Fraktur clavikula adalah hilangnya kontinuitas tulang clavikula yang biasanya disebabkan trauma. Tulang ini mudah patah karena letak dan anatominya. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk diagnosis dan penentuan tindak lanjut. Penatalaksanaan bervariasi antara non-operatif hingga operatif tergantung lokasi dan tingkat pergeseran fraktur.
Kb 1 penerapan komunikasi terapeutik padasetiap proses keperawatanpjj_kemenkes
油
Modul ini membahas penerapan komunikasi terapeutik dalam setiap tahapan proses keperawatan, yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Komunikasi penting diterapkan pada setiap tahap, seperti wawancara dan observasi pada pengkajian, serta komunikasi lisan dan tulisan untuk berbagi informasi dengan tim kesehatan.
Dokumen tersebut membahas tentang standar pendidikan bidan di Indonesia, dimulai dari sejarah perkembangan pendidikan bidan dan berbagai program pendidikan bidan yang pernah ada, serta uraian mengenai 9 standar pendidikan bidan yang meliputi lembaga pendidikan, falsafah, organisasi, sumber daya pendidikan, pola pendidikan, kurikulum, tujuan pendidikan, proses pendidikan, dan hasil belajar."
Dokumen tersebut membahas tentang irigasi telinga dan mata. Irigasi telinga bertujuan untuk membersihkan liang telinga dari nanah, serumen dan benda asing, sedangkan irigasi mata bertujuan untuk membersihkan atau mengeluarkan benda asing dalam mata. Kedua prosedur memerlukan peralatan steril dan langkah-langkah khusus untuk menghindari komplikasi seperti infeksi, cedera, atau kehilangan pendengaran/
Tinjauan sistematik ini mengevaluasi kemanjuran intervensi psikologis untuk mengurangi nyeri dan kecemasan pada anak dan remaja selama prosedur terkait jarum. Tinjauan ini mencakup 39 penelitian dengan 3394 peserta, dan menemukan bukti kuat bahwa intervensi psikologis seperti distraksi, relaksasi, dan penghipnoterapi dapat mengurangi nyeri dan kecemasan pada anak selama prosedur medis. T
MAERI 1 M1KB2 : Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan Usiappghybrid4
油
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan komunikasi pada berbagai tingkat usia, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia. Terdapat empat materi pokok yang dibahas yaitu 1) teori pertumbuhan dan perkembangan manusia, 2) komunikasi pada bayi dan anak, 3) komunikasi pada remaja, dan 4) komunikasi pada dewasa dan lanjut usia. Dokumen ini menjelaskan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan Satya Wijaya
油
Dokumen tersebut membahas tentang peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien menjelang kematian dengan memperhatikan perspektif transkultural. Secara khusus dibahas mengenai pentingnya memahami budaya pasien, memberikan asuhan yang mempertahankan atau menyesuaikan budaya pasien, serta melakukan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan kebutuhan pasien terpenuhi.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang konsep nifas normal dan asuhan kebidanan pada masa nifas. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa masa nifas adalah masa pemulihan organ reproduksi setelah persalinan selama kurang lebih 6 minggu, meliputi proses involusi rahim, laktasi, dan perubahan fisiologi lainnya. Dokumen juga menjelaskan konsep asuhan kebidanan yang perlu diberikan selama masa nifas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Dokumen ini berisi petunjuk praktikum untuk deteksi dini tumbuh kembang pada anak yang meliputi penilaian pertumbuhan, perkembangan, dan penyimpangan mental emosional. Terdapat tiga kegiatan belajar yang membahas teknik pengukuran dan penilaian status gizi, penyimpangan perkembangan, serta penyimpangan mental emosional pada anak."
Distosia adalah kesukaran dalam persalinan yang dapat disebabkan oleh kelainan kekuatan kontraksi rahim (inertia uteri), kelainan jalan lahir bayi, atau kelainan posisi janin. Inertia uteri dapat berupa hipotonik (kontraksi lemah) atau hipertonik (kontraksi tidak terkoordinasi) dan masing-masing memiliki penyebab serta penanganan yang berbeda.
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
油
Modul ini membahas komplikasi yang dapat terjadi pada saat persalinan dan nifas beserta penatalaksanaannya, meliputi distosia akibat kelainan tenaga dan letak janin, serta komplikasi pada nifas seperti infeksi dan perdarahan."
Dokumen tersebut merangkum klasifikasi gangguan jiwa menurut PPDGJ III dan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, serta diagnosis keperawatan gangguan jiwa pada pasien berdasarkan hasil penelitian di rumah sakit jiwa Indonesia. Klasifikasi gangguan jiwa dibagi menjadi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia dan gangguan jiwa ringan seperti gangguan suasana hati. Diagnosis keperawatan terbanyak
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pasien fraktur klavicula post ORIF. Secara garis besar dibahas tentang pengertian ORIF, fraktur klavicula, klasifikasi, etiologi, dan manifestasi klinisnya. ORIF digunakan untuk memperbaiki posisi fragmen tulang melalui operasi. Fraktur klavicula umumnya disebabkan trauma dan memiliki berbagai klasifikasi berdasarkan lokasi. Manifestasi klinisnya berupa
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis, dengan tulang yang lepas dari sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor konjenital, patologis, atau trauma, dan dapat menyebabkan gangguan fungsi sendi serta nyeri. Penatalaksanaannya meliputi reduksi dislokasi dan mobilisasi sendi untuk memulihkan fungsinya.
Tinjauan sistematik ini mengevaluasi kemanjuran intervensi psikologis untuk mengurangi nyeri dan kecemasan pada anak dan remaja selama prosedur terkait jarum. Tinjauan ini mencakup 39 penelitian dengan 3394 peserta, dan menemukan bukti kuat bahwa intervensi psikologis seperti distraksi, relaksasi, dan penghipnoterapi dapat mengurangi nyeri dan kecemasan pada anak selama prosedur medis. T
MAERI 1 M1KB2 : Perkembangan Komunikasi Sesuai Tahapan Usiappghybrid4
油
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan komunikasi pada berbagai tingkat usia, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia. Terdapat empat materi pokok yang dibahas yaitu 1) teori pertumbuhan dan perkembangan manusia, 2) komunikasi pada bayi dan anak, 3) komunikasi pada remaja, dan 4) komunikasi pada dewasa dan lanjut usia. Dokumen ini menjelaskan
makalah perspektif transkultural dalam keperawatan Satya Wijaya
油
Dokumen tersebut membahas tentang peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien menjelang kematian dengan memperhatikan perspektif transkultural. Secara khusus dibahas mengenai pentingnya memahami budaya pasien, memberikan asuhan yang mempertahankan atau menyesuaikan budaya pasien, serta melakukan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan kebutuhan pasien terpenuhi.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang konsep nifas normal dan asuhan kebidanan pada masa nifas. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa masa nifas adalah masa pemulihan organ reproduksi setelah persalinan selama kurang lebih 6 minggu, meliputi proses involusi rahim, laktasi, dan perubahan fisiologi lainnya. Dokumen juga menjelaskan konsep asuhan kebidanan yang perlu diberikan selama masa nifas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Tn. A dirawat dengan diagnosis hipertensi dan mengeluh nyeri kepala; (2) Perawat mengidentifikasi masalah utama yaitu nyeri akut, ansietas, intoleransi aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi, dan gangguan pola tidur; (3) Intervensi perawat meliputi manajemen nyeri, pengurangan ansietas, peningkatan toleransi aktivitas, optimalisasi nutrisi, dan penyesuaian pol
Dokumen ini berisi petunjuk praktikum untuk deteksi dini tumbuh kembang pada anak yang meliputi penilaian pertumbuhan, perkembangan, dan penyimpangan mental emosional. Terdapat tiga kegiatan belajar yang membahas teknik pengukuran dan penilaian status gizi, penyimpangan perkembangan, serta penyimpangan mental emosional pada anak."
Distosia adalah kesukaran dalam persalinan yang dapat disebabkan oleh kelainan kekuatan kontraksi rahim (inertia uteri), kelainan jalan lahir bayi, atau kelainan posisi janin. Inertia uteri dapat berupa hipotonik (kontraksi lemah) atau hipertonik (kontraksi tidak terkoordinasi) dan masing-masing memiliki penyebab serta penanganan yang berbeda.
KB 1 Komplikasi Persalinan dan Penatalaksanaannyapjj_kemenkes
油
Modul ini membahas komplikasi yang dapat terjadi pada saat persalinan dan nifas beserta penatalaksanaannya, meliputi distosia akibat kelainan tenaga dan letak janin, serta komplikasi pada nifas seperti infeksi dan perdarahan."
Dokumen tersebut merangkum klasifikasi gangguan jiwa menurut PPDGJ III dan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, serta diagnosis keperawatan gangguan jiwa pada pasien berdasarkan hasil penelitian di rumah sakit jiwa Indonesia. Klasifikasi gangguan jiwa dibagi menjadi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia dan gangguan jiwa ringan seperti gangguan suasana hati. Diagnosis keperawatan terbanyak
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pasien fraktur klavicula post ORIF. Secara garis besar dibahas tentang pengertian ORIF, fraktur klavicula, klasifikasi, etiologi, dan manifestasi klinisnya. ORIF digunakan untuk memperbaiki posisi fragmen tulang melalui operasi. Fraktur klavicula umumnya disebabkan trauma dan memiliki berbagai klasifikasi berdasarkan lokasi. Manifestasi klinisnya berupa
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis, dengan tulang yang lepas dari sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor konjenital, patologis, atau trauma, dan dapat menyebabkan gangguan fungsi sendi serta nyeri. Penatalaksanaannya meliputi reduksi dislokasi dan mobilisasi sendi untuk memulihkan fungsinya.
Fraktur femur adalah patah tulang paha yang disebabkan trauma atau osteoporosis. Gejalanya berupa nyeri hebat pada paha, tak mampu berjalan, dan bengkak. Penatalaksanaannya meliputi pemberian obat analgesik, pemasangan traksi, dan rehabilitasi untuk memulihkan fungsi. Keperawatan meliputi mengurangi nyeri, mencegah komplikasi, dan memberikan edukasi kepada pasien.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan fisioterapi pada pasien dengan kondisi calcaneus spur bilateral menggunakan modalitas ultrasound transverse friction dan hold rilex exercises untuk mengurangi nyeri, spasme otot, dan meningkatkan kekuatan otot serta aktivitas fungsional pasien. Hasil penelitian menunjukkan penurunan nyeri dan peningkatan aktivitas fungsional setelah empat kali terapi.
Cedera tulang belakang umumnya disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan. Laminektomi merupakan tindakan bedah untuk mengangkat sebagian lamina tulang belakang guna memperbaiki cedera pada tulang belakang dan mencegah gangguan saraf. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menentukan lokasi dan besarnya cedera, sementara penatalaksanaannya meliputi imobilisasi, tindakan bedah jika diperlukan
Laporan kasus mengenai Ny. AY usia 46 tahun yang mengalami nyeri dan kesulitan bergerak pada tungkai kiri akibat jatuh 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan fraktur femur dextra yang terlantar. Diagnosis negelcted fraktur femur dextra 1/3 tengah yang perlu ditangani dengan refrakturisasi, skeletal traksi, dan rencana operasi.
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletalpjj_kemenkes
油
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal khususnya fraktur tulang. Menguraikan pengertian, jenis, patofisiologi dan tanda klinis fraktur serta penatalaksanaan medik dan keperawatan yang meliputi traksi, penyembuhan tulang, dan kasus contoh pasien fraktur femur."
Dokumen tersebut membahas tentang fraktur tulang belakang dan fraktur pada tulang pelvis. Secara ringkas, dibahas mengenai definisi fraktur tulang belakang dan pelvis, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan konservatif dan operatif, serta komplikasi yang dapat terjadi.
Modul ini membahas asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien fraktur dan asma bronkial. Pada fraktur, dijelaskan tanda-tanda, komplikasi, penatalaksanaan termasuk pembidaian. Sedangkan pada asma bronkial diuraikan pengertian, tanda-tanda, dan faktor pemicu serangan asmanya.
Cedera medula spinalis didefinisikan sebagai cedera yang mengenai medula spinalis baik yang menimbulkan kelainan fungsi utamanya secara lengkap atau sebagian. Klasifikasi cedera medula spinalis meliputi komplit dan inkonplik, dengan berbagai jenis inkonplik seperti anterior cord, posterior cord, dan central cord. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik khusus dan pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, sedangkan penatalaks
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien fraktur tulang.
2. Fraktur dijelaskan sebagai terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan trauma.
3. Asuhan keperawatan pada fraktur meliputi penatalaksanaan medis, pengkajian, diagnosa, perencanaan intervensi, dan evaluasi.
Dokumen tersebut membahas anatomi, diagnosis, dan penanganan berbagai gangguan lutut seperti cedera ligamen, robekan meniskus, degenerasi meniskus, fraktur patela, bursitis, tendinitis, artritis, dan kondisi lainnya. Secara rinci dibahas anatomi struktur lutut, gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan penanganannya.
1. LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR CLAVICULA
DEXTRA DENGAN GENERAL ANESTESI
DI INSTALASI BEDAH CENTRAL RUMAH SAKIT PKU GAMPING,
YOGYAKARTA
Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Praktek KLinik anestesi
komprehensif ( PK-5 )
Dosen Pengampu : Ns. Ida Mardalena, S.Kep, M.Si
Pembimbing Lapangan : Hanna Asiyaningsih, S.Tr.Kep
Disusun oleh:
SALMAN
NIM : P07120722045
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik,
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada
fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Pada fraktur tibia
dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena
periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi
kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit
maka sering ditemukan adanya fraktur.
Cara mendiagnosa fraktur adalah dengan melakukan pemeriksaan klinis dan di
ikuti dengan pemeriksaan radiologi (X-ray). Umumnya para ahli radiologi melakukan
analisa fraktur tulang melalui hasil gambar X-ray secara manual dan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk mempelajari gambar tersebut dan gambar X-ray tulang
tersebut tidak hanya dilihat oleh satu ahli radiologi saja. Ahli radiologi sering
mengalami kesulitan membaca gambar X-ray dan kondisi mata lelah ahli radiologi
setelah melihat banyak gambar X-ray serta gambar X-ray yang mengandung banyak
noise yang terjadi saat pengambilan gambar X-ray dapat mengakibatkan kesulitan
diagnosis. Pembacaan gambar X-ray membutuhkan pencahayaan yang kuat untuk
membuat gambar X-ray tampak lebih jelas. Oleh karena itu sampai saat ini telah
banyak penelitian yang dilakukan berbasis pengolahan citra untuk identifikasi fraktur
tulang dengan mengembangkan berbagai metode untuk memperoleh akurasi yang
tinggi.
3. B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian dari Fraktur Clavikula?
b) Bagaimana dengan klasifikasi penyakit Fraktur Clavikula?
c) Bagaimana dengan etiologi Fraktur Clavikula?
d) Bagaimana dengan anatomi fisiologi Fraktur Clavikula?
e) Bagaimana dengan fisiologi Fraktur Clavikula?
f) Bagaimana dengan patofisiologi Fraktur Clavikula?
g) Bagaimana manifestasi klinik penyakit Fraktur Clavikula?
h) Bagaimana dengan komplikasi Fraktur Clavikula?
i) Bagaimana dengan pemeriksaan penunjang Fraktur Clavikula?
j) Bagaimana dengan penatalaksanaan medis Fraktur Clavikula?
C. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan anestesi
pada Tn.M Diagnosa Fraktur Clavikula Dextra Tindakan ORIF Dengan General
Anestesi.
D. Waktu dan Tempat
RS PKU GAMPING MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
10 NOVEMBER 2022 PUKUL 11.00 WIB
4. BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Teori General Anestesi Inhalasi
1. Pengertian
General anestesi sebagai tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible) yang menyebabkan mati rasa karena obat
masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang tinggi (Latief, 2007). General
anestesi sesuai sediaan obat dibagi menjadi 3 jenis yaitu anestesi inhalasi, anestesi
intravena dan anestesi imbang. Hasil penelitian Harahap (2014) di Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung, mengatakan lebih dari 80% operasi dilakukan menggunakan
teknik general anestesi dibandingkan degan spinal anestesi. Obat anastesi umum yang
diberikan secara inhalasi (gas dan cairan yang mudah menguap) yang terpenting di
antaranya adalah N2O dan sevoflurane.
2. Indikasi
Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan.
Infant dan anak usia muda
Dewasa yang memilih anestesi umum
3. Kontra Indikasi
Tergantung efek farmakologi yang mengalami kelainan (harus dihindarkan
pemakaian obat atau dosis dikurangi/diturunkan) :
- hepar : obat hepatotoksik/obat yang toksis terhadap hepar
- Jantung : obat obat yang mendepresi miokard/menurunkan aliran darah
koroner
- Ginjal : obat yang diekskresi di ginjal
- Paru : obat yang merangsang sekresi paru/bronkus
- Endokrin : Hindari obat yang meningkatkan kadar gula darah/hindarkan
pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis.
5. 4. Teknik (Insersi)
Teknik general anestesi ada 3 yaitu teknik anestesi intravena, inhalasi, dan
imbang. Yang digunakan pada kasus ini yaitu teknik anestesi inhalasi menggunakan
LMA. Anestesi inhalasi adalah teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada intubasi antara lain trauma jalan nafas, salah
letak dari LMA, dan tidak berfungsinya LMA. Komplikasi yang biasa terjadi adalah:
a. Saat Intubasi
1) Salah letak : Intubasi esofagus, intubasi endobronkhial, posisi
balon di laring.
2) Trauma jalan nafas : Kerusakan gigi, laserasi mukosa bibir dan
lidah, dislokasi mandibula, luka daerah retrofaring.
3) Reflek fisiologi : Hipertensi, takikardi, hipertense intra kranial dan
intra okuler, laringospasme.
4) Kebocoran balon.
b. Saat LMA di tempatkan
1) Malposisi (kesalahan letak)
2) Trauma jalan nafas : inflamasi dan laserasi mukosa, luka lecet
mukosa hidung.
c. Setelah ekstubasi
1) Trauma jalan nafas : Udema dan stenosis (glotis, subglotis dan
trakhea), sesak, aspirasi, nyeri tenggorokan.
2) Laringospasme.
6. B. Konsep Teori (Fraktur Clavikula)
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer &
Bare, 2016). Fraktur klavikula adalah hilangnya kontinuitas tulang
klavikula, salah satu tulang pada sendi bahu. Mekanisme cedera pada fraktur
klavikula yang paling sering adalah jatuh dengan tangan terentang, jatuh
bertumpu pada bahu, atau trauma langsung pada klavikula. Pasien dengan
fraktur klavikula dapat mengeluhkan bengkak dan nyeri pada area klavikula,
disertai penurunan kemampuan menggerakan lengan di sisi yang cedera.
2. Klasifikasi
Fraktur klavikula biasanya diklasifikasikan berdasarkan posisi dari
fraktur oleh Allman menjadi proximal (Group I), middle (Group II), dan
distal (Group III) third fractures. Pembagian secara general berhubungan
dengan pendekatan klinis yang akan dikerjakan. Karena tingginya tingkat
delayed union and non-union pada fraktur 1/3 distal, Neer membaginya
menjadi tiga subklasifikasi berdasarkan kondisi ligamentum dan derajat
pergeseran. Neer tipe I (ligamentum korakoklavikular masih intak), Neer
tipe II (ligamentum korakoklavikular robek atau lepas dari fragmen medial
tetapi ligamentum trapezoid tetap intak dengan segmen distal), dan Neer tipe
III (intraartikular). Neer tipe II disubklasifikasikan menjadi dua oleh
Rockwood menjadi tipe IIA: konoid dan trapezoid melekat pada fragmen
distal dan tipe IIB: konoid lepas dari fragmen medial.
7. 3. Etiologi
Etiologi fraktur klavikula adalah trauma baik secara langsung
maupun tidak langsung. Trauma dapat terjadi karena terjatuh atau
kecelakaan lalu lintas dengan bagian samping bahu langsung mengenai
bagian yang keras. Etiologi lain yang dapat menyebabkan fraktur klavikula
adalah terjatuh dengan tangan terentang. Penyebab lainnya adalah kelainan
bawaan, kelainan patologis, dan trauma lahir. Kelainan bawaan dapat berupa
osteogenesis imperfekta yaitu gangguan pembentukan kolagen akibat
kesalahan metabolisme yang ditandai dengan jumlah garam oksalat yang
berlebih dalam tubuh
4. Anatomi Fisiologi
Tulang klavikula relatif tipis, bagian paling lebar adalah sisi medial
dan lateral tempatnya berartikulasi dengan sternum dan akromion. Tulang ini
mempunyai dua lengkungan: yang lebih besar adalah bagian koronal yang
memberi bentuk huruf S (konveks anterior sisi medial dan konkaf anterior
sisi lateral).
8. 5. Fisiologi
Operasi pada fraktur Clavicula 1/3 distal dilakukan incise pada daerah
Clavicula. Dengan tindakan operasi akan terjadi pendarahan sehingga akan
terjadi kerusakan jaringan lunak dibawah kulit maupun pembuluh darah
yang akan diikuti dengan keluarnya cairan dari pembuluh darah yang akan
terjadi proses peradangan sehingga menimbulkan oedema. Timbulnya
oedemadapat menekan nociceptor sehingga meragsang timbulnya nyeri.
Nyeri juga timbul karena luka sayatan pada operasi yang menyebabkan
ujung-ujung saraf sensoris teriritasi sehingga penderita engan untuk
mengerakan daerah yang sakit. Keadaan ini apabila dibiarkan terus menerus
akan menimbulkan spasme otot dan penurunan lingkup gerak sendi (LGS)
yang lama-kelamaan akan mengakibatkan penurunan kekuatan otot dan
menurunya aktifitas fungsional..
6. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur klavikula berkaitan dengan anatominya.
Klavikula adalah tulang berbentuk S yang merupakan penghubung osseus
antara ekstremitas atas dan trunkus. Pada klavikula terdapat artikulasi
secara distal dengan akromion pada sendi akromioklavikular dan artikulasi
secara proksimal dengan sternum pada sendi sternoklavikula. Banyaknya
artikulasi ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan klavikula mudah
fraktur.
7. Manifestasi Klinis
Pada fraktur klavikula, ujung tulang yang patah dapat menyebabkan
terlihatnya formasi (tenda) pada kulit di atas tempat fraktur. Dokter juga
akan melakukan tes untuk memastikan tidak ada saraf atau pembuluh darah
yang rusak ketika patah tulang terjadi. Sinar-X memungkinkan dokter untuk
mendapat gambar jaringan padat seperti tulang. Dokter akan melakukan X-
ray untuk membantu menentukan lokasi fraktur dan untuk mempelajari lebih
lanjut tentang tingkat keparahan fraktur.
9. 8. Komplikasi
a. Awal
Meskipun klavikula bagian proksimal terletak dekat dengan struktur
vital, kejadian pneumotoraks, ruptur pembuluh darah subklavia, dan cedera
pleksus brachialis jarang terjadi.
b. Lanjut
Pada fraktur shaft yang mengalami pergeseran, non-union terjadi pada
1-15% kasus. Fraktur risiko meliputi usia yang bertambah tua, besar
pergeseran, komunitif fraktur, dan pasien perempuan, namun prediksi akurat
mengenai fraktur yang akan mengalami non-union sulit dikerjakan. Non-
union yang simptomatik diterapi dengan fiksasi plat dan graft tulang jika
diperlukan. Tindakan ini biasanya memuaskan dan memiliki tingkat union
yang tinggi. Fraktur klavikula 1/3 lateral mempunyai tingkat non-union yang
tinggi (11,5- 40%). Pilihan terapi untuk non-union simptomatik adalah eksisi
bagian lateral dari klavikula (bila fragmen kecil dan ligamentum
korakoklavikular intak) atau reduksi terbuka, fiksasi interna dan graft tulang
bila fragmen besar. Implan yang digunakan adalah locking plates and hooked
plates.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada fraktur clavikula dibuttuhkan
untuk konfirmasi fraktur, menilai komplikasi dan konfirmasi setelah
tindakan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain : rontgen
clavikula, rontgen thoraks, CT scan, dan USG
10. Penatalaksanaan Medis
Fraktur Klavikula 1/3 Tengah Terdapat kesepakatan bahwa fraktur
klavikula 1/3 tengah non displaced seharusnya diterapi secara non operatif.
Sebagian besar akan berlanjut dengan union yang baik, dengan kemungkinan
10. non union di bawah 5% dan kembali ke fungsi normal. Manajemen non
operatif meliputi pemakaian simple sling untuk kenyamanan. Sling dilepas
setelah nyeri hilang (setelah 1-3 minggu) dan pasien disarankan untuk mulai
menggerakkan lengannya. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa
penggunaan figure-of-eight bandage memberikan manfaat dan dapat berisiko
terjadinya peningkatan insidens terjadinya luka akibat penekanan pada
bagian fraktur dan mencederai struktur saraf; bahkan akan meningkatkan
risiko terjadinya nonunion.
Sebagian besar fraktur 1/3 distal klavikula mengalami pergeseran
minimal dan ekstra-artikular. Ligamentum korakoklavikula yang intak
mencegah pergeseran jauh dan manajemen non operatif biasanya dipilih.
Penatalaksanaannya meliputi pemakaian sling selama 2-3 minggu sampai
nyeri menghilang, dilanjutkan dengan mobilisasi dalam batas nyeri yang
dapat diterima. Fraktur klavikula 1/3 distal displaced berhubungan dengan
robeknya ligamentum korakoklavikula dan merupakan injuri yang tidak
stabil. Banyak studi menyebutkan fraktur ini mempunyai tingkat non-union
yang tinggi bila ditatalaksana secara non operatif. Pembedahan untuk
stabilisasi fraktur sering direkomendasikan.1 Teknik operasi menggunakan
plate dan screw korakoklavikular, fiksasi plat hook, penjahitan dan sling
techniques dengan graft ligamen Dacron dan yang terbaru adalah locking
plates klavikula
C. Konsep Teori (ORIF)
1. Pengertian
Reduction Interna Fixation (ORIF) adalah fiksasi interna dengan
pembedahan terbuka untuk mengistirahatkan fraktur dengan melakukan
pembedahan untuk memasukkan paku, screw, pen kedalam tempat fraktur
untuk menguatkan/mengikat bagian-bagian tulang yang fraktur secara
11. bersamaan. Fiksasi interna sering digunakan untuk merawat fraktur pada
tulang panggul yang sering terjadi pada orang tua (Reeves, 2001).
2. Indikasi
Indikasi dilakukan ORIF menurut Apley (1995) :
1. Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi Fraktur yang
tidak stabil
2. Secara bawaan dan cenderung mengalami pergeseran kembali setelah
reduksi, selain itu juga fraktur yang cenderung ditarik terpisah oleh kerja
otot.
3. Fraktur yang penyatuannya kurang sempurna dan perlahan-lahan terutama
fraktur pada leher femur.
4. Fraktur patologik dimana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan.
5. Fraktur multiple, bila fiksasi dini mengurangi resiko komplikasi umum
dan kegagalan organ pada bagian system.
6. Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya.
3. Kontra Indikasi
Reduksi terbuka juga kontraindikasi jika jaringan lunak tidak
memfasilitasi tindakan bedah dengan baik, misalnya karena kualitas jaringan
yang buruk akibat kerusakan saat trauma, atau luka bakar, pembengkakan
yang berlebih, jaringan parut operasi sebelumnya, atau infeksi yang aktif .
Kontraindikasi lain adalah adanya kondisi medis yang merupakan
kontraindikasi tindakan operatif atau anestesi (contohnya baru terkena infark
miokard).
12. Daftar Pustaka
1. Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik
(Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. (2009). Petunjuk Praktis Anestesiologi.
Edisi kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
3. Pusat, Umum, Sanglah Denpasar, Ni Nyoman, Shinta Prasista, A. A. Gde Yuda
Asmara, Agus Roy H. Hamid, Program Studi, Sarjana Kedokteran, Dokter Fakultas,
Bagian Orthopaedi, Rsup Sanglah, Bedah Plastik, Estetik Rsup, and Sanglah
Denpasar. 2020. Gambaran Karakteristik Fraktur Klavikula Di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013-2017. Jurnal Medika Udayana 9(1):812
4. Sabiston d. c. (2011). Buku Ajar Bedah. Jakarta EGC
13. LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
PADA PASIEN FRAKTUR CLAVIKULA DENGAN GENERAL ANESTESI
(LMA)
DI IBS RS PKU GAMPING MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
OLEH
REZI AKHSANI TAQWIM 1811604107
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2021
14. DI IBS RS PKU GAMPING MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan
Anestesi Kasus umum
OLEH :
REZI AKHSANI TAQWIM 1811604107
Telah diperiksa dan disetujui tanggal 25 maret 2021
Mengetahui
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik
(Hana Asryaningsih, Str.Kep) ( Astiqah Nur Rohmah,
S.Kep, Ns, M.Biomed )
15. A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.K
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Gamping
No RM : 2517xx
Diagnosa medis : Fraktur Clavikula Sinistra
Tindakan operasi :
ORIF
Tanggal operasi : 25 Maret 2021
Dokter Bedah : dr.Meiky Sp.OT
Dokter Anestesi : dr.Yossi Sp.An
16. 2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pasien mengatakan bahwa ia jatuh dan mengalami fraktur
Pasien mengatakan pundak atau sekitar bahu merasakan nyeri hasil pengkajian nyeri
pasien :
Penyebab nyeri: Fraktur
Qualitas nyeri : Seperti ditusuk-tusuk
Regio nyeri : Sekitar pundak dan bahu
Subjektif nyeri : Pasien mengatakan nyeri dengan skor 3
Time nyeri : Nyeri dirasakan ketika pasien menggerakkan pundak dan bahu
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa tulangnya patah pasien merasakan nyeri pada daerah
sekitar bahu dan pundak jika digerakkan rasanya seperti ditusuk-tusuk , pasien
periksa ke RS PKU GAMPING, sesuai kondisi pasien dokter mengatakan harus
dilakukan tindakan operasi
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan tanda vital
Kesadaran : Composmetis
17. GCS: verbal: 5, Motorik 6, dan Mata : 4
TD = 141/79 mmHg,
Nadi = 77 x/menit,
RR = 18 x/menit BB : 72 kg TB : 170 cm
4. Pemeriksaan Generalis
1) Kepala
Simetris, tidak ada lesih, kulit kepala bersih, warna rambut hitam,
dan tidak ada nyeri tekan (Normal)
2) Pemeriksaan Mata
Mata simetris dan lengkap, tidak ada oedema, luka dan benjolan,
dan bulu mata tidak rontok (Normal)
3) Pemeriksaan Hidung
Tidak ada polip, tidak ada sekret, dan bentuk simetris (Normal)
4) Pemeriksaan Mulut
Bibir pasien cerah, gigi lengkap dan tidak goyang mulut bersih
dan tidak berbau (Normal)
5) Pemeriksaan Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada edema dan tidak ada nyeri tekan
(Normal)
6) Pemeriksaan Torak
a) Pulmo
Bentuk normal pergerakan dada simetris, vesikuler () sonor
() dan tidak ada lesi
b) Jantung
18. Tidak tampak ictis cordis, ictus cordis tidak teraba, bunyi
jantung s1 dan s2 reguler, suara jantung tudak murmur
c) Abdomen
NTE ()
7) Genetalia
Tidak terpasang DC dan bersih
8) Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
- Inspeksi
Terdapat luka diperban area clavikula dan terdapat sedikit
pembengkakan
- Palpasi
Pasien mengatakan nyeri didaerah bahu dan pundak
Pengkajian nyeri
Penyebab nyeri: Fraktur
Qualitas nyeri : Seperti ditusuk-tusuk
Regio nyeri : Sekitar pundak dan bahu
Subjektif nyeri : Pasien mengatakan nyeri dengan skor 3
Time nyeri : Nyeri dirasakan ketika pasien menggerakkan
pundak dan bahu
b) Ekstremitas Bawah :
Inspeksi :
19. Terdapat bengkak di kedua pasien, kaki kanan pasien diperban
kerna terdapat luka yang ada nanah, terdapat nyeri tekan pada
kaki kanan pasien, dan mengeluarkan bau tidak sedap.
Palpasi :
Edema : -
9) Vertebrata
Normal, tidak ada edema, dan tidak ada nyeri
1) Psikologis
Pasien mengatakan siap untuk menjalani prosedur operasi
2) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium Tanggal 24 Maret 2021
Tanggal
pemeriksaan
Jenis
pemeriksaan
Nilai rujukan Hasil
24-03-2021 Lekosit 5000-10000 8700
24-03-2021 Basofil 0,5-1 0
24-03-2021 Eosinofil 0-6 0
24-03-2021 Netrofil segmen 50-70 66
24-03-2021 Limfosit 10-48 24
20. 24-03-2021 Monosit 3-7 4
24-03-2021 Eritrosit 4-5 5,6
24-03-2021 Hemoglobin 12-15 14,3
24-03-2021 Hematokrit 34-44 39
24-03-2021 MCV 80-100 72
24-03-2021 MCH 26-38 28
24-03-2021 MCHC 32-36 34
24-03-2021 Trombosit 150-400 256
24-03-2021 RDW CV 11-14 15.9
24-03-2021 RDW SD 39-47 42,8
24-03-2021 Golongan darah - -
24-03-2021 Glukosa darah
sewaktu
70-130 115
24-03-2021 HBS AG Non reactive
24-03-2021 PPT 3,2 22.0
24-03-2021 APTT 15 39.6
24-03-2021 Antigen covid Negative
Diagnosis anestesi
Pasien dengan diagnosis medis Fraktur Clavikula Sinistra rencana operasi
ORIF, ASA 1 direncanakan general anestesi dengan LMA
B. Persiapan penatalaksanaan anestesi
1. Persiapan alat
21. Alat general anestesi
a. S (Scope) : Laryngoscope dan stetoscope
b. T (Tube) : LMA ukuran 3 dan 4
c. A (Aiway) : OPA
d. T (Tape) : Plester
e. I (Introducer) : Mandring dan stilet
f. C (Conector)
g. S (Suction) : Spuit (3ml, 5 dan 10 ml), Nasal Kanul dan selang
suction
Alat Regional anestesi
a. Jarum spinal : ukuran 25, 26, dan 27
b. Alkohol
c. Handscoon steril : ukuran 7, 7,5, dan 8
d. Betadine dan Nacl
e. Kasa steril
f. Spuit : 3 ml, 5 ml, dan 10 ml
2. Obat2an Anestesi :
a. Anti emetic
b. Analgesik
c. Obat induksi
d. Vasokontriktor
e. Anti fibrinolitik
Ondansentron 4 mg/ 2ml (1 ampul)
Ketorolac 30mg/ml ( 1 ampul)
Recofol 10mg/ml (1 ampul) dan Fentanyl 100 mcg
(equiv. 005 mg base) / ml (1 ampul) Sedacum 2,5
mg
Ephedrin 50mg/ml (1 ampul)
Asam traneksamat 500 mg/5ml (1ampul)
22. Cairan Infus
Cairan kristaloid : RL 500 cc
Cairan koloid : -
Darah : -
3. Persiapan pasien
a. Mengecek kelengkapan status pasien
b. Mengganti baju paien dengan pakaian kamar ok, menggunakan nurse cup,
dan masker
c. Mengecek lokasi operasi telah diberii tanda
d. Mengecek TTV
e. Mengklarifikasi riwayat asma, DM, HT dan alergi
f. Memposisikan pasien
g. Memasang nasal kanul (oksigen) pada pasien dan berfungsi
4. Penatalaksanaan anestesi
Pasien akan dilakukan general anestesi dengan LMA
C. Maintanance
Monitoring cairan menggunakan
O2: 2 lt/mnt, N2O: 2lt/menit dengan sevo 2 % vol
Balance cairan
Rumus maintenance (M): 2xkgBB
2x 72 kg = 144 ml
Rumus pengganti puasa (PP):
23. 2cc x jam puasa x bb
2 cc x 6 jam x 72 kg = 864 ml
Rumus stress operasi (SO):
Jenis operasi (b/s/k) x BB
6 x 72 kg = 432 ml
Kebutuhan Cairan : Jam 1 : M + 遜 PP + SO = 144 + 432 + 432 = 1.008 cc
Jam II : M + 村 PP + SO = 144 + 216 + 432 = 792 cc
Jam III : M + 村 PP + SO = 144 + 216 + 432 = 792 cc
Jam IV : M + SO = 144 + 432 = 576 cc
D. Monitoring Selama Operasi ( Setiap 5 Menit )
Jam TD Nadi SpO2 RR Tindakan
09.40 138/77 75 99 % 18x/menit Pre-oksigenasi
09.45 144/83 67 100% 18x/menit Intubasi LMA
09.50 129/72 64 91% 18x/menit Ketidakefektifan
jalan nafas
09.55 118/74 68 99% 18x/menit Setelah perbaiki
posisi LMA
10.00 121/76 72 100% 18x/menit Monitoring
11,05 124/76 73 100% 18x/menit Injeksi
Ondansentron
dan Ketorolac
11.10 127/72 70 100% 18x/menit Monitoring
24. E. Pengakhiran Anestesi
Pasien dilakukan ekstubasi LMA Pukul 11.17 wib. Pasien masih belum sadar masih
terdapat pengaruh obat-obatan anestesi
F. Pemantauan di Recovery Room
Jam TD Nadi SpO2 RR Aldrete
Score
Tindakan
11.25 126/76 72 99% 18x/menit 7 Monitor
11.30 128/77 71 100% 18x/menit 9 Monitor
11.35 123/72 74 100% 18x/menit 9 Pasien
dipindahkan
ke Bangsal
25. Asuhan Keperawatan Anestesi
Analisa Data
No Symptom Problem
PREANESTESI
Ds:
Pasien mengatakan daerah sekitar
bahu dan pundak sakit dan nyeri
Pasien mengatakan bahwa ia jatuh
dan mengalami fraktur
Do:
Penyebab nyeri: Fraktur
Qualitas nyeri : Seperti ditusuk-tusuk
Regio nyeri : Sekitar pundak dan
bahu
Subjektif nyeri : Pasien mengatakan
nyeri dengan skor 3
Time nyeri : Nyeri dirasakan ketika
pasien menggerakkan pundak dan
bahu
TD : 138/83 mmHg
Nyeri akut
26. Nadi : 86x/menit
SpO2 : 99%
INTRAANESRESI
Ds :
-
Do:
Suara nafas pasien terdengar ngorok
dan tidak bersih
Pasien terpasang LMA
SpO2 : 91%
Nadi : 87x/menit
TD : 128/73 mmHg
Ketidakefektifan Jalan Nafas
POSTANESTESI
2 Ds :
-
Do :
Pasien belum sadar
Aldrete score 7
Penyangga bed disisi kiri dan kanan
dinaikkan
Bed dalam posisi terkunci
Pasien terpasang mayo dibantu
dengan oksigen
TD : 126/76 mmHg
Nadi : 72x/menit
SpO2 : 99%
Resiko Jatuh
B. Diagnosa Keperawatan
27. 1. Pre anestesi
Nyeri Akut
2. Intra anestesi
Ketidakefektifan Jalan Nafas
3. Post anestesi
Resiko Jatuh
Rencana/Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan
anestesi selama 1x15 menit diharapkan
nyeri akut berkurang/hilang dengan
kriteria :
Pasien tampak lebih rileks
Pasien melaporkan nyeri
berkurang
Hemodinamik stabil
Indetifikasi penyebab nyeri
Kaji nyeri
Atur posisi imobilisasi
pasien
Ajarkan relaksasi teknik-
teknik mengurangi
ketegangan otot rangka
yang dapat mengurangi
intensitas nyeri
Kolaborasi dengan dokter
anestesi pemberian obat
analgesik
2 Ketidakefektifan
Jalan Nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
anestesi selama 1x 30 menit diharapkan
ketidakefektifan jalan nafas hilang
dengan kriteria :
Jalan nafas bersih dan paten
Identifikasi factor penyebab
ketidakefektifan jalan nafas
Monitor (Saturasi oksigen)
Atur posisi pasien dan atur
posisi LMA
28. Pasien nafas spontan
Suara nafas vesikuler
SpO2 : 99-100%
Frekuensi RR dalam batas 16-
24x/menit
Jaga kepatenan jalan napas
pasien dengan
memposisikan kepala
pasien tetap ekstensi
3 Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan
anestesi selama 1x 15 menit diharapkan
Pasien tidak beresiko jatuh dengan
kriteria :
Pasien sadar penuh
Pasien dalam posisi yang aman
dengan pagar bed terpasang, dan
bed terkunci dengan baik
Hemodinamik dalam batas
normal
Ciptakan lingkungan yang
aman untuk pasien dengan
memberitahu perawat untuk
tidak memposisikan pasien
terlalu di pinggir dengan
penyangga bed terbuka
Monitor vital
sign/hemodinamik pasien
Dampingi dan pantau
pasien
Jelaskan kepada perawat
bangsal bahwa agar
posisikan pasien dengan
aman bed dalam posisi
terkunci setelah serah
terima pasien
29. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal
Waktu
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Pre anetesi
Kamis,
25/3/2021
09.10
Nyeri Akut Mengindetifikasi
penyebab nyeri
Mengkaji nyeri
Mengatur posisi
imobilisasi pasien
Mengajarkan relaksasi
teknik-teknik mengurangi
ketegangan otot rangka
yang dapat mengurangi
intensitas nyeri
Kolaborasikan dengan
dokter anestesi pemberian
obat analgesic
Kamis, 25/3/2021
09.17
S :
Pasien mengatakan
nyerinya berkurang
Pasien lebih rilek
O :
Hasil pengkajian nyeri
berkurang dari skor 3
menjadi 2
Hemodinamik stabil TD :
127/76 mmHg
Nadi : 73x/menit
SpO2 : 99%
Terpasang Infus RL
ditangan kanan 20 Tpm
30. A : Masalah nyeri akut teratasi
P : Hentikan intervensi
Intra Anestesi
Kamis
25/3/2021
09.45
Ketidakefektifan
Jalan Nafas
Mengidentifikasi factor penyebab
ketidakefektifan jalan nafas
Monitoring (Saturasi oksigen)
Mengatur posisi pasien dan atur
posisi LMA
Menjaga kepatenan jalan napas
pasien dengan memposisikan kepala
pasien tetap ekstensi
Kamis 25/3/2021
09.55
S : -
O :
Suara nafas pasien
vesikuler dan paten
SpO2 : 99%
Tidak terdapat suara
ngorok
A : Masalah
ketidakefektifan jalan nafas
teratasi
P : Hentikan intervensi
Post Anestesi
Kamis
25/3/2021
11.25
Resiko Jatuh Menciptakan lingkungan yang
aman untuk pasien dengan
memberitahu perawat untuk tidak
memposisikan pasien terlalu di
Kamis 25/3/2021
11.30
S :
Pasien mengatakan
31. pinggir dengan penyangga bed
terbuka
Monitoring vital
sign/hemodinamik pasien
Mendampingi dan pantau pasien
Menjelaskan kepada perawat
bangsal bahwa agar posisikan
pasien dengan aman bed dalam
posisi terkunci setelah serah
terima pasien
masih sedikit terasa
ngantuk
O :
Pasien sudah sadar
Aldrete score 9
Terpasang pengaman
disisi kanan dan kiri
pasien
TD : 128/77
Nadi : 71
Spo2 : 100%
Kesimpulan
Berdasarkan kasus Tn.K dengan diagnosa fraktur clavikula yang telah saya
analisis. Saya telah membuat asuhan keperawatan anestesi yang meliputi
pengkajian data, merumuskan diagnosa, prioritas diagnosa, intervensi diagnosa,
implementasi diagnosa, dan evaluasi asuhan keperawatan anetesi yang merujuk
pada kondisi pasien dan lynda juall carpenito.
Diagnosa yang diambil yaitu :
Nyeri Akut
Ketidakefektifan Jalan Nafas
Resiko Jatuh