際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
TRAUMA MEDULLA
SPINALIS
KELOMPOK II
FAHTIAR ADAM
IRMAYANTI TOALIB
NUR EKA RATMI NR.
PUSPITASARI
FATMAWATI
DEFINISI
Medulla spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan
saraf pusat yang terletak di dalam kanalis vertebralis dan
menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region
lumbalis. Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari
trauma ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan
secara mendadak sampai yang menyebabkan transeksi
lengkap dari medulla spinalis dengan quadriplegia
(Fransiska B. Batticaca, 2008 dalam Edy Yuli Riyawan, 2014).
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi
neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah
medulla spinalis
(Brunner & Suddarth, 2001 dalam Cicilia Desy, 2013).
DEFINISI
Trauma tulang belakang merupakan kerusakan atau
terputusnya medula spinalis yang menyebabkan terputusnya
jalur utama motorik dan sensorik ke dan dari tubuh sebagai
saluran komunikasi, setiap kerusaan akan mengganggu
fungsi di bawah area kerusakan. Cedera tulang belakang
bagian atas menyebabkan hilangnya gerakan sensasi
ekstremitas dan batang tubuh (kuadriplegia atau tetraplegia
jika keempat ekstremitas terkena)
(Ensiklopedia Keperawatan, 2008 dalam Rosi Erna, 2016).
ETIOLOGI
Penyebab utama Cedera Medula Spinalis (CMS) lumbal
adalah trauma, dan dapat pula disebabkan oleh kelainan lain
pada vertebra, seperti arthropathi spinal, keganasan yang
mengakibatkan fraktur patologik, infeksi, osteoporosis,
kelainan kongenital, dan gangguan vaskular. Penyebab
trauma spinal lumbal yang paling banyak dikemukakan
adalah kecelakaan lalu lintas, olah raga, tembakan senapan,
serta bencana alam
PATOFISIOLOGI
Ketika adanya kekuatan yang mendorong medulla
spinalis, kerusakan terjadi pada deficit neurologis. Sumber
kekuatan termasuk trauma kolumna vertebra (fraktur,
dislokasi, dan sublukasi) atau trauma penetrasi (luka tembak
atau tusuk). Walaupun pada beberapa kasus medulla ini
mungkin tidak rusak, pada lain waktu medulla mengalami
proses kerusakan disebabkan oleh kontusio, kompresi, atau
komosio.
Penyebab utama medulla spinalis dapat dibagi menjadi
mekanisme trauma primer dan skunder (Okonkwo, 2003
dalam Paula Krisanty, dkk., 2016). Empat mekanisme primer
yang mungkin menyebabkan suatu trauma medulla spinalis:
hiperfleksi; hiperekstensi, axial loading (kompresi vertical); dan
rotasi total. Trauma penetrasi pada medulla mungkin juga
terjadi.
PATOFISIOLOGI
Suatu trauma hiperfleksi terjadi ketika kepala tiba-tiba
dan dengan kekuatan penuh terakselerasi kedepan,
menyebabkan fleksi ekstrim pada leher. Tipe trauma ini
kadang terjadi pada tubrukan kepala dan kecelakaan
mengemudi. Trauma fleksi pada thorak dan lumbal spinal
mungkin juga terjadi ketika leher tiba-tiba terfleksi dengan
sendirinya seperti yang terjadi pada keadaan jatuh terduduk.
Ligamen posterior teregang atau sobek, atau vertebra
mungkin fraktur atau dislokasi. Proses lain yang menggangu
integritas medulla spinalis, menyebabkan perdarahan, edema,
dan nekrosis.
PATOFISIOLOGI
Trauma hiperekstensi terjadi lebih sering pada
kecelakaan kendaraan dimana kendaraan klien ditabrak dari
belakang atau saat jatuh ketika dagu klien terantuk. Kepala
tiba-tiba terakselerasi dan lalu terdeselerasi. Peregaan ini
atau robek ligamen longitudinal anterior, fraktur atau
sublukasi vertebra, dan mungkin ruptur disk intervertebra.
Seperti trauma fleksi, medulla spinalis mungkin mudah rusak.
Kecelakaan menyelam, jatuh terduduk, atau melompat
dimana klien mendarat pada kakinya dapat menyebabkan
banyak trauma yang berkaitan dengan axial loading (kompesi
vertikal). Sentakan kearah atas kepala menyebabkan vertebra
hancur berkeping-keping. Pecahan tulang masuk ke kanal
spinal dan merusak medulla.
PATOFISIOLOGI
Trauma peneterasi ke medulla spinal diklasifikasi
dengan kecepatan gerak suatu benda (misalnya pisau atau
peluru) menyebabkan trauma. Trauma-trauma kecepatan
rendah atau dapak lemah menyebabkan kerusakan langsung
pada sisi atau kerusakan lokal medulla spinalis atau saraf
spinalis. Kontrasnya, trauma kecepatan tinggi yang terjadi
dari luka tembak menyebabkan baik kerusakan langsung
maupun tidak langsung.
PATOFISIOLOGI
Trauma skunder memperburuk trauma primer dan
menyebabkan kematian. Trauma skunder termasuk di bawah
ini :
1. Syok neurogenik.
2. Gangguan vaskuler.
3. Perdarahan.
4. Iskemik.
5. Ketidak seimbangan cairan dan eliktrolit.
PATOFISIOLOGI
Medulla spinalis mungkin mengalami kontusio, laserasi,
atau kompresi yang diakibatkan oleh trauma. Perdarahan
petekie pada area sentral abu-abu, dan kemudian kearah
putih, dapat disebabkan oleh suatu kontusio atau laserasi
pada medulla spinalis. Edema medulla spinalis terjadi
sebagai akibat dari kompresi medulla karena perdarahan,
fragmen tulang, atau laserasi. Nekrosis pada medulla spinalis
terjadi dari sirkulasi kapiler dan aliran balik vena yang
terhambat
MANIFESTASI KLINIS
1. Kepala berada pada
posisi yang tidak
semestinya
2. Mati rasa atau sensasi
geli di sepanjang kaki
maupun lengan
3. Kelemahan
4. Ketidakmampuan
berjalan
5. Paralisis
6. Pasien cenderung tidak
bisa mengontrol BAB
maupun BAK
7. Syok
8. Kurang perhatian
terhadap
stimuli/lingkungan
sekitar
9. Leher kaku, sakit kepala,
atau nyeri pada leher
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi dilakukan untuk mempertahankan fungsi
neurologis yang masih ada, memaksimlkan pemulihan
neurologis, tindakan atas cidera lain, yang menyertai,
mencegah, serta mengobati komplikasi dan kerusakan
neural lebih lanjut.
2. Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural,
fiksasi internal, atau debridemen luka terbuka.
3. Fiksasi internal efekif dilakukan pada klien dengan
ketidakstabilan tulang belakang, cidera ligamen tanpa
fraktur, deformitas tulang belakang progresif, cidera
yang tak dapat direabduksi, dan fraktur non-union.
4. Terapi steroid, nomidipin, atau dopamine untuk
perbaiki aliran darah koral spiral.
PENATALAKSANAAN MEDIS
5. Penilaian keadaan neurologis setiap jam.
6. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
7. Pengelolaan cedera stabil tanpa deficit neurologis
seperti angulasi atau baji dari bahan luas tulang
belakang, fraktur psoses transverses, spinosus, dan
lainnya, tindakannya simptomatis (istirahat baring
hingga nyeri berkurang), imobilisasi dengan fisioterapi
untuk pemulihan kekuatan otot secara bertahap.
8. Cedera tak stabil disertai deficit neurologis. Bila terjadi
pergeseran, fraktur memerlukan reabduksi dan posisi
yang sudah baik harus dipertahankan.
PENATALAKSANAAN MEDIS
9. Pengelolaan kelompok ini tergantung derajat kerusakan
neurologis yang tampak pada saat pertama kali
diperiksa:
a. Transeksi neurologis lengkap terbaik dirawat
konservatif
b. Cedera di daerah servikal, leher di mobilisasi
dengan kolar atau sepit (kapiler) dan di beri metil
prednisolon.
c. Pemeriksaan penunjang MRI.
d. Cedera neurologis tak lengkap konservatif.
e. Bila terdapat atau didasari kerusakan adanya
spondiliosis servikal, traksi tengkorak, dan metil
prednisolon.
f. Bedah bila spondiliosis sudah ada sebelumnya.
PENATALAKSANAAN MEDIS
g. Bila tak ada perbaikan atau ada perbaikan tetapi
keadaan memburuk maka lakukan mielografi.
h. Cedera tulang tak stabil.
i. Bila lesinya total, dilakukan reabduksi yang diikuti
imobilisasi. Melindungi imobiisasi seperti
penambahan perawatan paraplegia.
j. Bila deficit neurologis tak lengkap, dilakukan
reabduksi, diikuti imobilisasi untuk sesuai jenis
cederanya.
k. Bila diperlukan operasi dekompresi kanal spiral
dilakukan pada saat yang sama.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(fraktur atau dislokasi)
Menentukan tempat luka/jejas.
Mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal
Mengetahui keadaan paru
Foto
Rontgent
Thorak
Menunjukkan keefektifan pertukaran gas
dan upaya ventilasi.
AGD
MRI
CT Scan
Sinar X
Spinal
KOMPLIKASI
1. Neurogenik shock
2. Hipoksia
3. Gangguan paru-paru
4. Instabilitas spinal
5. Orthostatic Hipotensi
6. Ileus Paralitik
(Fransisca B. Batticaca, 2008 dalam Edy Yuli Riyawan, 2014).
7. Infeksi saluran kemih
8. Kontraktur
9. Dekubitus
10. Inkontinensia blader
11. Konstipasi
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Keluhan Utama : Sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah kelemahan dan kelumpuhan
ekstremitas, inkontinensia defekasi dan berkemih, nyeri
tekan otot, hiperestesi tepat di atas daerah trauma, dan
mengalami deformitas pada daerah trauma.
Riwayat Penyakit Sekarang : Adanya riwayat trauma yang
mengenai tulang belakang akibat dari kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, dan kecelakaan
lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk,
luka tembak, trauma karena tali pengaman (Fraktur
Chance), dan kejatuhan benda keras.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang
mengantar klien (bila klien tidak sadar) tentang
penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol.
PENGKAJIAN
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya
riwayat hipertensi, riwayat cedera tulang belakang
sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, dan konsumsi alkohol
berlebihan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang
menderita hipertensi dan diabetes melitus
PENGKAJIAN
Pengkajian Psikososiospiritual : menilai respons emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Cedera tulang belakang memerlukan biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya
ini dapat memengaruhi stabilitas emosi serta pikiran
klien dan keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara persistem
(B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan
B3 (Brain) dan B6 (Bone) yang terarah dan dihubungkan
dengan keluhan-keluhan dari klien.
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular.
2. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan
kelumpuhan saraf perkemihan.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan
gangguan persarafan pada usus dan rektum, imobilisasi, intake
cairan yang tidak adekuat.
4. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular, menurunnya kekuatan dan kesadaran,
kehilangan kontrol otot/koordinasi
5. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan penurunan
kesadaran, kerusakan mobilitas fisik.
6. Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah
baring lama.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hambatan Mobilitas Fisik Yang Berhubungan Dengan Kerusakan Neuromuskular
Intervensi Rasionalisasi
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
terhadap peningkatan kerusakan. Kaji
secara teratur fungsi motorik.
Mengetahui tingkat kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas
Ubah posisi klien tiap 2 jam. Menurunkan risiko terjadinya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan.
Ajarkan klien untuk melakukan latihan
gerak aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit.
Gerakan aktif memberikan massa, tonus
dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernapasan.
Lakukan gerak pasif pada ekstremitas
yang sakit.
Otot volunter akan kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan.
Pertahankan sendi jari-jari kaki 90o
terhadap papan kaki.
Telapak kaki dalam posisi 90o dapat
mencegah footdrop.
Intervensi Rasionalisasi
Bantu klien melakukan latihan ROM,
perawatan diri sesuai toleransi.
Untuk memelihara fleksibilitas sendi
sesuai kemampuan
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien.
Peningkatan kemampuan dalam
mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik dari tim fisioterapis.
Perubahan Pola Eliminasi Urine Yang Berhubungan Dengan Kelumpuhan Saraf
Perkemihan
Intervensi Rasionalisasi
Kaji pola berkemih, dan catat produksi
urine tiap 6 jam.
Mengetahui fungsi ginjal.
Palpasi kemungkinan adanya distensi
kandung kemih.
Menilai perubahan akibat dari
inkontinensia urine.
Anjurkan klien untuk minum 2.000
cc/hari.
Membantu mempertahankan fungsi
ginjal.
Pasang well kateter. Membantu proses pengeluaran urine.
Lakukan bladder training, terutama pada
klien yang mengalami trauma pada
kauda ekuina biasanya disebabkan oleh
fraktur dislokasi vertebra lumbal dan
protrusi diskus intervertebralis L-5 dan
S-1
Bladder training membantu peningkatan
kemampuan dari pola eliminasi urine
pada klien yang mengalami gangguan
komunikasi eliminasi urine.
Gangguan Eliminasi Alvi (Konstipasi) Yang Berhubungan Dengan Gangguan
Persarafan Pada Usus Dan Rektum, Imobilisasi, Intake Cairan Yang Tidak Adekuat
Intervensi Rasionalisasi
Berikan penjelasan pada klien dan
keluarga tentang penyebab konstipasi.
Klien dan keluarga akan mengerti tentang
penyebab obstipasi.
Observasi adanya distensi perut. Catat
adanya keluhan mual dan ingin muntah,
pasang NGT.
Perdarahan gastrointestinal dan lambung
mungkin terjadi akibat trauma dan stres.
Auskultasi bising usus, catat lokasi, dan
karakteristiknya.
Bising usus menandakan sifat aktivitas
peristaltik. Penurunan bising usus
mungkin ada selama syok spinal.
Anjurkan pada klien untuk makan
makanan yang mengandung serat.
Diet seimbang tinggi kandungan serat
merangsang peristaltik dan eliminasi
reguler.
Intervensi Rasionalisasi
Bila klien mampu minum, berikan intake
cairan yang cukup (2 liter per hari) jika
tidak ada kontraindikasi
Masukan cairan adekuat membantu
mempertahankan konsistensi feses yang
sesuai pada usus dan membantu
eliminasi reguler.
Lakukan mobilisasi sesuai dengan
keadaan klien.
Aktivitas fisik reguler membantu
eliminasi dengan memperbaiki tonus otot
abdomen dan merangsang nafsu makan
dan peristaltik.
Kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian pelunak feses (laxatif,
suppositoria, enema).
Pelunak feses meningkatkan efisiensi
pembasahan air usus, yang melunakkan
massa feses dan membantu eliminasi.
Risiko Tinggi Trauma Yang Berhubungan Dengan Penurunan Kesadaran,
Kerusakan Mobilitas Fisik
Intervensi Rasionalisasi
Pertahankan tirah baring dan imobilisasi
sesuai indikasi.
Meminimalkan rangsang nyeri akibat
gesekan antara fragmen tulang dengan
jaringan lunak di sekitarnya.
Gunakan bantal air atau pengganjal yang
lunak di bawah daerah-daerah yang
menonjol.
Menghindari tekanan yang berlebih pada
daerah yang menonjol.
Bila terpasang bebat, sokong fraktur
dengan bantal atau gulungan selimut
untuk mempertahankan posisi netral.
Mencegah perubahan posisi dengan tetap
mempertahankan kenyamanan dan
keamanan.
Evaluasi pembebat terhadap resolusi
edema.
Bila fase edema telah lewat, kemungki-
nan bebat menjadi longgar dapat terjadi.
Kolaborasi pemberian obat antibiotika. Antibiotik bersifat bakte-riosida/baktiost
atika untuk membunuh/menghambat
perkembangan kuman.
Intervensi Rasionalisasi
Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera
jaringan (peradangan lokal/sistemik,
seperti peningkatan nyeri, edema,
demam).
Menilai perkembangan masalah klien.
KASIH
TERIMA

More Related Content

Similar to KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx (20)

Ppt sci
Ppt sciPpt sci
Ppt sci
riaasof
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
Luisa Polanco
Hemiparesis
HemiparesisHemiparesis
Hemiparesis
Operator Warnet Vast Raha
GAWAT DARURAT SARAF SINKRONISASI MODUL1.ppt
GAWAT DARURAT SARAF SINKRONISASI MODUL1.pptGAWAT DARURAT SARAF SINKRONISASI MODUL1.ppt
GAWAT DARURAT SARAF SINKRONISASI MODUL1.ppt
SonyNugroho2
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptxCopy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
NuruliznieRosezaidee
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
homeworkping7
Fraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang BelakangFraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang Belakang
Ika_Kristallina
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan frakt
Doni Luter
pptdoslokasip01 pembelajaran Asuhan Keperawatan.pptx
pptdoslokasip01 pembelajaran Asuhan Keperawatan.pptxpptdoslokasip01 pembelajaran Asuhan Keperawatan.pptx
pptdoslokasip01 pembelajaran Asuhan Keperawatan.pptx
RayyanHabibie1
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
sandylabulu1
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)
ami223
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)
ami223
Sistem Rangka dan Otot Pada Manusia.docx
Sistem Rangka dan Otot Pada Manusia.docxSistem Rangka dan Otot Pada Manusia.docx
Sistem Rangka dan Otot Pada Manusia.docx
Endri38
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
ermawijaya
Lp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurLp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur Femur
Yie Sufyan
Power poin fraktur
Power poin frakturPower poin fraktur
Power poin fraktur
Gity Mitasari
Lp ckr
Lp ckrLp ckr
Lp ckr
Yabniel Lit Jingga
lp Trauma kepala 1
lp Trauma kepala 1lp Trauma kepala 1
lp Trauma kepala 1
shaniawira dika
seminar internal host training rumah sakit
seminar internal host training rumah sakitseminar internal host training rumah sakit
seminar internal host training rumah sakit
MohammadRezaAzhari
Ppt sci
Ppt sciPpt sci
Ppt sci
riaasof
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
Luisa Polanco
GAWAT DARURAT SARAF SINKRONISASI MODUL1.ppt
GAWAT DARURAT SARAF SINKRONISASI MODUL1.pptGAWAT DARURAT SARAF SINKRONISASI MODUL1.ppt
GAWAT DARURAT SARAF SINKRONISASI MODUL1.ppt
SonyNugroho2
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptxCopy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
NuruliznieRosezaidee
Fraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang BelakangFraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang Belakang
Ika_Kristallina
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan frakt
Doni Luter
pptdoslokasip01 pembelajaran Asuhan Keperawatan.pptx
pptdoslokasip01 pembelajaran Asuhan Keperawatan.pptxpptdoslokasip01 pembelajaran Asuhan Keperawatan.pptx
pptdoslokasip01 pembelajaran Asuhan Keperawatan.pptx
RayyanHabibie1
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
sandylabulu1
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)
ami223
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)
ami223
Sistem Rangka dan Otot Pada Manusia.docx
Sistem Rangka dan Otot Pada Manusia.docxSistem Rangka dan Otot Pada Manusia.docx
Sistem Rangka dan Otot Pada Manusia.docx
Endri38
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
ermawijaya
Lp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurLp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur Femur
Yie Sufyan
Power poin fraktur
Power poin frakturPower poin fraktur
Power poin fraktur
Gity Mitasari
seminar internal host training rumah sakit
seminar internal host training rumah sakitseminar internal host training rumah sakit
seminar internal host training rumah sakit
MohammadRezaAzhari

Recently uploaded (8)

Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...
Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...
Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...
gembeldarurat01
Tindak_Lanjut_Penyesuaian_Jadwal_Pengangkatan_CASN_T_A_2024_1.pdf
Tindak_Lanjut_Penyesuaian_Jadwal_Pengangkatan_CASN_T_A_2024_1.pdfTindak_Lanjut_Penyesuaian_Jadwal_Pengangkatan_CASN_T_A_2024_1.pdf
Tindak_Lanjut_Penyesuaian_Jadwal_Pengangkatan_CASN_T_A_2024_1.pdf
CI kumparan
Sistem Penerimaan Murid Baru [SPMB PM]_Final.pdf
Sistem Penerimaan Murid Baru [SPMB PM]_Final.pdfSistem Penerimaan Murid Baru [SPMB PM]_Final.pdf
Sistem Penerimaan Murid Baru [SPMB PM]_Final.pdf
CI kumparan
PPT - UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH T...
PPT - UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH T...PPT - UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH T...
PPT - UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH T...
mohgalihrakasiwi2002
Peraturan Terbaru Pemeriksaan Pajak - Apa Dampaknya bagi Wajib Pajak?
Peraturan Terbaru Pemeriksaan Pajak - Apa Dampaknya bagi Wajib Pajak?Peraturan Terbaru Pemeriksaan Pajak - Apa Dampaknya bagi Wajib Pajak?
Peraturan Terbaru Pemeriksaan Pajak - Apa Dampaknya bagi Wajib Pajak?
EnforceA Real Solution
Materi Pert 3 legal drafting DASAR KEBERLAKUAN DAN ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN...
Materi Pert 3 legal drafting DASAR KEBERLAKUAN DAN ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN...Materi Pert 3 legal drafting DASAR KEBERLAKUAN DAN ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN...
Materi Pert 3 legal drafting DASAR KEBERLAKUAN DAN ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN...
TrinurhayatiUINWalis
PPT Hukum Acara PTUN MATERI PEMBELAJARAN.ppt
PPT Hukum Acara PTUN MATERI PEMBELAJARAN.pptPPT Hukum Acara PTUN MATERI PEMBELAJARAN.ppt
PPT Hukum Acara PTUN MATERI PEMBELAJARAN.ppt
a1011231229
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLEKATAN SIDIK JARI PENGHADAP URGENSI DAN FORMALI...
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLEKATAN SIDIK JARI PENGHADAP URGENSI DAN FORMALI...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLEKATAN SIDIK JARI PENGHADAP URGENSI DAN FORMALI...
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLEKATAN SIDIK JARI PENGHADAP URGENSI DAN FORMALI...
mohgalihrakasiwi2002
Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...
Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...
Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...
gembeldarurat01
Tindak_Lanjut_Penyesuaian_Jadwal_Pengangkatan_CASN_T_A_2024_1.pdf
Tindak_Lanjut_Penyesuaian_Jadwal_Pengangkatan_CASN_T_A_2024_1.pdfTindak_Lanjut_Penyesuaian_Jadwal_Pengangkatan_CASN_T_A_2024_1.pdf
Tindak_Lanjut_Penyesuaian_Jadwal_Pengangkatan_CASN_T_A_2024_1.pdf
CI kumparan
Sistem Penerimaan Murid Baru [SPMB PM]_Final.pdf
Sistem Penerimaan Murid Baru [SPMB PM]_Final.pdfSistem Penerimaan Murid Baru [SPMB PM]_Final.pdf
Sistem Penerimaan Murid Baru [SPMB PM]_Final.pdf
CI kumparan
PPT - UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH T...
PPT - UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH T...PPT - UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH T...
PPT - UPAYA PENYELESAIAN TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH T...
mohgalihrakasiwi2002
Peraturan Terbaru Pemeriksaan Pajak - Apa Dampaknya bagi Wajib Pajak?
Peraturan Terbaru Pemeriksaan Pajak - Apa Dampaknya bagi Wajib Pajak?Peraturan Terbaru Pemeriksaan Pajak - Apa Dampaknya bagi Wajib Pajak?
Peraturan Terbaru Pemeriksaan Pajak - Apa Dampaknya bagi Wajib Pajak?
EnforceA Real Solution
Materi Pert 3 legal drafting DASAR KEBERLAKUAN DAN ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN...
Materi Pert 3 legal drafting DASAR KEBERLAKUAN DAN ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN...Materi Pert 3 legal drafting DASAR KEBERLAKUAN DAN ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN...
Materi Pert 3 legal drafting DASAR KEBERLAKUAN DAN ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN...
TrinurhayatiUINWalis
PPT Hukum Acara PTUN MATERI PEMBELAJARAN.ppt
PPT Hukum Acara PTUN MATERI PEMBELAJARAN.pptPPT Hukum Acara PTUN MATERI PEMBELAJARAN.ppt
PPT Hukum Acara PTUN MATERI PEMBELAJARAN.ppt
a1011231229
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLEKATAN SIDIK JARI PENGHADAP URGENSI DAN FORMALI...
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLEKATAN SIDIK JARI PENGHADAP URGENSI DAN FORMALI...TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLEKATAN SIDIK JARI PENGHADAP URGENSI DAN FORMALI...
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLEKATAN SIDIK JARI PENGHADAP URGENSI DAN FORMALI...
mohgalihrakasiwi2002

KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx

  • 1. TRAUMA MEDULLA SPINALIS KELOMPOK II FAHTIAR ADAM IRMAYANTI TOALIB NUR EKA RATMI NR. PUSPITASARI FATMAWATI
  • 2. DEFINISI Medulla spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region lumbalis. Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan transeksi lengkap dari medulla spinalis dengan quadriplegia (Fransiska B. Batticaca, 2008 dalam Edy Yuli Riyawan, 2014). Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001 dalam Cicilia Desy, 2013).
  • 3. DEFINISI Trauma tulang belakang merupakan kerusakan atau terputusnya medula spinalis yang menyebabkan terputusnya jalur utama motorik dan sensorik ke dan dari tubuh sebagai saluran komunikasi, setiap kerusaan akan mengganggu fungsi di bawah area kerusakan. Cedera tulang belakang bagian atas menyebabkan hilangnya gerakan sensasi ekstremitas dan batang tubuh (kuadriplegia atau tetraplegia jika keempat ekstremitas terkena) (Ensiklopedia Keperawatan, 2008 dalam Rosi Erna, 2016).
  • 4. ETIOLOGI Penyebab utama Cedera Medula Spinalis (CMS) lumbal adalah trauma, dan dapat pula disebabkan oleh kelainan lain pada vertebra, seperti arthropathi spinal, keganasan yang mengakibatkan fraktur patologik, infeksi, osteoporosis, kelainan kongenital, dan gangguan vaskular. Penyebab trauma spinal lumbal yang paling banyak dikemukakan adalah kecelakaan lalu lintas, olah raga, tembakan senapan, serta bencana alam
  • 5. PATOFISIOLOGI Ketika adanya kekuatan yang mendorong medulla spinalis, kerusakan terjadi pada deficit neurologis. Sumber kekuatan termasuk trauma kolumna vertebra (fraktur, dislokasi, dan sublukasi) atau trauma penetrasi (luka tembak atau tusuk). Walaupun pada beberapa kasus medulla ini mungkin tidak rusak, pada lain waktu medulla mengalami proses kerusakan disebabkan oleh kontusio, kompresi, atau komosio. Penyebab utama medulla spinalis dapat dibagi menjadi mekanisme trauma primer dan skunder (Okonkwo, 2003 dalam Paula Krisanty, dkk., 2016). Empat mekanisme primer yang mungkin menyebabkan suatu trauma medulla spinalis: hiperfleksi; hiperekstensi, axial loading (kompresi vertical); dan rotasi total. Trauma penetrasi pada medulla mungkin juga terjadi.
  • 6. PATOFISIOLOGI Suatu trauma hiperfleksi terjadi ketika kepala tiba-tiba dan dengan kekuatan penuh terakselerasi kedepan, menyebabkan fleksi ekstrim pada leher. Tipe trauma ini kadang terjadi pada tubrukan kepala dan kecelakaan mengemudi. Trauma fleksi pada thorak dan lumbal spinal mungkin juga terjadi ketika leher tiba-tiba terfleksi dengan sendirinya seperti yang terjadi pada keadaan jatuh terduduk. Ligamen posterior teregang atau sobek, atau vertebra mungkin fraktur atau dislokasi. Proses lain yang menggangu integritas medulla spinalis, menyebabkan perdarahan, edema, dan nekrosis.
  • 7. PATOFISIOLOGI Trauma hiperekstensi terjadi lebih sering pada kecelakaan kendaraan dimana kendaraan klien ditabrak dari belakang atau saat jatuh ketika dagu klien terantuk. Kepala tiba-tiba terakselerasi dan lalu terdeselerasi. Peregaan ini atau robek ligamen longitudinal anterior, fraktur atau sublukasi vertebra, dan mungkin ruptur disk intervertebra. Seperti trauma fleksi, medulla spinalis mungkin mudah rusak. Kecelakaan menyelam, jatuh terduduk, atau melompat dimana klien mendarat pada kakinya dapat menyebabkan banyak trauma yang berkaitan dengan axial loading (kompesi vertikal). Sentakan kearah atas kepala menyebabkan vertebra hancur berkeping-keping. Pecahan tulang masuk ke kanal spinal dan merusak medulla.
  • 8. PATOFISIOLOGI Trauma peneterasi ke medulla spinal diklasifikasi dengan kecepatan gerak suatu benda (misalnya pisau atau peluru) menyebabkan trauma. Trauma-trauma kecepatan rendah atau dapak lemah menyebabkan kerusakan langsung pada sisi atau kerusakan lokal medulla spinalis atau saraf spinalis. Kontrasnya, trauma kecepatan tinggi yang terjadi dari luka tembak menyebabkan baik kerusakan langsung maupun tidak langsung.
  • 9. PATOFISIOLOGI Trauma skunder memperburuk trauma primer dan menyebabkan kematian. Trauma skunder termasuk di bawah ini : 1. Syok neurogenik. 2. Gangguan vaskuler. 3. Perdarahan. 4. Iskemik. 5. Ketidak seimbangan cairan dan eliktrolit.
  • 10. PATOFISIOLOGI Medulla spinalis mungkin mengalami kontusio, laserasi, atau kompresi yang diakibatkan oleh trauma. Perdarahan petekie pada area sentral abu-abu, dan kemudian kearah putih, dapat disebabkan oleh suatu kontusio atau laserasi pada medulla spinalis. Edema medulla spinalis terjadi sebagai akibat dari kompresi medulla karena perdarahan, fragmen tulang, atau laserasi. Nekrosis pada medulla spinalis terjadi dari sirkulasi kapiler dan aliran balik vena yang terhambat
  • 11. MANIFESTASI KLINIS 1. Kepala berada pada posisi yang tidak semestinya 2. Mati rasa atau sensasi geli di sepanjang kaki maupun lengan 3. Kelemahan 4. Ketidakmampuan berjalan 5. Paralisis 6. Pasien cenderung tidak bisa mengontrol BAB maupun BAK 7. Syok 8. Kurang perhatian terhadap stimuli/lingkungan sekitar 9. Leher kaku, sakit kepala, atau nyeri pada leher
  • 12. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Terapi dilakukan untuk mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada, memaksimlkan pemulihan neurologis, tindakan atas cidera lain, yang menyertai, mencegah, serta mengobati komplikasi dan kerusakan neural lebih lanjut. 2. Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural, fiksasi internal, atau debridemen luka terbuka. 3. Fiksasi internal efekif dilakukan pada klien dengan ketidakstabilan tulang belakang, cidera ligamen tanpa fraktur, deformitas tulang belakang progresif, cidera yang tak dapat direabduksi, dan fraktur non-union. 4. Terapi steroid, nomidipin, atau dopamine untuk perbaiki aliran darah koral spiral.
  • 13. PENATALAKSANAAN MEDIS 5. Penilaian keadaan neurologis setiap jam. 6. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat. 7. Pengelolaan cedera stabil tanpa deficit neurologis seperti angulasi atau baji dari bahan luas tulang belakang, fraktur psoses transverses, spinosus, dan lainnya, tindakannya simptomatis (istirahat baring hingga nyeri berkurang), imobilisasi dengan fisioterapi untuk pemulihan kekuatan otot secara bertahap. 8. Cedera tak stabil disertai deficit neurologis. Bila terjadi pergeseran, fraktur memerlukan reabduksi dan posisi yang sudah baik harus dipertahankan.
  • 14. PENATALAKSANAAN MEDIS 9. Pengelolaan kelompok ini tergantung derajat kerusakan neurologis yang tampak pada saat pertama kali diperiksa: a. Transeksi neurologis lengkap terbaik dirawat konservatif b. Cedera di daerah servikal, leher di mobilisasi dengan kolar atau sepit (kapiler) dan di beri metil prednisolon. c. Pemeriksaan penunjang MRI. d. Cedera neurologis tak lengkap konservatif. e. Bila terdapat atau didasari kerusakan adanya spondiliosis servikal, traksi tengkorak, dan metil prednisolon. f. Bedah bila spondiliosis sudah ada sebelumnya.
  • 15. PENATALAKSANAAN MEDIS g. Bila tak ada perbaikan atau ada perbaikan tetapi keadaan memburuk maka lakukan mielografi. h. Cedera tulang tak stabil. i. Bila lesinya total, dilakukan reabduksi yang diikuti imobilisasi. Melindungi imobiisasi seperti penambahan perawatan paraplegia. j. Bila deficit neurologis tak lengkap, dilakukan reabduksi, diikuti imobilisasi untuk sesuai jenis cederanya. k. Bila diperlukan operasi dekompresi kanal spiral dilakukan pada saat yang sama.
  • 16. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislokasi) Menentukan tempat luka/jejas. Mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal Mengetahui keadaan paru Foto Rontgent Thorak Menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi. AGD MRI CT Scan Sinar X Spinal
  • 17. KOMPLIKASI 1. Neurogenik shock 2. Hipoksia 3. Gangguan paru-paru 4. Instabilitas spinal 5. Orthostatic Hipotensi 6. Ileus Paralitik (Fransisca B. Batticaca, 2008 dalam Edy Yuli Riyawan, 2014). 7. Infeksi saluran kemih 8. Kontraktur 9. Dekubitus 10. Inkontinensia blader 11. Konstipasi
  • 19. PENGKAJIAN 1. Anamnesis Keluhan Utama : Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas, inkontinensia defekasi dan berkemih, nyeri tekan otot, hiperestesi tepat di atas daerah trauma, dan mengalami deformitas pada daerah trauma. Riwayat Penyakit Sekarang : Adanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, dan kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma karena tali pengaman (Fraktur Chance), dan kejatuhan benda keras. Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien (bila klien tidak sadar) tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol.
  • 20. PENGKAJIAN Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, riwayat cedera tulang belakang sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan konsumsi alkohol berlebihan. Riwayat Penyakit Keluarga Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus
  • 21. PENGKAJIAN Pengkajian Psikososiospiritual : menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari- harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Cedera tulang belakang memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat memengaruhi stabilitas emosi serta pikiran klien dan keluarga. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara persistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) dan B6 (Bone) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
  • 22. 1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular. 2. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan. 3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rektum, imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat. 4. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot/koordinasi 5. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan penurunan kesadaran, kerusakan mobilitas fisik. 6. Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • 23. Hambatan Mobilitas Fisik Yang Berhubungan Dengan Kerusakan Neuromuskular Intervensi Rasionalisasi Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas Ubah posisi klien tiap 2 jam. Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit. Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit. Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan. Pertahankan sendi jari-jari kaki 90o terhadap papan kaki. Telapak kaki dalam posisi 90o dapat mencegah footdrop.
  • 24. Intervensi Rasionalisasi Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien. Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapis.
  • 25. Perubahan Pola Eliminasi Urine Yang Berhubungan Dengan Kelumpuhan Saraf Perkemihan Intervensi Rasionalisasi Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap 6 jam. Mengetahui fungsi ginjal. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih. Menilai perubahan akibat dari inkontinensia urine. Anjurkan klien untuk minum 2.000 cc/hari. Membantu mempertahankan fungsi ginjal. Pasang well kateter. Membantu proses pengeluaran urine. Lakukan bladder training, terutama pada klien yang mengalami trauma pada kauda ekuina biasanya disebabkan oleh fraktur dislokasi vertebra lumbal dan protrusi diskus intervertebralis L-5 dan S-1 Bladder training membantu peningkatan kemampuan dari pola eliminasi urine pada klien yang mengalami gangguan komunikasi eliminasi urine.
  • 26. Gangguan Eliminasi Alvi (Konstipasi) Yang Berhubungan Dengan Gangguan Persarafan Pada Usus Dan Rektum, Imobilisasi, Intake Cairan Yang Tidak Adekuat Intervensi Rasionalisasi Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi. Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi. Observasi adanya distensi perut. Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT. Perdarahan gastrointestinal dan lambung mungkin terjadi akibat trauma dan stres. Auskultasi bising usus, catat lokasi, dan karakteristiknya. Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik. Penurunan bising usus mungkin ada selama syok spinal. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat. Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler.
  • 27. Intervensi Rasionalisasi Bila klien mampu minum, berikan intake cairan yang cukup (2 liter per hari) jika tidak ada kontraindikasi Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien. Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema). Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.
  • 28. Risiko Tinggi Trauma Yang Berhubungan Dengan Penurunan Kesadaran, Kerusakan Mobilitas Fisik Intervensi Rasionalisasi Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi. Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol. Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol. Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi netral. Mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan. Evaluasi pembebat terhadap resolusi edema. Bila fase edema telah lewat, kemungki- nan bebat menjadi longgar dapat terjadi. Kolaborasi pemberian obat antibiotika. Antibiotik bersifat bakte-riosida/baktiost atika untuk membunuh/menghambat perkembangan kuman.
  • 29. Intervensi Rasionalisasi Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri, edema, demam). Menilai perkembangan masalah klien.