aksi nyata 1.4. Cgp angkatan Wonogiri budaya positifpptxtitikhandayani17
油
aksi nyata 1.4. Cgp angkatan Wonogiri budaya positif.
Melalui kegiatan latihan, peserta didik mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya Mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya berdasarkan jawaban dari pertanyaan Peserta didik mampu menentukan makna kata berimbuhan pe-an -Peserta didik mampu memahami ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas Peserta didik mampu menulis teks eksposisi dengan langkah yang tepatMelalui kegiatan latihan, peserta didik mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya Mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya berdasarkan jawaban dari pertanyaan Peserta didik mampu menentukan makna kata berimbuhan pe-an -Peserta didik mampu memahami ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas Peserta didik mampu menulis teks eksposisi dengan langkah yang tepatMelalui kegiatan latihan, peserta didik mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya Mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya berdasarkan jawaban dari pertanyaan Peserta didik mampu menentukan makna kata berimbuhan pe-an -Peserta didik mampu memahami ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas Peserta didik mampu menulis teks eksposisi dengan langkah yang tepat
Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
Diseminasi Budaya Positif Modul 1.4 - di Sekolah.pptxLukmanHakim402204
油
BUDAYA POSITIF
Adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang baik di sekolah yang berpihak pada murid, agar murid bisa berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
a. Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal
b. Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
c. Keyakinan Kelas
d. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
e. Posisi Kontrol
f. Segitiga Restitusi
SEGITIGA RESTITUSI
Adalah suatu proses dialog yang dijalankan oleh guru atau orang tua agar dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggung jawab. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya, agar mereka bisa kembali kepada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Diane Gossen: 2001)
LANGKAH-LANGKAH SEGITIGA RESTITUSI
1. Menstabilkan Identitas
Membuat kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran
Mengubah identitas gagal ke identitas sukses
2. Validasi Tindakan yang Salah
Setiap tindakan/perilaku berupaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu
Guru akan mengubah pandangannya dari pemikiran stimulus respon ke cara berpikir proaktif
Mengenali dan mengakui kebutuhan akan memperbaiki hubungan dengan murid
3. Menanyakan Keyakinan
Murid akan diberi pertanyaan-pertanyaan bermakna untuk memunculkan motivasi secara instrinsik
Murid mampu mengaitkan keyakinannya dengan tindakan yang salah
1. TOPI PUTIH: (Informasi terkait pengalaman selama pembelajaran).
29 September 3 Oktober 2023. Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep Mandiri.
Pada kegiatan ini, saya mempelajari konsep inti Budaya Positif (Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebijakan Universal. Motivasi, Hukuman, dan Penghargaan. Keyakinan Kelas. 5 Kebutuhan Dasar Manusia. 5 Posisi Kontrol. Segitiga Restitusi) secara mandiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di dalamnya.
4 5 Oktober 2023. Eksplorasi Konsep Forum Diskusi.
Pada kegiatan ini, sambil mempelajari konsep ini Budaya Positif, saya berdiskusi bersama fasilitator dan sesama CGP secara daring.
6 Oktober 2023. Ruang Kolaborasi Sesi 1.
Pada kegiatan ini, saya berdiskusi dengan fasilitator dan sesama anggota kelompok CGP secara virtual terkait beberapa simulasi kasus yang diberikan, dan memecahkan kasus tersebut dengan Segitiga Restitusi. Kegiatannya dimulai dari pukul 15.00 17.30 WIB.
7 Oktober 2023. Ruang Kolaborasi Sesi 2.
Pada kegiatan ini, saya bersama anggota kelompok melakukan presentasi kepada kelompok lain terkait beberapa kasus yang terjadi di sekolah dengan penerapan Segitiga Restitusi secara virtual. Kegiatannya dari pukul 13.00 15.30 WIB.
10 11 Oktober 2023. Demonstrasi Kontekstual.
Pada kegiatan ini, saya melakukan praktek penerapan Segitiga Restitusi di sekolah terhadap satu murid dengan dua kasus yang berbeda.
12 Oktober 2023. Elaborasi Pemahaman.
Pada kegiatan ini, saya berdiskusi dan tanya jawab untuk memperdalam konsep-konsep inti Budaya Positif dengan instruktur Niky Noberta, fasilitator, dan sesama CGP.
Trims.
Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdfBrainyChen1
油
Modul ini membahas tentang budaya positif di sekolah. Terdapat beberapa konsep kunci yang dibahas seperti perubahan paradigma belajar, disiplin positif, nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, serta restitusi. Modul ini juga menjelaskan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang positif, aman, dan nyaman agar siswa dapat berpikir dan bertindak secara mandiri dan bertanggung jawab
Materi Pendidikan Guru Penggerak Budaya Positif.pptxEDYSUSENO4
油
file ini materi berisi tentang materi pendidikan guru penggerak angkatan 10 balai besaar guru penggerak sumatra utara, materi ini tentang budaya positif yang akan didimplementasi di sekolah dengan menggunakan restitusi budaya positif yang dimaksud adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid. Hal itu dilakukan agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia, contoh budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman. trimakasih
Desiminasi aksi nyata modul 1.4 cgp angkatan 11.pptxFerydpisces1
油
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN
MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
CGP ANGKATAN 11 KOTA PAGAR ALAM
Assalamualaikum Wr.Wb
Pada kesempatan ini saya akan menulis tentang apa yang sudah saya lakukan pada pendidikan Guru penggerak di materi Modul 1.4 yaitu tentang Budaya Positif.
Jurnal Dwi mingguan ini harus saya tulis untuk menggambarkan refleksi saya setelah mempelajari Modul 1.4 dan ini merupakan tugas setelah berakhirnya modul yang dipelajari sebagai seorang Calon Guru Penggerak. Saya akan menuliskan semua pengalaman saya dan semua yang saya rasakan selama mempelajari modul 1.4 ini dalam artikel ini.
Kegiatan dan pelajaran dalam modul 1.4 ini telah selesai saya ikuti maka saya akan menuliskan refleksi saya seperti biasanya dengan model 4F yang dapat diterjemahkan model 4P yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway yaitu:
1. Facts (Peristiwa)
2. Feelings(Perasaan)
3. Findings(Pembelajaran)
4. Future (Penerapan)
Dan marilah kita ikuti satu persatu refleksi saya tentang modul 1.4 budaya positif.
1. Facts(Peristiwa)
Kegiatan pada modul 1.4 dimulai dari tanggal 29 Juli 2024 saya mempelajari materi mulai dari diri. Pada materi ini saya mempelajari materi dan membuat pertanyaan maupun pernyataan tentang kasus atau persoalan yang diberikan dalam LMS. Kemudian pada tanggal 3 sampai dengan 6 Agustus 2024 saya mempelajari materi Eksplorasi Konsep .
Materi pada ekspolrasi konsep ini cukup banyak. Disamping mempelajari materi saya juga harus membuat pernyataan yang ada pada materi tersebut.Materinya tentang disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal ,teori motivasi , hukuman dan penghargaan ,restitusi ,keyakinan kelas,kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas,segitiga restitusi. Pada tanggal 6 sampai dengan 7 Agustus 2024 masuk ruang kolaborasi .
Pada ruang kolaborasi ini saya mempelajari materi dan menjawab pertanyaan yang ada di LMS serta saya memberikan tanggapan pernyataan teman calon guru penggerak lainnya Disini saya dan teman-teman calon guru penggerak lain dibimbing Fasilitaor saya yaitu Bapak Dwi Setyono, S.Pd.Gr dengan didampingi pengajar Pratik Bapak Sulis Manto, M.Pd.I. Dalam diskusi ini calon guru penggerak memahami konsep budaya positif dan saling berdiskusi memberi masukan dan penguatan serta saling menanggapi. Pada tanggal 6 Agustus bersama fasilitator lewat vcon dibagi menjadi 3 kelompok ,saya harus mendiskusikan bersama kelompok tentang 4 kasus yang diberikan .
Saya masuk di kelompok 3 bersama Ibu Yusrika, Ibu Nyimas Fadilla dan saya sendiri ( Feriansyah) Setelah diskusi tentang 4 kasus tersebut kita disuruh menyiapakan presentasi tentang satu kasus yang dipilih. Pada tanggal 7 Agustus saya kembali bersama dengan Fasilitator dan teman guru penggerak lainnya melakukan kegiatan presentasi. Saya kelompok 3 mempresentasikan kasus tentang manajer. Pada saat presentasi calon guru penggerak aktif dalam tanya jawab. Setiap kelompok mempresentasikan dan menanggapi presentasi dari kelompok lain. setelah presentasi tugas kelompok
Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
Diseminasi Budaya Positif Modul 1.4 - di Sekolah.pptxLukmanHakim402204
油
BUDAYA POSITIF
Adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang baik di sekolah yang berpihak pada murid, agar murid bisa berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
a. Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal
b. Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
c. Keyakinan Kelas
d. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
e. Posisi Kontrol
f. Segitiga Restitusi
SEGITIGA RESTITUSI
Adalah suatu proses dialog yang dijalankan oleh guru atau orang tua agar dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggung jawab. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya, agar mereka bisa kembali kepada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Diane Gossen: 2001)
LANGKAH-LANGKAH SEGITIGA RESTITUSI
1. Menstabilkan Identitas
Membuat kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran
Mengubah identitas gagal ke identitas sukses
2. Validasi Tindakan yang Salah
Setiap tindakan/perilaku berupaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu
Guru akan mengubah pandangannya dari pemikiran stimulus respon ke cara berpikir proaktif
Mengenali dan mengakui kebutuhan akan memperbaiki hubungan dengan murid
3. Menanyakan Keyakinan
Murid akan diberi pertanyaan-pertanyaan bermakna untuk memunculkan motivasi secara instrinsik
Murid mampu mengaitkan keyakinannya dengan tindakan yang salah
1. TOPI PUTIH: (Informasi terkait pengalaman selama pembelajaran).
29 September 3 Oktober 2023. Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep Mandiri.
Pada kegiatan ini, saya mempelajari konsep inti Budaya Positif (Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebijakan Universal. Motivasi, Hukuman, dan Penghargaan. Keyakinan Kelas. 5 Kebutuhan Dasar Manusia. 5 Posisi Kontrol. Segitiga Restitusi) secara mandiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di dalamnya.
4 5 Oktober 2023. Eksplorasi Konsep Forum Diskusi.
Pada kegiatan ini, sambil mempelajari konsep ini Budaya Positif, saya berdiskusi bersama fasilitator dan sesama CGP secara daring.
6 Oktober 2023. Ruang Kolaborasi Sesi 1.
Pada kegiatan ini, saya berdiskusi dengan fasilitator dan sesama anggota kelompok CGP secara virtual terkait beberapa simulasi kasus yang diberikan, dan memecahkan kasus tersebut dengan Segitiga Restitusi. Kegiatannya dimulai dari pukul 15.00 17.30 WIB.
7 Oktober 2023. Ruang Kolaborasi Sesi 2.
Pada kegiatan ini, saya bersama anggota kelompok melakukan presentasi kepada kelompok lain terkait beberapa kasus yang terjadi di sekolah dengan penerapan Segitiga Restitusi secara virtual. Kegiatannya dari pukul 13.00 15.30 WIB.
10 11 Oktober 2023. Demonstrasi Kontekstual.
Pada kegiatan ini, saya melakukan praktek penerapan Segitiga Restitusi di sekolah terhadap satu murid dengan dua kasus yang berbeda.
12 Oktober 2023. Elaborasi Pemahaman.
Pada kegiatan ini, saya berdiskusi dan tanya jawab untuk memperdalam konsep-konsep inti Budaya Positif dengan instruktur Niky Noberta, fasilitator, dan sesama CGP.
Trims.
Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdfBrainyChen1
油
Modul ini membahas tentang budaya positif di sekolah. Terdapat beberapa konsep kunci yang dibahas seperti perubahan paradigma belajar, disiplin positif, nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, serta restitusi. Modul ini juga menjelaskan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang positif, aman, dan nyaman agar siswa dapat berpikir dan bertindak secara mandiri dan bertanggung jawab
Materi Pendidikan Guru Penggerak Budaya Positif.pptxEDYSUSENO4
油
file ini materi berisi tentang materi pendidikan guru penggerak angkatan 10 balai besaar guru penggerak sumatra utara, materi ini tentang budaya positif yang akan didimplementasi di sekolah dengan menggunakan restitusi budaya positif yang dimaksud adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid. Hal itu dilakukan agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia, contoh budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman. trimakasih
Desiminasi aksi nyata modul 1.4 cgp angkatan 11.pptxFerydpisces1
油
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN
MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
CGP ANGKATAN 11 KOTA PAGAR ALAM
Assalamualaikum Wr.Wb
Pada kesempatan ini saya akan menulis tentang apa yang sudah saya lakukan pada pendidikan Guru penggerak di materi Modul 1.4 yaitu tentang Budaya Positif.
Jurnal Dwi mingguan ini harus saya tulis untuk menggambarkan refleksi saya setelah mempelajari Modul 1.4 dan ini merupakan tugas setelah berakhirnya modul yang dipelajari sebagai seorang Calon Guru Penggerak. Saya akan menuliskan semua pengalaman saya dan semua yang saya rasakan selama mempelajari modul 1.4 ini dalam artikel ini.
Kegiatan dan pelajaran dalam modul 1.4 ini telah selesai saya ikuti maka saya akan menuliskan refleksi saya seperti biasanya dengan model 4F yang dapat diterjemahkan model 4P yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway yaitu:
1. Facts (Peristiwa)
2. Feelings(Perasaan)
3. Findings(Pembelajaran)
4. Future (Penerapan)
Dan marilah kita ikuti satu persatu refleksi saya tentang modul 1.4 budaya positif.
1. Facts(Peristiwa)
Kegiatan pada modul 1.4 dimulai dari tanggal 29 Juli 2024 saya mempelajari materi mulai dari diri. Pada materi ini saya mempelajari materi dan membuat pertanyaan maupun pernyataan tentang kasus atau persoalan yang diberikan dalam LMS. Kemudian pada tanggal 3 sampai dengan 6 Agustus 2024 saya mempelajari materi Eksplorasi Konsep .
Materi pada ekspolrasi konsep ini cukup banyak. Disamping mempelajari materi saya juga harus membuat pernyataan yang ada pada materi tersebut.Materinya tentang disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal ,teori motivasi , hukuman dan penghargaan ,restitusi ,keyakinan kelas,kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas,segitiga restitusi. Pada tanggal 6 sampai dengan 7 Agustus 2024 masuk ruang kolaborasi .
Pada ruang kolaborasi ini saya mempelajari materi dan menjawab pertanyaan yang ada di LMS serta saya memberikan tanggapan pernyataan teman calon guru penggerak lainnya Disini saya dan teman-teman calon guru penggerak lain dibimbing Fasilitaor saya yaitu Bapak Dwi Setyono, S.Pd.Gr dengan didampingi pengajar Pratik Bapak Sulis Manto, M.Pd.I. Dalam diskusi ini calon guru penggerak memahami konsep budaya positif dan saling berdiskusi memberi masukan dan penguatan serta saling menanggapi. Pada tanggal 6 Agustus bersama fasilitator lewat vcon dibagi menjadi 3 kelompok ,saya harus mendiskusikan bersama kelompok tentang 4 kasus yang diberikan .
Saya masuk di kelompok 3 bersama Ibu Yusrika, Ibu Nyimas Fadilla dan saya sendiri ( Feriansyah) Setelah diskusi tentang 4 kasus tersebut kita disuruh menyiapakan presentasi tentang satu kasus yang dipilih. Pada tanggal 7 Agustus saya kembali bersama dengan Fasilitator dan teman guru penggerak lainnya melakukan kegiatan presentasi. Saya kelompok 3 mempresentasikan kasus tentang manajer. Pada saat presentasi calon guru penggerak aktif dalam tanya jawab. Setiap kelompok mempresentasikan dan menanggapi presentasi dari kelompok lain. setelah presentasi tugas kelompok
Danantara: Pesimis atau Optimis? Podcast Ikatan Alumni Lemhannas RI IKAL Lem...Dadang Solihin
油
Keberadaan Danantara: Pesimis atau Optimis?
Pendekatan terbaik adalah realistis dengan kecenderungan optimis.
Jika Danantara memiliki perencanaan yang matang, dukungan kebijakan yang kuat, dan mampu beradaptasi dengan tantangan yang ada, maka peluang keberhasilannya besar.
Namun, jika implementasinya tidak disertai dengan strategi mitigasi risiko yang baik, maka pesimisme terhadap dampaknya juga cukup beralasan.
Pada akhirnya, kunci suksesnya adalah bagaimana Danantara bisa dikelola secara efektif, inklusif, dan berkelanjutan, sehingga dampak positifnya lebih dominan dibandingkan risikonya.
Jakarta Pasca Ibu Kota Negara - Majalah TelstraDadang Solihin
油
Banyak pertanyaan tentang bagaimana nasib Jakarta setelah tidak menjadi Ibu Kota Negara lagi. Sebagian besar masyarakat berkomentar bahwa Jakarta akan menjadi pusat bisnis. Jakarta diproyeksikan akan menjadi pusat ekonomi nasional pasca pemindahan ibu kota negara. Tentunya hal ini akan membuat Jakarta tetap akan menjadi magnet bagi investor, masyarakat ataupun pemerintah. Kawasan penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi diproyeksikan akan menjadi kawasan aglomerasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup besar.
PPT ini dipresentasikan dalam acara Seminar dan油Knowledge Sharing Kepustakawanan yang diselenggarakan oleh Forum Perpusdokinfo LPNK Ristek. Tanggal 28 November 2017
2. Pembelajaran 2.1: Disiplin Positif dan Nilai-nilai
Kebajikan Universal
a) Perubahan Paradigma:
Kegiatan Pemantik:
Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan Cobalah Buka. Anda adalah
A, tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba Anda
bayangkan bahwa Anda menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam
kepalan tangan Anda. Anda perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga
Anda karena begitu pentingnya untuk kehidupan Anda. Tugas rekan Anda, B,
adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan Anda.
Teman Anda B boleh membujuk, menghardik, mengintimidasi, memarahi,
menggoda, menggelitik, bahkan menawari Anda uang agar Anda bersedia
membuka kepalan tangan Anda.
3. Cobalah lakukan kegiatan Cobalah Buka di atas dengan B secara
bergantian, masing-masing A dan B memiliki waktu 30 detik saja.
Sesudah itu diskusikan kegiatan ini dan coba jawab pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini secara mandiri, dan diskusikan kembali
dengan rekan Anda B. Bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda,
atau sama. Bilamana berbeda, kira-kira mengapa?
1. Apakah Anda atau B membuka kepalan tangan Anda? Mengapa,
apa alasan Anda atau B membuka kepalan tangan Anda?
2. Apakah Anda atau B menutup kepalan tangan Anda? Mengapa,
apa alasan Anda atau B tetap menutup kepalan tangan Anda?
3. Dalam kegiatan ini, sesungguhnya siapa yang memegang kendali
atau kontrol untuk membuka atau menutup kepalan tangan?
4. Kemungkinan jawaban kita terhadap pertanyaan-pertanyaan pertama
dan kedua bervariasi, antara yang bersedia membuka, dan yang tetap
bertahan menutup kepalan tangannya. Pertanyaan ketiga, siapakah
yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan
atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan
tangan rekannya? Jawabannya tentu kita sendiri yang memegang
kontrol atas kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup
kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing,
sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu.
Selanjutnya psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control
Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory,
meluruskan berapa miskonsepsi tentang makna kontrol
5. Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon
kepada pendekatan teori Kontrol?
Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan
bahwa,
..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah
sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara
utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah
bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang
manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan
aspek-aspek tertentu tentang realitas.
7. DISIPLIN
Makna Kata Disiplin Ketika mendengar kata disiplin, apa yang
terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda?
Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata
tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata disiplin juga
sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda,
karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi
hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan bila perlu
tidak digunakan sama sekali. Dalam budaya kita, makna kata disiplin
dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata
disiplin dengan ketidaknyamanan.
8. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa dimana
ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun
disiplin itu bersifat self discipline yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita
dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak
cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri
kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang
merdeka. (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)
Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau
dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang
merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin
yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita
tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk
mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan
dari dalam diri kita sendiri.
Adapun definisi kata merdeka menurut Ki Hajar adalah: mardika iku
jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri
priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan
tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri)
9. Seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung
jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan
tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Dalam hal ini Ki
Hajar menyatakan;
...pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheld itulah selalu
menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang
kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya tidak lain
ialah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta
tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,
Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)
10. Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang
memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan
mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi
intrinsik, bukan ekstrinsik.
11. Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya sehingga tidak perlu rangsangan dari luar, karena
dari dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar.
12. Nilai-nilai Kebajikan Universal
makna disiplin positif yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara
maupun Diane Gossen, di mana kedua pakar pendidikan mengartikan
disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri
agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia di sini
mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut
seseorang. Kita namakan nilai-nilai tersebut sebagai nilainilai
kebajikan (virtues) yang universal.
13. Tujuan Mulia
Dr. William Glasser pada Teori Kontrol (1984), menyatakan bahwa
setiap perbuatan memiliki suatu tujuan, dan selanjutnya Diane
Gossen (1998) mengemukakan bahwa dengan mengaitkan nilai-nilai
kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan
terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat
mencapai tujuan mulia yang diinginkan.
14. Nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan disepakati bersama salah satunya
adalah nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak
Indonesia yang sering kita sebut dengan Profil Pelajar Pancasila
oBeriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak
Mulia.
oMandiri
oBernalar Kritis
oBerkebinekaan Global
oBergotong royong
oKreatif kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.
15. Pembelajaran 2.2: Teori Motivasi, Hukuman
dan Penghargaan
Teori Motivasi
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan
ada 3 motivasi perilaku manusia:
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman Ini adalah tingkat
terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi
perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan
bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya?
Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin
muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun
tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan
tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal
16. 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Satu
tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk
mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan
motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya
melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk
mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan
mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga
melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau
imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal.
17. 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri
sendiri dengan nilainilai yang mereka percaya. Orang dengan motivasi
ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya
melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang
mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka
ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini
tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki
disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan
eksternal.
18. Hukuman dan Penghargaan
Kegiatan Pemantik: Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan: Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada
saat pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di
buku pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva
menjadi gugup, dan tak sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi
gagap pada saat berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang
bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman
Iva menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk
maju ke depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa
menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat
Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya.
Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan
Anda.
1. Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa?
2. Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman atau
konsekuensi? Mengapa?
19. Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada
kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004).
Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk
mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir
tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang penerapan Restitusi, kita
perlu bertanya dahulu, adakah perbedaan antara hukuman dan
konsekuensi? Bila sama, di mana persamaannya? Bila berbeda, bagaimana
perbedaannya? Di bawah ini Anda akan diberikan suatu gambaran
perbedaan antara Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi itu sendiri.
21. Pembelajaran 2.3: Keyakinan Kelas
Pertanyaan Pemantik:
Mengapa Keyakinan Kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja?
Mengapa adanya Keyakinan Kelas penting untuk terbentuknya sebuah budaya positif?
Bagaimana mewujudkan sebuah Keyakinan Kelas yang efektif? Mengapa keyakinan kelas,
mengapa tidak peraturan kelas saja?
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai
kendaraan roda dua/motor? (Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk keselamatan).
Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan
setiap saat? (Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk kesehatan dan/atau
keselamatan).
22. Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
Keyakinan kelas bersifat lebih abstrak daripada peraturan, yang lebih rinci
dan konkrit.
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat
dan dipahami oleh semua warga kelas.
Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan
tersebut.
Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
24. Pembelajaran 2.4: Kebutuhan Dasar Manusia
dan Dunia Berkualitas
Pertanyaan Pemantik:
Ibu Ambar, guru wali kelas kelas 2A di SD Pelita Hati, sedang bingung
menghadapi ulah salah satu murid di kelasnya, Doni. Beberapa anak di kelas
2A telah datang padanya dan mengeluhkan Doni yang seringkali meminta
bekal makan siang mereka dengan paksa.
Jika Anda menghadapi situasi seperti Ibu Ambar, apa yang akan anda
lakukan?
Menurut anda, kirakira apa alasan Doni melakukan hal itu?
25. 5 Kebutuhan Dasar Manusia Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan
tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk
mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita
inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu
kebutuhan dasar kita, yaitu
kebutuhan untuk bertahan hidup (survival),
kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging),
kebebasan (freedom),
kesenangan (fun), dan
penguasaan (power)
Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan
nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya
dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Untuk lebih
jelasnya, mari kita lihat satu persatu kelima kebutuhan dasar ini.
27. Dinda, seorang anak kelas 3 SD, begitu tiba di rumah sepulang dari
sekolah, menangis dan mengadu pada ibunya bahwa dia benci pada
Ibu Rani, gurunya. Menurut Anda, kebutuhan apa yang berusaha
dipenuhi oleh Dinda, jika jawabannya seperti ini? Bila Anda berada
dalam posisi Ibu Rani, dan mendengar informasi dari Ibunya Dinda
tentang perasaan Dinda hari itu, apa yang akan Anda lakukan pada
Dinda besok ketika Dinda masuk sekolah agar kebutuhan Dinda
terpenuhi?
29. Tahun ini Dimas genap berusia 17 tahun. Ia senang sekali ketika
ayahnya mulai mengajarkan cara menyetir mobil. Setiap akhir pekan
ia berlatih menyetir. Ia terlihat senang sekali berlatih sampai akhirnya
ia bisa menyetir mobil dengan baik dan lancar. Ketika Ibunya bertanya
pada Dimas, apa yang membuat dia ingin bisa menyetir mobil, ketika
jawaban Dimas adalah seperti ini, kebutuhan apa yang ingin dia
penuhi?
31. Pembelajaran 2.5: Restitusi - Lima Posisi
Kontrol
Pertanyaan Pemantik:
Bacalah kasus-kasus di bawah ini, dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia:
Tisa dan Hana dipanggil masuk ke ruangan Ibu Dewi, kepala sekolah SMA Makmur. Ibu
Dewi baru saja mendapatkan pengaduan dari ibunda Tisa, bahwa Hana menggunakan
kata-kata kasar, dan merendah-rendahkan Tisa di sosial media.
Anto jarang sekali hadir di pembelajaran jarak jauh, dan pada saat hadir pun, Anto
seringkali menggunakan kata-kata kasar di kolom chat mengejek teman-temannya. Hal
ini sudah sangat mengganggu dan beberapa orang tua murid yang mengikuti
pembelajaran daring mengeluhkan tentang perilaku Anto di pembelajaran jarak jauh.
Bila Anda adalah seorang kepala sekolah, penerapan disiplin apakah yang akan Anda
lakukan untuk kasus Hana dan kasus Anto? Mengapa?
Bahas dengan rekan Anda, dan bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama?
Bila berbeda, utarakan masing-masing pandangan Anda.
32. Lima Posisi Kontrol:
Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline
(1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan
disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif,
apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan
mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr.
William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan
seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol.
33. Penghukum:
Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun
verbal. Orangorang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa
mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat
lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guruguru yang
menerapkan posisi penghukum akan berkata: Patuhi aturan saya,
atau awas! Kamu selalu saja salah! Selalu, pasti selalu yang
terakhir selesai Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu
cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.
34. Pembuat Merasa Bersalah:
pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat
rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang
lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang
keluar dengan lembut akan seperti: Ibu sangat kecewa sekali dengan
kamu Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya? Gimana
coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini? Di posisi ini
murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka,
murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang
disayanginya.
35. Teman:
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap
berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa
negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin
antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik
dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: Ayo
bantulah, demi bapak ya? Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini? Ya
sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan. Hal negatif dari
posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka
murid akan kecewa dan berkata, Saya pikir bapak/Ibu teman saya. Murid
merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin
timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak
untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.
36. Pemantau:
Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung
jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi.Posisi pemantau
berdasarkan pada peraturanperaturan dan konsekuensi. Dengan
menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi
kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau.
Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau: Peraturannya apa? Apa
yang telah kamu lakukan? Sanksi atau konsekuensinya apa? Seorang
pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat
digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan
menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal
dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam
mengontrol murid.
37. Manajer:
Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu
bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan
perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas
permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di
posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-
waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan.
Namun bila kita menginginkan muridmurid kita menjadi manusia yang
merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu
kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi
dirinya sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan
dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada
kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan
murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan
berkata: Apa yang kita yakini? (kembali ke keyakinan kelas)
38. Pembelajaran 2.6: Restitusi - Segitiga Restitusi
Setelah Anda mengetahui tentang apa itu restitusi, tentunya Anda
ingin mengetahui bagaimana cara melakukannya. Diane Gossen
dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001)
telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan
orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk
melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle.
Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip utama
dari Teori Kontrol, yaitu:
40. Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga
restitusi. Langkah-langkah tersebut tidak harus dilakukan satu persatu
secara kaku. Banyak guru yang sudah menggunakannya dalam
berbagai versi menurut gaya mereka masing-masing bahkan tanpa
mengetahui tentang teori restitusi.