Diseminasi Budaya Positif Modul 1.4 - di Sekolah.pptxLukmanHakim402204
油
BUDAYA POSITIF
Adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang baik di sekolah yang berpihak pada murid, agar murid bisa berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
a. Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal
b. Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
c. Keyakinan Kelas
d. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
e. Posisi Kontrol
f. Segitiga Restitusi
SEGITIGA RESTITUSI
Adalah suatu proses dialog yang dijalankan oleh guru atau orang tua agar dapat menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggung jawab. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya, agar mereka bisa kembali kepada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat (Diane Gossen: 2001)
LANGKAH-LANGKAH SEGITIGA RESTITUSI
1. Menstabilkan Identitas
Membuat kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran
Mengubah identitas gagal ke identitas sukses
2. Validasi Tindakan yang Salah
Setiap tindakan/perilaku berupaya memenuhi suatu kebutuhan tertentu
Guru akan mengubah pandangannya dari pemikiran stimulus respon ke cara berpikir proaktif
Mengenali dan mengakui kebutuhan akan memperbaiki hubungan dengan murid
3. Menanyakan Keyakinan
Murid akan diberi pertanyaan-pertanyaan bermakna untuk memunculkan motivasi secara instrinsik
Murid mampu mengaitkan keyakinannya dengan tindakan yang salah
1. TOPI PUTIH: (Informasi terkait pengalaman selama pembelajaran).
29 September 3 Oktober 2023. Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep Mandiri.
Pada kegiatan ini, saya mempelajari konsep inti Budaya Positif (Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebijakan Universal. Motivasi, Hukuman, dan Penghargaan. Keyakinan Kelas. 5 Kebutuhan Dasar Manusia. 5 Posisi Kontrol. Segitiga Restitusi) secara mandiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia di dalamnya.
4 5 Oktober 2023. Eksplorasi Konsep Forum Diskusi.
Pada kegiatan ini, sambil mempelajari konsep ini Budaya Positif, saya berdiskusi bersama fasilitator dan sesama CGP secara daring.
6 Oktober 2023. Ruang Kolaborasi Sesi 1.
Pada kegiatan ini, saya berdiskusi dengan fasilitator dan sesama anggota kelompok CGP secara virtual terkait beberapa simulasi kasus yang diberikan, dan memecahkan kasus tersebut dengan Segitiga Restitusi. Kegiatannya dimulai dari pukul 15.00 17.30 WIB.
7 Oktober 2023. Ruang Kolaborasi Sesi 2.
Pada kegiatan ini, saya bersama anggota kelompok melakukan presentasi kepada kelompok lain terkait beberapa kasus yang terjadi di sekolah dengan penerapan Segitiga Restitusi secara virtual. Kegiatannya dari pukul 13.00 15.30 WIB.
10 11 Oktober 2023. Demonstrasi Kontekstual.
Pada kegiatan ini, saya melakukan praktek penerapan Segitiga Restitusi di sekolah terhadap satu murid dengan dua kasus yang berbeda.
12 Oktober 2023. Elaborasi Pemahaman.
Pada kegiatan ini, saya berdiskusi dan tanya jawab untuk memperdalam konsep-konsep inti Budaya Positif dengan instruktur Niky Noberta, fasilitator, dan sesama CGP.
Trims.
aksi nyata 1.4. Cgp angkatan Wonogiri budaya positifpptxtitikhandayani17
油
aksi nyata 1.4. Cgp angkatan Wonogiri budaya positif.
Melalui kegiatan latihan, peserta didik mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya Mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya berdasarkan jawaban dari pertanyaan Peserta didik mampu menentukan makna kata berimbuhan pe-an -Peserta didik mampu memahami ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas Peserta didik mampu menulis teks eksposisi dengan langkah yang tepatMelalui kegiatan latihan, peserta didik mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya Mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya berdasarkan jawaban dari pertanyaan Peserta didik mampu menentukan makna kata berimbuhan pe-an -Peserta didik mampu memahami ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas Peserta didik mampu menulis teks eksposisi dengan langkah yang tepatMelalui kegiatan latihan, peserta didik mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya Mampu membuat ringkasan teks yang dibacanya berdasarkan jawaban dari pertanyaan Peserta didik mampu menentukan makna kata berimbuhan pe-an -Peserta didik mampu memahami ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas Peserta didik mampu menulis teks eksposisi dengan langkah yang tepat
Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
Materi Pendidikan Guru Penggerak Budaya Positif.pptxEDYSUSENO4
油
file ini materi berisi tentang materi pendidikan guru penggerak angkatan 10 balai besaar guru penggerak sumatra utara, materi ini tentang budaya positif yang akan didimplementasi di sekolah dengan menggunakan restitusi budaya positif yang dimaksud adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid. Hal itu dilakukan agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia, contoh budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman. trimakasih
Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdfBrainyChen1
油
Modul ini membahas tentang budaya positif di sekolah. Terdapat beberapa konsep kunci yang dibahas seperti perubahan paradigma belajar, disiplin positif, nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, serta restitusi. Modul ini juga menjelaskan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang positif, aman, dan nyaman agar siswa dapat berpikir dan bertindak secara mandiri dan bertanggung jawab
Beberapa alasan mengapa tidak cukup hanya dengan peraturan, tetapi perlu ada keyakinan kelas:
1. Peraturan hanya mengatur tindakan fisik, sedangkan keyakinan kelas mengatur sikap dan pola pikir. Dengan adanya keyakinan kelas, murid akan memahami alasan dan manfaat di balik peraturan, sehingga mereka taat bukan hanya karena takut hukuman.
2. Keyakinan kelas membangun komitmen bersama untuk mencapai tuju
Materi Pendidikan Guru Penggerak Budaya Positif.pptxEDYSUSENO4
油
file ini materi berisi tentang materi pendidikan guru penggerak angkatan 10 balai besaar guru penggerak sumatra utara, materi ini tentang budaya positif yang akan didimplementasi di sekolah dengan menggunakan restitusi budaya positif yang dimaksud adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid. Hal itu dilakukan agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Dalam kebanyakan sekolah di Indonesia, contoh budaya sekolah yang sudah berjalan dengan baik adalah budaya senyum, salam, dan sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut masih perlu dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah menjadi lingkungan yang nyaman. trimakasih
Moh. Kusen_142_Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif.pdfBrainyChen1
油
Modul ini membahas tentang budaya positif di sekolah. Terdapat beberapa konsep kunci yang dibahas seperti perubahan paradigma belajar, disiplin positif, nilai-nilai kebajikan universal, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, serta restitusi. Modul ini juga menjelaskan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang positif, aman, dan nyaman agar siswa dapat berpikir dan bertindak secara mandiri dan bertanggung jawab
Jakarta Pasca Ibu Kota Negara - Majalah TelstraDadang Solihin
油
Banyak pertanyaan tentang bagaimana nasib Jakarta setelah tidak menjadi Ibu Kota Negara lagi. Sebagian besar masyarakat berkomentar bahwa Jakarta akan menjadi pusat bisnis. Jakarta diproyeksikan akan menjadi pusat ekonomi nasional pasca pemindahan ibu kota negara. Tentunya hal ini akan membuat Jakarta tetap akan menjadi magnet bagi investor, masyarakat ataupun pemerintah. Kawasan penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi diproyeksikan akan menjadi kawasan aglomerasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup besar.
3. COBALAH BUKA
Cobalah Buka. Anda adalah A , tugas Anda adalah mengepalkan salah
satu tangan Anda. Coba Anda bayangkan bahwa Anda menyimpan
sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda. Anda perlu
menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda karena begitu pentingnya
untuk kehidupan Anda. Tugas B (rekan Anda), adalah mencoba dengan
segala cara untuk membuka kepalan tangan Anda. Teman Anda B boleh
membujuk, menghardik, mengintimidasi, memarahi, menggoda,
menggelitik, bahkan menawari Anda uang agar Anda bersedia membuka
kepalan tangan Anda.
4. Cobalah Buka
Apakah Anda membuka kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda membuka
kepalan tangan Anda?
Apakah Anda menutup kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda tetap
menutup kepalan tangan Anda?
Dalam kegiatan ini, sesungguhnya siapa yang memegang kendali atau kontrol untuk
membuka atau menutup kepalan tangan?
5. Tanggapan Reflektif
Kemungkinan jawaban kita terhadap:
Pertanyaan-pertanyaan pertama dan kedua bervariasi, antara yang bersedia membuka,
dan yang tetap bertahan menutup kepalan tangannya.
Pertanyaan ketiga, siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup
kepalan tangan atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan
tangan rekannya? Jawabannya tentu kita sendiri yang memegang kontrol atas kepalan
tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung
pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu.
6. Teori Kontrol (Dr. William Glasser)
Selanjutnya psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari berkembang dan
dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna kontrol.
Ilusi guru mengontrol murid.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk
tidak melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi
karena murid sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar
yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan
terhadap perilaku yang tidak disukai.
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar
mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka
7. Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka
belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif.
Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini,
karena seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.
Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-
murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan
berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa
perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan
akan terbentuk.
8. Makna Kata Disiplin
ketika mendengar kata disiplin, apa yang terbayang di benak
Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang
akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan
kepatuhan pada peraturan. Kata disiplin juga sering
dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda,
karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan
9. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat.
Sungguhpun disiplin itu bersifat self discipline yaitu kita sendiri yang
mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab
jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain
mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam
suasana yang merdeka.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,
Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)
10. Adapun definisi kata merdeka menurut Ki Hajar adalah:
mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga
kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak
hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat
memerintah diri sendiri)
11. Nilai-nilai Kebajikan
Bapak Ibu calon guru hebat,
Anda telah mengikuti serangkaian pembahasan tentang makna disiplin positif
yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun Diane Gossen, di mana
kedua pakar pendidikan mengartikan disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu
belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia di
sini mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang.
Kita namakan nilai-nilai tersebut sebagai nilai-nilai kebajikan (virtues) yang
universal.
12. Beberapa institusi/organisasi pendidikan di bawah ini telah
memiliki nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan sepakati
bersama. Salah satunya adalah nilai-nilai kebajikan yang ingin
dicapai oleh setiap anak Indonesia yang kita kenal dengan
Profil Pelajar Pancasila, yang sebelumnya telah dibahas di
modul 1.2. Bisa disimpulkan bahwa sebagian
institusi/organisasi saling memiliki nilai-nilai kebajikan yang
sama, karena nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas
bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang.
13. Nilai-nilai Kebajikan
Profil Pelajar Pancasila
Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak
Mulia.
Mandiri
Bernalar Kritis
Berkebinekaan Global
Bergotong royong
Kreatif
14. IBO Primary Years Program (PYP)
Sikap Murid:
Toleransi
Rasa Hormat
Integritas
Mandiri
Menghargai
Antusias
Empati
Keingintahuan
Kreativitas
Kerja sama
Percaya Diri
Komitmen
15. Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage Foundation/IHF)
Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA
Kemandirian dan Tanggung jawab
Kejujuran (Amanah), Diplomatis
Hormat dan Santun
Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong
Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras
Kepemimpinan dan Keadilan
Baik dan Rendah Hati
Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
16. 3 Motivasi Perilaku Manusia
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan
ada 3 motivasi perilaku manusia:
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya
orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau
ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya
tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari
permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka
secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka,
bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat
eksternal.
17. 2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang
lain.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang
berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari
orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang
akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka
melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang
lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam
dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk
mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga
bersifat eksternal.
18. 3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai
diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang
yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan
sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan
mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang
yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini
adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki
disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal,
bukan eksternal.
21. Penghargaan Menghukum
Penghargaan menghukum mereka yang tidak mendapatkan penghargaan.
Misalnya dalam sistem ranking. Mereka yang mendapatkan ranking kedua
akan merasa paling dihukum.
Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena
keduanya mencoba mengendalikan perilaku seseorang.
Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu
lama, penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.
Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak mendapatkannya,
Anda akan merasa dihukum.
22. Motivasi dari Dalam Diri (Intrinsik)
Saat seorang anak belajar untuk pertama kali, menggabungkan huruf-huruf
dan kata-kata, serta menyadari bahwa ia dapat membaca, timbul pijar di
matanya dan sebuah senyuman di wajahnya. Anak tersebut begitu gembira
bahwa ia telah mempelajari dan menguasai suatu keterampilan baru.
Kesadaran akan kemampuannya bahwa dia sudah dapat membaca,
sesungguhnya sudah merupakan sebuah penghargaan.
Jika kita memberikan penghargaan kepada seorang anak pada saat dia
sedang merasa bangga dengan pencapaiannya sendiri, maka kita akan
mengambil kegembiraan yang saat itu sedang dirasakan secara alamiah.
24. Lima posisi kontrol guru
1. Penghukum
2. Pembuat merasa bersalah
3. Teman
4. Pemantau
5. Manager
https://lms33-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=318314
No 5
27. Sisi 1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena
melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena
sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan
tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus
meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
Berbuat salah itu tidak apa-apa.
Tidak ada manusia yang sempurna
Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
Kita bisa menyelesaikan ini.
Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari
permasalahan ini.
Kamu berhak merasa begitu.
Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
28. Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbeh...
Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki
maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan
mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif yang
mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak
yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu
telah memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin
terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan
memvalidasi kebutuhan mereka.
Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?
Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu
Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu
yang penting buatmu.
Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap
yang baru.
29. Sisi 3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses
telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap
untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.
Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau
keluarga.
Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan?
Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?
Kebanyakkan anak akan mengatakan Iya, Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang
seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka menjadi orang seperti itu.
ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru
dapat membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut.