Reumatoid artritis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi, menimbulkan nyeri dan bengkak serta dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Penyakit ini umumnya menyerang sendi-sendi tangan dan kaki secara simetris."
Osteoarthritis lutut disebabkan oleh beban berlebih pada sendi yang mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Faktor risikonya adalah usia, obesitas, dan penyakit metabolisme. Secara patofisiologis, sel tulang rawan mengalami proliferasi, hipertropi, dan apoptosis yang menyebabkan penipisan tulang rawan dan penebalan tulang subkondral. Pengobatan osteoarthritis lutut meliputi penurunan berat badan, latihan otot
Dokumen tersebut membahas tentang patah tulang atau fraktur. Fraktur dijelaskan sebagai terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh kekerasan eksternal. Dokumen tersebut menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, faktor-faktor yang mempengaruhi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan fraktur.
Dokumen tersebut membahas konsep medis dan keperawatan terkait fraktur tibia. Secara ringkas, dibahas definisi dan anatomi fraktur tibia, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaannya yang meliputi tindakan umum, penatalaksanaan keperawatan, serta pencegahannya.
Dokumen tersebut membahas tentang rehabilitasi medis pada osteoarthritis genu (arthritis lutut). Osteoarthritis adalah pengapuran sendi yang disebabkan kerusakan tulang rawan. Penanganannya meliputi pengobatan nyeri, diet seimbang, latihan fisik rutin seperti berenang dan berjalan, serta latihan kekuatan otot lutut seperti quad set dan straight leg raise untuk memperlambat kerusakan sendi dan menjaga aktivitas sehari-hari.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan penurunan massa dan kerusakan struktur tulang, menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor usia, menopause, gaya hidup, dan kondisi medis tertentu. Pencegahan meliputi asupan kalsium dan vitamin D yang memadai serta olah raga, sedangkan pengobatannya berupa obat-obatan seperti bif
Dokumen tersebut membahas tentang osteoporosis, mulai dari definisi, proses pembentukan tulang, klasifikasi, etiologi, hingga asuhan keperawatan pada pasien osteoporosis. Secara ringkas, osteoporosis adalah penyakit tulang yang disebabkan penurunan massa dan kerapuhan tulang, yang dapat terjadi akibat faktor usia, hormon, atau penyakit lain.
Bahan kuliah Patologi Muskuloskeletal untuk mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Semester 2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Osteoartritis (OA) adalah penyakit degeneratif sendi paling umum yang menyerang sendi-sendi penyangga berat badan. OA ditandai dengan kerusakan kartilago sendi yang menyebabkan nyeri dan kaku pada sendi. Diagnosa OA didasarkan pada pemeriksaan fisik dan gambaran radiologis yang menunjukkan penyempitan celah sendi, osteofit, dan sklerosis tulang subkondral. Penatalaksanaan OA meliputi terapi non-far
Bronkitis adalah peradangan pada bronkus yang ditandai dengan batuk produktif sebagai gejala utama. Penyebabnya meliputi virus, bakteri, asap rokok, dan polusi udara. Pada bronkitis terjadi hipertropi kelenjar mukosa dan peningkatan sel goblet yang menumpuk mukus di saluran napas. Komplikasinya dapat berupa pneumonia, pleuritis, atau gangguan pernapasan berat. Penatalaksanaannya meliputi antibiotik, bronkodilator
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang fraktur tulang, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, penyembuhan, perbaikan, dan pengobatan fraktur tertutup dan terbuka. Secara ringkas, fraktur adalah pecahan pada struktur tulang yang disebabkan trauma atau kelemahan patologis, dan pengobatannya meliputi reduksi, retensi, dan rehabilitasi untuk memulihkan fungsi.
Dokumen tersebut membahas tentang Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerakan sendi untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot serta mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Terdapat dua jenis ROM yaitu aktif dimana pasien melakukan sendiri dan pasif dimana perawat yang membimbing. ROM dapat dilakukan pada seluruh tubuh atau hanya pada ekstremitas tertentu, dengan komponen fleksi, e
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
Dokumen tersebut merangkum tentang pemeriksaan fisik thorax (paru dan jantung) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan meminta persetujuan, kemudian dilanjutkan dengan inspeksi bentuk dada dan pergerakannya. Palpasi dilakukan untuk merasakan fremitus dan pergerakan dada. Perkusi digunakan untuk menentukan
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai range of motion (ROM) atau rentang gerak sendi, yang merupakan gerakan normal yang dapat dilakukan oleh sendi. Dokumen tersebut menjelaskan prinsip dasar, tujuan, manfaat, indikasi, dan kontraindikasi latihan ROM, serta jenis-jenis gerakan ROM berdasarkan bagian tubuh tertentu seperti leher, bahu, siku, lengan, tangan, kaki, dan lainnya.
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang ditandai dengan kerusakan tulang rawan sendi dan berhubungan dengan usia lanjut. Gejala utamanya adalah nyeri, deformitas, dan hambatan gerak pada sendi besar dan tangan. Penyebabnya multifaktorial dan terkait dengan usia, jenis kelamin, obesitas, trauma, dan faktor genetik. Penatalaksanaannya meliputi pengobatan, terapi fisik, diet seimbang, dan
Dokumen tersebut membahas tentang rehabilitasi medis pada osteoarthritis genu (arthritis lutut). Osteoarthritis adalah pengapuran sendi yang disebabkan kerusakan tulang rawan. Penanganannya meliputi pengobatan nyeri, diet seimbang, latihan fisik rutin seperti berenang dan berjalan, serta latihan kekuatan otot lutut seperti quad set dan straight leg raise untuk memperlambat kerusakan sendi dan menjaga aktivitas sehari-hari.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan penurunan massa dan kerusakan struktur tulang, menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor usia, menopause, gaya hidup, dan kondisi medis tertentu. Pencegahan meliputi asupan kalsium dan vitamin D yang memadai serta olah raga, sedangkan pengobatannya berupa obat-obatan seperti bif
Dokumen tersebut membahas tentang osteoporosis, mulai dari definisi, proses pembentukan tulang, klasifikasi, etiologi, hingga asuhan keperawatan pada pasien osteoporosis. Secara ringkas, osteoporosis adalah penyakit tulang yang disebabkan penurunan massa dan kerapuhan tulang, yang dapat terjadi akibat faktor usia, hormon, atau penyakit lain.
Bahan kuliah Patologi Muskuloskeletal untuk mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Semester 2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Osteoartritis (OA) adalah penyakit degeneratif sendi paling umum yang menyerang sendi-sendi penyangga berat badan. OA ditandai dengan kerusakan kartilago sendi yang menyebabkan nyeri dan kaku pada sendi. Diagnosa OA didasarkan pada pemeriksaan fisik dan gambaran radiologis yang menunjukkan penyempitan celah sendi, osteofit, dan sklerosis tulang subkondral. Penatalaksanaan OA meliputi terapi non-far
Bronkitis adalah peradangan pada bronkus yang ditandai dengan batuk produktif sebagai gejala utama. Penyebabnya meliputi virus, bakteri, asap rokok, dan polusi udara. Pada bronkitis terjadi hipertropi kelenjar mukosa dan peningkatan sel goblet yang menumpuk mukus di saluran napas. Komplikasinya dapat berupa pneumonia, pleuritis, atau gangguan pernapasan berat. Penatalaksanaannya meliputi antibiotik, bronkodilator
Multiple vehicle trauma merupakan trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan lebih dari satu kendaraan. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan berbagai cedera seperti syok hipovolemik akibat perdarahan dan syok neurogenik yang dapat mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk menyelamatkan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang fraktur tulang, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, penyembuhan, perbaikan, dan pengobatan fraktur tertutup dan terbuka. Secara ringkas, fraktur adalah pecahan pada struktur tulang yang disebabkan trauma atau kelemahan patologis, dan pengobatannya meliputi reduksi, retensi, dan rehabilitasi untuk memulihkan fungsi.
Dokumen tersebut membahas tentang Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerakan sendi untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot serta mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi. Terdapat dua jenis ROM yaitu aktif dimana pasien melakukan sendiri dan pasif dimana perawat yang membimbing. ROM dapat dilakukan pada seluruh tubuh atau hanya pada ekstremitas tertentu, dengan komponen fleksi, e
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan dan teknik pemeriksaan fisik abdomen yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi untuk mendeteksi kelainan pada organ dalam perut.
Dokumen tersebut merangkum tentang pemeriksaan fisik thorax (paru dan jantung) yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan dimulai dengan memperkenalkan diri kepada pasien dan meminta persetujuan, kemudian dilanjutkan dengan inspeksi bentuk dada dan pergerakannya. Palpasi dilakukan untuk merasakan fremitus dan pergerakan dada. Perkusi digunakan untuk menentukan
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik sistem perkemihan yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi organ-organ terkait seperti ginjal, kandung kemih, dan meatus urinaria untuk mendeteksi gangguan pada sistem tersebut.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai range of motion (ROM) atau rentang gerak sendi, yang merupakan gerakan normal yang dapat dilakukan oleh sendi. Dokumen tersebut menjelaskan prinsip dasar, tujuan, manfaat, indikasi, dan kontraindikasi latihan ROM, serta jenis-jenis gerakan ROM berdasarkan bagian tubuh tertentu seperti leher, bahu, siku, lengan, tangan, kaki, dan lainnya.
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang ditandai dengan kerusakan tulang rawan sendi dan berhubungan dengan usia lanjut. Gejala utamanya adalah nyeri, deformitas, dan hambatan gerak pada sendi besar dan tangan. Penyebabnya multifaktorial dan terkait dengan usia, jenis kelamin, obesitas, trauma, dan faktor genetik. Penatalaksanaannya meliputi pengobatan, terapi fisik, diet seimbang, dan
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan rematoid artritis. Rematoid artritis adalah peradangan sendi kronis yang lebih sering menyerang wanita dewasa muda. Gejala utamanya adalah nyeri dan kekakuan sendi serta deformitas jari tangan. Penatalaksanaannya meliputi istirahat, latihan, terapi obat, dan pembedahan untuk memperbaiki fungsi sendi. Perawat berperan dalam mengelola nyer
Rheumatik adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Terdapat beberapa jenis rheumatik seperti osteoartritis, artritis rematoid, polimialgia reumatik, dan artritis gout. Gejalanya meliputi nyeri dan kaku pada sendi. Pengobatannya berfokus pada mengurangi gejala dan pencegahannya meliputi perlindungan sendi dan diet untuk menurunkan berat badan
1. Dokumen ini membahas tentang penyakit reumatik dan osteoporosis pada usia lanjut.
2. Penyakit-penyakit ini disebabkan oleh berkurangnya massa tulang dan perubahan pada sendi dan otot.
3. Gejala-gejalanya meliputi nyeri sendi, kekakuan, dan patah tulang.
Taklukkan Tes Ortopedi UKMPPD & CPPDS dengan Buku Soal Terlengkap Ini!
Bagi calon dokter spesialis yang sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi Tes Ortopedi dalam UKMPPD dan CPPDS, Buku Soal Ortopedi UKMPPD & CPPDS adalah pilihan yang tepat. Buku ini berisi kumpulan soal terbaru yang sesuai dengan format ujian, disertai dengan pembahasan mendalam yang akan memperkuat pemahamanmu tentang ilmu ortopedi.
Apa yang ditawarkan buku ini:
Soal-soal prediksi Ortopedi yang sesuai dengan standar ujian UKMPPD dan CPPDS
Pembahasan soal secara rinci dan mudah dipahami
Teknik dan strategi menghadapi soal-soal ortopedi dengan efektif
Tips belajar yang dirancang untuk membantu menguasai konsep ortopedi secara komprehensif
Dengan Buku Soal Ortopedi UKMPPD & CPPDS, kamu akan lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi ujian. Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan buku ini dan pastikan dirimu meraih kesuksesan!
Klik link berikut untuk mengunduh eBook ini sekarang: lynk.id/drmazh
Ibu umur 58 tahun mengeluhkan nyeri lutut dan jari tangan yang dialaminya selama 3 bulan terakhir. Gejala-gejala yang ditunjukkan seperti kaku pagi hari, bengkak lutut tanpa kemerahan, serta sulit berdiri dari posisi jongkok mengarah pada diagnosis osteoarthritis.
Dokumen tersebut membahas tentang osteoartritis yang merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, genetik, obesitas, dan trauma. Dokumen juga menjelaskan gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan dari osteoartritis yang meliputi penggunaan obat anti-inflamasi, terapi fisik, serta operasi pada kasus berat.
Jakarta Pasca Ibu Kota Negara - Majalah TelstraDadang Solihin
Ìý
Banyak pertanyaan tentang bagaimana nasib Jakarta setelah tidak menjadi Ibu Kota Negara lagi. Sebagian besar masyarakat berkomentar bahwa Jakarta akan menjadi pusat bisnis. Jakarta diproyeksikan akan menjadi pusat ekonomi nasional pasca pemindahan ibu kota negara. Tentunya hal ini akan membuat Jakarta tetap akan menjadi magnet bagi investor, masyarakat ataupun pemerintah. Kawasan penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi diproyeksikan akan menjadi kawasan aglomerasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup besar.
Danantara: Pesimis atau Optimis? Podcast Ikatan Alumni Lemhannas RI IKAL Lem...Dadang Solihin
Ìý
Keberadaan Danantara: Pesimis atau Optimis?
Pendekatan terbaik adalah realistis dengan kecenderungan optimis.
Jika Danantara memiliki perencanaan yang matang, dukungan kebijakan yang kuat, dan mampu beradaptasi dengan tantangan yang ada, maka peluang keberhasilannya besar.
Namun, jika implementasinya tidak disertai dengan strategi mitigasi risiko yang baik, maka pesimisme terhadap dampaknya juga cukup beralasan.
Pada akhirnya, kunci suksesnya adalah bagaimana Danantara bisa dikelola secara efektif, inklusif, dan berkelanjutan, sehingga dampak positifnya lebih dominan dibandingkan risikonya.
2. Pengertian
• Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi
degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat
inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).
• Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit
sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis
2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah
fraktur, (Long, C Barbara, 1996 hal 336)
3. Penyebab
• Umur
• Pengausan (wear and tear)
• Kegemukan
• Trauma
• Keturunan
• Akibat penyakit radang sendi lain
• Joint Mallignmen
• Penyakit endokrin
• Deposit pada rawan sendi
4. Patofisiologi
• Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik,
tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan
merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi.
• Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi.
Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang
rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang
harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
5. Lanjutan..
• Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa
nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi
atau kurang digunakannya sendi tersebut.
• Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan
karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan
sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur
ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi
dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan
rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman
,1995)
6. Gambaran Klinis
• Rasa nyeri pada sendi merupakan gambaran primer pada
osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan
sesuatu kegiatan fisik.
• Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan
dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan
peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa
nyeri.
• Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas
lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada
hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana
rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi
yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae
nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai
atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum
dapat diketahui penyebabnya.
7. Lanjutan..
• Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan
karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya
teraba panas tanpa adanya pemerahan.
• Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
• Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk
sendi
• Kekakuan dan keterbatasan gerak. Biasanya akan
berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat
atau saat memulai kegiatan fisik.
8. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan pada Askep Osteoarthritis:
• Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa
kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi
• Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
9. Penatalaksanaan
• Tindakan preventif
• Penurunan berat badan
• Pencegahan cedera
• Screening sendi paha
• Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
• Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
• Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan
sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga
sendi yang mengalami inflamasi
• Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi),
debridemen artroscopik,
• Pembedahan; artroplasti
10. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN OSTEOARTHRITIS
Pengkajian
• Aktivitas/Istirahat
• Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress
pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara
bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada
gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
• Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan
pada sendi dan otot.
• Kardiovaskuler
• Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten,
sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal.
11. Lanjutan..
• Integritas Ego
• Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
• Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
• Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.
• Makanan / Cairan
• Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi
makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
• Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan
pada membran mukosa.
• Hygiene
• Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,
ketergantungan pada orang lain.
12. Lanjutan..
• Neurosensori
• Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
• Nyeri/kenyamanan
• Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pagi hari).
• Keamanan
• Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
• Lesi kulit, ulkas kaki
• Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
• Demam ringan menetap
• Kekeringan pada mata dan membran mukosa
13. Lanjutan..
• Interaksi Sosial
• Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran:
isolasi.
• Penyuluhan/Pembelajaran
• Riwayat rematik pada keluarga
• Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa
pengujian
• Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
• Pemeriksaan Diagnostik
• Reaksi aglutinasi: positif
• LED meningkat pesat
• Protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
• SDP: meningkat pada proses inflamasi
• JDL: Menunjukkan ancaman sedang
• Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
• RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis
pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.
14. Diagnosa
• Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
• Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan : Deformitas
skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot
• Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan: Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas
umum, Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan
mobilitas.
• Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan
Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu
bergerak, Depresi.
• Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan
berhubungan dengan : Proses penyakit degeneratif jangka
panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.
• Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai
Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan
Pengobatan berhubungan dengan: Kurangnya pemahaman /
mengingat kesalahan interpretasi informasi.
15. Intervensi
• DX. I
Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi
• Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol
• Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
• Mengikuti program terapi.
• Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
Intervensi
• Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 - 10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
• Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai
kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.
• Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
• Pantau penggunaan bantal.
16. Lanjutan..
• Dorong klien untuk sering mengubah posisi.
• Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
• Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari.
• Pantau suhu kompres.
• Berikan masase yang lembut.
• Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi
progresif sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman
imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.
• Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
• Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
• Bantu klien dengan terapi fisik.
17. DX II
• Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
• Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan
kontraktor
• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
kompensasi bagian tubuh
• Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
• Intervensi:
• Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
• Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
• Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus
dan tidur malam hari tidak terganggu.
• Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan
isometric jika memungkinkan
• Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.
• Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset,
menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu
mobilitas/kursi roda penyelamat
• Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.
18. DX III
• Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
• Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan
keterbatasan.
• Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.
• Intervensi:
• Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
• Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan
bagaimana pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup
sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual
• Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
• Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh/perubahan.
• Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
• Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
• Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.
19. DX IV
• Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
• Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
pada kemampuan klien.
• Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
• Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan.
• Intervensi:
• Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit
dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
• Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
• Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi
rencana untuk memodifikasi lingkungan.
• Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.
20. DX. V
• Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :
• Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan
perkembangan.
• Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan
tepat.
• Intervensi:
• Kaji tingkat fungsi fisik
• Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan
untuk diri sendiri.
• Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi
individual.
• Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.
21. DX. VI
• Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:
• Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.
• Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya
hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
• Intervensi :
• Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan
• Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui
diet, obat-obatan dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.
• Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang
realistis, istirahat, perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan
manajemen stress.
• Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakologi terapi.
• Identifikasi efek samping obat.
• Diskusikan teknik menghemat energi.
• Berikan informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan
palang keamanan.
• Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada
saat istirahat maupun pada saat melakukan aktivitas.
• Diskusikan pentingnya pemeriksaan lanjutan misalnya LED, kadar
salisilat, PT.
• Beri konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.
22. Daftar Pustaka
• Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan
proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996
• Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
• Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih
Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
• Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of
Disease Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi
Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC.
• Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
• R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.
• Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai
Penerbit FKUI