Cedera tulang belakang umumnya disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan. Laminektomi merupakan tindakan bedah untuk mengangkat sebagian lamina tulang belakang guna memperbaiki cedera pada tulang belakang dan mencegah gangguan saraf. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menentukan lokasi dan besarnya cedera, sementara penatalaksanaannya meliputi imobilisasi, tindakan bedah jika diperlukan
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Trauma medulla spinalis adalah cedera pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di medulla spinalis dan gangguan neurologis; (2) Penatalaksanaan meliputi pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, penatalaksanaan medis seperti operasi, terapi, dan imobilisasi, serta pengelolaan komplikasi seperti sistem pernafasan dan genitourinaria; (3) Tujuannya adalah memp
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala & cederaFerrayulinda
油
Dokumen tersebut membahas tentang kegawatdaruratan pada sistem persarafan trauma kepala dan cedera spinal, termasuk gejala, penyebab, diagnostik, dan penatalaksanaannya.
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis, dengan tulang yang lepas dari sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor konjenital, patologis, atau trauma, dan dapat menyebabkan gangguan fungsi sendi serta nyeri. Penatalaksanaannya meliputi reduksi dislokasi dan mobilisasi sendi untuk memulihkan fungsinya.
Fraktur clavikula adalah hilangnya kontinuitas tulang clavikula yang biasanya disebabkan trauma. Tulang ini mudah patah karena letak dan anatominya. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk diagnosis dan penentuan tindak lanjut. Penatalaksanaan bervariasi antara non-operatif hingga operatif tergantung lokasi dan tingkat pergeseran fraktur.
Hemiparesis adalah kelemahan pada satu sisi tubuh yang disebabkan oleh lesi otak di hemisfer serebri kontralateral. Diagnosis membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebabnya seperti stroke, tumor, atau inflamasi. Gejala utama hemiparesis adalah kelemahan otot dan gangguan sensorik pada satu sisi tubuh.
Cedera medula spinalis didefinisikan sebagai cedera yang mengenai medula spinalis baik yang menimbulkan kelainan fungsi utamanya secara lengkap atau sebagian. Klasifikasi cedera medula spinalis meliputi komplit dan inkonplik, dengan berbagai jenis inkonplik seperti anterior cord, posterior cord, dan central cord. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik khusus dan pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, sedangkan penatalaks
Laporan kasus mengenai Ny. AY usia 46 tahun yang mengalami nyeri dan kesulitan bergerak pada tungkai kiri akibat jatuh 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan fraktur femur dextra yang terlantar. Diagnosis negelcted fraktur femur dextra 1/3 tengah yang perlu ditangani dengan refrakturisasi, skeletal traksi, dan rencana operasi.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep medis fraktur tulang, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan fraktur tulang. Juga dibahas asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, dan intervensi untuk menangani nyeri, risiko gangguan sirkulasi, serta mempertahankan fungsi dan mobilitas bagian tubuh yang terkena fraktur
Dokumen tersebut membahas tentang konsep medis fraktur tulang khususnya fraktur femur. Menguraikan definisi, penyebab, jenis, manifestasi klinis, komplikasi, dan penatalaksanaan fraktur femur. Juga membahas etiologi, patofisiologi, dan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis fraktur tulang pangkal paha.
Dokumen tersebut membahas tentang fraktur tulang belakang dan fraktur pada tulang pelvis. Secara ringkas, dibahas mengenai definisi fraktur tulang belakang dan pelvis, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan konservatif dan operatif, serta komplikasi yang dapat terjadi.
Laporan ini membahas tentang trauma kepala pada pasien di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Terdapat penjelasan mengenai latar belakang, definisi, klasifikasi, mekanisme, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan trauma kepala. Asuhan keperawatan meliputi monitoring fungsi vital, pencegahan komplikasi, dan rehabilitasi.
Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...gembeldarurat01
油
Teori keadilan yang dikembangkan oleh John Rawls, yang berfokus pada prinsip kebebasan dasar yang setara dan prinsip perbedaan, memberikan fondasi yang sangat relevan dalam merancang masyarakat yang lebih adil, terutama dalam konteks demokrasi modern. Rawls mengajukan ide bahwa keadilan dalam masyarakat tidak hanya berkaitan dengan pembagian hak-hak dasar yang setara bagi semua individu, tetapi juga bagaimana mengatur ketidaksetaraan sosial dan ekonomi secara adil. Menurut Rawls, ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya dan kesempatan hanya dapat diterima jika ketimpangan tersebut memberi manfaat yang lebih besar bagi mereka yang paling tidak beruntung, yaitu mereka yang berada pada posisi sosial dan ekonomi yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kebijakan publik yang diambil harus memprioritaskan kesejahteraan dan kepentingan kelompok yang paling terpinggirkan dalam masyarakat.
Prinsip pertama Rawls, yaitu kebebasan dasar yang setara, menekankan bahwa setiap individu dalam masyarakat harus memiliki kebebasan yang setara untuk menentukan kehidupannya sendiri, bebas dari diskriminasi atau penindasan. Kebebasan ini mencakup hak-hak dasar seperti kebebasan berbicara, kebebasan beragama, dan hak untuk memilih dalam sistem politik yang demokratis. Dalam konteks ini, teori Rawls sangat menekankan pentingnya jaminan negara untuk melindungi kebebasan dasar setiap individu, yang dianggap sebagai hak asasi yang tidak bisa dikompromikan. Kebebasan ini harus dijaga dan dilindungi dalam kerangka hukum, agar setiap orang, tanpa memandang status sosial atau latar belakangnya, dapat menikmati hak-hak mereka secara setara. Selain itu, prinsip kebebasan dasar ini juga menjamin martabat setiap individu, mengakui mereka sebagai entitas yang memiliki nilai yang setara dalam masyarakat, serta memastikan bahwa mereka tidak diperlakukan lebih rendah dari orang lain.
Prinsip kedua, yaitu prinsip perbedaan, mengharuskan bahwa ketidaksetaraan dalam masyarakat, baik dari segi sosial maupun ekonomi, hanya bisa diterima jika ketidaksetaraan tersebut memberikan manfaat yang lebih besar bagi mereka yang paling tidak beruntung. Hal ini memperlihatkan bahwa Rawls tidak sepenuhnya menolak ketidaksetaraan, tetapi ia memberikan syarat ketat bagi ketidaksetaraan tersebut untuk dapat diterima. Ketidaksetaraan yang ada haruslah digunakan untuk memperbaiki kondisi mereka yang berada pada posisi paling bawah, seperti orang miskin dan kelompok yang terpinggirkan. Oleh karena itu, penerapan prinsip ini dalam kebijakan publik sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, di mana keuntungan dari ketidaksetaraan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka yang paling kurang beruntung. Prinsip perbedaan ini, dengan kata lain, mendorong pengembangan kebijakan redistribusi yang lebih adil, seperti pajak progresif dan program kesejahteraan sosial yang dapat mengurangi jurang ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin.
Dalam konteks demokrasi modern,
Hemiparesis adalah kelemahan pada satu sisi tubuh yang disebabkan oleh lesi otak di hemisfer serebri kontralateral. Diagnosis membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebabnya seperti stroke, tumor, atau inflamasi. Gejala utama hemiparesis adalah kelemahan otot dan gangguan sensorik pada satu sisi tubuh.
Cedera medula spinalis didefinisikan sebagai cedera yang mengenai medula spinalis baik yang menimbulkan kelainan fungsi utamanya secara lengkap atau sebagian. Klasifikasi cedera medula spinalis meliputi komplit dan inkonplik, dengan berbagai jenis inkonplik seperti anterior cord, posterior cord, dan central cord. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik khusus dan pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, sedangkan penatalaks
Laporan kasus mengenai Ny. AY usia 46 tahun yang mengalami nyeri dan kesulitan bergerak pada tungkai kiri akibat jatuh 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan fraktur femur dextra yang terlantar. Diagnosis negelcted fraktur femur dextra 1/3 tengah yang perlu ditangani dengan refrakturisasi, skeletal traksi, dan rencana operasi.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep medis fraktur tulang, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan fraktur tulang. Juga dibahas asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, dan intervensi untuk menangani nyeri, risiko gangguan sirkulasi, serta mempertahankan fungsi dan mobilitas bagian tubuh yang terkena fraktur
Dokumen tersebut membahas tentang konsep medis fraktur tulang khususnya fraktur femur. Menguraikan definisi, penyebab, jenis, manifestasi klinis, komplikasi, dan penatalaksanaan fraktur femur. Juga membahas etiologi, patofisiologi, dan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis fraktur tulang pangkal paha.
Dokumen tersebut membahas tentang fraktur tulang belakang dan fraktur pada tulang pelvis. Secara ringkas, dibahas mengenai definisi fraktur tulang belakang dan pelvis, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan konservatif dan operatif, serta komplikasi yang dapat terjadi.
Laporan ini membahas tentang trauma kepala pada pasien di RSUD Sunan Kalijaga Demak. Terdapat penjelasan mengenai latar belakang, definisi, klasifikasi, mekanisme, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan trauma kepala. Asuhan keperawatan meliputi monitoring fungsi vital, pencegahan komplikasi, dan rehabilitasi.
Konsep Keadilan dalam Filsafat Politik: Perspektif John Rawls dan Aplikasinya...gembeldarurat01
油
Teori keadilan yang dikembangkan oleh John Rawls, yang berfokus pada prinsip kebebasan dasar yang setara dan prinsip perbedaan, memberikan fondasi yang sangat relevan dalam merancang masyarakat yang lebih adil, terutama dalam konteks demokrasi modern. Rawls mengajukan ide bahwa keadilan dalam masyarakat tidak hanya berkaitan dengan pembagian hak-hak dasar yang setara bagi semua individu, tetapi juga bagaimana mengatur ketidaksetaraan sosial dan ekonomi secara adil. Menurut Rawls, ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya dan kesempatan hanya dapat diterima jika ketimpangan tersebut memberi manfaat yang lebih besar bagi mereka yang paling tidak beruntung, yaitu mereka yang berada pada posisi sosial dan ekonomi yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kebijakan publik yang diambil harus memprioritaskan kesejahteraan dan kepentingan kelompok yang paling terpinggirkan dalam masyarakat.
Prinsip pertama Rawls, yaitu kebebasan dasar yang setara, menekankan bahwa setiap individu dalam masyarakat harus memiliki kebebasan yang setara untuk menentukan kehidupannya sendiri, bebas dari diskriminasi atau penindasan. Kebebasan ini mencakup hak-hak dasar seperti kebebasan berbicara, kebebasan beragama, dan hak untuk memilih dalam sistem politik yang demokratis. Dalam konteks ini, teori Rawls sangat menekankan pentingnya jaminan negara untuk melindungi kebebasan dasar setiap individu, yang dianggap sebagai hak asasi yang tidak bisa dikompromikan. Kebebasan ini harus dijaga dan dilindungi dalam kerangka hukum, agar setiap orang, tanpa memandang status sosial atau latar belakangnya, dapat menikmati hak-hak mereka secara setara. Selain itu, prinsip kebebasan dasar ini juga menjamin martabat setiap individu, mengakui mereka sebagai entitas yang memiliki nilai yang setara dalam masyarakat, serta memastikan bahwa mereka tidak diperlakukan lebih rendah dari orang lain.
Prinsip kedua, yaitu prinsip perbedaan, mengharuskan bahwa ketidaksetaraan dalam masyarakat, baik dari segi sosial maupun ekonomi, hanya bisa diterima jika ketidaksetaraan tersebut memberikan manfaat yang lebih besar bagi mereka yang paling tidak beruntung. Hal ini memperlihatkan bahwa Rawls tidak sepenuhnya menolak ketidaksetaraan, tetapi ia memberikan syarat ketat bagi ketidaksetaraan tersebut untuk dapat diterima. Ketidaksetaraan yang ada haruslah digunakan untuk memperbaiki kondisi mereka yang berada pada posisi paling bawah, seperti orang miskin dan kelompok yang terpinggirkan. Oleh karena itu, penerapan prinsip ini dalam kebijakan publik sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, di mana keuntungan dari ketidaksetaraan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka yang paling kurang beruntung. Prinsip perbedaan ini, dengan kata lain, mendorong pengembangan kebijakan redistribusi yang lebih adil, seperti pajak progresif dan program kesejahteraan sosial yang dapat mengurangi jurang ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin.
Dalam konteks demokrasi modern,
Peraturan Terbaru Pemeriksaan Pajak - Apa Dampaknya bagi Wajib Pajak?EnforceA Real Solution
油
PMK Terbaru Pemeriksaan Pajak : Apa yang berubah & dampaknya bagi Wajib Pajak?
Pada tanggal 14 Februari 2025 lalu, telah terbit Peraturan Menteri Keuangan (PMK) baru, yakni PMK Nomor 15 Tahun 2025 (PMK 15/2025) tentang Pemeriksaan Pajak. PMK 15/2025 ini merupakan hasil penyesuaian ketentuan pemeriksaan pajak yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. PMK ini juga diterbitkan untuk mengganti regulasi mengenai pemeriksaan pajak sebelumnya, yang tersebar dalam beberapa peraturan lain, yaitu PMK 17/2013 s.t.d.t.d PMK 184/2015, PMK Nomor 256/2014 dan Pasal 105 PMK 18/2021.
Mengingat bahwa pemeriksaan pajak adalah hal yang dapat terjadi kepada Wajib Pajak sebagai bentuk pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan, maka penting bagi kita untuk mempelajari dan memahami apa saja yang diatur dalam PMK 15/2025 ini. enforceA mengajak Anda untuk mengikuti webinar dengan judul PMK Terbaru Pemeriksaan Pajak: Apa yang Berubah & Dampaknya bagi Wajib Pajak? bersama narasumber yang kompeten.
Pembicara
I Wayan Sudiarta, S.E., M.M., C.W.M., B.K.P. Managing Partner enforceA
Dewi Wiwiek Hartini Senior Manager enforceA
Moderator
Widya Astuti Assistant Tax Manager enforceA
2. DEFINISI
Medulla spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan
saraf pusat yang terletak di dalam kanalis vertebralis dan
menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region
lumbalis. Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari
trauma ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan
secara mendadak sampai yang menyebabkan transeksi
lengkap dari medulla spinalis dengan quadriplegia
(Fransiska B. Batticaca, 2008 dalam Edy Yuli Riyawan, 2014).
Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi
neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah
medulla spinalis
(Brunner & Suddarth, 2001 dalam Cicilia Desy, 2013).
3. DEFINISI
Trauma tulang belakang merupakan kerusakan atau
terputusnya medula spinalis yang menyebabkan terputusnya
jalur utama motorik dan sensorik ke dan dari tubuh sebagai
saluran komunikasi, setiap kerusaan akan mengganggu
fungsi di bawah area kerusakan. Cedera tulang belakang
bagian atas menyebabkan hilangnya gerakan sensasi
ekstremitas dan batang tubuh (kuadriplegia atau tetraplegia
jika keempat ekstremitas terkena)
(Ensiklopedia Keperawatan, 2008 dalam Rosi Erna, 2016).
4. ETIOLOGI
Penyebab utama Cedera Medula Spinalis (CMS) lumbal
adalah trauma, dan dapat pula disebabkan oleh kelainan lain
pada vertebra, seperti arthropathi spinal, keganasan yang
mengakibatkan fraktur patologik, infeksi, osteoporosis,
kelainan kongenital, dan gangguan vaskular. Penyebab
trauma spinal lumbal yang paling banyak dikemukakan
adalah kecelakaan lalu lintas, olah raga, tembakan senapan,
serta bencana alam
5. PATOFISIOLOGI
Ketika adanya kekuatan yang mendorong medulla
spinalis, kerusakan terjadi pada deficit neurologis. Sumber
kekuatan termasuk trauma kolumna vertebra (fraktur,
dislokasi, dan sublukasi) atau trauma penetrasi (luka tembak
atau tusuk). Walaupun pada beberapa kasus medulla ini
mungkin tidak rusak, pada lain waktu medulla mengalami
proses kerusakan disebabkan oleh kontusio, kompresi, atau
komosio.
Penyebab utama medulla spinalis dapat dibagi menjadi
mekanisme trauma primer dan skunder (Okonkwo, 2003
dalam Paula Krisanty, dkk., 2016). Empat mekanisme primer
yang mungkin menyebabkan suatu trauma medulla spinalis:
hiperfleksi; hiperekstensi, axial loading (kompresi vertical); dan
rotasi total. Trauma penetrasi pada medulla mungkin juga
terjadi.
6. PATOFISIOLOGI
Suatu trauma hiperfleksi terjadi ketika kepala tiba-tiba
dan dengan kekuatan penuh terakselerasi kedepan,
menyebabkan fleksi ekstrim pada leher. Tipe trauma ini
kadang terjadi pada tubrukan kepala dan kecelakaan
mengemudi. Trauma fleksi pada thorak dan lumbal spinal
mungkin juga terjadi ketika leher tiba-tiba terfleksi dengan
sendirinya seperti yang terjadi pada keadaan jatuh terduduk.
Ligamen posterior teregang atau sobek, atau vertebra
mungkin fraktur atau dislokasi. Proses lain yang menggangu
integritas medulla spinalis, menyebabkan perdarahan, edema,
dan nekrosis.
7. PATOFISIOLOGI
Trauma hiperekstensi terjadi lebih sering pada
kecelakaan kendaraan dimana kendaraan klien ditabrak dari
belakang atau saat jatuh ketika dagu klien terantuk. Kepala
tiba-tiba terakselerasi dan lalu terdeselerasi. Peregaan ini
atau robek ligamen longitudinal anterior, fraktur atau
sublukasi vertebra, dan mungkin ruptur disk intervertebra.
Seperti trauma fleksi, medulla spinalis mungkin mudah rusak.
Kecelakaan menyelam, jatuh terduduk, atau melompat
dimana klien mendarat pada kakinya dapat menyebabkan
banyak trauma yang berkaitan dengan axial loading (kompesi
vertikal). Sentakan kearah atas kepala menyebabkan vertebra
hancur berkeping-keping. Pecahan tulang masuk ke kanal
spinal dan merusak medulla.
8. PATOFISIOLOGI
Trauma peneterasi ke medulla spinal diklasifikasi
dengan kecepatan gerak suatu benda (misalnya pisau atau
peluru) menyebabkan trauma. Trauma-trauma kecepatan
rendah atau dapak lemah menyebabkan kerusakan langsung
pada sisi atau kerusakan lokal medulla spinalis atau saraf
spinalis. Kontrasnya, trauma kecepatan tinggi yang terjadi
dari luka tembak menyebabkan baik kerusakan langsung
maupun tidak langsung.
9. PATOFISIOLOGI
Trauma skunder memperburuk trauma primer dan
menyebabkan kematian. Trauma skunder termasuk di bawah
ini :
1. Syok neurogenik.
2. Gangguan vaskuler.
3. Perdarahan.
4. Iskemik.
5. Ketidak seimbangan cairan dan eliktrolit.
10. PATOFISIOLOGI
Medulla spinalis mungkin mengalami kontusio, laserasi,
atau kompresi yang diakibatkan oleh trauma. Perdarahan
petekie pada area sentral abu-abu, dan kemudian kearah
putih, dapat disebabkan oleh suatu kontusio atau laserasi
pada medulla spinalis. Edema medulla spinalis terjadi
sebagai akibat dari kompresi medulla karena perdarahan,
fragmen tulang, atau laserasi. Nekrosis pada medulla spinalis
terjadi dari sirkulasi kapiler dan aliran balik vena yang
terhambat
11. MANIFESTASI KLINIS
1. Kepala berada pada
posisi yang tidak
semestinya
2. Mati rasa atau sensasi
geli di sepanjang kaki
maupun lengan
3. Kelemahan
4. Ketidakmampuan
berjalan
5. Paralisis
6. Pasien cenderung tidak
bisa mengontrol BAB
maupun BAK
7. Syok
8. Kurang perhatian
terhadap
stimuli/lingkungan
sekitar
9. Leher kaku, sakit kepala,
atau nyeri pada leher
12. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi dilakukan untuk mempertahankan fungsi
neurologis yang masih ada, memaksimlkan pemulihan
neurologis, tindakan atas cidera lain, yang menyertai,
mencegah, serta mengobati komplikasi dan kerusakan
neural lebih lanjut.
2. Operasi lebih awal sebagai indikasi dekompresi neural,
fiksasi internal, atau debridemen luka terbuka.
3. Fiksasi internal efekif dilakukan pada klien dengan
ketidakstabilan tulang belakang, cidera ligamen tanpa
fraktur, deformitas tulang belakang progresif, cidera
yang tak dapat direabduksi, dan fraktur non-union.
4. Terapi steroid, nomidipin, atau dopamine untuk
perbaiki aliran darah koral spiral.
13. PENATALAKSANAAN MEDIS
5. Penilaian keadaan neurologis setiap jam.
6. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
7. Pengelolaan cedera stabil tanpa deficit neurologis
seperti angulasi atau baji dari bahan luas tulang
belakang, fraktur psoses transverses, spinosus, dan
lainnya, tindakannya simptomatis (istirahat baring
hingga nyeri berkurang), imobilisasi dengan fisioterapi
untuk pemulihan kekuatan otot secara bertahap.
8. Cedera tak stabil disertai deficit neurologis. Bila terjadi
pergeseran, fraktur memerlukan reabduksi dan posisi
yang sudah baik harus dipertahankan.
14. PENATALAKSANAAN MEDIS
9. Pengelolaan kelompok ini tergantung derajat kerusakan
neurologis yang tampak pada saat pertama kali
diperiksa:
a. Transeksi neurologis lengkap terbaik dirawat
konservatif
b. Cedera di daerah servikal, leher di mobilisasi
dengan kolar atau sepit (kapiler) dan di beri metil
prednisolon.
c. Pemeriksaan penunjang MRI.
d. Cedera neurologis tak lengkap konservatif.
e. Bila terdapat atau didasari kerusakan adanya
spondiliosis servikal, traksi tengkorak, dan metil
prednisolon.
f. Bedah bila spondiliosis sudah ada sebelumnya.
15. PENATALAKSANAAN MEDIS
g. Bila tak ada perbaikan atau ada perbaikan tetapi
keadaan memburuk maka lakukan mielografi.
h. Cedera tulang tak stabil.
i. Bila lesinya total, dilakukan reabduksi yang diikuti
imobilisasi. Melindungi imobiisasi seperti
penambahan perawatan paraplegia.
j. Bila deficit neurologis tak lengkap, dilakukan
reabduksi, diikuti imobilisasi untuk sesuai jenis
cederanya.
k. Bila diperlukan operasi dekompresi kanal spiral
dilakukan pada saat yang sama.
16. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(fraktur atau dislokasi)
Menentukan tempat luka/jejas.
Mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal
Mengetahui keadaan paru
Foto
Rontgent
Thorak
Menunjukkan keefektifan pertukaran gas
dan upaya ventilasi.
AGD
MRI
CT Scan
Sinar X
Spinal
19. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Keluhan Utama : Sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah kelemahan dan kelumpuhan
ekstremitas, inkontinensia defekasi dan berkemih, nyeri
tekan otot, hiperestesi tepat di atas daerah trauma, dan
mengalami deformitas pada daerah trauma.
Riwayat Penyakit Sekarang : Adanya riwayat trauma yang
mengenai tulang belakang akibat dari kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, dan kecelakaan
lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk,
luka tembak, trauma karena tali pengaman (Fraktur
Chance), dan kejatuhan benda keras.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang
mengantar klien (bila klien tidak sadar) tentang
penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol.
20. PENGKAJIAN
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya
riwayat hipertensi, riwayat cedera tulang belakang
sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, dan konsumsi alkohol
berlebihan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang
menderita hipertensi dan diabetes melitus
21. PENGKAJIAN
Pengkajian Psikososiospiritual : menilai respons emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Cedera tulang belakang memerlukan biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya
ini dapat memengaruhi stabilitas emosi serta pikiran
klien dan keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara persistem
(B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan
B3 (Brain) dan B6 (Bone) yang terarah dan dihubungkan
dengan keluhan-keluhan dari klien.
22. 1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular.
2. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan
kelumpuhan saraf perkemihan.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan
gangguan persarafan pada usus dan rektum, imobilisasi, intake
cairan yang tidak adekuat.
4. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular, menurunnya kekuatan dan kesadaran,
kehilangan kontrol otot/koordinasi
5. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan penurunan
kesadaran, kerusakan mobilitas fisik.
6. Risiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah
baring lama.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
23. Hambatan Mobilitas Fisik Yang Berhubungan Dengan Kerusakan Neuromuskular
Intervensi Rasionalisasi
Kaji mobilitas yang ada dan observasi
terhadap peningkatan kerusakan. Kaji
secara teratur fungsi motorik.
Mengetahui tingkat kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas
Ubah posisi klien tiap 2 jam. Menurunkan risiko terjadinya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan.
Ajarkan klien untuk melakukan latihan
gerak aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit.
Gerakan aktif memberikan massa, tonus
dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernapasan.
Lakukan gerak pasif pada ekstremitas
yang sakit.
Otot volunter akan kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan.
Pertahankan sendi jari-jari kaki 90o
terhadap papan kaki.
Telapak kaki dalam posisi 90o dapat
mencegah footdrop.
24. Intervensi Rasionalisasi
Bantu klien melakukan latihan ROM,
perawatan diri sesuai toleransi.
Untuk memelihara fleksibilitas sendi
sesuai kemampuan
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien.
Peningkatan kemampuan dalam
mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik dari tim fisioterapis.
25. Perubahan Pola Eliminasi Urine Yang Berhubungan Dengan Kelumpuhan Saraf
Perkemihan
Intervensi Rasionalisasi
Kaji pola berkemih, dan catat produksi
urine tiap 6 jam.
Mengetahui fungsi ginjal.
Palpasi kemungkinan adanya distensi
kandung kemih.
Menilai perubahan akibat dari
inkontinensia urine.
Anjurkan klien untuk minum 2.000
cc/hari.
Membantu mempertahankan fungsi
ginjal.
Pasang well kateter. Membantu proses pengeluaran urine.
Lakukan bladder training, terutama pada
klien yang mengalami trauma pada
kauda ekuina biasanya disebabkan oleh
fraktur dislokasi vertebra lumbal dan
protrusi diskus intervertebralis L-5 dan
S-1
Bladder training membantu peningkatan
kemampuan dari pola eliminasi urine
pada klien yang mengalami gangguan
komunikasi eliminasi urine.
26. Gangguan Eliminasi Alvi (Konstipasi) Yang Berhubungan Dengan Gangguan
Persarafan Pada Usus Dan Rektum, Imobilisasi, Intake Cairan Yang Tidak Adekuat
Intervensi Rasionalisasi
Berikan penjelasan pada klien dan
keluarga tentang penyebab konstipasi.
Klien dan keluarga akan mengerti tentang
penyebab obstipasi.
Observasi adanya distensi perut. Catat
adanya keluhan mual dan ingin muntah,
pasang NGT.
Perdarahan gastrointestinal dan lambung
mungkin terjadi akibat trauma dan stres.
Auskultasi bising usus, catat lokasi, dan
karakteristiknya.
Bising usus menandakan sifat aktivitas
peristaltik. Penurunan bising usus
mungkin ada selama syok spinal.
Anjurkan pada klien untuk makan
makanan yang mengandung serat.
Diet seimbang tinggi kandungan serat
merangsang peristaltik dan eliminasi
reguler.
27. Intervensi Rasionalisasi
Bila klien mampu minum, berikan intake
cairan yang cukup (2 liter per hari) jika
tidak ada kontraindikasi
Masukan cairan adekuat membantu
mempertahankan konsistensi feses yang
sesuai pada usus dan membantu
eliminasi reguler.
Lakukan mobilisasi sesuai dengan
keadaan klien.
Aktivitas fisik reguler membantu
eliminasi dengan memperbaiki tonus otot
abdomen dan merangsang nafsu makan
dan peristaltik.
Kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian pelunak feses (laxatif,
suppositoria, enema).
Pelunak feses meningkatkan efisiensi
pembasahan air usus, yang melunakkan
massa feses dan membantu eliminasi.
28. Risiko Tinggi Trauma Yang Berhubungan Dengan Penurunan Kesadaran,
Kerusakan Mobilitas Fisik
Intervensi Rasionalisasi
Pertahankan tirah baring dan imobilisasi
sesuai indikasi.
Meminimalkan rangsang nyeri akibat
gesekan antara fragmen tulang dengan
jaringan lunak di sekitarnya.
Gunakan bantal air atau pengganjal yang
lunak di bawah daerah-daerah yang
menonjol.
Menghindari tekanan yang berlebih pada
daerah yang menonjol.
Bila terpasang bebat, sokong fraktur
dengan bantal atau gulungan selimut
untuk mempertahankan posisi netral.
Mencegah perubahan posisi dengan tetap
mempertahankan kenyamanan dan
keamanan.
Evaluasi pembebat terhadap resolusi
edema.
Bila fase edema telah lewat, kemungki-
nan bebat menjadi longgar dapat terjadi.
Kolaborasi pemberian obat antibiotika. Antibiotik bersifat bakte-riosida/baktiost
atika untuk membunuh/menghambat
perkembangan kuman.