際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
P a g e | 1
METODE-METODE UTAMA
PENGUMPULAN DATA
KUALITATIF
Menurut Sutopo (2006: 9), metode pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis
cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode
interaktif meliputi interview dan observasi berperan serta.
Sedangkan metode non interaktif meliputi observasi tak
berperanserta, tehnik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi
tidak berperan.
Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 63), ada empat macam
tehnik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi
dan gabungan /triangulasi.
1. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth
interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara,
di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan
social yang relatif lama (Sutopo 2006: 72).
Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab
secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak
langsung dengan tatap muka (face to face relation ship) antara
si pencari informasi (interviewer atau informan hunter) dengan
sumber informasi (interviewee) (Sutopo 2006: 74).
Jenis interview meliputi interview bebas, interview terpimpin, dan
interview bebas terpimpin (Sugiyono, 2008: 233). Interview
bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi
juga mengingat akan data apa yang dikumpulan. Interview
terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara
dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci.
Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview
bebas dan interview terpimpin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat
mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan
berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan
nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua
jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang
P a g e | 2
dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa
(wawancara dengan keluarga responden) (Sugiyono, 2008: 227).
Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan
pertanyaan mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari
pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi
sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi,
berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.
2. Teknik Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian)
dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan
aktivitasnya. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi ujung
tombak kegiatan observasi yang dilaksanakan, seperti
pemanfaatan Tape Recorder dan Handy Camera.
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti
dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan
digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan
kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi
anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara
bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam
pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan
kejadian dan lain-lain.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah
ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian
atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan
observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku
atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut.
a. Observasi partisipatif
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar
terlibat dalam keseharian responden.
b. Observasi terus terang atau tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia akan
melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti
mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas si
peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus
terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk
menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data
yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau si peneliti
menyatakan terus terang maka peneliti tidak akan diijinkan
untuk melakukan penenlitian.
P a g e | 3
c. Observasi tak berstruktur
Observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide
observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus
mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam
mengamati suatu objek.
Manfaat dari observasi ini antara lain peneliti akan lebih
mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi
sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau
menyeluruh, dengan observasi akan diperoleh pengalaman
langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan
pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau
pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif ini membuka
kemungkinan penemuan atau discovery.
3. Focus Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan
tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman
sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap
permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang
terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga
dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari
seorang peneliti terhadap focus masalah yang sedang diteliti
(Sutopo, 2006: 73).
FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan.
Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset
kualitatif lainnya (wawancara mendalam atau observasi) adalah
interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok
wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi
apabila moderator cenderung selalu menkonfirmasi setiap topik
satu per satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD
secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga
tidak terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung
antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator,
lalu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dst.
Kondisi idealnya, informan A merespon topik yang dilemparkan
moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan
C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D,
disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh
moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup,
dinamis.
4. Teknik Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan
data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya
jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan
datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden
P a g e | 4
(Sutopo, 2006: 82). Responden mempunyai kebebasan untuk
memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dimana
peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden
(Sutopo, 2006: 87). Karena angket dijawab atau diisi oleh
responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan
responden, maka dalam menyusun angket perlu diperhatikan
beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau
peryataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir-
butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-
kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu
panjang. Dan ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan
terbuka dan berstruktur disesuaikan kolom untuk menuliskan
jawaban atau respon dari responden secukupnya.
5. Teknik Dokumen
Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berati
mengajar. Pengertian dari kata dokumen menurut Louis
Gottschalk (1986: 38) seringkali digunakan para ahli dalam dua
pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi
sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak,
peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan
arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan bagi surat-surat
resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-
undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk
menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya
yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang
didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa
tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon,
(1997; 104 ) menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian,
pertama dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik
sumber tertulis maupun lisan; kedua dalam arti sempit, yaitu
yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti
spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan surat-
surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang konsesi,
hibah dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang
merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang
digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber
tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang
semua itu menberikan informasi bagi proses penelitian.
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari
sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan
wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non
human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan
P a g e | 5
statistik. Studi dokumen yang dilakukan oleh para peneliti
kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai nara sumber yang
dapat menjawab pertanyaan; Apa tujuan dokumen itu ditulis?;
Apa latar belakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu
kepada peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk
siapa?; dan sebagainya.(Nasution, 2003; 86).
Menurut Sugiyono (2008; 83) studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian
kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan
studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya hal
senada diungkapkan Bogdan (seperti dikutip Sugiyono)  in most
tradition of qualitative research, the phrase personal document is
used broadly lo refer to any first person narrative produce by an
individual which describes his or her own actions, experience,
and beliefs.
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen
dalam penelitian kualitatif, seperti yang dikemukakan Nasution
(2003; 85); a) Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia,
dan siap pakai; b) penggunaan bahan ini tidak meminta biaya,
hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya; c) banyak yang
dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan
cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan; d) dapat
memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok
penelitian; e) dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek
kesesuaian data; dan f) merupakan bahan utama dalam
penelitian historis.
6. Teknik Triangulasi
Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang
paling umum digunakan. Cara ini dilakukan dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini
Patton (dalam Sutopo, 2006: 92) menjelaskan teknik triangulasi
yang dapat digunakan. Teknik triangulasi yang dapat digunakan
menurut Patton meliputi: a) triangulasi data; b) triangulasi
peneliti; c) triangulasi metodologis; d) triangulasi teoretis. Pada
dasarnya triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir
fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya, guna
menarik suatu kesimpulan yang mantap diperlukan berbagai
sudut pandang berbeda.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data
sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas
P a g e | 6
data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data.
a. Triangulasi Data
Teknik triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber.
Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan
data, ia berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada.
b. Triangulasi Peneliti
Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik yang berupa
data maupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau
keseluruhannya dapat diuji oleh peneliti lain (Sutopo, 2006:
93). Triangulasi peneliti dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan diskusi atau melibatkan beberapa peneliti
yang memiliki pengetahuan yang mencukupi.
c. Triangulasi Metodologis
Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara
mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan metode
yang berbeda (Patton dalam Sutopo, 2006: 93).
d. Triangulasi Teoretis
Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam
membahas permasalahan yang dikaji (Patton dalam Sutopo,
2006: 98). Oleh karena itu, dalam melakukan jenis triangulasi
ini, peneliti harus memahami teori-teori yang digunakan dan
keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti sehinngga
mampu menghasilkan simpulan yang mantap.

More Related Content

Metode utama pengumpulan data kualitatif

  • 1. P a g e | 1 METODE-METODE UTAMA PENGUMPULAN DATA KUALITATIF Menurut Sutopo (2006: 9), metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi berperan serta. Sedangkan metode non interaktif meliputi observasi tak berperanserta, tehnik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 63), ada empat macam tehnik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan /triangulasi. 1. Teknik Wawancara Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama (Sutopo 2006: 72). Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relation ship) antara si pencari informasi (interviewer atau informan hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Sutopo 2006: 74). Jenis interview meliputi interview bebas, interview terpimpin, dan interview bebas terpimpin (Sugiyono, 2008: 233). Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang dikumpulan. Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang
  • 2. P a g e | 2 dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden) (Sugiyono, 2008: 227). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif. 2. Teknik Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian) dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi ujung tombak kegiatan observasi yang dilaksanakan, seperti pemanfaatan Tape Recorder dan Handy Camera. Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-lain. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. a. Observasi partisipatif Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. b. Observasi terus terang atau tersamar Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia akan melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas si peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau si peneliti menyatakan terus terang maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan penenlitian.
  • 3. P a g e | 3 c. Observasi tak berstruktur Observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Manfaat dari observasi ini antara lain peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh, dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif ini membuka kemungkinan penemuan atau discovery. 3. Focus Group Discussion Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap focus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006: 73). FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu menkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dst. Kondisi idealnya, informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis. 4. Teknik Kuesioner Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden
  • 4. P a g e | 4 (Sutopo, 2006: 82). Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden (Sutopo, 2006: 87). Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam menyusun angket perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau peryataan ada pengantar atau petunjuk pengisian. Kedua, butir- butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata- kata yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan ketiga, untuk setiap pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disesuaikan kolom untuk menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya. 5. Teknik Dokumen Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berati mengajar. Pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk (1986: 38) seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang- undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis. G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon, (1997; 104 ) menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun lisan; kedua dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan surat- surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang konsesi, hibah dan sebagainya. Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan informasi bagi proses penelitian. Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan
  • 5. P a g e | 5 statistik. Studi dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai nara sumber yang dapat menjawab pertanyaan; Apa tujuan dokumen itu ditulis?; Apa latar belakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk siapa?; dan sebagainya.(Nasution, 2003; 86). Menurut Sugiyono (2008; 83) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya hal senada diungkapkan Bogdan (seperti dikutip Sugiyono) in most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly lo refer to any first person narrative produce by an individual which describes his or her own actions, experience, and beliefs. Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif, seperti yang dikemukakan Nasution (2003; 85); a) Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai; b) penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya; c) banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan; d) dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian; e) dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data; dan f) merupakan bahan utama dalam penelitian historis. 6. Teknik Triangulasi Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini Patton (dalam Sutopo, 2006: 92) menjelaskan teknik triangulasi yang dapat digunakan. Teknik triangulasi yang dapat digunakan menurut Patton meliputi: a) triangulasi data; b) triangulasi peneliti; c) triangulasi metodologis; d) triangulasi teoretis. Pada dasarnya triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya, guna menarik suatu kesimpulan yang mantap diperlukan berbagai sudut pandang berbeda. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas
  • 6. P a g e | 6 data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. a. Triangulasi Data Teknik triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada. b. Triangulasi Peneliti Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik yang berupa data maupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji oleh peneliti lain (Sutopo, 2006: 93). Triangulasi peneliti dapat dilakukan dengan menyelenggarakan diskusi atau melibatkan beberapa peneliti yang memiliki pengetahuan yang mencukupi. c. Triangulasi Metodologis Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan metode yang berbeda (Patton dalam Sutopo, 2006: 93). d. Triangulasi Teoretis Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji (Patton dalam Sutopo, 2006: 98). Oleh karena itu, dalam melakukan jenis triangulasi ini, peneliti harus memahami teori-teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti sehinngga mampu menghasilkan simpulan yang mantap.