Dokumen tersebut membahas kasus peritonitis difus akibat appendisitis perforasi pada pasien laki-laki berusia 14 tahun. Pasien mengeluh nyeri perut selama seminggu dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peritonitis. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik mendukung diagnosis appendisitis perforasi. Pasien dioperasi dan didiagnosis dengan peritonitis difus akibat appendisitis perforasi.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus appendisitis akut pada seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium, didiagnosis bahwa pasien mengalami appendisitis akut dan direncanakan untuk dilakukan appendektomi.
FAST (Focused Assessment with Sonography for Trauma) adalah pemeriksaan USG serial untuk mendeteksi cairan atau udara di area anatomis tertentu seperti perikardium, ruang pleura, dan kantung Morisson untuk mendiagnosis keadaan pasien trauma. Lokasi yang diperiksa meliputi subkostal, kanan atas kuadran, kiri atas kuadran, suprapubik, dan dada kanan-kiri. Temuan abnormal seperti efusi pericardium, hemoperitoneum, dan hemothoraks
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.Bkoerniaso
油
Makalah ini membahas tentang hernia, termasuk definisi, komponen, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis hernia."
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Dokumen tersebut membahas pendekatan diagnosis limfadenopati. Ada beberapa poin penting yang diangkat, yaitu: (1) penyebab limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik MIAMI atau SHAK, (2) kunci kecurigaan kanker meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras dan terfiksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, serta lokasi di supraklavikula, (3) biopsi merupakan prosedur diagnostik ut
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
油
Berikut adalah ringkasan dokumen laporan kasus Tinea (Pityriasis) versicolor dalam 3 kalimat:
Kasus seorang pria berusia 18 tahun dengan keluhan bercak kulit di dada yang muncul sejak 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan skuama hipopigmentasi dan hiperpigmentasi di dada. Diagnosis yang didiagnosis adalah Tinea (Pityriasis) versicolor berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemerik
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
This document provides formulas for calculating intravenous fluid infusion rates based on a patient's weight. It gives three formulas for infusion rates for patients under 10kg, between 10-20kg, and over 20kg. It also provides conversion rates between milliliters (cc) and drop sizes for macro and micro drips. An example calculation is shown for a 3 year old patient weighing 15kg to determine their infusion rate in milliliters per minute.
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
油
Laporan kasus bedah anak mengenai hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis pada anak perempuan berumur 7 bulan. Penderita mengeluhkan benjolan di lipat paha kanan yang dapat hilang timbul. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya benjolan ukuran 2 cm x 1 cm x 1 cm di regio inguinalis dekstra yang dapat keluar masuk. Diagnosis yang ditetapkan adalah hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis. Rencana t
Tokyo guidline 13 (kolesistitis & kolangitis)fikri asyura
油
Pedoman ini membahas penatalaksanaan kolangitis dan kolesistitis akut. Kolangitis akut didefinisikan sebagai infeksi saluran empedu yang disebabkan oleh obstruksi parsial atau total dari duktus billiar. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium dan gambar. Kolesistitis akut adalah peradangan kandung empedu yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu. Diagnosis didasarkan pada gejala
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bWoro Nugroho
油
Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang dengan keluhan muntah dan nyeri perut sejak 2 hari. Didiagnosis dengan ileus obstruksi letak tinggi berdasarkan riwayat operasi sebelumnya dan hasil pemeriksaan fisik serta laboratorium. Dilakukan laparotomi eksplorasi dan penatalaksanaan.
Buku ini membahasi manajemen syok pada anak, termasuk patofisiologi, klasifikasi, tanda-tanda, dan pengobatan syok pada anak. Syok dibagi menjadi beberapa jenis seperti hipovolemik, kardiogenik, obstruktif, distributif, dan disosiatif. Buku ini juga membahas pendekatan terapi seperti resusitasi cairan, pemberian obat, dan monitoring pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus laki-laki berusia 40 tahun dengan keluhan benjolan pada leher bagian samping yang dirasakan selama 4 bulan. Benjolan tersebut awalnya kecil namun membesar dengan cepat, teraba keras tetapi tidak nyeri, dan diikuti keluhan sakit kepala. Dokumen ini memberikan informasi mengenai anatomi kelenjar limfe leher, patogenesis benjolan, langkah diagnosis, dan berbagai penyakit yang mungkin men
The peritoneum is a membrane that lines the abdominal wall and covers abdominal organs. It consists of parietal and visceral layers composed of mesothelium that secretes fluid allowing organs to glide. Peritonitis is inflammation of the peritoneum caused by infections from medical procedures, ruptured organs, or trauma which leads to abdominal pain and infection symptoms treated with antibiotics and sometimes surgery.
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.Bkoerniaso
油
Makalah ini membahas tentang hernia, termasuk definisi, komponen, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis hernia."
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Dokumen tersebut membahas pendekatan diagnosis limfadenopati. Ada beberapa poin penting yang diangkat, yaitu: (1) penyebab limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik MIAMI atau SHAK, (2) kunci kecurigaan kanker meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras dan terfiksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, serta lokasi di supraklavikula, (3) biopsi merupakan prosedur diagnostik ut
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
油
Berikut adalah ringkasan dokumen laporan kasus Tinea (Pityriasis) versicolor dalam 3 kalimat:
Kasus seorang pria berusia 18 tahun dengan keluhan bercak kulit di dada yang muncul sejak 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan skuama hipopigmentasi dan hiperpigmentasi di dada. Diagnosis yang didiagnosis adalah Tinea (Pityriasis) versicolor berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemerik
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang appendisitis. Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis yang dapat menyebabkan nyeri perut dan komplikasi seperti peritonitis. Diagnosa appendisitis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan penunjang seperti USG atau CT scan. Penatalaksanaannya adalah appendiktomi untuk kasus akut dan komplikasinya, sedangkan kasus kronis dapat ditangani secara elektif.
This document provides formulas for calculating intravenous fluid infusion rates based on a patient's weight. It gives three formulas for infusion rates for patients under 10kg, between 10-20kg, and over 20kg. It also provides conversion rates between milliliters (cc) and drop sizes for macro and micro drips. An example calculation is shown for a 3 year old patient weighing 15kg to determine their infusion rate in milliliters per minute.
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
油
Laporan kasus bedah anak mengenai hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis pada anak perempuan berumur 7 bulan. Penderita mengeluhkan benjolan di lipat paha kanan yang dapat hilang timbul. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya benjolan ukuran 2 cm x 1 cm x 1 cm di regio inguinalis dekstra yang dapat keluar masuk. Diagnosis yang ditetapkan adalah hernia inguinalis lateralis dekstra reponibilis. Rencana t
Tokyo guidline 13 (kolesistitis & kolangitis)fikri asyura
油
Pedoman ini membahas penatalaksanaan kolangitis dan kolesistitis akut. Kolangitis akut didefinisikan sebagai infeksi saluran empedu yang disebabkan oleh obstruksi parsial atau total dari duktus billiar. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium dan gambar. Kolesistitis akut adalah peradangan kandung empedu yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu. Diagnosis didasarkan pada gejala
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bWoro Nugroho
油
Pasien laki-laki berusia 29 tahun datang dengan keluhan muntah dan nyeri perut sejak 2 hari. Didiagnosis dengan ileus obstruksi letak tinggi berdasarkan riwayat operasi sebelumnya dan hasil pemeriksaan fisik serta laboratorium. Dilakukan laparotomi eksplorasi dan penatalaksanaan.
Buku ini membahasi manajemen syok pada anak, termasuk patofisiologi, klasifikasi, tanda-tanda, dan pengobatan syok pada anak. Syok dibagi menjadi beberapa jenis seperti hipovolemik, kardiogenik, obstruktif, distributif, dan disosiatif. Buku ini juga membahas pendekatan terapi seperti resusitasi cairan, pemberian obat, dan monitoring pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus laki-laki berusia 40 tahun dengan keluhan benjolan pada leher bagian samping yang dirasakan selama 4 bulan. Benjolan tersebut awalnya kecil namun membesar dengan cepat, teraba keras tetapi tidak nyeri, dan diikuti keluhan sakit kepala. Dokumen ini memberikan informasi mengenai anatomi kelenjar limfe leher, patogenesis benjolan, langkah diagnosis, dan berbagai penyakit yang mungkin men
The peritoneum is a membrane that lines the abdominal wall and covers abdominal organs. It consists of parietal and visceral layers composed of mesothelium that secretes fluid allowing organs to glide. Peritonitis is inflammation of the peritoneum caused by infections from medical procedures, ruptured organs, or trauma which leads to abdominal pain and infection symptoms treated with antibiotics and sometimes surgery.
This document discusses acute peritonitis, including its etiology and causes. Peritonitis is defined as inflammation of the peritoneum, which can be localized or generalized. Bacterial infection is a common cause, usually from gastrointestinal bacteria entering the peritoneal cavity through a perforation or translocation. Other causes include chemical irritation, allergies, trauma, ischemia, and certain medical conditions. The document outlines routes of spreading, common microorganisms involved, aspects of localized versus diffuse peritonitis, and microbiological and pathological factors.
Peritonitis is an inflammation of the peritoneum that can be caused by infection or non-infectious processes. It is typically caused by a perforation or leak in the gastrointestinal tract that allows bacteria to enter the abdominal cavity. The document outlines the types, causes, signs and symptoms, diagnostic workup, and treatment including antibiotics, surgery, and postoperative care for managing peritonitis.
1. Dokumen tersebut membahas tentang peritonitis, yaitu peradangan pada membran peritoneum yang membungkus organ dalam perut. Peritonitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri melalui perforasi usus.
2. Data menunjukkan angka kasus peritonitis di Sumatera Barat cukup tinggi, sehingga diperlukan asuhan keperawatan yang memadai untuk mencegah komplikasi.
3. Tujuan studi kasus ini adalah untuk menerapkan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan pasien dengan keluhan akut abdomen.
2. Ada beberapa penyebab akut abdomen seperti trauma, infeksi, dan gangguan organ dalam perut.
3. Pemeriksaan fisik, laboratorium, dan imaging seperti USG dan CT scan diperlukan untuk mendiagnosis penyebabnya.
4. Penatalaksanaan bervariasi mulai dari konservatif hingga
Dokumen tersebut membahas tentang vulnus laceratum atau luka robek, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, serta diagnosa dan intervensi keperawatan. Luka robek dapat terjadi akibat kekerasan yang hebat yang memutuskan jaringan, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti trauma mekanis, elektrik, termal, maupun kimia. Pemeriksaan diagnost
Dokumen tersebut membahas tentang luka bakar, termasuk definisi, penyebab, gejala, tingkatannya, pengobatan non-farmasi dan farmasi untuk luka bakar seperti salep Mebo dan Bioskin Gel. Kasus studi juga dibahas tentang pasien bernama Suci yang mendapatkan saran menggunakan salep Mebo untuk pengobatan luka bakarnya.
Dokumen tersebut membahas tentang luka bakar, termasuk definisi, jenis, penyebab, dan penanganannya. Luka bakar dijelaskan sebagai kerusakan jaringan kulit akibat panas, kimia, atau listrik. Tergantung dalamnya luka, dibedakan menjadi tiga derajat. Penanganan meliputi membersihkan luka, mendinginkan, dan mencari pertolongan medis untuk luka yang parah.
El documento describe la anatom鱈a y fisiolog鱈a del peritoneo y la peritonitis. Explica que el peritoneo es una membrana serosa que recubre la cavidad abdominal y envuelve los 坦rganos. Describe la embriolog鱈a, histolog鱈a, distribuci坦n e inervaci坦n del peritoneo, as鱈 como las estructuras peritoneales como el omento menor, mayor y el mesenterio. Tambi辿n explica la anatom鱈a de la cavidad peritoneal y los espacios retroperitoneales.
Efusi pleura adalah penumpukan cairan berlebih di rongga pleura yang dapat berupa empiema (cairan purulen), hemotoraks (darah), atau kilotoraks (cairan limfe). Efusi pleura disebabkan oleh berbagai kondisi seperti neoplasma, gagal jantung, infeksi, dan penyakit lainnya. Gejala klinisnya meliputi dispneu, nyeri dada, dan batuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan tambak lebi
Presentasi ini saya bawakan di muka seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, 29 Januari 2013. Semoga bermanfaat....!
Dokumen tersebut membahas tentang edema paru, yaitu penimbunan cairan di jaringan interstisial dan alveolus paru yang disebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah paru. Edema paru dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik, perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler, atau gangguan sistem limfatik. Gejala klinisnya antara lain sesak napas, batuk, dan hip
Dokumen tersebut merangkum tentang definisi, klasifikasi, dan penanganan luka bakar. Luka bakar didefinisikan sebagai kerusakan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya dan kedalaman kerusakan jaringan, serta memiliki tiga fase perkembangan. Penanganannya meliputi penggantian cairan, pencegahan infeksi, dan mencegah kontraktur otot.
Laporan kasus ini membahas pasien laki-laki berusia 47 tahun dengan keluhan sulit buang air besar selama 6 bulan. Pasien didiagnosis menderita carcinoma recti 1/3 distal berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan patologi. Pasien kemudian menjalani operasi lefort dan kolostomi.
Pasien laki-laki berusia 21 tahun dirujuk untuk debridement dan sutur primer luka terbuka di dahi kiri akibat tertabrak motor. CT scan menunjukkan fraktur depresi frontotemporal kiri <1 tabel. Pasien dioperasi dalam anestesi umum.
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada payudara kanan dan lemas. Terdapat riwayat benjolan dan ulkus pada payudara kanan selama 2 tahun terakhir serta operasi pada bulan Oktober 2022. Pemeriksaan fisik menunjukkan sakit sedang.
Dokumen ini membahas kasus seorang pasien wanita berusia 55 tahun dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah. Pasien didiagnosis dengan kolik abdomen dan kemungkinan nefrolithiasis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik. Pasien kemudian menjalani operasi sectio alta karena ditemukan vesicolithiasis.
Dokumen tersebut berisi laporan kasus perawatan pasien di ICU dengan diagnosis hernia scrotalis sinistra inkarserata. Pasien mengalami nyeri perut yang semakin parah setelah benjolan di daerah perutnya diurut. Pasien menjalani operasi herniotomi namun usus sudah nekrotik sehingga hanya dilakukan pengembalian usus ke dalam perut dan penjahitan. Pasien kemudian dirawat di ICU dengan pemberian infus, antibiotik, dan analgesik. Nyeri
Ringkasan dari laporan tersebut adalah sebagai berikut:
Pasien berusia 54 tahun dirawat dengan diagnosis ikterus obstruksi dan batu empedu. Pasien menjalani tindakan ERCP dan akan menjalani pembiusan umum. Pasien menderita hipertensi dan anemia. Teknik anestesi yang digunakan adalah GA-ETT dan pasien dipantau dengan baik selama pra, intra, dan pasca operasi.
Appendisitis akut merupakan peradangan pada appendix yang umumnya disebabkan oleh obstruksi lumen appendix. Gejala klinisnya berupa nyeri perut yang berpindah ke kuadran kanan bawah dan demam ringan. Pemeriksaan fisik akan menemukan nyeri tekan dan lepas di titik McBurney serta defens muskular. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan lab dan radiologi seperti USG atau CT scan. Pengobatan utamanya adalah appendektomi yang d
Co Infection Dengue and HIV are simultanously infection. Dengue is viral infection with short term and clearence viremia. HIV is viral persistence infection with thrombocytopenia is caused by molecular mimicry
Perempuan 15 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Didiagnosis appendisitis akut berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan. Dilakukan open appendiktomi dan diberi perawatan pasca operasi.
Dokumen tersebut berisi tentang laporan kasus mola hidatidosa pada seorang pasien bernama Ny. IS berusia 27 tahun. Pasien mengeluh nyeri di bagian perut bawah selama dua minggu sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium didiagnosis mula hidatidosa. Pasien kemudian dilakukan kuretase dan pemantauan pasca operasi.
1. Laporan kasus tentang pasien wanita berusia 43 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati dan diagnosa cholelithiasis dan cholesistitis. 2. Pemeriksaan menemukan batu empedu multiple pada pemeriksaan USG abdomen. 3. Pasien dirawat inap dan diberi tatalaksana medikamentosa serta diet rendah lemak dan pulih dengan baik.
OMSK merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar secara terus menerus atau hilang timbul. Bakteri penyebab utama adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Faktor risiko OMSK meliputi otitis media berulang, infeksi saluran nafas atas, dan kondisi sosioekonomi rendah.
2. PERITONITIS DIFUS ec APENDISITIS PERFORASI
CASE REPORT
Oleh:
Putri Maulina
1102012217
Pembimbing:
dr. Hadiyana
Suryadi, Sp.B
DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK SMF BEDAH
RSUD DR SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 28 NOVEMBER 2016 3 FEBRUARI 2017
3. Nama : An. Awan
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Leles
No. Catatan Medis : 90-81-xx
Tanggal Masuk : 19 Desember 2016
IDENTITAS
5. ANAMNESIS KHUSUS
Nyeri perut sejak 1
minggu SMRS
Nyeri terus menerus,
nyeri berpindah dari
ulu hati ke perut kanan
bawah
Nyeri semakin
memberat dan terus
menerus. Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
Nyeri memberat saat
perut ditekan dan
bergerak
Nyeri diperingan
dengan posisi kedua
kaki ditekuk (+)
Muak +, muntah +
Nafsu makan menurun
+
Perut terasa kembung +
Demam sejak 1 minggu
SMRS.
Demam terus menerut
dan sepanjang hari.
Riwayat pola makan
tidak teratur + dan
kurang mengkonsumsi
serat +
Riwayar dirawat selama
3 hari dipuskesmas
namun tidak ada
perbaikan.
6. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi makanan, alergi obat, maupun penyakit jantung, kencing
manis, darah tinggi, dan asma.
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala serupa seperti pasien.
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit kencing manis, tekanan
darah tinggi maupun sakit jantung.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
7. RIWAYAT KEBIASAAN
Sebelum nyeri perut yang dirasakan sekarang, os mengaku tidak memiliki
kebiasaan konsumsi pedas atau konsumsi makanan pinggir jalan. Pasien tidak
memiliki kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, dan menggunakan
narkoba.
Keadaan sosial ekonomi pasien menengah kebawah, ayah pasien bekerja
sebagai buruh bangunan dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
8. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital:
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 16 x/menit
Suhu : 35,8属C
Kepala : Normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-) pupil bulat isokor, refleks pupil +/+
Hidung : discharge (-/-) deviasi septum (-/-)
Telinga : bentuk normal, otorea (-/-)
Mulut : mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-), bibir kering (-)
Lidah : lidah berwarna merah, tidak ada coated tongue
Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
9. Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga 5 linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus vokal dan taktil pada hemithoraks kanan dan kiri
simetris, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor pada hemithoraks kanan dan kiri
Auskultasi : VBS ka=ki, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar simetris
Palpasi : NT/NL +/+, Defans Muscular +, hepar dan lien tidak teraba
membesar,Ballotement -/-, nyeri ketok CVA -/-
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
Auskultasi : BU (+)
STATUS GENERALIS
10. Punggung : CVA : Nyeri tekan -/-, Nyeri ketok-/-
Genitalia : rectal touche tidak dilakukan
Ekstremitas
Atas : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral hangat
Bawah : Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral hangat
Status Lokalis
a/r Right Lower Quadrant (RLQ) Abdomen
Inspeksi
Datar
Tidak tampak kemerahan/luka/bekas operasi
Palpasi
Massa (-)
Nyeri tekan (+) dan nyeri lepas (+) di McBurney, NT
perut kiri
Rovsings sign (+); psoas sign (+); obturator sign (+)
Defense muscular (+)
Perkusi
pekak pindah (-), pekak samping (-)
Auskultasi
BU (+) menurun
12. UMUM
(Advis dr. M. Rizal Sp.B)
Cairan : Infus RL 2000 ml / 24 jam (30 tetes per menit)
Medikamentosa : - Ceftriaxone 2x1 gram (IV) (Skin Test)
- Paracetamol Infus 3x400mg (IV)
Cek lab ulang (darah rutin, BT, CT)
Puasa makan dan minum
Pasang NGT untuk dekompresi
Pasang DC
Rontgen BNO dan Thorax PA
PENATALAKSANAAN
13. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (19-12-2016 pukul 02.25)
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
14,5 gr/dl
44%
2.700 /mm3
365.000 /mm3
6,10 juta/mm3
Diff Count
Basofil
Eosinofil
Netrofil batang
Netrofil segmen
Lymfosit
Monosit
0%
2%
3%
61%
25%
9%
Serologi (19-12-2016 pukul 09.32)
S. Thypi O
S. Parathypi AO
S. Parathypi BO
S. Parathypi CO
S. Thypi H
S. Parathypi AH
S. Parathypi BH
S. Parathypi CH
1/80
-
1/80
1/80
1/80
1/80
1/80
1/80
14. PEMERIKSAAN PENUNJANG
URINE (19-12-2016 pukul 12.00)
Makroskopis
Warna
Kekeruhan
Ph
BJ
Kuning kemerahan
Agak keruh
6,0
1.030
URINE (19-12-2016 pukul 12.00)
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Kristal Oxalat
Silinder Hialin
Bakteri
4-6/LPB
2-4/LPB
3-6/LPB
0-2/LPB
0-1/LPB
-/LPB
URINE (19-12-2016 pukul 12.00)
Kimia Urin
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Darah Samar
-
+1
-
-
-
-
+
15. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (20-12-2016 pukul 06.34)
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
13,6 gr/dl
42%
17.950 /mm3
447.000 /mm3
5,60 juta/mm3
Kimia klinik (20-12-2016)
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Ureum
Kreatinin
Glukosa darah sewaktu
22 U/L
31 U/L
91 mg/dl
1,8 mg/dl
90 mg/dl
18. Pasien direncanakan dilakukan laparatomi eksplorasi
Edukasi
KHUSUS
PENATALAKSANAAN
19. LAPORAN OPERASI
Operator: dr. M. Rizal, Sp.B
Asisten I: dr. Ardi
Asisten II : DM Putri Maulina
Perawat instrumen: Indri
Diagnosa prabedah : Peritonitis difuse ec susp tifoid perforasi dd/ app perforasi
Indikasi operasi : Diagnostik dan Terapeutik
Diagnosa pasca bedah : Peritonitis difuse ec app perforasi
Jenis operasi : Appendektomi per laparotomy + omentectomy
Kategori operasi : Besar
Desinfeksi kulit dengan: Povidone Iodine
Jaringan dikirim ke PA
Laporan operasi lengkap:
DO:
Ditemukan cairan peritoneum bercampur pus 賊 500cc.
Ditemukan walling off antara ometum dengan appendix
Ditemukan appendix hiperemis, gangrenus, edematus perfevan di 1/3 distal. Gekallt di 1/3 tengah.
TO:
Pasien tidur terlentang dalam anestesi umum
Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada lapang operasi
Dilakukan insisi pada infraumbilikal yang diperluas hingga supra umbilical.
Dilakukan insisi sedalam kutis, subkutis hingga ke facia.
Fascia dibuka secara tajan, identifikasi peritoneum. Peritoneum dibuka secara tajam.
Dilakukan eksplorasi ditemukan DO.
Dilakukan omentektomi dan appendektomi.
Luka Operasi dijahit lapis demi lapis, dengan memasukkan 1 buah drain abdomen.
Perdarahan dikontrol
Operasi selesai
21. Instruksi pasca bedah:
Observasi : KU, Nadi, Respirasi, Pendarahan
Puasa sampai dengan BU +
Catat produksi drain dan kosongkan drain /24jam
Mobilisasi bertahap
IUFD RL 20 gtt//menit
Cefoperazone 2 x 1 gr IV
Ranitidin 2 x 50mg IV
Ketorolac 3x30mg IV
Komfirmasi hasil PA
22. Tanggal / Jam Catatan Instruksi
21-12-2016
POD I
S : Mengeluh nyeri pada luka operasi
O :
KU : Sakit sedang
KS : CM
TD : 110/60
N : 18 x/mnt
R : 96 x/menit
S : 37,5 C
Drain <50cc/24jam
A :
Post appendektomi perlaparotomy + omentectomy
-Aff NGT
-Infus RL 20gtt/menit
-Cefoperazone 2 x 1 gr IV
-Ranitidin 2 x 50mg IV
-Ketorolac 3x30mg IV
-Metronidazole 3x500mg IV
-Ondansteron 2x1amp IV
22-12-2016
POD II
S : Mengeluh nyeri pada luka operasi. Mengeluh
demam saat malam hari, menggigil +, batuk berdahak +
O :
KU : Sakit sedang
KS : CM
TD : 110/80
N : 18 x/mnt
R : 96 x/menit
S : 37,5 C
Drain <50cc/24jam
A :
-Infus RL 20gtt/menit
-Cefoperazone 2 x 1 gr IV
-Ranitidin 2 x 50mg IV
-Ketorolac 3x30mg IV
-Metronidazole 3x500mg IV
-Ondansteron 2x1amp IV
-Rencana aff drain besok
-Mobilisasi
23. POD III
O :
KU : Sakit sedang
KS : CM
TD : 120/80
N : 20 x/mnt
R : 80 x/menit
S : 36,6 C
Drain <50cc/2hari
A :
Post appendektomi perlaparotomy + omentectomy
-Ranitidin 2 x 50mg IV
-Ketorolac 3x30mg IV
-Metronidazole 3x500mg IV
-Ondansteron 2x1amp IV
-Aff drain
-Aff DC
-Mobilisasi
24-12-2016
POD IV
S : Mengeluh nyeri pada luka operasi. Batuk berdahak
+
BAB mencret sejak semalam 賊6x. Muntah 1x. Mual +.
Demam +
O :
KU : Sakit sedang
KS : CM
TD : 120/80
N : 20 x/mnt
R : 80 x/menit
S : 38,3 C
Drain <50cc/2hari
A :
Post appendektomi perlaparotomy + omentectomy
-Infus RL 20gtt/menit
-Cefoperazone 2 x 1 gr IV
-Ranitidin 2 x 50mg IV
-Ketorolac 3x30mg IV
-Metronidazole 3x500mg IV
-Ondansteron 2x1amp IV
-Rencana BLPL besok :
Cefixime 2x100mg
Deksketoprofen 2x1
Ranitidin 2x1
26. Akut abdomen keadaan klinik akibat kegawatan di rongga
perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai
keluhan utama.
Nyeri perut tiba-tiba sebelumnya sehat dan berlangsung
lebih dari 6 jam disebabkan oleh kondisi yang memerlukan
tindakan pembedahan
31. Peradangan dari apendiks veriformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering.
DEFINISI
32. EPIDEMIOLOGI
Pria dibanding wanita yakni 1,3:1.
Apendisitis dapat ditemukan pada semua usia.
Insidensi tertinggi pada kelompok usia 20 hingga 30
33. ETIOLOGI
Peranan lingkungan
Asupan rendah serat akan
berkontribusi pada
perubahan motilitas, flora
normal, dan kondisi lumen,
yang selanjutnya menjadi
predisposisi terbentuknya
fecalith.
Peranan Obstruksi
(faktor dominan)
closed-loop obstruction, dimana
fecalith menjadi penyebab tersering.
Penyebab obstruksi lainnya ialah
hiperplasia jaringan limfoid pada
mukosa dan submukosa, biji-bijian,
neoplasma seperti karsinoma dan tumor
karsinoid terjadi pada sekitar 2% kasus,
atau oleh benda asing, yang sangat
jarang terjadi serta bola cacing
(Ascaris).
Peranan dari Flora Kolonik
Normal
Aspirasi pada apendiks yang
inflamasi sekitar 60% adalah
anaerob, berbeda dengan apendiks
normal yang hanya sebesar 25%.
Spesimen jaringan dari apendiks
yang inflamasi semua
memperlihatkan hasil kultur E. coli
dan spesies Bacteroides. Koloni
flora normal berperan dalam
perkembangan apendisitis akut
menjadi gangren dan perforasi.
39. MANIFESTASI KLINIS
GEJALA
Bermula dari nyeri di
daerah umbilikus atau
periumbilikus (nyeri
bersifat severe dan
steady) beralih ke
kuadran kanan bawah
Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise, dan
demam yang tidak terlalu
tinggi.
Biasanya juga terdapat
konstipasi, tetapi
kadang-kadang terjadi
diare, mual, dan muntah.
Bertambah nyeri pada
pergerakan, berjalan,
atau batuk
40. Tanda-tanda
PE :
Tanda vital tidak terlalu berubah (bila
berubah : tanda-tanda komplikasi)
Demam ringan (37,5-38)
Posisi tidur, berjalan
Peristalsis normal atau sedikit menurun
Nyeri yang menunjukan tanda rangsang
peritoneum lokal di Mc.Burney
Nyeri tekan
Nyeri lepas
Defans muskuler
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
Rovsing sign:
Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
Blumberg sign:
Nyeri kanan bawah bila tekanan kiri
dilepaskan
Nyeri kanan bawah bila peritoneum
bergerak seperti nafas dalam, berjalan,
batuk, mengedan
45. Plain radiographic image of the
abdomenrevealing an appendicolith (arrow) in
the right lower quadrant.
46. Graded compression ultrasound of the right lower quadrant reveals a non-
compressible, enlarged appendix(arrows). Definition of the bowel wall layers,
particularlythe echogenic submucosa, is lost, suggesting perforation.
47. ALVARADO SCORE
SYMPTOM :
Migrate point pain :1
ANOREXIA :1
NAUSEA/VOMIT :1
SIGN
RLQ tenderness :2
Rebound :1
Temperature :1
Lab
Leukositosis :2
Left shift :1
Nilai 7:
Appendisitis akut yang perlu
pembedahan dini
Nilai 5-6:
Possible appendisitis tidak perlu
pembedahan antibiotik
Nilai 1-4:
dipertimbangkan appendisitis
akutobservasi
48. Terapi pilihan satu-satunya:pembedahan (apendektomi) !!!
Operasi tergantung waktu
PENATALAKSANAAN
Apendisitis akutsegera, dilakukan persiapan operasi
Apendisitis perforasi (cito)
Local atau umum, segera lakukan laparotomi
Perbaikan KU dengan infus, pemberian antibiotic untuk gram (-) dan (+)
sertta kuman anaerob dan pemasangan NGT dilakukan sebelum operasi
Apendisitis abses (cito)
Dilakukan insisi dan drainage saja dengan cara lokal anastesi dan
bila mungkin extra peritoneal.
Apendektomi dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.
50. KOMPLIKASI
Massa Periapendikuler
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi pendindingan oleh
omentum.Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak
terjadi peritonitisgeneralisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan
keadaan umum masihterlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan
pergeseran ke kiri. Massaapendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum
telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas dengan
nyeri tekan ringan, lekosit dannetrofil normal (Ahmadsyah dan Kartono, 1995).
Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix akanmengakibatkan
peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruhperut dan perut
menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai
menghilang karena ileus paralitik (Syamsuhidajat, 1997).
Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis.Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi
tersebarluas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu,
aktivitasperistaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan
danelektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkinsyok.
Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyiusus
menghilang (Price dan Wilson, 2006).
51. Mortalitas:
- 0,1% pada appendicitis akut
- 3% bila ruptur
- 15% bila ruptur pada geriatri.
Penyebab kematian: sepsis tidak terkontrol, emboli paru,
aspirasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi:
Akut: infeksi luka operasi.
Kronis: perlengketan, ileus obstruksi, hernia.
PROGNOSIS
53. Inflamasi pada peritoneum, suatu membran serosa yang
melapisi dinding abdominopelvik serta organ-organ di dalamnya.
Peritonitis termasuk kasus gawat abdomen (akut abdomen)
yang memerlukan penanganan segera dan biasanya berupa tindak
bedah.
DEFINISI
54. ANATOMI PERITONEUM
Gambar 3. Potongan sagittal dari abdomen yang memperlihatkan peritoneum parietal
dan visceral
57. EPIDEMIOLOGI
Infeksi intraabdominal
Penyebab morbiditas & mortalitas yg penting
Era antibiotika : Mortalitas 10 20 %.
Di Indonesia : Penyebab tersering: perforasi appendisitis, perforasi typhus abdominalis,
trauma organ hollow viscus.
58. PERITONITIS
PERITONITIS PRIMER PERITONITIS TERISERPERITONITIS SEKUNDER
KLASIFIKASI
a. Peritonitis spontan pada anak
b. Peritonitis spontan pada dewasa
c. Peritonitis pada pasien CAPD
d. Peritonitis tuberkulosa dan granulomatosa
a. Peritonitis perforasi akut
b. Peritonitis pasca operasi
c. Peritonitis pasca trauma
a. Peritonitis tanpa sebab yang jelas
b. Peritonitis kibat jamur
c. Peritonitis with low grade pathogenic bacteri
59. PERITONITIS
PERITONITIS PRIMER
Peritonitis spontan
Melalui penyebaran limfatik dan
hematogen.
Kejadiannya jarang
PERITONITIS SEKUNDER
Akibat proses patologik yang terjadi dalam
abdomen.
Paling sering terjadi.
Paling sering diakibatkan oleh: perforasi
apendisitis, perforasi infeksi lambung dan
usus, perforasi usus besar akibat
divertikulitis, volvulus, kanker, dan lain-lain
PERITONITIS TERSIER
Peritonitis yang sudah ditangani
lewat operasi tetapi mengalami
kekambuhan kembali
Terapi peritonitis primer &
sekunder tidak adekuat
Immunocompromised
62. MANIFESTASI KLINIS
ANAMNESIS Onset akut
Nyeri bersifat tumpul, tidak jelas tajam,
terlokalisir
Demam
Anoreksia
Mual, Muntah
Perut kembung
Sulit BAB, flatus
Riwayat penyakit
63. Tampak sakit ringan - berat
Penurunan kesadaran
Terlihat menahan sakit
Demam dapat mencapai > 380 C (tetapi harus
waspada pasien sepsis, suhunya mungkin
hipotermia)
Takikardia, takipneu
Abdomen: distensi abdomen, nyeri tekan, nyeri
lepas, defance muscular, tanda-tanda ileus
paralitik : bising usus menurun.
Colok Dubur: Sphincter lemah, nyeri tekan.
Produksi urin berkurang.
PEMERIKSAAN FISIK
64. Laboratorium
Hemoglobin : Mungkin anemi
Leukositosis/leukopenia
Shift to the left
Komplikasi : Ureum, kreatinin, gula darah, Natrium, Kalium, AGD
Kultur : cairan peritoneum/ pus (abses/peritonitis tersier)
X ray
Foto 3 posisi: Free air, dilatasi, preperitoneal fat (-)
USG
USG = koleksi cairan (abses)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
65. X-RAY
Ileus merupakan tanda
tidak khas pada
peritonitis
Udara bebas dalam
rongga abdomen terlihat
pada kasus perforasi
68. TATALAKSANA
a. Terapi umum
Terapi suportif seperti : oksigenisasi jaringan, dekompresi,
resusitasi cairan dan elekrolit.
b. Terapi khusus
Terbagi menjadi dua yaitu terapi non bedah dan
terapi bedah.
Prinsip penatalaksanaan:
(1) mengontrol sumber infeksi
(2) menghilangkan bakteri dan toksinnya
(3) menstabilkan fungsi system tubuh
(4) mengontrol proses inflamasi
non operatif
Terapi non operatif termasuk;
(1) pemberian antimikroba sistemik,
(2) perawatan intensif,
(3) pemberian nutrisi yang cukup,
(4) terapi modulasi respon inflamasi
a. Antimikroba
Lama pemberian lama : 10 hari baru : 5 hari
b. Drainase nonoperatif
69. Laparotomi untuk Peritonitis Akut
Prinsip I : Repair
Kontrol sumber infeksi
Principle 2: Purge
Evakuasi inokulasi bakteri , pus, dan adjuvants (peritoneal toilet)
1. Disertai pembilasan sebersih mungkin
2. Debridement radikal
3. Penutupan sumber kontaminasi :
simple closure, diversi, reseksi + reanastomosis.
4. Lavase peritoneal pasca bedah
5. Luka abdomen terbuka
Staged laparotomy
Etappen lavage
73. Apakah penegakkan diagnosis pada kasus di atas sudah tepat?
ANAMNESA
Nyeri perut (+)
Berawal dari daerah epigastrium lalu kemudian berpindah ke
perut kanan bawah dan saat ini dirasakan di seluruh lapang
perut.
Nyeri dirasakan semakin berat dan
Demam kurang lebih 1minggu SMRS.
Demam dirasakan sepanjang hari.
Mual (+),
Muntah >5x/hari,
Nafsu makan menurun (+),
Flatus (+),BAB (+) sedikit-sedikit terakhir 3hari yang lalu, BAK (+)
dalam batas normal.
74. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : sakit sedang.
Bising usus (+) menurun pada auskultasi,
hipertimpani (+)
Nyeri ketok di seluruh lapangan abdomen pada
perkusi,
Nyeri tekan (+)
defans muscular (+)
Rovsing sign (+),
Psoas sign (+),
obturator sign (+).
Dari pemeriksaan hematologi didapatkan jumlah
leukosit lebih dari batas normal yaitu 17.950 /mm3.
75. Skoring alvarado pada pasien didapatkan :
Migrating pain (+) = 1,
anorexia (+) = 1,
nausea/vomiting (+)= 1,
tenderness in right iliac fossa (+)=2,
rebound tenderness in right iliac fossa (+)=1,
elevated temperature(+)=1,
leukositosis (+)=2.
Jumlah alvarado score = 9 dengan interpretasi definite
acute appendicitis.
77. Apakah penatalaksanaan kasus di atas sudah tepat?
Pengelolaan pada pasien ini adalah dengan
1. pemberian infus RL 30 tetes per menit untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang.
2. Pemberian antibiotik spektrum luas golongan
cephalosporin yaitu Injeksi Ceftriaxon 2x 1 gram,
3. Pemberian antipiretik Paracetamol 3x500mg untuk
menurunkan demam.
4. Pasien dipuasakan Pemasangan NGT untuk
dekompresi,
5. Pemasangan DC dan
6. Perencanaan tindakan pembedahan.
78. Operasi laparatomi dilaksanakan dengan insisi midline dan pada
saat peritoneum dibuka, pus keluar sekitar 200 cc.
Dilakukan irigasi dengan NaCl, kemudian dieksplorasi, ditemukan
adanya walling off antara omentum dan appendix, sehingga
dilakukan pemotongan omentum.
Appendiks Ditemukan appendix hiperemis, gangrenus,
edematus perfevan di 1/3 distal. Gekallt di 1/3 tengah, perforasi.
Appendektomi dilakukan, rongga peritoneum kembali diirigasi
dengan NaCl, dan drain dipasang.
Operasi laparatomi berlangsung selama 2 jam. Instruksi
pascaoperasi:
pasien dipuasakan hingga bising usus (+) dan flatus (+),
pemberian obat-obatan:
IVFD Ringer Laktat 20 tpm,
Cefoperazone 2x1gr IV,
Ketorolac 3x30 mg IV,
Ranitidin 2x50 mg IV.
79. Pada pascaoperatif laparatomi yang harus diperhatikan
adalah adanya tanda-tanda klinis peritonitis pascaoperatif
(defense muscular dan adanya pus yang banyak pada
drain). Edukasi diberikan kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakit yang diderita pasien, pengobatan dan
perlunya dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan
sumber infeksi dan mencegah penyebaran infeksi. Selain itu
dijelaskan pula kepada pasien dan keluarga bahwa untuk
membantu proses penyembuhan dan pemulihan post
operasi pasien harus menjaga kebersihan bekas luka post
operasi, minum obat, disarankan agar tidak berpantang
dalam makan sehingga membantu dalam penyembuhan
luka serta perlunya kontrol ke rumah sakit.