際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
SEDIMENTASI DAN STRATIGRAFI PULAU JAWA
JAVA SEDIMENTOLOGY AND STRATIGRAPHY
Interaksi lempeng telah diyakini berpengaruh terhadap pembentukan maupun konfigurasi cekungan
yang dikontrol oleh sesar-sesar bongkah pada basement. Menurut Sujanto dan Sumantri (1977), pola
pengendapan di Pulau Jawa selama Tersier memperlihatkan berbagai gejala seperti sesar
tumbuh (growth faulting), pembentukan paparan karbonat regional (regional
platforming), pengendapan seperti flysch pada palung, pertumbuhan terumbu pada volkan-volkan tua
dan sedimentasi gelinciran-pemerosotan-turbiditik (turbiditic-sliding-gliding sedimen-tation).
Sedimen Paleogen (Kapur Akhir  Tersier Awal)
Endapan Paleogen umumnya merupakan endapan syn-rift yakni sedimen yang terendapkan
bersamaan dengan proses peregangan yang mengakibatkan pembentukan horst dan graben.
Endapan Paleogen Jawa bagian utara
Formasi Jatibarang di Jawa Barat mewakili seri batuan volkanik yang diendapkan selama rifting pada
Eosen Tengah-Akhir dalam cekungan seperti graben-graben yang berorientasi utara-selatan
berasosiasi dengan regim regangan (extensional) dalam Busur magmatik yang terangkat. Dijumpai
terutama di Sub-cekungan Jatibarang, terdiri dari piroklastik, lava andesit bersisipan dengan tuffa.
Perselingan piroklastik, konglomerat, serpih dan batugamping tipis serta lapisan batupasir diendapkan
pada lingkungan paralik hingga laut. Batuandasar berupa monzonit dan diorite, yang mengalasi batuan
volkanik Jatibarang, berumur 65  58 Ma (Kapur Akhir  Paleosen) tetapi juga 213 Ma (Trias) untuk
argilit lanauan (Patmosukismo and Yahya, 1974). Basement berumur Trias umumnya dianggap sebagai
bagian ujung selatan Sundaland. Basemen berumur Kapur Akhir merupakan bagian dari busur
magmatik Kapur Akhir  Tersier Awal, dan volkanik Jatibarang kemungkinan merupakan bagian busur
magmatik berikutnya (busur volkanik Eo-Oligosen) yang berpindah ke selatan sebelum menempati
pantai selatan Jawa pada kala Oligo-Miosen.
Endapan Paleogen Jawa Bagian Selatan
Formasi Ciletuh dan Formasi Karangsambung di Komplek Luk Ulo mewakili sedimen yang diendapkan
pada cekungan muka busur (forearc basin) yang labil. Pengisian cekungan terdiri dari
batulempung (mudstone) yang terlipat kuat (tightly folded), dengan sisipan batupasir, batupasir-
konglomeratan dan batugamping. Sangat umum endapan-endapan turbidit maupun aliran
masa (mass-flow) dijumpai di daerah ini (Martodjojo,1998). Di Jawa Tengah batupasir kuarsa
berumur Eosen Tengah  Eosen Akhir yang dikenal sebagai Formasi Nanggulan dijumpai tersebar di
sebelah tenggara maupun di bagian barat Komplek Luk Ulo. Di daerah Zona Pegunungan Selatan
endapan Paleogen di temukan di Nanggulan (Formasi Nanggulan) dan di Bayat (Formasi Gamping
Wungkal).
Endapan Paleogen di Lepas pantai dan daratan Jawa Timur
Di daratan maupun lepas pantai Jawa Timur, berdasarkan data pemboran sumur-sumur TD dan EJ-1,
sedimen kuarsa klastik paleogen di wakili oleh Formasi Ngimbang. Formasi Ngimbang ditemukan di
dalam kedua graben yang berarah Timurlaut  Baratdaya (sepanjang arah Meratus/pola Meratus)
dan graben Barat  Timur dikenal sebagai arah Sakala di Jawa Timur. Kehadiran sedimen Formasi Pre-
Ngimbang yang lebih dalam pada penampang seismik memperlihatkan refleksi kuat yang secara
tidakselaras berada dibawah Formasi Ngimbang, yang terdapat di sepanjang depresi berarah Barat 
Timur. Bukti ini menyatakan hampir bisa dipastikan kehadiran tinggian purba yang menghasilkan
sumber asal darat paling tidak selama Kapur  Eosen. Fragmen kontinen mungkin melampar dari Jawa
Tengah di bagian barat hingga Kangean Timur di bagian timur.
Sedimen Neogen (Sedimen Oligo-Miosen)
Selama Oligo-Miosen (Oligosen Akhir-Miosen Awal), terjadi kegiatan perkembangan volkanisme old
andesite di Jawa bagian selatan yang menghasilkan batuan volkaniklastik serta perkembangan
paparan dan terumbu karbonat yang menghasilkan endapan karbonat.
Penyebaran Batuan Volkaniklastik
Produk kegiatan volkanisme ini tersebar sepanjang Jawa bagian selatan, dari Pacitan di Jawa Timur
hingga Pelabuhan Ratu-Bayah di Jawa Barat melalui Bayat, Parangtritis, Kulon Progo, Luk Ulo-Karang
Sambung, Pangandaran dan Cikatomas (Soeria-Atmadja et al., 1994). Batuan ini juga melampar
sampai lepas pantai selatan Pula Jawa sebagaimana ditunjukkan oleh Sumur Alveolina-1 dan Borealis-
1 (Shell, 1972-1973). Kharakteristik petrologi adalah Calc-alkaline (Hamilton,1979). Lava flows pada
jalur ini adalah island arc tholeiits (Soeria-Atmaja et al.,1994). Batuan di Pacitan terdiri dari basaltic
pillow lavas dengan dyke. Di Bayat banyak tersingkap dyke dan tubuh intrusi lain yang kebanyakan
berkomposisi basaltis. Di Parangtritis batuan terdiri dari aglomerat, breksi volkanik, dan dyke ber-
komposisi andesitic dan basaltis. Di Kulon Progo dijumpai banyak tersingkap Volcanic necks, lava
dome, breksi lahar dan piroklastik serta sedimen volkanik berbutir halus lainnya. Di Luk Ulo-Karang
Sambung batuan terdiri dari sill, dyke dan plug berkomposisi andesitic hingga basaltic menerobos
penutup sedimen berumur Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Di Pangandaran  Cikatomas (Jawa Barat
bagian tenggara), banyak tersingkap lava flow dan breksi lahar berkomposisi calc-alkaline. Di
Pelabuhanratu  Bayah batuan terdiri dari lava flow berkomposisi andesitic hingga basaltic, breksi
volkanik dan tufa.
Penyebaran Batuan Karbonat di bagian Jawa Utara.
Pada Oligo-Miosen batuan karbonat tersebar meliputi wilayah Ciputat  Jatibarang, Jawa Tengah
Utara, Cepu  Surabaya  Madura, yang jauh dari pengaruh Busur Volkanik Oligo-Miosen dan terutama
berkembang di tatanan tektonik backarc.
Batuan Karbonat Ciputat-Jatibarang area:
Berkembang di cekungan Jawa Barat Utara pada sub-cekungan Ciputat, Pasirpuih, Jatibarang dan
diselai tinggian Rengasdengklok, Pemanukan, dan Gantar-Kandanghaur. Batugamping terdiri dari
batugamping foraminifera/alga paparan, dengan sembulan terumbu koral yang dihasilkan
oleh proses trangresi serta menempati puncak paparan, tinggian dan berubah menjadi serpih kearah
cekungan yang dalam. Satuan batuan ini disebut sebagai Formasi Cibulakan Tengah yang umurnya
ekivalen dengan Formasi Baturaja di Sumatera Selatan dan Lepas Pantai Laut Jawa Barat. Di bawahnya
adalah batupasir Cibulakan Bawah berumur Oligosen Akhir (ekivalen dengan Formasi Talangakar.
Terdiri dari hasil rombakan basemen pre-Tersier atau volkaniklastik Jatibarang yang berumur Eosen
hingga Oligosen. Ciputat-Jatibarang termasuk dalam tatanan busur belakang selama Miosen Awal
relative terhadap busur volkanik Oligo-Miosen yang berkembang di Jawa bagian Selatan. Selama itu
volkanisme Jampang di Pegunungan Selatan Jawa Barat mencapai kegiatan puncaknya. Namun tidak
dijumpai material volkanik dalam karbonat Cibulakan Tengah, yang berarti volkanisme yang terjadi
bersamaan sedimentasi karbonat tidak berpengaruh.
Batuan Karbonat Daerah Jawa Tengah Utara:
Batugamping Sigugur Miosen Awal di bagian tengah fisiografi Rangkaian Pegunungan Serayu Utara
mewakili karbonat Oligo-Miosen di daerah ini. Satuan batuan ini secara transgresif menutup batuan
berumur Eosen. Di Rangkaian Pegunungan Serayu Selatan batugamping Sigugur dijumpai sebagai
fragmen dalam Old Andesit Gabon. Pada Sumur NCJ A-1 (sebelah barat Semarang), dan NCJ B-
1(sebelah timur Pekalongan) ditemukan karbonat oligo-miosen bersisipan dengan serpih dan
beberapa perselingan batupasir dan batubara. Pada Sumur NCJ C-1 diselatan Pemalang hanya
menemukan serpih. Batugamping pada NCJ A-1 menumpang pada diorite porpiri dengan K-Ar berumur
14.65 Ma (Miosen Tengah) yang dianggap sebagai tubuh intrusi atau tubuh plutonvolkanik Komplek
Ungaran Tua. Di sumur NCJ B-1 batugamping menumpang pada breksi volkanik yang dianggap sebagai
produk volkanik Old Andesite Gabon yang menerobos Jawa Tengah lebih ke utara. Batugamping yang
diterobos Sumur NCJ A-1 da NCJ B-1 dalam lingkungan paparan. Data biostratigrafi menyebutkan
terbentuk dalam lingkungan inner hingga middle sublitoral berair jernih, hangat dan dipengaruhi laut
terbuka.
Batuan Karbonat Cepu-Surabaya-Madura
Penyebaran batuan karbonat daratan Jawa terkonsentrasi sepanjang punggungan basemen yang
membentuk jalur sejajar berarah WSW  ENE di daerah Cepu, Surabaya dan Madura dikenal sebagai
Tinggian Cepu Barat, Tinggian Cepu Timur, Punggungan Kemandung dan punggungan BD
(Ardana,1993). Punggungan ini merupakan elemen Tersier Awal yang dihasilkan dari segmentasi
basemen selama peregangan (rifting) cekungan busur belakang Jawa Timur. Punggungan-punggungan
ini menerus kearah timur-laut kedalam laut Jawa Timur sekarang yang membentuk punggungan
basemen yang sama tetapi lebih luas seperti punggungan JS-1 dan Platform Madura Utara. Selama
Oligo-Miosen, daerah Cepu-Surabaya- Madura terletak dalam laut yang terbuka sebelah selatan tepi
paparan yang terletak di sepanjang pantai Jawa Timur dari Rembang hingga utara Pulau Madura.
Daerah paparan terletak sebelah utara tepi paparan yang sekarang adalah Laut Jawa Timur.
Olehkarena itu Cepu Barat hingga punggungan BD merupakan daerah tinggian dalam laut yang
terbuka.
Pengendapan Batugamping reef terjadi di daerah tinggian dan kebanyakan sebagai Pinacle reef. Pada
daerah rendahan yang menyelainya, terendapkan napal laut dalam, serpih dan chalks. Pada Sumur
Ngimbang-1 terletak di selatan Tinggian Cepu Timur menerobos fasies chalky setebal 200 kaki dan
Jatirogo-1 ditimur Tinggian Cepu Barat menerobos fasies chalky setebal 150 kaki. Kelompok karbonat
ini disebut sebagai gamping Kujung, Prupuh dan Tuban di daerah Cepu dan Surabaya atau sebagai
gamping Poleng dan Prupuh di Pulau Madura. Kelompok ini berumur dari Oligosen Akhir sampai
Miosen Awal. Formasi Kujung terdiri dari satuan Kujung III, II, dan I. Kujung bagian bawah (Basal Kujung
III) adalah sekuen regresiv yang kaya akan sedimen klastika, Kujung II adalah sekuen trangresiv
karbonat laut dangkal dan serpih gampingan dengan sembulan karbonat yang secara setempat
menempati tinggian. Kujung I (Prupuh Member) merupakan batugamping bersih, energi tinggi, dan
umumnya berupa sembulan gamping pinnacle reef. Di zona Rembang, Reef berkembang di Tinggian
Cepu Barat. Batugamping terumbu (Reef) KedungTuban, Banyu Urip, Sukowati, Mudi, dan Kembang
Baru berkembang di Tinggian Cepu Timur.
Penyebaran batuan karbonat di bagian Jawa Selatan
Pada Oligo-Miosen batuan karbonat tersebar dari Jampang- Bayah- Sukabumi- Banyumas  Gunung
Kidul, yang berada pada tatanan tektonik intra-arc. Tidak dijumpai perkembangan karbonat reef yang
bersamaan dengan volkanisme di wilayah Gunung Kidul-Banyumas-Jampang. Tidak ada batugamping
foraminifera berkembang sebagai sisipan dalam batuan volkanik Jampang di Jawa Barat selama Miosen
Awal.
Jiwo Hills and Daerah sekitarnya di bagian selatan
Pada Oligo-Miosen di daerah ini diwakili oleh endapan produk volkanik berupa endapan turbidit
karena aliran gravitasi seperti Formasi Kebo-Butak, Semilir, Nglanggran (Oligosen Akhir  Awal Miosen
Tengah) di bagian barat dan dapat dikorelasikan dengan Formasi Besole di bagian timur dan ditutupi
oleh Formasi Sambipitu dan Oyo pada akhir Miosen Awal hingga awal Miosen Tengah. Formasi Kebo-
Butak disusun oleh serpih tufaan dasitis hingga andesitic, lanau berlapis tipis, batupasir, konglomerat
dan tuffit. Sill berkomposisi Andesit basaltis menerobos satuan tersebut. Lava basalt hingga andesit
dijumpai di bagian tengah, sedang breksi andesit ada di bagian atas. Berdasarkan kumpulan fosil umur
Formasi Kebo-Butak adalah Oligosen Akhir hingga Miosen paling awal dan diendapkan dalam
lingkungan laut terbuka (Sumarso dan Ismoyowati,1975). Selaras di atasnya adalah Formasi Semilir
terdiri dari material tuffaan berwarna putih berselingan dengan tuffit berwarna terang, tufa gelas
lempungan dan breksi tuff-pumice. Umur formasi ini antara N5-N9 (Miosen Awal). Bersilang jari
dengan Formasi Semilir adalah Formasi Nglanggran yang tersusun oleh breksi volkanik, aglomerat,
tuffa berlapis buruk, lava bantal basaltis hingga andesitan serta breksi autoklastik dan hyaloklastik.
Ekuivalen dengan Formasi Besole yang terdiri dari lava bantal basaltis-andesitis, tuffa dasitis dan
intrusi local diorite.
Kulon Progo-Banyumas-Cilacap Area (South Central Java)
Old Andesite berumur Oligo-Miosen di daerah ini dikenal sebagai Volkanik Gabon atau Waturanda.
Terdiri dari breksi volkanik, lahar dan breksi tufa. Bersamaan dengan pembentukan struktur didaerah
ini telah terbentuk daerah tinggian dan dalaman. Kerangka fisiografi tektonik yang penting adalah
Tinggian Gabon, Dalaman Citanduy, Tinggian Besuki-Majenang, Dalaman Kroya, Tinggian Karang
Bolong, Dalaman Kebumen, Tinggian Kebumen dan Tinggian Kulon Progo (Suyanto dan
Sumantri,1977). Volkanisme selama Oligo-Miosen telah mengendapkan endapan volcano-turbidit
Formasi Waturanda di darah dalaman. Di bagian atas volkanik Gabon dijumpai secara setempat
fragmen batugamping yang dikenal sebagai Batugamping Sigugur, yang tertranspor dari daerah luar
Cilacap.
Sedimentasi karbonat yang pertama terjadi di bagian atas Miosen Awal dan terjadi pada daerah
tinggian seperti Tinggian Kulon Progo dan Tinggian Karang Bolong yang menghasilkan Batugamping
terumbu Karang Bolong/Kalipucang, Jonggrangan dan Formasi Sentolo berumur Miosen Awal 
Tengah.
Penyebaran Batuan Karbonat di depan Pegunungan Selatan Jawa Barat.
Reef selama Oligo-Miosen tumbuh pada punggungan-punggungan di depan Pegunungan Selatan
(Southern Moutains) meliputi wilayah Bayah-Sukabumi-Rajamandala. Paparan karbonat dan Reef
selama Paleogen di wilayah Bayah telah berkembang. Volkanisme di daerah ini terjadi paling awal pada
Eosen Awal dan berkurang ketika trangresi Oligo-Miosen menghasilkan karbonat reef. Di daerah
Sukabumi  Rajamandala, reef-reef Formasi Rajamandala berkembang sebelum Volkanisme Jampang
terjadi pada Miosen Awal, ketika volkanisme meningkat Reef Rajamandala berhenti tumbuh. Sebagai
batuan dasar yang mengalasi tumbuhnya Reef Rajamandala ini adalah Formasi Batuasih yang berumur
Oligosen dan tertutup oleh suatu sekuen turbidit yang tebal berumur Miosen Awal yakni Formasi
Citarum.
1.1. SEDIMEN MIOSEN TENGAH  MIOSEN AKHIR
Volkanisme di Jawa mulai tenang terjadi dari 18  12 Ma (Miosen Tengah) yang bersamaan dengan
tragresi maksimum yang menghasilkan perkembangan karbonat reef sepanjang Pegungan Selatan
Jawa seperti Wonosari/Punung di Gunung Kidul, Jonggrangan di Kulon Progo, Karangbolong /
Kalipucang di Banyumas dan BojongLopang di daerah Jampang. Sebagai dasar dari pertumbuhan reef-
reef ini adalah gunungapi bawah laut.
1.1.1. Penyebaran sedimen Miosen Tengah  Miosen Akhir di Jawa Bagian Selatan
Jiwo Hills dan daerah sekitarnya
Memasuki Miosen Tengah laut mencapai trangresi maximum dan perkembangan serta pengendapan
karbonat mengganti dominasi volkaniklastik. Peristiwa ini bersamaan dengan akhir kegiatan
volkanisme Paleogen di Jawa pada 18 Ma (Miosen Awal) yang dimulai lagi 12 Ma (Soeria Atmadja et
al., 1994). Penurunan volkanisme dan trangresi maksimum selama Miosen Tengah telah memberikan
lingkungan yang baik untuk perkembangan sedimentasi karbonat. Sisipan karbonat mulai muncul
pada endapan turbidit Formasi Sambipitu berumur awal Miosen Tengah menerus hingga Formasi Oyo
yang pertama kali memperlihatkan sedimentasi bersamaan antara karbonat dan volkanisme yang
diekpresikan oleh batugamping tuffaan berlapis baik, napal tufaan, dan tufa andesitan. Dominasi
sedimentasi karbonat atas volkanisme diperlihatkan oleh karbonat Formasi Wonosari (Punung)
berumur Miosen Tengah  Akhir setebal lebih dari 800m, terdiri dari batugamping berlapis dan
batugamping terumbu dengan sisipan batupasir tufaan, batugamping tufaan serta batugamping
napalan dan batulanau. Paleogen volkanik telah memberikan tempat untuk tumbuhnya terumbu
Wonosari pada laut dangkal. Formasi Wonosari tersingkap luas di selatan Bayat dari Parangtritis hingga
Pacitan (Surono et al., 1988). Formasi Wonosari merupakan komplek terumbu terdiri dari empat fasies
: 1. Tidal algal packstone , tersebar dibagian selatan, 2. Reef crest-reef front of Coral boundstone facies,
3. Upper slope orbitoid-algal packstone dan 4. Lower-slope packstone wackestone.
Kulon Progo-Banyumas-Cilacap Area (South Central Java)
Pengendapan napal dan kalkarenit Formasi Sentolo, Panosogan dan Pananjung menandai genang laut
yang luas pada kala Miosen Tengah. Di daerah Banyumas, KarangBolong-Nusakambangan muncul dan
bertindak sebagai penghalang yang memotong hubungan antara daerah Banyumas dengan laut
terbuka di selatan. Pada akhir Miosen Tengah penghalang tersebut tertutup oleh laut menghasilkan
perkembangan batugamping Terumbu Formasi Kalipucang. Tektonisme dan volkanisme mulai lagi pada
Miosen Akhir yang menghasilkan Horison Breksi II, Gunung Wetan sheets and flows, Formasi
Kumbang. Pengangkatan Tinggian Majenang menyebabkan perkembangan palung pada depresi
Majenang-Wangon dan terjadi pengendapan turbidit Formasi Halang. Di daerah Kebumen
pengankatan menghasilkan pengendapan sedimen berbutir kasar dari Horison Tufa Napal III, sedang
di Kulonprogo pengendapan napal Formasi Sentolo.
North Serayu Trough/Basin (Jawa Tengah bagian Utara)
Terletak di bagian utara Jawa Tengah dan kemudian terangkat menjadi North Serayu Range. Melampar
kearah timur menjadi Zona Randublatung dan Kendeng Ridge, kearah barat menyatu dengan Bogor
anticlinorium belt (van Bemmelen,1949). Batuan silisiklatik berumur Eosen dikenal sebagai Worawari
bed, merupakan sedimen tertua didaerah ini. Secara trangresiv tertutup oleh konglomerat dan
batupasir quartzitic dari Lutut beds dan batugamping terumbu Sigugur beds berumur Miosen Awal.
Endapan turbidit yang tebal lempung napalan, batupasir kuarsa dan batupasir tuffa dari Formasi
Merawu dan Penyatan berumur Miosen Awal  Tengah terdapat di bagian tengah dan timur serta
Formasi Pemali di North Serayu Basin bagian barat. Penelitian kembali kandunga fosil Formasi Pemali
di llokasi tipenya menunjukkan Pliosen Awal dan terendapkan pada laut dalam. Formasi Merawu dan
Penyatan dapat dikorelasikan dengan endapan yang sama di Jawa Timur yaitu Formasi Kerek di Zona
Kendeng dan Rembang Beds di zona Rembang. Di Cekungan Bogor, Formasi Merawu dapat
dikorelasikan dengan turbidit Formasi Citarum dan Jatiluhur (Saguling). Di atas Merawu adalah
volvanic-clastic turbidites Formasi Halang berumur Miosen Akhir.
Pengangkatan Bagian Selatan Jawa Tengah pada Miosen Tengah- Miosen Akhir secara volumetric
diimbangi oleh peningkatan subsidence yang tiba-tiba pada dasar cekungan North Serayu Trough.
Penambahan relief pegunungan tidak hanya menyebabkan pergerakan gelinciran karena gravitasi
(gravitational sliding) dari selatan ke utara, tetapi juga menyebabkan bagian sayap utara meluncur ke
arah cekungan bagian terdalam.
Pada Mio-Pliosen, basal limestone Bodas Series diendapkan secara transgresiv dan secara tidak selaras
menumpang seri batuan Miosen yang lebih tua. Kemudian penurunan cekungan yang kuat dimulai,
secara volumetrik diimbangi pengangkatan yang kuat South Serayu Range di bagian selatan Jawa
Tengah pada Mio-Pliosen. Pengisian sedimen selama Mio-Pliosen dalam cekungan North Serayu Zone
dimulai dengan endapan volkanik berselingan konglomerat, dan diakhiri dengan napal lempung yang
lunak, serta batupasir tufaan dari Formasi Kalibiuk. Seri Volkanik disebut sebagai breksi Kumbang di
cekungan bagian barat, seri Bodas di bagian tengah dan Breksi Banyak di bagian timur, yang secara
selaras ditutupi oleh batuan napal dan batupasir tufaan Formasi Cipluk yang berumur Pliosen Awal.
Breksi volkani seri Bodas Bawah mengandung konglomerat polimiktik dengan bongkah berasal dari
daerah Luk Ulo di selatan yang terangkat. Breksi volkanik merupakan produk submarine volcanoes
pada Cekungan NorthSerayu yang mengalami penurunan.
Pada kala Pliosen, sedimentasi laut dalam masih terjadi di North Serayu Trough/Basin. Analisis Facies
di Brebes-Tegal-Pemalang, Jawa Tengah bagian utara (Sunardi et al., 2001) menunjukkan kehadiran
endapan turbidit yang ekivalen dengan Formasi Cisubuh berumur Pliosen.
Setelah kegiatan volkanik Miosen Awal, batugamping terumbu terbentuk misal batugamping terumbu
pada puncal Formasi Tapak di bagian barat dan batugamping Kapung di bagian timur. Urutan
pengendapan di North Serayu Basin sangat menunjukkan pengangkatan dimulai pada Plio-
Plestosen, sebab endapan tersebut hanya terdapat pada sepanjang tepian North Serayu Range.
Endapan tersebut terdiri dari Damar Series, Ligung Series, dan Kaliglagah-Mengger-Gintung Series.
Perioda pengangkatan ini bersamaan dengan perioda inversi Cekungan Bogor.
Volcaniclastic Turbidites of the Kendeng Zone
Sedimentasi laut dalam di Jawa Timur juga melibatkan sedimen volkanikklastik Formasi Kerek yang
berumur Miosen dalam Kendeng Trough/Basin. Kendeng Basin sekarang merupakan lipatan dan jalur
sesar naik (anjakan) yang berarah barat- timur (anticlinorium), melampar sekitar 250 km panjangnya
dan lebar 20 km, dari G.Ungaran di barat hingga S.Brantas di timur dan menunjam dibawah dataran
alluvial yang membatasi Selat Madura (de Genevraye and Samuel, 1972). Bagian barat Kendeng Zone
dicirkan oleh kandungan material volkanik yang tinggi dan struktur yang rumit. Di bagian tengah,
material piroklastik berkurang kearah utara tetapi struktur masih komplek. Di bagian timur material
volkanik berkurang dan arah struktur bergeser kearah utara.
Secara keseluruhan Formasi Kerek terdiri dari sekuen kalkareus dan lempungan yang masiv dimana
material volkanikklastik sangat melimpah. Berbagai nama telah diberikan pada anggota Formasi ini
karena adanya perubahan fasies di ujung barat Zona Kendeng, De Genevraye dan Samuel (1972)
menggunakan nama yang sama dengan North Serayu Zone. Di daerah ini Formasi Kerek dibagi
menjadi dua anggota Anggota Merawu berumur Miosen Tengah di bagian bawah dan Anggota
Penyatan berumur Miosen Akhir dibagian atas. Anggota Merawu merupakan sekuen volkanik-klastik.
Interval bawah dari Merawu terdiri dari konglomerat dan microconglomerates dengan kerikil
kuarsa, andesitic tuffs dan Lepidocyclina-bearing limestones. Lapisan rombakan volkanik berukuran
kasar ini ditutupi oleh endapan seperti turbidit perselingan shalysandy calcareous. Anggota
Penyatan adalah endapan klastik, tufaan, banyak batupasir tuffa berbutir kasar berlapis tebal dengan
sisipan lapisan lempung dan napal berwarna kehitaman termasuk sekuen turbidit dan lapisan
kalkareus jarang dijumpai.
Di Zona Kendeng bagian Tengah dan Timur, Formasi Kerek tersusun oleh seri napal lempungan dan
lempung yang agak monoton dan napal berselingan dengan batupasir tufaan gampingan dan non
gampingan yang merupakan aspek sekuen turbidit. Zona Kendeng Tengah pembagian menjadi tiga
anggota dillakukan oleh de Genevraye and Samuel (1972). Anggota Banyuurip adalah
perselingan napal lempungan, napal dan lempung dengan batupasir tufaan gampingan dan non
gampingan Anggota Sentul juga terdiri dari perselingan lapisan rombakan volkanik lempungan tetapi
lapisan tufaan lebih banyak dibagian atas dan dapat mencapai tebal 20 m. Anggota Batugamping
Kerek merupakan anggota teratas dari Formasi Kerek terdiri perselingan batugamping tufaan dan
lapisan tufaan maupun lempungan.
Formasi Kerek diendapkan pada neritik luar hingga bathial ketika zona Kendeng mengalami penurunan
selama pertengahan Miosen Awal hingga Miosen Tengah dan banyak material volkanik diendapkan
pada cekungan tersebut.
Penurunan Zona Kendeng berkaitan dengan kompensasi isostatik karena pengangkatan jalur volkanik
sepanjang axial ridge of Java. Banyak struktur sedimen yang berkaitan dengan subsiden teramati pada
beberapa level dalam Formasi Kerek seperti flow rolls, synsedimentary microfolds, dan micro growth
faulting.
Implikasi Minyak Bumi Jawa Tengah Utara (North Serayu  Zona Kendeng).
Van Bemmelen (1949) melaporkan banyak oil seepages dan satu lapangan minyak di North Serayu
Zone. Seepages tersebut terdapat di daerah Karangkobar, Bawang dan Subah, Klantung dan
Sodjomerto, Kaliwaru, Bagian Barat G. Ungaran (beberapa seepages), dan sebelah timur G. Ungaran.
Pemboran eksplorasi telah dilakukan oleh perusahaan minyak Belanda sejak awal 1900 di dekat
seepages namun tidak berhasil. Namun demikian, pemboran di Klantung dan Sodjomerto berhasil dan
menemukan lapangan Cipluk. Selama 35 th produksi, rata-rata produksi pertahun menghasilkan
beberapa ratus ton minyak. Lapangan Cipluk sekarang ditinggalkan, terbentuk oleh antiklin
terpatahkan dari batupasir volkanikklastik Formasi Banyak yang berumur Miosen Akhir. Batuan induk
diperkirakan dari serpih yang mengalasi Formasi Merawu atau Serpih Worawari beds berumur Eosen
(ekivalen dengan serpih Ngimbang di Cekungan Jawa Timur, pengisian trap menggunakan sesar
sebagai jalur migrasi yang bersifat conduits. Sisipan Napal Formasi Cipluk sebagai batuan penyekat baik
lateral maupun vertical. Salah satu singkapanFormasi Pemali diujung barat adalah di Madja, sebelah
barat G.Ciremai daerah Cirebon dilaporkan terdapat oil seeps yang aktip dan sedikit terbiodegradasi
(Lunt and Burgon, 2003). Sumur pertama yang dibor untuk mencari minyak di Indonesia adalah di oil
seep Madja pada th.1872.
Pergerakan gelinciran karena gravitasi dari selatan ke utara di North Serayu Trough/Basin terjadi seagai
akibat pengangkatan South Serayu Range selama Miosen Tengah-Miosen Akhir dan menghasilkan
pembentukan struktur. Satuan batuan berumur Eosen hingga Miosen Akhir yakni Formasi Worawari,
Lutut dan Sigugur yang diendapkan pada lingkungan non-marine hingga laut dangkal serta satuan
batuan turbidit Formasi Merawu dan Penyatan Bawah terdeformasi sebagai toe thrust anticlines dan
fault-propagation folds.
Mekanisme ini sama dengan yang terjadi pada perangkap hidrokarbon yang telah terbukti
menghasilkan minyak di Cekungan Lower Kutai-North Makasar Basin, dimana pengangkatan daerah
Cekungan Kutai bagian hulu selama Miosen Akhir hingga sekarang telah membentuk perangkap di
daerah Lower Kutai-North Makasar dengan beberapa sedimen terendapkan dalam kolam-kolam
sinklinal yang terbentuk diantara antiklin yang tersesar naik (thrusted anticlines). Semua elemen
petroleum system dan prosesnya di Jawa Tengah Utara dapat terbentuk dengan system ini. Sumber
hidrokarbon dapat diberikan oleh serpih non-marine hingga laut dangkal dari Formasi Worawari
maupun lempung napalan Formasi Merawu. Reservoir berupa batupasir kuarsa dan batupasir tufaan
dari Formasi Lutut dan Merawu, ditambah batugamping terumbu Sigugur. Batuan penyekat adalah
serpih intraformational dalam Formasi Merawu maupun Penyatan. Maturasi batuan induk dapat
dicapai karena cekungan mengalami penurunan dan tertimbun oleh sedimen post Miosen Akhir.
Minyak yang terbentuk dapat masuk ke dalam perangkap toe thrust anticlines yang terbentuk pada
Formasi Lutut dan Merawu atau batugamping terumbu Sigugur melalui sesar-sesar dalam toe thrust
system. Banyaknya seepage di permukaan menunjukkan kehadiran petroleum system yang bekerja di
daerah tersebut.
Kerek volcaniclastic sediments yang diendapkan di zona Kendeng belum dieksplor
kandungan hidrokarbonnya. Singkapan di Kendeng Barat menunjukkan sekuen volkanikklastik pasiran
ini lebih baik kualitasnya dan lebih kaya pasir kuarsa disbanding lapisan volkanikklastik Banyak
diatasnya. Sedikit minyak di Klantung-Cipluk Field ujung barat Kendeng Zone dianggap berasal
dari Banyak volcaniclastic beds.
Penemuan lapangan gas Wunut (Huffco Brantas,1994), lapangan gas Carat serta lapangan minyak dan
gas Tanggulangin (Lapindo Brantas, 2001), semua terletak 30 km selatan Surabaya, memperlihatkan
produktivitas endapan turbiditic volcaniklastik di Zona Kendeng sebagai reservoir gas dan minyak.
Reservoir adalah Formasi Pucangan berumur Pleistosen. Basal Wunut sands diendapkan dalam
sekuen turbiditic mendangkal ke atas menjadi fasie delta (Kusumastuti et al.,2000), sedang Carat dan
Tanggulangin sands diendapkan sebagai sedimen turbiditik (AgungDarmoyo, 2004). Volcaniclastic
sands di lapangan Wunut diklasifikasikan sebagai lithic arkose atau feldspathic litharenites.Matrix
batuan terutama terdiri dari plagioclase feldspar dan fragmen batuan volkanik dengan sejumlah
mineral sekunder ubahan butiran dan mineral berat. Kandungan lempung bervariasi dan didominasi
oleh smektik. Rata-rata porositas masing-masin individu sand berkisar 25 hingga 35%, dan rata-rata
permeabilitas antara 25 hingga 195 mD.
Pore systems terutama adalah intergranular dan telah ditingkatkan oleh pori sekunder hasil dari
pelarutan mineral (Kusumastuti et al., 2000). Batupasir volcaniclastik Kerek tidak sebagus batupasir
Pucangan dalam kualitas reservoir karena lebih dalam tertimbun dan terkompaksi. Willumsen dan
Schiller (1994) memperkirakan total porosity lebih besar 30% pada kedalaman dangkal,menurun
hampir 20% pada kedalaman 7500 kaki, dengan permeabilitas rata-rata 100 mD pada kedalaman
dangkal, dan menurun hingga 20 mD pada kedalaman 5000 kaki. Porositas Sekunder dehasilkan oleh
pelarutan mineral meskipun dapat meningkat pada kedalaman yang besar. Lapangan Kuti dan Metatu
yang telah lama ditinggalkan (ditemukan pada akhir 1890) terletak di zona Randublatung dekat
Surabaya juga menghasilkan minyak dari batupasir volkaniclastik. Kuti Field menghasilkan 0.75
MMBO dari Pleistocene tuffaceous sandstone sedang Metatu menghasilkan 0.3 MMBO dari
Pleistocene volcaniclastics yang sama (Willumsen dan Schiller, 1994).
Kendeng Zone dengan endapan volkaniclastik yang melimpah dari semua umur bisa mengandung
banyak potensi dalam horizon tersebut. Lapisan penghasil minyak mungkin disediakan oleh napal yang
diendapkan bersamaan dengan batupasir volkaniclastik yang konfigurasinya menyebabkan migrasi
langsung hidrokarbon yang dihasilkan dari batuan induk ke dalam reservoir. Sumber gas biogenic,
berkaitan dengan sedimentasi cepat, dapat ditemukan di horizon yang dangkal pada Kendeng Zone.
Subsiden dari Kendeng Zone dan penimbunan yang dalam lapisan batuan induk akan membawa
batuan induk ke dalam candela pembentukan hidrokarbon. Kehadiran sesar yang mengakomo-dasi
penurunan cekungan dapat bertindak sebagai jalur hidrokarbon yang vertical dari batuan induk yang
dalam ke reservoir yang dangkal. Penemuan minyak dengan jumlah yang signifikan di Lapangan Oyong,
Selat Madura (Santos Sampang, 2000) dan di Tanggulangin-3 well (Lapindo Brantas, 2004)
memperlihatkan bahwa Eocene Ngimbang shales terendapkan di Kendeng Trough telah memasuki
oil window dan minyak telah bermigrasi melalui sesar yang vertical mengisi reservoir Pliosen dan
Plistosen. Banyak batuan terdiri dari material berbutir halus dalam Kendeng Zone yang menurun
dan akan menjadi penyekat yang baik. Pemerangkapan dapat terjadi dalam stratigraphic traps
untuk turbidit, sub-thrust structural traps di bawah north-verging Kendeng thrusts, dan structural
and stratigraphic traps berkaitan dengan subsidence ( toethrust systems) dan uplift ( sub-thrust
systems of the triangle zone) di dalam Kendeng Zone. Pembentukan lapangan gas dan minyak di
endapan volkaniklastik Kendeng Zone menunjukkan bahwa kemungkinan minyak dalam zona ini
tidak bisa di abaikan.
Daftar Pustaka:
1. Budiyani, Sri., at al., 2003, The Collision of The East Java Microplate and Its Implication for
Hydrocarbon occurrences in the East Java Basin, Indonesian Petroleum Association,
Proceeding Ann.Conv.29th
.
2. Awang H.Satyana and Cipi Armandita, 2004, Deepwater Plays of Java Indonesia, Regional
Evaluation on Opportunities and Risks, Indonesian Petroleum Association , Proceeding Deepwater and
Frontier Exploration in Asia and Australasia Symposium.
3. Awang H.Satyana, 2005, Oligo-Mioscene Carbonates of Java, Indonesia. Tectonic-Volcanic Setting
and Petroleum Implication. Indonesia Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv. 30th
.
4. Helen Smyth et al., 2005, East Java: Cenozoic Basins, Volcanoes and Ancient Basement, Indonesia
Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv. 30th

More Related Content

More from Ario Arief iswandhani (7)

Basic Geothermal Indonesia.pptx
Basic Geothermal Indonesia.pptxBasic Geothermal Indonesia.pptx
Basic Geothermal Indonesia.pptx
Ario Arief iswandhani
Basic Petroleum System.pptx
Basic Petroleum System.pptxBasic Petroleum System.pptx
Basic Petroleum System.pptx
Ario Arief iswandhani
Basic Wireline Electrical and Well Log Analysist.pptx
Basic Wireline Electrical and Well Log Analysist.pptxBasic Wireline Electrical and Well Log Analysist.pptx
Basic Wireline Electrical and Well Log Analysist.pptx
Ario Arief iswandhani
Basic Workover dan Wellservices.pptx
Basic Workover dan Wellservices.pptxBasic Workover dan Wellservices.pptx
Basic Workover dan Wellservices.pptx
Ario Arief iswandhani
Basic CCUS.pptx
Basic CCUS.pptxBasic CCUS.pptx
Basic CCUS.pptx
Ario Arief iswandhani
Basic Gempa Bumi.pptx
Basic Gempa Bumi.pptxBasic Gempa Bumi.pptx
Basic Gempa Bumi.pptx
Ario Arief iswandhani
Basic Vibroseis.pptx
Basic Vibroseis.pptxBasic Vibroseis.pptx
Basic Vibroseis.pptx
Ario Arief iswandhani

Recently uploaded (20)

Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia EmasScenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Dadang Solihin
PRAKTIK PEMBUATAN RPP DEEP LEARNING fix.pptx
PRAKTIK PEMBUATAN RPP DEEP LEARNING fix.pptxPRAKTIK PEMBUATAN RPP DEEP LEARNING fix.pptx
PRAKTIK PEMBUATAN RPP DEEP LEARNING fix.pptx
NurulIlyas3
Silabus PAI kelas 4 sms 2sssss 2020.docx
Silabus PAI kelas 4 sms 2sssss 2020.docxSilabus PAI kelas 4 sms 2sssss 2020.docx
Silabus PAI kelas 4 sms 2sssss 2020.docx
matauaipuawang
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptxBERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
putuariutama
Proposal Kegiatan Santunan Anak Yatim.docx
Proposal Kegiatan Santunan Anak Yatim.docxProposal Kegiatan Santunan Anak Yatim.docx
Proposal Kegiatan Santunan Anak Yatim.docx
tuminsa934
Muqaddimah ANGGARAN DASAR Muhammadiyah .pptx
Muqaddimah ANGGARAN DASAR  Muhammadiyah .pptxMuqaddimah ANGGARAN DASAR  Muhammadiyah .pptx
Muqaddimah ANGGARAN DASAR Muhammadiyah .pptx
suwaibahkapa2
Energy Efficiency & Sustainable Maintenance _Training *Proactive BUILDING MAI...
Energy Efficiency & Sustainable Maintenance _Training *Proactive BUILDING MAI...Energy Efficiency & Sustainable Maintenance _Training *Proactive BUILDING MAI...
Energy Efficiency & Sustainable Maintenance _Training *Proactive BUILDING MAI...
Kanaidi ken
Farmakologi (antibiotik, antivirus, antijamur).pptx
Farmakologi (antibiotik, antivirus, antijamur).pptxFarmakologi (antibiotik, antivirus, antijamur).pptx
Farmakologi (antibiotik, antivirus, antijamur).pptx
michellepikachuuu
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptxBHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
AyeniahVivi
Kelas 5 Mapel P.Pancasila Bab 2 Norma Dalam Kehidupanku
Kelas 5 Mapel P.Pancasila Bab 2 Norma Dalam KehidupankuKelas 5 Mapel P.Pancasila Bab 2 Norma Dalam Kehidupanku
Kelas 5 Mapel P.Pancasila Bab 2 Norma Dalam Kehidupanku
suandi01
BAB 1 Kode Etik & Profesionalisme Guru PAK pjj.pptx
BAB 1 Kode Etik & Profesionalisme Guru PAK pjj.pptxBAB 1 Kode Etik & Profesionalisme Guru PAK pjj.pptx
BAB 1 Kode Etik & Profesionalisme Guru PAK pjj.pptx
AGUNGDJUMARI
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptxPERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
Fajar Baskoro
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewaANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
MuhamadFahmiAziz
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
BangZiel
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsiMenggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
suandi01
Modul Ajar IPA Kelas 9 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 9 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 9 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 9 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Kelas
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
papamamajason21
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docxSENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
Mirza836129
RPT PSV (2).docxUNTU RUJUKAN GURU TAHUN 2025
RPT PSV (2).docxUNTU RUJUKAN GURU TAHUN 2025RPT PSV (2).docxUNTU RUJUKAN GURU TAHUN 2025
RPT PSV (2).docxUNTU RUJUKAN GURU TAHUN 2025
ROBIATUL29
Kebijakan Manajemen Pelatihan Dasar ASN 2025
Kebijakan Manajemen Pelatihan Dasar ASN 2025Kebijakan Manajemen Pelatihan Dasar ASN 2025
Kebijakan Manajemen Pelatihan Dasar ASN 2025
Gunarno1
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia EmasScenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Scenario Planning Bonus Demografi 2045 Menuju Satu Abad Indonesia Emas
Dadang Solihin
PRAKTIK PEMBUATAN RPP DEEP LEARNING fix.pptx
PRAKTIK PEMBUATAN RPP DEEP LEARNING fix.pptxPRAKTIK PEMBUATAN RPP DEEP LEARNING fix.pptx
PRAKTIK PEMBUATAN RPP DEEP LEARNING fix.pptx
NurulIlyas3
Silabus PAI kelas 4 sms 2sssss 2020.docx
Silabus PAI kelas 4 sms 2sssss 2020.docxSilabus PAI kelas 4 sms 2sssss 2020.docx
Silabus PAI kelas 4 sms 2sssss 2020.docx
matauaipuawang
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptxBERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptx
putuariutama
Proposal Kegiatan Santunan Anak Yatim.docx
Proposal Kegiatan Santunan Anak Yatim.docxProposal Kegiatan Santunan Anak Yatim.docx
Proposal Kegiatan Santunan Anak Yatim.docx
tuminsa934
Muqaddimah ANGGARAN DASAR Muhammadiyah .pptx
Muqaddimah ANGGARAN DASAR  Muhammadiyah .pptxMuqaddimah ANGGARAN DASAR  Muhammadiyah .pptx
Muqaddimah ANGGARAN DASAR Muhammadiyah .pptx
suwaibahkapa2
Energy Efficiency & Sustainable Maintenance _Training *Proactive BUILDING MAI...
Energy Efficiency & Sustainable Maintenance _Training *Proactive BUILDING MAI...Energy Efficiency & Sustainable Maintenance _Training *Proactive BUILDING MAI...
Energy Efficiency & Sustainable Maintenance _Training *Proactive BUILDING MAI...
Kanaidi ken
Farmakologi (antibiotik, antivirus, antijamur).pptx
Farmakologi (antibiotik, antivirus, antijamur).pptxFarmakologi (antibiotik, antivirus, antijamur).pptx
Farmakologi (antibiotik, antivirus, antijamur).pptx
michellepikachuuu
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptxBHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
BHINNEKA TUGGAL IKA KEBERAGAMAN BUDAYA.pptx
AyeniahVivi
Kelas 5 Mapel P.Pancasila Bab 2 Norma Dalam Kehidupanku
Kelas 5 Mapel P.Pancasila Bab 2 Norma Dalam KehidupankuKelas 5 Mapel P.Pancasila Bab 2 Norma Dalam Kehidupanku
Kelas 5 Mapel P.Pancasila Bab 2 Norma Dalam Kehidupanku
suandi01
BAB 1 Kode Etik & Profesionalisme Guru PAK pjj.pptx
BAB 1 Kode Etik & Profesionalisme Guru PAK pjj.pptxBAB 1 Kode Etik & Profesionalisme Guru PAK pjj.pptx
BAB 1 Kode Etik & Profesionalisme Guru PAK pjj.pptx
AGUNGDJUMARI
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptxPERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
Fajar Baskoro
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewaANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
MuhamadFahmiAziz
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
MATERI KE 3 BACAAN MAD (PANJANG) TAHSIN 2025
BangZiel
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsiMenggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
suandi01
Modul Ajar IPA Kelas 9 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 9 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 9 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 9 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Kelas
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
626958694-GEREJA-PEDULI-KEPADA-SESAMA-YANG-SAKIT.pptx
papamamajason21
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docxSENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
Mirza836129
RPT PSV (2).docxUNTU RUJUKAN GURU TAHUN 2025
RPT PSV (2).docxUNTU RUJUKAN GURU TAHUN 2025RPT PSV (2).docxUNTU RUJUKAN GURU TAHUN 2025
RPT PSV (2).docxUNTU RUJUKAN GURU TAHUN 2025
ROBIATUL29
Kebijakan Manajemen Pelatihan Dasar ASN 2025
Kebijakan Manajemen Pelatihan Dasar ASN 2025Kebijakan Manajemen Pelatihan Dasar ASN 2025
Kebijakan Manajemen Pelatihan Dasar ASN 2025
Gunarno1

SEDIMENTASI DAN STRATIGRAFI PULAU JAWA.pdf

  • 1. SEDIMENTASI DAN STRATIGRAFI PULAU JAWA JAVA SEDIMENTOLOGY AND STRATIGRAPHY Interaksi lempeng telah diyakini berpengaruh terhadap pembentukan maupun konfigurasi cekungan yang dikontrol oleh sesar-sesar bongkah pada basement. Menurut Sujanto dan Sumantri (1977), pola pengendapan di Pulau Jawa selama Tersier memperlihatkan berbagai gejala seperti sesar tumbuh (growth faulting), pembentukan paparan karbonat regional (regional platforming), pengendapan seperti flysch pada palung, pertumbuhan terumbu pada volkan-volkan tua dan sedimentasi gelinciran-pemerosotan-turbiditik (turbiditic-sliding-gliding sedimen-tation). Sedimen Paleogen (Kapur Akhir Tersier Awal) Endapan Paleogen umumnya merupakan endapan syn-rift yakni sedimen yang terendapkan bersamaan dengan proses peregangan yang mengakibatkan pembentukan horst dan graben. Endapan Paleogen Jawa bagian utara Formasi Jatibarang di Jawa Barat mewakili seri batuan volkanik yang diendapkan selama rifting pada Eosen Tengah-Akhir dalam cekungan seperti graben-graben yang berorientasi utara-selatan berasosiasi dengan regim regangan (extensional) dalam Busur magmatik yang terangkat. Dijumpai terutama di Sub-cekungan Jatibarang, terdiri dari piroklastik, lava andesit bersisipan dengan tuffa. Perselingan piroklastik, konglomerat, serpih dan batugamping tipis serta lapisan batupasir diendapkan pada lingkungan paralik hingga laut. Batuandasar berupa monzonit dan diorite, yang mengalasi batuan volkanik Jatibarang, berumur 65 58 Ma (Kapur Akhir Paleosen) tetapi juga 213 Ma (Trias) untuk argilit lanauan (Patmosukismo and Yahya, 1974). Basement berumur Trias umumnya dianggap sebagai bagian ujung selatan Sundaland. Basemen berumur Kapur Akhir merupakan bagian dari busur magmatik Kapur Akhir Tersier Awal, dan volkanik Jatibarang kemungkinan merupakan bagian busur magmatik berikutnya (busur volkanik Eo-Oligosen) yang berpindah ke selatan sebelum menempati pantai selatan Jawa pada kala Oligo-Miosen. Endapan Paleogen Jawa Bagian Selatan Formasi Ciletuh dan Formasi Karangsambung di Komplek Luk Ulo mewakili sedimen yang diendapkan pada cekungan muka busur (forearc basin) yang labil. Pengisian cekungan terdiri dari batulempung (mudstone) yang terlipat kuat (tightly folded), dengan sisipan batupasir, batupasir- konglomeratan dan batugamping. Sangat umum endapan-endapan turbidit maupun aliran masa (mass-flow) dijumpai di daerah ini (Martodjojo,1998). Di Jawa Tengah batupasir kuarsa berumur Eosen Tengah Eosen Akhir yang dikenal sebagai Formasi Nanggulan dijumpai tersebar di sebelah tenggara maupun di bagian barat Komplek Luk Ulo. Di daerah Zona Pegunungan Selatan endapan Paleogen di temukan di Nanggulan (Formasi Nanggulan) dan di Bayat (Formasi Gamping Wungkal).
  • 2. Endapan Paleogen di Lepas pantai dan daratan Jawa Timur Di daratan maupun lepas pantai Jawa Timur, berdasarkan data pemboran sumur-sumur TD dan EJ-1, sedimen kuarsa klastik paleogen di wakili oleh Formasi Ngimbang. Formasi Ngimbang ditemukan di dalam kedua graben yang berarah Timurlaut Baratdaya (sepanjang arah Meratus/pola Meratus) dan graben Barat Timur dikenal sebagai arah Sakala di Jawa Timur. Kehadiran sedimen Formasi Pre- Ngimbang yang lebih dalam pada penampang seismik memperlihatkan refleksi kuat yang secara tidakselaras berada dibawah Formasi Ngimbang, yang terdapat di sepanjang depresi berarah Barat Timur. Bukti ini menyatakan hampir bisa dipastikan kehadiran tinggian purba yang menghasilkan sumber asal darat paling tidak selama Kapur Eosen. Fragmen kontinen mungkin melampar dari Jawa Tengah di bagian barat hingga Kangean Timur di bagian timur. Sedimen Neogen (Sedimen Oligo-Miosen) Selama Oligo-Miosen (Oligosen Akhir-Miosen Awal), terjadi kegiatan perkembangan volkanisme old andesite di Jawa bagian selatan yang menghasilkan batuan volkaniklastik serta perkembangan paparan dan terumbu karbonat yang menghasilkan endapan karbonat. Penyebaran Batuan Volkaniklastik Produk kegiatan volkanisme ini tersebar sepanjang Jawa bagian selatan, dari Pacitan di Jawa Timur hingga Pelabuhan Ratu-Bayah di Jawa Barat melalui Bayat, Parangtritis, Kulon Progo, Luk Ulo-Karang Sambung, Pangandaran dan Cikatomas (Soeria-Atmadja et al., 1994). Batuan ini juga melampar sampai lepas pantai selatan Pula Jawa sebagaimana ditunjukkan oleh Sumur Alveolina-1 dan Borealis- 1 (Shell, 1972-1973). Kharakteristik petrologi adalah Calc-alkaline (Hamilton,1979). Lava flows pada jalur ini adalah island arc tholeiits (Soeria-Atmaja et al.,1994). Batuan di Pacitan terdiri dari basaltic pillow lavas dengan dyke. Di Bayat banyak tersingkap dyke dan tubuh intrusi lain yang kebanyakan berkomposisi basaltis. Di Parangtritis batuan terdiri dari aglomerat, breksi volkanik, dan dyke ber- komposisi andesitic dan basaltis. Di Kulon Progo dijumpai banyak tersingkap Volcanic necks, lava dome, breksi lahar dan piroklastik serta sedimen volkanik berbutir halus lainnya. Di Luk Ulo-Karang Sambung batuan terdiri dari sill, dyke dan plug berkomposisi andesitic hingga basaltic menerobos penutup sedimen berumur Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Di Pangandaran Cikatomas (Jawa Barat bagian tenggara), banyak tersingkap lava flow dan breksi lahar berkomposisi calc-alkaline. Di Pelabuhanratu Bayah batuan terdiri dari lava flow berkomposisi andesitic hingga basaltic, breksi volkanik dan tufa. Penyebaran Batuan Karbonat di bagian Jawa Utara. Pada Oligo-Miosen batuan karbonat tersebar meliputi wilayah Ciputat Jatibarang, Jawa Tengah Utara, Cepu Surabaya Madura, yang jauh dari pengaruh Busur Volkanik Oligo-Miosen dan terutama berkembang di tatanan tektonik backarc. Batuan Karbonat Ciputat-Jatibarang area:
  • 3. Berkembang di cekungan Jawa Barat Utara pada sub-cekungan Ciputat, Pasirpuih, Jatibarang dan diselai tinggian Rengasdengklok, Pemanukan, dan Gantar-Kandanghaur. Batugamping terdiri dari batugamping foraminifera/alga paparan, dengan sembulan terumbu koral yang dihasilkan oleh proses trangresi serta menempati puncak paparan, tinggian dan berubah menjadi serpih kearah cekungan yang dalam. Satuan batuan ini disebut sebagai Formasi Cibulakan Tengah yang umurnya ekivalen dengan Formasi Baturaja di Sumatera Selatan dan Lepas Pantai Laut Jawa Barat. Di bawahnya adalah batupasir Cibulakan Bawah berumur Oligosen Akhir (ekivalen dengan Formasi Talangakar. Terdiri dari hasil rombakan basemen pre-Tersier atau volkaniklastik Jatibarang yang berumur Eosen hingga Oligosen. Ciputat-Jatibarang termasuk dalam tatanan busur belakang selama Miosen Awal relative terhadap busur volkanik Oligo-Miosen yang berkembang di Jawa bagian Selatan. Selama itu volkanisme Jampang di Pegunungan Selatan Jawa Barat mencapai kegiatan puncaknya. Namun tidak dijumpai material volkanik dalam karbonat Cibulakan Tengah, yang berarti volkanisme yang terjadi bersamaan sedimentasi karbonat tidak berpengaruh. Batuan Karbonat Daerah Jawa Tengah Utara: Batugamping Sigugur Miosen Awal di bagian tengah fisiografi Rangkaian Pegunungan Serayu Utara mewakili karbonat Oligo-Miosen di daerah ini. Satuan batuan ini secara transgresif menutup batuan berumur Eosen. Di Rangkaian Pegunungan Serayu Selatan batugamping Sigugur dijumpai sebagai fragmen dalam Old Andesit Gabon. Pada Sumur NCJ A-1 (sebelah barat Semarang), dan NCJ B- 1(sebelah timur Pekalongan) ditemukan karbonat oligo-miosen bersisipan dengan serpih dan beberapa perselingan batupasir dan batubara. Pada Sumur NCJ C-1 diselatan Pemalang hanya menemukan serpih. Batugamping pada NCJ A-1 menumpang pada diorite porpiri dengan K-Ar berumur 14.65 Ma (Miosen Tengah) yang dianggap sebagai tubuh intrusi atau tubuh plutonvolkanik Komplek Ungaran Tua. Di sumur NCJ B-1 batugamping menumpang pada breksi volkanik yang dianggap sebagai produk volkanik Old Andesite Gabon yang menerobos Jawa Tengah lebih ke utara. Batugamping yang diterobos Sumur NCJ A-1 da NCJ B-1 dalam lingkungan paparan. Data biostratigrafi menyebutkan terbentuk dalam lingkungan inner hingga middle sublitoral berair jernih, hangat dan dipengaruhi laut terbuka. Batuan Karbonat Cepu-Surabaya-Madura Penyebaran batuan karbonat daratan Jawa terkonsentrasi sepanjang punggungan basemen yang membentuk jalur sejajar berarah WSW ENE di daerah Cepu, Surabaya dan Madura dikenal sebagai Tinggian Cepu Barat, Tinggian Cepu Timur, Punggungan Kemandung dan punggungan BD (Ardana,1993). Punggungan ini merupakan elemen Tersier Awal yang dihasilkan dari segmentasi basemen selama peregangan (rifting) cekungan busur belakang Jawa Timur. Punggungan-punggungan ini menerus kearah timur-laut kedalam laut Jawa Timur sekarang yang membentuk punggungan basemen yang sama tetapi lebih luas seperti punggungan JS-1 dan Platform Madura Utara. Selama Oligo-Miosen, daerah Cepu-Surabaya- Madura terletak dalam laut yang terbuka sebelah selatan tepi paparan yang terletak di sepanjang pantai Jawa Timur dari Rembang hingga utara Pulau Madura. Daerah paparan terletak sebelah utara tepi paparan yang sekarang adalah Laut Jawa Timur. Olehkarena itu Cepu Barat hingga punggungan BD merupakan daerah tinggian dalam laut yang terbuka.
  • 4. Pengendapan Batugamping reef terjadi di daerah tinggian dan kebanyakan sebagai Pinacle reef. Pada daerah rendahan yang menyelainya, terendapkan napal laut dalam, serpih dan chalks. Pada Sumur Ngimbang-1 terletak di selatan Tinggian Cepu Timur menerobos fasies chalky setebal 200 kaki dan Jatirogo-1 ditimur Tinggian Cepu Barat menerobos fasies chalky setebal 150 kaki. Kelompok karbonat ini disebut sebagai gamping Kujung, Prupuh dan Tuban di daerah Cepu dan Surabaya atau sebagai gamping Poleng dan Prupuh di Pulau Madura. Kelompok ini berumur dari Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Formasi Kujung terdiri dari satuan Kujung III, II, dan I. Kujung bagian bawah (Basal Kujung III) adalah sekuen regresiv yang kaya akan sedimen klastika, Kujung II adalah sekuen trangresiv karbonat laut dangkal dan serpih gampingan dengan sembulan karbonat yang secara setempat menempati tinggian. Kujung I (Prupuh Member) merupakan batugamping bersih, energi tinggi, dan umumnya berupa sembulan gamping pinnacle reef. Di zona Rembang, Reef berkembang di Tinggian Cepu Barat. Batugamping terumbu (Reef) KedungTuban, Banyu Urip, Sukowati, Mudi, dan Kembang Baru berkembang di Tinggian Cepu Timur. Penyebaran batuan karbonat di bagian Jawa Selatan Pada Oligo-Miosen batuan karbonat tersebar dari Jampang- Bayah- Sukabumi- Banyumas Gunung Kidul, yang berada pada tatanan tektonik intra-arc. Tidak dijumpai perkembangan karbonat reef yang bersamaan dengan volkanisme di wilayah Gunung Kidul-Banyumas-Jampang. Tidak ada batugamping foraminifera berkembang sebagai sisipan dalam batuan volkanik Jampang di Jawa Barat selama Miosen Awal. Jiwo Hills and Daerah sekitarnya di bagian selatan Pada Oligo-Miosen di daerah ini diwakili oleh endapan produk volkanik berupa endapan turbidit karena aliran gravitasi seperti Formasi Kebo-Butak, Semilir, Nglanggran (Oligosen Akhir Awal Miosen Tengah) di bagian barat dan dapat dikorelasikan dengan Formasi Besole di bagian timur dan ditutupi oleh Formasi Sambipitu dan Oyo pada akhir Miosen Awal hingga awal Miosen Tengah. Formasi Kebo- Butak disusun oleh serpih tufaan dasitis hingga andesitic, lanau berlapis tipis, batupasir, konglomerat dan tuffit. Sill berkomposisi Andesit basaltis menerobos satuan tersebut. Lava basalt hingga andesit dijumpai di bagian tengah, sedang breksi andesit ada di bagian atas. Berdasarkan kumpulan fosil umur Formasi Kebo-Butak adalah Oligosen Akhir hingga Miosen paling awal dan diendapkan dalam lingkungan laut terbuka (Sumarso dan Ismoyowati,1975). Selaras di atasnya adalah Formasi Semilir terdiri dari material tuffaan berwarna putih berselingan dengan tuffit berwarna terang, tufa gelas lempungan dan breksi tuff-pumice. Umur formasi ini antara N5-N9 (Miosen Awal). Bersilang jari dengan Formasi Semilir adalah Formasi Nglanggran yang tersusun oleh breksi volkanik, aglomerat, tuffa berlapis buruk, lava bantal basaltis hingga andesitan serta breksi autoklastik dan hyaloklastik. Ekuivalen dengan Formasi Besole yang terdiri dari lava bantal basaltis-andesitis, tuffa dasitis dan intrusi local diorite. Kulon Progo-Banyumas-Cilacap Area (South Central Java) Old Andesite berumur Oligo-Miosen di daerah ini dikenal sebagai Volkanik Gabon atau Waturanda. Terdiri dari breksi volkanik, lahar dan breksi tufa. Bersamaan dengan pembentukan struktur didaerah
  • 5. ini telah terbentuk daerah tinggian dan dalaman. Kerangka fisiografi tektonik yang penting adalah Tinggian Gabon, Dalaman Citanduy, Tinggian Besuki-Majenang, Dalaman Kroya, Tinggian Karang Bolong, Dalaman Kebumen, Tinggian Kebumen dan Tinggian Kulon Progo (Suyanto dan Sumantri,1977). Volkanisme selama Oligo-Miosen telah mengendapkan endapan volcano-turbidit Formasi Waturanda di darah dalaman. Di bagian atas volkanik Gabon dijumpai secara setempat fragmen batugamping yang dikenal sebagai Batugamping Sigugur, yang tertranspor dari daerah luar Cilacap. Sedimentasi karbonat yang pertama terjadi di bagian atas Miosen Awal dan terjadi pada daerah tinggian seperti Tinggian Kulon Progo dan Tinggian Karang Bolong yang menghasilkan Batugamping terumbu Karang Bolong/Kalipucang, Jonggrangan dan Formasi Sentolo berumur Miosen Awal Tengah. Penyebaran Batuan Karbonat di depan Pegunungan Selatan Jawa Barat. Reef selama Oligo-Miosen tumbuh pada punggungan-punggungan di depan Pegunungan Selatan (Southern Moutains) meliputi wilayah Bayah-Sukabumi-Rajamandala. Paparan karbonat dan Reef selama Paleogen di wilayah Bayah telah berkembang. Volkanisme di daerah ini terjadi paling awal pada Eosen Awal dan berkurang ketika trangresi Oligo-Miosen menghasilkan karbonat reef. Di daerah Sukabumi Rajamandala, reef-reef Formasi Rajamandala berkembang sebelum Volkanisme Jampang terjadi pada Miosen Awal, ketika volkanisme meningkat Reef Rajamandala berhenti tumbuh. Sebagai batuan dasar yang mengalasi tumbuhnya Reef Rajamandala ini adalah Formasi Batuasih yang berumur Oligosen dan tertutup oleh suatu sekuen turbidit yang tebal berumur Miosen Awal yakni Formasi Citarum. 1.1. SEDIMEN MIOSEN TENGAH MIOSEN AKHIR Volkanisme di Jawa mulai tenang terjadi dari 18 12 Ma (Miosen Tengah) yang bersamaan dengan tragresi maksimum yang menghasilkan perkembangan karbonat reef sepanjang Pegungan Selatan Jawa seperti Wonosari/Punung di Gunung Kidul, Jonggrangan di Kulon Progo, Karangbolong / Kalipucang di Banyumas dan BojongLopang di daerah Jampang. Sebagai dasar dari pertumbuhan reef- reef ini adalah gunungapi bawah laut. 1.1.1. Penyebaran sedimen Miosen Tengah Miosen Akhir di Jawa Bagian Selatan Jiwo Hills dan daerah sekitarnya Memasuki Miosen Tengah laut mencapai trangresi maximum dan perkembangan serta pengendapan karbonat mengganti dominasi volkaniklastik. Peristiwa ini bersamaan dengan akhir kegiatan volkanisme Paleogen di Jawa pada 18 Ma (Miosen Awal) yang dimulai lagi 12 Ma (Soeria Atmadja et al., 1994). Penurunan volkanisme dan trangresi maksimum selama Miosen Tengah telah memberikan lingkungan yang baik untuk perkembangan sedimentasi karbonat. Sisipan karbonat mulai muncul pada endapan turbidit Formasi Sambipitu berumur awal Miosen Tengah menerus hingga Formasi Oyo yang pertama kali memperlihatkan sedimentasi bersamaan antara karbonat dan volkanisme yang diekpresikan oleh batugamping tuffaan berlapis baik, napal tufaan, dan tufa andesitan. Dominasi
  • 6. sedimentasi karbonat atas volkanisme diperlihatkan oleh karbonat Formasi Wonosari (Punung) berumur Miosen Tengah Akhir setebal lebih dari 800m, terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu dengan sisipan batupasir tufaan, batugamping tufaan serta batugamping napalan dan batulanau. Paleogen volkanik telah memberikan tempat untuk tumbuhnya terumbu Wonosari pada laut dangkal. Formasi Wonosari tersingkap luas di selatan Bayat dari Parangtritis hingga Pacitan (Surono et al., 1988). Formasi Wonosari merupakan komplek terumbu terdiri dari empat fasies : 1. Tidal algal packstone , tersebar dibagian selatan, 2. Reef crest-reef front of Coral boundstone facies, 3. Upper slope orbitoid-algal packstone dan 4. Lower-slope packstone wackestone. Kulon Progo-Banyumas-Cilacap Area (South Central Java) Pengendapan napal dan kalkarenit Formasi Sentolo, Panosogan dan Pananjung menandai genang laut yang luas pada kala Miosen Tengah. Di daerah Banyumas, KarangBolong-Nusakambangan muncul dan bertindak sebagai penghalang yang memotong hubungan antara daerah Banyumas dengan laut terbuka di selatan. Pada akhir Miosen Tengah penghalang tersebut tertutup oleh laut menghasilkan perkembangan batugamping Terumbu Formasi Kalipucang. Tektonisme dan volkanisme mulai lagi pada Miosen Akhir yang menghasilkan Horison Breksi II, Gunung Wetan sheets and flows, Formasi Kumbang. Pengangkatan Tinggian Majenang menyebabkan perkembangan palung pada depresi Majenang-Wangon dan terjadi pengendapan turbidit Formasi Halang. Di daerah Kebumen pengankatan menghasilkan pengendapan sedimen berbutir kasar dari Horison Tufa Napal III, sedang di Kulonprogo pengendapan napal Formasi Sentolo. North Serayu Trough/Basin (Jawa Tengah bagian Utara) Terletak di bagian utara Jawa Tengah dan kemudian terangkat menjadi North Serayu Range. Melampar kearah timur menjadi Zona Randublatung dan Kendeng Ridge, kearah barat menyatu dengan Bogor anticlinorium belt (van Bemmelen,1949). Batuan silisiklatik berumur Eosen dikenal sebagai Worawari bed, merupakan sedimen tertua didaerah ini. Secara trangresiv tertutup oleh konglomerat dan batupasir quartzitic dari Lutut beds dan batugamping terumbu Sigugur beds berumur Miosen Awal. Endapan turbidit yang tebal lempung napalan, batupasir kuarsa dan batupasir tuffa dari Formasi Merawu dan Penyatan berumur Miosen Awal Tengah terdapat di bagian tengah dan timur serta Formasi Pemali di North Serayu Basin bagian barat. Penelitian kembali kandunga fosil Formasi Pemali di llokasi tipenya menunjukkan Pliosen Awal dan terendapkan pada laut dalam. Formasi Merawu dan Penyatan dapat dikorelasikan dengan endapan yang sama di Jawa Timur yaitu Formasi Kerek di Zona Kendeng dan Rembang Beds di zona Rembang. Di Cekungan Bogor, Formasi Merawu dapat dikorelasikan dengan turbidit Formasi Citarum dan Jatiluhur (Saguling). Di atas Merawu adalah volvanic-clastic turbidites Formasi Halang berumur Miosen Akhir. Pengangkatan Bagian Selatan Jawa Tengah pada Miosen Tengah- Miosen Akhir secara volumetric diimbangi oleh peningkatan subsidence yang tiba-tiba pada dasar cekungan North Serayu Trough. Penambahan relief pegunungan tidak hanya menyebabkan pergerakan gelinciran karena gravitasi (gravitational sliding) dari selatan ke utara, tetapi juga menyebabkan bagian sayap utara meluncur ke arah cekungan bagian terdalam.
  • 7. Pada Mio-Pliosen, basal limestone Bodas Series diendapkan secara transgresiv dan secara tidak selaras menumpang seri batuan Miosen yang lebih tua. Kemudian penurunan cekungan yang kuat dimulai, secara volumetrik diimbangi pengangkatan yang kuat South Serayu Range di bagian selatan Jawa Tengah pada Mio-Pliosen. Pengisian sedimen selama Mio-Pliosen dalam cekungan North Serayu Zone dimulai dengan endapan volkanik berselingan konglomerat, dan diakhiri dengan napal lempung yang lunak, serta batupasir tufaan dari Formasi Kalibiuk. Seri Volkanik disebut sebagai breksi Kumbang di cekungan bagian barat, seri Bodas di bagian tengah dan Breksi Banyak di bagian timur, yang secara selaras ditutupi oleh batuan napal dan batupasir tufaan Formasi Cipluk yang berumur Pliosen Awal. Breksi volkani seri Bodas Bawah mengandung konglomerat polimiktik dengan bongkah berasal dari daerah Luk Ulo di selatan yang terangkat. Breksi volkanik merupakan produk submarine volcanoes pada Cekungan NorthSerayu yang mengalami penurunan. Pada kala Pliosen, sedimentasi laut dalam masih terjadi di North Serayu Trough/Basin. Analisis Facies di Brebes-Tegal-Pemalang, Jawa Tengah bagian utara (Sunardi et al., 2001) menunjukkan kehadiran endapan turbidit yang ekivalen dengan Formasi Cisubuh berumur Pliosen. Setelah kegiatan volkanik Miosen Awal, batugamping terumbu terbentuk misal batugamping terumbu pada puncal Formasi Tapak di bagian barat dan batugamping Kapung di bagian timur. Urutan pengendapan di North Serayu Basin sangat menunjukkan pengangkatan dimulai pada Plio- Plestosen, sebab endapan tersebut hanya terdapat pada sepanjang tepian North Serayu Range. Endapan tersebut terdiri dari Damar Series, Ligung Series, dan Kaliglagah-Mengger-Gintung Series. Perioda pengangkatan ini bersamaan dengan perioda inversi Cekungan Bogor. Volcaniclastic Turbidites of the Kendeng Zone Sedimentasi laut dalam di Jawa Timur juga melibatkan sedimen volkanikklastik Formasi Kerek yang berumur Miosen dalam Kendeng Trough/Basin. Kendeng Basin sekarang merupakan lipatan dan jalur sesar naik (anjakan) yang berarah barat- timur (anticlinorium), melampar sekitar 250 km panjangnya dan lebar 20 km, dari G.Ungaran di barat hingga S.Brantas di timur dan menunjam dibawah dataran alluvial yang membatasi Selat Madura (de Genevraye and Samuel, 1972). Bagian barat Kendeng Zone dicirkan oleh kandungan material volkanik yang tinggi dan struktur yang rumit. Di bagian tengah, material piroklastik berkurang kearah utara tetapi struktur masih komplek. Di bagian timur material volkanik berkurang dan arah struktur bergeser kearah utara. Secara keseluruhan Formasi Kerek terdiri dari sekuen kalkareus dan lempungan yang masiv dimana material volkanikklastik sangat melimpah. Berbagai nama telah diberikan pada anggota Formasi ini karena adanya perubahan fasies di ujung barat Zona Kendeng, De Genevraye dan Samuel (1972) menggunakan nama yang sama dengan North Serayu Zone. Di daerah ini Formasi Kerek dibagi menjadi dua anggota Anggota Merawu berumur Miosen Tengah di bagian bawah dan Anggota Penyatan berumur Miosen Akhir dibagian atas. Anggota Merawu merupakan sekuen volkanik-klastik. Interval bawah dari Merawu terdiri dari konglomerat dan microconglomerates dengan kerikil kuarsa, andesitic tuffs dan Lepidocyclina-bearing limestones. Lapisan rombakan volkanik berukuran kasar ini ditutupi oleh endapan seperti turbidit perselingan shalysandy calcareous. Anggota Penyatan adalah endapan klastik, tufaan, banyak batupasir tuffa berbutir kasar berlapis tebal dengan
  • 8. sisipan lapisan lempung dan napal berwarna kehitaman termasuk sekuen turbidit dan lapisan kalkareus jarang dijumpai. Di Zona Kendeng bagian Tengah dan Timur, Formasi Kerek tersusun oleh seri napal lempungan dan lempung yang agak monoton dan napal berselingan dengan batupasir tufaan gampingan dan non gampingan yang merupakan aspek sekuen turbidit. Zona Kendeng Tengah pembagian menjadi tiga anggota dillakukan oleh de Genevraye and Samuel (1972). Anggota Banyuurip adalah perselingan napal lempungan, napal dan lempung dengan batupasir tufaan gampingan dan non gampingan Anggota Sentul juga terdiri dari perselingan lapisan rombakan volkanik lempungan tetapi lapisan tufaan lebih banyak dibagian atas dan dapat mencapai tebal 20 m. Anggota Batugamping Kerek merupakan anggota teratas dari Formasi Kerek terdiri perselingan batugamping tufaan dan lapisan tufaan maupun lempungan. Formasi Kerek diendapkan pada neritik luar hingga bathial ketika zona Kendeng mengalami penurunan selama pertengahan Miosen Awal hingga Miosen Tengah dan banyak material volkanik diendapkan pada cekungan tersebut. Penurunan Zona Kendeng berkaitan dengan kompensasi isostatik karena pengangkatan jalur volkanik sepanjang axial ridge of Java. Banyak struktur sedimen yang berkaitan dengan subsiden teramati pada beberapa level dalam Formasi Kerek seperti flow rolls, synsedimentary microfolds, dan micro growth faulting. Implikasi Minyak Bumi Jawa Tengah Utara (North Serayu Zona Kendeng). Van Bemmelen (1949) melaporkan banyak oil seepages dan satu lapangan minyak di North Serayu Zone. Seepages tersebut terdapat di daerah Karangkobar, Bawang dan Subah, Klantung dan Sodjomerto, Kaliwaru, Bagian Barat G. Ungaran (beberapa seepages), dan sebelah timur G. Ungaran. Pemboran eksplorasi telah dilakukan oleh perusahaan minyak Belanda sejak awal 1900 di dekat seepages namun tidak berhasil. Namun demikian, pemboran di Klantung dan Sodjomerto berhasil dan menemukan lapangan Cipluk. Selama 35 th produksi, rata-rata produksi pertahun menghasilkan beberapa ratus ton minyak. Lapangan Cipluk sekarang ditinggalkan, terbentuk oleh antiklin terpatahkan dari batupasir volkanikklastik Formasi Banyak yang berumur Miosen Akhir. Batuan induk diperkirakan dari serpih yang mengalasi Formasi Merawu atau Serpih Worawari beds berumur Eosen (ekivalen dengan serpih Ngimbang di Cekungan Jawa Timur, pengisian trap menggunakan sesar sebagai jalur migrasi yang bersifat conduits. Sisipan Napal Formasi Cipluk sebagai batuan penyekat baik lateral maupun vertical. Salah satu singkapanFormasi Pemali diujung barat adalah di Madja, sebelah barat G.Ciremai daerah Cirebon dilaporkan terdapat oil seeps yang aktip dan sedikit terbiodegradasi (Lunt and Burgon, 2003). Sumur pertama yang dibor untuk mencari minyak di Indonesia adalah di oil seep Madja pada th.1872. Pergerakan gelinciran karena gravitasi dari selatan ke utara di North Serayu Trough/Basin terjadi seagai akibat pengangkatan South Serayu Range selama Miosen Tengah-Miosen Akhir dan menghasilkan pembentukan struktur. Satuan batuan berumur Eosen hingga Miosen Akhir yakni Formasi Worawari, Lutut dan Sigugur yang diendapkan pada lingkungan non-marine hingga laut dangkal serta satuan
  • 9. batuan turbidit Formasi Merawu dan Penyatan Bawah terdeformasi sebagai toe thrust anticlines dan fault-propagation folds. Mekanisme ini sama dengan yang terjadi pada perangkap hidrokarbon yang telah terbukti menghasilkan minyak di Cekungan Lower Kutai-North Makasar Basin, dimana pengangkatan daerah Cekungan Kutai bagian hulu selama Miosen Akhir hingga sekarang telah membentuk perangkap di daerah Lower Kutai-North Makasar dengan beberapa sedimen terendapkan dalam kolam-kolam sinklinal yang terbentuk diantara antiklin yang tersesar naik (thrusted anticlines). Semua elemen petroleum system dan prosesnya di Jawa Tengah Utara dapat terbentuk dengan system ini. Sumber hidrokarbon dapat diberikan oleh serpih non-marine hingga laut dangkal dari Formasi Worawari maupun lempung napalan Formasi Merawu. Reservoir berupa batupasir kuarsa dan batupasir tufaan dari Formasi Lutut dan Merawu, ditambah batugamping terumbu Sigugur. Batuan penyekat adalah serpih intraformational dalam Formasi Merawu maupun Penyatan. Maturasi batuan induk dapat dicapai karena cekungan mengalami penurunan dan tertimbun oleh sedimen post Miosen Akhir. Minyak yang terbentuk dapat masuk ke dalam perangkap toe thrust anticlines yang terbentuk pada Formasi Lutut dan Merawu atau batugamping terumbu Sigugur melalui sesar-sesar dalam toe thrust system. Banyaknya seepage di permukaan menunjukkan kehadiran petroleum system yang bekerja di daerah tersebut. Kerek volcaniclastic sediments yang diendapkan di zona Kendeng belum dieksplor kandungan hidrokarbonnya. Singkapan di Kendeng Barat menunjukkan sekuen volkanikklastik pasiran ini lebih baik kualitasnya dan lebih kaya pasir kuarsa disbanding lapisan volkanikklastik Banyak diatasnya. Sedikit minyak di Klantung-Cipluk Field ujung barat Kendeng Zone dianggap berasal dari Banyak volcaniclastic beds. Penemuan lapangan gas Wunut (Huffco Brantas,1994), lapangan gas Carat serta lapangan minyak dan gas Tanggulangin (Lapindo Brantas, 2001), semua terletak 30 km selatan Surabaya, memperlihatkan produktivitas endapan turbiditic volcaniklastik di Zona Kendeng sebagai reservoir gas dan minyak. Reservoir adalah Formasi Pucangan berumur Pleistosen. Basal Wunut sands diendapkan dalam sekuen turbiditic mendangkal ke atas menjadi fasie delta (Kusumastuti et al.,2000), sedang Carat dan Tanggulangin sands diendapkan sebagai sedimen turbiditik (AgungDarmoyo, 2004). Volcaniclastic sands di lapangan Wunut diklasifikasikan sebagai lithic arkose atau feldspathic litharenites.Matrix batuan terutama terdiri dari plagioclase feldspar dan fragmen batuan volkanik dengan sejumlah mineral sekunder ubahan butiran dan mineral berat. Kandungan lempung bervariasi dan didominasi oleh smektik. Rata-rata porositas masing-masin individu sand berkisar 25 hingga 35%, dan rata-rata permeabilitas antara 25 hingga 195 mD. Pore systems terutama adalah intergranular dan telah ditingkatkan oleh pori sekunder hasil dari pelarutan mineral (Kusumastuti et al., 2000). Batupasir volcaniclastik Kerek tidak sebagus batupasir Pucangan dalam kualitas reservoir karena lebih dalam tertimbun dan terkompaksi. Willumsen dan Schiller (1994) memperkirakan total porosity lebih besar 30% pada kedalaman dangkal,menurun hampir 20% pada kedalaman 7500 kaki, dengan permeabilitas rata-rata 100 mD pada kedalaman dangkal, dan menurun hingga 20 mD pada kedalaman 5000 kaki. Porositas Sekunder dehasilkan oleh
  • 10. pelarutan mineral meskipun dapat meningkat pada kedalaman yang besar. Lapangan Kuti dan Metatu yang telah lama ditinggalkan (ditemukan pada akhir 1890) terletak di zona Randublatung dekat Surabaya juga menghasilkan minyak dari batupasir volkaniclastik. Kuti Field menghasilkan 0.75 MMBO dari Pleistocene tuffaceous sandstone sedang Metatu menghasilkan 0.3 MMBO dari Pleistocene volcaniclastics yang sama (Willumsen dan Schiller, 1994). Kendeng Zone dengan endapan volkaniclastik yang melimpah dari semua umur bisa mengandung banyak potensi dalam horizon tersebut. Lapisan penghasil minyak mungkin disediakan oleh napal yang diendapkan bersamaan dengan batupasir volkaniclastik yang konfigurasinya menyebabkan migrasi langsung hidrokarbon yang dihasilkan dari batuan induk ke dalam reservoir. Sumber gas biogenic, berkaitan dengan sedimentasi cepat, dapat ditemukan di horizon yang dangkal pada Kendeng Zone. Subsiden dari Kendeng Zone dan penimbunan yang dalam lapisan batuan induk akan membawa batuan induk ke dalam candela pembentukan hidrokarbon. Kehadiran sesar yang mengakomo-dasi penurunan cekungan dapat bertindak sebagai jalur hidrokarbon yang vertical dari batuan induk yang dalam ke reservoir yang dangkal. Penemuan minyak dengan jumlah yang signifikan di Lapangan Oyong, Selat Madura (Santos Sampang, 2000) dan di Tanggulangin-3 well (Lapindo Brantas, 2004) memperlihatkan bahwa Eocene Ngimbang shales terendapkan di Kendeng Trough telah memasuki oil window dan minyak telah bermigrasi melalui sesar yang vertical mengisi reservoir Pliosen dan Plistosen. Banyak batuan terdiri dari material berbutir halus dalam Kendeng Zone yang menurun dan akan menjadi penyekat yang baik. Pemerangkapan dapat terjadi dalam stratigraphic traps untuk turbidit, sub-thrust structural traps di bawah north-verging Kendeng thrusts, dan structural and stratigraphic traps berkaitan dengan subsidence ( toethrust systems) dan uplift ( sub-thrust systems of the triangle zone) di dalam Kendeng Zone. Pembentukan lapangan gas dan minyak di endapan volkaniklastik Kendeng Zone menunjukkan bahwa kemungkinan minyak dalam zona ini tidak bisa di abaikan. Daftar Pustaka: 1. Budiyani, Sri., at al., 2003, The Collision of The East Java Microplate and Its Implication for Hydrocarbon occurrences in the East Java Basin, Indonesian Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv.29th . 2. Awang H.Satyana and Cipi Armandita, 2004, Deepwater Plays of Java Indonesia, Regional Evaluation on Opportunities and Risks, Indonesian Petroleum Association , Proceeding Deepwater and Frontier Exploration in Asia and Australasia Symposium. 3. Awang H.Satyana, 2005, Oligo-Mioscene Carbonates of Java, Indonesia. Tectonic-Volcanic Setting and Petroleum Implication. Indonesia Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv. 30th . 4. Helen Smyth et al., 2005, East Java: Cenozoic Basins, Volcanoes and Ancient Basement, Indonesia Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv. 30th