Permainan tradisional Melayu seperti congkak, wau, dan konda-kondi telah ada sejak zaman dahulu sebagai hiburan dan untuk mempertahankan identiti budaya. Congkak melibatkan pemain menggerakkan biji-biji di atas papan berlubang, manakala wau dan layang-layang diterbangkan dengan menarik tali. Konda-kondi pula melibatkan pemain melempar dan memukul kayu pendek dengan kayu panjang untuk m
Congkak merupakan permainan tradisional Melayu yang telah wujud sejak zaman Kesultanan Melaka. Permainan ini melibatkan papan dan biji-biji congkak, dan dimainkan oleh dua orang. Tujuannya adalah memindahkan biji-biji ke kampung lawan sehingga tamat.
Kaedah penyelidikan tentang pelbagai kaum di Malaysia. Ini merangkumi kaum melayu, cina iban, india dan juga kaum yang lain. Pelbagai aspek dikaji iaitu cara hidup dalam masyarakat, perkahwinan dan juga kematian.
Konda-Kondi adalah permainan tradisional masyarakat Jawa di Johor yang melibatkan dua batang kayu dan lubang untuk memainkan permainan mengumpan dan mengejar kayu. Ia memerlukan pemain berfikiran tajam dan kuat untuk memenangi permainan ini dengan mata tertinggi. Permainan ini biasanya dimainkan bersama keluarga sebagai hiburan dan untuk mengeratkan hubungan.
This is a quartet card game. This game is aimed to help people who want to learn about Javanese alphabets. For further information, please contact us (see on the last slide)
Laporan ini membahas dua permainan tradisional yaitu engklek dan dakon. Engklek adalah permainan lompat yang melatih keseimbangan dan koordinasi, sementara dakon melatih kemampuan berhitung dan strategi dengan menggerakkan biji di papan permainan. Kedua permainan ini memberikan manfaat bagi perkembangan fisik dan mental anak.
Lightning Talk #9: How UX and Data Storytelling Can Shape Policy by Mika Aldabaux singapore
油
How can we take UX and Data Storytelling out of the tech context and use them to change the way government behaves?
Showcasing the truth is the highest goal of data storytelling. Because the design of a chart can affect the interpretation of data in a major way, one must wield visual tools with care and deliberation. Using quantitative facts to evoke an emotional response is best achieved with the combination of UX and data storytelling.
This document summarizes a study of CEO succession events among the largest 100 U.S. corporations between 2005-2015. The study analyzed executives who were passed over for the CEO role ("succession losers") and their subsequent careers. It found that 74% of passed over executives left their companies, with 30% eventually becoming CEOs elsewhere. However, companies led by succession losers saw average stock price declines of 13% over 3 years, compared to gains for companies whose CEO selections remained unchanged. The findings suggest that boards generally identify the most qualified CEO candidates, though differences between internal and external hires complicate comparisons.
Permainan tradisional Konda-Kondi berasal dari Melaka dan populer di kalangan kanak-kanak lelaki Melayu. Ia melibatkan dua pasukan yang menggunakan dua batang kayu berbeza saiz untuk melayangkan dan memukul kayu pendek ke udara sebelum ditangkap lawan. Skor ditentukan melalui jarak jatuh kayu. Peraturan dan cara bermain telah diterangkan dengan terperinci dalam dokumen ini.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang permainan tradisional Egrang dari Indonesia. Permainan ini melibatkan berdiri di atas dua batang bambu dan berlomba atau saling menjatuhkan lawan. Egrang dapat dimainkan oleh anak-anak berusia 7-13 tahun dan hanya memerlukan dua batang bambu sebagai peralatannya.
Dokumen tersebut mendeskripsikan 18 jenis permainan tradisional Indonesia, termasuk petak umpet, bola bekel, gundu atau kelereng, lompat tali, egrang, benteng sodor, ular naga panjang, engklek, congklak, pletekon, gasing atau panggalan, layangan, sepak bola kampung, mobil-mobilan, masak-masakan, dan bambu betung. Permainan-permainan tersebut umumnya dimainkan oleh anak-anak dan mas
Media ular tangga dibuat untuk mengenalkan bangun datar pada siswa kelas 1. Media ini terdiri atas kertas spanduk alas dasar berukuran 50x50 cm dengan 30 petak berisi gambar bangun datar, dadu, 3 pion kayu, dan 28 kartu pertanyaan. Siswa dibagi 3 kelompok dan bergantian memainkan permainan dengan melempar dadu untuk maju dan menjawab soal jika berada di tangga atau kepala ular.
PERTANDINGAN BLOGGING 2010-ENTRI KELIMA-KETIGA BELASbmhairul10
油
Dokumen tersebut membahas tiga permainan tradisional Melayu yaitu congkak, guli, dan makanan tradisional seperti rendang dan pulut kuning. Congkak dan guli adalah permainan yang melibatkan biji-bijian yang dimasukkan ke dalam lubang papan atau tanah. Rendang adalah masakan daging lembu populer yang dimasak dengan santan, rempah, dan gula jawa. Pulut kuning dibuat dengan mewarnai beras dengan kunyit unt
Lightning Talk #9: How UX and Data Storytelling Can Shape Policy by Mika Aldabaux singapore
油
How can we take UX and Data Storytelling out of the tech context and use them to change the way government behaves?
Showcasing the truth is the highest goal of data storytelling. Because the design of a chart can affect the interpretation of data in a major way, one must wield visual tools with care and deliberation. Using quantitative facts to evoke an emotional response is best achieved with the combination of UX and data storytelling.
This document summarizes a study of CEO succession events among the largest 100 U.S. corporations between 2005-2015. The study analyzed executives who were passed over for the CEO role ("succession losers") and their subsequent careers. It found that 74% of passed over executives left their companies, with 30% eventually becoming CEOs elsewhere. However, companies led by succession losers saw average stock price declines of 13% over 3 years, compared to gains for companies whose CEO selections remained unchanged. The findings suggest that boards generally identify the most qualified CEO candidates, though differences between internal and external hires complicate comparisons.
Permainan tradisional Konda-Kondi berasal dari Melaka dan populer di kalangan kanak-kanak lelaki Melayu. Ia melibatkan dua pasukan yang menggunakan dua batang kayu berbeza saiz untuk melayangkan dan memukul kayu pendek ke udara sebelum ditangkap lawan. Skor ditentukan melalui jarak jatuh kayu. Peraturan dan cara bermain telah diterangkan dengan terperinci dalam dokumen ini.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang permainan tradisional Egrang dari Indonesia. Permainan ini melibatkan berdiri di atas dua batang bambu dan berlomba atau saling menjatuhkan lawan. Egrang dapat dimainkan oleh anak-anak berusia 7-13 tahun dan hanya memerlukan dua batang bambu sebagai peralatannya.
Dokumen tersebut mendeskripsikan 18 jenis permainan tradisional Indonesia, termasuk petak umpet, bola bekel, gundu atau kelereng, lompat tali, egrang, benteng sodor, ular naga panjang, engklek, congklak, pletekon, gasing atau panggalan, layangan, sepak bola kampung, mobil-mobilan, masak-masakan, dan bambu betung. Permainan-permainan tersebut umumnya dimainkan oleh anak-anak dan mas
Media ular tangga dibuat untuk mengenalkan bangun datar pada siswa kelas 1. Media ini terdiri atas kertas spanduk alas dasar berukuran 50x50 cm dengan 30 petak berisi gambar bangun datar, dadu, 3 pion kayu, dan 28 kartu pertanyaan. Siswa dibagi 3 kelompok dan bergantian memainkan permainan dengan melempar dadu untuk maju dan menjawab soal jika berada di tangga atau kepala ular.
PERTANDINGAN BLOGGING 2010-ENTRI KELIMA-KETIGA BELASbmhairul10
油
Dokumen tersebut membahas tiga permainan tradisional Melayu yaitu congkak, guli, dan makanan tradisional seperti rendang dan pulut kuning. Congkak dan guli adalah permainan yang melibatkan biji-bijian yang dimasukkan ke dalam lubang papan atau tanah. Rendang adalah masakan daging lembu populer yang dimasak dengan santan, rempah, dan gula jawa. Pulut kuning dibuat dengan mewarnai beras dengan kunyit unt
Permainan tradisional Teng-teng atau Ketinting merupakan permainan lompat yang dimainkan di gelanggang berbentuk tangga dengan delapan petak. Pemain bergiliran melompat sambil membawa gundu ke petak-petak tertentu sebelum mengumpulkan gundu dan menamatkan giliran. Permainan ini menanamkan nilai kesabaran dan kerjasama sosial dalam kalangan pemain.
Dokumen tersebut merangkum berbagai jenis kesenian asli dari Kabupaten Banyumas, seperti tari, musik, lukis, dan adat. Termasuk di antaranya adalah Tari Lengger dan Ebeg, alat musik Calung dan Kenthongan, seni lukis Batik Banyumas dan Lukisan Sokaraja, serta Upacara Adat Begalan. Dokumen ini bertujuan untuk melestarikan warisan budaya kesenian tradisional Banyumas.
Permainan tradisional seperti congkak, galah panjang dan teng-teng melibatkan pengiraan dan kepintaran. Permainan-permainan ini dimainkan dengan menggunakan alat sederhana seperti papan, getah dan gundu. Cara bermainnya mudah namun menguji ketangkasan dan daya ingatan pemain.
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025BangZiel
油
Materi ini membahas hukum bacaan Mad (panjang) dalam ilmu tajwid, yang terjadi ketika ada huruf mad (悋, , ) dalam bacaan Al-Qur'an. Pembahasan mencakup jenis-jenis mad, hukum bacaan, serta panjangnya dalam harakat.
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia EmasDadang Solihin
油
Sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, yaitu Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan, kajian ini menekankan pentingnya membangun Indonesia yang kuat, mandiri, dan berkelanjutan di tahun 2045. Dalam konteks itu, optimalisasi angkatan kerja dan pemanfaatan bonus demografi menjadi faktor krusial untuk mencapai visi tersebut.
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia EmasDadang Solihin
油
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan kebijakan strategis dalam rangka memperkuat kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia demi kesejahteraan bangsa. Sebagai aset strategis, wilayah angkasa memiliki peran krusial dalam pertahanan, keamanan, ekonomi, serta pembangunan nasional. Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya aktivitas luar angkasa, Indonesia memerlukan kebijakan komprehensif untuk mengatur, melindungi, dan mengoptimalkan pemanfaatannya. Saat ini, belum ada regulasi spesifik terkait pengelolaan wilayah angkasa, padahal potensinya besar, mulai dari komunikasi satelit, observasi bumi, hingga eksplorasi antariksa.
Komsas: Justeru Impian Di Jaring (Tingkatan 3)ChibiMochi
油
Buku Skrap Kupasan Novel Justeru Impian Di Jaring yang lengkap bersertakan contoh yang padat. Reka bentuk isi buku yang menarik mampu menarik minat untuk membaca. Susunan ayat yang teratur dapat menyenangkan ketika mahu mencari nota.
Kisi-kisi Ujian Praktik Bahasa Indonesia SD-MI (Websiteedukasi.com).docxAnohSuhaemi
油
Sb (8)
1. Permainan Tradisional
Menurut Kamus Dewan Seni didefinisikan sebagai karya (sajak, lukisan, muzik, dll) yang
dicipta dengan bakat (kecekapan), hasil daripada sesuatu ciptaan.
Manakala kesenian bermaksud perihal seni, yang berkaitan dengan seni, keindahan
(kehalusan).
Kesenian ini menjadi tunjang kepada kebudayaan masyarakat Melayu sejak turun temurun
lagi. Dengan adanya kesenian seperti ini identiti masyarakat Melayu lebih terserlah dan
dikenali ramai.
Kementerian Kebudanyaan dan Kesenian telah mengambil pebagai inisiatif bagi
memantapkan dan memperkembangkan lagi kebudayaan masyarakat Melayu. Kesenian
bangsa Melayu telah diakui dunia sebagai unik dan menarik.
Permainan tradisional
http://malaysiana.pnm.my/03/0305congkak.htm
Congkak sejenis permainan tradisional Melayu yang menggunakan papan kayu
berlubang atau lubang di atas tanah dan buahnya daripada biji congkak, biji getah, biji
guli dan lain-lain. Di utara semenanjung ianya dipanggil juga Jongkok.
Permainan ini telah wujud sejak zaman Kesultanan Melayu Melaka lagi, tetapi tidak pasti
asalnya, samada pengaruh luar telah datang bersama pedagang atau sememangnya
telah dicipta oleh orang Melayu ketika itu.
Papan Congkak
2. Peralatan yang digunakan untuk bermain congkak biasanya
diperbuat daripada batang pokok kayu besar yang diukir
seperti perahu. Disebelah hujungnya diukir bentuk kepala
pelbagai haiwan seperti burung manakala dibahagian badan
papan diukir dengan pelbagai ukiran Melayu. Lubang
sebesar 9sm. garis pusat dan 7sm. dalam ditebuk atas
permukaan papan tersebut. Sekiranya permainan congkak
di tanah, lubang digali dan kemudian diletak tempurung
kelapa supaya tangan tidak kotor terkena tanah.
Lubang-lubang congkak dibuat dalam dua barisan selari
antara satu sama lain yang disebut kampung. Pada
penghujung kampung terdapat sebuah lubang besar dan
dalam dinamakan rumah. Jumlah kampung yang biasa
terdapat pada papan congkak ialah lima, tujuh atau
sembilan sebaris. Kampung-kampung ini diisikan dengan
buah congkak sama banyak.
Cara Bermain
Dua orang pemain duduk berhadapan
menghadap papan congkak, dimulakan dengan
kedua-dua pemain serentak mencapai buah di
kampung masing-masing dan memasukkan buah
satu demi satu di dalam lubang kampung dengan
pergerakan dari kanan ke kiri hingga ke rumah
dan kampung lawan.
Gerakan diteruskan hingga buah yang terakhir
pada tangan dimasukkan dalam kampung kosong
di kawasan sendiri atau lawan dan pemain
hendaklah berhenti, sekiranya buah itu jatuh
atau mati di kampung sendiri. Pemain itu boleh
menembak kampung lawan yang setentang
dengan kampungnya iaitu mengaut kesemua
buah (jika ada) di dalam kampung tersebut.
Pihak lawan mengambil giliran meneruskan permainan hingga buahnya mati. Sekiranya
buah terakhir jatuh di dalam rumah sendiri, pemain boleh meneruskan permainan
dengan mengambil buah yang masih banyak di mana-mana kampung sendiri. Sekiranya
buah terakhir jatuh di kampung kosong pihak lawan, maka permainan itu mati di situ
sahaja dan pihak lawan boleh memulakan permainan seterusnya hingga mati.
Setelah tamat pusingan pertama, setiap pemain mengisi semula kampung dengan buah
congkak dan jika ada kampung yang tidak cukup buah, ia dianggap terbakar. Kampung
ini tidak boleh diisi apabila bermain pada pusingan yang kedua, ketiga dan seterusnya
hingga pihak lawan mengaku kalah.
http://malaysiana.pnm.my/03/0314wau.htm
Papan Congkak
Anak-anak gadis
sedang bermain congkak
3. Teraju tiga sememangnya sinonim dengan wau, juga dikenali sebagai layang-layang di
negeri-negeri sebelah pantai barat semenanjung. Sebagai permainan masa lapang bagi
kalangan rakyat biasa dan golongan istana. Sejak zaman-berzaman sekitar kurun kelima
belas, wau telah dimainkan oleh orang Melayu. Mereka telah mempercayai ada kaitan di
antara semangat angin dan langit.
Jenis Wau
Berbagai jenis dan bentuk wau telah dicipta. Wau
burung, wau pari, wau katak, wau bayan, wau
merak, wau kucing, wau jala budi, wau lenggang
kebayan, wau sewah, wau barat dan yang sangat
digemari oleh orang Melayu ialah wau bulan.
Rekacorak bermotifkan awan larat pada
kebiasaannya adalah menghiasi kebanyakan wau
yang dihasilkan dengan berwarna-warni. Kelantan
dan Terengganu sehingga kini masih mengekalkan
tradisi pembuatan wau yang menarik, selain
dijadikan untuk permainan ianya juga sebagai hasil
kraftangan dan hiasan dinding.
Galeri Wau
Membuat Wau
Pembuatan sesebuah wau agak rumit dan memakan masa, dari kerja-kerja meraut
buluh untuk dijadikan rangka, mengimbang stabilkan kepak sehingga melekatkan kertas
pada rangka wau tersebut mengambil masa dua minggu untuk siap. Rangka buluh
tulang belakang wau lebih besar daripada kepaknya, kemudian diikat dengan
menggunakan benang mengikut bentuk serta jenisnya.
Rangka yang telah disiapkan akan ditampal dengan tiga lapis kertas nipis dan lutsinar
dengan berlainan warna. Lapisan pertama menggunakan kertas berkilat, lapisan kedua
menggunakan warna yang berbeza dan bercorak awan larat iaitu bercorak pucuk rebung
atau bunga cengkih yang telah ditebuk. Pada lapisan ketiga pula corak berlainan yang
telah ditebuk ditampalkan.
Di bahagian kepala atau muncungnya serta dihujung kiri dan kanan kepak, akan dihiasi
dengan rambu-rambu halus yang berwarna warni menambah cantik lagi rupanya. Busul
akan diregangkan di bahagian belakang tengkuk wau, agar ianya mengeluarkan bunyi
dengung apabila diterbangkan diudara. Busul diperbuat dari daun rembia atau
mengkuang yang telah direndam dan dilurut lalu dibiarkan kering. Ia berbentuk seperti
alat memanah. Tali teraju diikatkan di antara bahu kepak dan tulang belakang sebelah
bawah wau bagi mengimbangi wau - Teraju Tiga.
Cara Bermain
Pada kebiasaannya wau akan dimainkan oleh dua orang, iaitu seorang akan memegang
wau dan seorang lagi dipanggil juru anjung yang memegang tali. Apabila angin bertiup
maka tali akan ditarik melawan arus angin dengan cara menghulur dan menarik talinya
sehinggalah wau tersebut tinggi di udara. Kilauan cahaya matahari akan menambah
cantik lagi wau yang dihias berwarna-warni.
Di masa kini walaupun wau masih mendapat tempat dikalangan masyarakat Melayu
tetapi layang-layang juga tidak kurangnya telah mendapat perhatian oleh masyarakat
tempatan dan juga antarabangsa. Pelbagai bentuk dan corak layang-layang telah
Wau bulan
4. dicipta, ada layang-layang yang berbentuk orang, kapal berangkai dan ada yang
dimainkan dengan menggunakan dua utas tali. Kebanyakkan pertunjukan wau dan
layang-layang masih mendapat tempat di Malaysia, terutama ketika hari-hari sambutan
perayaan atau pertandingan wau antarabangsa.
http://malaysiana.pnm.my/03/0310konda_kondi.htm
Konda-kondi juga dikenali sebagai Perik Mata memerlukan fikiran yang tajam dan
kekuatan pemain, iaitu ketika memikir arah yang selamat untuk menguis kayu dan
mengejar kayu yang dikuis untuk mematikan pihak lawan. Permainan ini memerlukan
kawasan lapang.
Peralatan yang diperlukan adalah terdiri daripada dua batang kayu kecil berukuran, l5cm
dan 30cm panjang. Kedua-dua batang kayu ini berbentuk bulat dan berukuran 2cm garis
pusat. Kayu yang pendek dipanggil anak dan yang panjang dipanggil ibu. Lubang
sedalam 15cm juga dikorek bagi meletakkan kayu panjang.
Undian secara 'wan to som' dijalankan bagi membentuk pasukan dan menetapkan
pasukan mana yang harus memainkan terlebih dahulu.
Permainan Pertama
Pemain pertama memulakan permainan dengan meletakkan kayu pendek melintang
lubang, kayu panjang digunakan untuk menguis kayu pendek itu supaya melambung ke
udara, setelah itu kayu panjang diletakkan semula melintang lubang sementara itu, ahli
pasukan lawan hendaklah cuba menyambut kayu pendek yang dikuis oleh pemain itu
sebelum jatuh ke tanah. Jika pasukan lawan berjaya berbuat demikian, semua pemain
daripada kumpulan yang sedang bermain itu dikira mati. Permainan akan diambil alih
pula oleh pasukan lawan, tetapi jika pasukan lawan gagal menyambutnya, mana-mana
ahli hendaklah membalingkan kayu pendek masuk ke dalam lubang ataupun mengena
kayu panjang.
Jika kayu itu masuk ke dalam lubang atau pun terkena kayu panjang yang diletakkan
melintang tadi, cuma pemain itu sahaja yang dikira mati. Sebaliknya, jika kayu yang
dibaling oleh pemain lawan itu tidak mengenai lubang atau kayu panjang itu, pemain
tersebut boleh mendapatkan mata dengan mengira jarak kayu itu jatuh dari lubang.
Satu jarak kayu panjang dikira satu mata.
Permainan Kedua
Pemain tadi akan mengambil kayu pendek dan melambungkan ke udara, kemudian
memukulnya kuat dengan kayu panjang. Dia diberi peluang sebanyak tiga kali jika
pukulan pertama atau keduanya tidak kuat.
Sekali bagi pemain lawan cuba menyambut jika tidak berjaya. Pemain tadi boleh
mendapat mata, dengan kiraan yang sama. Mata yang diperoleh dicampur dengan mata
daripada langkah pertama tadi.
Permainan Ketiga
5. Seterusnya, pemain beralih kepada langkah ketiga yang dipanggil patuk ular. Pemain
menyandarkan kayu pendek di tepi lubang, kemudian mengetuk hujung kayu pendek itu
dengan kayu panjang. Jika pukulan dibuat dengan baik, kayu pendek akan melentik ke
udara. Pemain itu hendaklah bersedia untuk memukul kayu pendek itu sebelum jatuh ke
tanah, dengan menggunakan kayu panjang. Tempat kayu pendek itu jatuh dikira mata,
iaitu mengiranya dengan menggunakan kayu panjang, kiraan mata tetap sama seperti
sebelumnya. Pasukan yang mempunyai mata tertinggi memenangi perlawanan ini.
http://www.memori-kedah.com/page_pengenalan.php?p=1&idstopic=12&mtopic=1
Pengenalan
Permainan wau adalah merupakan salah satu daripada permainan tradisional orang-orang
Melayu sejak beratus-ratus tahun dahulu lagi. Permainan ini mengandungi unsur-unsur
budaya Melayu asli. Ini dapat dilihat pada bentuk dan rekaan corak yang terdapat pada wau
tersebut.
Asal-usul permainan wau yang sebenarnya tidaklah diketahui walaupun dalam beberapa buku
Sejarah Melayu sudah menceritakan tentang permainan ini. Namun begitu, ramai orang
berpendapat bahawa permainan wau ini bermula pada zaman pemerintahan Sultan Mahmud
Shah (1488-1511). Pendapat ini berdasarkan kepada buku Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu)
yang mana ada menceritakan tentang permainan wau.
Permainan wau merupakan salah satu daripada hobi penduduk-penduduk di kawasan
pendalaman terutama bagi negeri-negeri di Utara Semenanjung seperti Kedah, Perlis dan
Kelantan. Permainan wau telah menjadi satu permainan tradisi selepas musim menuai.
Mereka bermain wau untuk menghilangkan rasa penat setelah bekerja di sawah. Mereka juga
berasa gembira ketika bermain dan bertemu di antara satu sama lain sehingga ada di
setengah-setengah tempat dan daerah mereka akan mengadakan satu pesta tahunan dan
pertandingan wau yang tercantik di antara daerah-daerah.
Tukang-tukang wau yang mahir mempunyai cara yang tersendiri dalam mengukur dan
menimbang ketika meraut buluh rangka wau. Petuanya tentulah didapati daripada orang tua-
tua, tetapi kebolehan sebenar adalah diperolehi melalui pengalaman. Tepatnya meraut buluh
dan memasang rangka wau akan menentukan kecantikan bentuk wau dan disokong dengan
teraju yang dipasang dengan tepat.