Dokumen tersebut berisi soal-soal ujian akhir semester (UAS) mata kuliah bakteriologi. Soal-soal tersebut meliputi materi tentang media pembiakan bakteri, klasifikasi bakteri seperti Staphylococcus aureus, ciri-ciri bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus, tes-tes untuk membedakan bakteri, isolasi bakteri dari berbagai bahan klinis, dan uji biokimia bakteri.
1. Protozoa adalah organisme uniseluler yang terdiri dari inti dan sitoplasma, tanpa pembagian kerja. 2. Terdapat 4 kelas Protozoa penting dalam kedokteran yaitu Rhizopoda, Ciliata, Mastigophora, dan Sporozoa. 3. Genus Trypanosoma dapat menyebabkan Trypanosomiasis dan memiliki siklus hidup kompleks melibatkan 2 tuan rumah.
Dokumen tersebut membahas tentang Plasmodium malariae, vektor penularan malaria yaitu nyamuk Anopheles, siklus hidup parasit malaria, gejala, pencegahan, dan pengobatan malaria.
Spora bakteri tahan terhadap pewarnaan karbol fuchsin karena dinding selnya yang tebal, sehingga diperlukan pemanasan agar zat warna dapat masuk. Sedangkan bakteri vegetatif akan melepaskan karbol fuchsin dan mengambil warna biru dari methylene blue. Hal ini menyebabkan spora berwarna merah dan bakteri vegetatif berwarna biru.
Metode pewarnaan kapsul menurut Anthony digunakan untuk mengecat kapsul bakteri dengan larutan kristal violet dan terusi untuk membedakan bakteri yang memiliki kapsul dari yang tidak. Teknik ini melibatkan beberapa tahap seperti persiapan sampel, pewarnaan, dan pengamatan hasil di bawah mikroskop."
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa jenis cacing parasit pada manusia seperti Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Onchocerca volvulus, dan Loa loa. Dokumen juga menjelaskan morfologi, siklus hidup, penyebaran geografis, dan penyakit yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis cacing tersebut.
Makalah ini membahas tentang Uji Widal untuk mendeteksi antibodi terhadap Salmonella typhi yang menyebabkan demam tifoid. Uji Widal menggunakan berbagai antigen seperti O, H, Vi, dan OMP untuk mengetahui status infeksi melalui interpretasi hasil uji."
Dokumen tersebut membahas tentang tiga jenis jamur, yaitu Penicillium, Paecilomyces, dan Aspergillus. Penicillium adalah jamur yang membentuk konidium dan digunakan untuk memproduksi antibiotik penicillin. Paecilomyces adalah jamur filamen yang ditemukan di tanah dan tanaman busuk, sementara Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen dan konidiospora yang dapat ditemukan di berbagai lingkungan.
Makalah ini membahas tentang pemeriksaan feses sebagai alat bantu diagnosis penyakit. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan yaitu: (1) definisi dan manfaat pemeriksaan feses, (2) indikasi penyakit yang dapat didiagnosis melalui feses, dan (3) prosedur pemeriksaan feses secara makroskopis dan mikroskopis beserta interpretasi hasilnya.
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini menginfeksi vagina, urethra, dan kantong kemih. Gejalanya meliputi pengeluaran cairan kuning dari vagina dan rasa gatal pada wanita, serta rasa terbakar saat berkemih dan ejakulasi pada laki-laki. Penularan terjadi melalui hubungan seksual tidak aman. Pencegahan meliputi ANC, higiene yang baik
Trypanosoma adalah genus protozoa yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Terdapat beberapa spesies Trypanosoma yang patogen seperti T. brucei yang menyebabkan penyakit tidur pada manusia, T. cruzi yang menyebabkan penyakit Chagas, dan T. evansi yang menyebabkan surra pada hewan. Siklus hidup Trypanosoma melibatkan vektor seperti lalat tsetse. Penyakit-penyakit yang disebabkann
1. Sistem komplemen adalah kumpulan protein plasma yang berperan melengkapi sistem pertahanan tubuh dengan mengikat, mengaktifkan, dan membentuk kompleks pada permukaan patogen untuk difagositosis atau dilisisi.
2. Terdiri dari 9 komponen utama (C1-C9) yang dapat diaktifkan lewat jalur klasik, alternatif, atau lektin untuk memicu respons inflamasi dan membentuk kompleks serangan membran.
3. Berperan dalam op
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip dan metode pemeriksaan parameter hematologi seperti hemoglobin, hitung jumlah sel darah, laju endap darah, dan hematokrit menggunakan berbagai alat dan reagen. Dokumen ini juga menjelaskan rujukan nilai normal hasil pemeriksaan parameter hematologi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel mikrobiologi. Prinsip-prinsip pengambilan spesimen dan pengiriman spesimen dijelaskan secara rinci demikian juga pedoman untuk beberapa jenis spesimen seperti darah, urin, feses, dan sputum."
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan jumlah trombosit dalam diagnosis laboratorium, termasuk bahan pemeriksaan, metode pemeriksaan secara langsung dan tidak langsung, serta estimasi jumlah trombosit pada sediaan apus darah tepi.
Dokumen tersebut membahas tentang Trematoda Paru bernama Paragonimus westermani. Cacing ini termasuk kelas Trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan, menyebabkan penyakit Paragonimiasis. Spesies P. westermani merupakan agen penyebab utama infeksi ini.
Dokumen tersebut membahas tentang empat jenis nematoda usus, yaitu:
1. Trichinella spiralis atau cacing gelang, yang menyebabkan trikinosis.
2. Enterobius vermicularis atau cacing pin, yang menyebabkan enterobiasis.
3. Strongyloides stercoralis atau cacing benang, yang menyebabkan strongyloidiasis.
4. Larva migrans kulit, yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang ke kulit.
Spora bakteri tahan terhadap pewarnaan karbol fuchsin karena dinding selnya yang tebal, sehingga diperlukan pemanasan agar zat warna dapat masuk. Sedangkan bakteri vegetatif akan melepaskan karbol fuchsin dan mengambil warna biru dari methylene blue. Hal ini menyebabkan spora berwarna merah dan bakteri vegetatif berwarna biru.
Metode pewarnaan kapsul menurut Anthony digunakan untuk mengecat kapsul bakteri dengan larutan kristal violet dan terusi untuk membedakan bakteri yang memiliki kapsul dari yang tidak. Teknik ini melibatkan beberapa tahap seperti persiapan sampel, pewarnaan, dan pengamatan hasil di bawah mikroskop."
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa jenis cacing parasit pada manusia seperti Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Onchocerca volvulus, dan Loa loa. Dokumen juga menjelaskan morfologi, siklus hidup, penyebaran geografis, dan penyakit yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis cacing tersebut.
Makalah ini membahas tentang Uji Widal untuk mendeteksi antibodi terhadap Salmonella typhi yang menyebabkan demam tifoid. Uji Widal menggunakan berbagai antigen seperti O, H, Vi, dan OMP untuk mengetahui status infeksi melalui interpretasi hasil uji."
Dokumen tersebut membahas tentang tiga jenis jamur, yaitu Penicillium, Paecilomyces, dan Aspergillus. Penicillium adalah jamur yang membentuk konidium dan digunakan untuk memproduksi antibiotik penicillin. Paecilomyces adalah jamur filamen yang ditemukan di tanah dan tanaman busuk, sementara Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen dan konidiospora yang dapat ditemukan di berbagai lingkungan.
Makalah ini membahas tentang pemeriksaan feses sebagai alat bantu diagnosis penyakit. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan yaitu: (1) definisi dan manfaat pemeriksaan feses, (2) indikasi penyakit yang dapat didiagnosis melalui feses, dan (3) prosedur pemeriksaan feses secara makroskopis dan mikroskopis beserta interpretasi hasilnya.
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini menginfeksi vagina, urethra, dan kantong kemih. Gejalanya meliputi pengeluaran cairan kuning dari vagina dan rasa gatal pada wanita, serta rasa terbakar saat berkemih dan ejakulasi pada laki-laki. Penularan terjadi melalui hubungan seksual tidak aman. Pencegahan meliputi ANC, higiene yang baik
Trypanosoma adalah genus protozoa yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Terdapat beberapa spesies Trypanosoma yang patogen seperti T. brucei yang menyebabkan penyakit tidur pada manusia, T. cruzi yang menyebabkan penyakit Chagas, dan T. evansi yang menyebabkan surra pada hewan. Siklus hidup Trypanosoma melibatkan vektor seperti lalat tsetse. Penyakit-penyakit yang disebabkann
1. Sistem komplemen adalah kumpulan protein plasma yang berperan melengkapi sistem pertahanan tubuh dengan mengikat, mengaktifkan, dan membentuk kompleks pada permukaan patogen untuk difagositosis atau dilisisi.
2. Terdiri dari 9 komponen utama (C1-C9) yang dapat diaktifkan lewat jalur klasik, alternatif, atau lektin untuk memicu respons inflamasi dan membentuk kompleks serangan membran.
3. Berperan dalam op
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prinsip-prinsip dan metode pemeriksaan parameter hematologi seperti hemoglobin, hitung jumlah sel darah, laju endap darah, dan hematokrit menggunakan berbagai alat dan reagen. Dokumen ini juga menjelaskan rujukan nilai normal hasil pemeriksaan parameter hematologi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel mikrobiologi. Prinsip-prinsip pengambilan spesimen dan pengiriman spesimen dijelaskan secara rinci demikian juga pedoman untuk beberapa jenis spesimen seperti darah, urin, feses, dan sputum."
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan jumlah trombosit dalam diagnosis laboratorium, termasuk bahan pemeriksaan, metode pemeriksaan secara langsung dan tidak langsung, serta estimasi jumlah trombosit pada sediaan apus darah tepi.
Dokumen tersebut membahas tentang Trematoda Paru bernama Paragonimus westermani. Cacing ini termasuk kelas Trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan, menyebabkan penyakit Paragonimiasis. Spesies P. westermani merupakan agen penyebab utama infeksi ini.
Dokumen tersebut membahas tentang empat jenis nematoda usus, yaitu:
1. Trichinella spiralis atau cacing gelang, yang menyebabkan trikinosis.
2. Enterobius vermicularis atau cacing pin, yang menyebabkan enterobiasis.
3. Strongyloides stercoralis atau cacing benang, yang menyebabkan strongyloidiasis.
4. Larva migrans kulit, yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang ke kulit.
Dokumen tersebut membahas tentang filum Aschelminthes yang merupakan kelompok cacing benang/gelang tanpa segmen. Aschelminthes dapat hidup bebas atau bersifat parasit. Terdapat dua kelas utama yaitu Nematoda dan Nematomorpha. Beberapa contoh siklus hidup cacing seperti Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, dan Wuchereria bancrofti dijelaskan. Aschelminthes dapat menyebabkan berbagai penyak
Modul ini membahas parasitologi khususnya tentang helmintiasis. Terdapat penjelasan tentang pengertian helmintologi, klasifikasi cacing, gangguan yang ditimbulkan nematoda (cacing bulat) seperti Ascaris lumbricoides, Ancylostoma braziliense, dan Trichuris trichiura, serta gangguan yang ditimbulkan trematoda dan cestoda (cacing pipih). Modul ini bertujuan memberikan pemahaman tentang klasifikasi, siklus hidup, infeksi dan pence
Modul ini membahas parasitologi khususnya tentang helmintiasis. Terdapat penjelasan tentang pengertian helmintologi, klasifikasi cacing ke dalam nematoda dan platyhelminthes, gangguan yang ditimbulkan oleh nematoda seperti Ascaris lumbricoides, Ancylostoma sp., dan Trichuris trichiura, serta gambaran umum tentang siklus hidup, gejala, diagnosis, dan pencegahannya.
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMATeuku Ichsan
油
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang filum Nemathelminthes yang merupakan filum cacing benang, mencakup ciri tubuh, sistem organ, cara hidup, dan beberapa spesies cacing terkenal seperti Ascaris lumbricoides dan Wuchereria bancrofti.
Dokumen tersebut membahas tentang taksonomi, ciri-ciri morfologi, siklus hidup, ekologi, patologi, diagnosis, komplikasi, cara infeksi, dan pengobatan dari beberapa jenis parasit seperti tungau, kutu ikan, kutu kelamin, dan kutu rambut. Dokumen tersebut memberikan informasi rinci mengenai klasifikasi, anatomi, lingkaran hidup, habitat alami, gejala penyakit, diagnosis, dan penanganannya.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai empat jenis nematoda parasit manusia yaitu Loa loa, Trichuris trichiura, Necator americanus, dan Ascaris lumbricoides. Ketiga nematoda tersebut memiliki siklus hidup yang melibatkan manusia sebagai inang definitif dan tanah atau vektor sebagai inang perantara, serta dapat menyebabkan penyakit seperti loaiasis, trikhuriasis, necatoriasis, dan askariasis.
Ektoparasit adalah parasit yang hidup di permukaan tubuh inangnya. Kutu dan tungau merupakan contoh ektoparasit yang sering menyerang unggas. Kutu hidup dengan menghisap darah, sedangkan tungau aktif di malam hari. Pengendalian ektoparasit dapat dilakukan dengan mengontrol lingkungan dan memperhatikan faktor internal ternak.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tiga filum utama dalam platyhelminthes yaitu turbellaria, trematoda, dan cestoda. Mencakup ciri-ciri umum dan contohnya, serta siklus hidup beberapa jenis parasit tertentu seperti taenia dan fasciola hepatica.
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
油
1. Serangga dapat menjadi vektor penyakit tanaman melalui penularan patogen seperti jamur.
2. Jenis serangga vektor penyakit antara lain nyamuk dan lalat. Serangga ini dapat menularkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit lainnya.
3. Jamur dapat hidup sebagai parasit atau saprofit pada tanaman atau hewan lain, dan berperan sebagai patogen penyakit.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga filum utama cacing, yaitu Platyhelmintes, Nemathelmintes, dan Annelida. Filum Platyhelmintes mencakup cacing pipih seperti Planaria dan cacing isap hati, sedangkan Nemathelmintes berisi cacing gilig seperti Ascaris yang menginfeksi usus manusia.
Dokumen ini membahas tentang kelompok 2 pada mata kuliah Hematologi II dan metode pengukuran clotting time (waktu pembekuan darah) menggunakan metode slide, tabung, dan tabung kapiler. Metode-metode tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor pembekuan darah.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian antibodi, struktur, fungsi, jenis-jenis, dan variabilitas antibodi. Juga disebutkan beberapa penyakit yang terkait dengan antibodi seperti diabetes melitus tipe 1, rheumatoid arthritis, psoriasis, graves disease, dan lupus.
Pengambilan darah vena adalah proses pengambilan sampel darah dari pembuluh darah vena menggunakan jarum suntik atau tabung vakum. Prosesnya melibatkan identifikasi vena, pembersihan kulit, penusukan jarum ke dalam vena, dan pengumpulan darah di dalam tabung sampai selesai. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah pemasangan turniket, posisi jarum, dan penanganan setelah pengambilan untuk m
Upaya pencegahan korupsi meliputi pembentukan lembaga anti-korupsi seperti KPK, pencegahan korupsi di sektor publik dengan transparansi proses pengadaan barang dan jasa pemerintah, serta pemberdayaan masyarakat untuk memantau pemerintah dan memberikan akses informasi. Pendidikan karakter antikorupsi di sekolah juga penting untuk membangun generasi muda yang memiliki moral untuk menolak korupsi.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen laboratorium, termasuk pengertian laboratorium dan biosafety, jenis-jenis biosafety level 1 hingga 3 beserta persyaratan rancang bangun dan fasilitas yang dibutuhkan. Dokumen ini juga menjelaskan perbedaan antara biosafety yang melindungi staf laboratorium dan biosecurity yang melindungi objek penelitian.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis kadar garam dalam konsumsi. Terdapat beberapa metode untuk menganalisis kadar garam yaitu metode Mohr yang melibatkan pembentukan endapan berwarna, metode Volhard yang melibatkan pembentukan merah tiosianat, dan metode Fajans yang menggunakan indikator absorpsi. Metode Mohr dijelaskan secara lebih rinci prosedurnya yang melibatkan titrasi sampel dengan perak nitrat.
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...Dadang Solihin
油
Dari perspektif optimis, Danantara dapat menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan manajemen profesional dan tata kelola yang transparan, lembaga ini berpotensi mengoptimalkan pemanfaatan aset negara secara lebih produktif.
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia EmasDadang Solihin
油
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan kebijakan strategis dalam rangka memperkuat kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia demi kesejahteraan bangsa. Sebagai aset strategis, wilayah angkasa memiliki peran krusial dalam pertahanan, keamanan, ekonomi, serta pembangunan nasional. Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya aktivitas luar angkasa, Indonesia memerlukan kebijakan komprehensif untuk mengatur, melindungi, dan mengoptimalkan pemanfaatannya. Saat ini, belum ada regulasi spesifik terkait pengelolaan wilayah angkasa, padahal potensinya besar, mulai dari komunikasi satelit, observasi bumi, hingga eksplorasi antariksa.
5. Strongyloides
stercoralis
M O R F O L O G I
Telur S.stercoralis berisi larva
Akan sangat jarang menemukan telur S. stercoralis
pada pemeriksaan feses penderita dibawah mikroskop,
mengapa demikian ?
Hal ini terjadi karena telur yang dikeluarkan dari
induknya sudah berisi larva (ovovivipar) dan ketika
didalam usus halus, telur tersebut langsung menetas,
sehingga yang keluar dari feses penderita pasti sudah
dalam bentuk larva, bila masih ada dalam bentuk telur,
itupun sangat jarang dan langka.
Ini menjadi kunci diagnosis pada penderita yang
terinfeksi S.stercoralis (bahwa yang biasanya
ditemukan di feses adalah larvanya bukan
telurnya).
1.
TELU
R
6. Strongyloides
stercoralis
M O R F O L O G I2.
LARV
A
Hijau: mulut yang pendek | Merah: oesophagus | Biru: Genital Primordium
Untuk larva rhabditiform memiliki ciri rongga mulut yang
pendek, panjang cacingnya 200-250 mikron silindris,
oesophagus pada bagian tengah terdapat semacam sabuk dan
terdapat bulbus dibagian posteriornya.
a. Larva Rhabditiform
b. Larva Filariform
Untuk larva filariformnya memiliki ciri khas
oesophagus yang lebih panjang, bentuk cacing yang
lebih langsing dan ujung posteriornya memiliki lekuk
atau takik
7. Strongyloides
stercoralis
M O R F O L O G I3.
CACIN
G
Merah: Spicule cacing dewasa jantan
Untuk cacing dewasa jantan, baik yang parasitik
dan free living memiliki ciri yang sama, yakni
panjangnya sekitar 0,7 mm, tidak memiliki caudal
alae tapi memiliki 2 spicuale di dekat ujung
posterior, melengkung ke ventral dan runcing.
a. Cacing Dewasa Jantan
b. Cacing Dewasa Betina
Free Living Adult Female (telurnya berjajar seperti buah petai)
Untuk dewasa betina, memiliki sedikit perbedaan
antara parasitik dan free living, yakni untuk betina
free living memiliki tubuh yang lebih pendek dan
relatif gemuk, telur-telur yang ada ditubuhnya
tampak seperti buah petai. Untuk yang parasitik
bentuknya langsing dan lebih panjang, ujung
posteriornya runcing.
10. Strongyloides
stercoralis
SIKLUS HIDUP
1. SIKLUS
LANGSUNG
Telur yang menetas selama 2-3 hari di tanah kemudian
menjadi larva rabditiform lalu manjadi larva filaform
yang merupakan bentuk infektif.
Bila larva filariform menembus kulit manusia larva
tumbuh masuk ke dalam sistem peredarandarah vena
kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru
menembus alveolus masuk ke trakea dan laring reflek
batuk parasit tertelan ke usus halus menjadi dewasa.
11. Strongyloides
stercoralis
SIKLUS HIDUP
2. SIKLUS TIDAK
LANGSUNG
Larva rabditiform yang berada ditanah menjadi cacing
dewasa dalam bentuk bebas.
Cacing betina menghasilkan telur yang menetas menjadi
larva rabditiform dan dalam beberapa hari menjadi larva
filariform yang infektif dan masuk ke dalam hospes.
Larva rabditiform ini dapat juga mengulang fase hidup
bebas.
Siklus tidak langsung ini terjadi bila mana keadaan
lingkungan sekitarnya optimum yaitu daerah tropik dan
beriklim lembab.
12. Strongyloides
stercoralis
SIKLUS HIDUP
3.
Autoinfeksi
Larva rabditiform kadang-kadang menjadi larva filariform
di usus atau disekitar parianal.
Bila larva filariform menembus mukosa usus atau parienal
akan terjadi siklus perkembangan dalam hospes.
Adanya autoinfeksi menyebabkan Strongylodiasis menahun
pada penderita yang hidup di daerah non endemik.
15. Strongyloides
stercoralisPATOGENESIS &
GEJALA KLINIS
Jenis cacing ini membahayakan bagi bayi karena dapat ditularkan melalui
ASI.
Spesies ini hidup pada daerah beriklim tropis dan subtropis. Hanya
cacing betina pada spesies ini yang hidup sebagai parasit pada tubuh
manusia, terutama di duodenum dan jejenum.
Larva filariform bisa juga terbentuk dalam usus sehingga terjadi infeksi
yang disebut auto infeksi interna.
Tipe nama penyakit yang disebabkan organisem ini:
- tipe ringan (hampir tidak menimbulkan gejala)
- tipe sedang (mengalami gangguan di usus)
- tipe berat (seluruh tubuh dan menyebabkan kematian )
16. ...
Apabila larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit akan
timbul kelainan pada kulit yang dinamakan creeping eruptuon yang
disertai rasa gatal.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus.
Infeksi ringan biasanya terjadi tidak menimbulkan gejala.
Infeksi sedang menyebabkan sakit di daerah epigastrium.
Pada Strongyloidiasis ada kemungkinan autoinfeksi dan hiperinfeksi.
Pada pemeriksaan darah mungkin ditemukan eosinofilia atau
tripereosmofilia.
Strongyloides
stercoralisPATOGENESIS &
GEJALA KLINIS
17. diare
sakit perut
mual
muntah
batuk kering
dyspnea
infiltrasi pulmonal sementara
iritasi tenggorokan
Sindrom Loffler (pneumonia eosinofilik)
eosinofilia berfluktuasi
ruam (larva currens)
tanpa gejala
Strongyloides
stercoralis
GEJALA KLINIS
18. Strongyloides
stercoralisDiagnosa
Laboratorium
Diagnosis Klinik
ditujukan apabila menemukan larva rabditiform di feses segar. Biakan feses yang
didiamkan selama 48 jam menghasilkan larva filariform dan cacing dewasa
Strongyloides stercolaris yang hidup bebas.
Pemeriksaan Fisik :
1. Timbul kelainan pada kulit creeping eruption berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau
berkelok-kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari. Predileksi penyakit ini terutama pada
daerah telapak kaki, bokong, genital dan tangan.
2. Pemeriksaan generalis: nyeri epigastrium.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium mikroskopik: menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, atau menemukan
cacing dewasa Strongyloides stercoralis.
2. Pemeriksaan laboratorium darah: dapat ditemukan eosinofilia atau hipereosinofilia, walaupun pada banyak
kasus jumlah sel eosinofilia normal.
20. Strongyloides
stercoralis
Epidemiologi
Strongyloides strecoralis berkembang lebih cepat dari pada larva cacing
tambang. Dalam waktu 34-48 jam terbentuk larva filariform yang infektif.
Larva ini mempunyai satu siklus bentuk bebas di tanah yaitu 1-2 minggu ,
akan tetapi cacing ini mempunyai satu siklus bentuk bebas di tanah yang
terus menerus menghasilkan bentuk infektif sehingga perkembangan
bentuk bebas di tanah dapat mencapai endemisitas tinggi.
Larva ketiga spesies ini memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya, oleh
karena itu olahan tanah dalam bentuk apapun di lahan pertanian dan
perkebunan akan menguntungkan pertumbuhan larva.
Keadaan tanah, iklim, sanitasi, kontak langsung dengan tanah dan
kebiasaan tanpa alas kaki merupakan faktor terjadinya infeksi cacing
ini.
22. Morfologi Trichinella Spiralis
Cacing Trichinella Spiralis dewasa mempunyai bentuk tubuh halus seperti rambut. Pada
Trichinella Spiralis betina mempunyai panjang badan 3-4 mm dan Trichinella Spiralis
jantan kira-kira mempunyai panjang badan kurang lebih 1,5 mm. Ujung bagian depan
atau anterior langsing dengan mulut bulat tanpa papel. Pada ujung bagian belakang atau
posterior pada cacing betina membulat dan tumpul, pada cacing jantan melengkung ke
ventral dengan dua buah papel.
23. Cacing betina bersifat vivipar [berkembang biak dengan melahirkan] dan
biasanya masuk ke mukosa vilus usus, mulai dari duodenum sampai ke sekum.
Seekor cacing betina dapat mengeluarkan kira- kira 1500 larva. Larva tersebut
dilepaskan di jaringan mukosa, masuk ke dalam kelenjar limfe dan peredaran
darah, dan kemudian dengan adanya bereadanya di pembuluh darah kemudian
menyebar ke seluruh tubuh, terutama otot (diafragma, iga, lidah, laring,
mata, perut biseps dan lain-lain, Kira-kira pada awal minggu ke-4 larva
Trichinella Spiralis yang telah tumbuh hanya menjadi kista dalam jenis otot
yang bergaris lintang.
Kista Trichinella Spiralis dapat hidup di otot selama kira-kira 18 bulan,
kemudian lerjadi perkapuran dalam waktu 6 bulan sampai 2 tahun. Infeksi
pada manusia terjadi apabila daging babi yang mengandung larva infektif [bisa
menyebabkan infeksi] yang terdapat di dalam kista dimakan oleh manusia.
Ketika berada di usus halus bagian proksimal dinding kista dicernakan dan
dalam waktu beberapa jam larva dari Trichinella Spiralis dilepaskan, dan
segera masuk mukosa, kemudian menjadi cacing Trichinella Spiralis dewasa
dalam waktu 1,5 - 2 hari.
24. PATOGENESIS TRICHINELLA SPIRALIS
Inti patogenesis trikinosis adalah sensitisasi organisme terhadap antigen cacing, diwujudkan
dalam berbagai tingkat pada tahap invasi usus, migrasi dan otot. Pada akhir minggu pertama
setelah infeksi, terutama di usus kecil, betina Trichinella, yang direndam dalam mukosa,
ditemukan di sekitar reaksi inflamasi katarrhal-hemorrhagic lokal berkembang. Pada invasi
berat, lesi nekrotik ulseratif mukosa usus diamati. Individu dewasa dari zat isolat
imunosupresif cacing yang menekan reaksi inflamasi yang hebat, yang memfasilitasi migrasi
larva. Di jejunum sistem kinin diaktifkan. Hormon lain yang menyebabkan gangguan
fungsional, sindrom nyeri. Metabolit dari larva yang bermigrasi, produk yang dilepaskan
setelah kematian mereka, adalah antigen yang memiliki sifat sensitisasi, enzimatik dan
toksik. Akibatnya, reaksi alergi yang parah berkembang dengan kerusakan pembuluh darah,
gangguan koagulasi, edema jaringan, peningkatan aktivitas sekresi selaput lendir. Pada
minggu kedua, larva ditemukan tidak hanya pada otot rangka, tapi juga di miokardium, paru-
paru, ginjal, dan otak. Pada organ parenkim, larva tersebut musnah.
25. Mengembangkan reaksi imunopatologis menyebabkan lesi parah: miokarditis,
meningoensefalitis, radang paru-paru. Proses inflamasi pada akhirnya mereda,
namun setelah 5-6 minggu bisa diganti dengan dystrophic, konsekuensinya hilang
hanya setelah 6-12 bulan. Dari otot rangka yang paling sering terkena kelompok
dengan suplai darah melimpah (otot intercostal, chewing, oculomotor, diafragma,
otot leher, lidah, ekstremitas atas dan bawah). Pada pasien dengan penyakit berat, 50-
100 atau lebih larva Trichinella ditemukan dalam 1 g massa otot.
Pada akhir minggu ketiga, larva memperoleh bentuk spiral, infiltrasi seluler intens diamati di
sekitar mereka, dimana kapsul berserat terbentuk. Proses pembentukan kapsul terganggu oleh
pemuatan antigenik yang berlebihan (dengan invasi besar-besaran), dan juga di bawah
pengaruh zat dengan sifat imunosupresif (glukokortikoid, dll.). Pada organ parenkim infiltrat
nodular ditemukan. Pada miokardium, larva Trichinella menyebabkan munculnya beberapa
fokus inflamasi pada jaringan interstisial, namun kapsul nyata pada otot jantung tidak
terbentuk. Dengan infestasi intensif pada miokardium, reaksi inflamasi fokal-diffuse dan
perubahan distrofi berkembang; Kemungkinan pembentukan granuloma dan pengembangan
vaskulitis dengan kekalahan arteriol dan kapiler otak dan meninges.
26. Trichinosis ditandai dengan kekebalan non steril yang persisten, yang disebabkan oleh adanya
larva yang dienkapsulasi patogen pada otot orang yang terinfeksi. Kandungan tinggi antibodi
spesifik dalam serum darah diamati dari akhir minggu kedua dan mencapai maksimum pada
minggu ke 4-7. Kompleks reaksi pada tahap enteral mencegah penetrasi sebagian besar larva
ke dalam aliran darah, yang membatasi penyebarannya ke dalam tubuh.
27. Gejala Klinis Trichinella Spiralis
Gejala trikinosis tergantung pada beratnya infeksi yang disebabkan oleh cacing
dewasa dan stadium larva.
pada saat cacing dewasa mengadakan invansi ke mukosa usus,timbul gejala
usus seperti sakit perut,diare,mual dan muntah.Masa tunas 1-2 hari sesudah
infeksi.
Larva tersebar diotot 7-28 hari sesudah infeksi.Pada saat itu timbul nyeri
otot(mialgia) dan radang otot (miositis) yang disertai demam,easinofilia dan
hipereosinofilia,biasanya penderita sembuh secara perlahan-lahan bersamaan
dengan dibentuknya kista dalam otot.
Pada infeksi berat(5000 ekor larva/kg berat badan) penderita mungkin
meninggal dalam waktu 2-3 minggu,tetapi biasanya kematian terjadi dalam
waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan paru,otak atau kelainan jantung
28. Trichinella spiralis
Diagnosis laboratorium Trichinella spiralis
Disamping diagnosis klinis yang tidak dapat diabaikan, diagnosis pasti sering
tergantungan pada pemeriksaan laboratorium. Tes kulit dengan memakai
antigen yang terbuat dari larva Trichinella dapat memberikan reaksi positif
pada minggu ke-3 atau ke-4. Reaksi berupa benjolan memutih pada kulit
dengan diameter 5 mm atau lebih yang dikelilingi daerah eritema.
Reaksi imunologi lainnya seperti tes ikat komplemen dan tes presipitin dapat
juga di lakukan.
Mencari larva di dalam darah dan cairan otak dapat dilakukan pada hari ke 8-
14 sesudah infeksi. Dengan diopsi otot, larva trichinella dapat ditemukan
pada minggu ke 3 tau ke4 sesudah infeksi.
29. Pengobatan Trichinella spiralis
Pengobatan trikinosis terutama dilakukan secara simtomasis. Sakit kepala
dan nyeri otot dapat di hilangkan dengan obat analgetik. Obat sedatif
kadang-kadang perlu juga terutama ada kelainan susunan saraf pusat.
Mebendazol 100 mg dua kali sehari selama beberapa hari mempunyai efek
mematikan pada fase infaksi pada pembentukan kapsul Trichinella. Obat
diberikan 2x1 tablet 100 mg selama beberapa hari.
30. beberapa langkah pencegahannya terhadap
trichinella spriralis berikut ini :
Menghindari Konsumsi Daging Mentah
Masak Daging Dengan Baik
Bekukan Daging Dengan Baik
Mencuci Tangan
Memperhatikan Pakan Ternak
Istirahatkan Daging
Obat Pereda Nyeri
Banyak Mengkonsumsi Probiotik
Banyak Mengkonsumsi Oregano
Perbanyak Selenium
Memeriksa Produk Daging
31. Epidemiologi Trichinella spiralis
Dilihat dari daur hidupnya, babi dan tikus memelihara infekdi di alam. Infeksi
pada babi terjadi karena babi makan tikus yang mengandung larva infektif dalam
ototnya, atau karena babi makan sampah dapur dan sampah pejagalan yang
berisi sisa-sisa daging babi yang mengandung larva infektif.
Sebaliknya , tikus mendapatkan infeksi karena makan sisa daging babi di
pejagalan atau di rumah dan juga karena makan bangkai tikus. Frekuensi
trikinosis pada manusia tinggi di daerah yang banyak makanan babi yang diberi
makanan dari sisa pejagalan , misalnya di Amerika Serikat daerah Timur Laut.
Frekuensi di daerah Selatan dan Barat-Tengah rendah, karena babi diberi maknan
gandum.
Infeksi Trichinella spiralis pada manusia tergantung dari lenyapnya penyakit ini
pada babi, misalnya dengan memusnahkan sisa penjagalan yang mengandung
potongan daging mentah. Pengolahan daging babi sebelum dimakan oleh manusia
juga penting. Home made sausage dapat lebih berbahaya. Hendaknya dilakukan
pendidikan pada ibu rumah tangga cara memasak daging babi yang baik.
32. Gejala Klinis Trichinella Spiralis
1. Pada saat cacing dewasa mengadakan invansi ke mukosa usus, timbul gejala usus seperti
sakit perut, diare, mual dan muntah. Masa tunas 1-2 hari sesudah infeksi.
2. Larva terbesar di otot 7-28 hari sesudah infeksi. Pada saat itu timbul nyeri otot (mialgia) dan
radang otot (miositis) yang disertai demam, eosinofilia dan hipereosinofilia, biasanya
penderita sembuh secara perlahan lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot.
3. Pada Infeksi berat (5000 ekor larva / kg berat badan) Penderita meninggal dalam waktu 2-3
minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan
paru, otak atau kelainan jantung
33. S E K I A N
Strongyloides stercoralis & Trichinella spiralis
Kelompok 3
1. Risky Messyana
2. Bagus Saputra
3. Tommy Setiawan
4. Aprilia Mayang Asih
5. Elvi Rahmi
6. Tasya Dwi Febriani
7. Sheren Wina Reulista
8. Tri Mulyaningsih
9. Indah Putri Armeili
10. Syafira Diska Hardanti
11. Dewi Lestari
12. Sari Apri Anjani
13. Ashaka Mayra Libertha
14. Ervika Dwi Ananda Putri
15. Nava Yuristika Wulandari