnosa dokter, tertinggi terdapat di DI Yogyakarta
(2,6%), sementara daerah Indonesia dengan prevelensi terendah yaitu daerah
Lampung (0,7%). Prevalensi diabetes di provinisi Banten yaitu 1,3% dengan
diagnosa, dan 1,6% dengan diagnosa dan gejala.
6. Kasus DM Tipe 2
Menurut WHO
422 juta orang
di dunia
menderita
diabetes melitus
pada tahun
2014. Angka ini
meningkat 8,5%
Di Indonesia
Prevalensi diabetes
yang terdiagnosa
dokter, tertinggi
terdapat di DI
Yogyakarta (2,6%),
sementara daerah
Indonesia dengan
prevelensi terendah
yaitu daerah Lampung
(0,7%). Prevalensi
diabetes di provinisi
Banten yaitu 1,3%
dengan diagnosa, dan
1,6% dengan diagnosa
dan gejala.
7. Rumusan Masalah
Penyakit DM merupakan penyakit metabolisme dengan jumlah penderita di
Indonesia 9,1 juta pasien di tahun 2014 (PERKENI, 2015), dan DM tipe 2 memiliki
90% jumlah pasien dari seluruh populasi DM (Dipiro, et.al. 2015).
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi farmakologi DM
tipe 2 akan menimbulkan DRPs akibat polifarmasi
Jumlah Pasien JKN Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kota Tangerang
dalam 1 tahun kebelakang 100 pasien.
Belum adanya penelitian terkait DRPs pada pasien JKN DM Tipe 2 di RSUD Kota
Tangerang
8. Tujuan Umum
Mengetahui identifikasi terjadinya DRPs pada pasien
JKN diabetes melitus tipe 2, yang di rawat inap di
RSUD Kota Tangerang selama periode Januari 2016
hingga Juni 2016.
Tujuan Khusus
Tujuan
1. Untuk mengetahui DRPs yang ditinjau dari efektivitas obat pada pasien rawat inap di
rumah sakit;
2. Untuk mengetahui DRPs yang ditinjau dari ketepatan pemilihan antidiabetes pada
pasien rawat inap di rumah sakit;
3. Untuk mengetahui DRPs yang ditinjau dari ketepatan dosis antidiabetes pada pasien
rawat inap di rumah sakit; dan
4. Untuk mengetahui DRPs yang ditinjau dari efek samping antidiabetes pada pasien
rawat inap di rumah sakit.
9. MANFAAT PENELITIAN
1.
Secara Teoritis, dapat memberikan manfaat untuk menambah
khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang farmasi, khususnya
dalam mengidentifikasi DRPs pada pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 di RSUD Kota Tangerang
2
Secara Metodologi, metode dalam penelitian ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi DRPs pada pasien
diabetes melitus tipe 2 atau penyakit lainnya.
3
Secara aplikatif, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan pertimbangan ataupun informasi kepada tenaga
kesehatan yang bertanggungjawab di RSUD Kota Tangerang
dalam penggunaan obat pada penatalaksanaan diabetes melitus
tipe 2.
10. Kerangka Konsep
Karakteristik Pasien
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Penyakit Penyerta
4. Jumlah Penggunaan Obat
Obat DM
Obat Lain
Rekam Medik Pasien DM Tipe 2
Rawat Inap Peserta JKN Periode
Januari 2016-Juni 2016
Drug Related Problems
1. Efektivitas Terapi
2. Reaksi Obat yang tidak diinginkan
Penyebab
1. Pemilihan Obat
2. Pemilihan Dosis
Memenuhi Kriteria
Inklusi dan Eksklusi
11. Definisi Operasional
Nama Variabel Def.Operasional
Skala
Ukur
Kategori
Karakteristik
Pasien
1. Jenis Kelamin
2. Usia
Kondisi fisik pasien yang
menentukan perbedaan
fungsi biologis dan identitas
pasien.
Satuan waktu yang mengukur
keberadaan pasien dalam
keadaan hidup. Usia pasien
diklasifikasikan berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar
Kementerian Kesehatan RI
tahun 2013.
15-24 tahun
25-34 tahun
35-44 tahun
45-54 tahun
Nomina
l
Nomina
l
0: Laki-laki
1: Perempuan
0: 15-24 tahun
1: 25-34 tahun
2: 35-44 tahun
3: 45-54 tahun
4: 55-64 tahun
5: 65-74 tahun
6: 75 tahun
12. Definisi Operasional
Nama Variabel Def.Operasional
Skala
Ukur
Kategori
3. Penyakit
Penyerta
4. Jumlah
Penggunaan Obat
2. Profil
Penggunaan Obat
DM
3. Drug Related
Problems (DRP)
Penyakit yang diderita pasien
selain DM Tipe 2
Banyaknya obat yang
digunakan pasien selama
menjalani rawat inap di rumah
sakit
Jenis penggunaan obat
antidiabetes yang dapat
mengendalikan glukosa
darah.
Masalah yang timbul karena
penggunaan obat, selama
Nomin
al
Nomin
al
Nomin
al
Nomin
al
0: Tidak Terdapat
Penyakit Penyerta
1: Terdapat
Penyakit Penyerta
0: 1-4
1: 5
0: tunggal
1: kombinasi
0: Tidak terjadi
DRPs
1: Terjadi DRPs
13. Definisi Operasional
Nama
Variab
el
Def.Operasional
Skala
Ukur
Kategor
i
1. Efektivitas Terapi
Antidiabetes dikatakan efektif jika dapat
mengendalikan kadar glukosa darah sewaktu (GDS)
pasien selama pasien menjalani rawat inap, hingga
kadar GDS <180 mg/dl(terkendali) saat keluar rumah
sakit.
2. Obat tidak memberikan efek atau kegagalan terapi.
Antidiabetes dikatakan tidak memberikan efek jika
selama penggunaan oleh pasien rawat inap, tidak
dapat mengendalikan kadar GDS pasien sehingga
kadar GDS tidak terkendali.
3. Terapi obat tidak dibutuhkan.
Terjadi DRPs jika ditemukan adanya penggunaan obat
dalam catatan rekam medis, namun tidak ditemukan
adanya diagnosa, gejala, hasil labolatorium, ataupun
keterangan lain pada rekam medis, yang
mengindikasikan adanya suatu penyakit, tapi diberikan
obat .
4. Indikasi tidak diterapi (butuh obat)
Nomin
al
0: Tidak
terjadi
DRPs
(Tepat)
1: Terjadi
DRPs
(Tidak
Tepat)
14. Definisi Operasional
Nama
Variab
el
Def.Operasional
Skala
Ukur
Kategor
i
Selain kategori masalah DRPs, dilakukan pula analisa
pada kategori penyebab DRPs, berupa
1. Obat tidak sesuai formularium atau guideline.
Dikatakan terjadi DRPs jika obat antidiabetes yang
digunakan tidak sesuai dengan formularium nasional,
dan tidak sesuai dengan guideline menurut PERKENI,
2015.
2. Obat dengan kontraindikasi.
Dikatakan terjadi DRPs jika pasien memiliki
kontraindikasi dengan antidiabetes yang digunakan
selama rawat inap.
3. Obat tanpa indikasi.
Dikatakan terjadi DRPs jika ditemukan penggunaan
obat antidiabetes dan obat lain yang tidak memiliki
indikasi dalam catatan rekam medisnya.
4. Kombinasi obat yang tidak sesuai.
Dikatakan terjadi DRPs jika terdapat penggunaan obat
antidiabetes yang memiliki interaksi dengan obat
antidiabetes lain.
15. Definisi Operasional
Nama
Variab
el
Def.Operasional
Skala
Ukur
Kategor
i
6. Ada indikasi tetapi obat tidak diberikan.
Dikatakan terjadi DRPs jika ditemukan indikasi yang
mengharuskan diberikannya obat, namun obat tidak
diberikan.
7. Terlalu banyak obat dalam peresepan.
Terjadi DRPs jika ditemukan penggunaan antidiabete
3 dalam sekali pemakaian.
8. Tidak diberikan pencegahan atau sinergisasi obat.
Dikatakan terjadi DRPs jika tidak diberikannya
antidiabetes kombinasi untuk mengendalikan kadar
glukosa basal dan prandial.
9. Pemilihan Dosis.
Dosis dikatakan terlalu rendah atau terlalu tinggi jika
tidak sesuai dengan guideline menurut PERKENI, baik
oral ataupun penggunaan insulin selama rawat inap.
Kebutuhan Insulin Harian Total (IHT) adalah 0,5-1
UI/KgBB/Hari, dan untuk pasien lanjut usia serta
pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal IHT
adalah 0,3 UI/KgBB/Hari. Kemudian penggunaan
16. METODOLOGI
Desain Penelitian, Cross Sectional
Pengumpulan Data, secara Retrospektif dari rekam medik pasien DM
tipe 2 di RSUD Kota Tangerang
Data yang dikumpulkan
- Tanggal masuk Rumah Sakit, Nama, Jenis Kelamin, Usia, Keluhan,
penyakit penyerta, kadar gula darah awal dan sewaktu, Obat yang
digunakan (bentuk sediaan, regimen, dosis, frekuensi, dan durasi)
Analisis data dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menggunakan
SPSS. Yaitu Univariat dan Bivariat
Populasi DM tipe 2 di RSUD KotaTangerang 199 pasien yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 117 pasien DM tipe 2.
17. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
Data rekam medis yang
tidak lengkap dan tidak
jelas, berupa tidak
tercantumnya data nomor
rekam medis, identitas
pasien (nama, jenis
kelamin, dan usia),
tanggal perawatan,
data penggunaan obat,
data kadar gula darah
sewaktu
Kriteria Eksklusi
Data rekam medis yang
tidak lengkap dan tidak
jelas,
Wanita Hamil
Pasien DM tipe 2 yang
hilang kesadarannya
Pasien pulang paksa
19. Karakteristik Pasien N=117 Persentase (%)
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 45 38,5
Perempuan 72 61,5
Berdasarkan Usia Pasien
15-24 tahun 0 0
25-34 tahun 0 0
35-44 tahun 13 11,1
45-54 tahun 37 31,6
55-64 tahun 51 43,6
65-74 tahun 10 8,5
75 tahun 6 5,1
Berdasarkan Penyakit Penyerta
Tidak Ada Penyakit Penyerta 11 9,4
Ada Penyakit Penyerta 106 90,6
Jumlah Penggunaan Obat
1-4 obat 0 0
5 obat 117 100
Tabel 5.1 Karakteristik Pasien JKN rawat inap Diabetes Melitus Tipe 2 di
RSUD Kota Tangerang Periode Januari 2016-Juni 2016
20. Tabel 5.2 Penyakit Penyerta yang diderita pasien JKN rawat inap Diabetes Melitus
tipe 2 periode Januari 2016-Juni 2016 di RSUD Kota Tangerang
Jenis Penyakit Penyerta n=297 Persentase (%)
Hipertensi 28 14,4
Ulkus DM 25 12,9
Dispepsia 19 9,8
Gastritis 18 9,3
Pneumonia 18 9,3
Anemia 11 5,7
CKD 10 5,2
Dislipidemia 10 5,2
Lainnya <10 <5
21. Tabel 5.3 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes pada pasien JKN rawat inap Diabetes
Melitus tipe 2 periode Januari 2016-Juni 2016 di RSUD Kota Tangerang
Tabel 5.4 Terapi Tunggal Antidiabetes pada pasien JKN rawat inap Diabetes Melitus tipe 2
periode Januari 2016-Juni 2016 di RSUD Kota Tangerang
Jenis Terapi N=117 Persentase (%)
Tunggal 25 21,4
Kombinasi 92 78,6
Terapi Tunggal n=29 Persentase (%)
Metformin 9 31,0
Novorapid 5 17,2
Novomix 5 17,2
Humolog Mix 5 17,2
Levemir 3 10,3
Lantus 1 3,4
Actrapid 1 3,4
22. Tabel 5.5 Terapi Kombinasi Antidiabetes pada pasien JKN rawat inap Diabetes Melitus
tipe 2 periode Januari 2016-Juni 2016 di RSUD Kota Tangerang
Jenis Terapi n=90 Persentase (%)
Novorapid+Levemir 67 74,4
Novorapid+Lantus 9 10,0
Metformin+Novorapid+Levemir 5 5,6
Metformin+Glimepirid 3 3,3
Akarbosa+Novorapid+Levemir 2 2,2
Novomix+Lantus 1 1,1
Metformin+Novorapid+Lantus 1 1,1
Akarbosa+Glikuidon 1 1,1
Metformin+Glibenklamid 1 1,1
23. Kombinasi insulin detemir dengan insulin novorapid didasarkan oleh
profil kerjanya yang meniru pola sekresi insulin normal tubuh
(Hamaty, 2011). Selain Levemir, insulin glargin (Lantus) juga dipilih
sebagai insulin basal. Penggunaan kombinasi insulin glargin dengan
insulin aspart dipilih karena dapat menghasilkan kontrol glikemia
yang lebih baik, mengurangi fluktuasi glukosa darah yang meningkat,
mengurangi kejadian hipoglikemia, dan peningkatan berat badan
menjadi lebih rendah.
Insulin Novorapid banyak digunakan karena memiliki kerja yang cepat
(rapid acting), serta unggul dalam penyuntikannya. Insulin kerja cepat
dapat mengendalikan kadar glukosa postprandial yang lebih cepat
(ACCP, 2013).
Terapi Kombinasi Insulin
24. Tabel 5.6 Drug Related Problems (DRPs) pada pasien JKN rawat inap Diabetes melitus Tipe 2 di RSUD
Kota Tangerang Periode Januari 2016-Juni 2016.
Tabel 5.7 Masalah DRPs pada pasien JKN rawat inap Diabetes melitus Tipe 2 di RSUD Kota
Tangerang Periode Januari 2016-Juni 2016.
Keterangan Pasien dalam Penelitian Jumlah
Pasien yang dijadikan Sampel 117
Pasien Tanpa DRPs 103
Pasien dengan DRPs 14
Pasien dengan Potensial DRPs 16
Kode Masalah* n=13 Persentase (%)
P1
P1.1
P1.3
P1.4
Efektivitas Terapi
Obat tidak memberikan efek atau
kegagalan terapi
Terapi obat tidak dibutuhkan
Indikasi tidak diterapi (butuh obat)
9
2
3
4
7,6
1,7
2,5
3,4
P2
P2.1
Kejadian yang tidak diharapkan
Terjadi reaksi yang tidak diinginkan
(ROTD)
4
4
3,4
3,4
25. Tabel 5.8 Penyebab Terjadinya DRPs pada Pasien JKN Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
Kota Tangerang Periode Januari 2016-Juni 2016
Kode Penyebab* n=30 Persentase (%)
C1
C1.1
C1.2
C1.3
C1.4
C1.5
C1.6
C1.7
C1.8
Pemilihan Obat
Obat tidak sesuai formularium/guideline
Obat dengan kontraindikasi
Obat tanpa indikasi
Kombinasi obat yang tidak sesuai
Duplikasi obat yang tidak sesuai
Ada indikasi tetapi obat tidak diberikan
Terlalu banyak obat dalam peresepan
Tidak diberikan pencegahan atau sinergisasi obat
19
10
0
0
0
0
4
0
3
14,1
8,3
0
0
0
0
3,3
0
2,5
C3
C3.1
C3.2
Pemilihan Dosis
Dosis terlalu rendah
Dosis terlalu tinggi
11
10
1
9,1
8,3
0,8
26. Tabel 5.12 Hubungan Antara karakteristik dengan Kejadian DRPs pada Pasien JKN
Rawat Inap Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kota Tangerang
Periode Januari 2016-Juni 2016
Karakteristik Pasien
Pemilihan Obat
Nilai P
Pemilihan Dosis
Nilai P
Tepat
Tidak
Tepat
Tepat
Tidak
Tepat
N N N N
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 37 8 0,13b 39 6 0,33a
Perempuan 67 5 67 5
Berdasarkan Usia Pasien
35-44 tahun 9 4 0,17c 13 0 0,53c
45-54 tahun 33 4 34 3
55-64 tahun 47 4 46 5
65-74 tahun 9 1 8 2
75 tahun 6 0 5 1
Berdasarkan Penyakit Penyerta
Tidak Ada Penyakit Penyerta 11 0 0,60a 9 2 0,27a
Ada Penyakit Penyerta 93 13 97 9
Keterangan: aFishers Exact Test, bContinuity Correction, cPearson Chi Square. N menyatakan jumlah pasien.
27. Tabel 5.10 Hubungan Antara Jenis Terapi Diabetes dengan Kejadian DRPs pada Pasien JKN Rawat
Inap Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kota Tangerang Periode Januari 2016-
Juni 2016
Tabel 5.11 Hubungan Antara kejadian DRPs dengan Pengendalian GDS pada Pasien JKN Rawat Inap
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kota Tangerang Periode Januari 2016-Juni
2016
Jenis Terapi
Pemilihan Obat
Nilai P
Pemilihan Dosis
Nilai P
Tepat
Tidak
Tepat
Tepat
Tidak
Tepat
N N N N
Tunggal 19 6
0,03a
23 2
1a
Kombinasi 85 7 83 9
Keterangan: aFishers Exact Test. N menyatakan jumlah pasien.
Kejadian DRPs
Pengendalian GDS
Nilai P
Terkendali Tidak Terkendali
N N
Pemilihan Obat
Tepat 84 20 0,01a
Tidak Tepat 6 7
Pemilihan Dosis
Tepat 85 21 0,01a
Tidak Tepat 5 6
Keterangan: aFishers Exact Test. N menyatakan jumlah pasien.
28. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DRPs yang terjadi
sebesar 37,6%,
- meliputi obat tanpa indikasi (33,3%),
- terjadi efek yang tidak diharapkan (4,8%).
- Interaksi sinergis (27,9%),
- indikasi tanpa obat (26,2%),
- dosis terlalu rendah (24,6%), ketidaktepatan pemilihan
obat (19,7%),
- kombinasi obat yang tidak sesuai (1,6%).
- Kejadian DRPs tersebut ber pengaruh terhadap
pengendalian glukosa darah sewaktu (P=0,103).
Namun pengaruhnya tidak signifikan
- Penyakit penyerta berpengaruh terhadap pengendalian
glucose darah namun tidak signifikan
29. KESIMPULAN
Pada analisa DRPs dengan menggunakan kategori PCNE
V7.0 2016, terjadi 9 masalah efektivitas terapi, 19
masalah pemilihan obat, 11 masalah dosis antidiabetes,
dan 4 permasalahan reaksi obat yang tidak diinginkan.
30. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DRPs yang terjadi,
- meliputi obat tanpa indikasi,
- terjadi efek yang tidak diharapkan.
- Interaksi sinergis,
- indikasi tanpa obat,
- dosis terlalu rendah,
- ketidaktepatan pemilihan obat,
- kombinasi obat yang tidak sesuai.
- Kejadian DRPs tersebut ber pengaruh terhadap pengendalian glukosa
darah sewaktu, namun pengaruhnya tidak signifikan
- Penyakit penyerta berpengaruh terhadap pengendalian glucose
darah namun tidak signifikan