Makalah ini membahas tentang cumi-cumi, mulai dari latar belakang, tujuan, manfaat, klasifikasi, anatomi, kandungan gizi, dan manfaat kesehatan cumi-cumi. Cumi-cumi memiliki kandungan protein tinggi dan berbagai mineral serta vitamin yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan mencegah penyakit.
Dokumen tersebut membahas tentang kelas Osteichthyes (ikan bertulang sejati) yang meliputi ciri-ciri anatomi, sistem tubuh, klasifikasi, habitat, dan manfaatnya bagi manusia. Kelas ini mencakup ikan-ikan air tawar dan laut dengan rangka tulang seperti ikan mas, lele, dan belut. Osteichthyes merupakan kelas ikan yang paling banyak jumlah spesiesnya.
1. Praktikum ini melibatkan penanaman dua jenis bakteri, yaitu Escherichia coli dan Bacillus subtilis, pada medium agar-agar miring. 2. Hasilnya menunjukkan bakteri tumbuh mengikuti goresan zigzag dan tersebar merata, meskipun E. coli dapat tumbuh di atas atau di bawah permukaan sedangkan B. subtilis hanya di bawah permukaan. 3. Praktikum ini bertujuan memahami teknik penanaman bakteri se
Jaringan ikat terdiri dari sel-sel dan serat yang menghubungkan sel-sel. Terdapat dua jenis jaringan ikat, yaitu bentuk amorfus dan fibrosa. Jaringan ikat memiliki berbagai fungsi seperti membentuk sel darah, memakan bakteri, membentuk antibodi, mencegah pembekuan darah, dan melindungi organ tubuh. Komponen penting jaringan ikat adalah matriks dan sel-sel ikat seperti fibroblas, makrofag, dan sel mast.
Dokumen ini membahas proses organogenesis khususnya neurulasi pada perkembangan embrio. Neurulasi adalah proses awal pembentukan sistem saraf dimana sel-sel ektoderm membentuk lempeng saraf kemudian melipat membentuk tabung saraf. Terdapat beberapa tahapan neurulasi dan jenisnya bergantung pada hewan. Selama neurulasi, sel krista saraf akan bermigrasi membentuk jaringan saraf tepi dan simpatetik. Tabung saraf
1. Dokumen tersebut membahas tentang morfologi katak dan kodok berdasarkan hasil pengamatan. 2. Terdapat perbedaan ciri antara katak dan kodok, seperti bentuk tubuh, kulit, dan struktur anggota gerak. 3. Katak memiliki kulit lunak dan basah serta memiliki selaput renang pada kaki belakang, sedangkan kodok memiliki kulit kasar dan kering tanpa selaput renang.
Batang memiliki struktur yang kompleks yang terdiri dari epidermis, korteks, stele, perikambium, empulur, dan jaringan pengangkut. Stele dapat berupa protostele, sifonostele, solenostele, eustele, dan lainnya. Pertumbuhan batang terjadi secara primer melalui meristem apikal dan sekunder melalui kambium. Terdapat berbagai tipe batang seperti konifer, dikotil berkayu, tidak berkayu,
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagian-bagian tubuh burung dan mengajarkan mahasiswa cara mengidentifikasi jenis burung menggunakan kunci identifikasi. Mahasiswa mempelajari morfologi burung merpati, bebek, dan pipit serta mengukur dan mengamati ciri-cirinya seperti paruh, mata, kaki, sayap dan bulu. Mereka juga mempelajari anatomi dan fungsi bagian-bagian tubuh dan bulu burung.
1. Praklikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi ikan bertulang sejati (Osteichthyes) berdasarkan morfologi, pengukuran, dan kunci identifikasi.
2. Morfologi ikan yang diamati meliputi bagian kepala, mata, mulut, insang, sisik, dan berbagai jenis sirip.
3. Ikan tersebut diklasifikasi sebagai Ctenopharyngodon idellus berdasarkan ciri-ciri tubuh dan ukuran yang
Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis pada angiospermae meliputi proses pembentukan dan pemasakan mikrospora di dalam antera hingga terbentuknya sperma. Sel induk mikrospora mengalami meiosis menghasilkan 4 mikrospora haploid yang membentuk tetrad. Setiap mikrospora tumbuh menjadi polen yang berisi inti vegetatif dan generatif. Inti generatif membelah membentuk 2 inti sperma.
Tugas ini membahas spesies spons Leucosolenia variabilis. Spons ini memiliki tubuh berbentuk tidak beraturan dengan pola sederhana seperti kumpulan jambangan kecil. Tubuh terdiri dari tiga lapisan dan sistem kanalnya adalah asconoid. Leucosolenia variabilis hidup di perairan dangkal menempel pada substrat. Spons ini berkembang biak secara aseksual dan seksual, dan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
Sistem endokrin pada hewan berfungsi untuk mengatur berbagai aktivitas tubuh seperti pertumbuhan, reproduksi, dan osmoregulasi melalui hormon. Sistem ini bekerja melalui transmisi kimia dan memerlukan waktu lebih lama dibanding sistem saraf. Pada invertebrata, sistem endokrin diatur oleh sel neurosekretori yang dapat ditemukan pada porifera, cnidaria, dan lophotrochozoa.
Kelompok Chelicerata terdiri dari tiga kelas utama, yaitu Arachnida, Merostomata, dan Pycnogonida. Arachnida meliputi berbagai jenis laba-laba dan kalajengking. Merostomata dikenal sebagai mimi atau "kuda laut". Pycnogonida adalah laba-laba laut.
Organ reproduksi jantan terdiri dari organ primer (testis), organ pelengkap (epididimis, vas deferens), dan organ luar (penis). Testis berfungsi memproduksi sperma dan menghasilkan hormon testosteron, sedangkan epididimis berperan dalam transportasi, konsentrasi, maturasi, dan penyimpanan sperma.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum hipofisasi pada ikan mas (Cyprinus carpio) yang meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan, tinjauan pustaka tentang pemijahan ikan dan karakteristik ikan mas, serta proses pemijahan ikan mas secara alamiah dan buatan.
Dengan dibuatnya buku ini semoga dapat membantu pembaca
dalam memahami materi pelajaran Biologi tentang Hewan, khususnya
Vertebrata. Dalam penyusunan buku ini, penulis tidak lepas dari
bimbingan dan dorongan baik langsung maupun tidak langsung dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Yanti Herlanti, selaku dosen matakuliah Media dan
Teknologi Pembelajaran Biologi, dan seluruh pihak yang telah banyak
membantu terselesaikannya buku ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan buku ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sebagai evaluasi
untuk penyusunan buku selanjutnya.
1. Dokumen tersebut membahas tentang morfologi katak dan kodok berdasarkan hasil pengamatan. 2. Terdapat perbedaan ciri antara katak dan kodok, seperti bentuk tubuh, kulit, dan struktur anggota gerak. 3. Katak memiliki kulit lunak dan basah serta memiliki selaput renang pada kaki belakang, sedangkan kodok memiliki kulit kasar dan kering tanpa selaput renang.
Batang memiliki struktur yang kompleks yang terdiri dari epidermis, korteks, stele, perikambium, empulur, dan jaringan pengangkut. Stele dapat berupa protostele, sifonostele, solenostele, eustele, dan lainnya. Pertumbuhan batang terjadi secara primer melalui meristem apikal dan sekunder melalui kambium. Terdapat berbagai tipe batang seperti konifer, dikotil berkayu, tidak berkayu,
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagian-bagian tubuh burung dan mengajarkan mahasiswa cara mengidentifikasi jenis burung menggunakan kunci identifikasi. Mahasiswa mempelajari morfologi burung merpati, bebek, dan pipit serta mengukur dan mengamati ciri-cirinya seperti paruh, mata, kaki, sayap dan bulu. Mereka juga mempelajari anatomi dan fungsi bagian-bagian tubuh dan bulu burung.
1. Praklikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi ikan bertulang sejati (Osteichthyes) berdasarkan morfologi, pengukuran, dan kunci identifikasi.
2. Morfologi ikan yang diamati meliputi bagian kepala, mata, mulut, insang, sisik, dan berbagai jenis sirip.
3. Ikan tersebut diklasifikasi sebagai Ctenopharyngodon idellus berdasarkan ciri-ciri tubuh dan ukuran yang
Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis pada angiospermae meliputi proses pembentukan dan pemasakan mikrospora di dalam antera hingga terbentuknya sperma. Sel induk mikrospora mengalami meiosis menghasilkan 4 mikrospora haploid yang membentuk tetrad. Setiap mikrospora tumbuh menjadi polen yang berisi inti vegetatif dan generatif. Inti generatif membelah membentuk 2 inti sperma.
Tugas ini membahas spesies spons Leucosolenia variabilis. Spons ini memiliki tubuh berbentuk tidak beraturan dengan pola sederhana seperti kumpulan jambangan kecil. Tubuh terdiri dari tiga lapisan dan sistem kanalnya adalah asconoid. Leucosolenia variabilis hidup di perairan dangkal menempel pada substrat. Spons ini berkembang biak secara aseksual dan seksual, dan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
Sistem endokrin pada hewan berfungsi untuk mengatur berbagai aktivitas tubuh seperti pertumbuhan, reproduksi, dan osmoregulasi melalui hormon. Sistem ini bekerja melalui transmisi kimia dan memerlukan waktu lebih lama dibanding sistem saraf. Pada invertebrata, sistem endokrin diatur oleh sel neurosekretori yang dapat ditemukan pada porifera, cnidaria, dan lophotrochozoa.
Kelompok Chelicerata terdiri dari tiga kelas utama, yaitu Arachnida, Merostomata, dan Pycnogonida. Arachnida meliputi berbagai jenis laba-laba dan kalajengking. Merostomata dikenal sebagai mimi atau "kuda laut". Pycnogonida adalah laba-laba laut.
Organ reproduksi jantan terdiri dari organ primer (testis), organ pelengkap (epididimis, vas deferens), dan organ luar (penis). Testis berfungsi memproduksi sperma dan menghasilkan hormon testosteron, sedangkan epididimis berperan dalam transportasi, konsentrasi, maturasi, dan penyimpanan sperma.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum hipofisasi pada ikan mas (Cyprinus carpio) yang meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan, tinjauan pustaka tentang pemijahan ikan dan karakteristik ikan mas, serta proses pemijahan ikan mas secara alamiah dan buatan.
Dengan dibuatnya buku ini semoga dapat membantu pembaca
dalam memahami materi pelajaran Biologi tentang Hewan, khususnya
Vertebrata. Dalam penyusunan buku ini, penulis tidak lepas dari
bimbingan dan dorongan baik langsung maupun tidak langsung dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Yanti Herlanti, selaku dosen matakuliah Media dan
Teknologi Pembelajaran Biologi, dan seluruh pihak yang telah banyak
membantu terselesaikannya buku ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan buku ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sebagai evaluasi
untuk penyusunan buku selanjutnya.
Kelas Amphibia merupakan hewan perintis kehidupan di darat dengan memiliki siklus hidup awal di perairan dan kedua di darat. Perpindahan habitat tersebut menyebabkan perubahan organ pernafasan dari insang menjadi paru-paru dan alat gerak dari ekor menjadi kaki.
Saluran pencernaan ikan terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, rektum, dan anus. Setiap bagian memiliki fungsi untuk mencerna makanan menjadi molekul yang lebih kecil agar dapat diserap tubuh ikan. Bentuk dan struktur mulut bervariasi sesuai kebiasaan makan masing-masing jenis ikan.
Makhluk Hidup Vertebrata (Hewan Bertulang Belakang)Jihan Salsabila
油
Penjelasan singkat dan jelas pada makhluk hidup vertebrata atau yang biasa disebut makhluk hidup bertulang belakang. Semoga bisa membantu kalian dalam membuat power point :)
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika dan telah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Proses budidaya ikan nila meliputi pembenihan, pembesaran, dan panen. Pembenihan dilakukan dengan memelihara induk ikan hingga menghasilkan larva, kemudian larva dibesarkan hingga siap panen.
Makalah ini membahas tentang ancestor vertebrata, klasifikasi filum Chordata, dan kehidupan vertebrata berdasarkan umur geologi. Ancestor vertebrata meliputi Pisces, Amphibia, dan Reptilia. Pisces terdiri dari ikan tak berahang, ikan bertulang rawan, dan ikan bertulang sejati. Filum Chordata diklasifikasi menjadi lima kelas yaitu Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mamalia. Kehidupan vertebrata
Dokumen tersebut membahas tentang morfologi ikan, yang meliputi bagian tubuh ikan, bentuk tubuh, sirip, ekor, mulut, dan warna. Mahasiswa melakukan praktikum untuk mengenali ciri-ciri tersebut pada beberapa jenis ikan.
Teks tersebut membahas tentang sejarah dan karakteristik udang vannamei (Litopenaeus vannamei) yang dibudidayakan di Indonesia. Udang vannamei pertama kali masuk Indonesia pada tahun 2001 dan sekarang menjadi jenis udang yang banyak dibudidayakan karena tahan penyakit dan tumbuh cepat. Teks tersebut juga menjelaskan ciri-ciri fisik, sistem pencernaan, siklus hidup, dan tata kelola induk udang vanname
Dokumen tersebut membahas tentang filum Mollusca, mencakup definisi, ciri-ciri, kelas, dan peranan Mollusca bagi kehidupan manusia. Secara ringkas, Mollusca adalah hewan bertubuh lunak tanpa tulang belakang yang hidup di laut dan darat, terdiri atas kelas Gastropoda, Bivalvia, Cephalopoda, dan lainnya. Mollusca dapat bermanfaat atau merugikan manusia sebagai sumber makanan, mut
Udang memiliki berbagai organ indera termasuk chemoreseptor yang berfungsi untuk mendeteksi makanan. Chemoreseptor utama udang terdapat pada antenula dan memiliki rambut-rambut halus yang peka terhadap zat kimia dalam lingkungan. Chemoreseptor memungkinkan udang menemukan sumber makanan dengan sensitivitas tinggi meskipun dari jarak jauh.
Laporan praktikum ini membahas pengaruh perubahan suhu terhadap membuka dan menutup operculum ikan mas. Ikan mas diamati pada berbagai suhu untuk melihat laju pernafasannya. Laporan ini juga menjelaskan tentang klasifikasi, morfologi, dan sistem pernapasan ikan.
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1SABDA
油
Bagaimana menyiapkan Paskah yang alkitabiah dan berkesan untuk anak-anak Sekolah Minggu? Yuk, ikuti GoPaskah! "Paskah dan Sekolah Minggu". Acara yang pasti bermanfaat bagi guru-guru, pelayan anak, remaja, dan pemuda untuk membekali bagaimana mengajarkan makna Paskah seperti yang diajarkan Alkitab.
Hadirlah pada:
Tanggal: Senin, 10 Maret 2025
Waktu: Pukul 10.3012.00 WIB
Tempat: Online, via Zoom (wajib daftar)
Guest: Dr. Choi Chi Hyun (Ketua J-RICE Jakarta)
Daftar sekarang: http://bit.ly/form-mlc
GRATIS!
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kami:
WA Admin: 0821-3313-3315
Email: live@sabda.org
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #Paskah2025 #KematianKristus #kebangkitankristus #SekolahMinggu
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)Murad Maulana
油
PPT ini dipresentasikan dalam acara Diseminasi repositori perpustakaan BAPETEN yang diselenggarakan oleh Kepala Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi
Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir (P2STPIBN) pada tanggal 25 Februari 2025
Kiraan Kadar Nadi Karvonen nadi mak nadi rehatssuser7d8dcb
油
Cumi cumi paper
1. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................
1.2 Tujuan ....................................................................................
1.3 Mamfaat....................................................................................
BAB II TINJAUANPUSTAKA
2.1 KlasifikasiCumi-Cumi................................................................
2.2 DeskripsiCumi-Cumi...................................................................
2.3 Mamfaat lebih Cumi-Cumi...........................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................
3.1 Simpulan
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................
2. Kata Pengantar
OM SWASTYASTU
Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan yang Maha Esa)
makalah ini bisa tersusun, berkat nasehat dosen serta teman-teman dari program studi ayurweda,
fakultas kesehatan UNHI Denpasar.
Makalah sebagai tugas mata kuliah Bahan Pengobatan dari Binatang dapat terwujud yang
jauh dari sempurna, ini semata karena kelemahan dari penulis, yang kurang dari segi penulisan,
tata bahasa, penyajian maupun hal lain yang mendukung mendekati sempurnanya makaah ini.
Ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga
tersusunnya makalah ini, akhirnya penulis berharap makalah ini bermamfaat bagi pembaca serta
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Om santi santi santi om.
Denpasar,oktober 2012
penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cumi-cumi merupakan binatang lunak dengan tubuh berbentuk silindris. Sirip-
siripnya berbentuk trianguler atau radar yang menjadi satu pada ujungnya. Pada
kepalanya di sekitar luabang mulut terdapat 10 tentakel yang dilengkapi dengan alat
penghisap (sucker). Tubuh terdiri dari isi rongga tubuh (visceral mass) dan mantel.
Lapisan isi rongga tubuh berbentuk silinder dengan dinding sebelah dalam tipis dan
halus. Mantel yang dimilikinya berukuran tebal, berotot, dan menutupi isi rongga tubuh
pada seluruh isi serta mempunyai tepi yang disebut leher (Pelu 1989). Menurut Voss
(1963) dan Roper, daerah penyebaran cumi-cumi adalah di perairan Pasifik Barat,
Australia Utara, Pulau Filipina, bagian utara Laut Cina Selatan sampai Jepang.
Penyebaran cumi-cumi (Loligo sp.) di seluruh perairan Indonesia hampir merata, yaitu
dari Barat Sumatera sampai ke selatan Irian Jaya, dari Selat Malaka ke timur sampai ke
perairan Timur Sumatera, Laut Jawa, Laut Banda, dan perairan Maluku/ Arafura.
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan penghuni demersal atau semi pelagik pada
daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400 m. Beberapa spesies hidup
sampai di perairan payau. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu pada siang
hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan
pada malam hari. Cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis positif), oleh karena itu
sering ditangkap dengan menggunakan bantuan cahaya (Roper et.al. 1984). Karakteristik
yang dimiliki cumi-cumi adalah adanya kantong tinta yang terletak di atas usus besar.
Bila kantung ini dibuka, maka akan mengeluarkan tinta berwarna coklat atau hitam yang
diakibatkan oleh pigmen melanin. Cumi-cumi akan mengeluarkan tintanya melalui
siphon untuk menghindari predator (Buchsbaum et.al. 1987).
4. 1.2 Tujuan
Mengetahui secara spesifik, kandungan nutrisi pada cumi-cumi dan mamfaatnya sebagai
obat untuk meringankan suatu penyakit tertentu.
1.3 Manfaat
Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai cumi-cumi, terutama mamfaatnya untuk
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
5. 2.1 Klasifikasi Cumi cumi
Gambar 1. Cumi-cumi
Klasifikasi cumi cumi menurut Kreuzer (1984)
o Kingdom : Animalia
o Phylum : Mollusca
o Kelas : Cephalopoda
o Ordo : Teuthoidea
o Sub Ordo : Myopsidae
o Family : Loliginidae
Klasifikasi cumi-cumi menurut Saanin (1984)
o Kingdom : Animalia
o Filum : Moluska
o Kelas : Cephalopoda
o Subkelas : Coleoidea
o Ordo : Teuthoidea
o Family : Loligonidae
o Genus : Loligo
o Spesies : Loligo sp.
2.2 Anatomi Cumi-Cumi
Tubuh cumi-cumi dapat dibedakan atas kepala , leher, dan badan. Kepala cumi-cumi
besar, matanya berkembang dengan baik karena dapat berfungsi untuk melihat. Mulutnya
6. terdapat di tengah-tengah, dikelilingi oleh 10 tentakel, 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih
pendek. Tentakel panjang berfungsi untuk menangkap mangsa dan berenang. Pada setiap
tentakel terdapat alat penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya terdapat sirip yang
penting untuk keseimbangan tubuh.Pada dinding permukaan dorsal terdapat pen yang penting
untuk menyangga tubuh. Seluruh tubuh cumi-cumi terbungkus oleh mantel. Di bagian punggung,
mantel melekat pada badan, sedangkan di daerah perut tidak melekat, sehingga terbentuk rongga
, disebut rongga mentel. Cumi-cumi dapat bergerak dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan
tentakel dan dengan menyemprotkan air dari rongga mantel. Bila rongga mentel penuh air, dan
air menyemprot melalui sifon menyebabkan tubuh cumi-cumi terdorong mundur. Semprotan air
menimbulkan dorongan yang sangat kuat terhadap tubuh cumi-cumi, sehingga timbul gerakan
seperti panah, itulah sebabnya cumi-cumi sering disebut panah laut. Alat pencernaan cumi-cumi
terdiri atas mulut, pharynx, kerongkongan, lambung, usus buntu, usus dan anus. Sistem
pencernaan cumi-cumi telah dilengkapi kelenjar pencernaan yang meliputi kelenjar ludah, hati,
dan pancreas. Makanan cumi-cumi adalah udang-udangan, mollusca lain, dan ikan. Anus cumi
cumi bermuara pada rongga mantel. Cumi-cumi hanya dapat berkembang biak secara kewin.
Alat kelaminnya terpisah, masing-masing alat kelamin terdapat di dekat ujung rongga mantel
dekat saluran yang terbuka kearah corong sifon. Cumi-cumi betina menghasilkan telur yang akan
dibuahi di dalam rongga mentel. Kemudian, telur yang sudah dibuahi dibungkus dengan kepsul
dari bahan gelatin. Telur yang menetas menghasilkan cumi-cumi muda berukuran kecil (Jasin,
1984)
2.3 Struktur Anatomi dan fisiologi Cumi-Cumi
7.
Faring : bagian depan kerongkongan berfungsi untuk mengisap makanan dari mulut dan
membasahinya dengan lendir.
Mulut : tempat masuknya makanan.
Mata : sebaga alat penglihatan.
Tentakel : berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.Anus :
mengeluarkan sisa metabolisme.
Hati : mengambil sari-sari makanan dalam darah dan sebagai tempat penghasil empedu.
Esofagus : saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkan rongga mulut dan
lambung.
Insang : sebagai organ pernapasan.
Cangkang dalam : sebagai pelindung organ tubuh bagian dalam.
Ovarium : penghasil sel telur.
Kantung tinta : kantung selaput yang terdapat pada cumi,yang mengandung tinta. Tinta akan di
semprotkan bila cumi merasa terganggu akan kedatangan / bertemu pemangsa/predator.
8. 2.4 Kandungan gizi pada Cumi-Cumi
Cumi-cumi memiliki kandungangizi yangluarbiasakarenakandunganproteinnya cukup
tinggi, yaitu 17,9 g/100 g cumi segar. Daging cumi-cumi memiliki kelebihan dibanding dengan
hasil laut lain, yaitu tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang
khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Asam
aminoesensial yangdominanadalahleusin,lisin,danfenilalanin. Sementara kadar asam amino
nonesensial yangdominanadalah asamglutamatdanasam asfatat.Kedua asam amino tersebut
berkontribusi besar terhadap timbulnya rasa sedap dan gurih. Itu sebabnya, secara alami cumi
telahmemiliki cita-rasagurih,sehinggadalampengolahannyatakperlu ditambahkan penyedap
(seperti monosodium glutamat).
Cumi-cumi juga mengandung beberapa jenis mineral mikro dan makro dalam jumlah
yang sangattinggi.Kadarmineral yangterkandung pada cumi-cumi sangat bervariasi walaupun
dalam satu spesies yang sama. Variasi ini tergantung pada keadaan lingkungan tempat hidup,
ukuran dan umur.Mineral-mineral yangpentingpadacumi-cumi adalahnatrium, kalium, fosfor,
kalsium,magnesium, danselenium. Fosfor dan kalsium berguna untuk pertumbuhan kerangka
tulang, sehingga penting untuk pertumbuhan anak-anak dan mencegah osteoporosis di masa
tua. Selain kaya akan protein, cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin yang baik, seperti
vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B12, niasin, asam folat, serta vitamin larut lemak (A, D, E,
K).Cumicumi juga mengandung TMAO (Trimetil Amin Oksida) yang cukup tinggi. TMAO yang
tinggi ini memberikanrasayangkhas terhadapdagingcumi-cumi.Dagingcumi-cumi jugabanyak
mengandung monoamino nitrogen yang menyebabkan cumi-cumi mempunyai rasa manis.
Kandungansulfuryangcukuptinggi padacumicumi jugamenyebabkancumi-cumi berbauamis
ketika mengalami perlakuan pemasakan seperti direbus.
Kadar lemak pada daging cumi relatif rendah, yaitu 7,5 g/100 g bahan, masing-masing
terdiri 1,9 g asam lemak jenuh; 2,7 g asam lemak tidak jenuh tunggal; serta 2,1 g asam lemak
tidak jenuh ganda. Termasuk ke dalam asam lemak tidak jenuh ganda adalah omega 3 yang
dapat menurunkan kandungankolesteroldalam darahWalaupundemikian,konsumsi cumi-cumi
berlebihharusdihindari karenakadarkolesterolnyalumayantinggi, yaitu mencapai 260 mg/100
g bahan.
10. Daftar Pustaka
Buchsbaum R, M. Buchsbaum, J. Pearse, and V. Pearse. 1987. Animal Without Backbone. Third
Edition. The University of Chicago Press. Chicago.
Hamabe, M, C. Hamura and M. Ogura, 1982. Squid Jigging From Small Boat. The Food and
Agriculture Organization of United Nations. Fishing News (books) Ltd. England.
Kreuzer, R. 1984. Squid Seafood Extraordinaire. Infofish 6 (86) : 29 32
Pelu. 1988. Beberapa Karakteristik Biologi Cumi-Cumi (Squids). LONAWARTA, Balai Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Laut Ambon. Ambon.
Raharjo, S dan D. G. Bengen. 1984. Studi Beberapa Aspek biologi Cumi cumi (Loligo sp) di
Perairan Gugus Kepulauan Seribu. Bogor : Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor
Roper C.F.E, M.J Sweeney, and Nauen. 1984. Cephalopods of The World. An annoted and Illustrated
Catalogue of Species of Interest to Fisheries. FAO. Species Catalogue vol 3.
Saanin, Hasnuddin. 1984. Kunci dan Identifikasi Ikan. Bandung : Binatjipta.
Soewito, A. P. dan B. Syarif. 1990. Uji Coba Pancing Cumi cumi Squid Jigger di Perairan Laut
Cina Selatan dan Kalimantan Barat. Semarang : Balai Pengembangan Penangkapan Ikan
Voss G.L. 1963. Cephalopods of The Philippine Islands. Smith Sonian Institution. Washington.