際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kulit
2.1.1. DefinisiKulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia.Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 m2
dengan berat
kira-kira 15% berat badan (Wasitaatmadja, 2010).
2.1.2 Anatomi Kulit
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:
lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan epidermis terdiri
atas:
(1) Stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan kulit yang
terluar dan terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
keratin.
(2) Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma yang telah menjadi protein.
(3) Stratum granulosum (lapisan keratohialin) yaitu dua atau tiga lapis sel-
sel gepeng dengan sitoplasma butir kasar dan berinti di antaranya.
(4) Stratum spinosum (stratum Malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel
yang berbentuk poligonal dengan besar yang berbeda akibat adanya
proses mitosis.
(5) Stratum basale terbentuk oleh sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang
tersusun vertikal dan berbaris seperti pagar (palisade).
Lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis dan lebih tebal
daripada lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa
padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
(1) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Universitas Sumatera Utara
4
(2) Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutan yang
berisi serabut-serabut penunjang misalnya: serabut kolagen, elastin,
dan retikulin.
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel lemak. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf
tepi, pembuluh darah, dan getah bening (Wasitaatmadja, 2010).
2.1.3 Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.
Kelenjar kulit di lapisan dermis terdiri atas:
(1) Kelenjar keringat (glandula sudorifera) ada dua jenis yaitu kelenjar
ekrin yang kecil terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer
dan kelenjar apokrin yang lebih besar terletak lebih dalam dengan
sekret lebih kental.
(2) Kelenjar palit (glandula sebasea) terletak di seluruh permukaan kulit
manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini disebut juga
kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekretnya berasal dari
dekomposisi sel-sel kelenjar.
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang
menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail
root), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari
disebut badan kuku (nail plate), dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang
bebas. Kuku tumbuh dengan kecepatan sekitar 1mm per minggu.
Rambut memliki bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan
bagian yang berada di luar kulit (batang rambut). Ada dua tipe rambut, yaitu
lanugo merupakan rambut halus tidak berpigmen pada bayi dan terminal
merupakan rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen serta mempunyai
medula pada orang dewasa. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen
(pertumbuhan) berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan sekitar 0.35mm per hari.
Universitas Sumatera Utara
5
Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut
terdapat fase katagen (Wasitaatmadja, 2010).
2.1.4 Faal Kulit
1. Fungsi proteksi, menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan
fisik atau mekanis, gangguan kimiawi, gangguan yang bersifat panas,
dan gangguan infeksi luar dengan adanya bantalan lemak.Menurut
Menurut Lazarus (1999) bahwa stres adalah keadaan internal yang
dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi
lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak
terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.
2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan
dan benda padat dengan permeabilitas terhadap O2, CO2, dan uap air
sehingga kulit ikut ambil bagian dalam fungsi respirasi. Penyerapan
berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel epidermis atau
melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang
tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,
urea, asam urat, dan amonia.
4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensoris di
dermis dan subkutis. Rangsang panas oleh badan-badan Ruffini di
dermis dan subkutis, rangsang dingin oleh badan-badan Krause di
dermis. Badan Meissner di papila dermis dan badan Merkel Ranvier
di epidermis berperan terhadap rabaan. Sedangkan rangsang tekanan
oleh badan Paccini di epidermis.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, dengan cara mengeluarkan keringat
dan mengerutkan pembuluh darah kulit.
6. Fungsi pembentukan pigmen.
7. Fungsi keratinisasi.
Universitas Sumatera Utara
6
8. Fungsi pembentukan vitamin D, dengan mengubah 7 dihidroksi
kolesterol melalui pertolongan sinar matahari (Wasitaatmadja,
2010).
2.2 Herpes Simpleks
2.2.1 Definisi Herpes Simpleks
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes
simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan (Handoko, 2010).
2.2.2 Epidemiologi Herpes Simpleks
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria
maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh herpes
simpleks virus (HSV) tipe I biasa pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV
tipe II biasa terjadi pada dekade II atau III dan berhubungan dengan peningkatan
aktivitas seksual (Handoko, 2010). Infeksi genital yang berulang 6 kali lebih
sering daripada infeksi berulang pada oral-labial; infeksi HSV tipe II pada daerah
genital lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe I di daerah genital; dan
infeksi HSV tipe I pada oral-labial lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe
II di daerah oral.Walaupun begitu infeksi dapat terjadi di mana saja pada kulit dan
infeksi pada satu area tidak menutup kemungkinan bahwa infeksi dapat menyebar
ke bagian lain (Habif, 2004).
2.2.3 Etiologi Herpes Simpleks
Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes
hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan
karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis
tempat predileksi (Handoko, 2010). HSV tipe I sering dihubungkan dengan
infeksi oral sedangkan HSV tipe II dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin
seringnya infeksi HSV tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe II di daerah
Universitas Sumatera Utara
7
oral kemungkinan disebabkan oleh kontak seksual dengan cara oral-genital
(Habif, 2004).
Menurut Wolff (2007) infeksi HSV tipe I pada daerah labialis 80-90%,
urogenital 10-30%, herpetic whitlow pada usia< 20 tahun, dan neonatal 30%.
Sedangkan HSV tipe II di daerah labialis 10-20%, urogenital 70-90%, herpetic
whitlow pada usia> 20 tahun, dan neonatal 70%.
2.2.4 Patogenesis Herpes Simpleks
Infeksi primer: HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau mukosa
dan bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia sensoris dan terus
bereplikasi. Dengan penyebaran sentrifugal oleh saraf-saraf lainnya menginfeksi
daerah yang lebih luas. Setelah infeksi primer HSV masuk dalam masa laten di
ganglia sensoris (Sterry, 2006).
Infeksi rekuren: pengaktifan kembali HSV oleh berbagai macam
rangsangan (sinar UV, demam) sehingga menyebabkan gejala klinis (Sterry,
2006).
Menurut Habif (2004) infeksi HSV ada dua tahap: infeksi primer, virus
menyerang ganglion saraf; dan tahap kedua, dengan karakteristik kambuhnya
penyakit di tempat yang sama. Pada infeksi primer kebanyakan tanpa gejala dan
hanya dapat dideteksi dengan kenanikan titer antibody IgG. Seperti kebanyakan
infeksi virus, keparahan penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Virus
dapat menyebar melalui udara via droplets, kontak langsung dengan lesi, atau
kontak dengan cairan yang mengandung virus seperti ludah. Gejala yang timbul 3
sampai 7 hari atau lebih setelah kontak yaitu: kulit yang lembek disertai nyeri,
parestesia ringan, atau rasa terbakar akan timbul sebelum terjadi lesi pada daerah
yang terinfeksi. Nyeri lokal, pusing, rasa gatal, dan demam adalah karakteristik
gejala prodormal.
Vesikel pada infeksi primer HSV lebih banyak dan menyebar
dibandingkan infeksi yang rekuren. Setiap vesikel tersebut berukuran sama besar,
berlawanan dengan vesikel pada herpes zoster yang beragam ukurannya. Mukosa
membran pada daerah yang lesi mengeluarkan eksudat yang dapat mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
8
terjadinya krusta. Lesi tersebut akan bertahan selama 2 sampai 4 minggu kecuali
terjadi infeksi sekunder dan akan sembuh tanpa jaringan parut (Habif, 2004).
Virus akan bereplikasi di tempat infeksi primer lalu viron akan
ditransportasikan oleh saraf via retrograde axonal flow ke ganglia dorsal dan
masuk masa laten di ganglion. Trauma kulit lokal (misalnya: paparan sinar
ultraviolet, abrasi) atau perubahan sistemik (misalnya: menstruasi, kelelahan,
demam) akan mengaktifasi kembali virus tersebut yang akan berjalan turun
melalui saraf perifer ke tempat yang telah terinfeksi sehingga terjadi infeksi
rekuren. Gejala berupa rasa gatal atau terbakar terjadi selama 2 sampai 24 jam dan
dalam 12 jam lesi tersebut berubah dari kulit yang eritem menjadi papula hingga
terbentuk vesikel berbentuk kubah yang kemudian akan ruptur menjadi erosi pada
daerah mulut dan vagina atau erosi yang ditutupi oleh krusta pada bibir dan kulit.
Krusta tersebut akan meluruh dalam waktu sekitar 8 hari lalu kulit tersebut akan
reepitelisasi dan berwarna merah muda (Habif, 2004).
Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya:
mengenai jari-jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi dan
perawat yang melakukan kontak kulit dengan penderita. Tenaga kesehatan yang
sering terpapar dengan sekresi oral merupakan orang yang paling sering terinfeksi
(Habif, 2004). Bisa juga mengenai para pegulat (herpes gladiatorum) maupun
olahraga lain yang melakukan kontak tubuh (misalnya rugby) yang dapat
menyebar ke seluruh anggota tim (Sterry, 2006).
2.2.5 Gejala Klinis Herpes Simpleks
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi
primer, fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I
tempat predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak.
Sedangkan infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat predileksinya
daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital.Infeksi primer berlangsung
lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik,
misalnya demam, malaise dan anoreksia.Kelainan klinis yang dijumpai berupa
vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan
Universitas Sumatera Utara
9
jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami
ulserasi (Handoko, 2010).
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes
simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis
(Handoko, 2010).
Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif
di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam, infeksi,
hubungan seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang
lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala
prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul
pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya (Handoko, 2010).
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang Herpes Simpleks
Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat
dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV.Dengan tes
Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan
badan inklusi intranuklear (Handoko, 2010).
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau
kurang.Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar
vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mongering
sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan (5%
methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan keringkan, beri
minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif terinfeksi hasilnya
berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru (Frankel,
2006).
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry,
2006). Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang
berpotensi besar menularkan infeksi (McPhee, 2007).
Universitas Sumatera Utara
10
2.2.7 Diagnosa Banding Herpes Simpleks
Herpes simpleks pada daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan
dengan impetigo vesikobulosa.Pada daerah genital harus dibedakan dengan ulkus
durum, ulkus mole dan ulkus mikstum (Handoko, 2010).
Pada Barankin (2006) diagnosa banding HSV tipe I yaitu stomatitis
aftosa, penyakit tangan-kaki-mulut, dan impetigo.Sedangkan diagnosa banding
HSV tipe II yaitu chancroid, sifilis, dan erupsi oleh obat-obatan.
2.2.8 Penatalaksanaan Herpes Simpleks
Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang
mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau preparat
asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per
hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang
masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine arabinosid
(vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau terjadi komplikasi pada
organ dalam (Handoko, 2010).
Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir.
Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk
menggunakan asiklovir 400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama
satu tahun. Untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.Pada
wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV
disuntikkan asiklovir intra vena (Sterry, 2006).
2.2.9 Komplikasi Herpes Simpleks
Komplikasinya yaitu: pioderma, ekzema herpetikum, herpeticwhithlow,
herpes gladiatorum (pada pegulat yang menular melalui kontak), esophagitis,
infeksi neonatus, keratitis, dan ensefalitis (McPhee, 2007).
Menurut Hunter (2003) komplikasi herpes simpleks adalah herpes
ensefalitis atau meningitis tanpa ada kelainan kulit dahulu, vesikel yang menyebar
luas ke seluruh tubuh, ekzema herpeticum, jaringan parut, dan eritema
multiforme.
Universitas Sumatera Utara
11
2.2.10 Prognosis Herpes Simpleks
Pengobatan dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni
masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekuren lebih jarang.Pada orang
dengan gangguan imunitas, infeksi dapat menyebar ke organ-organ dalam dan
dapat berakibat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia
seperti pada orang dewasa (Handoko, 2010).
Penderita HSV harus menghindari kontak dengan orang lain saat tahap
akut sampai lesi sembuh sempurna. Infeksi di daerah genital pada wanita hamil
dapat menyerang bayinya, dan wanita tersebut harus memberi tahu pada dokter
kandungannya jika mereka mempunyai gejala atau tanda infeksi HSV pada daerah
genitalnya (Shaw, 2006).
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah sesuatu hal yang
diketahui bila seseorang telah melakukan penginderaan yang meliputi indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu obyek.
Pengetahuan diperoleh dari hasil usaha seseorang dalam mencari tahu rangsangan
berupa obyek dari luar terlebih dahulu melalui proses sensorik dan interaksi
dirinya terhadap lingkungan sosial. Melalui hal inilah, seseorang dapat
memperoleh pengetahuan baru tentang suatu obyek.Dalam teori kognitif,
pengetahuan merupakan hasil interaksi timbal balik antara seseorang dengan
lingkungan sosial yang menghasilkan pengalaman tertentu.
Tingkat Pengetahuan
Notoadmodjo (2007) menyatakan tingkat pengetahuan terbagi enam
yaitu:
1. Tahu, artinya kemampuan dalam mengingat kembali suatu materi
yang telah dipelajari.
2. Memahami, artinya kemampuan dalam memberi penjelasan tentang
obyek dan dapat menginterpretasi materi secara benar.
Universitas Sumatera Utara
12
3. Aplikasi, artinya kemampuan dalam menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
4. Analisis, artinya kemampuan dalam menguraikan materi ke dalam
struktur tersebut yang masih ada kaitan antara satu sama lain.
5. Sintesa, artinya kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dengan kata lain dalam bentuk keseluruhan baru.
6. Evaluasi, artinya kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau obyek.
Pengetahuan sebagai intermediateimpact atau hasil jangka menengah
memiliki pengaruh pada perkembangan perilaku.Perilaku ialah kegiatan atau
aktivitas dari makhluk hidup terhadap stimulus atau rangsangan baik dapat
diamati secara langsung, maupun tidak langsung.Perilaku manusia meliputi hal-
hal seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi, dan juga
emosi (Notoatmodjo, 2007).Lebih lanjut, Notoadmodjo mengutip pendapat
Benyamin Bloom, perilaku manusia terbagi menjadi tiga domain perilaku yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor.Oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap,
dan tindakan.
Dengan tingkat pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, perilaku
seseorang akan baik dan dapat berlangsung lama.Sebaliknya, bila perilaku tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran positif, maka perilaku tersebut tidak
bertahan lama (Notoatmodjo, 2007).
2.4 Sikap
2.4.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007).
Universitas Sumatera Utara
13
2.4.2 Komponen Sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmojo (2007) menjelaskan
bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : kepercayaan (keyakinan),
ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap
suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Komponen ini secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (totalattitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting.
2.4.3 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa seperti halnya dengan
pengatahuan, sikap ini juga memiliki beberapa tingkatan yaitu:
1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding) yang berarti memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing) yang berarti mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung Jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap
yang paling tinggi.
Adapun indikator untuk mengetahui tingkat sikap terhadap kesehatan,
antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala
atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan
penyakit, cara pencegahan penyakit.
2. Sikap tentang cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara
memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan
Universitas Sumatera Utara
14
lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga,
relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup.
3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan
pengaruhnya terhadap kesehatan.
Universitas Sumatera Utara

More Related Content

What's hot (19)

Proses penyembuhan luka
Proses penyembuhan lukaProses penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka
octo zulkarnain
fisiologi sistem integumen - Unija.com
fisiologi sistem integumen - Unija.comfisiologi sistem integumen - Unija.com
fisiologi sistem integumen - Unija.com
Enni Qanita
indra peraba
indra perabaindra peraba
indra peraba
laelafajri47
Gangguan kulit
Gangguan kulitGangguan kulit
Gangguan kulit
octo zulkarnain
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
ita_novietha_sari
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
humayrahismail02
Perawatan luka
Perawatan luka Perawatan luka
Perawatan luka
Dent Yuli Onseven
kulit ss
kulit sskulit ss
kulit ss
Zarah Dzulhijjah
Lp eritroderma
Lp eritrodermaLp eritroderma
Lp eritroderma
Taranajmia Luthfitasari
Luka
LukaLuka
Luka
IwanHamzah1
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
Septian Muna Barakati
Perawatan Luka
Perawatan LukaPerawatan Luka
Perawatan Luka
pjj_kemenkes
Makalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamurMakalah penyakit jamur
Makalah penyakit jamur
Septian Muna Barakati
Askep elephantiasis
Askep elephantiasisAskep elephantiasis
Askep elephantiasis
Operator Warnet Vast Raha
kulit ss
kulit sskulit ss
kulit ss
Zarah Dzulhijjah
Makalah flariasi
Makalah flariasiMakalah flariasi
Makalah flariasi
Operator Warnet Vast Raha

Similar to Chapter ii (20)

Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
Fransiska Oktafiani
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
AsharEmong
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
AyundaHennaPelalawan
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
Warnet Raha
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.pptANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
yunuszakaria
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
Trisaitoe Piepitpoenyae
PPT Phylum Nematoda_Helvi Maudy Saswita.pptx
PPT Phylum Nematoda_Helvi Maudy Saswita.pptxPPT Phylum Nematoda_Helvi Maudy Saswita.pptx
PPT Phylum Nematoda_Helvi Maudy Saswita.pptx
Helvi Maudy
Kulit part 1
Kulit part 1Kulit part 1
Kulit part 1
Akuyg Cacimaki
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
KANDA IZUL
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
Warnet Raha
Kulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanyaKulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanya
Riski Eka
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
sistem integumddddddddddddddddddddddddden 2024.pptx
sistem  integumddddddddddddddddddddddddden 2024.pptxsistem  integumddddddddddddddddddddddddden 2024.pptx
sistem integumddddddddddddddddddddddddden 2024.pptx
Lidia941960
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
AsharEmong
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
AyundaHennaPelalawan
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
Warnet Raha
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.pptANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_KULIT.ppt
yunuszakaria
PPT Phylum Nematoda_Helvi Maudy Saswita.pptx
PPT Phylum Nematoda_Helvi Maudy Saswita.pptxPPT Phylum Nematoda_Helvi Maudy Saswita.pptx
PPT Phylum Nematoda_Helvi Maudy Saswita.pptx
Helvi Maudy
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
KANDA IZUL
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
Warnet Raha
Kulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanyaKulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanya
Riski Eka
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Operator Warnet Vast Raha
sistem integumddddddddddddddddddddddddden 2024.pptx
sistem  integumddddddddddddddddddddddddden 2024.pptxsistem  integumddddddddddddddddddddddddden 2024.pptx
sistem integumddddddddddddddddddddddddden 2024.pptx
Lidia941960

Chapter ii

  • 1. 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit 2.1.1. DefinisiKulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan (Wasitaatmadja, 2010). 2.1.2 Anatomi Kulit Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan epidermis terdiri atas: (1) Stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan kulit yang terluar dan terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan keratin. (2) Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang telah menjadi protein. (3) Stratum granulosum (lapisan keratohialin) yaitu dua atau tiga lapis sel- sel gepeng dengan sitoplasma butir kasar dan berinti di antaranya. (4) Stratum spinosum (stratum Malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal dengan besar yang berbeda akibat adanya proses mitosis. (5) Stratum basale terbentuk oleh sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal dan berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis dan lebih tebal daripada lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu: (1) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. Universitas Sumatera Utara
  • 2. 4 (2) Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutan yang berisi serabut-serabut penunjang misalnya: serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel lemak. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening (Wasitaatmadja, 2010). 2.1.3 Adneksa Kulit Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku. Kelenjar kulit di lapisan dermis terdiri atas: (1) Kelenjar keringat (glandula sudorifera) ada dua jenis yaitu kelenjar ekrin yang kecil terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer dan kelenjar apokrin yang lebih besar terletak lebih dalam dengan sekret lebih kental. (2) Kelenjar palit (glandula sebasea) terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekretnya berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nail plate), dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dengan kecepatan sekitar 1mm per minggu. Rambut memliki bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang berada di luar kulit (batang rambut). Ada dua tipe rambut, yaitu lanugo merupakan rambut halus tidak berpigmen pada bayi dan terminal merupakan rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen serta mempunyai medula pada orang dewasa. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan sekitar 0.35mm per hari. Universitas Sumatera Utara
  • 3. 5 Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (Wasitaatmadja, 2010). 2.1.4 Faal Kulit 1. Fungsi proteksi, menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis, gangguan kimiawi, gangguan yang bersifat panas, dan gangguan infeksi luar dengan adanya bantalan lemak.Menurut Menurut Lazarus (1999) bahwa stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. 2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat dengan permeabilitas terhadap O2, CO2, dan uap air sehingga kulit ikut ambil bagian dalam fungsi respirasi. Penyerapan berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar. 3. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. 4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensoris di dermis dan subkutis. Rangsang panas oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis, rangsang dingin oleh badan-badan Krause di dermis. Badan Meissner di papila dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis berperan terhadap rabaan. Sedangkan rangsang tekanan oleh badan Paccini di epidermis. 5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. 6. Fungsi pembentukan pigmen. 7. Fungsi keratinisasi. Universitas Sumatera Utara
  • 4. 6 8. Fungsi pembentukan vitamin D, dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol melalui pertolongan sinar matahari (Wasitaatmadja, 2010). 2.2 Herpes Simpleks 2.2.1 Definisi Herpes Simpleks Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan (Handoko, 2010). 2.2.2 Epidemiologi Herpes Simpleks Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I biasa pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV tipe II biasa terjadi pada dekade II atau III dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual (Handoko, 2010). Infeksi genital yang berulang 6 kali lebih sering daripada infeksi berulang pada oral-labial; infeksi HSV tipe II pada daerah genital lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe I di daerah genital; dan infeksi HSV tipe I pada oral-labial lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe II di daerah oral.Walaupun begitu infeksi dapat terjadi di mana saja pada kulit dan infeksi pada satu area tidak menutup kemungkinan bahwa infeksi dapat menyebar ke bagian lain (Habif, 2004). 2.2.3 Etiologi Herpes Simpleks Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis tempat predileksi (Handoko, 2010). HSV tipe I sering dihubungkan dengan infeksi oral sedangkan HSV tipe II dihubungkan dengan infeksi genital. Semakin seringnya infeksi HSV tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe II di daerah Universitas Sumatera Utara
  • 5. 7 oral kemungkinan disebabkan oleh kontak seksual dengan cara oral-genital (Habif, 2004). Menurut Wolff (2007) infeksi HSV tipe I pada daerah labialis 80-90%, urogenital 10-30%, herpetic whitlow pada usia< 20 tahun, dan neonatal 30%. Sedangkan HSV tipe II di daerah labialis 10-20%, urogenital 70-90%, herpetic whitlow pada usia> 20 tahun, dan neonatal 70%. 2.2.4 Patogenesis Herpes Simpleks Infeksi primer: HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau mukosa dan bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia sensoris dan terus bereplikasi. Dengan penyebaran sentrifugal oleh saraf-saraf lainnya menginfeksi daerah yang lebih luas. Setelah infeksi primer HSV masuk dalam masa laten di ganglia sensoris (Sterry, 2006). Infeksi rekuren: pengaktifan kembali HSV oleh berbagai macam rangsangan (sinar UV, demam) sehingga menyebabkan gejala klinis (Sterry, 2006). Menurut Habif (2004) infeksi HSV ada dua tahap: infeksi primer, virus menyerang ganglion saraf; dan tahap kedua, dengan karakteristik kambuhnya penyakit di tempat yang sama. Pada infeksi primer kebanyakan tanpa gejala dan hanya dapat dideteksi dengan kenanikan titer antibody IgG. Seperti kebanyakan infeksi virus, keparahan penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Virus dapat menyebar melalui udara via droplets, kontak langsung dengan lesi, atau kontak dengan cairan yang mengandung virus seperti ludah. Gejala yang timbul 3 sampai 7 hari atau lebih setelah kontak yaitu: kulit yang lembek disertai nyeri, parestesia ringan, atau rasa terbakar akan timbul sebelum terjadi lesi pada daerah yang terinfeksi. Nyeri lokal, pusing, rasa gatal, dan demam adalah karakteristik gejala prodormal. Vesikel pada infeksi primer HSV lebih banyak dan menyebar dibandingkan infeksi yang rekuren. Setiap vesikel tersebut berukuran sama besar, berlawanan dengan vesikel pada herpes zoster yang beragam ukurannya. Mukosa membran pada daerah yang lesi mengeluarkan eksudat yang dapat mengakibatkan Universitas Sumatera Utara
  • 6. 8 terjadinya krusta. Lesi tersebut akan bertahan selama 2 sampai 4 minggu kecuali terjadi infeksi sekunder dan akan sembuh tanpa jaringan parut (Habif, 2004). Virus akan bereplikasi di tempat infeksi primer lalu viron akan ditransportasikan oleh saraf via retrograde axonal flow ke ganglia dorsal dan masuk masa laten di ganglion. Trauma kulit lokal (misalnya: paparan sinar ultraviolet, abrasi) atau perubahan sistemik (misalnya: menstruasi, kelelahan, demam) akan mengaktifasi kembali virus tersebut yang akan berjalan turun melalui saraf perifer ke tempat yang telah terinfeksi sehingga terjadi infeksi rekuren. Gejala berupa rasa gatal atau terbakar terjadi selama 2 sampai 24 jam dan dalam 12 jam lesi tersebut berubah dari kulit yang eritem menjadi papula hingga terbentuk vesikel berbentuk kubah yang kemudian akan ruptur menjadi erosi pada daerah mulut dan vagina atau erosi yang ditutupi oleh krusta pada bibir dan kulit. Krusta tersebut akan meluruh dalam waktu sekitar 8 hari lalu kulit tersebut akan reepitelisasi dan berwarna merah muda (Habif, 2004). Infeksi HSV dapat menyebar ke bagian kulit mana saja, misalnya: mengenai jari-jari tangan (herpetic whitlow) terutama pada dokter gigi dan perawat yang melakukan kontak kulit dengan penderita. Tenaga kesehatan yang sering terpapar dengan sekresi oral merupakan orang yang paling sering terinfeksi (Habif, 2004). Bisa juga mengenai para pegulat (herpes gladiatorum) maupun olahraga lain yang melakukan kontak tubuh (misalnya rugby) yang dapat menyebar ke seluruh anggota tim (Sterry, 2006). 2.2.5 Gejala Klinis Herpes Simpleks Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer, fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I tempat predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak. Sedangkan infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama daerah genital.Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan anoreksia.Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan Universitas Sumatera Utara
  • 7. 9 jernih dan menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi (Handoko, 2010). Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis (Handoko, 2010). Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam, infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya (Handoko, 2010). 2.2.6 Pemeriksaan Penunjang Herpes Simpleks Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi HSV.Dengan tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear (Handoko, 2010). Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mongering sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan (5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan keringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif terinfeksi hasilnya berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru (Frankel, 2006). Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry, 2006). Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan infeksi (McPhee, 2007). Universitas Sumatera Utara
  • 8. 10 2.2.7 Diagnosa Banding Herpes Simpleks Herpes simpleks pada daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan impetigo vesikobulosa.Pada daerah genital harus dibedakan dengan ulkus durum, ulkus mole dan ulkus mikstum (Handoko, 2010). Pada Barankin (2006) diagnosa banding HSV tipe I yaitu stomatitis aftosa, penyakit tangan-kaki-mulut, dan impetigo.Sedangkan diagnosa banding HSV tipe II yaitu chancroid, sifilis, dan erupsi oleh obat-obatan. 2.2.8 Penatalaksanaan Herpes Simpleks Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau preparat asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis 5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau terjadi komplikasi pada organ dalam (Handoko, 2010). Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir. Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir 400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama satu tahun. Untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.Pada wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV disuntikkan asiklovir intra vena (Sterry, 2006). 2.2.9 Komplikasi Herpes Simpleks Komplikasinya yaitu: pioderma, ekzema herpetikum, herpeticwhithlow, herpes gladiatorum (pada pegulat yang menular melalui kontak), esophagitis, infeksi neonatus, keratitis, dan ensefalitis (McPhee, 2007). Menurut Hunter (2003) komplikasi herpes simpleks adalah herpes ensefalitis atau meningitis tanpa ada kelainan kulit dahulu, vesikel yang menyebar luas ke seluruh tubuh, ekzema herpeticum, jaringan parut, dan eritema multiforme. Universitas Sumatera Utara
  • 9. 11 2.2.10 Prognosis Herpes Simpleks Pengobatan dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekuren lebih jarang.Pada orang dengan gangguan imunitas, infeksi dapat menyebar ke organ-organ dalam dan dapat berakibat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa (Handoko, 2010). Penderita HSV harus menghindari kontak dengan orang lain saat tahap akut sampai lesi sembuh sempurna. Infeksi di daerah genital pada wanita hamil dapat menyerang bayinya, dan wanita tersebut harus memberi tahu pada dokter kandungannya jika mereka mempunyai gejala atau tanda infeksi HSV pada daerah genitalnya (Shaw, 2006). 2.3 Pengetahuan 2.3.1 Definisi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui bila seseorang telah melakukan penginderaan yang meliputi indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu obyek. Pengetahuan diperoleh dari hasil usaha seseorang dalam mencari tahu rangsangan berupa obyek dari luar terlebih dahulu melalui proses sensorik dan interaksi dirinya terhadap lingkungan sosial. Melalui hal inilah, seseorang dapat memperoleh pengetahuan baru tentang suatu obyek.Dalam teori kognitif, pengetahuan merupakan hasil interaksi timbal balik antara seseorang dengan lingkungan sosial yang menghasilkan pengalaman tertentu. Tingkat Pengetahuan Notoadmodjo (2007) menyatakan tingkat pengetahuan terbagi enam yaitu: 1. Tahu, artinya kemampuan dalam mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari. 2. Memahami, artinya kemampuan dalam memberi penjelasan tentang obyek dan dapat menginterpretasi materi secara benar. Universitas Sumatera Utara
  • 10. 12 3. Aplikasi, artinya kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 4. Analisis, artinya kemampuan dalam menguraikan materi ke dalam struktur tersebut yang masih ada kaitan antara satu sama lain. 5. Sintesa, artinya kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dengan kata lain dalam bentuk keseluruhan baru. 6. Evaluasi, artinya kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pengetahuan sebagai intermediateimpact atau hasil jangka menengah memiliki pengaruh pada perkembangan perilaku.Perilaku ialah kegiatan atau aktivitas dari makhluk hidup terhadap stimulus atau rangsangan baik dapat diamati secara langsung, maupun tidak langsung.Perilaku manusia meliputi hal- hal seperti berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, berpikir, persepsi, dan juga emosi (Notoatmodjo, 2007).Lebih lanjut, Notoadmodjo mengutip pendapat Benyamin Bloom, perilaku manusia terbagi menjadi tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.Oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan tingkat pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, perilaku seseorang akan baik dan dapat berlangsung lama.Sebaliknya, bila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran positif, maka perilaku tersebut tidak bertahan lama (Notoatmodjo, 2007). 2.4 Sikap 2.4.1 Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2007). Universitas Sumatera Utara
  • 11. 13 2.4.2 Komponen Sikap Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmojo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (totalattitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting. 2.4.3 Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa seperti halnya dengan pengatahuan, sikap ini juga memiliki beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (responding) yang berarti memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (valuing) yang berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggung Jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Adapun indikator untuk mengetahui tingkat sikap terhadap kesehatan, antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit. 2. Sikap tentang cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan Universitas Sumatera Utara
  • 12. 14 lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup. 3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Universitas Sumatera Utara