ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
FARMAKOTERAP
I ANEMIA
Epidemiologi
â–  Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkiakan sekitar 30% penduduk dunia mederita
anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Negara negara sedang berkembang.
â–  Prevalensi anemia adalah sekitar8- 44%, dengan prevalensi tertinggi pada laki - laki
usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainya dilaporkan bahwa
prevalensi anemia pada laki - laki adalah 27 -40% dan wanita adalah 16 - 21%.
Sebagai penyebab tersering anemia pada adalah anemia kronik dengan prevalensinya
sekitar 35%, diikuti oleh anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainya yaitu
defisiensi viamin B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma
mielodisplastik.
â–  Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan
penyembuhan penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhanya akan semakin lama
(WHO, 2015).
Etiologi
â–  Anemia merupakan suatu keadaan kronis yang dikarakterisasi dengan penurunan hemoglobin atau sel
darah merah yang berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Selain
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, anemia juga dikarakterisasi dengan penurunan hematokrit
atau hitung eritrosit (red cell count).
â–  Anemia bisa terjadi karena:
a) Defisiensi Fe: diakibatkan oleh kegagalan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan zat besi fisiologis.
b) Defisiensi vitamin B12: akibat asupan makanan yang tidak mencukupi, gejala malabsorpsi atau absorpsi
yang menurun dan pemanfaatan yang tidak mencukupi juga dapat menimbulkan anemia.
c) Defisiensi asam folat: ketika produksi asam folat terbatas (Hyperutilization ).
d) Anemia cronic disease (ACD): merupakan respon terhadap rangsangan dari sistem kekebalan
tubuh selular oleh berbagai proses penyakit yang mendasarinya. Hal ini busa terjadi akibat gangguan
fungsi sumsum tulang.
e) Anemia pada geriatri: faktor resiko penyebab anemia adalah ras dan etnik.
f) Anemia akibat gangguan periferal (hemolitik): akibat berkurangnya masa hidup dari RBC (Dipiro et
al., 2008)
Patofisiologi
Anemia dapat terjadi karena :
■ Kehilangan darah berlebih  Terjadi pendarahan karena luka perifer atau karena
penyakit misalnya gastric ulcer dan hemorrhoid.
â–  Pendarahan kronis : Pendarahan vagina , Peptic ulcer , Parasit intestinal , Aspirin dan
AINS lain
â–  Destruksi berlebihan sel darah merah : Antibodi sel darah merah , Obat-obatan ,
Sequestrasi berlebihan pada limpa
â–  Faktor intrakorpuskular: Hereditas, Kelainan sintesis Hb
â–  Produksi eritrosit kurang
– Defisiensi nutrien (Fe, B12, asam folat, protein)
– Defisiensi eritroblas : Anemia aplastik , Antagonis asam folat , Eritroblastopenia
terisolasi, antibodi
– Kondisi infiltrasi sumsum tulang : Limfoma, Leukemia , Mielofibrosis ,
Karsinoma
– Abnormalitas endokrin :Hipotiroid, Insufisiensi adrenal, Insufisiensi Pituitary
– Penyakit ginjal kronis
– Penyakit inflamasi kronis : Granulomatous disease, Collagen vascular disease
– Penyakit hati
Kriteria Anemia
Kriteria Anemia menurut WHO
â–  Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dL
â–  Wanita dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dL
â–  Wanita hamil Hb < 11 gr/dL
– Menurut WHO, dikatakan anemia bila kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dL selama
kehamilan dan di bawah 10 gr/dL pasca melahirkan.
Populasi Non-
Anemia
Anemia
Ringan
Anemia
Sedang
Anemia
Berat
Anak (usia 6-59 bulan) 110 100-109 70-99 < 70
Anak (usia 5-11 tahun) 115 110-114 80-109 < 80
120 110-119 80-109 < 80
Wanita hamil 110 100-109 70-90 < 70
130 100-129 80-109 < 80
WHO,2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anemia and assessment of severity, pp. 1-6.
Gejala Klinis dan Data Klinik
Gejala klinis tergantung penyebab anemia, dan individu
1. Anemia akut: Gejala kardiorespiratori seperti takikardi, kepala terasa ringan, dan
sesak napas.
2. Anemia kronis : Rasa lelah, letih, vertigo, pusing, sensitif terhadap dingin, pucat.
3. Anemia hipokromik Rasa tak enak di lidah, penurunan aliran saliva, pagophagia
(compulsive eating of ice).
4. Anemia megaloblastik : Kulit pucat, ikterus, atropi mukosa gastrik.
(Dipiro, et al., 2008).
Pengujian Laboratorium Diagnosis Anemia :
â–  Hitung darah lengkap atau Complete blood count (CBC) dengan
menghitung jumlah sel darah merah (hemoglobin, hematokrit, jumlah
retikulosit),
â–  Hitung indeks sel darah merah (MCV, MHC, MCHC, RDW).
â–  Hitung sel darah putih dan jumlah besi dalam tubuh (RBC, Retikulosit,
hapusan darah periferal, serum feritinin) (Harrison, 2008).
Klasifikasi Anemia
Anemia
Morfologi
Makrositik
Mikrositik/Hipokromik
Normokromik/Normokromik
Etiologi
Megaloblastik
Anemia Defisiensi Besi
Inflamasi
Hemolitik
Lainnya
Usia
Perdarahan
■ Megaloblaster  Vit B12 dan Asam Folat
Kekurangan vitamin B12 dan atau asam folat akan
menyebabkan berkurangnya mitosis sel. Terbentuk sel
eritrosit yang abnormal dan berukuran besar dalam
jumlah yang tidak cukup sehingga terjadi keadaan
anemia (makrositosis). Di samping itu sel eritrosit
berinti yang terdapat dalam sumsum tulang lekas
hancur dalam sumsum tulang sebelum mencapai
bentuk eritrosit matang
■ Ferri Prive (Mikrositik) Fe
Gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk
Hb akan mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan
sitoplasma yang kecil (mikrositer) dan kurang
mengandung Hb di dalamnya (hipokrom)
Anemia Gangguan Pembentukan eritrosit
Anemia berdasarkan Morfologi
â–  Klasifikasi Anemia Menurut morfologi Mikro dan Makro menunjukkan
ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya.
â–  Ada tiga klasifikasi besar yaitu :
– Anemia Mikrositik Hipokrom adalah ukuran sel-sel darah merah
kecil mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari
normal ( MCV maupun MCHC kurang ).
– Anemia Makrositik normokrom adalah ukuran sel-sel darah merah
lebih besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal ( MCV
Meningkat, MCHC normal)
– Anemia Normositik Normokrom adalah ukuran dan bentuk sel-sel
darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang normal ( MCV dan MCHC) normal atau rendah .
Algoritma Diagnosis Anemia
Anemia Mikrositik Hipokromik
â–  Anemia mikrositik hipokrom
adalah suatu keadaan
kekurangan besi (Fe) dalam
tubuh yang mengakibatkan
pembentukan eritrosit atau sel
darah merah mengalami
ketidakmatangan (imatur).
â–  Sel darah merah yang
terbentuk ukurannya lebih kecil
dari normal dan hemoglobin
dalam sel darah merah
berjumlah sangat sedikit.
Anemia Makrositik
â–  Makrositik berarti ukuran
eritrositnya besar. Biasanya karena
proses pematangan eritrositnya tidak
sempurna di sumsum tulang. Bila
eritrosit matang, ukurannya semakin
kecil, tapi karena tidak matang,
ukurannya lebih besar.
â–  Penyebab: defisiensi asam folat dan
vitamin B12, gangguan hepar,
hormonal atau gangguan sumsum
tulang dalam homopoiesis.
â–  Akibat gangguan ini
eritrositmenjadi besar /makrositik
(MCV > 100fl) yang mudah pecah.
â–  Contoh: anemia megaloblastik .
Anemia Normositik
Normokrom
â–  Anemia Normositik Normokrom
merupakan jenis anemia dimana ukuran
dan bentuk sel-sel darah merah normal
serta mengandung hemoglobin
dalam jumlah yang normal tetapi
individu menderita anemia.
â–  Penyebab anemia normokrom normositer
(MCV' didalam batasan normal, 80-100),
antara lain:
– Pasca perdarahan akut
– Anemia aplastic-hipoplastik
– Anemia hemolitik yang didapat
– Akibat penyakit kronis
– Anemia mieloplastik
– Gagal ginjal kronis
– Mielofibrosis
– Sindroma mielodisplastik
– Leukemia akut
Nilai Normal Indeks Darah
Indeks Eritrosit
â–  Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell
volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah
yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu
dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai normal HMT:
– Anak : 33-38%
– Laki-laki Dewasa : 40-50%
– Perempuan Dewasa : 36-44%
â–  Kapasitas ikatan besi total (TIBC), besi serum (serum iron/SI) dan
Ferritin digunakan untuk menentukan cadangan besi dalam tubuh
Indeks Eritrosit
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
1. Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)  Normal 80-96 fL (femtoliter)
2. Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL) Normal 27-33 pg (pikogram)
3. Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit
rata-rata (KHER)
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)  Normal 33-36 g/dL
4. Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan
terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan
nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia
hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel
mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100  Nilai normal rujukan 11-15%
Hitung Retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah yang masih terdapat pecahan inti (RNA, organela, dan
mitokondria) yang berbentuk seperti jala  untuk mengevaluasi sumsum tulang, retikulosit
meningkat menandakan eritropoiesis yang aktif
Terapi Anemia
Tujuan Terapi Anemia :
â–  Mengurangi gejala yang dialami pasien dan meningkatkan produktivitas
serta kualitas hidup
â–  Memperbaiki etiologi yang menjadi dasar terjadinya anemia
(mengembalikan substrat yang dibutuhkan dalam produksi eritrosit)
â–  Mencegah kekambuhan anemia
â–  Mencegah kematian (pada pendarahan hebat)
Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi untuk membantu penyembuhan,
yaitu dengan cara sebagai berikut:
a) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
seperti sayuran, daging, ikan dan unggas.
b) Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang
mengandung vitamin B12 dan asam folat sebagai terapi
profilaksis maupun memperbaiki defisiensi vitamin
B12 ataupun asam folat.
c) Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan
transfusi sel darah merah (Wells et al., 2006).
Sumber Makanan yang
mengandung Vitamin B12
Terapi Farmakologis
Vitamin B12
Terapi Farmakologi defisiensi Vitamin B12
â–  Vitamin B12 (1-2 mg)
â–  Injeksi Cyanocobalamin 1000 mcg tiap hari
selama 1 minggu, kemudian seminggu sekali
selama satu bulan, dilanjutkan sebulan sekali
(IM 1000 mcg/hari)
â–  Nasal spay 1 kali seminggu
Makanan sumber asam
folat :
Terapi Farmakologis
Asam Folat
Suplemen zat besi
â–  Dalam bentuk Fe (2+) Sulfat, laktat, fumarat,
Suksinat, Glisin, glutamat dan glukonat  lebih
mudah diabsorpsi di duodenum
■ Kombinasi dengan vitamin C  >> absorpsi
â–  Dosis : 200 mg terbagi 2-3x sehari
■ Digunakan satu jam sebelum makan  hindari
interaksi dengan makanan
Terapi Farmakologis
Besi (Fe)
Digunakan untuk pasien yang mengalami
malabsorpsi atau intoleransi sediaan sulemen besi
oral
Sediaan : besi dextran, Na Ferric Gluconate, iron
sucrose
Anemia Inflamasi
â–  Anemia inflamasi atau anemia chronic disease adalah anemia hipoproliferatif yang
berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi, kerusakan jaringan dan kondisi
yang terkait dengan pelepasan sitokinin pro inflamasi
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis untuk anemia inflamasi :
â–  Transfusi darah
â–  Erythropoesis-stimulating agents (ESAa)
– Epoetin alfa : 50-100 units/ kg (3 x 1 minggu)
– Darbepoetin alfa : 0,45 mcd/kg (1 x 1 minggu)
Anemia Hemolitik
â–  Anemia yang terjai karena proses haemolisis ,
â–  Terjadi pemecahan eritrosit sebelum waktunya (normal 100-120 hari)
â–  Etiologi : Defisiensi enzim Glukosa -6 -phosphat dehidogenase (G6PD)
yang bekerja pada jalur fosfat pentosa metabolisme karbohidrat
â–  Tanda klinis :
– Palor
– Urine berwarna gelap
– Demam
– Kelemahan
– Kebingungan
– Intoleransi aktifitas fisik
Terapi Anemia Haemolitik
â–  Hindari paparan zat oksidan yang
mencetuskan hemolisis  ditanyakan
pada pasien pada anamnesis
â–  Pada haemolisis berat diperlukan transfusi
darah
Anemia Berhubungan dengan Usia
Geriatri
â–  Fungsi fisiologis menurun
â–  Penyakit kronis
â–  Defisiensi faktor instrinsik
â–  Disregulasi sitokin proinflamasi (IL-
6) -> inhibisi produksi EPO dan
interaksi denganmreseptor
Pediatri
â–  Kekurangan Hb saat lahir
â–  Darah abnormal
â–  Penurunan produksi EPO
â–  Kelahiran premature
â–  Kehilangan darah
â–  Hemolisis
Etiologi
Terapi Farmakologi pada Pediatri
â–  Transfusi darah pada bayi prematur
■ Ferous sulfat (umur 9-12 bulan)  Dosis : 3mg/kg (2x 1 hari)
selama 4 minggu
■ Asam folat  Dosis : 1-3 mg (setiap hari)
SOAL KASUS
â–  Studi Kasus Walter (71 tahun) datang ke rumah sakit mengeluhkan
fatigue (kelelahan yang amat sangat), khususnya seminggu terakhir. Lima
tahun yang lalu, Walter mengalami defekasi dengan feces berwarna hitam
dan gelap. Kelainan ini berlangsung cukup lama. Menurut dokter di klinik
dekat rumahnya, ia mengalami anemia yang parah dan direkomendasikan
untuk menjalani transfusi darah di rumah sakit. Walter biasa
mengonsumsi ibuprofen, 600mg 3-4 kali per hari untuk mengobati
arthritis pada lututnya karena sudah tua. Dia mengalami nausea dan
pusing. Tujuh tahun yang lalu ia pernah mengalami pendarahan di saluran
cerna tetapi tidak dilakukan diagnosis.
Hasil Laboratorium
â–  Pertanyaan :
– Anemia apa yang dialami
pasien dan faktor resiko apa
yang memicunya
– Rekomendasi penanganan
yang tepat yang akan
disampaikan pada dokter
â–  Lakukan analisis SOAP
Parameter darah Nilai
Hb 7,2 g/dL
Hct 25%
RBC 3,77 x
106/mm3
MCV 66,2 mcg3
MCH 19 pg
MCHC 28,7 g/dL
RDW 20,90 %
Ferritin 5 ng/ml
Vit B12 680 pg/ml
Asam folat 8,2 mg/ml
Penentuan Diagnosis
Keluhan
â–  Lelah yang amat sangat
â–  Melena
â–  Mual
â–  Pusing
â–  Pendarahan saluran cerna
Hasil pemeriksaan
â–  Hasil pemeriksaan dibawah
normal untuk :
– Hb
– Hct
– Fe
Penatalaksanaan dan Pemantauan
Penatalaksanaan
â–  Menghilangkan gejala tidak nyaman dan meningkatkan kualitas hidup
– Transfusi darah
– Fe sulfat 325 mg 3x/hari
â–  Memperbaiki etiologi yang menjadi dasar terjadinya anemia
– Esomeprazol 40 mg i.v/hari
â–  Mencegah pendarahan yang dapat memicu kematian
Pemantauan
Monitoring parameter darah lengkap dan fungsi hati
Studi Kasus Hipertensi
â–  Tn. RE (51 th, 165 cm, 80 kg), seorang pejabat daerah, sedang menjalani medical
check up rutin. Ia perokok aktif (6 batang/hari) namun tidak mengkonsumsi
alkohol. Tn. RE cukup sibuk berkeliling daerah sehingga sulit menemukan waktu
untuk berolahraga. Ayah Tn. RE telah meninggal akibat menderita serangan
jantung.
â–  Data medis:
â–  Petanda vital : Tekanan Darah 155/100; Nadi 80x/menit; Respirasi
22x/menit; Suhu 36.5o C
â–  Pemeriksaan lab: Gula darah puasa 80 mg/dL, Gula darah 2 jam PP 130 mg/dL,
LDL 180 mg/dL, HDL 40 mg/dL, trigliserida 220 mg/dL.
â–  Pemeriksaan penunjang lain : tidak ada
Analisis Kondisi pasien
â–  Analisislah kondisi pasien berdasarkan keluhan & data penunjang pada
pasien!
â–  TD tinggi = hipertensi stage I
â–  GDP & Glukosa 2 jam PP normal
■ LDL tinggi, HDL rendah, TG tinggi = dislipidemia  risiko
kardiovaskular
■ BMI = 29,38  overweight
â–  Risk factor : perokok aktif, inaktivitas fisik, riwayat problem jantung di
keluarga
Goal therapy dan Penatalaksanaan
Apa goal of therapy kondisi hipertensi yang perlu dicapai dari pasien?
â–  Menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ akibat hipertensi
â–  Target spesifik : TD < 140/90
Penatalaksanaan
â–  Terkait kondisi hipertensi pada pasien, apakah obat, bentuk sediaan, regimen, dan durasi
terapi yang dapat direkomendasikan untuk menangani keluhan pasien?
â–  Contoh (Seluruhnya dalam bentuk tablet per oral):
â–  Hidroklorotiazid 1x 12,5 mg atau
â–  Captopril 2x 25 mg atau
â–  Candesartan 1x 8 mg atau
â–  Amlodipin 1x 5 mg
â–  Kombinasi bukanlah pilihan pada pasien ini mengingat masih stage I hypertension
Pemantauan
â–  Terapi diberikan selama 2 minggu sebelum pengukuran ulang TD dan asesmen efek sampng
â–  Terimakasih..

More Related Content

Similar to Pert 10. Farmakoterapiiiiiiii Anemia.ppt (20)

PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Tidak-Menular-Pertemuan-10.pptx
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Tidak-Menular-Pertemuan-10.pptxPPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Tidak-Menular-Pertemuan-10.pptx
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Tidak-Menular-Pertemuan-10.pptx
amallia7
Ìý
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
Khairuddinkhairu
Ìý
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahSistem peredaran darah
Sistem peredaran darah
Rovina Elisabeth
Ìý
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
KaryoIIKNU
Ìý
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptxkasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
PutriAzzahra47
Ìý
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
heri damanik
Ìý
Workup of Anemia in the Adult Population
Workup of Anemia in the Adult PopulationWorkup of Anemia in the Adult Population
Workup of Anemia in the Adult Population
danialhabri
Ìý
Anemia hemolitik
Anemia hemolitikAnemia hemolitik
Anemia hemolitik
Gabriella Jermia
Ìý
Askep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarumAskep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarum
Operator Warnet Vast Raha
Ìý
Asuhan Keperawatan Polisitemia
Asuhan Keperawatan PolisitemiaAsuhan Keperawatan Polisitemia
Asuhan Keperawatan Polisitemia
Sinta Sari
Ìý
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
fikri asyura
Ìý
Hematologi
HematologiHematologi
Hematologi
Hendra Rahman
Ìý
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
andalizah
Ìý
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
pjj_kemenkes
Ìý
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
pjj_kemenkes
Ìý
293374366-Gangguan-Sistem-Hematologi.pptx
293374366-Gangguan-Sistem-Hematologi.pptx293374366-Gangguan-Sistem-Hematologi.pptx
293374366-Gangguan-Sistem-Hematologi.pptx
monicatrifitriana
Ìý
pendekatan diagnosis klinis terhadap pasien anemia
pendekatan diagnosis klinis terhadap pasien anemiapendekatan diagnosis klinis terhadap pasien anemia
pendekatan diagnosis klinis terhadap pasien anemia
kliniklapaselang
Ìý
Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt
Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.pptKelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt
Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt
Rhadevka
Ìý
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
Eddi Ross
Ìý
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Tidak-Menular-Pertemuan-10.pptx
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Tidak-Menular-Pertemuan-10.pptxPPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Tidak-Menular-Pertemuan-10.pptx
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Tidak-Menular-Pertemuan-10.pptx
amallia7
Ìý
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA_RUANG_NAKULA.docx
Khairuddinkhairu
Ìý
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahSistem peredaran darah
Sistem peredaran darah
Rovina Elisabeth
Ìý
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
KaryoIIKNU
Ìý
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptxkasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
PutriAzzahra47
Ìý
Workup of Anemia in the Adult Population
Workup of Anemia in the Adult PopulationWorkup of Anemia in the Adult Population
Workup of Anemia in the Adult Population
danialhabri
Ìý
Asuhan Keperawatan Polisitemia
Asuhan Keperawatan PolisitemiaAsuhan Keperawatan Polisitemia
Asuhan Keperawatan Polisitemia
Sinta Sari
Ìý
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
andalizah
Ìý
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
pjj_kemenkes
Ìý
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
pjj_kemenkes
Ìý
293374366-Gangguan-Sistem-Hematologi.pptx
293374366-Gangguan-Sistem-Hematologi.pptx293374366-Gangguan-Sistem-Hematologi.pptx
293374366-Gangguan-Sistem-Hematologi.pptx
monicatrifitriana
Ìý
pendekatan diagnosis klinis terhadap pasien anemia
pendekatan diagnosis klinis terhadap pasien anemiapendekatan diagnosis klinis terhadap pasien anemia
pendekatan diagnosis klinis terhadap pasien anemia
kliniklapaselang
Ìý
Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt
Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.pptKelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt
Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt
Rhadevka
Ìý
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
Eddi Ross
Ìý

Recently uploaded (20)

Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Ìý
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
Ìý
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptxLaporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
idman3
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Ìý
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Ìý
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
Ìý
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Ìý
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
Ìý
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Ìý
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Ìý
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan KedokteranBeban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
ElizabethFang1
Ìý
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Ìý
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Ìý
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Ìý
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
Ìý
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Ìý
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remajakenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
annazzakariaarifin
Ìý
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
Ìý
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
Ìý
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptxLaporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
idman3
Ìý
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Ìý
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Ìý
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
Ìý
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Ìý
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
Ìý
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
Ìý
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Ìý
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan KedokteranBeban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
Beban Tugas dan Tanggung Jawa Peserta Didik Pendidikan Kedokteran
ElizabethFang1
Ìý
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
Ìý
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Ìý
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Ìý
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
Ìý
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Ìý
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remajakenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
annazzakariaarifin
Ìý
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Ìý

Pert 10. Farmakoterapiiiiiiii Anemia.ppt

  • 2. Epidemiologi â–  Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkiakan sekitar 30% penduduk dunia mederita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Negara negara sedang berkembang. â–  Prevalensi anemia adalah sekitar8- 44%, dengan prevalensi tertinggi pada laki - laki usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada laki - laki adalah 27 -40% dan wanita adalah 16 - 21%. Sebagai penyebab tersering anemia pada adalah anemia kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainya yaitu defisiensi viamin B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik. â–  Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhanya akan semakin lama (WHO, 2015).
  • 3. Etiologi â–  Anemia merupakan suatu keadaan kronis yang dikarakterisasi dengan penurunan hemoglobin atau sel darah merah yang berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Selain ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, anemia juga dikarakterisasi dengan penurunan hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). â–  Anemia bisa terjadi karena: a) Defisiensi Fe: diakibatkan oleh kegagalan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan zat besi fisiologis. b) Defisiensi vitamin B12: akibat asupan makanan yang tidak mencukupi, gejala malabsorpsi atau absorpsi yang menurun dan pemanfaatan yang tidak mencukupi juga dapat menimbulkan anemia. c) Defisiensi asam folat: ketika produksi asam folat terbatas (Hyperutilization ). d) Anemia cronic disease (ACD): merupakan respon terhadap rangsangan dari sistem kekebalan tubuh selular oleh berbagai proses penyakit yang mendasarinya. Hal ini busa terjadi akibat gangguan fungsi sumsum tulang. e) Anemia pada geriatri: faktor resiko penyebab anemia adalah ras dan etnik. f) Anemia akibat gangguan periferal (hemolitik): akibat berkurangnya masa hidup dari RBC (Dipiro et al., 2008)
  • 4. Patofisiologi Anemia dapat terjadi karena : â–  Kehilangan darah berlebih  Terjadi pendarahan karena luka perifer atau karena penyakit misalnya gastric ulcer dan hemorrhoid. â–  Pendarahan kronis : Pendarahan vagina , Peptic ulcer , Parasit intestinal , Aspirin dan AINS lain â–  Destruksi berlebihan sel darah merah : Antibodi sel darah merah , Obat-obatan , Sequestrasi berlebihan pada limpa â–  Faktor intrakorpuskular: Hereditas, Kelainan sintesis Hb â–  Produksi eritrosit kurang – Defisiensi nutrien (Fe, B12, asam folat, protein) – Defisiensi eritroblas : Anemia aplastik , Antagonis asam folat , Eritroblastopenia terisolasi, antibodi – Kondisi infiltrasi sumsum tulang : Limfoma, Leukemia , Mielofibrosis , Karsinoma – Abnormalitas endokrin :Hipotiroid, Insufisiensi adrenal, Insufisiensi Pituitary – Penyakit ginjal kronis – Penyakit inflamasi kronis : Granulomatous disease, Collagen vascular disease – Penyakit hati
  • 5. Kriteria Anemia Kriteria Anemia menurut WHO â–  Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dL â–  Wanita dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dL â–  Wanita hamil Hb < 11 gr/dL – Menurut WHO, dikatakan anemia bila kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dL selama kehamilan dan di bawah 10 gr/dL pasca melahirkan. Populasi Non- Anemia Anemia Ringan Anemia Sedang Anemia Berat Anak (usia 6-59 bulan) 110 100-109 70-99 < 70 Anak (usia 5-11 tahun) 115 110-114 80-109 < 80 120 110-119 80-109 < 80 Wanita hamil 110 100-109 70-90 < 70 130 100-129 80-109 < 80 WHO,2011. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anemia and assessment of severity, pp. 1-6.
  • 6. Gejala Klinis dan Data Klinik Gejala klinis tergantung penyebab anemia, dan individu 1. Anemia akut: Gejala kardiorespiratori seperti takikardi, kepala terasa ringan, dan sesak napas. 2. Anemia kronis : Rasa lelah, letih, vertigo, pusing, sensitif terhadap dingin, pucat. 3. Anemia hipokromik Rasa tak enak di lidah, penurunan aliran saliva, pagophagia (compulsive eating of ice). 4. Anemia megaloblastik : Kulit pucat, ikterus, atropi mukosa gastrik. (Dipiro, et al., 2008).
  • 7. Pengujian Laboratorium Diagnosis Anemia : â–  Hitung darah lengkap atau Complete blood count (CBC) dengan menghitung jumlah sel darah merah (hemoglobin, hematokrit, jumlah retikulosit), â–  Hitung indeks sel darah merah (MCV, MHC, MCHC, RDW). â–  Hitung sel darah putih dan jumlah besi dalam tubuh (RBC, Retikulosit, hapusan darah periferal, serum feritinin) (Harrison, 2008).
  • 9. â–  Megaloblaster  Vit B12 dan Asam Folat Kekurangan vitamin B12 dan atau asam folat akan menyebabkan berkurangnya mitosis sel. Terbentuk sel eritrosit yang abnormal dan berukuran besar dalam jumlah yang tidak cukup sehingga terjadi keadaan anemia (makrositosis). Di samping itu sel eritrosit berinti yang terdapat dalam sumsum tulang lekas hancur dalam sumsum tulang sebelum mencapai bentuk eritrosit matang â–  Ferri Prive (Mikrositik) Fe Gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk Hb akan mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan sitoplasma yang kecil (mikrositer) dan kurang mengandung Hb di dalamnya (hipokrom) Anemia Gangguan Pembentukan eritrosit
  • 10. Anemia berdasarkan Morfologi â–  Klasifikasi Anemia Menurut morfologi Mikro dan Makro menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya. â–  Ada tiga klasifikasi besar yaitu : – Anemia Mikrositik Hipokrom adalah ukuran sel-sel darah merah kecil mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal ( MCV maupun MCHC kurang ). – Anemia Makrositik normokrom adalah ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal ( MCV Meningkat, MCHC normal) – Anemia Normositik Normokrom adalah ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal ( MCV dan MCHC) normal atau rendah .
  • 12. Anemia Mikrositik Hipokromik â–  Anemia mikrositik hipokrom adalah suatu keadaan kekurangan besi (Fe) dalam tubuh yang mengakibatkan pembentukan eritrosit atau sel darah merah mengalami ketidakmatangan (imatur). â–  Sel darah merah yang terbentuk ukurannya lebih kecil dari normal dan hemoglobin dalam sel darah merah berjumlah sangat sedikit.
  • 13. Anemia Makrositik â–  Makrositik berarti ukuran eritrositnya besar. Biasanya karena proses pematangan eritrositnya tidak sempurna di sumsum tulang. Bila eritrosit matang, ukurannya semakin kecil, tapi karena tidak matang, ukurannya lebih besar. â–  Penyebab: defisiensi asam folat dan vitamin B12, gangguan hepar, hormonal atau gangguan sumsum tulang dalam homopoiesis. â–  Akibat gangguan ini eritrositmenjadi besar /makrositik (MCV > 100fl) yang mudah pecah. â–  Contoh: anemia megaloblastik .
  • 14. Anemia Normositik Normokrom â–  Anemia Normositik Normokrom merupakan jenis anemia dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. â–  Penyebab anemia normokrom normositer (MCV' didalam batasan normal, 80-100), antara lain: – Pasca perdarahan akut – Anemia aplastic-hipoplastik – Anemia hemolitik yang didapat – Akibat penyakit kronis – Anemia mieloplastik – Gagal ginjal kronis – Mielofibrosis – Sindroma mielodisplastik – Leukemia akut
  • 16. Indeks Eritrosit â–  Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai normal HMT: – Anak : 33-38% – Laki-laki Dewasa : 40-50% – Perempuan Dewasa : 36-44% â–  Kapasitas ikatan besi total (TIBC), besi serum (serum iron/SI) dan Ferritin digunakan untuk menentukan cadangan besi dalam tubuh
  • 17. Indeks Eritrosit Mencakup parameter eritrosit, yaitu: 1. Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER) MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)  Normal 80-96 fL (femtoliter) 2. Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL) Normal 27-33 pg (pikogram) 3. Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)  Normal 33-36 g/dL 4. Red Blood Cell Distribution Width (RDW) RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan. RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100  Nilai normal rujukan 11-15%
  • 18. Hitung Retikulosit Retikulosit adalah sel darah merah yang masih terdapat pecahan inti (RNA, organela, dan mitokondria) yang berbentuk seperti jala  untuk mengevaluasi sumsum tulang, retikulosit meningkat menandakan eritropoiesis yang aktif
  • 19. Terapi Anemia Tujuan Terapi Anemia : â–  Mengurangi gejala yang dialami pasien dan meningkatkan produktivitas serta kualitas hidup â–  Memperbaiki etiologi yang menjadi dasar terjadinya anemia (mengembalikan substrat yang dibutuhkan dalam produksi eritrosit) â–  Mencegah kekambuhan anemia â–  Mencegah kematian (pada pendarahan hebat)
  • 20. Terapi Non Farmakologi Terapi non farmakologi untuk membantu penyembuhan, yaitu dengan cara sebagai berikut: a) Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran, daging, ikan dan unggas. b) Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung vitamin B12 dan asam folat sebagai terapi profilaksis maupun memperbaiki defisiensi vitamin B12 ataupun asam folat. c) Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel darah merah (Wells et al., 2006).
  • 22. Terapi Farmakologis Vitamin B12 Terapi Farmakologi defisiensi Vitamin B12 â–  Vitamin B12 (1-2 mg) â–  Injeksi Cyanocobalamin 1000 mcg tiap hari selama 1 minggu, kemudian seminggu sekali selama satu bulan, dilanjutkan sebulan sekali (IM 1000 mcg/hari) â–  Nasal spay 1 kali seminggu
  • 23. Makanan sumber asam folat : Terapi Farmakologis Asam Folat
  • 24. Suplemen zat besi â–  Dalam bentuk Fe (2+) Sulfat, laktat, fumarat, Suksinat, Glisin, glutamat dan glukonat  lebih mudah diabsorpsi di duodenum â–  Kombinasi dengan vitamin C  >> absorpsi â–  Dosis : 200 mg terbagi 2-3x sehari â–  Digunakan satu jam sebelum makan  hindari interaksi dengan makanan Terapi Farmakologis Besi (Fe)
  • 25. Digunakan untuk pasien yang mengalami malabsorpsi atau intoleransi sediaan sulemen besi oral Sediaan : besi dextran, Na Ferric Gluconate, iron sucrose
  • 26. Anemia Inflamasi â–  Anemia inflamasi atau anemia chronic disease adalah anemia hipoproliferatif yang berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi, kerusakan jaringan dan kondisi yang terkait dengan pelepasan sitokinin pro inflamasi
  • 27. Terapi Farmakologis Terapi farmakologis untuk anemia inflamasi : â–  Transfusi darah â–  Erythropoesis-stimulating agents (ESAa) – Epoetin alfa : 50-100 units/ kg (3 x 1 minggu) – Darbepoetin alfa : 0,45 mcd/kg (1 x 1 minggu)
  • 28. Anemia Hemolitik â–  Anemia yang terjai karena proses haemolisis , â–  Terjadi pemecahan eritrosit sebelum waktunya (normal 100-120 hari) â–  Etiologi : Defisiensi enzim Glukosa -6 -phosphat dehidogenase (G6PD) yang bekerja pada jalur fosfat pentosa metabolisme karbohidrat â–  Tanda klinis : – Palor – Urine berwarna gelap – Demam – Kelemahan – Kebingungan – Intoleransi aktifitas fisik
  • 29. Terapi Anemia Haemolitik â–  Hindari paparan zat oksidan yang mencetuskan hemolisis  ditanyakan pada pasien pada anamnesis â–  Pada haemolisis berat diperlukan transfusi darah
  • 30. Anemia Berhubungan dengan Usia Geriatri â–  Fungsi fisiologis menurun â–  Penyakit kronis â–  Defisiensi faktor instrinsik â–  Disregulasi sitokin proinflamasi (IL- 6) -> inhibisi produksi EPO dan interaksi denganmreseptor Pediatri â–  Kekurangan Hb saat lahir â–  Darah abnormal â–  Penurunan produksi EPO â–  Kelahiran premature â–  Kehilangan darah â–  Hemolisis Etiologi
  • 31. Terapi Farmakologi pada Pediatri â–  Transfusi darah pada bayi prematur â–  Ferous sulfat (umur 9-12 bulan)  Dosis : 3mg/kg (2x 1 hari) selama 4 minggu â–  Asam folat  Dosis : 1-3 mg (setiap hari)
  • 32. SOAL KASUS â–  Studi Kasus Walter (71 tahun) datang ke rumah sakit mengeluhkan fatigue (kelelahan yang amat sangat), khususnya seminggu terakhir. Lima tahun yang lalu, Walter mengalami defekasi dengan feces berwarna hitam dan gelap. Kelainan ini berlangsung cukup lama. Menurut dokter di klinik dekat rumahnya, ia mengalami anemia yang parah dan direkomendasikan untuk menjalani transfusi darah di rumah sakit. Walter biasa mengonsumsi ibuprofen, 600mg 3-4 kali per hari untuk mengobati arthritis pada lututnya karena sudah tua. Dia mengalami nausea dan pusing. Tujuh tahun yang lalu ia pernah mengalami pendarahan di saluran cerna tetapi tidak dilakukan diagnosis.
  • 33. Hasil Laboratorium â–  Pertanyaan : – Anemia apa yang dialami pasien dan faktor resiko apa yang memicunya – Rekomendasi penanganan yang tepat yang akan disampaikan pada dokter â–  Lakukan analisis SOAP Parameter darah Nilai Hb 7,2 g/dL Hct 25% RBC 3,77 x 106/mm3 MCV 66,2 mcg3 MCH 19 pg MCHC 28,7 g/dL RDW 20,90 % Ferritin 5 ng/ml Vit B12 680 pg/ml Asam folat 8,2 mg/ml
  • 34. Penentuan Diagnosis Keluhan â–  Lelah yang amat sangat â–  Melena â–  Mual â–  Pusing â–  Pendarahan saluran cerna Hasil pemeriksaan â–  Hasil pemeriksaan dibawah normal untuk : – Hb – Hct – Fe
  • 35. Penatalaksanaan dan Pemantauan Penatalaksanaan â–  Menghilangkan gejala tidak nyaman dan meningkatkan kualitas hidup – Transfusi darah – Fe sulfat 325 mg 3x/hari â–  Memperbaiki etiologi yang menjadi dasar terjadinya anemia – Esomeprazol 40 mg i.v/hari â–  Mencegah pendarahan yang dapat memicu kematian Pemantauan Monitoring parameter darah lengkap dan fungsi hati
  • 36. Studi Kasus Hipertensi â–  Tn. RE (51 th, 165 cm, 80 kg), seorang pejabat daerah, sedang menjalani medical check up rutin. Ia perokok aktif (6 batang/hari) namun tidak mengkonsumsi alkohol. Tn. RE cukup sibuk berkeliling daerah sehingga sulit menemukan waktu untuk berolahraga. Ayah Tn. RE telah meninggal akibat menderita serangan jantung. â–  Data medis: â–  Petanda vital : Tekanan Darah 155/100; Nadi 80x/menit; Respirasi 22x/menit; Suhu 36.5o C â–  Pemeriksaan lab: Gula darah puasa 80 mg/dL, Gula darah 2 jam PP 130 mg/dL, LDL 180 mg/dL, HDL 40 mg/dL, trigliserida 220 mg/dL. â–  Pemeriksaan penunjang lain : tidak ada
  • 37. Analisis Kondisi pasien â–  Analisislah kondisi pasien berdasarkan keluhan & data penunjang pada pasien! â–  TD tinggi = hipertensi stage I â–  GDP & Glukosa 2 jam PP normal â–  LDL tinggi, HDL rendah, TG tinggi = dislipidemia  risiko kardiovaskular â–  BMI = 29,38  overweight â–  Risk factor : perokok aktif, inaktivitas fisik, riwayat problem jantung di keluarga
  • 38. Goal therapy dan Penatalaksanaan Apa goal of therapy kondisi hipertensi yang perlu dicapai dari pasien? â–  Menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ akibat hipertensi â–  Target spesifik : TD < 140/90 Penatalaksanaan â–  Terkait kondisi hipertensi pada pasien, apakah obat, bentuk sediaan, regimen, dan durasi terapi yang dapat direkomendasikan untuk menangani keluhan pasien? â–  Contoh (Seluruhnya dalam bentuk tablet per oral): â–  Hidroklorotiazid 1x 12,5 mg atau â–  Captopril 2x 25 mg atau â–  Candesartan 1x 8 mg atau â–  Amlodipin 1x 5 mg â–  Kombinasi bukanlah pilihan pada pasien ini mengingat masih stage I hypertension Pemantauan â–  Terapi diberikan selama 2 minggu sebelum pengukuran ulang TD dan asesmen efek sampng