Persyaratan pembuatan dan tataletak KandangThonce Thesia
油
Persyaratan Pembuatan dan Tataletak油Kandang
Persyaratan Pendirian Sebuah Kandang
Kandang didirikan dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
(1) 油 Luas kandang cukup. Luas kandang disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipelihara.
(2) 油 Alas kandang padat dan tidak terlalu keras. Jika perlu kandang dilapisi alas tidur jerami.
(3) Ventilasi kandang berfungsi dengan baik. Udara masuk dan keluar kandang dengan lancar. Hindarkan angin bertiup langsung ke arah sapi perah.
(4) 油 Kandang harus terang. Usahakan matahari pagi masuk ke dalam kandang.
(5) 油 Kandang selalu kering dan bersih. Peternak sebaiknya lebih memperhatikan lagi keadaan ini.
(6) 油 Kandang dan sekitarnya tetap tenang dan aman. Hindarkan gangguan yang mungkin timbul di kandang.
Konstruksi kandang sebaiknya memperhatikan persyaratan pembuatan kandang ditambah dengan beberapa hal lain. Hal tambahan itu terlihat sebagai berikut:
油 Lantai miring ke arah saluran pembuangan dan tidak licin.
Dengan demikian, kotoran kandang mudah dibersihkan dengan air dan tidak ke got. Selain itu, kebersihan kandang selalu terjaga..
(2) Bahan-bahan kandang tidak mempersukar kerja, pembersihan kandang dan pembasmian parasit.
(3) Konstruksi kandang di dataran tinggi dan rendah sebaiknya memperhatikan temperatur udara yang terjadi di dalam kandang.
TATALETAK KANDANG
Lokasi Kandang
Kandang sebaiknya terletak pada tempat yang lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Lantai kandang dibuat 20 sampai 30 cm lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Dengan demikian, drainase kandang dapat dibuat lebih baik. Selain itu, pasokan air juga sangat diutamakan.
Kandang dibangun di dekat sarana transportasi. Dengan demikian, bahan pakan mudah diangkut ke peternakan. Bagian penjualan yang berhubungan dengan kandang terutama dianjurkan dekat jalan raya.
Jarak Kandang
Kandang-kandang sebaiknya dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter yang dihitung dari masing-masing tepi atap kandang. Kandang isolasi dan karantina dari kandang atau bangunan lainnya diberi jarak 25 m atau sekurang-kurangnya 10 m dengan tinggi tembok pembatas 2 m. Kantor berjarak 25 hingga 30 m dari kandang. Tempat penimbunan kotoran terletak 100 m dari kandang
Rumah dan Banguan Lain
Rumah peternakan dibangun agar dapat memperhatikan leluasa ke segala arah. Letak rumah paling sedikit 30 m dari jalan raya. Kandang dan bangunan lainnya terletak di samping atau belakang rumah peternak berjarak minimal 30 m. Lahan antara rumah dan kandang disebut daerah layan. Rumah atau kamar susu dibuat di sisi kandang pada daerah layan. Bangunan lain dikelompokkan ke daerah ini dan jika mungkin terletak jauh dari kandang utama. Letak bangunan diatur berdasarkan urutan kegiatan dan efisiensi kerja di petenakan sapi perah. Kandang utama adalah kandang sapi perah
Membangun Kandang Dalam Bentuk Bangunan
hal yang harus diperhatikan membangun kandang:
Struktur tanah,
hal ini penting untuk mengurangi gangguan kesehatan pada ternak, tanah yang cenderung
Dokumen tersebut membahas tentang potensi dan pelestarian ternak lokal Indonesia serta dasar teori dan hukum yang mendukungnya. Beberapa poin pentingnya adalah pentingnya melestarikan plasma nutfah ternak lokal, penjelasan mengenai ternak asli, murni, dan lokal, serta peraturan pemerintah tentang sumber daya genetik hewan yang mendukung pelestarian ternak lokal.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu nutrisi yang mempelajari proses pengambilan dan asimilasi pangan untuk pertumbuhan sel tubuh, pengertian pakan sebagai sumber energi dan materi untuk pertumbuhan, analisis proksimat komponen pakan, metode skema weende untuk menganalisis pakan, komposisi nutrisi ternak dan tanaman yang dipengaruhi oleh umur dan bagian tanaman, serta pembagian ternak berdasarkan saluran penc
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen perkawinan pada ternak sapi potong di peternakan rakyat. Terdapat beberapa teknik perkawinan yang dibahas seperti perkawinan alam, inseminasi buatan dengan semen beku/cair, dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi reproduksi. Teknik perkawinan alam meliputi kandang individu, kelompok, mini rench, dan padang penggembalaan.
Teknologi pengolahan hijauan pakan membahas tentang pemanfaatan limbah pertanian seperti tebon jagung untuk pembuatan pakan fermentasi yang lebih murah serta bermanfaat bagi masyarakat dan peternakan."
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaode Syawal Fapet
油
Praktikum penanaman rumput gajah dan sawi melibatkan persiapan lahan dengan membersihkan, membajak, dan membuat bedengan, diikuti dengan penaburan pupuk dan penanaman benih rumput gajah serta sawi serta pemeliharaan tanaman.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor penentu keberhasilan budidaya ternak babi, yang meliputi lingkungan (kandang, air), ternak (bibit, pakan, penyakit), serta tatalaksana pemeliharaan yang meliputi umur kawin, melahirkan, pertambahan berat badan, dan jenis pakan yang diberikan."
1. Dokumen tersebut membahas tentang produktivitas berbagai jenis ternak seperti sapi, unta, domba, kambing, kelinci, babi, dan ayam. Juga membahas faktor-faktor yang menentukan keberhasilan peternakan kelinci seperti seleksi induk, pakan, perkandangan, masalah dan tantangan, serta manajemen dan pencatatan. Terdapat pula informasi mengenai jumlah populasi dan anggota kelinci di Kabupaten Malang
Laporan praktikum ini membahas tentang penentuan kadar air benih dengan metode dasar menggunakan oven. Metode ini dijelaskan secara detail mulai dari persiapan alat dan bahan, prosedur pengujian, hingga perhitungan rumus untuk menentukan kadar air benih. Hasil pengujian kadar air beberapa komoditas benih juga diuraikan beserta pembahasannya.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Reproduksi hewan dapat terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual meliputi pembelahan biner, pembentukan tunas, fragmentasi, dan partenogenesis. Reproduksi seksual melibatkan gamet jantan dan betina serta pembuahan internal atau eksternal untuk menghasilkan zigot dan embrio. Embrio dapat berkembang melalui telur, dalam rahim, atau dalam kantong induk hingga menjadi anak. Beberapa hewan mengalami metamorfosis
Dokumen ini membahas desain kandang sapi potong yang meliputi fungsi, persyaratan, dan model kandang sapi potong. Fungsi kandang antara lain melindungi ternak dan memudahkan pengelolaan ternak. Persyaratan kandang mencakup pemilihan lokasi, konstruksi, bahan bangunan, dan perlengkapan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa model kandang seperti kandang pedet, box, sapi dara, dan induk.
[Ringkasan]
Buku teks ini membahas lima kegiatan pembelajaran tentang reproduksi hewan, yaitu organ reproduksi, siklus reproduksi, hormon reproduksi, penampungan semen, dan penanganan semen. Tujuannya agar siswa dapat menjelaskan dan memahami proses reproduksi hewan serta dapat melakukan penampungan dan penanganan semen hewan. Materi ini mencakup anatomi, fisiologi, dan tata cara reproduksi beberapa jenis hewan seperti sapi, ayam,
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi reptil. Terdapat tiga kelas reptil utama yaitu kura-kura, kadal, dan buaya. Dokumen menjelaskan ciri-ciri morfologi masing-masing kelas tersebut seperti struktur tubuh, sistem skeleton, ekstremitas, mata, mulut, dan kloaka. Hal ini berguna untuk melatih kemampuan mengidentifikasi jenis reptil menggunakan kunci identifikasi.
Silabus agribisnis unggas petelur kelas xii revisi 2021DEDI KUSMANA
油
1. Silabus mata pelajaran agribisnis unggas petelur membahas tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar untuk teknik seleksi dan culling unggas petelur, penanganan kesehatan, pemberian pakan dan air minum, serta rekording.
2. Pembelajaran mencakup teori dan praktek tentang teknik seleksi dan culling, penanganan
Pertemuan iv prod. Pakan untuk unggas -nrEmi Suhaemi
油
Maaf, saya tidak bisa mengikuti kuis secara langsung karena saya adalah asisten virtual. Saya hanya dapat memberikan tanggapan berdasarkan informasi yang diberikan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang Insecta (serangga) yang meliputi ciri-ciri umum, sistem tubuh, dan jenis-jenis metamorfosis. Insecta memiliki tubuh terbagi menjadi tiga bagian (kepala, dada, perut) dan enam kaki. Terdapat tiga jenis metamorfosis yaitu ametabola, hemimetabola, dan holometabola.
Dokumen tersebut membahas tentang bibit ternak unggas petelur, termasuk jenis-jenis ayam petelur seperti ayam ras dan ayam buras, karakteristik masing-masing jenis, dan metode pengadaan dan seleksi bibit unggas petelur yang berkualitas.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu nutrisi yang mempelajari proses pengambilan dan asimilasi pangan untuk pertumbuhan sel tubuh, pengertian pakan sebagai sumber energi dan materi untuk pertumbuhan, analisis proksimat komponen pakan, metode skema weende untuk menganalisis pakan, komposisi nutrisi ternak dan tanaman yang dipengaruhi oleh umur dan bagian tanaman, serta pembagian ternak berdasarkan saluran penc
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen perkawinan pada ternak sapi potong di peternakan rakyat. Terdapat beberapa teknik perkawinan yang dibahas seperti perkawinan alam, inseminasi buatan dengan semen beku/cair, dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi reproduksi. Teknik perkawinan alam meliputi kandang individu, kelompok, mini rench, dan padang penggembalaan.
Teknologi pengolahan hijauan pakan membahas tentang pemanfaatan limbah pertanian seperti tebon jagung untuk pembuatan pakan fermentasi yang lebih murah serta bermanfaat bagi masyarakat dan peternakan."
Laporan praktikum ii sistem pertanian peternakan terpaduLaode Syawal Fapet
油
Praktikum penanaman rumput gajah dan sawi melibatkan persiapan lahan dengan membersihkan, membajak, dan membuat bedengan, diikuti dengan penaburan pupuk dan penanaman benih rumput gajah serta sawi serta pemeliharaan tanaman.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor penentu keberhasilan budidaya ternak babi, yang meliputi lingkungan (kandang, air), ternak (bibit, pakan, penyakit), serta tatalaksana pemeliharaan yang meliputi umur kawin, melahirkan, pertambahan berat badan, dan jenis pakan yang diberikan."
1. Dokumen tersebut membahas tentang produktivitas berbagai jenis ternak seperti sapi, unta, domba, kambing, kelinci, babi, dan ayam. Juga membahas faktor-faktor yang menentukan keberhasilan peternakan kelinci seperti seleksi induk, pakan, perkandangan, masalah dan tantangan, serta manajemen dan pencatatan. Terdapat pula informasi mengenai jumlah populasi dan anggota kelinci di Kabupaten Malang
Laporan praktikum ini membahas tentang penentuan kadar air benih dengan metode dasar menggunakan oven. Metode ini dijelaskan secara detail mulai dari persiapan alat dan bahan, prosedur pengujian, hingga perhitungan rumus untuk menentukan kadar air benih. Hasil pengujian kadar air beberapa komoditas benih juga diuraikan beserta pembahasannya.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Reproduksi hewan dapat terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual meliputi pembelahan biner, pembentukan tunas, fragmentasi, dan partenogenesis. Reproduksi seksual melibatkan gamet jantan dan betina serta pembuahan internal atau eksternal untuk menghasilkan zigot dan embrio. Embrio dapat berkembang melalui telur, dalam rahim, atau dalam kantong induk hingga menjadi anak. Beberapa hewan mengalami metamorfosis
Dokumen ini membahas desain kandang sapi potong yang meliputi fungsi, persyaratan, dan model kandang sapi potong. Fungsi kandang antara lain melindungi ternak dan memudahkan pengelolaan ternak. Persyaratan kandang mencakup pemilihan lokasi, konstruksi, bahan bangunan, dan perlengkapan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa model kandang seperti kandang pedet, box, sapi dara, dan induk.
[Ringkasan]
Buku teks ini membahas lima kegiatan pembelajaran tentang reproduksi hewan, yaitu organ reproduksi, siklus reproduksi, hormon reproduksi, penampungan semen, dan penanganan semen. Tujuannya agar siswa dapat menjelaskan dan memahami proses reproduksi hewan serta dapat melakukan penampungan dan penanganan semen hewan. Materi ini mencakup anatomi, fisiologi, dan tata cara reproduksi beberapa jenis hewan seperti sapi, ayam,
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi reptil. Terdapat tiga kelas reptil utama yaitu kura-kura, kadal, dan buaya. Dokumen menjelaskan ciri-ciri morfologi masing-masing kelas tersebut seperti struktur tubuh, sistem skeleton, ekstremitas, mata, mulut, dan kloaka. Hal ini berguna untuk melatih kemampuan mengidentifikasi jenis reptil menggunakan kunci identifikasi.
Silabus agribisnis unggas petelur kelas xii revisi 2021DEDI KUSMANA
油
1. Silabus mata pelajaran agribisnis unggas petelur membahas tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar untuk teknik seleksi dan culling unggas petelur, penanganan kesehatan, pemberian pakan dan air minum, serta rekording.
2. Pembelajaran mencakup teori dan praktek tentang teknik seleksi dan culling, penanganan
Pertemuan iv prod. Pakan untuk unggas -nrEmi Suhaemi
油
Maaf, saya tidak bisa mengikuti kuis secara langsung karena saya adalah asisten virtual. Saya hanya dapat memberikan tanggapan berdasarkan informasi yang diberikan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang Insecta (serangga) yang meliputi ciri-ciri umum, sistem tubuh, dan jenis-jenis metamorfosis. Insecta memiliki tubuh terbagi menjadi tiga bagian (kepala, dada, perut) dan enam kaki. Terdapat tiga jenis metamorfosis yaitu ametabola, hemimetabola, dan holometabola.
Dokumen tersebut membahas tentang bibit ternak unggas petelur, termasuk jenis-jenis ayam petelur seperti ayam ras dan ayam buras, karakteristik masing-masing jenis, dan metode pengadaan dan seleksi bibit unggas petelur yang berkualitas.
Tugas akhir ini membahas manajemen perkawinan babi di peternakan CV Adhi Farm. Mencakup reproduksi babi, alat reproduksi babi jantan dan betina, perkawinan babi, pemeriksaan semen dan inseminasi buatan, serta kandang. Tujuannya adalah mengetahui metode perkawinan yang digunakan di peternakan tersebut.
Dokumen tersebut membahas rencana pendirian usaha peternakan ayam petelur dengan tujuan
mengurangi pengangguran. Usaha ini dipilih karena modal kecil, peluang pasar besar, dan risiko
kegagalan rendah. Dokumen menjelaskan tahapan pendirian usaha mulai dari persiapan bibit, sarana
prasarana, pemberian pakan dan air minum, hingga panen dan pemasaran hasil.
Proposal ini membahas rencana usaha budidaya ayam pedaging (broiler) untuk menghasilkan daging ayam. Usaha ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi pengangguran. Rencana usaha ini mencakup lokasi, jadwal, informasi produk, analisis ekonomi, dan harapan keuntungan dari penjualan ayam yang diternak selama satu siklus panen.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang karakteristik dan usaha ternak ayam broiler, mulai dari taksonomi, karakteristik, populasi, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, hingga manajemen usaha ternak ayam broiler.
Teks tersebut membahas rencana pendirian usaha peternakan ayam petelur oleh kelompok wirausaha bernama "Telur Ayam Berkah". Usaha ini diharapkan dapat menghasilkan telur dan mengurangi pengangguran. Rencananya meliputi identitas kelompok, jenis usaha, pengurus, sumber daya manusia, sarana prasarana, bibit ayam, pakan, panen, dan pemasaran telur hasil peternakan.
Dokumen tersebut membahas tentang usaha peternakan ayam pedaging. Mencakup manajemen kandang, pemberian pakan dan minum, sanitasi, vaksinasi, serta prestasi beberapa bibit ayam pedaging seperti Babcock B-300, Dekalb XL-Link, dan Hisex white. Tujuannya adalah memproduksi ayam pedaging dalam skala waktu yang relatif cepat serta menciptakan lapangan kerja.
Dokumen tersebut membahas tentang metode budidaya burung puyuh, mulai dari persiapan awal seperti lokasi dan peralatan kandang, penyediaan bibit, pemeliharaan, pengaruh pakan terhadap kualitas telur, dan tahapan pemanenan. Faktor-faktor seperti genetik, lingkungan, dan pakan dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas telur puyuh. Budidaya puyuh dijelaskan sebagai usaha yang
Teks tersebut membahas rencana usaha beternak ayam kampung. Beberapa poin penting yang disebutkan adalah: (1) produk utama adalah daging ayam, (2) modal yang dibutuhkan Rp. 142,9 juta, (3) target keuntungan Rp. 46,2 juta per bulan. Teks ini juga menjelaskan persiapan yang dibutuhkan seperti bibit, pakan, dan perkandangan.
(1) Proposal ini mengajukan usaha peternakan ayam pedaging untuk mengurangi pengangguran dan memberikan manfaat ekonomi. (2) Lokasi usaha di Desa Adirejo, Lampung Timur dengan nama "Peternakan Adduha" dan merangkum analisis biaya investasi Rp11,1 juta, biaya operasi Rp25,8 juta, pendapatan Rp40,6 juta per bulan, keuntungan Rp3,6 juta per bulan, rasio cost to benefit 1,1, dan periode
1. FERTILITAS, DAYA HIDUP EMBRIO DAN DAYA TETAS
TELUR AYAM ARAB (Gallus turcicus)
LAPORAN LENGKAP MANAJEMEN PEMBIBITAN TERNAK
Oleh:
LA ODE SYAWAL SULAEMAN
NIM. L1A1 15 166
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
nilai pada mata kuliah manajemen pembibitan ternak
FAKULTAS PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
2. PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA LAPORAN INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI LAPORAN ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. APABILA
KEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA
LAPORAN INI HASIL JIPLAKAN MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA
SANKSI SESUAI DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari,
LA ODE SYAWAL SULAEMAN
NIM. L1A1 15 166
4. HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Fertilitas, Daya Hidup Embrio dan Daya Tetas Telur Ayam
Arab (Gallus turcicus)
Nama : La Ode Syawal Sulaeman
NIM : L1A1 15 166
Jurusan : Peternakan
Menyetujui:
Kordinator Praktikum Asisiten Pembimbing
Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc
NIP. 19790601 201409 1 003 NIP. 19790601 201409 1 003
Mengetahui:
Kepala Laboratorium Ilmu Ternak Unggas
Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc
NIP. 19790601 201409 1 003
5. ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya dan Salawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum manajemen pembibitan ternak
yang berjudul Fertilitas, Daya Hidup Embrio dan Daya Tetas Telur Ayam Arab
(Gallus turcicus). Yang dibuat untuk salah satu sarat untuk memperoleh nilai
mata kuliah manajemen pembibitan ternak pada fakultas peternakan Universitas
Halu Oleo, Kendari.
Ucapan terima kasih dengan penuh rasa hormat, cinta dan kasih penulis
persembahkan kepada Bapak Rusli Badaruddin, S.Pt., M.Sc yang telah
membimbing, memberikan masukan dan saran selama proses penulisan laporan
ini hingga selesai yang tidak dapat dibalas dengan apapun.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan laporan
ini. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk memperbaiki penulisan laporan ini.
Kendari, Januari 2018
Penulis,
La Ode Syawal Sulaeman
6. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR . I
DAFTAR ISI ........ Iii
DAFTAR TABEL .... Iii
I. PENDAHULUAN ...... 1
1.1. Latar Belakang ...... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ...... 3
II.TINJAUAN PUSTAKA ..... 4
2.1. Ayam Arab .... 4
2.2. Penetasan Telur ......... 6
a. Fertilitas Telur ... 7
b. Daya Hidup Embrio .. 8
c. Daya Tetas .... 10
d. Bobot Tetas ....... 12
III. METODE PRAKTIKUM ........... 13
3.1. Waktu dan Tempat ..... 13
3.2. Alat dan Bahan ........... 13
3.3. Prosedur Kerja Praktikum ...... 13
3.4. Parameter yang Diamati 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .... 15
a. Fertilitas Telur ..... 15
b. Daya Hidup Embrio 16
c. Daya Tetas ....... 17
V. PENUTUP .... 19
DAFTAR PUSTAKA ...... 20
7. iv
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Halaman
1 Rataan fertilitas telur ayam arab .. 15
2 Rataan daya hidup embrio telur ayam arab . 16
3 Rataan daya tetas telur ayam arab ... 17
8. 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ayam arab merupakan salah satu jenis ayam petelur ras yang memiliki
prospek pasar yang cukup baik untuk dikembangkan. Produksi telur ayam arab
relatif tinggi hampir menyerupai produktivitas ayam ras petelur yaitu berkisar
antara 190-250 butir per tahun (Natalia dkk., 2005) selain itu, karakteristik telur
ayam arab juga ternyata hampir sama dengan telur ayam kampung, baik itu dari
bentuk, warna, ukuran, maupun kandungan gizinya (Sulandari dkk., 2007).
Bibit ayam arab mempunya kontribusi sebesar 30% dalam menunjang
keberhasilan usaha peternakan yang dapat dilakukan dengan cara membeli DOC
ayam dari pembibit, membeli telur dan menetaskannya sendiri, atau membeli
indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara
alami maupun secara buatan dengan menggunakan mesin tetas.
Untuk menunjang perkembangan peternakan ayam arab, selain pakan
dan tata laksana (manajemen), penyediaan bibit yang baik merupakan hal penting
untuk mendapatkan produksi yang maksimal dan kelangsungan usaha peternakan
ayam arab. Guna memperoleh bibit ayam arab yang baik sebagai langkah awal
dapat dilakukan melalui seleksi telur-telur ayam yang berasal dari induk dan
pejantan yang unggul, untuk kemudian ditetaskan. Pengelolaan penetasan
merupakan faktor penunjang dalam usaha pembibitan ayam, oleh sebab itu
pengetahuan dan keterampilan tentang hal pengelolaan penetasan telur sangat
diperlukan. Telur yang dihasilkan induk ayam yang unggul belum tentu semuanya
berkualitas baik untuk ditetaskan, oleh karenanya, memilih telur yang akan
9. 2
ditetaskan merupakan hal yang sangat penting, karena berpengaruh pada daya
tetas dan anak ayam yang dihasilkan. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap daya tetas dan penampilan anak ayam, salah satunya adalah bobot telur
tetas.
Penerapan teknologi penetasan telur pada usaha peternakan ayam lokal,
termasuk ayam arab diharapkan dapat meningkatkan populasi ayam dalam waktu
yang relatif cepat dan menjamin kontinuitas ketersediaan bibit. Hal ini disebabkan
karena mesin tetas berfungsi sebagai penggati induk dalam penetasan telur untuk
menghasilkan anak-anak ayam.
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur
sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Usaha menetaskan telur ayam
artinya mengeramkan telur supaya telur menetas, sehingga benih berkembang di
dalam telur menjadi anak ayam hidup. Penetasan merupakan proses
perkembangan embrio di dalam telur sampai memetas. Proses penetasan telur
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan penetasan buatan.
Keunggulan penerapan teknologi mesin tetas adalah menghilangkan periode
mengeram pada induk, sehingga induk lebih produktif dan mampu menghasilkan
telur lebih banyak selama hidupnya. Selain itu anak ayam dapat diproduksi dalam
jumlah yang banyak pada waktu yang bersamaan dan kapasitas penetasan dapat
diperbanyak sesuai dengan jumlah telur tetas yang siap ditetaskan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum
manajemen pembibitan ternak mengenai penetasan telur ayam arab.
10. 3
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam praktikum penetasan telur ayam arab adalah untuk
mengetahui seberapa besar fertilitas, daya hidup embrio, dan daya tetas telur ayam
arab yang di tetaskan di dalam mesin tetas.
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui seberapa besar
fertilitas, daya hidup embrio dan daya tetas telur ayam arab yang ditetaskan di
dalam mesin tetas, dan dapat menjadi referensi bagi peternak untuk memperoleh
bibit dari usaha penetasan.
11. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Arab
Ayam arab (Gallus turcicus) merupakan ayam lokal Mesir yang
mempunyai nama Fayoumi atau Bigawi. Ayam ini berkembang sejak sebelum
Masehi di sepanjang Sungai Nil tepatnya di Kota Fayoumi. Ayam ini memiliki
ukuran tubuh kecil, sangat aktif suka terbang dan mempunyai kemampuan
beradaptasi yang tinggi. Ciri-ciri tersebut menyebakan ayam ini mampu bertahan
hidup pada lingkungan yang ekstrim di Mesir. Sifat-sifat kualitatif ayam arab
adalah memiliki warna bulu putih seperti perak dengan warna bulu dasar hitam di
sepanjang badan, shank berwana hijau pohon atau biru seperti batu tulis, kepala
berwarna kecoklat-coklatan. Bobot ayam arab jantan bisa mencapai 2,25 kg,
sedangkan betina dapat mencapai berat 1,75 kg (Natalia, dkk., 2005).
Tubuh ayam arab berwarna putih dengan kombinasi totol-totol hitam
yang terdapat pada tubuhnya, bagian kaki memiliki pigmen yang berwarna hitam,
jenger berwarna merah, dan terdapat bercak putih pada bagian telingga. Ayan
berjenger kembang ini ditemukan dan diternakan pertama kali oleh Ulysses
Aldrovandi (1522-1605) di Bologna, Italia dan sejak tahun 1599 ayam bernama
latin Gallus turcicus ini diberi nama braekels. Akhir-akhir ini, ayam braekels
sering disebut dengan camoine serta di Inggris dan Amerika dikenal ayam arab
yang berwarna silver dan gold. Ayam arab terdiri dari dua jenis yaitu ayam arab
silver dan ayam arab gold. Namun masyarakat lebih mengenal ayam arab silver
dan sudah mulai dibudidayakan di Indonesia (Sulandari dkk., 2007).
12. 5
Konon, ayam arab pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh
seseorang yang pulang dari ibadah haji di Arab Saudi, yang membawa pulang
sebanyak delapan butir telur tetas kemudian ditetaskan dan dikembangkan di Kota
Batu, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Ayam ini kemudian dibesarkan
dan diumbar di pekarangan rumah sehingga ada yang kawin dengan ayam lokal.
Perkawinan silang ini memperlihatkan produksi telur dari hasil kawin silang
dengan ayam arab lebih tinggi dibanding dengan produksi telur ayam lokal
lainnya, ayam arab mengalami perkembangan yang sangat cepat di Surabaya, dan
terakhir di Jakarta, tatapi strain aslinya (parent stock) sudah tidak ada. Strain asli
ayam arab yang dikembangkan di Indonesia adalah ayam arab silver (Sulandari
dkk., 2007).
Pambudhi (2003) menyatakan bahwa ayam arab merupakan ayam tipe
petelur dengan sifat-sifat sebagai berikut: memiliki tingkat esistensi pakan dan
kemampuan memproduksi telur yang tinggi, lincah dan agak liar, ayam jantan
memiliki libido yang tinggi. Menurut Sarwono (2001), sifat kualitatif ayam arab
silver adalah: jenger berbentuk tunggal dan berwarna merah, pial berwarna merah,
warna bulu putih dengan sedikit totol-totol hitam dan garis keputihan. Bobot
badan ayam silver jantan dewasa mencapai 1,5-1,8 kg dengan tinggi badan 30 cm,
sedangkan ayam silver betinanya dapat mencapai bobot badan 1,1-1,2 kg dengan
tinggi badan 22-25 cm. Menurut Darmana dan Sitanggang (2002) ayam arab
betina dewasa mampu menghasilkan 賊 200 butir telur per tahun dengan berat
telur rata-rata 40 gram.
13. 6
2.2 Penetasan Telur
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur
sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Usaha menetaskan telur ayam
artinya mengeramkan telur supaya telur menetas, sehingga benih berkembang di
dalam telur menjadi anak ayam hidup. Penetasan merupakan proses
perkembangan embrio di dalam telur sampai memetas. proses penetasan telur
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan penetasan buatan,
penetasan buatan lebih praktis dan efisien dibanding dengan penetasan alami,
karena kapasitasnya yang lebih besar penetasan dengan mesin tetas juga dapat
meningkatkan daya tetas telur karena temperaturnya dapat diatur lebih stabil tetapi
memerlukan perlakuan dan memerlukan biaya (Jayasamudra dan Cahyono, 2005).
Penetasan telur unggas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan
alami dan penetasan buatan. Penetasan alami yaitu menetaskan telur dengan
menggunakan induknya atau jenis unggas lain dan penetasan buatan yaitu dengan
menggunakan mesin tetas. Penetasan alami kurang efektif dalam menetaskan telur
karena satu induk hanya bisa mengerami sekitar 10 butir telur, sedangkan
penetasan buatan mampu menetaskan jumlah telur dalam jumlah ratusan bahkan
ribuan butir, tergantung kapasitas tampung mesin tetas (Nafiu, dkk., 2014).
Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah menyediakan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio (calon anak) pada suhu
sekitar 37,5o
C sampai 38o
C. Suhu selama penetasan berkisar antara 37-39o
C dan
kelembaban udara relatif berkisar 58%-60%, perkembangan embrio yang optimal
14. 7
pada suhu 37.2-39.4o
C dengan kelembaban sekitar 60% dan sebesar 70% selama
3 hari terakhir penetasan (Nafiu, dkk., 2014).
Candling adalah peneropongan dengan menggunakan sinar untuk melihat
perkembangan embrio di dalam telur yang ditetaskan. Kegunaan peneropongan
ini adalah untuk mengeluarkaan telur yang infertil dan embrio yang mati dalam
penetasan setelah dilakukan peneropongan. Frekuensi peneropongan telur selama
penetasan cukup tiga kali yaitu hari ke-5, hari ke-7, dan hari ke- 14 (Suprijatna,
dkk., 2005).
Telur yang telah diseleksi dan memenuhi persyaratan tidak langsung
dimasukan kedalam mesin tetas tetapi harus disimpan terlebih dahulu,
penyimpananya harus benar dan tempat penyimpanannya ditempatkan sesuai
dengan persyaratan. Sebaiknya temperatur ruang penyimpanan telur adalah 18o
C
dan kelembaban ruang penyimpanan sekitar 75-80% (Daulay, dkk., 2008).
a. Fertilitas Telur
Fertilitas telur merupakan jumlah telur yang memiliki tunas atau
pembuluh darah dari sekian banyaknya telur yang dirami atau ditetaskan dan
dihitung dalam bentuk persentase. Fertilitas telur berkaitan erat dengan bobot telur
yaitu semakin berat telur yang ditetaskan maka semakin fertilitas telur akan baik
(Rajab, 2013).
Fertilitas telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
15. 8
Fertilitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain iklim, bangsa
atau verietas ayam, sistem perkawinan, pakan, umur induk, rasio antara pejantan
dengan betina, pengelolaan sebelum masuk mesin tetas, pemilihan bobot telur,
penyimpanan telur tetas, dan kelembangan mesin tetas (Zakaria, 2010).
Telur yang lama disimpan tentunya akan mengakibatkan kematian pada
embrio dan frekuensi pemutaran telur sebaiknya dilakukuan sekurang-kurangnya
dua kali dalam sehari. Proses pemutaran telur yang dilakukan tidak teratur akan
menyebabkan panas yang diterima telur menjadi tidak merata sehingga
menyebabkan embrio akan lengket pada salah satu sisi kerabang dan
menyebabkan embrio akan mati (Daulay, dkk., 2008).
Eki, dkk., (2015), menyatakan bahwa fertilitas telur ayam ras petelur
yang diinseminasi buatan dengan dengan ayam tolaki sebesar 50,54%, menurut
Meliyati, dkk., 2012), fertilitas itik pada lama penyimpanan telur 1 hari, yaitu
91,67%, lama penyimpanan 4 hari 83,33% dan lama penyimpanan 7 hari yaitu
72,29%, sedangkan menurut Nafiu, dkk., (2014) fertilitas telur ayam tolaki yang
ditetaskan menggunakan mesin tetas dengan sumber panas berbeda adalah
52,72%.
b. Daya Hidup Embrio
Daya hidup embrio merupakan persentase telur-telur yang fertile dari
umur 7 hari penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan atau kempuan telur
untuk menjaga embrio tetap hidup selama proses penetasan berlangsung, dan
semakin bertambahnya jumlah dan ukuran akar-akar serabut pada telur (Nafiu,
dkk., 2014).
16. 9
Daya hidup embrio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi daya hidup embrio adalah
proses pembalikan telur yang dilakukan secara hati-hati karena dengan
pembalikan telur yang kasar dapat berpotensi memutuskan kalaza sehingga
menimbulkan kematian embrio di dalam mesin tetas karena kekurangan makanan
serta pembalikan telur yang tidak terlalu lama sehingga suhu dalam sesin tetas
tetap stabil, suhu, kelembaban, frekuensi pemutaran, kebersihan telur dan fentilasi
mesin tetas (Eki, dkk., 2015).
Penanganan suhu yang diukur dengan termometer memegang peranan
yang sangat penting dalam penetasan telur karena hal ini berhubungan dengan
faktorperkembangan embrio di dalam telur. Suhu yang sedikit lebih rendah untuk
periode yang tidak terlau lama tidak mempengaruhi embrio kecuali
memperlambat perkembangannya untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda
jika terjadi pada embrio yang lebih tua karena pengaruhnya akan sedikit lebih
berkurang. Jika suhu terlalu rendah dari kaidah penetasan telur ayam maka akan
mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan oragan-organnya yang
berkembang tidak secara proporsional (Eki, dkk., 2015).
Penelitan Nafiu, dkk., (2015) daya hidup embrio telur ayam tolaki yang
ditetaskan dengan sumber panas berbeda sebesar 93,13%, menurut Eki, dkk.,
(2015) menyatakan daya hidup embrio ayam ras sebasar 92,18%.
17. 10
Lama penyimpanan telur dapat mempengaruhi daya hidup embrio karena
semakin lama telur disimpan sebelum penetasan, kemungkinan terjadinya infeksi
mikroorganisme melalui pori-pori kerabang telur juga semakin besar. Telur segar
memiliki kerabang dengan pori-pori kecil, tetapi bila disimpan dalam waktu lama
maka pori kerabang akan semakin lebar sehingga memungkinkan penetrasi
bakteri ke dalam telur, dan terputusnya chalaza telur. Chalaza merupakan bagian
yang memisahkan albumen dengan kuning telur. Jika chalaza terputus,
perkembangan embrio yang terdapat di dalam telur akan terganggu dan kemudian
embrio akan melemah dan akhirnya mati sebelum menetas (Astriana dan Hamdan,
2017)
c. Daya Tetas
Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur
yang fertil. Telur yang dihasilkan oleh ayam dengan laju produksi tinggi tidak saja
lebih fertil dari pada telur-telur yang berasal dari ayam yang berprodusi rendah.
Telur yang berukuran sedang lebih baik daya tetasnya dibandingkan dengan telur
yang berukuran kecil, selain itu daya tetas telur juga dipengaruhi oleh tebal
kerabang telur, semakin tebal kerabang telur maka akan menurunkan daya tetas
telur tersebut (Wardiny, 2002).
Daya tetas telur (hatchability) merupakan nilai dari banyaknya anak
ayam (DOC) yang menetas dari jumlah telur tetas yang bertunas (fertile), dihitung
dalam bentuk persentase. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah
berat telur yang digunakan, dimana telur yang sangat ringan dan sangat berat sulit
untuk menetas, hal ini dikarenakan telur yang sangat ringan memiliki komposisi
18. 11
yang kurang, sehingga embrio akan kekurangan nutrisi dan menyababkan embrio
tidak dapat berkembang. Sebaliknya telur yang terlalu berat memiliki pori-pori
yang besar sehingga penguapan akan cepat terjadi yang menyebabkan embrio
akan mati sebelum menetas, penyimpanan telur, selain itu faktor lain yang
menpengaruhi daya tetas telur adalah lama penyimpanan, faktor genetik, suhu,
dan kelembaban, nutrisi, fertilitas telur dan kebersihan telur (Susanto dan
Suliswanto, 2013).
Lama penyimpanan telur merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi daya tetas. Periode penyimpanan telur yang semakin lama, yaitu
lebih dari 6 hari sangat mempengaruhi daya tetas telur. Semakin lama telur
disimpan sebelum penetasan, kemungkinan terjadinya infeksi mikroorganisme
melalui pori-pori kerabang telur juga semakin besar. Telur segar memiliki
kerabang dengan pori-pori kecil, tetapi bila disimpan dalam waktu lama maka pori
kerabang akan semakin lebar sehingga memungkinkan penetrasi bakteri ke dalam
telur (Astriana, dan Hamdan, 2017).
Daya tetas adalah jumlah telur yang menetas dari banyaknya telur yang
fertil. Menurut Rajab (2013), menyatakan bahwa daya tetas telur ayam kampung
adalah sebesar 23%, sedangkan menurut Astriana dan Hamdan (2017) daya tetas
telur ayam kampung persilangan dengan lama penyimpanan telur selama 3 hari
sekitar 79,2% sampai 11,6%.
Daya tetas telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
19. 12
d. Bobot Tetas
Bobot tetas merupakan berat ayam setelah menetas yang dihitung dengan
cara menimbang ayam setelah ayam menetas satu hari dengan bulu yang sudah
kering yang dihitung dalaam bentuk gram (Jayasamudra dan Cahyono, 2005).
Bobot tetas dipengaruhi oleh bobot telur, dimana pada saat penyusutan
telur maka bobot telur juga akan menurun yang disebabkan oleh penguapan gas-
gas dan cairan yang berada dalam telur. Cairan dalam telur berfungsi untuk
melarutkan zat-zat nutrisi untuk pertumbuhan embrio, jika cairan itu tidak ada
maka zat-zat nutrisi tidak dapat terlarut dan perkembangan embrio tidak akan
sempurna sehingga akan mempengaruhi bobot tetas. Semakin berat bobot telur
yang ditetaskan maka akan menghasilkan bobot tetas yang semakin besar
(Septika, dkk., 2016).
Zakaria (2010) melaporkan bobot tetas ayam kampung adalah 31,82
gram. Menurut Eki, dkk., (2015), menyatakan bobot tetas telur ayam ras hasil
inseminasi dengan ayam tolaki sebasar 39,83 gram, sedangkan menurut Rajab
(2013), menyatakan bahwa bobot tetas ayam kampung sebesar 91, 8 gram.
Bobot DOC jantan lebih besar dari pada DOC betina atau embrio ayam
jantan lebih berat dari pada embrio ayam betina karena pada embrio jantan
memiliki otot skletal yang lebih berat dari pada betina. Selama mengalami
perkembangan embrionik, embrio akan mengalami metabolisme yang akan
berdampak pada peningkatan suhu dan tingginya penguapan, sehingga ayam
betina memiliki bobot tetas yang rendah (Eki, dkk., 2015).
20. 13
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum manajemen pembibitan ternak ayam arab tentang Fertilitas,
Daya Hidup Embrio dan Daya Tetas Telur Ayam Arab, dilaksanakan pada
tanggal 8 sampai 22 November 2018, bertempat di Kandang Pembibitan Ayam
Kampung, Laboraatorium Unit Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas
Halu Oleo, Kendari.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mesin tetas, teropong,
alat tulis, spidol, nampan, rak telur, timbangan dan kamera, bahan yang digunakan
adalah telur ayam arab sebanyak 180 butir yang diperoleh dari UPTD konda dan
air.
3.3. Prosedur Kerja Praktikum
Prosedur kerja dalam praktikum manajemen pembibitan ternak ayam
arab tentang Fertilitas, Daya Hidup Embrio Dan Daya Tetas Telur ayam arab
adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan mesin teras yang akan digunakan selama proses penetasan,
b. Menyiapkan telur ayam arab yang akan ditetaskan,
c. Menimbang bobot telur,
d. Malakukan Penomoran telur ayam arab,
e. Memasukan telur ayam yang telah diberi nomor kedalam mesin tetas.
21. 14
f. Melakukan peneropongan telur yang fertil pada hari ke empat pasca
penetasan,
g. Memisahkan telur yang fertil dengan telur yang tidak fertil,
h. Melakukan pembalikan telur 3 kali sehari selama 13 hari,
i. Melakukan peneropongan daya hidup embrio (DHE) pada hari ke 14 pasca
penetasan,
j. Melakukan pengamatan daya tetas telur dengan menghitung jumlah telur yang
menetas.
3.4. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam raktikum ini yaitu :
a. Fertilitas adalah persentase telur-telur yang bertunas dari sejumlah telur yang
dieramkan, tanpa memperhatikan apakah telur-telur tersebut menetas atau
tidak. Fertilitas diamati pada umur penetasan 7 hari yang dihitung dengan
rumus:
b. Daya hidup embrio (DHE) adalah persentase telur-telur yang fertil dari umur 7
hari penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan, dihitung dengan rumus:
c. Daya tetas adalah persentase telur-telur yang menetas dari jumlah telur yang
fertil yang dihitung dengan rumus:
22. 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Fertilitas
Persentase fertilitas telur ayam arab yang diperoleh pada praktikum ini
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan fertilitas telur ayam arab
No Kelas Jumlah telur Telur fertil Telur Infertil Fertilitas (%)
1 A 45 38 7 71,11
2 B 45 23 22 51,11
3 C 45 24 21 53,33
4 D 45 38 7 84,44
Rataan 65
Fertilitas telur merupakan jumlah telur yang memiliki tunas atau
pembuluh darah dari sekian banyaknya telur yang dirami atau ditetaskan dan
dihitung dalam bentuk persentase. Persentase fertilitas ayam arab yang diperoleh
pada pratikum ini adalah sebesar 65%. Fertilitas yang diperoleh lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nafiu, dkk (2014), yang
menyatakan fertilitas telur ayam tolaki yang ditetaskan dengan menggunakan
mesin tetas yang berbeda sumber panas berkisar antara 52,72%, sedangkan
menurut Indrawati, dkk (2015) yang menyatakan fertilitas telur ayam ras hasil
inseminasi buatan dengan ayam tolaki diperoleh hasil sebesar 50,54%. Nilai
fertilitas telur yang diperoleh lebih tinggi dipengaruhi oleh rasio pejantan dengan
betina yang digunakan, penyimpanan telur yang sudah sesuai dengan syarat
penyimpanan telur. lebih lanjut dijelaskan oleh Zakaria (2010), menyatakan
bahwa fertilitas telur tergantung dari umur induk yang digunakan, pengelolaan
telur sebelum masuk di dalam mesin tetas termaksuk pemilihan bobot telur.
23. 16
b. Daya Hidup Embrio
DHE diketahui melalui peneropongan telur (candling) pada hari ke-14
umur penetasan, saat telur dibalik pada sore hari. Telur yang masih hidup pada 14
hari umur penetasan ditandai dengan bertambahnya jumlah dan ukuran akar-akar
serabut pada telur, sedangkan telur yang mati ditandai adanya bintik dan benang
darah merah yang mengelilingi telur.
Persentase daya hidup embrio telur ayam arab yang diperoleh pada
praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan daya hidup embrio telur ayam arab
No Kelas Jumlah Telur
Fertil
Jumlah Telur Fertil
hari ke 14
Daya Hidup
Embrio (%)
1 A 38 17 44,73
2 B 23 8 34,78
3 C 24 12 50
4 D 38 24 63,15
Rataan 48,16
Persentase daya hidup embrio yang diperoleh pada praktikum ini sebesar
48,16%, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Nafiu, dkk (2014) yang menyatakan
daya hidup embrio yang diperoleh adalah 93,13 persen, sedangkan menurut
Indrawati, dkk (2015) menyatakan bahwa daya hidup embrio 92,18%. Rendahnya
daya hidup embrio yang diperoleh pada praktikum ini disebabkan oleh
pembalikan telur yang terlalu kasar, lamanya waktu pemutaran telur, dan
kelembaban di dalam mesin tetas yang tidak stabil, hal ini didukung oleh pendapat
Nafiu, dkk (2014) yang menyatakan bahwa kurangnya kehati-hatian yang
dilakukan pada saat melakukan pembalikan telur dapat menyebabkan terputusnya
khalaza sehingga menyebabkan kematian embrio di dalam mesin tetas, serta
24. 17
terlalu lamanya waktu pembalikan telur yang menyebabkan suhu di dalam mesin
tetas tidak stabil, serta kelembaban di dalam mesin tetas tidak terjaga sehingga
kondisi suhu mesin tetas tidak merata menyebabkan kematian pada calon DOC.
c. Daya Tetas
Persentase daya tetas telur ayam arab yang diperoleh pada praktikum ini
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan daya tetas telur ayam arab
No Kelas Jumlah Telur
Fertil
Jumlah Telur yang
menetas
Daya Tetas (%)
1 A 38 7 18,42
2 B 23 5 21,73
3 C 24 5 20,83
4 D 38 8 21,05
Rataan 20,51
Daya tetas merupakan banyaknya telur yang menetas dari sejumlah telur
yang fertil Persentase daya tetas yang diperoleh pada praktikum ini sebesar
20,51%, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Siswanto dan Suliswanto (2013)
yang menyatakan bahwa daya tetas ayam kampung sekitar 57,78%, sedangkan
menurut Rajab (2013) menyatakan bahwa daya tetas ayam kampung sebesar
23,0%. Persentase daya tetas yang diperoleh pada praktikum ini rendah, hal ini
disebabkan oleh kelembaban yang terdapat di dalam mesin tetas tidak stabil
sehingga mengakibatkan embrio ayam mengalami dehidrasi kemudian melemah
sehingga ayam mengalami kesulitan keluar dari dalam kerabang walaupun sudah
piping. Menurut Astriana dan Hamdan (2017), menyatakan bahwa daya tetas
ayam kampung dipengaruhi oleh lama penyimpanan telur tetas, dimana semakin
lama penyimpanan telur tetas makan akan menyebabkan rendahnya daya tetas
25. 18
telur yang diakibatkan oleh terjadinya infeksi mikroorganisme melalui pori-pori
kerabang yang semakin membesar dan terputusnya khalaza telur, jika chalaza
terputus, perkembangan embrio yang terdapat di dalam telur akan terganggu dan
kemudian embrio akan melemah dan akhirnya mati sebelum menetas.
26. 19
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan penetasan
merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai memetas. proses
penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan alami dan
penetasan buatan. Fertilitas telur ayam arab yang ditetaskan didalam mesin tetas
sebesar 65%, daya hidup embrio telur ayam arab mencapai 48,16%, daya tetas
telur ayam arab sebesar 20,51%.
5.2. Saran
Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah sebaiknya praktikan
melakukan praktikum dengan baik agar memperoleh hasil yang diiginkan, pada
proses pembalikan telur sebaiknya dilakukan dengan cepat agar memperoleh
fertilitas, daya hidup embrio dan daya tetas yang tinggi.
27. 20
DAFTAR PUSTAKA
Darmana, W, dan Sitanggang, M. 2002. Meningkatkan Produktifitas Ayam Arab
Petelur. Jakarta: Agromedia Pustaka
Daulay, A.H., Aris, S, Salim, A. 2008. Pengaruh Umur dan Frekuensi Pemutaran
Terhadap Daya Tetas dan Mortalitas Telur Ayam Arab (Galus turcicus).
Jurnal Agribisnis Peternakan. Vol 1(4): 6-10.
Indrawati, E, T. Saili, S. Rahadi. 2015. Fertilitas, Daya Hidup Embrio, Daya Tetas
dan Bobot Tetas Telur Ayam Ras Hasil Inseminasi Buatan dengan Ayam
Tolaki. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, No.3, Vol.1, 10-18.
Jayasamudra, D. J dan B.Cahyono. 2005. Pembibitan Itik. Penerba Swadaya.
Jakarta
Nafiu, L, M, Rusdin, A. S. Aku. 2014. Daya Tetas Dan Lama Menetas Telur
Ayam Tolaki Pada Mesin Tetas Dengan Sumber Panas Yang Berbeda.
Universitas Halu Oleo. JITRO Vol.1 (1).
Napirah, A, dan H. Has. 2017. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Fertilitas,
dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung Persilangan. Seminar Nasional Riset
Kuantitatif Terapan.
Natalia, H, D Nista, Sunarto, D S Yuni. 2005. Pengembangan Ayam Arab. Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sembawa. Palembang.
Pambudhi. W. 2003. Mengenal Ayam Arab Merah. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rajab. 2013. Hubungan Bobot Telur dengan Fertilitas, Daya Tetas, dan Bobot
Anak Ayam Kampung. Universitas Pattimura. Agrinimal, Vol. 3, No. 2,
Hal. 56-60.
Sarwono, B. 2001. Ayam Arab Petelur Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Septika, E. R, D. Septinova, dan K. Nova. 2012. Pengaruh Umur Telur Tetas
Persilangan Itik Tegal dan Mojosari dengan penetasan kombinasi terhadap
Fertilitas dan Daya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Sulandari, S., M.S.A. Zein, S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T Widjastuti, E.
Sujan, S. Darana, I. Setiawan, D. Garnida. 2007. Sumber Daya Genetik
Ayam Lokal Indonesia. Dalam: Keragaman Sumber Daya Hayati Ayam
Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. LIPI Perss, Bogor. Hal: 45-67.
28. 21
Suprijatna E, Atmomarono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Cetakan ke-2. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Susanto E, dan Suliswanto. 2013. Pengaruh Berat Telur Terhadap Daya Tetas
Telur Ayam Kampung. Jurnal Ternak, Vol.04 (02).
Sutiono, S. Riyadi, S. Kismiati. 2006. Fertilitas dan daya tetas Telur Dari Ayam
Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam Kampung
yang Diencerkan dengan Bahan Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro. Semaraang.
Wardiny, T. M. 2002. Evaluasi Antara Indeks Bentuk Telur dengan Persentase
DOC yang Mentas Pada Ayam Kampung Galur Arab. Skripsi. Universitas
Terbuka.
Zakaria, M.A.S. 2010. Pengaruh lama penyimpanan telur ayam buras terhadap
fertilitas, daya tetas telur dan berat tetas. Jurnal Agrisistem 6: 97-103.