Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar penentuan harga minyak dunia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti permintaan dan pasokan minyak, kebijakan OPEC, kondisi geopolitik, serta dampak kenaikan harga minyak terhadap bisnis migas dan ekonomi negara.
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar operasi pemboran migas mulai dari penjelasan apa itu pemboran, manfaat pemboran, jenis-jenis rig yang digunakan, sistem rig, bentuk sumur yang dibor, tahapan dan jasa-jasa yang dibutuhkan dalam pemboran, serta manfaat mempelajari dasar pemboran bagi perwira. Dokumen ini juga menjelaskan peran PT Elnusa Tbk dalam beberapa jasa pemboran
Dokumen tersebut membahas tentang sistem panas bumi di Indonesia, termasuk definisi, elemen pembentuk, jenis, potensi, dan regulasi panas bumi serta peran Elnusa dalam membantu eksplorasi dan pengembangan panas bumi di Indonesia. Dokumen ini juga menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar untuk pemanfaatan panas bumi karena terletak di Cincin Api Pasifik.
Materi ini membahas tentang dasar-dasar analisis data wireline logging untuk mengidentifikasi karakteristik batuan dan fluida di dalam sumur migas. Topik utama meliputi pengertian wireline logging, peralatan yang digunakan, interpretasi data log, dan manfaat mempelajari wireline logging untuk analisis reservoir."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dasar Workover dan Wellservices serta peralatan yang digunakan oleh Elnusa dalam melakukan pekerjaan tersebut seperti Hydraulic Workover Unit, Cementing & Pumping Unit, Coil Tubing Unit, dan Slickline Unit."
Vibroseis adalah alat yang menghasilkan gelombang seismik menggunakan getaran truck untuk eksplorasi hidrokarbon. Ia lebih ramah lingkungan dibandingkan dinamit dan memungkinkan pengaturan frekuensi gelombang. Parameter vibroseis seperti panjang sweep, drive force, dan pola gelombang diuji untuk mengoptimalkan rasio sinyal-noise dan kedalaman penetrasi.
Info PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training "Teknik Perhitungan dan Verifikasi T...Kanaidi ken
Ìý
bagi Para Karyawan *PT. Tri Hasta Karya (Cilacap)* yang diselenbggarakan di *Hotel H! Senen - Jakarta*, 24-25 Februari 2025.
-----------
Narasumber/ Pemateri Training: Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., CBCM
HP/Wa Kanaidi: 0812 2353 284,
e-mail : kanaidi63@gmail.com
----------------------------------------
Dokumen tersebut membahas tentang sistem panas bumi di Indonesia, termasuk definisi, elemen pembentuk, jenis, potensi, dan regulasi panas bumi serta peran Elnusa dalam membantu eksplorasi dan pengembangan panas bumi di Indonesia. Dokumen ini juga menjelaskan Indonesia memiliki potensi besar untuk pemanfaatan panas bumi karena terletak di Cincin Api Pasifik.
Materi ini membahas tentang dasar-dasar analisis data wireline logging untuk mengidentifikasi karakteristik batuan dan fluida di dalam sumur migas. Topik utama meliputi pengertian wireline logging, peralatan yang digunakan, interpretasi data log, dan manfaat mempelajari wireline logging untuk analisis reservoir."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dasar Workover dan Wellservices serta peralatan yang digunakan oleh Elnusa dalam melakukan pekerjaan tersebut seperti Hydraulic Workover Unit, Cementing & Pumping Unit, Coil Tubing Unit, dan Slickline Unit."
Vibroseis adalah alat yang menghasilkan gelombang seismik menggunakan getaran truck untuk eksplorasi hidrokarbon. Ia lebih ramah lingkungan dibandingkan dinamit dan memungkinkan pengaturan frekuensi gelombang. Parameter vibroseis seperti panjang sweep, drive force, dan pola gelombang diuji untuk mengoptimalkan rasio sinyal-noise dan kedalaman penetrasi.
Info PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training "Teknik Perhitungan dan Verifikasi T...Kanaidi ken
Ìý
bagi Para Karyawan *PT. Tri Hasta Karya (Cilacap)* yang diselenbggarakan di *Hotel H! Senen - Jakarta*, 24-25 Februari 2025.
-----------
Narasumber/ Pemateri Training: Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., CBCM
HP/Wa Kanaidi: 0812 2353 284,
e-mail : kanaidi63@gmail.com
----------------------------------------
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia EmasDadang Solihin
Ìý
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan kebijakan strategis dalam rangka memperkuat kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia demi kesejahteraan bangsa. Sebagai aset strategis, wilayah angkasa memiliki peran krusial dalam pertahanan, keamanan, ekonomi, serta pembangunan nasional. Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya aktivitas luar angkasa, Indonesia memerlukan kebijakan komprehensif untuk mengatur, melindungi, dan mengoptimalkan pemanfaatannya. Saat ini, belum ada regulasi spesifik terkait pengelolaan wilayah angkasa, padahal potensinya besar, mulai dari komunikasi satelit, observasi bumi, hingga eksplorasi antariksa.
BERBICARA FORMAL, NONFORMAL, DAN PRESENTASI.pptxputuariutama
Ìý
STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL PULAU JAWA.pdf
1. STRUKTUR REGIONAL PULAU JAWA
Jalur penunjaman Kapur-Paleosen yang ditunjukkan oleh singkapan batuan Komplek Melange Luk
Ulo-Karangsambung (Asikin, 1974; Hamilton, 1979; Suparka, 1988; Parkinson et al., 1998)
mempunyai arah umum struktur TL-BD yang mengarah ke arah Pegunungan Meratus di ujung
tenggara Kalimantan. Pulunggono dan Martodjojo (1994) mengenali tiga arah struktur utama di
Pulau Jawa: Arah timurlaut-baratdaya atau Pola Meratus, arah utara-selatan atau Pola Sunda, dan
arah timur-barat atau Pola Jawa (Gambar 7). Disamping tiga arah struktur utama ini, masih terdapat
satu arah struktur utama lagi, yakni arah baratlaut-tenggara yang disebut Pola Sumatra (Satyana,
2007). Pola Meratus dominan di kawasan lepas pantai utara, ditunjukkan oleh tinggian-tinggian
Karimunjawa, Bawean, Masalembo dan Pulau Laut (Guntoro, 1996). Di Pulau Jawa arah ini terutama
ditunjukkan oleh pola struktur batuan Pra-Tersier di daerah Luk Ulo, Kebumen Jawa Tengah. Pola
Sunda yang berarah utara-selatan umum terdapat di lepas pantai utara Jawa Barat dan di daratan di
bagian barat wilayah Jawa Barat. Arah ini tidak nampak di bagian timur pola Meratus. Pola Jawa
yang berarah timur-barat merupakan pola yang mendominasi daratan Pulau Jawa, baik struktur
sesar maupun struktur lipatannya. Di Jawa Barat pola ini diwakili oleh Sesar Baribis, serta sesar
sungkup dan lipatan di dalam Zona Bogor. Di Jawa Tengah sesar sungkup dan lipatan di Zona Serayu
Utara dan Serayu Selatan mempunyai arah hampir barat-timur. Di Jawa Timur pola ini ditunjukkan
oleh sesar-sesar sungkup dan lipatan di Zona Kendeng. Struktur Arah Sumatra terutama terdapat di
wilayah Jawa Barat dan di Jawa Tengah bagian timur struktur ini sudah tidak nampak lagi. Struktur
arah barat-timur atau Arah Jawa, di cekungan Jawa Timur ternyata ada yang lebih tua dari Miosen
Awal, dan disebut Arah Sakala (Sribudiyani et al., 2003). Struktur Arah Sakala yang utama adalah
zona sesar RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) dan merupakan struktur yang menginversi
cekungan berisi Formasi Pra-Ngimbang yang berumur Paleosen sampai Eosen Awal sebagai endapan
tertua. Sebagian besar batuan tertua di Jawa, yakni yang berumur Pra-Tersier sampai Paleogen dan
dianggap sebagai batuandasar Pulau Jawa, tersingkap di wilayah Jawa
2. Gambar 3: Kerangka tektonik Pulau Jawa (modifikasi dari Baumann, 1982; dan Simandjuntak dan
Barber 1996).
Gambar 4: Elemen-elemen tektonik di wilayah tepi tenggara Daratan Sunda (Sundaland) (Hamilton,
1979).
Gambar 5: Jalur magmatik Tersier Pulau Jawa (Soeria-Atmadja et al., 1994).
3. Gambar 6: Jalur subduksi Kapur sampai masa kini di Pulau Jawa (Katili 1975, dalam Sujanto et al.,
1977).
Gambar 7: Pola struktur Pulau Jawa (Martodjojo & Pulunggono, 1994) (RMKS = Rembang-Madura-
Kangean-Sakala).
bagian timur. Mereka tersingkap di Komplek Melange Luk Ulo-Karangsambung, Kebumen (Asikin,
1974; Suparka, 1988); Nanggulan, Kulonprogo (Rahardjo et al., 1995); dan Pegunungan Jiwo, Bayat-
Klaten (Sumarso dan Ismoyowati, 1975; Samodra dan Sutisna, 1997). Sedangkan untuk batuan yang
lebih muda, yakni yang berumur Neogen, telah banyak penelitian dilakukan terhadapnya (Van
Bemmelen, 1949; Marks, 1957; Sartono, 1964; Nahrowi et al, 1978; Pringgo-prawiro, 1983; De
Genevraye dan Samuel, 1972; Soeria-Atmadja et al., 1994). Pada umumnya penelitian geologi Tersier
ini menyepakati fenomena struktur atau tektonik yang berarah umum timur-barat sebagai hasil
interaksi lempeng dengan zona tunjaman di selatan Jawa dan searah dengan arah memanjang Pulau
Jawa.
Struktur Umum Jawa Bagian Timur
Jawa bagian timur (mulai dari daerah Karangsambung ke timur), berdasarkan pola struktur
utamanya, merupakan daerah yang unik karena wilayah ini merupakan tempat perpotongan dua
struktur utama, yakni antara struktur arah Meratus yang berarah timurlut-baratdaya dan struktur
arah Sakala yang berarah timur-barat (Pertamina-BPPKA, 1996; Sribudiyani et al.,
4. 2003) (Gambar 8). Arah Meratus lebih berkembang di daerah lepas pantai Cekungan Jawa Timur,
sedangkan arah Sakala berkembang sampai ke daratan Jawa bagian timur.
Struktur arah Meratus adalah struktur yang sejajar dengan arah jalur konvergensi Kapur
Karangsambung-Meratus. Pada awal Tersier, setelah jalur konvergensi Karangsambung-Meratus
tidak aktif, jejak-jejak struktur arah Meratus ini berkembang menjadi struktur regangan dan
membentuk pola struktur tinggian dan dalaman seperti, dari barat ke timur, Tinggian
Karimunjawa, Dalaman Muria-Pati, Tinggian Bawean, Graben Tuban, JS-1 Ridge, dan Central
Deep (Gambar 9). Endapan yang mengisi dalaman ini, ke arah timur semakin tebal, yang paling tua
berupa endapan klastik terestrial yang dikenal sebagai Formasi Ngimbang berumur Eosen. Distribusi
endapan yang semakin tebal ke arah timur ini menunjukkan pembentukan struktur tinggian dan
dalaman ini kemungkinan tidak terjadi secara bersamaan melainkan dimulai dari arah timur.
Struktur arah Sakala yang berarah barat-timur saat ini dikenal sebagai zona sesar mendatar RMKS
(Rembang-Madura-Kangean-Sakala). Pada mulanya struktur ini merupakan struktur graben yang
diisi oleh endapan paling tua dari Formasi Pra-Ngimbang yang berumur Paleosen-Eosen Awal
(Phillips et al., 1991; Sribudiyani et al., 2003) (Gambar 9B). Graben ini kemudian mulai terinversi
pada Miosen menjadi zona sesar mendatar RMKS. Berdasarkan sedimen pengisi cekungannya dapat
disimpulkan sesar arah Meratus lebih muda dibandingkan dengan sesar arah Sakala.
.
Selain arah Sakala, struktur arah barat-timur lainnya adalah struktur yang oleh Pulunggono dan
Martodjojo (1994) disebut sebagai arah Jawa. Struktur ini pada umumnya merupakan jalur lipatan
dan sesar naik akibat kompresi yang berasal dari subduksi Neogen Lempeng Indo-Australia. Jalur
lipatan dan sesar naik ini terutama berkembang di Zona Kendeng yang membentuk batas sesar
berupa zona overthrust antara Zona Rembang dan Zona
Kendeng (Gambar 10). Bidang overthrust yang nampak memotong sampai ke lapisan yang masih
berkedudukan horisontal menunjukkan pensesarannya terjadi paling akhir dibandingkan dengan
pembentukan struktur yang lain (Arah Meratus dan Arah Sakala).
5. Gambar 9: Penampang seismik baratlaut-tenggara yang menunjukkan jejak-jejak struktur Arah
Meratus yang berkembang menjadi struktur regangan dan membentuk pola struktur tinggian dan
dalaman (Prasetyadi, 2007; sumber: Pertamina-Beicip, 1985; Ditjen Migas).
Gambar 10: Penampang seismik utara-selatan yang menunjukkan zona overthrust sebagai batas
antara Zona Rembang dan Zona Kendeng (Prasetyadi, 2007; Sumber: Data seismik dari PND-Ditjen
Migas).