際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Ppt peritonitis ec app
PERITONITIS DIFUS ec APENDISITIS PERFORASI
CASE REPORT
Oleh:
Putri Maulina
1102012217
Pembimbing:
dr. Hadiyana
Suryadi, Sp.B
DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK SMF BEDAH
RSUD DR SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 28 NOVEMBER 2016  3 FEBRUARI 2017
Nama : An. Awan
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Leles
No. Catatan Medis : 90-81-xx
Tanggal Masuk : 19 Desember 2016
IDENTITAS
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Nyeri pada seluruh perut sejak 1 minggu SMRS.
ANAMNESIS KHUSUS
Nyeri perut sejak 1
minggu SMRS
Nyeri terus menerus,
nyeri berpindah dari
ulu hati ke perut kanan
bawah
Nyeri semakin
memberat dan terus
menerus. Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
Nyeri memberat saat
perut ditekan dan
bergerak
Nyeri diperingan
dengan posisi kedua
kaki ditekuk (+)
Muak +, muntah +
Nafsu makan menurun
+
Perut terasa kembung +
Demam sejak 1 minggu
SMRS.
Demam terus menerut
dan sepanjang hari.
Riwayat pola makan
tidak teratur + dan
kurang mengkonsumsi
serat +
Riwayar dirawat selama
3 hari dipuskesmas
namun tidak ada
perbaikan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi makanan, alergi obat, maupun penyakit jantung, kencing
manis, darah tinggi, dan asma.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala serupa seperti pasien.
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit kencing manis, tekanan
darah tinggi maupun sakit jantung.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
RIWAYAT KEBIASAAN
Sebelum nyeri perut yang dirasakan sekarang, os mengaku tidak memiliki
kebiasaan konsumsi pedas atau konsumsi makanan pinggir jalan. Pasien tidak
memiliki kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, dan menggunakan
narkoba.
Keadaan sosial ekonomi pasien menengah kebawah, ayah pasien bekerja
sebagai buruh bangunan dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital:
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : 35,8属C
Kepala : Normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-) pupil bulat isokor, refleks pupil +/+
Hidung : discharge (-/-) deviasi septum (-/-)
Telinga : bentuk normal, otorea (-/-)
Mulut : mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-), bibir kering (-)
Lidah : lidah berwarna merah, tidak ada coated tongue
Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga 5 linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I  II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus vokal dan taktil pada hemithoraks kanan dan kiri
simetris, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor pada hemithoraks kanan dan kiri
Auskultasi : VBS ka=ki, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar simetris
Palpasi : NT/NL +/+, Defans Muscular +, hepar dan lien tidak teraba
membesar,Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
Auskultasi : BU (+)
STATUS GENERALIS
Punggung : CVA : Nyeri tekan -/-, Nyeri ketok-/-
Genitalia : rectal touche tidak dilakukan
Ekstremitas
Atas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral hangat
Bawah : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral hangat
Status Lokalis
 a/r Right Lower Quadrant (RLQ) Abdomen
 Inspeksi
 Datar
 Tidak tampak kemerahan/luka/bekas operasi
 Palpasi
 Massa (-)
 Nyeri tekan (+) dan nyeri lepas (+) di McBurney, NT
perut kiri
 Rovsings sign (+); psoas sign (+); obturator sign (+)
 Defense muscular (+)
 Perkusi
 pekak pindah (-), pekak samping (-)
 Auskultasi
 BU (+) menurun
DIAGNOSIS BANDING
Peritonitis Difus ec suspek Tifoid perforasi
Peritonitis Difus ec suspek appendicitis perforasi
UMUM
(Advis dr. M. Rizal Sp.B)
 Cairan : Infus RL 2000 ml / 24 jam (30 tetes per menit)
 Medikamentosa : - Ceftriaxone 2x1 gram (IV) (Skin Test)
- Paracetamol Infus 3x400mg (IV)
 Cek lab ulang (darah rutin, BT, CT)
 Puasa makan dan minum
 Pasang NGT untuk dekompresi
 Pasang DC
 Rontgen BNO dan Thorax PA
PENATALAKSANAAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (19-12-2016 pukul 02.25)
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
14,5 gr/dl
44%
2.700 /mm3
365.000 /mm3
6,10 juta/mm3
Diff Count
Basofil
Eosinofil
Netrofil batang
Netrofil segmen
Lymfosit
Monosit
0%
2%
3%
61%
25%
9%
Serologi (19-12-2016 pukul 09.32)
S. Thypi O
S. Parathypi AO
S. Parathypi BO
S. Parathypi CO
S. Thypi H
S. Parathypi AH
S. Parathypi BH
S. Parathypi CH
1/80
-
1/80
1/80
1/80
1/80
1/80
1/80
PEMERIKSAAN PENUNJANG
URINE (19-12-2016 pukul 12.00)
Makroskopis
Warna
Kekeruhan
Ph
BJ
Kuning kemerahan
Agak keruh
6,0
1.030
URINE (19-12-2016 pukul 12.00)
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Kristal Oxalat
Silinder Hialin
Bakteri
4-6/LPB
2-4/LPB
3-6/LPB
0-2/LPB
0-1/LPB
-/LPB
URINE (19-12-2016 pukul 12.00)
Kimia Urin
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Darah Samar
-
+1
-
-
-
-
+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (20-12-2016 pukul 06.34)
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
13,6 gr/dl
42%
17.950 /mm3
447.000 /mm3
5,60 juta/mm3
Kimia klinik (20-12-2016)
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Ureum
Kreatinin
Glukosa darah sewaktu
22 U/L
31 U/L
91 mg/dl
1,8 mg/dl
90 mg/dl
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS KERJA
Peritonitis Difus ec appendicitis akut perforasi
 Pasien direncanakan dilakukan laparatomi eksplorasi
 Edukasi
KHUSUS
PENATALAKSANAAN
LAPORAN OPERASI
 Operator: dr. M. Rizal, Sp.B
 Asisten I: dr. Ardi
 Asisten II : DM Putri Maulina
 Perawat instrumen: Indri
 Diagnosa prabedah : Peritonitis difuse ec susp tifoid perforasi dd/ app perforasi
 Indikasi operasi : Diagnostik dan Terapeutik
 Diagnosa pasca bedah : Peritonitis difuse ec app perforasi
 Jenis operasi : Appendektomi per laparotomy + omentectomy
 Kategori operasi : Besar
 Desinfeksi kulit dengan: Povidone Iodine
 Jaringan dikirim ke PA

 Laporan operasi lengkap:
 DO:
 Ditemukan cairan peritoneum bercampur pus 賊 500cc.
 Ditemukan walling off antara ometum dengan appendix
 Ditemukan appendix hiperemis, gangrenus, edematus perfevan di 1/3 distal. Gekallt di 1/3 tengah.
 TO:
 Pasien tidur terlentang dalam anestesi umum
 Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada lapang operasi
 Dilakukan insisi pada infraumbilikal yang diperluas hingga supra umbilical.
 Dilakukan insisi sedalam kutis, subkutis hingga ke facia.
 Fascia dibuka secara tajan, identifikasi peritoneum. Peritoneum dibuka secara tajam.
 Dilakukan eksplorasi ditemukan DO.
 Dilakukan omentektomi dan appendektomi.
 Luka Operasi dijahit lapis demi lapis, dengan memasukkan 1 buah drain abdomen.
 Perdarahan dikontrol
 Operasi selesai
Ppt peritonitis ec app
Instruksi pasca bedah:
 Observasi : KU, Nadi, Respirasi, Pendarahan
 Puasa sampai dengan BU +
 Catat produksi drain dan kosongkan drain /24jam
 Mobilisasi bertahap
 IUFD RL 20 gtt//menit
 Cefoperazone 2 x 1 gr IV
 Ranitidin 2 x 50mg IV
 Ketorolac 3x30mg IV
 Komfirmasi hasil PA
Tanggal / Jam Catatan Instruksi
21-12-2016
POD I
S : Mengeluh nyeri pada luka operasi
O :
KU : Sakit sedang
KS : CM
TD : 110/60
N : 18 x/mnt
R : 96 x/menit
S : 37,5 C
Drain <50cc/24jam
A :
Post appendektomi perlaparotomy + omentectomy
-Aff NGT
-Infus RL 20gtt/menit
-Cefoperazone 2 x 1 gr IV
-Ranitidin 2 x 50mg IV
-Ketorolac 3x30mg IV
-Metronidazole 3x500mg IV
-Ondansteron 2x1amp IV
22-12-2016
POD II
S : Mengeluh nyeri pada luka operasi. Mengeluh
demam saat malam hari, menggigil +, batuk berdahak +
O :
KU : Sakit sedang
KS : CM
TD : 110/80
N : 18 x/mnt
R : 96 x/menit
S : 37,5 C
Drain <50cc/24jam
A :
-Infus RL 20gtt/menit
-Cefoperazone 2 x 1 gr IV
-Ranitidin 2 x 50mg IV
-Ketorolac 3x30mg IV
-Metronidazole 3x500mg IV
-Ondansteron 2x1amp IV
-Rencana aff drain besok
-Mobilisasi
POD III
O :
KU : Sakit sedang
KS : CM
TD : 120/80
N : 20 x/mnt
R : 80 x/menit
S : 36,6 C
Drain <50cc/2hari
A :
Post appendektomi perlaparotomy + omentectomy
-Ranitidin 2 x 50mg IV
-Ketorolac 3x30mg IV
-Metronidazole 3x500mg IV
-Ondansteron 2x1amp IV
-Aff drain
-Aff DC
-Mobilisasi
24-12-2016
POD IV
S : Mengeluh nyeri pada luka operasi. Batuk berdahak
+
BAB mencret sejak semalam 賊6x. Muntah 1x. Mual +.
Demam +
O :
KU : Sakit sedang
KS : CM
TD : 120/80
N : 20 x/mnt
R : 80 x/menit
S : 38,3 C
Drain <50cc/2hari
A :
Post appendektomi perlaparotomy + omentectomy
-Infus RL 20gtt/menit
-Cefoperazone 2 x 1 gr IV
-Ranitidin 2 x 50mg IV
-Ketorolac 3x30mg IV
-Metronidazole 3x500mg IV
-Ondansteron 2x1amp IV
-Rencana BLPL besok :
 Cefixime 2x100mg
 Deksketoprofen 2x1
 Ranitidin 2x1
TINJAUAN PUSTAKA
AKUT ABDOMEN
Akut abdomen keadaan klinik akibat kegawatan di rongga
perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai
keluhan utama.
Nyeri perut tiba-tiba  sebelumnya sehat dan berlangsung
lebih dari 6 jam disebabkan oleh kondisi yang memerlukan
tindakan pembedahan
Ppt peritonitis ec app
APPENDISITIS
ANATOMI APPENDIX
Posisi apendiks terbanyak adalah
1. retrocaecal (74%),
2. pelvic (21%),
3. patileal (5%),
4. paracaecal (2%),
5. subcaecal (1,5%)
6. preleal (1%).
Ppt peritonitis ec app
Peradangan dari apendiks veriformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering.
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
 Pria dibanding wanita yakni 1,3:1.
 Apendisitis dapat ditemukan pada semua usia.
 Insidensi tertinggi pada kelompok usia 20 hingga 30
ETIOLOGI
Peranan lingkungan
Asupan rendah serat akan
berkontribusi pada
perubahan motilitas, flora
normal, dan kondisi lumen,
yang selanjutnya menjadi
predisposisi terbentuknya
fecalith.
Peranan Obstruksi
(faktor dominan)
closed-loop obstruction, dimana
fecalith menjadi penyebab tersering.
Penyebab obstruksi lainnya ialah
hiperplasia jaringan limfoid pada
mukosa dan submukosa, biji-bijian,
neoplasma seperti karsinoma dan tumor
karsinoid terjadi pada sekitar 2% kasus,
atau oleh benda asing, yang sangat
jarang terjadi serta bola cacing
(Ascaris).
Peranan dari Flora Kolonik
Normal
Aspirasi pada apendiks yang
inflamasi sekitar 60% adalah
anaerob, berbeda dengan apendiks
normal yang hanya sebesar 25%.
Spesimen jaringan dari apendiks
yang inflamasi semua
memperlihatkan hasil kultur E. coli
dan spesies Bacteroides. Koloni
flora normal berperan dalam
perkembangan apendisitis akut
menjadi gangren dan perforasi.
Fecalith, hipertrophy jaringan limfoid
KLASIFIKASI
APPENDISITIS
APPENDICITIS
AKUT TANPA
PERFORASI
APPENDICITIS
AKUT DENGAN
PERFORASI
1. LOKAL PERITONITIS
2. ABSES
3. PERITONITIS GENERAL
APPENDICITIS
KRONIK
PATOFISIOLOGI
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
MANIFESTASI KLINIS
GEJALA
Bermula dari nyeri di
daerah umbilikus atau
periumbilikus (nyeri
bersifat severe dan
steady) beralih ke
kuadran kanan bawah
Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise, dan
demam yang tidak terlalu
tinggi.
Biasanya juga terdapat
konstipasi, tetapi
kadang-kadang terjadi
diare, mual, dan muntah.
Bertambah nyeri pada
pergerakan, berjalan,
atau batuk
Tanda-tanda
PE :
 Tanda vital tidak terlalu berubah (bila
berubah : tanda-tanda komplikasi)
 Demam ringan (37,5-38)
 Posisi tidur, berjalan
 Peristalsis normal atau sedikit menurun
 Nyeri yang menunjukan tanda rangsang
peritoneum lokal di Mc.Burney
 Nyeri tekan
 Nyeri lepas
 Defans muskuler
 Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
 Rovsing sign:
Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
 Blumberg sign:
Nyeri kanan bawah bila tekanan kiri
dilepaskan
 Nyeri kanan bawah bila peritoneum
bergerak seperti nafas dalam, berjalan,
batuk, mengedan
Pemeriksaan Fisik
 Rovsings sign
 Obturator sign
 Psoas sign
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang
lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
Pemeriksaan Fisik
 Colok dubur: jangan terlewatkan!!!
 Tonus musculus sphincter ani baik
 Ampula kolaps
 Nyeri tekan pada daerah jam 09.00-12.00
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukosit
rata-rata
10.000-
18.000/mm3
,>20.000/m
m
Shift to
the left
dominan
PMN
LED
(infilrat)
LABORATORIUM : PENCITRAAN :
 Radiografi
 Berguna untuk mencari
gejala komplikasi
 Memperlihatkanbayangan
batu radiopak didaerah
tersebut
 USG
 Gambaran: dilatasi lumen,
dinding tebal
Plain radiographic image of the
abdomenrevealing an appendicolith (arrow) in
the right lower quadrant.
Graded compression ultrasound of the right lower quadrant reveals a non-
compressible, enlarged appendix(arrows). Definition of the bowel wall layers,
particularlythe echogenic submucosa, is lost, suggesting perforation.
ALVARADO SCORE
 SYMPTOM :
 Migrate point pain :1
 ANOREXIA :1
 NAUSEA/VOMIT :1
 SIGN
 RLQ tenderness :2
 Rebound :1
 Temperature :1
 Lab
 Leukositosis :2
 Left shift :1
Nilai 7:
Appendisitis akut yang perlu
pembedahan dini
Nilai 5-6:
Possible appendisitis tidak perlu
pembedahan antibiotik
Nilai 1-4:
dipertimbangkan appendisitis
akutobservasi
Terapi pilihan satu-satunya:pembedahan (apendektomi) !!!
Operasi tergantung waktu 
PENATALAKSANAAN
Apendisitis akutsegera, dilakukan persiapan operasi
Apendisitis perforasi (cito)
Local atau umum, segera lakukan laparotomi
Perbaikan KU dengan infus, pemberian antibiotic untuk gram (-) dan (+)
sertta kuman anaerob dan pemasangan NGT dilakukan sebelum operasi
Apendisitis abses (cito)
Dilakukan insisi dan drainage saja dengan cara lokal anastesi dan
bila mungkin extra peritoneal.
Apendektomi dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.
Gastroenteriti
Infeksi
panggul
KET
Penyakit
saluran cerna
lainnnya
Urolitiasis
pielium/
ureter kanan
DIAGNOSIS
BANDING
KOMPLIKASI
 Massa Periapendikuler
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan oleh
omentum.Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak
terjadi peritonitisgeneralisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan
keadaan umum masihterlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan
pergeseran ke kiri. Massaapendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum
telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan
nyeri tekan ringan, lekosit dannetrofil normal (Ahmadsyah dan Kartono, 1995).
 Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix akanmengakibatkan
peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruhperut dan perut
menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai
menghilang karena ileus paralitik (Syamsuhidajat, 1997).
 Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis.Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi
tersebarluas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu,
aktivitasperistaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan
danelektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkinsyok.
Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyiusus
menghilang (Price dan Wilson, 2006).
 Mortalitas:
- 0,1% pada appendicitis akut
- 3% bila ruptur
- 15% bila ruptur pada geriatri.
 Penyebab kematian: sepsis tidak terkontrol, emboli paru,
aspirasi.
 Komplikasi yang mungkin terjadi:
 Akut: infeksi luka operasi.
 Kronis: perlengketan, ileus obstruksi, hernia.
PROGNOSIS
PERITONITIS
Inflamasi pada peritoneum, suatu membran serosa yang
melapisi dinding abdominopelvik serta organ-organ di dalamnya.
Peritonitis termasuk kasus gawat abdomen (akut abdomen)
yang memerlukan penanganan segera dan biasanya berupa tindak
bedah.
DEFINISI
ANATOMI PERITONEUM
Gambar 3. Potongan sagittal dari abdomen yang memperlihatkan peritoneum parietal
dan visceral
Gambar 4. Ligamen peritoneum dan omentum
Gambar 5. Jalur medulla spinalis untuk sensasi visceral
EPIDEMIOLOGI
 Infeksi intraabdominal
 Penyebab morbiditas & mortalitas yg penting
 Era antibiotika : Mortalitas 10  20 %.
 Di Indonesia : Penyebab tersering: perforasi appendisitis, perforasi typhus abdominalis,
trauma organ hollow viscus.
PERITONITIS
PERITONITIS PRIMER PERITONITIS TERISERPERITONITIS SEKUNDER
KLASIFIKASI
a. Peritonitis spontan pada anak
b. Peritonitis spontan pada dewasa
c. Peritonitis pada pasien CAPD
d. Peritonitis tuberkulosa dan granulomatosa
a. Peritonitis perforasi akut
b. Peritonitis pasca operasi
c. Peritonitis pasca trauma
a. Peritonitis tanpa sebab yang jelas
b. Peritonitis kibat jamur
c. Peritonitis with low grade pathogenic bacteri
PERITONITIS
PERITONITIS PRIMER
Peritonitis spontan
Melalui penyebaran limfatik dan
hematogen.
Kejadiannya jarang
PERITONITIS SEKUNDER
Akibat proses patologik yang terjadi dalam
abdomen.
Paling sering terjadi.
Paling sering diakibatkan oleh: perforasi
apendisitis, perforasi infeksi lambung dan
usus, perforasi usus besar akibat
divertikulitis, volvulus, kanker, dan lain-lain
PERITONITIS TERSIER
Peritonitis yang sudah ditangani
lewat operasi tetapi mengalami
kekambuhan kembali
Terapi peritonitis primer &
sekunder tidak adekuat
Immunocompromised
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
MANIFESTASI KLINIS
ANAMNESIS Onset akut
Nyeri bersifat tumpul, tidak jelas  tajam,
terlokalisir
Demam
Anoreksia
Mual, Muntah
Perut kembung
Sulit BAB, flatus
Riwayat penyakit
 Tampak sakit ringan - berat
 Penurunan kesadaran
 Terlihat menahan sakit
 Demam dapat mencapai > 380 C (tetapi harus
waspada pasien sepsis, suhunya mungkin
hipotermia)
 Takikardia, takipneu
 Abdomen: distensi abdomen, nyeri tekan, nyeri
lepas, defance muscular, tanda-tanda ileus
paralitik : bising usus menurun.
 Colok Dubur: Sphincter lemah, nyeri tekan.
 Produksi urin berkurang.
PEMERIKSAAN FISIK
 Laboratorium
 Hemoglobin : Mungkin anemi
 Leukositosis/leukopenia
 Shift to the left
 Komplikasi : Ureum, kreatinin, gula darah, Natrium, Kalium, AGD
 Kultur : cairan peritoneum/ pus (abses/peritonitis tersier)
X ray
Foto 3 posisi: Free air, dilatasi, preperitoneal fat (-)
USG
USG = koleksi cairan (abses)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-RAY
 Ileus merupakan tanda
tidak khas pada
peritonitis
 Udara bebas dalam
rongga abdomen terlihat
pada kasus perforasi
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
TATALAKSANA
a. Terapi umum
Terapi suportif seperti : oksigenisasi jaringan, dekompresi,
resusitasi cairan dan elekrolit.
b. Terapi khusus
Terbagi menjadi dua yaitu terapi non bedah dan
terapi bedah.
Prinsip penatalaksanaan:
(1) mengontrol sumber infeksi
(2) menghilangkan bakteri dan toksinnya
(3) menstabilkan fungsi system tubuh
(4) mengontrol proses inflamasi
non operatif
Terapi non operatif termasuk;
(1) pemberian antimikroba sistemik,
(2) perawatan intensif,
(3) pemberian nutrisi yang cukup,
(4) terapi modulasi respon inflamasi
a. Antimikroba
Lama pemberian  lama : 10 hari baru : 5 hari
b. Drainase nonoperatif
Laparotomi untuk Peritonitis Akut
Prinsip I : Repair
Kontrol sumber infeksi
Principle 2: Purge
Evakuasi inokulasi bakteri , pus, dan adjuvants (peritoneal toilet)
1. Disertai pembilasan sebersih mungkin
2. Debridement radikal
3. Penutupan sumber kontaminasi :
simple closure, diversi, reseksi + reanastomosis.
4. Lavase peritoneal pasca bedah
5. Luka abdomen terbuka
Staged laparotomy
Etappen lavage
PROGNOSIS
Tabel. Tingkat mortalitas peritonitis umum berdasarkan etiologic
Ppt peritonitis ec app
PEMBAHASAN
Apakah penegakkan diagnosis pada kasus di atas sudah tepat?
 ANAMNESA
 Nyeri perut (+)
 Berawal dari daerah epigastrium lalu kemudian berpindah ke
perut kanan bawah dan saat ini dirasakan di seluruh lapang
perut.
 Nyeri dirasakan semakin berat dan
 Demam kurang lebih 1minggu SMRS.
 Demam dirasakan sepanjang hari.
 Mual (+),
 Muntah >5x/hari,
 Nafsu makan menurun (+),
 Flatus (+),BAB (+) sedikit-sedikit terakhir 3hari yang lalu, BAK (+)
dalam batas normal.
 Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : sakit sedang.
 Bising usus (+) menurun pada auskultasi,
 hipertimpani (+)
 Nyeri ketok di seluruh lapangan abdomen pada
perkusi,
 Nyeri tekan (+)
 defans muscular (+)
 Rovsing sign (+),
 Psoas sign (+),
 obturator sign (+).
 Dari pemeriksaan hematologi didapatkan jumlah
leukosit lebih dari batas normal yaitu 17.950 /mm3.
 Skoring alvarado pada pasien didapatkan :
 Migrating pain (+) = 1,
 anorexia (+) = 1,
 nausea/vomiting (+)= 1,
 tenderness in right iliac fossa (+)=2,
 rebound tenderness in right iliac fossa (+)=1,
 elevated temperature(+)=1,
 leukositosis (+)=2.
Jumlah alvarado score = 9 dengan interpretasi definite
acute appendicitis.
Diagnosis dengan peritonitis e.c
appendisitis akut perforasi.
Apakah penatalaksanaan kasus di atas sudah tepat?
 Pengelolaan pada pasien ini adalah dengan
1. pemberian infus RL 30 tetes per menit untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
2. Pemberian antibiotik spektrum luas golongan
cephalosporin yaitu Injeksi Ceftriaxon 2x 1 gram,
3. Pemberian antipiretik Paracetamol 3x500mg untuk
menurunkan demam.
4. Pasien dipuasakan Pemasangan NGT untuk
dekompresi,
5. Pemasangan DC dan
6. Perencanaan tindakan pembedahan.
 Operasi laparatomi dilaksanakan dengan insisi midline dan pada
saat peritoneum dibuka, pus keluar sekitar 200 cc.
 Dilakukan irigasi dengan NaCl, kemudian dieksplorasi, ditemukan
adanya walling off antara omentum dan appendix, sehingga
dilakukan pemotongan omentum.
 Appendiks Ditemukan appendix hiperemis, gangrenus,
edematus perfevan di 1/3 distal. Gekallt di 1/3 tengah, perforasi.
 Appendektomi dilakukan, rongga peritoneum kembali diirigasi
dengan NaCl, dan drain dipasang.
 Operasi laparatomi berlangsung selama 2 jam. Instruksi
pascaoperasi:
 pasien dipuasakan hingga bising usus (+) dan flatus (+),
 pemberian obat-obatan:
 IVFD Ringer Laktat 20 tpm,
 Cefoperazone 2x1gr IV,
 Ketorolac 3x30 mg IV,
 Ranitidin 2x50 mg IV.
 Pada pascaoperatif laparatomi yang harus diperhatikan
adalah adanya tanda-tanda klinis peritonitis pascaoperatif
(defense muscular dan adanya pus yang banyak pada
drain). Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakit yang diderita pasien, pengobatan dan
perlunya dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan
sumber infeksi dan mencegah penyebaran infeksi. Selain itu
dijelaskan pula kepada pasien dan keluarga bahwa untuk
membantu proses penyembuhan dan pemulihan post
operasi pasien harus menjaga kebersihan bekas luka post
operasi, minum obat, disarankan agar tidak berpantang
dalam makan sehingga membantu dalam penyembuhan
luka serta perlunya kontrol ke rumah sakit.
Bagaimana prognosa pasien di atas?
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot (20)

Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
amalfathullah7
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
koerniaso
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
Phil Adit R
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Merdy Prianda
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
azmiarraga
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
fikri asyura
Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
fikri asyura
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
Teguh Irawan
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
yudhasetya01
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Aris Rahmanda
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
kas mulyadi
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Tenri Ashari Wanahari
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
Usqi Krizdiana
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
fikri asyura
P 3b kolesistitis
P 3b kolesistitisP 3b kolesistitis
P 3b kolesistitis
fikri asyura
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Woro Nugroho
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
Dr Iyan Darmawan
Benjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher OnkoBenjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher Onko
Zarah Dzulhijjah
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Jafar Nyan
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
koerniaso
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
Phil Adit R
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Merdy Prianda
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
azmiarraga
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
fikri asyura
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
yudhasetya01
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Aris Rahmanda
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
kas mulyadi
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Tenri Ashari Wanahari
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
Usqi Krizdiana
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
fikri asyura
P 3b kolesistitis
P 3b kolesistitisP 3b kolesistitis
P 3b kolesistitis
fikri asyura
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Woro Nugroho
Benjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher OnkoBenjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher Onko
Zarah Dzulhijjah
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Jafar Nyan

Viewers also liked (20)

Peritonitis
PeritonitisPeritonitis
Peritonitis
WahidahPuteriAbah
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
Pradasary
Acute peritonitis
Acute peritonitisAcute peritonitis
Acute peritonitis
Vihari Rajaguru
Peritonitis
PeritonitisPeritonitis
Peritonitis
Shaimaa Ibrahim
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
pjj_kemenkes
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
firman002
Anatomi sistem peredaran
Anatomi sistem peredaranAnatomi sistem peredaran
Anatomi sistem peredaran
Yepi Addianto
gawat abdomen
gawat abdomengawat abdomen
gawat abdomen
Angga Prawidya
Case Report Session Skin Combustion
Case Report Session Skin CombustionCase Report Session Skin Combustion
Case Report Session Skin Combustion
Devyashini Prabhakaran
Makalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratumMakalah vulnus laceratum
Makalah vulnus laceratum
Septian Muna Barakati
pengobatan luka bakar
pengobatan luka bakarpengobatan luka bakar
pengobatan luka bakar
Gek Mayang
Luka Bakar -- Refreshment Meeting
Luka Bakar -- Refreshment MeetingLuka Bakar -- Refreshment Meeting
Luka Bakar -- Refreshment Meeting
Robertus Arian Datusanantyo
Penanganan luka bakar
Penanganan luka bakarPenanganan luka bakar
Penanganan luka bakar
Dwoyo Giyatmoko
Anatom鱈a y Fisiolog鱈a del peritoneo y peritonitisAnatom鱈a y Fisiolog鱈a del peritoneo y peritonitis
Anatom鱈a y Fisiolog鱈a del peritoneo y peritonitis
Dorian Encinas Vargas
Referrat efusi pleura
Referrat efusi pleuraReferrat efusi pleura
Referrat efusi pleura
unikindarwati
Penanganan Luka Bakar untuk Umum
Penanganan Luka Bakar untuk UmumPenanganan Luka Bakar untuk Umum
Penanganan Luka Bakar untuk Umum
Robertus Arian Datusanantyo
Edema paru
Edema paruEdema paru
Edema paru
su darto
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
Narullah Hasbi
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
Pradasary
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
pjj_kemenkes
Laporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitisLaporan pendahuluan peritonitis
Laporan pendahuluan peritonitis
firman002
Anatomi sistem peredaran
Anatomi sistem peredaranAnatomi sistem peredaran
Anatomi sistem peredaran
Yepi Addianto
Case Report Session Skin Combustion
Case Report Session Skin CombustionCase Report Session Skin Combustion
Case Report Session Skin Combustion
Devyashini Prabhakaran
pengobatan luka bakar
pengobatan luka bakarpengobatan luka bakar
pengobatan luka bakar
Gek Mayang
Penanganan luka bakar
Penanganan luka bakarPenanganan luka bakar
Penanganan luka bakar
Dwoyo Giyatmoko
Anatom鱈a y Fisiolog鱈a del peritoneo y peritonitisAnatom鱈a y Fisiolog鱈a del peritoneo y peritonitis
Anatom鱈a y Fisiolog鱈a del peritoneo y peritonitis
Dorian Encinas Vargas
Referrat efusi pleura
Referrat efusi pleuraReferrat efusi pleura
Referrat efusi pleura
unikindarwati
Edema paru
Edema paruEdema paru
Edema paru
su darto

Similar to Ppt peritonitis ec app (20)

CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
MuhammadMutashimBill
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptxEMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
MICHAELLIEM14
Emcase 12 agustus 2023.pptx
Emcase 12 agustus 2023.pptxEmcase 12 agustus 2023.pptx
Emcase 12 agustus 2023.pptx
haniffakhruddin2
Emcase 11 Maret jaman doeleeeeeeeeeeeeee
Emcase 11 Maret jaman doeleeeeeeeeeeeeeeEmcase 11 Maret jaman doeleeeeeeeeeeeeee
Emcase 11 Maret jaman doeleeeeeeeeeeeeee
tjiaadynataciayadi
Kasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakariaKasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakaria
Zakaria Rahman
216781903 case-anestesi
216781903 case-anestesi216781903 case-anestesi
216781903 case-anestesi
homeworkping8
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptxMR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
Geriko1
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptxLapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
abdurrahmanafaharidh
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSCo Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Soroy Lardo
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akut
Reny Erawati
85611039 case-report-ika
85611039 case-report-ika85611039 case-report-ika
85611039 case-report-ika
homeworkping3
Morning Report About Patient of Onkology Gynecology
Morning Report About Patient of Onkology GynecologyMorning Report About Patient of Onkology Gynecology
Morning Report About Patient of Onkology Gynecology
diasajjah
Ny. Farida Rizkia_36thn_1559642 MAN AYU.pptx
Ny. Farida Rizkia_36thn_1559642 MAN AYU.pptxNy. Farida Rizkia_36thn_1559642 MAN AYU.pptx
Ny. Farida Rizkia_36thn_1559642 MAN AYU.pptx
obsgynulm16
Case ga
Case gaCase ga
Case ga
Yayu Puji
LJ AH 20102024 VL adalah sebuah makalah yang
LJ AH 20102024 VL adalah sebuah makalah yangLJ AH 20102024 VL adalah sebuah makalah yang
LJ AH 20102024 VL adalah sebuah makalah yang
NugraGunawanBkc
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptxaskep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
ssuserfc224a
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart Disease
Dondy Juliansyah
mr pasienenn end 18dhdaaaaacccccccccccccccaaac
mr pasienenn end 18dhdaaaaacccccccccccccccaaacmr pasienenn end 18dhdaaaaacccccccccccccccaaac
mr pasienenn end 18dhdaaaaacccccccccccccccaaac
sandylaveda1
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docxKolelitiasis lapsus Rezza.docx
Kolelitiasis lapsus Rezza.docx
MohammadRezzaRizaldi
Otitis Media Supuratif Kronis
Otitis Media Supuratif KronisOtitis Media Supuratif Kronis
Otitis Media Supuratif Kronis
GabrielTangdirerung
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
MuhammadMutashimBill
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptxEMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
MICHAELLIEM14
Emcase 12 agustus 2023.pptx
Emcase 12 agustus 2023.pptxEmcase 12 agustus 2023.pptx
Emcase 12 agustus 2023.pptx
haniffakhruddin2
Emcase 11 Maret jaman doeleeeeeeeeeeeeee
Emcase 11 Maret jaman doeleeeeeeeeeeeeeeEmcase 11 Maret jaman doeleeeeeeeeeeeeee
Emcase 11 Maret jaman doeleeeeeeeeeeeeee
tjiaadynataciayadi
Kasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakariaKasus dkt solo zakaria
Kasus dkt solo zakaria
Zakaria Rahman
216781903 case-anestesi
216781903 case-anestesi216781903 case-anestesi
216781903 case-anestesi
homeworkping8
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptxMR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
Geriko1
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptxLapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
abdurrahmanafaharidh
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSCo Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Soroy Lardo
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akut
Reny Erawati
85611039 case-report-ika
85611039 case-report-ika85611039 case-report-ika
85611039 case-report-ika
homeworkping3
Morning Report About Patient of Onkology Gynecology
Morning Report About Patient of Onkology GynecologyMorning Report About Patient of Onkology Gynecology
Morning Report About Patient of Onkology Gynecology
diasajjah
Ny. Farida Rizkia_36thn_1559642 MAN AYU.pptx
Ny. Farida Rizkia_36thn_1559642 MAN AYU.pptxNy. Farida Rizkia_36thn_1559642 MAN AYU.pptx
Ny. Farida Rizkia_36thn_1559642 MAN AYU.pptx
obsgynulm16
LJ AH 20102024 VL adalah sebuah makalah yang
LJ AH 20102024 VL adalah sebuah makalah yangLJ AH 20102024 VL adalah sebuah makalah yang
LJ AH 20102024 VL adalah sebuah makalah yang
NugraGunawanBkc
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptxaskep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
ssuserfc224a
Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart Disease
Dondy Juliansyah
mr pasienenn end 18dhdaaaaacccccccccccccccaaac
mr pasienenn end 18dhdaaaaacccccccccccccccaaacmr pasienenn end 18dhdaaaaacccccccccccccccaaac
mr pasienenn end 18dhdaaaaacccccccccccccccaaac
sandylaveda1
Otitis Media Supuratif Kronis
Otitis Media Supuratif KronisOtitis Media Supuratif Kronis
Otitis Media Supuratif Kronis
GabrielTangdirerung

Ppt peritonitis ec app

  • 2. PERITONITIS DIFUS ec APENDISITIS PERFORASI CASE REPORT Oleh: Putri Maulina 1102012217 Pembimbing: dr. Hadiyana Suryadi, Sp.B DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK SMF BEDAH RSUD DR SLAMET GARUT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI PERIODE 28 NOVEMBER 2016 3 FEBRUARI 2017
  • 3. Nama : An. Awan Umur : 14 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Belum menikah Agama : Islam Suku Bangsa : Sunda Pekerjaan : Pelajar Alamat : Leles No. Catatan Medis : 90-81-xx Tanggal Masuk : 19 Desember 2016 IDENTITAS
  • 4. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA Nyeri pada seluruh perut sejak 1 minggu SMRS.
  • 5. ANAMNESIS KHUSUS Nyeri perut sejak 1 minggu SMRS Nyeri terus menerus, nyeri berpindah dari ulu hati ke perut kanan bawah Nyeri semakin memberat dan terus menerus. Nyeri seperti tertusuk-tusuk Nyeri memberat saat perut ditekan dan bergerak Nyeri diperingan dengan posisi kedua kaki ditekuk (+) Muak +, muntah + Nafsu makan menurun + Perut terasa kembung + Demam sejak 1 minggu SMRS. Demam terus menerut dan sepanjang hari. Riwayat pola makan tidak teratur + dan kurang mengkonsumsi serat + Riwayar dirawat selama 3 hari dipuskesmas namun tidak ada perbaikan.
  • 6. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan, alergi obat, maupun penyakit jantung, kencing manis, darah tinggi, dan asma. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala serupa seperti pasien. Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi maupun sakit jantung. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
  • 7. RIWAYAT KEBIASAAN Sebelum nyeri perut yang dirasakan sekarang, os mengaku tidak memiliki kebiasaan konsumsi pedas atau konsumsi makanan pinggir jalan. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, dan menggunakan narkoba. Keadaan sosial ekonomi pasien menengah kebawah, ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan dan ibunya seorang ibu rumah tangga. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
  • 8. PEMERIKSAAN FISIK Tanda-tanda Vital Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis Tanda Vital: TD : 100/60 mmHg Nadi : 86 x/menit Respirasi : 16 x/menit Suhu : 35,8属C Kepala : Normocephal Mata : CA (-/-), SI (-/-) pupil bulat isokor, refleks pupil +/+ Hidung : discharge (-/-) deviasi septum (-/-) Telinga : bentuk normal, otorea (-/-) Mulut : mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-), bibir kering (-) Lidah : lidah berwarna merah, tidak ada coated tongue Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
  • 9. Cor Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga 5 linea mid clavicula sinistra Perkusi : Batas jantung normal Auskultasi : BJ I II murni reguler, murmur (-), Gallop (-) Pulmo Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis Palpasi : Fremitus vokal dan taktil pada hemithoraks kanan dan kiri simetris, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan. Perkusi : Sonor pada hemithoraks kanan dan kiri Auskultasi : VBS ka=ki, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-) Abdomen Inspeksi : tampak datar simetris Palpasi : NT/NL +/+, Defans Muscular +, hepar dan lien tidak teraba membesar,Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/- Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen Auskultasi : BU (+) STATUS GENERALIS
  • 10. Punggung : CVA : Nyeri tekan -/-, Nyeri ketok-/- Genitalia : rectal touche tidak dilakukan Ekstremitas Atas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral hangat Bawah : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral hangat Status Lokalis a/r Right Lower Quadrant (RLQ) Abdomen Inspeksi Datar Tidak tampak kemerahan/luka/bekas operasi Palpasi Massa (-) Nyeri tekan (+) dan nyeri lepas (+) di McBurney, NT perut kiri Rovsings sign (+); psoas sign (+); obturator sign (+) Defense muscular (+) Perkusi pekak pindah (-), pekak samping (-) Auskultasi BU (+) menurun
  • 11. DIAGNOSIS BANDING Peritonitis Difus ec suspek Tifoid perforasi Peritonitis Difus ec suspek appendicitis perforasi
  • 12. UMUM (Advis dr. M. Rizal Sp.B) Cairan : Infus RL 2000 ml / 24 jam (30 tetes per menit) Medikamentosa : - Ceftriaxone 2x1 gram (IV) (Skin Test) - Paracetamol Infus 3x400mg (IV) Cek lab ulang (darah rutin, BT, CT) Puasa makan dan minum Pasang NGT untuk dekompresi Pasang DC Rontgen BNO dan Thorax PA PENATALAKSANAAN
  • 13. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah Rutin (19-12-2016 pukul 02.25) Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit 14,5 gr/dl 44% 2.700 /mm3 365.000 /mm3 6,10 juta/mm3 Diff Count Basofil Eosinofil Netrofil batang Netrofil segmen Lymfosit Monosit 0% 2% 3% 61% 25% 9% Serologi (19-12-2016 pukul 09.32) S. Thypi O S. Parathypi AO S. Parathypi BO S. Parathypi CO S. Thypi H S. Parathypi AH S. Parathypi BH S. Parathypi CH 1/80 - 1/80 1/80 1/80 1/80 1/80 1/80
  • 14. PEMERIKSAAN PENUNJANG URINE (19-12-2016 pukul 12.00) Makroskopis Warna Kekeruhan Ph BJ Kuning kemerahan Agak keruh 6,0 1.030 URINE (19-12-2016 pukul 12.00) Mikroskopis Leukosit Eritrosit Epitel Kristal Oxalat Silinder Hialin Bakteri 4-6/LPB 2-4/LPB 3-6/LPB 0-2/LPB 0-1/LPB -/LPB URINE (19-12-2016 pukul 12.00) Kimia Urin Nitrit Protein Glukosa Keton Urobilinogen Bilirubin Darah Samar - +1 - - - - +
  • 15. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah rutin (20-12-2016 pukul 06.34) Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit 13,6 gr/dl 42% 17.950 /mm3 447.000 /mm3 5,60 juta/mm3 Kimia klinik (20-12-2016) AST (SGOT) ALT (SGPT) Ureum Kreatinin Glukosa darah sewaktu 22 U/L 31 U/L 91 mg/dl 1,8 mg/dl 90 mg/dl
  • 17. DIAGNOSIS KERJA Peritonitis Difus ec appendicitis akut perforasi
  • 18. Pasien direncanakan dilakukan laparatomi eksplorasi Edukasi KHUSUS PENATALAKSANAAN
  • 19. LAPORAN OPERASI Operator: dr. M. Rizal, Sp.B Asisten I: dr. Ardi Asisten II : DM Putri Maulina Perawat instrumen: Indri Diagnosa prabedah : Peritonitis difuse ec susp tifoid perforasi dd/ app perforasi Indikasi operasi : Diagnostik dan Terapeutik Diagnosa pasca bedah : Peritonitis difuse ec app perforasi Jenis operasi : Appendektomi per laparotomy + omentectomy Kategori operasi : Besar Desinfeksi kulit dengan: Povidone Iodine Jaringan dikirim ke PA Laporan operasi lengkap: DO: Ditemukan cairan peritoneum bercampur pus 賊 500cc. Ditemukan walling off antara ometum dengan appendix Ditemukan appendix hiperemis, gangrenus, edematus perfevan di 1/3 distal. Gekallt di 1/3 tengah. TO: Pasien tidur terlentang dalam anestesi umum Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada lapang operasi Dilakukan insisi pada infraumbilikal yang diperluas hingga supra umbilical. Dilakukan insisi sedalam kutis, subkutis hingga ke facia. Fascia dibuka secara tajan, identifikasi peritoneum. Peritoneum dibuka secara tajam. Dilakukan eksplorasi ditemukan DO. Dilakukan omentektomi dan appendektomi. Luka Operasi dijahit lapis demi lapis, dengan memasukkan 1 buah drain abdomen. Perdarahan dikontrol Operasi selesai
  • 21. Instruksi pasca bedah: Observasi : KU, Nadi, Respirasi, Pendarahan Puasa sampai dengan BU + Catat produksi drain dan kosongkan drain /24jam Mobilisasi bertahap IUFD RL 20 gtt//menit Cefoperazone 2 x 1 gr IV Ranitidin 2 x 50mg IV Ketorolac 3x30mg IV Komfirmasi hasil PA
  • 22. Tanggal / Jam Catatan Instruksi 21-12-2016 POD I S : Mengeluh nyeri pada luka operasi O : KU : Sakit sedang KS : CM TD : 110/60 N : 18 x/mnt R : 96 x/menit S : 37,5 C Drain <50cc/24jam A : Post appendektomi perlaparotomy + omentectomy -Aff NGT -Infus RL 20gtt/menit -Cefoperazone 2 x 1 gr IV -Ranitidin 2 x 50mg IV -Ketorolac 3x30mg IV -Metronidazole 3x500mg IV -Ondansteron 2x1amp IV 22-12-2016 POD II S : Mengeluh nyeri pada luka operasi. Mengeluh demam saat malam hari, menggigil +, batuk berdahak + O : KU : Sakit sedang KS : CM TD : 110/80 N : 18 x/mnt R : 96 x/menit S : 37,5 C Drain <50cc/24jam A : -Infus RL 20gtt/menit -Cefoperazone 2 x 1 gr IV -Ranitidin 2 x 50mg IV -Ketorolac 3x30mg IV -Metronidazole 3x500mg IV -Ondansteron 2x1amp IV -Rencana aff drain besok -Mobilisasi
  • 23. POD III O : KU : Sakit sedang KS : CM TD : 120/80 N : 20 x/mnt R : 80 x/menit S : 36,6 C Drain <50cc/2hari A : Post appendektomi perlaparotomy + omentectomy -Ranitidin 2 x 50mg IV -Ketorolac 3x30mg IV -Metronidazole 3x500mg IV -Ondansteron 2x1amp IV -Aff drain -Aff DC -Mobilisasi 24-12-2016 POD IV S : Mengeluh nyeri pada luka operasi. Batuk berdahak + BAB mencret sejak semalam 賊6x. Muntah 1x. Mual +. Demam + O : KU : Sakit sedang KS : CM TD : 120/80 N : 20 x/mnt R : 80 x/menit S : 38,3 C Drain <50cc/2hari A : Post appendektomi perlaparotomy + omentectomy -Infus RL 20gtt/menit -Cefoperazone 2 x 1 gr IV -Ranitidin 2 x 50mg IV -Ketorolac 3x30mg IV -Metronidazole 3x500mg IV -Ondansteron 2x1amp IV -Rencana BLPL besok : Cefixime 2x100mg Deksketoprofen 2x1 Ranitidin 2x1
  • 26. Akut abdomen keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Nyeri perut tiba-tiba sebelumnya sehat dan berlangsung lebih dari 6 jam disebabkan oleh kondisi yang memerlukan tindakan pembedahan
  • 29. ANATOMI APPENDIX Posisi apendiks terbanyak adalah 1. retrocaecal (74%), 2. pelvic (21%), 3. patileal (5%), 4. paracaecal (2%), 5. subcaecal (1,5%) 6. preleal (1%).
  • 31. Peradangan dari apendiks veriformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. DEFINISI
  • 32. EPIDEMIOLOGI Pria dibanding wanita yakni 1,3:1. Apendisitis dapat ditemukan pada semua usia. Insidensi tertinggi pada kelompok usia 20 hingga 30
  • 33. ETIOLOGI Peranan lingkungan Asupan rendah serat akan berkontribusi pada perubahan motilitas, flora normal, dan kondisi lumen, yang selanjutnya menjadi predisposisi terbentuknya fecalith. Peranan Obstruksi (faktor dominan) closed-loop obstruction, dimana fecalith menjadi penyebab tersering. Penyebab obstruksi lainnya ialah hiperplasia jaringan limfoid pada mukosa dan submukosa, biji-bijian, neoplasma seperti karsinoma dan tumor karsinoid terjadi pada sekitar 2% kasus, atau oleh benda asing, yang sangat jarang terjadi serta bola cacing (Ascaris). Peranan dari Flora Kolonik Normal Aspirasi pada apendiks yang inflamasi sekitar 60% adalah anaerob, berbeda dengan apendiks normal yang hanya sebesar 25%. Spesimen jaringan dari apendiks yang inflamasi semua memperlihatkan hasil kultur E. coli dan spesies Bacteroides. Koloni flora normal berperan dalam perkembangan apendisitis akut menjadi gangren dan perforasi.
  • 35. KLASIFIKASI APPENDISITIS APPENDICITIS AKUT TANPA PERFORASI APPENDICITIS AKUT DENGAN PERFORASI 1. LOKAL PERITONITIS 2. ABSES 3. PERITONITIS GENERAL APPENDICITIS KRONIK
  • 39. MANIFESTASI KLINIS GEJALA Bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus (nyeri bersifat severe dan steady) beralih ke kuadran kanan bawah Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Bertambah nyeri pada pergerakan, berjalan, atau batuk
  • 40. Tanda-tanda PE : Tanda vital tidak terlalu berubah (bila berubah : tanda-tanda komplikasi) Demam ringan (37,5-38) Posisi tidur, berjalan Peristalsis normal atau sedikit menurun Nyeri yang menunjukan tanda rangsang peritoneum lokal di Mc.Burney Nyeri tekan Nyeri lepas Defans muskuler Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung Rovsing sign: Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri Blumberg sign: Nyeri kanan bawah bila tekanan kiri dilepaskan Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan
  • 41. Pemeriksaan Fisik Rovsings sign Obturator sign Psoas sign
  • 42. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks.
  • 43. Pemeriksaan Fisik Colok dubur: jangan terlewatkan!!! Tonus musculus sphincter ani baik Ampula kolaps Nyeri tekan pada daerah jam 09.00-12.00
  • 44. PEMERIKSAAN PENUNJANG Leukosit rata-rata 10.000- 18.000/mm3 ,>20.000/m m Shift to the left dominan PMN LED (infilrat) LABORATORIUM : PENCITRAAN : Radiografi Berguna untuk mencari gejala komplikasi Memperlihatkanbayangan batu radiopak didaerah tersebut USG Gambaran: dilatasi lumen, dinding tebal
  • 45. Plain radiographic image of the abdomenrevealing an appendicolith (arrow) in the right lower quadrant.
  • 46. Graded compression ultrasound of the right lower quadrant reveals a non- compressible, enlarged appendix(arrows). Definition of the bowel wall layers, particularlythe echogenic submucosa, is lost, suggesting perforation.
  • 47. ALVARADO SCORE SYMPTOM : Migrate point pain :1 ANOREXIA :1 NAUSEA/VOMIT :1 SIGN RLQ tenderness :2 Rebound :1 Temperature :1 Lab Leukositosis :2 Left shift :1 Nilai 7: Appendisitis akut yang perlu pembedahan dini Nilai 5-6: Possible appendisitis tidak perlu pembedahan antibiotik Nilai 1-4: dipertimbangkan appendisitis akutobservasi
  • 48. Terapi pilihan satu-satunya:pembedahan (apendektomi) !!! Operasi tergantung waktu PENATALAKSANAAN Apendisitis akutsegera, dilakukan persiapan operasi Apendisitis perforasi (cito) Local atau umum, segera lakukan laparotomi Perbaikan KU dengan infus, pemberian antibiotic untuk gram (-) dan (+) sertta kuman anaerob dan pemasangan NGT dilakukan sebelum operasi Apendisitis abses (cito) Dilakukan insisi dan drainage saja dengan cara lokal anastesi dan bila mungkin extra peritoneal. Apendektomi dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.
  • 50. KOMPLIKASI Massa Periapendikuler Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan oleh omentum.Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitisgeneralisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan keadaan umum masihterlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massaapendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dannetrofil normal (Ahmadsyah dan Kartono, 1995). Perforasi Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix akanmengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruhperut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik (Syamsuhidajat, 1997). Peritonitis Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis.Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebarluas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitasperistaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan danelektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkinsyok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyiusus menghilang (Price dan Wilson, 2006).
  • 51. Mortalitas: - 0,1% pada appendicitis akut - 3% bila ruptur - 15% bila ruptur pada geriatri. Penyebab kematian: sepsis tidak terkontrol, emboli paru, aspirasi. Komplikasi yang mungkin terjadi: Akut: infeksi luka operasi. Kronis: perlengketan, ileus obstruksi, hernia. PROGNOSIS
  • 53. Inflamasi pada peritoneum, suatu membran serosa yang melapisi dinding abdominopelvik serta organ-organ di dalamnya. Peritonitis termasuk kasus gawat abdomen (akut abdomen) yang memerlukan penanganan segera dan biasanya berupa tindak bedah. DEFINISI
  • 54. ANATOMI PERITONEUM Gambar 3. Potongan sagittal dari abdomen yang memperlihatkan peritoneum parietal dan visceral
  • 55. Gambar 4. Ligamen peritoneum dan omentum
  • 56. Gambar 5. Jalur medulla spinalis untuk sensasi visceral
  • 57. EPIDEMIOLOGI Infeksi intraabdominal Penyebab morbiditas & mortalitas yg penting Era antibiotika : Mortalitas 10 20 %. Di Indonesia : Penyebab tersering: perforasi appendisitis, perforasi typhus abdominalis, trauma organ hollow viscus.
  • 58. PERITONITIS PERITONITIS PRIMER PERITONITIS TERISERPERITONITIS SEKUNDER KLASIFIKASI a. Peritonitis spontan pada anak b. Peritonitis spontan pada dewasa c. Peritonitis pada pasien CAPD d. Peritonitis tuberkulosa dan granulomatosa a. Peritonitis perforasi akut b. Peritonitis pasca operasi c. Peritonitis pasca trauma a. Peritonitis tanpa sebab yang jelas b. Peritonitis kibat jamur c. Peritonitis with low grade pathogenic bacteri
  • 59. PERITONITIS PERITONITIS PRIMER Peritonitis spontan Melalui penyebaran limfatik dan hematogen. Kejadiannya jarang PERITONITIS SEKUNDER Akibat proses patologik yang terjadi dalam abdomen. Paling sering terjadi. Paling sering diakibatkan oleh: perforasi apendisitis, perforasi infeksi lambung dan usus, perforasi usus besar akibat divertikulitis, volvulus, kanker, dan lain-lain PERITONITIS TERSIER Peritonitis yang sudah ditangani lewat operasi tetapi mengalami kekambuhan kembali Terapi peritonitis primer & sekunder tidak adekuat Immunocompromised
  • 62. MANIFESTASI KLINIS ANAMNESIS Onset akut Nyeri bersifat tumpul, tidak jelas tajam, terlokalisir Demam Anoreksia Mual, Muntah Perut kembung Sulit BAB, flatus Riwayat penyakit
  • 63. Tampak sakit ringan - berat Penurunan kesadaran Terlihat menahan sakit Demam dapat mencapai > 380 C (tetapi harus waspada pasien sepsis, suhunya mungkin hipotermia) Takikardia, takipneu Abdomen: distensi abdomen, nyeri tekan, nyeri lepas, defance muscular, tanda-tanda ileus paralitik : bising usus menurun. Colok Dubur: Sphincter lemah, nyeri tekan. Produksi urin berkurang. PEMERIKSAAN FISIK
  • 64. Laboratorium Hemoglobin : Mungkin anemi Leukositosis/leukopenia Shift to the left Komplikasi : Ureum, kreatinin, gula darah, Natrium, Kalium, AGD Kultur : cairan peritoneum/ pus (abses/peritonitis tersier) X ray Foto 3 posisi: Free air, dilatasi, preperitoneal fat (-) USG USG = koleksi cairan (abses) PEMERIKSAAN PENUNJANG
  • 65. X-RAY Ileus merupakan tanda tidak khas pada peritonitis Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi
  • 68. TATALAKSANA a. Terapi umum Terapi suportif seperti : oksigenisasi jaringan, dekompresi, resusitasi cairan dan elekrolit. b. Terapi khusus Terbagi menjadi dua yaitu terapi non bedah dan terapi bedah. Prinsip penatalaksanaan: (1) mengontrol sumber infeksi (2) menghilangkan bakteri dan toksinnya (3) menstabilkan fungsi system tubuh (4) mengontrol proses inflamasi non operatif Terapi non operatif termasuk; (1) pemberian antimikroba sistemik, (2) perawatan intensif, (3) pemberian nutrisi yang cukup, (4) terapi modulasi respon inflamasi a. Antimikroba Lama pemberian lama : 10 hari baru : 5 hari b. Drainase nonoperatif
  • 69. Laparotomi untuk Peritonitis Akut Prinsip I : Repair Kontrol sumber infeksi Principle 2: Purge Evakuasi inokulasi bakteri , pus, dan adjuvants (peritoneal toilet) 1. Disertai pembilasan sebersih mungkin 2. Debridement radikal 3. Penutupan sumber kontaminasi : simple closure, diversi, reseksi + reanastomosis. 4. Lavase peritoneal pasca bedah 5. Luka abdomen terbuka Staged laparotomy Etappen lavage
  • 70. PROGNOSIS Tabel. Tingkat mortalitas peritonitis umum berdasarkan etiologic
  • 73. Apakah penegakkan diagnosis pada kasus di atas sudah tepat? ANAMNESA Nyeri perut (+) Berawal dari daerah epigastrium lalu kemudian berpindah ke perut kanan bawah dan saat ini dirasakan di seluruh lapang perut. Nyeri dirasakan semakin berat dan Demam kurang lebih 1minggu SMRS. Demam dirasakan sepanjang hari. Mual (+), Muntah >5x/hari, Nafsu makan menurun (+), Flatus (+),BAB (+) sedikit-sedikit terakhir 3hari yang lalu, BAK (+) dalam batas normal.
  • 74. Pemeriksaan fisik Keadaan umum : sakit sedang. Bising usus (+) menurun pada auskultasi, hipertimpani (+) Nyeri ketok di seluruh lapangan abdomen pada perkusi, Nyeri tekan (+) defans muscular (+) Rovsing sign (+), Psoas sign (+), obturator sign (+). Dari pemeriksaan hematologi didapatkan jumlah leukosit lebih dari batas normal yaitu 17.950 /mm3.
  • 75. Skoring alvarado pada pasien didapatkan : Migrating pain (+) = 1, anorexia (+) = 1, nausea/vomiting (+)= 1, tenderness in right iliac fossa (+)=2, rebound tenderness in right iliac fossa (+)=1, elevated temperature(+)=1, leukositosis (+)=2. Jumlah alvarado score = 9 dengan interpretasi definite acute appendicitis.
  • 76. Diagnosis dengan peritonitis e.c appendisitis akut perforasi.
  • 77. Apakah penatalaksanaan kasus di atas sudah tepat? Pengelolaan pada pasien ini adalah dengan 1. pemberian infus RL 30 tetes per menit untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. 2. Pemberian antibiotik spektrum luas golongan cephalosporin yaitu Injeksi Ceftriaxon 2x 1 gram, 3. Pemberian antipiretik Paracetamol 3x500mg untuk menurunkan demam. 4. Pasien dipuasakan Pemasangan NGT untuk dekompresi, 5. Pemasangan DC dan 6. Perencanaan tindakan pembedahan.
  • 78. Operasi laparatomi dilaksanakan dengan insisi midline dan pada saat peritoneum dibuka, pus keluar sekitar 200 cc. Dilakukan irigasi dengan NaCl, kemudian dieksplorasi, ditemukan adanya walling off antara omentum dan appendix, sehingga dilakukan pemotongan omentum. Appendiks Ditemukan appendix hiperemis, gangrenus, edematus perfevan di 1/3 distal. Gekallt di 1/3 tengah, perforasi. Appendektomi dilakukan, rongga peritoneum kembali diirigasi dengan NaCl, dan drain dipasang. Operasi laparatomi berlangsung selama 2 jam. Instruksi pascaoperasi: pasien dipuasakan hingga bising usus (+) dan flatus (+), pemberian obat-obatan: IVFD Ringer Laktat 20 tpm, Cefoperazone 2x1gr IV, Ketorolac 3x30 mg IV, Ranitidin 2x50 mg IV.
  • 79. Pada pascaoperatif laparatomi yang harus diperhatikan adalah adanya tanda-tanda klinis peritonitis pascaoperatif (defense muscular dan adanya pus yang banyak pada drain). Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang diderita pasien, pengobatan dan perlunya dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah penyebaran infeksi. Selain itu dijelaskan pula kepada pasien dan keluarga bahwa untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan post operasi pasien harus menjaga kebersihan bekas luka post operasi, minum obat, disarankan agar tidak berpantang dalam makan sehingga membantu dalam penyembuhan luka serta perlunya kontrol ke rumah sakit.
  • 80. Bagaimana prognosa pasien di atas? Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam