Cedera tulang belakang umumnya disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan. Laminektomi merupakan tindakan bedah untuk mengangkat sebagian lamina tulang belakang guna memperbaiki cedera pada tulang belakang dan mencegah gangguan saraf. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menentukan lokasi dan besarnya cedera, sementara penatalaksanaannya meliputi imobilisasi, tindakan bedah jika diperlukan
Dokumen tersebut membahas tentang tanda-tanda infeksi yang dapat dirasakan seperti nyeri, panas, pembengkakan, kemerahan, perubahan fungsi jaringan, dan timbulnya nanah. Tanda-tanda tersebut muncul karena respon tubuh berupa peningkatan aliran darah ke area infeksi untuk melawan patogen penyebab infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang pendelegasian, yang didefinisikan sebagai pelimpahan tugas kepada orang lain untuk menyelesaikan tujuan organisasi. Dibahas pula ketidakefektifan pendelegasian yang berlebihan atau tidak memadai, serta lima prinsip pendelegasian yang efektif seperti pembagian tanggung jawab dan wewenang secara seimbang beserta pemberian dukungan. Terakhir, diberikan contoh surat pendelegasian tugas
Dokumen tersebut merangkum tentang pemeriksaan fisik thorax (paru dan jantung) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan meminta persetujuan, kemudian dilanjutkan dengan inspeksi bentuk dada dan pergerakannya. Palpasi dilakukan untuk merasakan fremitus dan pergerakan dada. Perkusi digunakan untuk menentukan
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Dokumen tersebut membahas tentang pengkajian gawat darurat yang terdiri dari pengkajian primer (ABCD) dan sekunder. Pengkajian primer meliputi penilaian terhadap jalan nafas, pernafasan, peredarah darah, tingkat kesadaran dan paparan. Sedangkan pengkajian sekunder meliputi pengukuran vital sign lengkap dan pemberian tindakan kenyamanan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pada korban yang tidak sadar. Terdapat penjelasan tentang diagnosa dan tindakan yang dapat dilakukan seperti pembukaan jalan napas, pernapasan buatan, bantuan pernapasan, dan kompresi dada eksternal untuk menjaga sirkulasi darah. Dokumen ini sangat bermanfaat untuk petugas medis dalam menangani korban yang mengalami gangguan jalan
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Postural drainage merupakan kombinasi terapi pernafasan yang terdiri dari perkusi, vibrasi, dan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi paru-paru dengan pengaruh gravitasi guna membersihkan saluran pernafasan. Prosedur ini dilakukan untuk melepaskan lendir dan meningkatkan aliran mukus pada pasien dengan gangguan paru-paru tertentu.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
KGD PADA TRAUMA MUSKULOSKELETAL memberikan informasi tentang penatalaksanaan cedera jaringan lunak dan tulang seperti sprain, strain, dislokasi, fraktur, serta sindroma kompartemen. Dokumen ini menjelaskan tanda, gejala, pengkajian, dan intervensi keperawatan untuk mengelola nyeri dan defisit volume cairan pada pasien trauma muskuloskeletal.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut berisi daftar diagnosa keperawatan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), NOC (Nursing Outcomes Classification), dan NIC (Nursing Interventions Classification) yang digunakan di Ruang I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan September 2008. Daftar tersebut mencakup 36 diagnosa keperawatan yang umum dijumpai beserta definisi masalah, tanda-tanda dan gejala, serta rencana intervensi keperawatan.
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratElon Yunus
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang aspek etik dan hukum dalam pelayanan keperawatan darurat. Beberapa poin penting yang dijelaskan adalah definisi etik dan hukum dalam konteks pelayanan kesehatan, alasan pentingnya aspek hukum, berbagai kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan darurat seperti UU No. 29/2004 dan UU No. 36/2009, serta peraturan terkait kompetensi dan pelimp
Dokumen tersebut merupakan daftar pemeriksaan modul neurologi yang mencakup pemeriksaan motorik, refleks fisiologis dan patologis, serta sensoris umum. Pemeriksaan motorik meliputi inspeksi sikap dan gerakan anggota gerak, tonus otot, dan kekuatan otot. Pemeriksaan refleks meliputi refleks tendon, kulit perut, dan refleks patologis seperti Babinski. Pemeriksaan sensoris meliputi pemeriksaan
1. Hipertiroidisme adalah kondisi ketika kadar hormon tiroid (T3 dan T4) dalam darah meningkat akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
2. Manifestasi klinis hipertiroidisme meliputi tanda dan gejala sistemik seperti berat badan turun, palpitasi, tremor, dan gangguan saluran cerna.
3. Penatalaksanaan hipertiroidisme meliputi pemberian obat anti tiroid seperti methimazole,
Dokumen tersebut membahas tentang cairan tubuh, elektrolit, dan kebutuhan cairan pada berbagai kondisi seperti dehidrasi, luka bakar, dan trauma. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan komposisi dan jumlah cairan tubuh yang berbeda pada bayi, anak, dan dewasa, serta pedoman penggantian cairan dan elektrolit untuk mengatasi dehidrasi, luka bakar, dan pendarahan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengkajian gawat darurat yang terdiri dari pengkajian primer (ABCD) dan sekunder. Pengkajian primer meliputi penilaian terhadap jalan nafas, pernafasan, peredarah darah, tingkat kesadaran dan paparan. Sedangkan pengkajian sekunder meliputi pengukuran vital sign lengkap dan pemberian tindakan kenyamanan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi pada korban yang tidak sadar. Terdapat penjelasan tentang diagnosa dan tindakan yang dapat dilakukan seperti pembukaan jalan napas, pernapasan buatan, bantuan pernapasan, dan kompresi dada eksternal untuk menjaga sirkulasi darah. Dokumen ini sangat bermanfaat untuk petugas medis dalam menangani korban yang mengalami gangguan jalan
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Postural drainage merupakan kombinasi terapi pernafasan yang terdiri dari perkusi, vibrasi, dan posisi tertentu untuk mengalirkan sekresi paru-paru dengan pengaruh gravitasi guna membersihkan saluran pernafasan. Prosedur ini dilakukan untuk melepaskan lendir dan meningkatkan aliran mukus pada pasien dengan gangguan paru-paru tertentu.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
KGD PADA TRAUMA MUSKULOSKELETAL memberikan informasi tentang penatalaksanaan cedera jaringan lunak dan tulang seperti sprain, strain, dislokasi, fraktur, serta sindroma kompartemen. Dokumen ini menjelaskan tanda, gejala, pengkajian, dan intervensi keperawatan untuk mengelola nyeri dan defisit volume cairan pada pasien trauma muskuloskeletal.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut berisi daftar diagnosa keperawatan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association), NOC (Nursing Outcomes Classification), dan NIC (Nursing Interventions Classification) yang digunakan di Ruang I RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan September 2008. Daftar tersebut mencakup 36 diagnosa keperawatan yang umum dijumpai beserta definisi masalah, tanda-tanda dan gejala, serta rencana intervensi keperawatan.
Retensi urin dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan pusat miksi, hipertrofi prostat, atau trauma. Gejala umumnya meliputi nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih, dan distensi kandung kemih. Penatalaksanaan meliputi kateterisasi, drainase, dan obat analgesik.
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
Aspek Etik dan legal dalam Keperawatan Gawat DaruratElon Yunus
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang aspek etik dan hukum dalam pelayanan keperawatan darurat. Beberapa poin penting yang dijelaskan adalah definisi etik dan hukum dalam konteks pelayanan kesehatan, alasan pentingnya aspek hukum, berbagai kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan darurat seperti UU No. 29/2004 dan UU No. 36/2009, serta peraturan terkait kompetensi dan pelimp
Dokumen tersebut merupakan daftar pemeriksaan modul neurologi yang mencakup pemeriksaan motorik, refleks fisiologis dan patologis, serta sensoris umum. Pemeriksaan motorik meliputi inspeksi sikap dan gerakan anggota gerak, tonus otot, dan kekuatan otot. Pemeriksaan refleks meliputi refleks tendon, kulit perut, dan refleks patologis seperti Babinski. Pemeriksaan sensoris meliputi pemeriksaan
1. Hipertiroidisme adalah kondisi ketika kadar hormon tiroid (T3 dan T4) dalam darah meningkat akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
2. Manifestasi klinis hipertiroidisme meliputi tanda dan gejala sistemik seperti berat badan turun, palpitasi, tremor, dan gangguan saluran cerna.
3. Penatalaksanaan hipertiroidisme meliputi pemberian obat anti tiroid seperti methimazole,
Dokumen tersebut membahas tentang cairan tubuh, elektrolit, dan kebutuhan cairan pada berbagai kondisi seperti dehidrasi, luka bakar, dan trauma. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan komposisi dan jumlah cairan tubuh yang berbeda pada bayi, anak, dan dewasa, serta pedoman penggantian cairan dan elektrolit untuk mengatasi dehidrasi, luka bakar, dan pendarahan.
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis, dengan tulang yang lepas dari sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor konjenital, patologis, atau trauma, dan dapat menyebabkan gangguan fungsi sendi serta nyeri. Penatalaksanaannya meliputi reduksi dislokasi dan mobilisasi sendi untuk memulihkan fungsinya.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep medis fraktur tulang, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan fraktur tulang. Juga dibahas asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, dan intervensi untuk menangani nyeri, risiko gangguan sirkulasi, serta mempertahankan fungsi dan mobilitas bagian tubuh yang terkena fraktur
Fraktur clavikula adalah hilangnya kontinuitas tulang clavikula yang biasanya disebabkan trauma. Tulang ini mudah patah karena letak dan anatominya. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk diagnosis dan penentuan tindak lanjut. Penatalaksanaan bervariasi antara non-operatif hingga operatif tergantung lokasi dan tingkat pergeseran fraktur.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Trauma medulla spinalis adalah cedera pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di medulla spinalis dan gangguan neurologis; (2) Penatalaksanaan meliputi pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, penatalaksanaan medis seperti operasi, terapi, dan imobilisasi, serta pengelolaan komplikasi seperti sistem pernafasan dan genitourinaria; (3) Tujuannya adalah memp
Dokumen tersebut membahas tentang dislokasi pada sistem muskuloskeletal. Dislokasi adalah terlepasnya tulang dari sendi akibat trauma. Jenis dislokasi meliputi dislokasi bawaan, patologis, dan trauma. Gejala umum dislokasi adalah nyeri dan gangguan mobilitas. Penatalaksanaan dislokasi meliputi reduksi, imobilisasi, dan rehabilitasi.
Dokumen tersebut membahas tentang fraktur tulang belakang dan fraktur pada tulang pelvis. Secara ringkas, dibahas mengenai definisi fraktur tulang belakang dan pelvis, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan konservatif dan operatif, serta komplikasi yang dapat terjadi.
Fraktur femur adalah patah tulang paha yang disebabkan trauma atau osteoporosis. Gejalanya berupa nyeri hebat pada paha, tak mampu berjalan, dan bengkak. Penatalaksanaannya meliputi pemberian obat analgesik, pemasangan traksi, dan rehabilitasi untuk memulihkan fungsi. Keperawatan meliputi mengurangi nyeri, mencegah komplikasi, dan memberikan edukasi kepada pasien.
Este documento parece ser una lista de nombres y direcciones. Contiene más de 200 entradas con los nombres de personas y parejas, seguidos de sus direcciones. Las direcciones incluyen nombres de calles, pueblos y ciudades en Indonesia.
Proposal ini meminta dana sebesar Rp1.750.000 untuk seragam, biaya pendaftaran, dan konsumsi tim sepak bola Garlo FC dalam mengikuti turnamen di Laiworu pada 3 Maret 2017 guna mengembangkan bakat pemuda dan memajukan sepak bola di masyarakat.
Surat pernyataan yang berisi 10 poin pernyataan dari Lilis Fitra Saswati Arsil tentang statusnya yang tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai, menjadi pengurus partai, terikat kerja, bersedia tidak menikah dan ditempatkan di seluruh Indonesia, serta bersedia mengembalikan biaya seleksi dan pelatihan jika mengundurkan diri.
Surat pernyataan yang ditandatangani oleh Fajar Aswati yang menyatakan bahwa dirinya tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai negeri, menjadi pengurus partai politik, sedang terikat kontrak kerja, bersedia tidak menikah selama 6 bulan, ditempatkan di seluruh Indonesia, mengembalikan biaya seleksi jika mengundurkan diri, dan mengganti biaya enam kali lipat jika mengundurkan
This document contains reports from midwives at the Paramata Raha Midwifery Academy in Muna Regency on their targets for antenatal care, infant care, postnatal care, and family planning in 2017. The reports provide the midwife's name, student ID number, and academic institution for each of their assigned targets.
Dokumen tersebut membahas tentang makromolekul yang terdiri dari berbagai jenis seperti karbohidrat, lipid, dan protein. Karbohidrat dibagi menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Lipid terdiri dari lemak, fosfolipid, dan steroid. Sedangkan protein tersusun atas kombinasi asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Ketiga makromolekul ini memainkan peran penting dalam struktur dan metabolisme sel.
Pemimpin perlu memahami karakteristik karyawan sesuai teori X, Y, dan Z McGregor. Teori X mengasumsikan karyawan malas, teori Y mengasumsikan karyawan akan bekerja keras jika kondisinya tepat, teori Z menekankan partisipasi karyawan. Pemimpin harus mengembangkan kompetensi karyawan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Membangun budaya kepemimpinan penting agar kaderisasi terj
Tes akhir semester mata pelajaran Seni Budaya di SMK Kelautan dan Perikanan Raha meliputi berbagai aspek seni seperti seni rupa, musik, tari, dan drama. Soal-soalnya mencakup pengetahuan tentang sejarah seni, tokoh-tokoh seniman, unsur-unsur karya seni, dan fungsi seni dalam kehidupan. Ujian ini dimaksudkan untuk menilai pemahaman siswa terhadap berbagai aspek seni.
1. Karsinoma tulang adalah pertumbuhan sel ganas abnormal pada tulang dan jaringan terkaitnya.
2. Penyebabnya belum jelas tetapi kemungkinan termasuk genetik, radiasi, bahan kimia, dan trauma.
3. Gejalanya berupa nyeri tulang, bengkak, dan fraktur patologis yang dapat menyebar ke organ lain.
Undangan sosialisasi program tanaman jagung kuning kecamatan Lasalepa yang akan diselenggarakan pada tanggal 7 Maret 2017 pukul 09.00 di Balai Pertemuan Desa Labone. Kehadiran para tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok tani, dan aparat desa sangat diharapkan.
1. LAMINEKTOMI
A. Pengertian
1. Fraktur/patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
2. Fraktur lumbal adalah fraktur atau patah tulang yang terjadi
pada area vertebra lumbalis (L1-L5).
3. Laminektomi adalah suatu tindakan pembedahan atau
pengeluaran dan atau pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan
untuk memperbaiki luka pada spinal.
4. Laminektomi adalah pengangkatan sebagian dari diskus
lamina (Long, 1996).
5. Laminektomi adalah memperbaiki satu atau lebih vertebra,
osteophytis dan Hernia nodus pulposus (Donna, 1995).
B. Etiologi
Biasanya merupakan fraktur kompresi karena trauma indirek dari atas dan dari bawah,
dapat menimbulkan fraktur stabil atau tidak stabil.
Trauma adalah penyebab yang paling banyak menyebabkan cedera pada tulang
belakang.
C. Patofisiologi
Cedera medulla spinalis paling sering terjadi karena trauma/cedera pada vertebra.
Adanya kompresi tulang menyebabkan diskontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan lumbal serta dapat merusak system saraf otonom (saraf parasimpatis). Pada
area kornu lateralis medulla spinalis bagian sacral yang erat kaitannya dengan status
miksi dan defekasi. Kompresi juga dapat merusak fleksus saraf utama terutama F.
lumbalis yang tergabung dalam fleksus lumbosakralis yang berpengaruh pada
persarafan ekstrimitas bawah. Dapat dijelaskan secara terinci:
1. Saraf lumbal I dan II membentuk nervus genitor femoralis yang mensyarafi
kulit daerah genetalia dan paha atas bagian medial.
2. Saraf lumbal II - IV bagian dorsal membentuk nervus femoralis mensarafi
muskulus quadriceps femoralis lateralis yang mensyarafi kulit paha lateralis.
2. 3. Saraf lumbal IV - sacral III bagian ventral membentuk nervus tibialis.
4. Saraf lumbal IV- sacral II bagian dorsal bersatu menjadi nervus perokus atau
fibula komunis.
D. Manifestasi
Secara klinis pasien mengeluh nyeri pinggang bawah dan sangat hebat, mendadak
sebelah gerakan fleksi dan adanya spasme otot para vertebrata. Terdapat nyeri tekan
yang jelas pada tingkat prolapsus diskus bila dipalpasi. Terdapat nyeri pada daerah
cedera, hilang mobilitas sebagian atau total atau hilang sensasi di sebelah bawah dari
tempat cedera dan adanya pembengkakan, memar disekitar fraktur jauh lebih
mendukung bila ada deformitas (gibbs) dapat berupa angulasi (perlengkungan).
Berubahnya kesegarisan atau tonjolan abnormalitas dari prosesus spinalis dapat
menyarankan adanya lesi tersembunyi. Lesi radiks dapat ditandai dengan adanya
deficit sensorik dan motorik segmental dalam distribusi saraf tepi, perlu diperiksa
keadaan neurologist serta kemampuan miksi dan defekasi seperti adanya inkontinensia
uri et alvi paresthesia. Selama 24 jam pertama setelh trauma, suatu lesi partikel dari
medulla spinalis dimanifestasikan paling sedikit dengan masih berfungsinya daerah
sacral sensori perianal dan suatu aktifitas motorik volunteer fleksor kaki.
E. Komplikasi
Kemampuan komplikasi yang dapat terjadi diantaranya:
1. Nyeri pada jangka lama
2. Spasme otot
3. Gangguan miksi dan defekasi
4. Disfungsi pernafasan
5. Disfungsi seksual
6. Hiterotopie ossification
7. Pysiological counseling
8. Dekubitus Deformitas
9. ISK
10. Ileus paralitik.
3. F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen. Pemeriksaan dengan sinar X atau fluoroskopik dari kolumna vertebralis
dan ekstrimitas dapat membantu menegakkan diagnosa awal.
2. Laminografi atau tomografi terkomputerisasi. Dapat memperlihatkan lesi tulang
yang tersembunyi terutama di kanalis spinalis
3. Ct Scan atau MRI. Merupakan satu-satunya cara untuk menunjukkan apakah ada
fraktur vertebra mengancam akan menekan medula spinalis.
G. Penatalaksanaan
Bila tidak ada keluhan neurologik:
1. Istirahat di tempat tidur: terlentang dengan dasar keras, posisi
defleksi 3-4 minggu
2. Beri analgetik bila nyeri
3. Pada fraktur stabil, setelah 3-4 minggu kalau tidak merasa sakit
lagi, latih otot-otot punggung 1-2 minggu, kemudian mobilisasi, belajar duduk
jalan dan bila tidak ada apa-apa klien boleh pulang. Pada fraktur yang tidak stabil
ditunggu 6-8 minggu. Bila kelainan neurologik didapatkan:
Jika dalam observasi membaik, tergantung dari stabil/tidak, tindakan seperti pada
fraktur tanpa kelainan neurologik. Jika dalam observasi keadaan memburuk, maka
harus segera dilakukan operasi dekompresi, sama halnya bila kelainan karena
kompresi fraktur. Tekanan dihilangkan dengan operasi misalnya laminektomi.
Kemudian dibantu dari luar misalnya dengan gips broek, gips korset, jaket
minerva, tergantung dari tempat fraktur. Pada pemasangan gips korset: harus
meliputi sampai manubrium sterni, simpisis daerah fraktur dan di bawah ujung
skapula.
4. CEDERA TULANG BELAKANG
â™ Definisi
Cedera tulang belakang merupakan kelainan yang pada masa kini lebih banyak
memberikan tantangan karena perubahan dan pola trauma serta kemajuan di bidang
penatalaksanaannya. Cedera tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan
terbanyak mengenai daerah servikal dan lumbal.
â™ Etiologi
Cedera tulang belakang terjadi sebagai akibat :
1. jatuh dari ketinggian, misal pohon kelapa, kecelakaan ditempat kerja.
2. kecelakaan lalu lintas
3. kecelakaan olah raga
cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang belakang.
Didaerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung oleh struktur torak.
Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi,
sedangkan kerusakan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio,
kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau
perdarahan.
Kelainan sekunder pada sumsum tulang belakang dapat disebabkan oleh hipoksemia
dan iskemia. Iskemia disebabkan hipotensi, udem, atau kompresi.
Perlu disadari bahwa kerusakan pada sumsum tulang belakang merupakan
kerusakan yang permanent karena tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada
fase awal setelah trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsi disebabkan
oleh kerusakan sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan oleh tekanan, memar
atau udem.
â™ Manifestasi klinik
Gambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi.
Kerusakan melintang manifestasinya : hilangnya fungsi motorik maupun sensorik
kaudal dari tempat kerusakan di sertai syok spinal. Syok spinal terjadi pada kerusakan
5. mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya rangsang dari pusat. Ditandai
dengan:
1. Kelumpuhan flasid
2. anesthesia
3. arefleksi
4. Hilangnya prespirasi
5. Gangguan fungsi rectum dan kandung kemih
6. Priapismus
7. bradikardi dan hipotensi.
Setelah syok spinal pulih kembali, akan terdapat hiperrefleksi. Terlihat pula tanda
gangguan fungsi autonom, berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi
ortostatik serta gangguan kandung kemih dan gangguan defekasi.
Sindrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik
dibawah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya,
sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu.
Cedera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini pada umumnya
terjadi akibat cedera didaerah servikal dan disebabkan oleh hiperekstensi mendadak
sehingga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh ligamentum flavum yang terlipat.
Manifestasinya berupa tetraparese parsial. Gangguan pada ekstermitas bawah lebih
ringan daripada ekstremitas atas, sedangkan daerah perianal tidak terganggu.
Sindrom Brown-Sequard disebabkan oleh kerusakan separu lateral sumsum tulang
belakang. Gejala klinik berupa gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi dan posisi
ipsilateral; di kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu.
Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2 mengakibatkan anesthesia
perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya refleks anal dan
refleks bulbokavernosa. Sindrom ini disebut sindrom konus medularis.
Sindrom kauda equine disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi
ujung konus medularis dan menyebabkan kelumpuhan dan anesthesia di daerah
lumbosakral yang mirip dengan sindrom konus medularis.
â™ Pencegahan dan penatalaksanaan
Cedera tulang belakang bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
kematian atau kelainan yang menetap berupa kelumpuhan yang permanent.
6. Kelumpuhan yang terjadi mempunyai dampak perawatan yang rumit dan memerlukan
banyak peralatan. Ada dua tujuan utama penanganan cedera tulang belakang:
1. Tercapainya tulang belakang yang stabil serta tidak nyeri
2. Mencegah terjadinya jejas lintang sumsum tulang belakang sekunder.
Tindakan yang dilakukan untuk penanganan cedera tulang belakang :
1. Lakukan imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan).
2. Optimalisasi faal ABC: jalan nafas, pernafasan dan peredaran darah.
3. Penanganan kelainan yang lebih urgen (pneumotorak??)
4. Pemeriksaan neurologik untuk menentukan tempat lesi
5. Pemeriksaan radiologik (kadang diperlukan)
6. Tindak bedah (dekompresi, reposisi atau stabilisasi)
7. Pencegahan penyulit
• Ileus paralitik → sonde lambung
• Penyulit kelumpuhan kandung kemih
• Pneumoni
• Dekubitus
7. H. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Intra operasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
4. Kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik.
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
6. PK: perdarahan
7. PK: syok
Post operasi
8. Resiko aspirasi dengan faktor resiko penurunan kesadaran
9. Resiko cedera posisi perioperatif dengan faktor resiko gangguan persepsi sensori
karena anestesi.
10. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
11. Kurang pengetahuan tentang perawatan post operatif berhubungan dengan
kurangnya paparan informasi
8. RENCANA KEPERAWATAN
1. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI
KIMIA (PROSES KANKER, DISKONTINUITAS JARINGAN)
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol nyeri, setelah
dilkukan
perawatan selama
3x24 jam nyeri ps
berkurang dg:
Indikator:
 Menggunakan skala
nyeri untuk mengidentifikasi
tingkat nyeri
 Ps menyatakan nyeri
berkurang
 Ps mampu
istirahan/tidur
 Menggunakan tekhnik
non farmakologi
NIC:
a. Manajement nyeri
Aktifitas:
1. Lakukan penilaian
terhadap nyeri, lokasi,
karakteristik dan faktor-faktor
yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal
tentang kegelisaan
3. Fasilitasi linkungan
nyaman
4. Berikan obat anti sakit
5. Bantu pasien menemukan
posisi nyaman
6. Ajarkan penggunaan
tehnik tanpa pengobatan (ct:
relaksasi, distraksi, massage,
guidet imageri)
7. Tekan dada saat latihan
batuk
b. Kelola analgetik
- Tentukan lokasi,
karaketristik, kualitas
c. Terapi relaksasi
d. Manajemen lingkungan
1. untuk menentukan
intervensi yang sesuai dan
keefektifan dari therapi yang
diberikan
2. Membantu dalam
mengidentifikasi derajat
ketidaknyamnan
3. Meningkatkan
kenyamanan
4. Mengurangi nyeri dan
memungkinkan pasien untuk
mobilisasi tampa nyeri
5. Peninggin lengan
menyebabkan pasie rileks
6. Meningkatkan relaksasi
dan membantu untuk
menfokuskan perhatian shg
dapat meningkatkan sumber
coping
7. Memudahkan partisipasi
pada aktifitas tampa timbul rasa
tidak nyaman
2. DX. KEPERAWATAN: CEMAS B.D STATUS KESEHATAN
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: kontrol kecemasan dan
coping, setelah
dilakukan
perawatan selama
2x24 jam cemas ps
hilang atau
berkurang dg:
Indikator:
Ps mampu:
 Mengungkapkan cara
mengatasi cemas
NIC: Penurunan kecemasan
Aktifitas:
1. Bina Hub. Saling percaya
2. Libatkan keluarga
3. Jelaskan semua Prosedur
4. Hargai pengetahuan ps
tentang penyakitnya
1. Mempermudah intervensi
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu ps dlam
meningkatkan pengetahuan
tentang status kes dan
meningkatkan kontrol
kecemasan
4. Merasa dihargai
5. Dukungan akan
9.  Mampu menggunakan
coping
 Dapat tidur
 Mengungkapkan tidak
ada penyebab fisik yang
dapat menyebabkn cemas
5. Bantu ps untuk
mengefektifkan sumber
support
6. Berikan reinfocement
untuk menggunakan Sumber
Coping yang efektif
memberikan keyakinan thdp
peryataan harapan untuk
sembuh/masa depan
6. Penggunaan Strategi
adaptasi secara bertahap ( dari
mekanisme pertahan, coping,
samapi strategi penguasaan)
membantu ps cepat
mengadaptasi kecemsan
3. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI
KIMIA (PROSES KANKER, DISKONTINUITAS JARINGAN)
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol nyeri, setelah
dilkukan
perawatan selama
3x24 jam nyeri ps
berkurang dg:
Indikator:
 Menggunakan skala
nyeri untuk mengidentifikasi
tingkat nyeri
 Ps menyatakan nyeri
berkurang
 Ps mampu
istirahan/tidur
 Menggunakan tekhnik
non farmakologi
NIC:
a. Manajement nyeri
Aktifitas:
1. Lakukan penilaian
terhadap nyeri, lokasi,
karakteristik dan faktor-faktor
yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal
tentang kegelisaan
3. Fasilitasi linkungan
nyaman
4. Berikan obat anti sakit
5. Bantu pasien menemukan
posisi nyaman
6. Ajarkan penggunaan
tehnik tanpa pengobatan (ct:
relaksasi, distraksi, massage,
guidet imageri)
7. Tekan dada saat latihan
batuk
b. Kelola analgetik
- Tentukan lokasi,
karaketristik, kualitas
c. Terapi relaksasi
d. Manajemen lingkungan
1. untuk menentukan
intervensi yang sesuai dan
keefektifan dari therapi yang
diberikan
2. Membantu dalam
mengidentifikasi derajat
ketidaknyamnan
3. Meningkatkan
kenyamanan
4. Mengurangi nyeri dan
memungkinkan pasien untuk
mobilisasi tampa nyeri
5. Peninggin lengan
menyebabkan pasie rileks
6. Meningkatkan relaksasi
dan membantu untuk
menfokuskan perhatian shg
dapat meningkatkan sumber
coping
7. Memudahkan partisipasi
pada aktifitas tampa timbul rasa
tidak nyaman
10. 4. DIAGNOSA KEPERAWATAN: RISIKO INFEKSI BD INDEKUAT PERTAHANAN
PRIMER ATAU IMONOSUPRESI
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol infeksi dan
kontrol resiko, setelah
diberikan perawatan
selama 3x24 jam tidak
terjadi infeksi sekunder
dg:
Indikator:
 Bebas dari tanda-tanda
infeksi
 Angka leukosit normal
 Ps mengatakan tahu
tentang tanda-tanda infeksi
NIC: Perawatan payudara/ luka
Aktifitas:
1. Amati luka dari tanda2
infeksi
2. Lakukan perawatan
payudara dengan tehnik aseptic
dan gunakan kassa steril untuk
merawat dan menutup luka
3. Anjurkan pada ps utnuk
melaporkan dan mengenali
tanda-tanda infeksi
4. Kelola th/ sesuai program
NIC: Kontrol infeksi
Aktifitas:
1. Batasi pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat ps
3. Tingkatkan masukan gizi
yang cukup
4. Anjurkan istirahat cukup
5. Pastikan penanganan
aseptic daerah IV
6. Berikan PEN-KES
tentang risk infeksi
1. Penanda proses infeksi
2. Menghindari infeksi
3. Mencegah infeksi
4. Mempercepat
penyembuhan
1. Mencegah infeksi
sekunder
2. Mencegah INOS
3. Meningkatkan daya tahan
tubuh
4. Membantu relaksasi dan
membantu proteksi infeksi
5. Mencegah tjdnya infeksi
6. Meningkatkan
pengetahuan ps
5. DX. KEPERAWATAN: PK: PERDARAHAN
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Perdarahan berhenti,
setelah dilakukan
perawatan selama 4x24
jam perawat mampu
menghentikan
perdarahan dg
Indikataor:
 Luka sembuh kering,
bebas pus, tidak meluas.
 HB tidak kurang dari
10 gr %
NIC: Pencegahan sirkulasi
Aktifitas:
1. Lakukan penilaian
menyeluruh tentang sirkulasi;
cek nadi, edema, pengisian
kapiler, dan perdarahan di saat
merawat mamae
2. Lakukan perawatan luka
dengan hati-hati dengan
menekan daerah luka dengan
kassa steril dan tutuplah dengan
tehnik aseptic basah-basah
3. Kelola th/sesuai order
1. Penanda gangguan
sirkulasi darah dan antisipasi
kekurangan HB
2. Menghentikan perdarahan
dan menghindari perluasan luka
3. Diberikan secara
profilaksis atau untuk
menghentikn perdarahan
11. 6. DX. KEPERAWATAN: PK: SYOK
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
 Perawat menangani
dan meminimalkan
terjadinnya syok
1. Pantau
pemasukan dan pengeluaran
cairan
2. Pantau tanda dan
gejala syok seperti peningkatan
nadi disertai TD atau sedikitnya
menurun, peningkatan RR,
sianosis, penurunan PaO2
3. Pantau tempat
pembedahan terhadap
perdarahan
Deteksi dini dapat membantu
menentukan intervensi segera
Dapat mendeteksi komplikasi dini
12. LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN LAMINEKTOMI DI IBS
RUMAH SAKIT DR SARDJITO
OLEH
Sri Sugesti Widianingsih
03/172573/EIK/00353
KULIAH PROFESI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005