Anemia merupakan kondisi medis yang umum dengan berbagai penyebab. Dokumen ini membahas epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala, diagnosis, klasifikasi, dan pengobatan anemia. Beberapa penyebab utama anemia adalah defisiensi zat besi, vitamin B12, asam folat, perdarahan kronis, dan penyakit inflamasi kronis. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan darah lengkap dan indeks eritrosit, sementara pen
Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah (eritrosit) menurun, sehingga mengakibatkan penurunan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, perdarahan berlebihan, infeksi, dan gangguan produksi sel darah merah. Gejala anemia antara lain pucat, lemah, dan mudah lelah. Penangan
Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin dan sel darah merah. Dokumen ini membahas pengertian, penyebab, manifestasi klinis, dan pemeriksaan diagnostik anemia. Beberapa penyebab anemia adalah kekurangan zat besi, vitamin B12, dan asam folat, serta kehilangan darah berlebihan akibat luka atau penyakit. Gejala anemia meliputi pucat, lemah, nyeri kepala,
Anemia merupakan keadaan dimana jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin rendah dibawah normal. Terdapat beberapa jenis anemia yaitu anemia aplastik, defisiensi besi, megaloblastik, dan hemolitik. Anemia disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, infeksi, obat-obatan, serta gangguan sumsum tulang. Gejala umum anemia adalah lemah, pucat
Dokumen tersebut membahas pendekatan diagnosis anemia pada anak, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap, apusan darah tepi, pengukuran MCV, dan aspirasi sumsum tulang untuk menentukan penyebab anemia.
Deficiency in the oxygen-carrying capacity of the blood due to a diminished erythrocyte mass.
May be due to:
Erythrocyte loss (bleeding)
Decreased Erythrocyte production
low erythropoietin
Decreased marrow response to erythropoietin
Increased Erythrocyte destruction (hemolysis)
Laporan pendahuluan mengenai anemia memberikan pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari kondisi tersebut. Anemia didefinisikan sebagai penurunan sel darah merah atau hemoglobin di bawah nilai normal yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan zat besi, perdarahan, infeksi, dan penyakit kronis.
Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin berada di bawah nilai normal. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, perdarahan, dan penyakit kronis. Gejala anemia antara lain lemah, letih, lesu, dan pucat. Pemeriksaan darah lengkap dan tes lain dapat membantu diagnosis, sementara pengobatan bergantung pada penyebabnya
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, klasifikasi, gejala klinis, temuan laboratorium, dan pengobatan dari tiga jenis utama anemia hemolitik yaitu anemia hemolitik defek imun, defek membran eritrosit seperti sferositosis dan eliptositosis herediter, dan paroksismal nokturnal hemoglobinuria.
Dokumen tersebut membahas tentang anemia gravidarum yang merupakan kondisi penurunan hemoglobin pada ibu hamil yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi janin. Anemia ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B12, infeksi, dan gangguan produksi sel darah merah. Dokumen tersebut juga menjelaskan klasifikasi, patofisiologi, dan jenis-jenis anemia yang dapat terj
1. Teks membahas tentang polisitemia, yaitu kondisi kelebihan produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
2. Terdapat dua jenis polisitemia, yakni primer yang disebabkan kelainan genetik dan sekonder yang diakibatkan faktor lingkungan seperti hipoksia.
3. Patofisiologi polisitemia melibatkan mutasi gen JAK2 yang menyebabkan perbanyakan semua komponen darah tanpa kontrol, meningkatkan resiko
Deficiency in the oxygen-carrying capacity of the blood due to a diminished erythrocyte mass.
May be due to:
Erythrocyte loss (bleeding)
Decreased Erythrocyte production
low erythropoietin
Decreased marrow response to erythropoietin
Increased Erythrocyte destruction (hemolysis)
Laporan pendahuluan mengenai anemia memberikan pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gejala, komplikasi, dan penatalaksanaan medis dari kondisi tersebut. Anemia didefinisikan sebagai penurunan sel darah merah atau hemoglobin di bawah nilai normal yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan zat besi, perdarahan, infeksi, dan penyakit kronis.
Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin berada di bawah nilai normal. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, perdarahan, dan penyakit kronis. Gejala anemia antara lain lemah, letih, lesu, dan pucat. Pemeriksaan darah lengkap dan tes lain dapat membantu diagnosis, sementara pengobatan bergantung pada penyebabnya
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, klasifikasi, gejala klinis, temuan laboratorium, dan pengobatan dari tiga jenis utama anemia hemolitik yaitu anemia hemolitik defek imun, defek membran eritrosit seperti sferositosis dan eliptositosis herediter, dan paroksismal nokturnal hemoglobinuria.
Dokumen tersebut membahas tentang anemia gravidarum yang merupakan kondisi penurunan hemoglobin pada ibu hamil yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi janin. Anemia ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B12, infeksi, dan gangguan produksi sel darah merah. Dokumen tersebut juga menjelaskan klasifikasi, patofisiologi, dan jenis-jenis anemia yang dapat terj
1. Teks membahas tentang polisitemia, yaitu kondisi kelebihan produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
2. Terdapat dua jenis polisitemia, yakni primer yang disebabkan kelainan genetik dan sekonder yang diakibatkan faktor lingkungan seperti hipoksia.
3. Patofisiologi polisitemia melibatkan mutasi gen JAK2 yang menyebabkan perbanyakan semua komponen darah tanpa kontrol, meningkatkan resiko
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
Ìý
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
2. Epidemiologi
â– Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkiakan sekitar 30% penduduk dunia mederita
anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Negara negara sedang berkembang.
â– Prevalensi anemia adalah sekitar8- 44%, dengan prevalensi tertinggi pada laki - laki
usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainya dilaporkan bahwa
prevalensi anemia pada laki - laki adalah 27 -40% dan wanita adalah 16 - 21%.
Sebagai penyebab tersering anemia pada adalah anemia kronik dengan prevalensinya
sekitar 35%, diikuti oleh anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainya yaitu
defisiensi viamin B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma
mielodisplastik.
â– Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan
penyembuhan penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhanya akan semakin lama
(WHO, 2015).
3. Etiologi
â– Anemia merupakan suatu keadaan kronis yang dikarakterisasi dengan penurunan hemoglobin atau sel
darah merah yang berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Selain
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, anemia juga dikarakterisasi dengan penurunan hematokrit
atau hitung eritrosit (red cell count).
â– Anemia bisa terjadi karena:
a) Defisiensi Fe: diakibatkan oleh kegagalan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan zat besi fisiologis.
b) Defisiensi vitamin B12: akibat asupan makanan yang tidak mencukupi, gejala malabsorpsi atau absorpsi
yang menurun dan pemanfaatan yang tidak mencukupi juga dapat menimbulkan anemia.
c) Defisiensi asam folat: ketika produksi asam folat terbatas (Hyperutilization ).
d) Anemia cronic disease (ACD): merupakan respon terhadap rangsangan dari sistem kekebalan
tubuh selular oleh berbagai proses penyakit yang mendasarinya. Hal ini busa terjadi akibat gangguan
fungsi sumsum tulang.
e) Anemia pada geriatri: faktor resiko penyebab anemia adalah ras dan etnik.
f) Anemia akibat gangguan periferal (hemolitik): akibat berkurangnya masa hidup dari RBC (Dipiro et
al., 2008)
4. Patofisiologi
Anemia dapat terjadi karena :
â– Kehilangan darah berlebih ïƒ Terjadi pendarahan karena luka perifer atau karena
penyakit misalnya gastric ulcer dan hemorrhoid.
â– Pendarahan kronis : Pendarahan vagina , Peptic ulcer , Parasit intestinal , Aspirin dan
AINS lain
â– Destruksi berlebihan sel darah merah : Antibodi sel darah merah , Obat-obatan ,
Sequestrasi berlebihan pada limpa
â– Faktor intrakorpuskular: Hereditas, Kelainan sintesis Hb
â– Produksi eritrosit kurang
– Defisiensi nutrien (Fe, B12, asam folat, protein)
– Defisiensi eritroblas : Anemia aplastik , Antagonis asam folat , Eritroblastopenia
terisolasi, antibodi
– Kondisi infiltrasi sumsum tulang : Limfoma, Leukemia , Mielofibrosis ,
Karsinoma
– Abnormalitas endokrin :Hipotiroid, Insufisiensi adrenal, Insufisiensi Pituitary
– Penyakit ginjal kronis
– Penyakit inflamasi kronis : Granulomatous disease, Collagen vascular disease
– Penyakit hati
5. Kriteria Anemia
Kriteria Anemia menurut WHO
â– Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dL
â– Wanita dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dL
â– Wanita hamil Hb < 11 gr/dL
– Menurut WHO, dikatakan anemia bila kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dL selama
kehamilan dan di bawah 10 gr/dL pasca melahirkan.
Populasi Non-
Anemia
Anemia
Ringan
Anemia
Sedang
Anemia
Berat
Anak (usia 6-59 bulan) 110 100-109 70-99 < 70
Anak (usia 5-11 tahun) 115 110-114 80-109 < 80
120 110-119 80-109 < 80
Wanita hamil 110 100-109 70-90 < 70
130 100-129 80-109 < 80
WHO,2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anemia and assessment of severity, pp. 1-6.
6. Gejala Klinis dan Data Klinik
Gejala klinis tergantung penyebab anemia, dan individu
1. Anemia akut: Gejala kardiorespiratori seperti takikardi, kepala terasa ringan, dan
sesak napas.
2. Anemia kronis : Rasa lelah, letih, vertigo, pusing, sensitif terhadap dingin, pucat.
3. Anemia hipokromik Rasa tak enak di lidah, penurunan aliran saliva, pagophagia
(compulsive eating of ice).
4. Anemia megaloblastik : Kulit pucat, ikterus, atropi mukosa gastrik.
(Dipiro, et al., 2008).
7. Pengujian Laboratorium Diagnosis Anemia :
â– Hitung darah lengkap atau Complete blood count (CBC) dengan
menghitung jumlah sel darah merah (hemoglobin, hematokrit, jumlah
retikulosit),
â– Hitung indeks sel darah merah (MCV, MHC, MCHC, RDW).
â– Hitung sel darah putih dan jumlah besi dalam tubuh (RBC, Retikulosit,
hapusan darah periferal, serum feritinin) (Harrison, 2008).
9. â– Megaloblaster ïƒ Vit B12 dan Asam Folat
Kekurangan vitamin B12 dan atau asam folat akan
menyebabkan berkurangnya mitosis sel. Terbentuk sel
eritrosit yang abnormal dan berukuran besar dalam
jumlah yang tidak cukup sehingga terjadi keadaan
anemia (makrositosis). Di samping itu sel eritrosit
berinti yang terdapat dalam sumsum tulang lekas
hancur dalam sumsum tulang sebelum mencapai
bentuk eritrosit matang
â– Ferri Prive (Mikrositik)ïƒ Fe
Gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk
Hb akan mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan
sitoplasma yang kecil (mikrositer) dan kurang
mengandung Hb di dalamnya (hipokrom)
Anemia Gangguan Pembentukan eritrosit
10. Anemia berdasarkan Morfologi
â– Klasifikasi Anemia Menurut morfologi Mikro dan Makro menunjukkan
ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya.
â– Ada tiga klasifikasi besar yaitu :
– Anemia Mikrositik Hipokrom adalah ukuran sel-sel darah merah
kecil mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari
normal ( MCV maupun MCHC kurang ).
– Anemia Makrositik normokrom adalah ukuran sel-sel darah merah
lebih besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal ( MCV
Meningkat, MCHC normal)
– Anemia Normositik Normokrom adalah ukuran dan bentuk sel-sel
darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang normal ( MCV dan MCHC) normal atau rendah .
12. Anemia Mikrositik Hipokromik
â– Anemia mikrositik hipokrom
adalah suatu keadaan
kekurangan besi (Fe) dalam
tubuh yang mengakibatkan
pembentukan eritrosit atau sel
darah merah mengalami
ketidakmatangan (imatur).
â– Sel darah merah yang
terbentuk ukurannya lebih kecil
dari normal dan hemoglobin
dalam sel darah merah
berjumlah sangat sedikit.
13. Anemia Makrositik
â– Makrositik berarti ukuran
eritrositnya besar. Biasanya karena
proses pematangan eritrositnya tidak
sempurna di sumsum tulang. Bila
eritrosit matang, ukurannya semakin
kecil, tapi karena tidak matang,
ukurannya lebih besar.
â– Penyebab: defisiensi asam folat dan
vitamin B12, gangguan hepar,
hormonal atau gangguan sumsum
tulang dalam homopoiesis.
â– Akibat gangguan ini
eritrositmenjadi besar /makrositik
(MCV > 100fl) yang mudah pecah.
â– Contoh: anemia megaloblastik .
14. Anemia Normositik
Normokrom
â– Anemia Normositik Normokrom
merupakan jenis anemia dimana ukuran
dan bentuk sel-sel darah merah normal
serta mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang normal tetapi
individu menderita anemia.
â– Penyebab anemia normokrom normositer
(MCV' didalam batasan normal, 80-100),
antara lain:
– Pasca perdarahan akut
– Anemia aplastic-hipoplastik
– Anemia hemolitik yang didapat
– Akibat penyakit kronis
– Anemia mieloplastik
– Gagal ginjal kronis
– Mielofibrosis
– Sindroma mielodisplastik
– Leukemia akut
16. Indeks Eritrosit
â– Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell
volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah
yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu
dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai normal HMT:
– Anak : 33-38%
– Laki-laki Dewasa : 40-50%
– Perempuan Dewasa : 36-44%
â– Kapasitas ikatan besi total (TIBC), besi serum (serum iron/SI) dan
Ferritin digunakan untuk menentukan cadangan besi dalam tubuh
17. Indeks Eritrosit
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
1. Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL) ïƒ Normal 80-96 fL (femtoliter)
2. Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL) ïƒ Normal 27-33 pg (pikogram)
3. Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit
rata-rata (KHER)
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l) ïƒ Normal 33-36 g/dL
4. Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan
terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan
nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia
hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel
mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100 ïƒ Nilai normal rujukan 11-15%
18. Hitung Retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih terdapat pecahan inti (RNA, organela, dan
mitokondria) yang berbentuk seperti jala ïƒ untuk mengevaluasi sumsum tulang, retikulosit
meningkat menandakan eritropoiesis yang aktif
19. Terapi Anemia
Tujuan Terapi Anemia :
â– Mengurangi gejala yang dialami pasien dan meningkatkan produktivitas
serta kualitas hidup
â– Memperbaiki etiologi yang menjadi dasar terjadinya anemia
(mengembalikan substrat yang dibutuhkan dalam produksi eritrosit)
â– Mencegah kekambuhan anemia
â– Mencegah kematian (pada pendarahan hebat)
20. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi untuk membantu penyembuhan,
yaitu dengan cara sebagai berikut:
a) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
seperti sayuran, daging, ikan dan unggas.
b) Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang
mengandung vitamin B12 dan asam folat sebagai terapi
profilaksis maupun memperbaiki defisiensi vitamin
B12 ataupun asam folat.
c) Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan
transfusi sel darah merah (Wells et al., 2006).
22. Terapi Farmakologis
Vitamin B12
Terapi Farmakologi defisiensi Vitamin B12
â– Vitamin B12 (1-2 mg)
â– Injeksi Cyanocobalamin 1000 mcg tiap hari
selama 1 minggu, kemudian seminggu sekali
selama satu bulan, dilanjutkan sebulan sekali
(IM 1000 mcg/hari)
â– Nasal spay 1 kali seminggu
24. Suplemen zat besi
â– Dalam bentuk Fe (2+) Sulfat, laktat, fumarat,
Suksinat, Glisin, glutamat dan glukonat ïƒ lebih
mudah diabsorpsi di duodenum
â– Kombinasi dengan vitamin C ïƒ >> absorpsi
â– Dosis : 200 mg terbagi 2-3x sehari
â– Digunakan satu jam sebelum makan ïƒ hindari
interaksi dengan makanan
Terapi Farmakologis
Besi (Fe)
25. Digunakan untuk pasien yang mengalami
malabsorpsi atau intoleransi sediaan sulemen besi
oral
Sediaan : besi dextran, Na Ferric Gluconate, iron
sucrose
26. Anemia Inflamasi
â– Anemia inflamasi atau anemia chronic disease adalah anemia hipoproliferatif yang
berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi, kerusakan jaringan dan kondisi
yang terkait dengan pelepasan sitokinin pro inflamasi
27. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis untuk anemia inflamasi :
â– Transfusi darah
â– Erythropoesis-stimulating agents (ESAa)
– Epoetin alfa : 50-100 units/ kg (3 x 1 minggu)
– Darbepoetin alfa : 0,45 mcd/kg (1 x 1 minggu)
28. Anemia Hemolitik
â– Anemia yang terjai karena proses haemolisis ,
â– Terjadi pemecahan eritrosit sebelum waktunya (normal 100-120 hari)
â– Etiologi : Defisiensi enzim Glukosa -6 -phosphat dehidogenase (G6PD)
yang bekerja pada jalur fosfat pentosa metabolisme karbohidrat
â– Tanda klinis :
– Palor
– Urine berwarna gelap
– Demam
– Kelemahan
– Kebingungan
– Intoleransi aktifitas fisik
29. Terapi Anemia Haemolitik
â– Hindari paparan zat oksidan yang
mencetuskan hemolisis ïƒ ditanyakan
pada pasien pada anamnesis
â– Pada haemolisis berat diperlukan transfusi
darah
30. Anemia Berhubungan dengan Usia
Geriatri
â– Fungsi fisiologis menurun
â– Penyakit kronis
â– Defisiensi faktor instrinsik
â– Disregulasi sitokin proinflamasi (IL-
6) -> inhibisi produksi EPO dan
interaksi denganmreseptor
Pediatri
â– Kekurangan Hb saat lahir
â– Darah abnormal
â– Penurunan produksi EPO
â– Kelahiran premature
â– Kehilangan darah
â– Hemolisis
Etiologi
31. Terapi Farmakologi pada Pediatri
â– Transfusi darah pada bayi prematur
â– Ferous sulfat (umur 9-12 bulan) ïƒ Dosis : 3mg/kg (2x 1 hari)
selama 4 minggu
â– Asam folat ïƒ Dosis : 1-3 mg (setiap hari)
32. SOAL KASUS
â– Studi Kasus Walter (71 tahun) datang ke rumah sakit mengeluhkan
fatigue (kelelahan yang amat sangat), khususnya seminggu terakhir. Lima
tahun yang lalu, Walter mengalami defekasi dengan feces berwarna hitam
dan gelap. Kelainan ini berlangsung cukup lama. Menurut dokter di klinik
dekat rumahnya, ia mengalami anemia yang parah dan direkomendasikan
untuk menjalani transfusi darah di rumah sakit. Walter biasa
mengonsumsi ibuprofen, 600mg 3-4 kali per hari untuk mengobati
arthritis pada lututnya karena sudah tua. Dia mengalami nausea dan
pusing. Tujuh tahun yang lalu ia pernah mengalami pendarahan di saluran
cerna tetapi tidak dilakukan diagnosis.
33. Hasil Laboratorium
â– Pertanyaan :
– Anemia apa yang dialami
pasien dan faktor resiko apa
yang memicunya
– Rekomendasi penanganan
yang tepat yang akan
disampaikan pada dokter
â– Lakukan analisis SOAP
Parameter darah Nilai
Hb 7,2 g/dL
Hct 25%
RBC 3,77 x
106/mm3
MCV 66,2 mcg3
MCH 19 pg
MCHC 28,7 g/dL
RDW 20,90 %
Ferritin 5 ng/ml
Vit B12 680 pg/ml
Asam folat 8,2 mg/ml
34. Penentuan Diagnosis
Keluhan
â– Lelah yang amat sangat
â– Melena
â– Mual
â– Pusing
â– Pendarahan saluran cerna
Hasil pemeriksaan
â– Hasil pemeriksaan dibawah
normal untuk :
– Hb
– Hct
– Fe
35. Penatalaksanaan dan Pemantauan
Penatalaksanaan
â– Menghilangkan gejala tidak nyaman dan meningkatkan kualitas hidup
– Transfusi darah
– Fe sulfat 325 mg 3x/hari
â– Memperbaiki etiologi yang menjadi dasar terjadinya anemia
– Esomeprazol 40 mg i.v/hari
â– Mencegah pendarahan yang dapat memicu kematian
Pemantauan
Monitoring parameter darah lengkap dan fungsi hati
36. Studi Kasus Hipertensi
â– Tn. RE (51 th, 165 cm, 80 kg), seorang pejabat daerah, sedang menjalani medical
check up rutin. Ia perokok aktif (6 batang/hari) namun tidak mengkonsumsi
alkohol. Tn. RE cukup sibuk berkeliling daerah sehingga sulit menemukan waktu
untuk berolahraga. Ayah Tn. RE telah meninggal akibat menderita serangan
jantung.
â– Data medis:
â– Petanda vital : Tekanan Darah 155/100; Nadi 80x/menit; Respirasi
22x/menit; Suhu 36.5o C
â– Pemeriksaan lab: Gula darah puasa 80 mg/dL, Gula darah 2 jam PP 130 mg/dL,
LDL 180 mg/dL, HDL 40 mg/dL, trigliserida 220 mg/dL.
â– Pemeriksaan penunjang lain : tidak ada
37. Analisis Kondisi pasien
â– Analisislah kondisi pasien berdasarkan keluhan & data penunjang pada
pasien!
â– TD tinggi = hipertensi stage I
â– GDP & Glukosa 2 jam PP normal
â– LDL tinggi, HDL rendah, TG tinggi = dislipidemia ïƒ risiko
kardiovaskular
â– BMI = 29,38 ïƒ overweight
â– Risk factor : perokok aktif, inaktivitas fisik, riwayat problem jantung di
keluarga
38. Goal therapy dan Penatalaksanaan
Apa goal of therapy kondisi hipertensi yang perlu dicapai dari pasien?
â– Menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ akibat hipertensi
â– Target spesifik : TD < 140/90
Penatalaksanaan
â– Terkait kondisi hipertensi pada pasien, apakah obat, bentuk sediaan, regimen, dan durasi
terapi yang dapat direkomendasikan untuk menangani keluhan pasien?
â– Contoh (Seluruhnya dalam bentuk tablet per oral):
â– Hidroklorotiazid 1x 12,5 mg atau
â– Captopril 2x 25 mg atau
â– Candesartan 1x 8 mg atau
â– Amlodipin 1x 5 mg
â– Kombinasi bukanlah pilihan pada pasien ini mengingat masih stage I hypertension
Pemantauan
â– Terapi diberikan selama 2 minggu sebelum pengukuran ulang TD dan asesmen efek sampng