際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
1
Pengaruh Zat Psikoaktif terhadap Sistem Saraf
Pengaruh Zat Psikoaktif terhadap Sistem Saraf - Saat ini banyak beredar obat
penenang dan penghilang rasa sakit. Mekanisme kerja obat ini secara umum adalah
mempengaruhi sistem saraf. Ada obat yang menghilangkan rasa sakit, ada pula obat
yang menimbulkan rasa menyenangkan atau menimbulkan halusinasi. Obat-obat ini
disebut zat psikoaktif yang berguna bagi ilmu kedokteran jiwa untuk mengobati penyakit
mental dan saraf.
a. Stimulan
Stimulan bersifat menstimulasi sistem saraf simpatik melalui pusat di hipotalamus
sehingga meningkatkan kerja organ. Misalnya, meningkatkan denyut jantung dan
tekanan darah, mengecilkan pupil dan meningkatkan gula darah. Jadi, stimulan
memberikan rangsangan pemakainya untuk menggunakan tenaganya lebih cepat dan
tidak merasakan sakit. Stimulan dapat berupa kafein, nikotin, atau amfetamin (deksedrin,
metil amfetamin, preludin, ritalin, serta kokain). Dengan amfetamin, para atlit olahraga
dapat meningkatkan prestasinya, misalnya berlari dengan kecepatan yang luar biasa.
Amfetamin juga mempengaruhi fungsi organ-organnnya yang berhubungan dengan
hipotalamus, seperti peningkatan rasa haus dan berkurangnya rasa lapar dan kantuk.
b. Depresan
indent: 0.5in;"> Depresan berfungsi untuk mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga
menurunkan aktivitas pemakainya. Pemakainya menjadi lambat dan kadang-kadang
membuatnya tertidur. Ada 5 kategori utama depresan, yaitu sebagai berikut:
a. etanol (etil alkohol)
b. barbitural, mencakup obat-obat flu seperti seconal dan amytal
c. obat penenang, paling banyak dipakai adalah diazepam (valium)
d. opiat, mencakup opium, morfin, kodoin, dan metadon
e. anastetik, mencakup kloroform, eter, dan sejumlah hidrokarbon lain yang mudah
menguap dan biasa digunakan sebagai pelarut, misalnya benzen, toluena, dan karbon
tetraklorida.
2
c. Halusinogen
Halusinogen mempunyai pengaruh kuat terhadap persepsi penglihatan, pendengaran
dan juga peningkatan respon emosional. Subjek mengalami halusinasi, dengan dosis
yang tinggi, dapat terjadi halusinasi yang sebenarnya, yaitu si subjek melihat atau
mendengar benda-benda yang tidak ada sama sekali atau melihat benda-benda
tampak seperti hidup. Halusinogen meliputi LSD (Lysergic Acid Diethylamide) , STP
(mirip amfetamin), THC (Tentra Hydro Cannabinol), mesakolin (dari pohon kaktus
peyote), psilosibin (dari jenis jamur), dan pgyneyclidine PCP (fenseklidin) suatu obat bius
hewan.
d. Erforia
Erforia adalah obat yang memberikan rasa gembira dan bergairah. Contohnya, ganja dan
mariyuana. Ganja adalah mariyuana yang lebih kental. Kedua obat tersebut
mengakibatkan rasa melayang. Penggunaan narkotik secara terus menerus akan
menyebabkan kerusakan sel saraf otak. Sehingga, kordinasi tubuh hilang, alat respirasi
menjadi rusak, hilangnya kendali otot gerak, kesadaran menurun dan denyut jantung
melemah serta terjadi kerusakan lambung dan hati. Selain itu, tubuh pemakai akan kurus
kering karena nafsu makan hilang.
Zat Psikoaktif
Zat psikoaktif, kini sering disebut dengan NAPZA, yaitu singkatan dari
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain. Sebutan yang mirip di masyarakat
adalah narkoba, yang merupakan akronim dari narkotika, psikotropika, dan
bahan-bahan (atau obat-obatan, zat adiktif lain) berbahaya.2
Who (world Health Organization) technical Report series, no. 516 sejak tahun
1973 telah menggolongkan zat-zat tersebut dengan istilah dependence-producing
drugs sebagai berikut:2
3
1. Alcohol-barbiturate type-e.g., ethanol, barbiturates, and certain others
drugs with sedative effects, such as chloral hydrate, chlordiazepoxide,
diazepam, meprobamate, and metaqualone.
2. Amphetamine type-e.g., amptehtamine, dexamphetamine, methampheta-
mine, methylphenidate, and phenmetrazine;
3. Canabis type-e.g., preparation of Cannabis sativa L, such as marihuana
(bhang, dagga, kif, maconha), ganja, and hashish (charas);
4. Cocaine type-e.g., cocaine and coca leaves;
5. Khat type-e.g., preparations of Catha edulis Forssk;
6. Opiate (morphine) type-e.g., opiates such as morphine, heroin, and
codeine, and synthetics with morphine-like effects, such as methadone and
pethidine; and
7. Volatile solvent (inhalant) type-e.g., toluene, acetone, and carbon
tetrachloride.
Kriteria PPDGJ-III untuk Sindrom ketegantungan:5
a. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi)
untuk menggunakan zat psikoaktif
b. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk
sejak mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang
menggunakan
c. Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan
zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang
khas atau orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang
sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari
terjadinya gejala putus zat
d. Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif
yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya
diperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh yang jelas dapat
ditemukan pada individu yang ketergantungan alkohol dan opiad yang
4
dosis hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya
atau mematikan bagi pengguna pemula)
e. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minta lain
disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu
yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk
pulih dari akibatnya
f. Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang
merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum
alkohol yang berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu
periode penggunaan zat yang berta, atau hendaya fungsi kognitif
berkaitan dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk
memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat
diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya.
Dalam konsep kedokteran, ketergantungan NAPZA merupakan gangguan
yang menunjukkan adanya perubahan dalam proses kimiawi otak sehingga
memberikan efek ketergantunagn (craving, withdrawal, tolerance). Sedang
penyalahgunaan dikaitkan dengan tingkah laku bereksperimentasi, mengalamsi
rasa kecewa, perilaku membangkang, masalah keuangan dan self medication.
Dalam masyarakat, kedua istilah tersebut sering disalahtafsirkan. Pada umumnya
seseorang mengalami penyalahgunaan NAPZA, belum tentu menderita
ketergantungan.2
I. Jenis-jenis NAPZA dan Efeknya
Karena potensi ketergantungan yang sangat besar, opioid selalu dianggap
sebagai tolok ukur dalam pembicaraan masalah NAPZA menyangkut terapi,
prevalensi dan lain-lainnya.2
1. Alkohol
Umumnya digunakan dalam bentuk minuman beralkohol. Di
indonesia, terutama di daerah Indoneisa Timur dan beberapa tempat di
daerah Sumatera, terdapat antara 2-3 juta orang yang menggunakan
5
minuman alkohol dari ringan sampai berat. Di Amerika Serikat terdapat
12-18 juta orang mengalami adiksi alkohol dan problem drinkers.
Penyalahgunaan alkohol di kalangan remaja sukar dicegah karena kurang
sempurnanya pengawasan. Di banyak negara berkembang, pemerintah
umumnya dirasakan bersifat ambivalen, sebab sebagian besar anggaran
belanjanya diambil dari pajak industri minuman beralkohol. Sebagian
remaja sampai usia dewasa cukup bebas dan berkesempatan
menggunakan minuman beralkohol, laki-laki lebih banyak dari perempuan
tetapi populasi peminum perempuan meningkat dan menggunakan alkohol
usia dewasa lebih stabil menggunakannya secara berkelanjutan.
Jenis-jenis minuman beralkohol di Indonesia sangat bervariasi
(dari tradisional sampai fermentasi buatan, dari berkadar tinggi hingga
rendah). Minuman beralkohol memberikan berbagai gambaran klinis,
antara lain:
 Intoksikasi: euforia, cadel, nistagmus, bradikardia, hipotensi,
kejang, koma. Pada keadaan intoksikasi berat, reflek menjadi
negatif.
 Keadaan Putus Alkohol: halusinasi, ilusi (bad dream), kejang,
Delirium Tremens, gemetar, keluhan gastrointestinal, muka merah,
mata merah dan hipertensi.
 Gangguan fisik: mulai dari radang hati sampai kanker hati,
gastritis, ulkus peptikum, pneumonia, gangguan vaskuler dan
jantung, defeisiensi vitamin, fetal alcohol syndrom.
 Gangguan mental: depresi hingga skizofrenia
 Gangguan lain: kecelakaan lalu lintas, perkelahian, problem
domestik dan tindak kekerasan.
2. Opioid
Merupakan salah satu golongan NAPZA yang sangat kuat potensi
ketergantungannya, sehingga disebut dengan julukan horror drug.
Termasuk golongan opioid adalah: morfin, petidin, heroin, metadon,
kodein. Golongan opioid yang paling sering disalahgunakan adalah:
6
heroin. Heroin di Indonesia disebut: putaw (atau pete, hero atau
petewe). Heroin merupakan opioid semisintetik yang yang berasal dari
morfin. Bentuk heroin: kristal putih yang larut dalam air. Bila heroin
berwarna berarti berasal dari kontaminannya.
Di Indonesia, sekurangnya terdapat 300-500 ribu orang dengan
adiksi heroin (di AS, sekurangnya 810.000 orang menjadi adiksi heroin ).
Studi menunjukkan bahwa jumlah pengguna lama agak menurun selama
setahun terakhir, tetapi pengguna pemula terutama remaja terus bertambah
meski tidak bermakna, purity makin rendah (paket murah)dengan
sasaran populasi sosial ekonomi rendah, komplikasi makin marah
(HIV/AIDS, hepatits, TB). Kenapa heroin populer? Awitan cepat, euforia
kuat, dengan penggunaan dragon dapat terjadi rush (atau abadi) atau
penggunaan secara intra-venous merupakan pilihan utama adiksi.
Akibat penyalahgunaan opioid adalah:
1. Problem fisik
 Abses pada kulit sampai septickemia
 Infeksi karena emboli, dapat sampai stroke
 Endokarditis
 Hepatitis (B dan C)
 HIV/AIDS
 Injeksi menyebabkan trauma pada jaringan saraf lokal
 Opiate neonatal abstinence syndrome
2. Problem psikiatri
 Gejala withdrawal menyebabkan perilaku agresif
 Suicide
 Depresi berat sampai skozofrenia
3. Problem sosial
 Gangguan interaksi di rumah tangga sampai lingkungan
masyarakat
 Traffic accidents
7
 Perilaku kriminal sampai tindak kekerasan
 Gangguan perilaku sampai antisosial (mencuri, mengancam,
menodong, membohong, menipu sampai membunuh)
4. Sebab-sebab kematian:
 Reaksi heroin akut menyebabkan kolaps-nya kardiovaskular
dan akhirnya meninggal
 Overdose, karena heroin menekan susunan saraf pusat, sukar
bernafas dan menyebabkan kematian.
 Tindak kekerasan
 Bronkhopneumonia
 Endokarditis.
3. Ganja
Daun ganja (juga kembangnya) berasal dari tanaman perdu
Cannabis sativa. Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat
adiktif, disebut delta tetra hidrokannabinol (THK) yang hanya larut dalam
lemak. Karena tidak dapat larut dalam air, THK tinggal lama didalam
lemak jaringan (termasuk jaringan lemak otak, sehingga menyebabkan
brain damage). Gambaran klinis disebakan ganja tergolongan kombinasi
antara CNS-depresant, stimulansia dan halusinogenik. Di Indonesia, ganja
disebut dengan cimek, gelek, maribuana, hashish. Bentuk umumnya:
serpihan daun atau kembang ganja yang diperjual belikan-belikan bentuk
lintingan, gram-graman, kilo-kiloan hingga berton-ton. Dikenal juga
bentuk lain yaitu : budha stick dan minyak ganja.
4. Kokain
Kokain adalah sejenis stimulansia yang di Indonesia saat ini belum
begitu populer. Namun bertambahnya sitaan kokain secara ilegal dan
meningkatnya kasus-kasus penggunaan kokain akhir-akhir ini, bukan tidak
mungkin epidemi akan merajai pasaran peredaran NAPZA dalam masa-
masa mendatang.
8
Kokain dihasilkan dari daun tumbuhan yang disebut Erythroxylon
coca. Tanaman tersebut tumbuh subur di sebelah timur pegunungan Andes
di Amerika Selatan.
Bentuk kokain yang diperjualbelikan di Indonesia dalam bentuk
bubuk putih. Harga 1 gram sekitar sejuta dua ratus ribu rupiah (lebih
mahal dari heroin).
Umumnya pengguna kokain memulai kebiasaannya dengan cara
snorting dan berakhir dengan menyuntik intravenous atau dengan cara
merokok.
Akibat penyalahgunaan kokain adalah:
1. Problem fisik:
 Dengan penggunaan snorting dapat terjadi komplikasi: pilek
terus menerus, sinusitis, epistaksis, luka-luka pada rongga
hidung, perforasi septum nasi.
 Dengan suntikan dapat menyebabkan: infeksi lokal pada kulit
sampai sistemik (virus, bakteri, parasit atau jamur), abses
daerah kulit, endokarditis bakteri, hepatitis (B dan C),
HIV/AIDS
 Inhalasi melalui merokok dapat menyebabkan radang
tenggorokan, melanoptysis atau sputum bercak-bercak darah,
bronkhitis kronik sampai pneumonia
 Cocain baby (retardasi pertumbuhan intra-uterine, bayi lahir
lebih kecil sampai prematur yang diikuti kelainan mental:
irritable, gangguan tidur, kesukaran makan)
2. Problem psikiatri
 Toleransi dan ketergantungan: sifat toleransi tubuh terhadap
kokain sangat cepat, kendati pengguna tidak menyadari dosis
yang digunakan kian meningkat. Akibatnya, ia tidak mampu
mengendalikan diri, dan untuk mencukupi kebutuhannya ia
mengonsumsi kokain dengan mencampurinya dengan zat
9
adiktif lain (speedball) untuk mendapatkan efek yang
diinginkan.
 Gejala fisik putus zat kurang dikenal. Namun secara mental
sangat merugikan, berupa: agitasi, depresi, fatigue, high
craving, cemas, marah meledak-ledak, gangguan tidur, mimpi
aneh, makan berlebihan, mudah tersinggung, mual, otot-otot
pegal hingga lethargy
3. Proble sosial:
 Problem interpersonal: separasi perkawinan sampai perceraian,
pertengkaran dalam rumah tangga
 Problem finansial: toleransi karena penggunaan kokain
menyebabkan besarnya biaya penyediaan kokain, terbatasnya
penghasilan menyebabkan hutang yang menumpuk.
 Problem pekerjaan: kehilangan pekerjaan karena hilangnya
produktivitas diri, angka absen yang meningkat, kehilangan
proffesional licence atau certificate
 Problem legal: ditahan, dihukum hingga pidana
4. Sebab-sebab kematian
 Umumnya karena overdosis (lebih dari 1,2 sampai 1,5 gram
bubuk kokain asli)
 Penyebab kematian karena: kelumpuhan alat pernapasan,
aritmia kordis, kejang berulang kali, mati lemas karena merasa
seperti dicekik, reaksi alergi, stroke (karena naiknya tekanan
darah secara mendadak), kehamilan (pendarahan antepartum,
aborsi)
 Pada bayi dapat terjadi Sudden Infant Death Syndrome.
5. Amfetamin dan turunannya
Adalah senyawa kimia yang bersifat stimulansia (lebih sering
dikena dengan Amphetamine Type Stimulants atau ATS). Dewasa ini oleh
sindikat psikotropik ilegal, derivat amfetamin dipasarkan di Indonesia
dalam bentuk: ecstasy dan shabu.
10
Akibat penyalahgunaan amfetamin (termasuk ecstasy dan shabu) adalah:
1. Problem Fisik
 Malnutrisi akibat defisiensi vitamin, kehilangan nafsu makan
 Denyut jantung meninggi sehingga menbahayakan bagi mereka
yang pernah mempunyai riwayat penyakit jantung
 Gangguan ginjal, emboli paru dan stroke
 Hepatitis
 HIV/AIDS bagi mereka yang menggunakan suntikan
amfetamin
2. Problem psikiatri
 Perilaku agresif
 Confusional state, psikosis paranoid sampai skizofrenia
 Kondisi putus zat menyebabkan: lethargy, fatigue, exausted,
serangan panik, gangguan tidur.
 Depresi berat sampai suicide
 Halusinasi (terutama ecstacy dan shabu)
3. Problem sosial
 Tindak kekerasan (berkelahi)
 Kecelakaan lalu lintas
 Aktivitas kriminal
4. Sebab kematian
 Suicide
 Serangan jantung
 Tindak kekerasan, kecelakaan lalu lintas
 Dehidrasi, sindrom keracunan air
6. Benzodiazepin
Derivat benzodiazepin dikenal dalam bentuk tablet dan suntikan.
Dalam bentuk suntikan umumnya menggunakan injeksi diazepam.
11
Sedang dalam bentuk tablet cukup bervariasi: nitrazepam,
flunitrazepam, flurazepam, bromazepam, dan diazepam.
Akibat penyalahgunaan benzodiazepin menimbulkan:
1. Problem fisik
 Penggunaan suntikan dapat menyebabkan abses, infeksi sitemik
dan hepatitis, HIV/AIDS
 Gangguan gastrointestinal
 Gangguan neurologik
 malnutrisi
2. Problem psikiatri
 Perilaku agresif terutama dalam keadaan intoksikasi
 Ansietas, panik, confusional state
 Withdrawal state menimbulkan perilaku agresif dan violance
3. Problem sosial
 Mengganggu interaksi dalam rumah tangga dan lingkungan
masyarakat
 Prombem marital
 Tinggal kelas, dikeluarkan dari sekolah karena tingkah laku
mengganggu teman siswa sekelas
 Berkelahi
 Tindak pidana dan terlibat hukum
 Penggunaan finansial terganggu (boros dan tidak menentu)
4. Kematian disebabkan:
 Kecelakaan lalu lintas
 Infeksi sistemik membawa kematian
 Depresi berat sampai suicide
 Dehidrasi, malnutrisi
II. Etiologi
Terdapat berbagai alasan seseorang terjerumus dalam dunia narkoba.
Alasan-alasan tersebut merupakan faktor penyebab seseorang terjerumus dalam
12
hitamnya dunia narkoba. Badan Narkotika Nasional memberikan penjelasan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terjerumus dunia narkoba
terbagi dalam tiga bagian utama yakni:6
1. Faktor diri/pribadi seseorang
Penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh keadaan mental, kondisi fisik dan
psikologis seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian, depresi,
dapat memperbesar kecenderungan seseorang untuk menyalahgunakan
narkoba. Faktor individu pada umumnya ditentukan oleh dua aspek:
a. Aspek biologis:
Secara biologis, seseorang dapat masuk ke dalam penyalahgunaan
narkoba disebabkan antara lain karena ingin menghilangkan rasa sakit
atau keletihan.
b. Faktor psikologis
Sebagian besar penyalahgunaan obat dimulai pada masa remaja.
Seseorang dapat terjerumus dalam pemakaian narkoba karena beberapa
alasan antara lain:
- Ingin meningkatkan semangat dan gairah kerja atau juga ingin
meningkatkan keperkasaan atau percaya diri.
- Ingin melepaskan diri dari berbagai beban hidup yang menimpanya
- Ingin melepaskan diri dari kesunyian, kehampaan, atau ingin
mencari hiburan
- Ingin diterima sebagai anggota suatu kelompok karena menganggap
bahwakelompok yang ingin dimasukinya mempunyai tren yang patut
diikuti
- Ingin coba-coba atau ingin mencari pengalaman baru
- Merasa dijauhkan atau diasingkan atau tidak dicintai atau merasa
tidak dihargai.
Pribadi yang lemah atau mudah goyah akan mudah terjerumus dalam
lingkaran peredaran narkoba, karena itu pengenalan dan pengetahuan
13
tentang bahaya narkoba akan menjadi sangat penting untuk menjauhkan
seseorang dari penyalahgunaan narkoba.
2. Faktor Lingkungan
Dari sudut pandang lingkungan, seseorang dapat terjerumus dalam
pemakaian dan pengedaran narkoba karena keadaan sebagai berikut:
- Keluarga yang kurang komunikatif, kurang perhatian, kurang membagi
kasih sayang dan kurangnya penghargaan terhadap sesama anggota
keluarga
- Keluarga yang kurang pengawasannya terhadap sesama anggota keluarga
- Lingkungan sosial yang tidak harmonis dan tidak terikat dengan berbagai
norma seperti norma hukum, agama, susila, dan lain-lain
- Lingkungan yang kurang disiplin, tidak mempunyai tata tertib, tidak
mempunyai sistem pengawasan yang memadai, dan kurangnya sistem
pengamanan lingkungan baik lingkungan pendidikan, lilngkungan kerja,
atau tempat tinggal.
- Pergaulan sebaya yang tidak sehat
- Peraturan atau undang-undang yang tidak tegas sehingga tidakmembuat
jera para pelaku peredaran narkoba
- Lemahnya penegakan hukum oleh para penegak hukum seperti polisi,
hakim, jaksa, bea cukai, dan lain-lain
- Pandangan yang keliru tentang masalah penanggulangan narkoba bahwa
masalah narkoba adalah urusan pemerintah saja
- Fasilitas pelayanan dan rehabilitasi yang mahal bagi korban narkoba
3. Faktor Keberadaan Narkoba
Keberadaan dan ketersediaan narkoba menjadi sangat strategis dalam
menjeruskan seseorang ke dalam dunia narkoba. Seseorang dapat saja
memakai narkoba karena ketersediaan narkoba itu sendiri:
- Narkoba semakin mudah atau dapat dibeli
14
- Harga narkoba yang semakin murah dan semakin dijangkau oleh
masyarakat. Hal ini terjadi juga karena adanya paket hemat dari
kemasan narkoba itu sendiri
- Narkoba semakin banyak baik jenis, cara pemakaian, atau pun bentuk
kemasannya.
- Modus operansu para pelaku tindak pidana narkoba semakin jeli dan
licik sehingga sulit diungkap oleh aparat penegak hukum
- Semakin mudahnya akses internet yang menginformasikan tentang
keberadaan, pembuatan atau peredaran narkoba.
- Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yang kuat dan
profesional
III. Memahami Adiksi sebagai gangguan otak
Zat psikoaktif, khususnya NAPZA, memiliki sifat-sifat khusus terhadap
jaringan otak: bersifat menekan aktifitas fungsi otak (depresan), merangsang
aktifitas fungsi otak (stimulansia) dan mendatangkan halusinasi (halusinogenik).
Karena otak merupakan sentra perilaku manusia, maka interaksi antara NAPZA
(yang masuk ke dalam tubuh manusia) dengan sel-sel saraf otak dapat
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku manusia. Perubahan-perubahan
perilaku tersebut tergantung sifat-sifat dan jenis zat yang masuk ke dalam tubuh.
Otak sendiri dibagi atas daerah-daerah yang memiliki fungsi khusus.2
Otak terdiri atas bermilyar-milyar sel saraf yang disebut neuron. Neuron
tidak hanya berpusat pada jaringan otak, tetapi juga menyebar pada sistem
jaringan saraf tepi atau perifer di seluruh tubuh kita. Neuron memiliki banyak
cabang. Cabang-cabang neuron yang bertugas menerima pesan disebut dendrit
dan yang bertugas mengirim pesan disebut axon. Bila pesan mencapai ujung
akson, maka akan menyebabkan lepasnya sejenis zat kimiawi yang disebut
neurotransmiter. Neurotransmiter berjalan melalui sebuah celah kecil (disebut
celah sinaptik) menuju ke reseptor di ujung saraf dendrit.2
Otak memiliki puluhan neurotransmiter yang masing-masing bertugas
menghantarkan pesan sensasi khusus. Misalnya neurotransmiter Dopamin (DA)
15
menghantarkan pesan sensasi rasa nikmat (senang, enak, euforia, dan gembira).
DA setelah lepas dalam celah sinaptik akan mengikat diri (binding) pada reseptor
khusus yang disebut reseptor Dopamin sehingga orang tersebut merasakan sensasi
rasa nikmat. Di dalam otak terdapat puluhan reseptor-reseptor khusus yang baru
ditemukan dalam bidang kedokteran. Salah satu diantaranya adalah reseptor
opioid. Tubuh manusia sendiri dapat menghasilakn sejenis protein
neurotransmiter yang disebut endorphin. Endorfin mengikat diri pada reseptor
opioid yang kemudian mengirinkan sinyal kepada terminal untuk melepaskan DA.
DA yang lepas akan mengikat diri pada reseptor dopamin sehingga membawa
pesan kenikmatan. Reseptor-reseptor yang berkait pada kenikmatan terdapat pada
area otak yang disebut sentra kenikmatan yang terdapat pada daerah otak yang
bernama nucleus accumbens (NA)-ventral tegmental area (VTA) dan NA-frontal
cortex cerebri. Area tersebut sering dikaitkan dengan sebutan reward pathway.2
Beberapa jenis NAPZA menyusup ke dalam otak karena mereka memiliki
ukuran dan bentuk yang sama dengan natural neurotransmitter. Di dalam otak,
dengan jumlah atau dosis yang tepat, NAPZA tersebut dapat mengunci dari dalam
reseptor dan memulai membangkitkan suatu reaksi berantai pengisian pesan listrik
yang tidak alami yang menyebabkan neuron melepaskan sejumlah besar
neurotransmitter miliknya. Beberapa jenis NAPZA lain mengunci melalui neuron
dengan bekerja mirip pompa sehingga neuro melepaskan lebih banyak
neurotransniter. Ada jenis NAPZA yang menghadang reabsorbsi atau reuptake
sehingga menyebabkan kebanjiran yang tidak alami dari neurotransmiter.2
NAPZA memiliki neurotransmiter yang memiliki sifat khusus sehingga
penggunaan sekaligus berbagai jenis NAPZA dapat mendatangkan kekacauan di
dalam celah sinaptik. Beberapa jenis neurotransmiter tersebut adalah: dopamin
(amfet, kokain, alkohol), serotonin (LSD, alkohol), endorfin (opiat, alkohol),
glutamate (alkohol) dan asetilkholin (nikotin, alkohol).2
Seperti telah disebutkan, riset menunjukkan penggunaan NAPZA yang
lama dan berulang-ulang menyebabkan terjadinya gangguan mekanisme kimiawi
dan fungsi otak (brain chemistry and function) yang bermakna bertanggung
jawab terhadap fungsi generasi, modulasi dan pengendalian perilaku kognitif,
16
emosional, dan sosial. Penyalahgunaan NAPZA dapat mengintervensi fungsi otak
sehingga terjadi gangguan mental-emosional dan perilaku.2
IV. Penanganan dan Rehabilitasi
Pendekatan penanganan untuk zat yang tercakup dalam bagian ini
bervariasi menurut zatnya, pola penyalahgunaan, ketersediaan sistem pendukung
psikososial, dan gambaran individu pasien. Dua tujuan utama penanganan
penyalahgunaan zat telah ditentukan: yang pertama adalah abstinensi zat dan yang
kedua adalah kesejahteraan fisik, psikiatri, serta psikososial pasien. Pada beberapa
kasus, mungkin perlu memulai terapi di unit rawat inap. Meski situasi rawat jalan
lebih disukai dibanding situasi rawat inap, godaan yang tersedia bagi pasien rawat
jalan untuk menggunakan secara berulang mungkin menjadi rintangan yang
terlalu berat untuk memulai terapi. Penanganan rawat inap juga diindikasikan
pada kasus gejala medis atau psikiatri berat, riwayat gagalnya penanganan rawat
jalan, kurangnya dukungan psikososial, atau riwayat penyalahgunaan zat jangka
panjang atau sangat berat. Setelah periode awal detoksifikasi, pasien memerlukan
periode rehabilitas terus-menerus. Sepanjang penanganan, terapi individu,
kelompok, atau keluarga bisa jadi efektif. Edukasi tentang penyalahgunaan zat
serta dukungan terhadap upaya pasien adalah faktor eksternal dalam penanganan.1

More Related Content

What's hot (20)

histologi telinga (modul orsen)
histologi telinga (modul orsen)histologi telinga (modul orsen)
histologi telinga (modul orsen)
fikri asyura
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
Teo Wijaya
144455091 case-tumor-parotis
144455091 case-tumor-parotis144455091 case-tumor-parotis
144455091 case-tumor-parotis
homeworkping3
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zatGangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
dadadony
Gastritis
GastritisGastritis
Gastritis
Muhammad Munandar
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
Dokter Tekno
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Syscha Lumempouw
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
SofiaNofianti
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
Suharti Wairagya
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukMateri iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Joni Iswanto
Antibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannyaAntibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannya
ArwinAr
128974523 fimosis-parafimosis
128974523 fimosis-parafimosis128974523 fimosis-parafimosis
128974523 fimosis-parafimosis
kas mulyadi
Referat mioma uteri
Referat mioma uteriReferat mioma uteri
Referat mioma uteri
Syscha Lumempouw
238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia
homeworkping4
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
Joni Iswanto
Laporan Kasus Infeksi Saluran Kencing - dr.Hafizh Al-Amanah.pptx
Laporan Kasus Infeksi Saluran Kencing - dr.Hafizh Al-Amanah.pptxLaporan Kasus Infeksi Saluran Kencing - dr.Hafizh Al-Amanah.pptx
Laporan Kasus Infeksi Saluran Kencing - dr.Hafizh Al-Amanah.pptx
HafizhAlAmanah
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & AsmaPPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
MimaNasution
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum Ulkus peptikum
Ulkus peptikum
Andika August
Diare
DiareDiare
Diare
DR Irene
histologi telinga (modul orsen)
histologi telinga (modul orsen)histologi telinga (modul orsen)
histologi telinga (modul orsen)
fikri asyura
144455091 case-tumor-parotis
144455091 case-tumor-parotis144455091 case-tumor-parotis
144455091 case-tumor-parotis
homeworkping3
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zatGangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
dadadony
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
Dokter Tekno
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Syscha Lumempouw
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
SofiaNofianti
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
Suharti Wairagya
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukMateri iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Joni Iswanto
Antibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannyaAntibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannya
ArwinAr
128974523 fimosis-parafimosis
128974523 fimosis-parafimosis128974523 fimosis-parafimosis
128974523 fimosis-parafimosis
kas mulyadi
238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia
homeworkping4
Laporan Kasus Infeksi Saluran Kencing - dr.Hafizh Al-Amanah.pptx
Laporan Kasus Infeksi Saluran Kencing - dr.Hafizh Al-Amanah.pptxLaporan Kasus Infeksi Saluran Kencing - dr.Hafizh Al-Amanah.pptx
Laporan Kasus Infeksi Saluran Kencing - dr.Hafizh Al-Amanah.pptx
HafizhAlAmanah
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & AsmaPPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
MimaNasution

Similar to 239161357 zat-psikoaktif (20)

Narkoba
NarkobaNarkoba
Narkoba
Santi Cristina
Narkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remaja
Narkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remajaNarkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remaja
Narkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remaja
Rocky Markiano
Pencegahan Bahaya Narkoba Di Lingkungan SMP Dan SMA
Pencegahan Bahaya Narkoba Di Lingkungan SMP Dan SMAPencegahan Bahaya Narkoba Di Lingkungan SMP Dan SMA
Pencegahan Bahaya Narkoba Di Lingkungan SMP Dan SMA
AntiNarkoba.com
Ppt tentang bahaya narkoba
Ppt tentang bahaya narkoba Ppt tentang bahaya narkoba
Ppt tentang bahaya narkoba
PujiRachmawati4
Makalah bahasa narkoba
Makalah bahasa narkobaMakalah bahasa narkoba
Makalah bahasa narkoba
Septian Muna Barakati
Presentasi_narkoba.ppt
Presentasi_narkoba.pptPresentasi_narkoba.ppt
Presentasi_narkoba.ppt
royjaviersagala
Pengertian dan Penjelasan Narkoba
Pengertian dan Penjelasan NarkobaPengertian dan Penjelasan Narkoba
Pengertian dan Penjelasan Narkoba
Ariefiandra Ariefiandra
Presentasi narkoba
Presentasi narkobaPresentasi narkoba
Presentasi narkoba
londoireng24
43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba
Dion Keffez
43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba
Lopis Cristian Renyaan
43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba
Okvianto Budiman
43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba
Dedi Kurniawan
Makalah penyalahgunaan narkoba
Makalah penyalahgunaan narkobaMakalah penyalahgunaan narkoba
Makalah penyalahgunaan narkoba
Muhammad Iqbal
Narkoba dan Bahayanya
Narkoba dan BahayanyaNarkoba dan Bahayanya
Narkoba dan Bahayanya
Amalia Pranata
Makalah bahasa narkoba (2)
Makalah bahasa narkoba (2)Makalah bahasa narkoba (2)
Makalah bahasa narkoba (2)
Septian Muna Barakati
Bahaya dan Jenis Jenis Narkoba
Bahaya dan Jenis Jenis NarkobaBahaya dan Jenis Jenis Narkoba
Bahaya dan Jenis Jenis Narkoba
kilzz48
Gangguan penggunaan napza
Gangguan penggunaan napzaGangguan penggunaan napza
Gangguan penggunaan napza
Jayanti Sekar Wangi
Cccciiii
CccciiiiCccciiii
Cccciiii
Operator Warnet Vast Raha
Narkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remaja
Narkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remajaNarkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remaja
Narkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remaja
Rocky Markiano
Pencegahan Bahaya Narkoba Di Lingkungan SMP Dan SMA
Pencegahan Bahaya Narkoba Di Lingkungan SMP Dan SMAPencegahan Bahaya Narkoba Di Lingkungan SMP Dan SMA
Pencegahan Bahaya Narkoba Di Lingkungan SMP Dan SMA
AntiNarkoba.com
Ppt tentang bahaya narkoba
Ppt tentang bahaya narkoba Ppt tentang bahaya narkoba
Ppt tentang bahaya narkoba
PujiRachmawati4
Presentasi_narkoba.ppt
Presentasi_narkoba.pptPresentasi_narkoba.ppt
Presentasi_narkoba.ppt
royjaviersagala
Presentasi narkoba
Presentasi narkobaPresentasi narkoba
Presentasi narkoba
londoireng24
43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba
Dion Keffez
43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba
Okvianto Budiman
43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba43393707 presentasi-narkoba
43393707 presentasi-narkoba
Dedi Kurniawan
Makalah penyalahgunaan narkoba
Makalah penyalahgunaan narkobaMakalah penyalahgunaan narkoba
Makalah penyalahgunaan narkoba
Muhammad Iqbal
Narkoba dan Bahayanya
Narkoba dan BahayanyaNarkoba dan Bahayanya
Narkoba dan Bahayanya
Amalia Pranata
Bahaya dan Jenis Jenis Narkoba
Bahaya dan Jenis Jenis NarkobaBahaya dan Jenis Jenis Narkoba
Bahaya dan Jenis Jenis Narkoba
kilzz48

More from Wahyu Purnama (6)

Gangguan asam basa
Gangguan asam basaGangguan asam basa
Gangguan asam basa
Wahyu Purnama
Kelulusan osce feb 2018Kelulusan osce feb 2018
Kelulusan osce feb 2018
Wahyu Purnama
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
Wahyu Purnama
Strategipemeriksaanhiv
StrategipemeriksaanhivStrategipemeriksaanhiv
Strategipemeriksaanhiv
Wahyu Purnama
Imunomodulator daun tempuyang
Imunomodulator   daun tempuyangImunomodulator   daun tempuyang
Imunomodulator daun tempuyang
Wahyu Purnama
Diag kom
Diag komDiag kom
Diag kom
Wahyu Purnama
Gangguan asam basa
Gangguan asam basaGangguan asam basa
Gangguan asam basa
Wahyu Purnama
Kelulusan osce feb 2018Kelulusan osce feb 2018
Kelulusan osce feb 2018
Wahyu Purnama
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
Wahyu Purnama
Strategipemeriksaanhiv
StrategipemeriksaanhivStrategipemeriksaanhiv
Strategipemeriksaanhiv
Wahyu Purnama
Imunomodulator daun tempuyang
Imunomodulator   daun tempuyangImunomodulator   daun tempuyang
Imunomodulator daun tempuyang
Wahyu Purnama

239161357 zat-psikoaktif

  • 1. 1 Pengaruh Zat Psikoaktif terhadap Sistem Saraf Pengaruh Zat Psikoaktif terhadap Sistem Saraf - Saat ini banyak beredar obat penenang dan penghilang rasa sakit. Mekanisme kerja obat ini secara umum adalah mempengaruhi sistem saraf. Ada obat yang menghilangkan rasa sakit, ada pula obat yang menimbulkan rasa menyenangkan atau menimbulkan halusinasi. Obat-obat ini disebut zat psikoaktif yang berguna bagi ilmu kedokteran jiwa untuk mengobati penyakit mental dan saraf. a. Stimulan Stimulan bersifat menstimulasi sistem saraf simpatik melalui pusat di hipotalamus sehingga meningkatkan kerja organ. Misalnya, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, mengecilkan pupil dan meningkatkan gula darah. Jadi, stimulan memberikan rangsangan pemakainya untuk menggunakan tenaganya lebih cepat dan tidak merasakan sakit. Stimulan dapat berupa kafein, nikotin, atau amfetamin (deksedrin, metil amfetamin, preludin, ritalin, serta kokain). Dengan amfetamin, para atlit olahraga dapat meningkatkan prestasinya, misalnya berlari dengan kecepatan yang luar biasa. Amfetamin juga mempengaruhi fungsi organ-organnnya yang berhubungan dengan hipotalamus, seperti peningkatan rasa haus dan berkurangnya rasa lapar dan kantuk. b. Depresan indent: 0.5in;"> Depresan berfungsi untuk mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga menurunkan aktivitas pemakainya. Pemakainya menjadi lambat dan kadang-kadang membuatnya tertidur. Ada 5 kategori utama depresan, yaitu sebagai berikut: a. etanol (etil alkohol) b. barbitural, mencakup obat-obat flu seperti seconal dan amytal c. obat penenang, paling banyak dipakai adalah diazepam (valium) d. opiat, mencakup opium, morfin, kodoin, dan metadon e. anastetik, mencakup kloroform, eter, dan sejumlah hidrokarbon lain yang mudah menguap dan biasa digunakan sebagai pelarut, misalnya benzen, toluena, dan karbon tetraklorida.
  • 2. 2 c. Halusinogen Halusinogen mempunyai pengaruh kuat terhadap persepsi penglihatan, pendengaran dan juga peningkatan respon emosional. Subjek mengalami halusinasi, dengan dosis yang tinggi, dapat terjadi halusinasi yang sebenarnya, yaitu si subjek melihat atau mendengar benda-benda yang tidak ada sama sekali atau melihat benda-benda tampak seperti hidup. Halusinogen meliputi LSD (Lysergic Acid Diethylamide) , STP (mirip amfetamin), THC (Tentra Hydro Cannabinol), mesakolin (dari pohon kaktus peyote), psilosibin (dari jenis jamur), dan pgyneyclidine PCP (fenseklidin) suatu obat bius hewan. d. Erforia Erforia adalah obat yang memberikan rasa gembira dan bergairah. Contohnya, ganja dan mariyuana. Ganja adalah mariyuana yang lebih kental. Kedua obat tersebut mengakibatkan rasa melayang. Penggunaan narkotik secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan sel saraf otak. Sehingga, kordinasi tubuh hilang, alat respirasi menjadi rusak, hilangnya kendali otot gerak, kesadaran menurun dan denyut jantung melemah serta terjadi kerusakan lambung dan hati. Selain itu, tubuh pemakai akan kurus kering karena nafsu makan hilang. Zat Psikoaktif Zat psikoaktif, kini sering disebut dengan NAPZA, yaitu singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain. Sebutan yang mirip di masyarakat adalah narkoba, yang merupakan akronim dari narkotika, psikotropika, dan bahan-bahan (atau obat-obatan, zat adiktif lain) berbahaya.2 Who (world Health Organization) technical Report series, no. 516 sejak tahun 1973 telah menggolongkan zat-zat tersebut dengan istilah dependence-producing drugs sebagai berikut:2
  • 3. 3 1. Alcohol-barbiturate type-e.g., ethanol, barbiturates, and certain others drugs with sedative effects, such as chloral hydrate, chlordiazepoxide, diazepam, meprobamate, and metaqualone. 2. Amphetamine type-e.g., amptehtamine, dexamphetamine, methampheta- mine, methylphenidate, and phenmetrazine; 3. Canabis type-e.g., preparation of Cannabis sativa L, such as marihuana (bhang, dagga, kif, maconha), ganja, and hashish (charas); 4. Cocaine type-e.g., cocaine and coca leaves; 5. Khat type-e.g., preparations of Catha edulis Forssk; 6. Opiate (morphine) type-e.g., opiates such as morphine, heroin, and codeine, and synthetics with morphine-like effects, such as methadone and pethidine; and 7. Volatile solvent (inhalant) type-e.g., toluene, acetone, and carbon tetrachloride. Kriteria PPDGJ-III untuk Sindrom ketegantungan:5 a. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat psikoaktif b. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan c. Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas atau orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat d. Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu yang ketergantungan alkohol dan opiad yang
  • 4. 4 dosis hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya atau mematikan bagi pengguna pemula) e. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minta lain disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya f. Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum alkohol yang berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu periode penggunaan zat yang berta, atau hendaya fungsi kognitif berkaitan dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya. Dalam konsep kedokteran, ketergantungan NAPZA merupakan gangguan yang menunjukkan adanya perubahan dalam proses kimiawi otak sehingga memberikan efek ketergantunagn (craving, withdrawal, tolerance). Sedang penyalahgunaan dikaitkan dengan tingkah laku bereksperimentasi, mengalamsi rasa kecewa, perilaku membangkang, masalah keuangan dan self medication. Dalam masyarakat, kedua istilah tersebut sering disalahtafsirkan. Pada umumnya seseorang mengalami penyalahgunaan NAPZA, belum tentu menderita ketergantungan.2 I. Jenis-jenis NAPZA dan Efeknya Karena potensi ketergantungan yang sangat besar, opioid selalu dianggap sebagai tolok ukur dalam pembicaraan masalah NAPZA menyangkut terapi, prevalensi dan lain-lainnya.2 1. Alkohol Umumnya digunakan dalam bentuk minuman beralkohol. Di indonesia, terutama di daerah Indoneisa Timur dan beberapa tempat di daerah Sumatera, terdapat antara 2-3 juta orang yang menggunakan
  • 5. 5 minuman alkohol dari ringan sampai berat. Di Amerika Serikat terdapat 12-18 juta orang mengalami adiksi alkohol dan problem drinkers. Penyalahgunaan alkohol di kalangan remaja sukar dicegah karena kurang sempurnanya pengawasan. Di banyak negara berkembang, pemerintah umumnya dirasakan bersifat ambivalen, sebab sebagian besar anggaran belanjanya diambil dari pajak industri minuman beralkohol. Sebagian remaja sampai usia dewasa cukup bebas dan berkesempatan menggunakan minuman beralkohol, laki-laki lebih banyak dari perempuan tetapi populasi peminum perempuan meningkat dan menggunakan alkohol usia dewasa lebih stabil menggunakannya secara berkelanjutan. Jenis-jenis minuman beralkohol di Indonesia sangat bervariasi (dari tradisional sampai fermentasi buatan, dari berkadar tinggi hingga rendah). Minuman beralkohol memberikan berbagai gambaran klinis, antara lain: Intoksikasi: euforia, cadel, nistagmus, bradikardia, hipotensi, kejang, koma. Pada keadaan intoksikasi berat, reflek menjadi negatif. Keadaan Putus Alkohol: halusinasi, ilusi (bad dream), kejang, Delirium Tremens, gemetar, keluhan gastrointestinal, muka merah, mata merah dan hipertensi. Gangguan fisik: mulai dari radang hati sampai kanker hati, gastritis, ulkus peptikum, pneumonia, gangguan vaskuler dan jantung, defeisiensi vitamin, fetal alcohol syndrom. Gangguan mental: depresi hingga skizofrenia Gangguan lain: kecelakaan lalu lintas, perkelahian, problem domestik dan tindak kekerasan. 2. Opioid Merupakan salah satu golongan NAPZA yang sangat kuat potensi ketergantungannya, sehingga disebut dengan julukan horror drug. Termasuk golongan opioid adalah: morfin, petidin, heroin, metadon, kodein. Golongan opioid yang paling sering disalahgunakan adalah:
  • 6. 6 heroin. Heroin di Indonesia disebut: putaw (atau pete, hero atau petewe). Heroin merupakan opioid semisintetik yang yang berasal dari morfin. Bentuk heroin: kristal putih yang larut dalam air. Bila heroin berwarna berarti berasal dari kontaminannya. Di Indonesia, sekurangnya terdapat 300-500 ribu orang dengan adiksi heroin (di AS, sekurangnya 810.000 orang menjadi adiksi heroin ). Studi menunjukkan bahwa jumlah pengguna lama agak menurun selama setahun terakhir, tetapi pengguna pemula terutama remaja terus bertambah meski tidak bermakna, purity makin rendah (paket murah)dengan sasaran populasi sosial ekonomi rendah, komplikasi makin marah (HIV/AIDS, hepatits, TB). Kenapa heroin populer? Awitan cepat, euforia kuat, dengan penggunaan dragon dapat terjadi rush (atau abadi) atau penggunaan secara intra-venous merupakan pilihan utama adiksi. Akibat penyalahgunaan opioid adalah: 1. Problem fisik Abses pada kulit sampai septickemia Infeksi karena emboli, dapat sampai stroke Endokarditis Hepatitis (B dan C) HIV/AIDS Injeksi menyebabkan trauma pada jaringan saraf lokal Opiate neonatal abstinence syndrome 2. Problem psikiatri Gejala withdrawal menyebabkan perilaku agresif Suicide Depresi berat sampai skozofrenia 3. Problem sosial Gangguan interaksi di rumah tangga sampai lingkungan masyarakat Traffic accidents
  • 7. 7 Perilaku kriminal sampai tindak kekerasan Gangguan perilaku sampai antisosial (mencuri, mengancam, menodong, membohong, menipu sampai membunuh) 4. Sebab-sebab kematian: Reaksi heroin akut menyebabkan kolaps-nya kardiovaskular dan akhirnya meninggal Overdose, karena heroin menekan susunan saraf pusat, sukar bernafas dan menyebabkan kematian. Tindak kekerasan Bronkhopneumonia Endokarditis. 3. Ganja Daun ganja (juga kembangnya) berasal dari tanaman perdu Cannabis sativa. Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat adiktif, disebut delta tetra hidrokannabinol (THK) yang hanya larut dalam lemak. Karena tidak dapat larut dalam air, THK tinggal lama didalam lemak jaringan (termasuk jaringan lemak otak, sehingga menyebabkan brain damage). Gambaran klinis disebakan ganja tergolongan kombinasi antara CNS-depresant, stimulansia dan halusinogenik. Di Indonesia, ganja disebut dengan cimek, gelek, maribuana, hashish. Bentuk umumnya: serpihan daun atau kembang ganja yang diperjual belikan-belikan bentuk lintingan, gram-graman, kilo-kiloan hingga berton-ton. Dikenal juga bentuk lain yaitu : budha stick dan minyak ganja. 4. Kokain Kokain adalah sejenis stimulansia yang di Indonesia saat ini belum begitu populer. Namun bertambahnya sitaan kokain secara ilegal dan meningkatnya kasus-kasus penggunaan kokain akhir-akhir ini, bukan tidak mungkin epidemi akan merajai pasaran peredaran NAPZA dalam masa- masa mendatang.
  • 8. 8 Kokain dihasilkan dari daun tumbuhan yang disebut Erythroxylon coca. Tanaman tersebut tumbuh subur di sebelah timur pegunungan Andes di Amerika Selatan. Bentuk kokain yang diperjualbelikan di Indonesia dalam bentuk bubuk putih. Harga 1 gram sekitar sejuta dua ratus ribu rupiah (lebih mahal dari heroin). Umumnya pengguna kokain memulai kebiasaannya dengan cara snorting dan berakhir dengan menyuntik intravenous atau dengan cara merokok. Akibat penyalahgunaan kokain adalah: 1. Problem fisik: Dengan penggunaan snorting dapat terjadi komplikasi: pilek terus menerus, sinusitis, epistaksis, luka-luka pada rongga hidung, perforasi septum nasi. Dengan suntikan dapat menyebabkan: infeksi lokal pada kulit sampai sistemik (virus, bakteri, parasit atau jamur), abses daerah kulit, endokarditis bakteri, hepatitis (B dan C), HIV/AIDS Inhalasi melalui merokok dapat menyebabkan radang tenggorokan, melanoptysis atau sputum bercak-bercak darah, bronkhitis kronik sampai pneumonia Cocain baby (retardasi pertumbuhan intra-uterine, bayi lahir lebih kecil sampai prematur yang diikuti kelainan mental: irritable, gangguan tidur, kesukaran makan) 2. Problem psikiatri Toleransi dan ketergantungan: sifat toleransi tubuh terhadap kokain sangat cepat, kendati pengguna tidak menyadari dosis yang digunakan kian meningkat. Akibatnya, ia tidak mampu mengendalikan diri, dan untuk mencukupi kebutuhannya ia mengonsumsi kokain dengan mencampurinya dengan zat
  • 9. 9 adiktif lain (speedball) untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Gejala fisik putus zat kurang dikenal. Namun secara mental sangat merugikan, berupa: agitasi, depresi, fatigue, high craving, cemas, marah meledak-ledak, gangguan tidur, mimpi aneh, makan berlebihan, mudah tersinggung, mual, otot-otot pegal hingga lethargy 3. Proble sosial: Problem interpersonal: separasi perkawinan sampai perceraian, pertengkaran dalam rumah tangga Problem finansial: toleransi karena penggunaan kokain menyebabkan besarnya biaya penyediaan kokain, terbatasnya penghasilan menyebabkan hutang yang menumpuk. Problem pekerjaan: kehilangan pekerjaan karena hilangnya produktivitas diri, angka absen yang meningkat, kehilangan proffesional licence atau certificate Problem legal: ditahan, dihukum hingga pidana 4. Sebab-sebab kematian Umumnya karena overdosis (lebih dari 1,2 sampai 1,5 gram bubuk kokain asli) Penyebab kematian karena: kelumpuhan alat pernapasan, aritmia kordis, kejang berulang kali, mati lemas karena merasa seperti dicekik, reaksi alergi, stroke (karena naiknya tekanan darah secara mendadak), kehamilan (pendarahan antepartum, aborsi) Pada bayi dapat terjadi Sudden Infant Death Syndrome. 5. Amfetamin dan turunannya Adalah senyawa kimia yang bersifat stimulansia (lebih sering dikena dengan Amphetamine Type Stimulants atau ATS). Dewasa ini oleh sindikat psikotropik ilegal, derivat amfetamin dipasarkan di Indonesia dalam bentuk: ecstasy dan shabu.
  • 10. 10 Akibat penyalahgunaan amfetamin (termasuk ecstasy dan shabu) adalah: 1. Problem Fisik Malnutrisi akibat defisiensi vitamin, kehilangan nafsu makan Denyut jantung meninggi sehingga menbahayakan bagi mereka yang pernah mempunyai riwayat penyakit jantung Gangguan ginjal, emboli paru dan stroke Hepatitis HIV/AIDS bagi mereka yang menggunakan suntikan amfetamin 2. Problem psikiatri Perilaku agresif Confusional state, psikosis paranoid sampai skizofrenia Kondisi putus zat menyebabkan: lethargy, fatigue, exausted, serangan panik, gangguan tidur. Depresi berat sampai suicide Halusinasi (terutama ecstacy dan shabu) 3. Problem sosial Tindak kekerasan (berkelahi) Kecelakaan lalu lintas Aktivitas kriminal 4. Sebab kematian Suicide Serangan jantung Tindak kekerasan, kecelakaan lalu lintas Dehidrasi, sindrom keracunan air 6. Benzodiazepin Derivat benzodiazepin dikenal dalam bentuk tablet dan suntikan. Dalam bentuk suntikan umumnya menggunakan injeksi diazepam.
  • 11. 11 Sedang dalam bentuk tablet cukup bervariasi: nitrazepam, flunitrazepam, flurazepam, bromazepam, dan diazepam. Akibat penyalahgunaan benzodiazepin menimbulkan: 1. Problem fisik Penggunaan suntikan dapat menyebabkan abses, infeksi sitemik dan hepatitis, HIV/AIDS Gangguan gastrointestinal Gangguan neurologik malnutrisi 2. Problem psikiatri Perilaku agresif terutama dalam keadaan intoksikasi Ansietas, panik, confusional state Withdrawal state menimbulkan perilaku agresif dan violance 3. Problem sosial Mengganggu interaksi dalam rumah tangga dan lingkungan masyarakat Prombem marital Tinggal kelas, dikeluarkan dari sekolah karena tingkah laku mengganggu teman siswa sekelas Berkelahi Tindak pidana dan terlibat hukum Penggunaan finansial terganggu (boros dan tidak menentu) 4. Kematian disebabkan: Kecelakaan lalu lintas Infeksi sistemik membawa kematian Depresi berat sampai suicide Dehidrasi, malnutrisi II. Etiologi Terdapat berbagai alasan seseorang terjerumus dalam dunia narkoba. Alasan-alasan tersebut merupakan faktor penyebab seseorang terjerumus dalam
  • 12. 12 hitamnya dunia narkoba. Badan Narkotika Nasional memberikan penjelasan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terjerumus dunia narkoba terbagi dalam tiga bagian utama yakni:6 1. Faktor diri/pribadi seseorang Penyalahgunaan obat dipengaruhi oleh keadaan mental, kondisi fisik dan psikologis seseorang. Kondisi mental seperti gangguan kepribadian, depresi, dapat memperbesar kecenderungan seseorang untuk menyalahgunakan narkoba. Faktor individu pada umumnya ditentukan oleh dua aspek: a. Aspek biologis: Secara biologis, seseorang dapat masuk ke dalam penyalahgunaan narkoba disebabkan antara lain karena ingin menghilangkan rasa sakit atau keletihan. b. Faktor psikologis Sebagian besar penyalahgunaan obat dimulai pada masa remaja. Seseorang dapat terjerumus dalam pemakaian narkoba karena beberapa alasan antara lain: - Ingin meningkatkan semangat dan gairah kerja atau juga ingin meningkatkan keperkasaan atau percaya diri. - Ingin melepaskan diri dari berbagai beban hidup yang menimpanya - Ingin melepaskan diri dari kesunyian, kehampaan, atau ingin mencari hiburan - Ingin diterima sebagai anggota suatu kelompok karena menganggap bahwakelompok yang ingin dimasukinya mempunyai tren yang patut diikuti - Ingin coba-coba atau ingin mencari pengalaman baru - Merasa dijauhkan atau diasingkan atau tidak dicintai atau merasa tidak dihargai. Pribadi yang lemah atau mudah goyah akan mudah terjerumus dalam lingkaran peredaran narkoba, karena itu pengenalan dan pengetahuan
  • 13. 13 tentang bahaya narkoba akan menjadi sangat penting untuk menjauhkan seseorang dari penyalahgunaan narkoba. 2. Faktor Lingkungan Dari sudut pandang lingkungan, seseorang dapat terjerumus dalam pemakaian dan pengedaran narkoba karena keadaan sebagai berikut: - Keluarga yang kurang komunikatif, kurang perhatian, kurang membagi kasih sayang dan kurangnya penghargaan terhadap sesama anggota keluarga - Keluarga yang kurang pengawasannya terhadap sesama anggota keluarga - Lingkungan sosial yang tidak harmonis dan tidak terikat dengan berbagai norma seperti norma hukum, agama, susila, dan lain-lain - Lingkungan yang kurang disiplin, tidak mempunyai tata tertib, tidak mempunyai sistem pengawasan yang memadai, dan kurangnya sistem pengamanan lingkungan baik lingkungan pendidikan, lilngkungan kerja, atau tempat tinggal. - Pergaulan sebaya yang tidak sehat - Peraturan atau undang-undang yang tidak tegas sehingga tidakmembuat jera para pelaku peredaran narkoba - Lemahnya penegakan hukum oleh para penegak hukum seperti polisi, hakim, jaksa, bea cukai, dan lain-lain - Pandangan yang keliru tentang masalah penanggulangan narkoba bahwa masalah narkoba adalah urusan pemerintah saja - Fasilitas pelayanan dan rehabilitasi yang mahal bagi korban narkoba 3. Faktor Keberadaan Narkoba Keberadaan dan ketersediaan narkoba menjadi sangat strategis dalam menjeruskan seseorang ke dalam dunia narkoba. Seseorang dapat saja memakai narkoba karena ketersediaan narkoba itu sendiri: - Narkoba semakin mudah atau dapat dibeli
  • 14. 14 - Harga narkoba yang semakin murah dan semakin dijangkau oleh masyarakat. Hal ini terjadi juga karena adanya paket hemat dari kemasan narkoba itu sendiri - Narkoba semakin banyak baik jenis, cara pemakaian, atau pun bentuk kemasannya. - Modus operansu para pelaku tindak pidana narkoba semakin jeli dan licik sehingga sulit diungkap oleh aparat penegak hukum - Semakin mudahnya akses internet yang menginformasikan tentang keberadaan, pembuatan atau peredaran narkoba. - Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yang kuat dan profesional III. Memahami Adiksi sebagai gangguan otak Zat psikoaktif, khususnya NAPZA, memiliki sifat-sifat khusus terhadap jaringan otak: bersifat menekan aktifitas fungsi otak (depresan), merangsang aktifitas fungsi otak (stimulansia) dan mendatangkan halusinasi (halusinogenik). Karena otak merupakan sentra perilaku manusia, maka interaksi antara NAPZA (yang masuk ke dalam tubuh manusia) dengan sel-sel saraf otak dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku manusia. Perubahan-perubahan perilaku tersebut tergantung sifat-sifat dan jenis zat yang masuk ke dalam tubuh. Otak sendiri dibagi atas daerah-daerah yang memiliki fungsi khusus.2 Otak terdiri atas bermilyar-milyar sel saraf yang disebut neuron. Neuron tidak hanya berpusat pada jaringan otak, tetapi juga menyebar pada sistem jaringan saraf tepi atau perifer di seluruh tubuh kita. Neuron memiliki banyak cabang. Cabang-cabang neuron yang bertugas menerima pesan disebut dendrit dan yang bertugas mengirim pesan disebut axon. Bila pesan mencapai ujung akson, maka akan menyebabkan lepasnya sejenis zat kimiawi yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter berjalan melalui sebuah celah kecil (disebut celah sinaptik) menuju ke reseptor di ujung saraf dendrit.2 Otak memiliki puluhan neurotransmiter yang masing-masing bertugas menghantarkan pesan sensasi khusus. Misalnya neurotransmiter Dopamin (DA)
  • 15. 15 menghantarkan pesan sensasi rasa nikmat (senang, enak, euforia, dan gembira). DA setelah lepas dalam celah sinaptik akan mengikat diri (binding) pada reseptor khusus yang disebut reseptor Dopamin sehingga orang tersebut merasakan sensasi rasa nikmat. Di dalam otak terdapat puluhan reseptor-reseptor khusus yang baru ditemukan dalam bidang kedokteran. Salah satu diantaranya adalah reseptor opioid. Tubuh manusia sendiri dapat menghasilakn sejenis protein neurotransmiter yang disebut endorphin. Endorfin mengikat diri pada reseptor opioid yang kemudian mengirinkan sinyal kepada terminal untuk melepaskan DA. DA yang lepas akan mengikat diri pada reseptor dopamin sehingga membawa pesan kenikmatan. Reseptor-reseptor yang berkait pada kenikmatan terdapat pada area otak yang disebut sentra kenikmatan yang terdapat pada daerah otak yang bernama nucleus accumbens (NA)-ventral tegmental area (VTA) dan NA-frontal cortex cerebri. Area tersebut sering dikaitkan dengan sebutan reward pathway.2 Beberapa jenis NAPZA menyusup ke dalam otak karena mereka memiliki ukuran dan bentuk yang sama dengan natural neurotransmitter. Di dalam otak, dengan jumlah atau dosis yang tepat, NAPZA tersebut dapat mengunci dari dalam reseptor dan memulai membangkitkan suatu reaksi berantai pengisian pesan listrik yang tidak alami yang menyebabkan neuron melepaskan sejumlah besar neurotransmitter miliknya. Beberapa jenis NAPZA lain mengunci melalui neuron dengan bekerja mirip pompa sehingga neuro melepaskan lebih banyak neurotransniter. Ada jenis NAPZA yang menghadang reabsorbsi atau reuptake sehingga menyebabkan kebanjiran yang tidak alami dari neurotransmiter.2 NAPZA memiliki neurotransmiter yang memiliki sifat khusus sehingga penggunaan sekaligus berbagai jenis NAPZA dapat mendatangkan kekacauan di dalam celah sinaptik. Beberapa jenis neurotransmiter tersebut adalah: dopamin (amfet, kokain, alkohol), serotonin (LSD, alkohol), endorfin (opiat, alkohol), glutamate (alkohol) dan asetilkholin (nikotin, alkohol).2 Seperti telah disebutkan, riset menunjukkan penggunaan NAPZA yang lama dan berulang-ulang menyebabkan terjadinya gangguan mekanisme kimiawi dan fungsi otak (brain chemistry and function) yang bermakna bertanggung jawab terhadap fungsi generasi, modulasi dan pengendalian perilaku kognitif,
  • 16. 16 emosional, dan sosial. Penyalahgunaan NAPZA dapat mengintervensi fungsi otak sehingga terjadi gangguan mental-emosional dan perilaku.2 IV. Penanganan dan Rehabilitasi Pendekatan penanganan untuk zat yang tercakup dalam bagian ini bervariasi menurut zatnya, pola penyalahgunaan, ketersediaan sistem pendukung psikososial, dan gambaran individu pasien. Dua tujuan utama penanganan penyalahgunaan zat telah ditentukan: yang pertama adalah abstinensi zat dan yang kedua adalah kesejahteraan fisik, psikiatri, serta psikososial pasien. Pada beberapa kasus, mungkin perlu memulai terapi di unit rawat inap. Meski situasi rawat jalan lebih disukai dibanding situasi rawat inap, godaan yang tersedia bagi pasien rawat jalan untuk menggunakan secara berulang mungkin menjadi rintangan yang terlalu berat untuk memulai terapi. Penanganan rawat inap juga diindikasikan pada kasus gejala medis atau psikiatri berat, riwayat gagalnya penanganan rawat jalan, kurangnya dukungan psikososial, atau riwayat penyalahgunaan zat jangka panjang atau sangat berat. Setelah periode awal detoksifikasi, pasien memerlukan periode rehabilitas terus-menerus. Sepanjang penanganan, terapi individu, kelompok, atau keluarga bisa jadi efektif. Edukasi tentang penyalahgunaan zat serta dukungan terhadap upaya pasien adalah faktor eksternal dalam penanganan.1