際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
PARASITOLOGI II
Kelompok 3
1. Risky Messyana
2. Bagus Saputra
3. Tommy Setiawan
4. Aprilia Mayang Asih
5. Elvi Rahmi
6. Tasya Dwi Febriani
7. Sheren Wina Reulista
8. Tri Mulyaningsih
9. Indah Putri Armeili
10. Syafira Diska Hardanti
11. Dewi Lestari
12. Sari Apri Anjani
13. Ashaka Mayra Libertha
14. Ervika Dwi Ananda Putri
15. Nava Yuristika Wulandari
Trichinella
spiralis
Strongyloides
stercoralis
PARASITOLOGI II
(Cacing Benang) (Cacing Otot)
Strongyloides
stercoralis
1. Morfologi
5. Diagnosa
Lab &
Epidemiologi
4. Gejala
Klinik
3.
Patogenesis
2. Siklus
Hidup
Strongyloides
stercoralis
KLASIFIKASI
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Order : Rhabditia
Family : Rhabditoidea
Genus : Strongyloides
Species : Strongyloides stercoralis
Strongyloides
stercoralis
M O R F O L O G I
Telur S.stercoralis berisi larva
Akan sangat jarang menemukan telur S. stercoralis
pada pemeriksaan feses penderita dibawah mikroskop,
mengapa demikian ?
Hal ini terjadi karena telur yang dikeluarkan dari
induknya sudah berisi larva (ovovivipar) dan ketika
didalam usus halus, telur tersebut langsung menetas,
sehingga yang keluar dari feses penderita pasti sudah
dalam bentuk larva, bila masih ada dalam bentuk telur,
itupun sangat jarang dan langka.
Ini menjadi kunci diagnosis pada penderita yang
terinfeksi S.stercoralis (bahwa yang biasanya
ditemukan di feses adalah larvanya bukan
telurnya).
1.
TELU
R
Strongyloides
stercoralis
M O R F O L O G I2.
LARV
A
Hijau: mulut yang pendek | Merah: oesophagus | Biru: Genital Primordium
Untuk larva rhabditiform memiliki ciri rongga mulut yang
pendek, panjang cacingnya 200-250 mikron silindris,
oesophagus pada bagian tengah terdapat semacam sabuk dan
terdapat bulbus dibagian posteriornya.
a. Larva Rhabditiform
b. Larva Filariform
Untuk larva filariformnya memiliki ciri khas
oesophagus yang lebih panjang, bentuk cacing yang
lebih langsing dan ujung posteriornya memiliki lekuk
atau takik
Strongyloides
stercoralis
M O R F O L O G I3.
CACIN
G
Merah: Spicule cacing dewasa jantan
Untuk cacing dewasa jantan, baik yang parasitik
dan free living memiliki ciri yang sama, yakni
panjangnya sekitar 0,7 mm, tidak memiliki caudal
alae tapi memiliki 2 spicuale di dekat ujung
posterior, melengkung ke ventral dan runcing.
a. Cacing Dewasa Jantan
b. Cacing Dewasa Betina
Free Living Adult Female (telurnya berjajar seperti buah petai)
Untuk dewasa betina, memiliki sedikit perbedaan
antara parasitik dan free living, yakni untuk betina
free living memiliki tubuh yang lebih pendek dan
relatif gemuk, telur-telur yang ada ditubuhnya
tampak seperti buah petai. Untuk yang parasitik
bentuknya langsing dan lebih panjang, ujung
posteriornya runcing.
Strongyloides
stercoralis
M O R F O L O G I
Strongyloides
stercoralis
SIKLUS HIDUP
Strongyloides
stercoralis
SIKLUS HIDUP
1. SIKLUS
LANGSUNG
Telur yang menetas selama 2-3 hari di tanah kemudian
menjadi larva rabditiform lalu manjadi larva filaform
yang merupakan bentuk infektif.
Bila larva filariform menembus kulit manusia larva
tumbuh masuk ke dalam sistem peredarandarah vena
kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru
menembus alveolus masuk ke trakea dan laring reflek
batuk parasit tertelan ke usus halus menjadi dewasa.
Strongyloides
stercoralis
SIKLUS HIDUP
2. SIKLUS TIDAK
LANGSUNG
Larva rabditiform yang berada ditanah menjadi cacing
dewasa dalam bentuk bebas.
Cacing betina menghasilkan telur yang menetas menjadi
larva rabditiform dan dalam beberapa hari menjadi larva
filariform yang infektif dan masuk ke dalam hospes.
Larva rabditiform ini dapat juga mengulang fase hidup
bebas.
Siklus tidak langsung ini terjadi bila mana keadaan
lingkungan sekitarnya optimum yaitu daerah tropik dan
beriklim lembab.
Strongyloides
stercoralis
SIKLUS HIDUP
3.
Autoinfeksi
Larva rabditiform kadang-kadang menjadi larva filariform
di usus atau disekitar parianal.
Bila larva filariform menembus mukosa usus atau parienal
akan terjadi siklus perkembangan dalam hospes.
Adanya autoinfeksi menyebabkan Strongylodiasis menahun
pada penderita yang hidup di daerah non endemik.
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
Strongyloides
stercoralisPATOGENESIS &
GEJALA KLINIS
Jenis cacing ini membahayakan bagi bayi karena dapat ditularkan melalui
ASI.
Spesies ini hidup pada daerah beriklim tropis dan subtropis. Hanya
cacing betina pada spesies ini yang hidup sebagai parasit pada tubuh
manusia, terutama di duodenum dan jejenum.
Larva filariform bisa juga terbentuk dalam usus sehingga terjadi infeksi
yang disebut auto infeksi interna.
Tipe nama penyakit yang disebabkan organisem ini:
- tipe ringan (hampir tidak menimbulkan gejala)
- tipe sedang (mengalami gangguan di usus)
- tipe berat (seluruh tubuh dan menyebabkan kematian )
...
Apabila larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit akan
timbul kelainan pada kulit yang dinamakan creeping eruptuon yang
disertai rasa gatal.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus.
Infeksi ringan biasanya terjadi tidak menimbulkan gejala.
Infeksi sedang menyebabkan sakit di daerah epigastrium.
Pada Strongyloidiasis ada kemungkinan autoinfeksi dan hiperinfeksi.
Pada pemeriksaan darah mungkin ditemukan eosinofilia atau
tripereosmofilia.
Strongyloides
stercoralisPATOGENESIS &
GEJALA KLINIS
 diare
 sakit perut
 mual
 muntah
 batuk kering
 dyspnea
 infiltrasi pulmonal sementara
 iritasi tenggorokan
 Sindrom Loffler (pneumonia eosinofilik)
 eosinofilia berfluktuasi
 ruam (larva currens)
 tanpa gejala
Strongyloides
stercoralis
GEJALA KLINIS
Strongyloides
stercoralisDiagnosa
Laboratorium
Diagnosis Klinik
ditujukan apabila menemukan larva rabditiform di feses segar. Biakan feses yang
didiamkan selama 48 jam menghasilkan larva filariform dan cacing dewasa
Strongyloides stercolaris yang hidup bebas.
Pemeriksaan Fisik :
1. Timbul kelainan pada kulit creeping eruption berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau
berkelok-kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari. Predileksi penyakit ini terutama pada
daerah telapak kaki, bokong, genital dan tangan.
2. Pemeriksaan generalis: nyeri epigastrium.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium mikroskopik: menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, atau menemukan
cacing dewasa Strongyloides stercoralis.
2. Pemeriksaan laboratorium darah: dapat ditemukan eosinofilia atau hipereosinofilia, walaupun pada banyak
kasus jumlah sel eosinofilia normal.
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
Strongyloides
stercoralis
Epidemiologi
Strongyloides strecoralis berkembang lebih cepat dari pada larva cacing
tambang. Dalam waktu 34-48 jam terbentuk larva filariform yang infektif.
Larva ini mempunyai satu siklus bentuk bebas di tanah yaitu 1-2 minggu ,
akan tetapi cacing ini mempunyai satu siklus bentuk bebas di tanah yang
terus menerus menghasilkan bentuk infektif sehingga perkembangan
bentuk bebas di tanah dapat mencapai endemisitas tinggi.
Larva ketiga spesies ini memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya, oleh
karena itu olahan tanah dalam bentuk apapun di lahan pertanian dan
perkebunan akan menguntungkan pertumbuhan larva.
Keadaan tanah, iklim, sanitasi, kontak langsung dengan tanah dan
kebiasaan tanpa alas kaki merupakan faktor terjadinya infeksi cacing
ini.
Trichinella
Cacing Otot
Morfologi Trichinella Spiralis
Cacing Trichinella Spiralis dewasa mempunyai bentuk tubuh halus seperti rambut. Pada
Trichinella Spiralis betina mempunyai panjang badan 3-4 mm dan Trichinella Spiralis
jantan kira-kira mempunyai panjang badan kurang lebih 1,5 mm. Ujung bagian depan
atau anterior langsing dengan mulut bulat tanpa papel. Pada ujung bagian belakang atau
posterior pada cacing betina membulat dan tumpul, pada cacing jantan melengkung ke
ventral dengan dua buah papel.
 Cacing betina bersifat vivipar [berkembang biak dengan melahirkan] dan
biasanya masuk ke mukosa vilus usus, mulai dari duodenum sampai ke sekum.
Seekor cacing betina dapat mengeluarkan kira- kira 1500 larva. Larva tersebut
dilepaskan di jaringan mukosa, masuk ke dalam kelenjar limfe dan peredaran
darah, dan kemudian dengan adanya bereadanya di pembuluh darah kemudian
menyebar ke seluruh tubuh, terutama otot (diafragma, iga, lidah, laring,
mata, perut biseps dan lain-lain, Kira-kira pada awal minggu ke-4 larva
Trichinella Spiralis yang telah tumbuh hanya menjadi kista dalam jenis otot
yang bergaris lintang.
 Kista Trichinella Spiralis dapat hidup di otot selama kira-kira 18 bulan,
kemudian lerjadi perkapuran dalam waktu 6 bulan sampai 2 tahun. Infeksi
pada manusia terjadi apabila daging babi yang mengandung larva infektif [bisa
menyebabkan infeksi] yang terdapat di dalam kista dimakan oleh manusia.
 Ketika berada di usus halus bagian proksimal dinding kista dicernakan dan
dalam waktu beberapa jam larva dari Trichinella Spiralis dilepaskan, dan
segera masuk mukosa, kemudian menjadi cacing Trichinella Spiralis dewasa
dalam waktu 1,5 - 2 hari.
PATOGENESIS TRICHINELLA SPIRALIS
Inti patogenesis trikinosis adalah sensitisasi organisme terhadap antigen cacing, diwujudkan
dalam berbagai tingkat pada tahap invasi usus, migrasi dan otot. Pada akhir minggu pertama
setelah infeksi, terutama di usus kecil, betina Trichinella, yang direndam dalam mukosa,
ditemukan di sekitar reaksi inflamasi katarrhal-hemorrhagic lokal berkembang. Pada invasi
berat, lesi nekrotik ulseratif mukosa usus diamati. Individu dewasa dari zat isolat
imunosupresif cacing yang menekan reaksi inflamasi yang hebat, yang memfasilitasi migrasi
larva. Di jejunum sistem kinin diaktifkan. Hormon lain yang menyebabkan gangguan
fungsional, sindrom nyeri. Metabolit dari larva yang bermigrasi, produk yang dilepaskan
setelah kematian mereka, adalah antigen yang memiliki sifat sensitisasi, enzimatik dan
toksik. Akibatnya, reaksi alergi yang parah berkembang dengan kerusakan pembuluh darah,
gangguan koagulasi, edema jaringan, peningkatan aktivitas sekresi selaput lendir. Pada
minggu kedua, larva ditemukan tidak hanya pada otot rangka, tapi juga di miokardium, paru-
paru, ginjal, dan otak. Pada organ parenkim, larva tersebut musnah.
Mengembangkan reaksi imunopatologis menyebabkan lesi parah: miokarditis,
meningoensefalitis, radang paru-paru. Proses inflamasi pada akhirnya mereda,
namun setelah 5-6 minggu bisa diganti dengan dystrophic, konsekuensinya hilang
hanya setelah 6-12 bulan. Dari otot rangka yang paling sering terkena kelompok
dengan suplai darah melimpah (otot intercostal, chewing, oculomotor, diafragma,
otot leher, lidah, ekstremitas atas dan bawah). Pada pasien dengan penyakit berat, 50-
100 atau lebih larva Trichinella ditemukan dalam 1 g massa otot.
Pada akhir minggu ketiga, larva memperoleh bentuk spiral, infiltrasi seluler intens diamati di
sekitar mereka, dimana kapsul berserat terbentuk. Proses pembentukan kapsul terganggu oleh
pemuatan antigenik yang berlebihan (dengan invasi besar-besaran), dan juga di bawah
pengaruh zat dengan sifat imunosupresif (glukokortikoid, dll.). Pada organ parenkim infiltrat
nodular ditemukan. Pada miokardium, larva Trichinella menyebabkan munculnya beberapa
fokus inflamasi pada jaringan interstisial, namun kapsul nyata pada otot jantung tidak
terbentuk. Dengan infestasi intensif pada miokardium, reaksi inflamasi fokal-diffuse dan
perubahan distrofi berkembang; Kemungkinan pembentukan granuloma dan pengembangan
vaskulitis dengan kekalahan arteriol dan kapiler otak dan meninges.
Trichinosis ditandai dengan kekebalan non steril yang persisten, yang disebabkan oleh adanya
larva yang dienkapsulasi patogen pada otot orang yang terinfeksi. Kandungan tinggi antibodi
spesifik dalam serum darah diamati dari akhir minggu kedua dan mencapai maksimum pada
minggu ke 4-7. Kompleks reaksi pada tahap enteral mencegah penetrasi sebagian besar larva
ke dalam aliran darah, yang membatasi penyebarannya ke dalam tubuh.
Gejala Klinis Trichinella Spiralis
 Gejala trikinosis tergantung pada beratnya infeksi yang disebabkan oleh cacing
dewasa dan stadium larva.
 pada saat cacing dewasa mengadakan invansi ke mukosa usus,timbul gejala
usus seperti sakit perut,diare,mual dan muntah.Masa tunas 1-2 hari sesudah
infeksi.
 Larva tersebar diotot 7-28 hari sesudah infeksi.Pada saat itu timbul nyeri
otot(mialgia) dan radang otot (miositis) yang disertai demam,easinofilia dan
hipereosinofilia,biasanya penderita sembuh secara perlahan-lahan bersamaan
dengan dibentuknya kista dalam otot.
 Pada infeksi berat(5000 ekor larva/kg berat badan) penderita mungkin
meninggal dalam waktu 2-3 minggu,tetapi biasanya kematian terjadi dalam
waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan paru,otak atau kelainan jantung
Trichinella spiralis
Diagnosis laboratorium Trichinella spiralis
Disamping diagnosis klinis yang tidak dapat diabaikan, diagnosis pasti sering
tergantungan pada pemeriksaan laboratorium. Tes kulit dengan memakai
antigen yang terbuat dari larva Trichinella dapat memberikan reaksi positif
pada minggu ke-3 atau ke-4. Reaksi berupa benjolan memutih pada kulit
dengan diameter 5 mm atau lebih yang dikelilingi daerah eritema.
Reaksi imunologi lainnya seperti tes ikat komplemen dan tes presipitin dapat
juga di lakukan.
Mencari larva di dalam darah dan cairan otak dapat dilakukan pada hari ke 8-
14 sesudah infeksi. Dengan diopsi otot, larva trichinella dapat ditemukan
pada minggu ke 3 tau ke4 sesudah infeksi.
Pengobatan Trichinella spiralis
 Pengobatan trikinosis terutama dilakukan secara simtomasis. Sakit kepala
dan nyeri otot dapat di hilangkan dengan obat analgetik. Obat sedatif
kadang-kadang perlu juga terutama ada kelainan susunan saraf pusat.
 Mebendazol 100 mg dua kali sehari selama beberapa hari mempunyai efek
mematikan pada fase infaksi pada pembentukan kapsul Trichinella. Obat
diberikan 2x1 tablet 100 mg selama beberapa hari.
beberapa langkah pencegahannya terhadap
trichinella spriralis berikut ini :
 Menghindari Konsumsi Daging Mentah
 Masak Daging Dengan Baik
 Bekukan Daging Dengan Baik
 Mencuci Tangan
 Memperhatikan Pakan Ternak
 Istirahatkan Daging
 Obat Pereda Nyeri
 Banyak Mengkonsumsi Probiotik
 Banyak Mengkonsumsi Oregano
 Perbanyak Selenium
 Memeriksa Produk Daging
Epidemiologi Trichinella spiralis
 Dilihat dari daur hidupnya, babi dan tikus memelihara infekdi di alam. Infeksi
pada babi terjadi karena babi makan tikus yang mengandung larva infektif dalam
ototnya, atau karena babi makan sampah dapur dan sampah pejagalan yang
berisi sisa-sisa daging babi yang mengandung larva infektif.
 Sebaliknya , tikus mendapatkan infeksi karena makan sisa daging babi di
pejagalan atau di rumah dan juga karena makan bangkai tikus. Frekuensi
trikinosis pada manusia tinggi di daerah yang banyak makanan babi yang diberi
makanan dari sisa pejagalan , misalnya di Amerika Serikat daerah Timur Laut.
Frekuensi di daerah Selatan dan Barat-Tengah rendah, karena babi diberi maknan
gandum.
 Infeksi Trichinella spiralis pada manusia tergantung dari lenyapnya penyakit ini
pada babi, misalnya dengan memusnahkan sisa penjagalan yang mengandung
potongan daging mentah. Pengolahan daging babi sebelum dimakan oleh manusia
juga penting. Home made sausage dapat lebih berbahaya. Hendaknya dilakukan
pendidikan pada ibu rumah tangga cara memasak daging babi yang baik.
Gejala Klinis Trichinella Spiralis
1. Pada saat cacing dewasa mengadakan invansi ke mukosa usus, timbul gejala usus seperti
sakit perut, diare, mual dan muntah. Masa tunas 1-2 hari sesudah infeksi.
2. Larva terbesar di otot 7-28 hari sesudah infeksi. Pada saat itu timbul nyeri otot (mialgia) dan
radang otot (miositis) yang disertai demam, eosinofilia dan hipereosinofilia, biasanya
penderita sembuh secara perlahan lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot.
3. Pada Infeksi berat (5000 ekor larva / kg berat badan) Penderita meninggal dalam waktu 2-3
minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan
paru, otak atau kelainan jantung
S E K I A N
Strongyloides stercoralis & Trichinella spiralis
Kelompok 3
1. Risky Messyana
2. Bagus Saputra
3. Tommy Setiawan
4. Aprilia Mayang Asih
5. Elvi Rahmi
6. Tasya Dwi Febriani
7. Sheren Wina Reulista
8. Tri Mulyaningsih
9. Indah Putri Armeili
10. Syafira Diska Hardanti
11. Dewi Lestari
12. Sari Apri Anjani
13. Ashaka Mayra Libertha
14. Ervika Dwi Ananda Putri
15. Nava Yuristika Wulandari
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis

More Related Content

What's hot (20)

Pewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode KleinPewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode Klein
Auliabcd
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Irawati Nurani
Nematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringanNematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringan
Iqbal Agung
MAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDALMAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDAL
Winniey Tillich Wahyuni
Morfologi Koloni, Pembiakan Bakteri Dan Jamur
Morfologi Koloni, Pembiakan Bakteri Dan JamurMorfologi Koloni, Pembiakan Bakteri Dan Jamur
Morfologi Koloni, Pembiakan Bakteri Dan Jamur
pjj_kemenkes
Uji widal xi tlm
Uji widal xi tlmUji widal xi tlm
Uji widal xi tlm
materipptgc
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Josua Sitorus
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
Eka Selvina
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
siska fiany
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
progsus6
Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalisTrichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis
Valentina Frebianti
Trypanosoma
TrypanosomaTrypanosoma
Trypanosoma
Siti Indriani Dewi
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
Abulkhair Abdullah
Soal soal hematologi
Soal soal hematologiSoal soal hematologi
Soal soal hematologi
Ratna Kristiani
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
AhmadPurnawarmanFais
Ppt nematoda.
Ppt nematoda.Ppt nematoda.
Ppt nematoda.
dwikartikasari25
Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Dhanti Utari
Kamar hitung trambosit
Kamar hitung trambositKamar hitung trambosit
Kamar hitung trambosit
dery laskar/ kahadari
Pewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode KleinPewarnaan Spora Metode Klein
Pewarnaan Spora Metode Klein
Auliabcd
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Irawati Nurani
Nematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringanNematoda darah dan jaringan
Nematoda darah dan jaringan
Iqbal Agung
Morfologi Koloni, Pembiakan Bakteri Dan Jamur
Morfologi Koloni, Pembiakan Bakteri Dan JamurMorfologi Koloni, Pembiakan Bakteri Dan Jamur
Morfologi Koloni, Pembiakan Bakteri Dan Jamur
pjj_kemenkes
Uji widal xi tlm
Uji widal xi tlmUji widal xi tlm
Uji widal xi tlm
materipptgc
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces AspergillusPenicillium Paecilomyces Aspergillus
Penicillium Paecilomyces Aspergillus
Josua Sitorus
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
Eka Selvina
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
siska fiany
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
progsus6
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
AhmadPurnawarmanFais
Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Dhanti Utari

Similar to PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis (20)

Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
Apridinata
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptxKuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
HeppySetyaprima3
Aschelminthes-Kelompok 7B.pptx
Aschelminthes-Kelompok 7B.pptxAschelminthes-Kelompok 7B.pptx
Aschelminthes-Kelompok 7B.pptx
SitiHafsoh3
LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT.pptx
LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT.pptxLALAT SEBAGAI VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT.pptx
LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT.pptx
albakiddies
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
pjj_kemenkes
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
pjj_kemenkes
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptxCILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
KheziaSimangunsong
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMAKingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Teuku Ichsan
Parasitologi arthropoda presentation
Parasitologi arthropoda presentationParasitologi arthropoda presentation
Parasitologi arthropoda presentation
nurahlina08
Cacing nematoda
Cacing nematodaCacing nematoda
Cacing nematoda
feni gita safitri
MODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdf
MODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdfMODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdf
MODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdf
Gayuh Syaikhullah
Makalah Multiceps spp
Makalah Multiceps sppMakalah Multiceps spp
Makalah Multiceps spp
Firdika Arini
Filum platyhelminthes
Filum platyhelminthesFilum platyhelminthes
Filum platyhelminthes
Onic Agustina
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
Josua Sitorus
pathofisiologi, etiologi filiaris.pptx
pathofisiologi, etiologi   filiaris.pptxpathofisiologi, etiologi   filiaris.pptx
pathofisiologi, etiologi filiaris.pptx
JeremiaSimbolon
Cacing(vermes) biologi
Cacing(vermes)  biologiCacing(vermes)  biologi
Cacing(vermes) biologi
SMA N 90 JKT
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdfcacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
AgathaHaselvin
PPT- EDUCATION SAINS OF BIOLOGY PLATYHELMINTHES.pptx
PPT- EDUCATION SAINS OF BIOLOGY PLATYHELMINTHES.pptxPPT- EDUCATION SAINS OF BIOLOGY PLATYHELMINTHES.pptx
PPT- EDUCATION SAINS OF BIOLOGY PLATYHELMINTHES.pptx
AhmadRayhan21
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
Apridinata
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptxKuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
HeppySetyaprima3
Aschelminthes-Kelompok 7B.pptx
Aschelminthes-Kelompok 7B.pptxAschelminthes-Kelompok 7B.pptx
Aschelminthes-Kelompok 7B.pptx
SitiHafsoh3
LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT.pptx
LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT.pptxLALAT SEBAGAI VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT.pptx
LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYEBAB PENYAKIT.pptx
albakiddies
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptxCILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
CILIOPHORA dan SPOROZOA.pptx
KheziaSimangunsong
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMAKingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Teuku Ichsan
Parasitologi arthropoda presentation
Parasitologi arthropoda presentationParasitologi arthropoda presentation
Parasitologi arthropoda presentation
nurahlina08
MODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdf
MODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdfMODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdf
MODUL INTERAKTIF - EKTOPARASIT.pdf
Gayuh Syaikhullah
Makalah Multiceps spp
Makalah Multiceps sppMakalah Multiceps spp
Makalah Multiceps spp
Firdika Arini
Filum platyhelminthes
Filum platyhelminthesFilum platyhelminthes
Filum platyhelminthes
Onic Agustina
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
Josua Sitorus
pathofisiologi, etiologi filiaris.pptx
pathofisiologi, etiologi   filiaris.pptxpathofisiologi, etiologi   filiaris.pptx
pathofisiologi, etiologi filiaris.pptx
JeremiaSimbolon
Cacing(vermes) biologi
Cacing(vermes)  biologiCacing(vermes)  biologi
Cacing(vermes) biologi
SMA N 90 JKT
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdfcacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
cacingvermesbiologi-150217115831-conversion-gate01.pdf
AgathaHaselvin
PPT- EDUCATION SAINS OF BIOLOGY PLATYHELMINTHES.pptx
PPT- EDUCATION SAINS OF BIOLOGY PLATYHELMINTHES.pptxPPT- EDUCATION SAINS OF BIOLOGY PLATYHELMINTHES.pptx
PPT- EDUCATION SAINS OF BIOLOGY PLATYHELMINTHES.pptx
AhmadRayhan21

More from Riskymessyana99 (8)

PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
Riskymessyana99
PPT immunoserologi - Antibodi
PPT immunoserologi - AntibodiPPT immunoserologi - Antibodi
PPT immunoserologi - Antibodi
Riskymessyana99
Plebotomi - teknik pengambilan darah vena
Plebotomi - teknik pengambilan darah venaPlebotomi - teknik pengambilan darah vena
Plebotomi - teknik pengambilan darah vena
Riskymessyana99
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
Riskymessyana99
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsiPPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
Riskymessyana99
PPT Kimia Air - PEMERIKSAAN AIR DANAU
PPT Kimia Air - PEMERIKSAAN AIR DANAUPPT Kimia Air - PEMERIKSAAN AIR DANAU
PPT Kimia Air - PEMERIKSAAN AIR DANAU
Riskymessyana99
Manajemen Laboratorium - DENAH BIOSAFETY
Manajemen Laboratorium - DENAH BIOSAFETYManajemen Laboratorium - DENAH BIOSAFETY
Manajemen Laboratorium - DENAH BIOSAFETY
Riskymessyana99
Kimia Amami - Analisa garam konsumsi
Kimia Amami - Analisa garam konsumsiKimia Amami - Analisa garam konsumsi
Kimia Amami - Analisa garam konsumsi
Riskymessyana99
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
Riskymessyana99
PPT immunoserologi - Antibodi
PPT immunoserologi - AntibodiPPT immunoserologi - Antibodi
PPT immunoserologi - Antibodi
Riskymessyana99
Plebotomi - teknik pengambilan darah vena
Plebotomi - teknik pengambilan darah venaPlebotomi - teknik pengambilan darah vena
Plebotomi - teknik pengambilan darah vena
Riskymessyana99
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
PPT Hematologi - PT ( Protrombin)
Riskymessyana99
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsiPPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
Riskymessyana99
PPT Kimia Air - PEMERIKSAAN AIR DANAU
PPT Kimia Air - PEMERIKSAAN AIR DANAUPPT Kimia Air - PEMERIKSAAN AIR DANAU
PPT Kimia Air - PEMERIKSAAN AIR DANAU
Riskymessyana99
Manajemen Laboratorium - DENAH BIOSAFETY
Manajemen Laboratorium - DENAH BIOSAFETYManajemen Laboratorium - DENAH BIOSAFETY
Manajemen Laboratorium - DENAH BIOSAFETY
Riskymessyana99
Kimia Amami - Analisa garam konsumsi
Kimia Amami - Analisa garam konsumsiKimia Amami - Analisa garam konsumsi
Kimia Amami - Analisa garam konsumsi
Riskymessyana99

Recently uploaded (20)

PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdfPROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
Indra Diputra
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...
Dadang Solihin
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia Emas
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia EmasMemperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia Emas
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia Emas
Dadang Solihin
Pertemuan 01. Pendahuluan Statistika Informatika
Pertemuan 01. Pendahuluan Statistika InformatikaPertemuan 01. Pendahuluan Statistika Informatika
Pertemuan 01. Pendahuluan Statistika Informatika
AsepSaepulrohman4
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptxpertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
AyiDamayani
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docxKisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
KhusnulAzizah4
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsiMenggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
suandi01
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptxProgram Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Fajar Baskoro
kimia farmasi mengenai materi kimia dalam
kimia farmasi mengenai materi kimia dalamkimia farmasi mengenai materi kimia dalam
kimia farmasi mengenai materi kimia dalam
dessyratnasari13
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
shafiqsmkamil
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
HariSucihatiHutahaea
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptxMateri Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
imamtarmiji2
RPT PEND MORAL.docxUNTU RUJUKAN GURU 2025
RPT PEND MORAL.docxUNTU RUJUKAN GURU 2025RPT PEND MORAL.docxUNTU RUJUKAN GURU 2025
RPT PEND MORAL.docxUNTU RUJUKAN GURU 2025
ROBIATUL29
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewaANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
MuhamadFahmiAziz
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptxpertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
AyiDamayani
Pengumpulan data- Askeb komunitas-Pertemuan 10
Pengumpulan data- Askeb komunitas-Pertemuan 10Pengumpulan data- Askeb komunitas-Pertemuan 10
Pengumpulan data- Askeb komunitas-Pertemuan 10
AyiDamayani
Pergub No. 59 Tahun 2023 - RP3KP PROV NTB 2023-2043.pdf
Pergub No. 59 Tahun 2023 - RP3KP PROV NTB 2023-2043.pdfPergub No. 59 Tahun 2023 - RP3KP PROV NTB 2023-2043.pdf
Pergub No. 59 Tahun 2023 - RP3KP PROV NTB 2023-2043.pdf
WEST NUSA TENGGARA
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20 TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20  TUGAS ORIENTASI PPPK .pptxTUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20  TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20 TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
eraoktafia92
Chapter 3 - Network Thread and Attack Najib Muhammad
Chapter 3 - Network Thread and Attack Najib MuhammadChapter 3 - Network Thread and Attack Najib Muhammad
Chapter 3 - Network Thread and Attack Najib Muhammad
Universitas Teknokrat Indonesia
BANGSA DAN KARAKTERISTIK TERNAK KAMBING.docx
BANGSA DAN KARAKTERISTIK TERNAK KAMBING.docxBANGSA DAN KARAKTERISTIK TERNAK KAMBING.docx
BANGSA DAN KARAKTERISTIK TERNAK KAMBING.docx
AzuraAgusnasya
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdfPROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
PROSES PERHITUNGAN IKU tahun 2024 untuk perguruan tinggi akademik dan vokasi.pdf
Indra Diputra
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...
Restrukturisasi dan Redistribusi Ekonomi melalui Danantara: Pesimis atau Opti...
Dadang Solihin
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia Emas
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia EmasMemperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia Emas
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia Emas
Dadang Solihin
Pertemuan 01. Pendahuluan Statistika Informatika
Pertemuan 01. Pendahuluan Statistika InformatikaPertemuan 01. Pendahuluan Statistika Informatika
Pertemuan 01. Pendahuluan Statistika Informatika
AsepSaepulrohman4
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptxpertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
pertemuan 12 - asuhan komunitas 2025.pptx
AyiDamayani
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docxKisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
Kisi- kisi Ujian Madrasah Baha Indonesia 2025.docx
KhusnulAzizah4
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsiMenggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
Menggambar Objek Tumbuhan dengan memperhatikan proporsi
suandi01
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptxProgram Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Fajar Baskoro
kimia farmasi mengenai materi kimia dalam
kimia farmasi mengenai materi kimia dalamkimia farmasi mengenai materi kimia dalam
kimia farmasi mengenai materi kimia dalam
dessyratnasari13
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
shafiqsmkamil
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
MODUL-AJAR-KELAS-9-sem-GENAP kurikulum 2013
HariSucihatiHutahaea
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptxMateri Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
Materi Tarhib Ramadhan, PRM Situsar.pptx
imamtarmiji2
RPT PEND MORAL.docxUNTU RUJUKAN GURU 2025
RPT PEND MORAL.docxUNTU RUJUKAN GURU 2025RPT PEND MORAL.docxUNTU RUJUKAN GURU 2025
RPT PEND MORAL.docxUNTU RUJUKAN GURU 2025
ROBIATUL29
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewaANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
ANAK Cerdas istimewa dan berbakat istimewa
MuhamadFahmiAziz
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptxpertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
pertemuan 13-asuhan komunitas 2025 .pptx
AyiDamayani
Pengumpulan data- Askeb komunitas-Pertemuan 10
Pengumpulan data- Askeb komunitas-Pertemuan 10Pengumpulan data- Askeb komunitas-Pertemuan 10
Pengumpulan data- Askeb komunitas-Pertemuan 10
AyiDamayani
Pergub No. 59 Tahun 2023 - RP3KP PROV NTB 2023-2043.pdf
Pergub No. 59 Tahun 2023 - RP3KP PROV NTB 2023-2043.pdfPergub No. 59 Tahun 2023 - RP3KP PROV NTB 2023-2043.pdf
Pergub No. 59 Tahun 2023 - RP3KP PROV NTB 2023-2043.pdf
WEST NUSA TENGGARA
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20 TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20  TUGAS ORIENTASI PPPK .pptxTUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20  TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
TUGAS KELOMPOK 3 ANGKATAN 20 TUGAS ORIENTASI PPPK .pptx
eraoktafia92
BANGSA DAN KARAKTERISTIK TERNAK KAMBING.docx
BANGSA DAN KARAKTERISTIK TERNAK KAMBING.docxBANGSA DAN KARAKTERISTIK TERNAK KAMBING.docx
BANGSA DAN KARAKTERISTIK TERNAK KAMBING.docx
AzuraAgusnasya

PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis

  • 1. PARASITOLOGI II Kelompok 3 1. Risky Messyana 2. Bagus Saputra 3. Tommy Setiawan 4. Aprilia Mayang Asih 5. Elvi Rahmi 6. Tasya Dwi Febriani 7. Sheren Wina Reulista 8. Tri Mulyaningsih 9. Indah Putri Armeili 10. Syafira Diska Hardanti 11. Dewi Lestari 12. Sari Apri Anjani 13. Ashaka Mayra Libertha 14. Ervika Dwi Ananda Putri 15. Nava Yuristika Wulandari
  • 3. Strongyloides stercoralis 1. Morfologi 5. Diagnosa Lab & Epidemiologi 4. Gejala Klinik 3. Patogenesis 2. Siklus Hidup
  • 4. Strongyloides stercoralis KLASIFIKASI Phylum : Nemathelminthes Class : Nematoda Order : Rhabditia Family : Rhabditoidea Genus : Strongyloides Species : Strongyloides stercoralis
  • 5. Strongyloides stercoralis M O R F O L O G I Telur S.stercoralis berisi larva Akan sangat jarang menemukan telur S. stercoralis pada pemeriksaan feses penderita dibawah mikroskop, mengapa demikian ? Hal ini terjadi karena telur yang dikeluarkan dari induknya sudah berisi larva (ovovivipar) dan ketika didalam usus halus, telur tersebut langsung menetas, sehingga yang keluar dari feses penderita pasti sudah dalam bentuk larva, bila masih ada dalam bentuk telur, itupun sangat jarang dan langka. Ini menjadi kunci diagnosis pada penderita yang terinfeksi S.stercoralis (bahwa yang biasanya ditemukan di feses adalah larvanya bukan telurnya). 1. TELU R
  • 6. Strongyloides stercoralis M O R F O L O G I2. LARV A Hijau: mulut yang pendek | Merah: oesophagus | Biru: Genital Primordium Untuk larva rhabditiform memiliki ciri rongga mulut yang pendek, panjang cacingnya 200-250 mikron silindris, oesophagus pada bagian tengah terdapat semacam sabuk dan terdapat bulbus dibagian posteriornya. a. Larva Rhabditiform b. Larva Filariform Untuk larva filariformnya memiliki ciri khas oesophagus yang lebih panjang, bentuk cacing yang lebih langsing dan ujung posteriornya memiliki lekuk atau takik
  • 7. Strongyloides stercoralis M O R F O L O G I3. CACIN G Merah: Spicule cacing dewasa jantan Untuk cacing dewasa jantan, baik yang parasitik dan free living memiliki ciri yang sama, yakni panjangnya sekitar 0,7 mm, tidak memiliki caudal alae tapi memiliki 2 spicuale di dekat ujung posterior, melengkung ke ventral dan runcing. a. Cacing Dewasa Jantan b. Cacing Dewasa Betina Free Living Adult Female (telurnya berjajar seperti buah petai) Untuk dewasa betina, memiliki sedikit perbedaan antara parasitik dan free living, yakni untuk betina free living memiliki tubuh yang lebih pendek dan relatif gemuk, telur-telur yang ada ditubuhnya tampak seperti buah petai. Untuk yang parasitik bentuknya langsing dan lebih panjang, ujung posteriornya runcing.
  • 10. Strongyloides stercoralis SIKLUS HIDUP 1. SIKLUS LANGSUNG Telur yang menetas selama 2-3 hari di tanah kemudian menjadi larva rabditiform lalu manjadi larva filaform yang merupakan bentuk infektif. Bila larva filariform menembus kulit manusia larva tumbuh masuk ke dalam sistem peredarandarah vena kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru menembus alveolus masuk ke trakea dan laring reflek batuk parasit tertelan ke usus halus menjadi dewasa.
  • 11. Strongyloides stercoralis SIKLUS HIDUP 2. SIKLUS TIDAK LANGSUNG Larva rabditiform yang berada ditanah menjadi cacing dewasa dalam bentuk bebas. Cacing betina menghasilkan telur yang menetas menjadi larva rabditiform dan dalam beberapa hari menjadi larva filariform yang infektif dan masuk ke dalam hospes. Larva rabditiform ini dapat juga mengulang fase hidup bebas. Siklus tidak langsung ini terjadi bila mana keadaan lingkungan sekitarnya optimum yaitu daerah tropik dan beriklim lembab.
  • 12. Strongyloides stercoralis SIKLUS HIDUP 3. Autoinfeksi Larva rabditiform kadang-kadang menjadi larva filariform di usus atau disekitar parianal. Bila larva filariform menembus mukosa usus atau parienal akan terjadi siklus perkembangan dalam hospes. Adanya autoinfeksi menyebabkan Strongylodiasis menahun pada penderita yang hidup di daerah non endemik.
  • 15. Strongyloides stercoralisPATOGENESIS & GEJALA KLINIS Jenis cacing ini membahayakan bagi bayi karena dapat ditularkan melalui ASI. Spesies ini hidup pada daerah beriklim tropis dan subtropis. Hanya cacing betina pada spesies ini yang hidup sebagai parasit pada tubuh manusia, terutama di duodenum dan jejenum. Larva filariform bisa juga terbentuk dalam usus sehingga terjadi infeksi yang disebut auto infeksi interna. Tipe nama penyakit yang disebabkan organisem ini: - tipe ringan (hampir tidak menimbulkan gejala) - tipe sedang (mengalami gangguan di usus) - tipe berat (seluruh tubuh dan menyebabkan kematian )
  • 16. ... Apabila larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit akan timbul kelainan pada kulit yang dinamakan creeping eruptuon yang disertai rasa gatal. Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus. Infeksi ringan biasanya terjadi tidak menimbulkan gejala. Infeksi sedang menyebabkan sakit di daerah epigastrium. Pada Strongyloidiasis ada kemungkinan autoinfeksi dan hiperinfeksi. Pada pemeriksaan darah mungkin ditemukan eosinofilia atau tripereosmofilia. Strongyloides stercoralisPATOGENESIS & GEJALA KLINIS
  • 17. diare sakit perut mual muntah batuk kering dyspnea infiltrasi pulmonal sementara iritasi tenggorokan Sindrom Loffler (pneumonia eosinofilik) eosinofilia berfluktuasi ruam (larva currens) tanpa gejala Strongyloides stercoralis GEJALA KLINIS
  • 18. Strongyloides stercoralisDiagnosa Laboratorium Diagnosis Klinik ditujukan apabila menemukan larva rabditiform di feses segar. Biakan feses yang didiamkan selama 48 jam menghasilkan larva filariform dan cacing dewasa Strongyloides stercolaris yang hidup bebas. Pemeriksaan Fisik : 1. Timbul kelainan pada kulit creeping eruption berupa papul eritema yang menjalar dan tersusun linear atau berkelok-kelok meyerupai benang dengan kecepatan 2 cm per hari. Predileksi penyakit ini terutama pada daerah telapak kaki, bokong, genital dan tangan. 2. Pemeriksaan generalis: nyeri epigastrium. Pemeriksaan Penunjang : 1. Pemeriksaan laboratorium mikroskopik: menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, atau menemukan cacing dewasa Strongyloides stercoralis. 2. Pemeriksaan laboratorium darah: dapat ditemukan eosinofilia atau hipereosinofilia, walaupun pada banyak kasus jumlah sel eosinofilia normal.
  • 20. Strongyloides stercoralis Epidemiologi Strongyloides strecoralis berkembang lebih cepat dari pada larva cacing tambang. Dalam waktu 34-48 jam terbentuk larva filariform yang infektif. Larva ini mempunyai satu siklus bentuk bebas di tanah yaitu 1-2 minggu , akan tetapi cacing ini mempunyai satu siklus bentuk bebas di tanah yang terus menerus menghasilkan bentuk infektif sehingga perkembangan bentuk bebas di tanah dapat mencapai endemisitas tinggi. Larva ketiga spesies ini memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya, oleh karena itu olahan tanah dalam bentuk apapun di lahan pertanian dan perkebunan akan menguntungkan pertumbuhan larva. Keadaan tanah, iklim, sanitasi, kontak langsung dengan tanah dan kebiasaan tanpa alas kaki merupakan faktor terjadinya infeksi cacing ini.
  • 22. Morfologi Trichinella Spiralis Cacing Trichinella Spiralis dewasa mempunyai bentuk tubuh halus seperti rambut. Pada Trichinella Spiralis betina mempunyai panjang badan 3-4 mm dan Trichinella Spiralis jantan kira-kira mempunyai panjang badan kurang lebih 1,5 mm. Ujung bagian depan atau anterior langsing dengan mulut bulat tanpa papel. Pada ujung bagian belakang atau posterior pada cacing betina membulat dan tumpul, pada cacing jantan melengkung ke ventral dengan dua buah papel.
  • 23. Cacing betina bersifat vivipar [berkembang biak dengan melahirkan] dan biasanya masuk ke mukosa vilus usus, mulai dari duodenum sampai ke sekum. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan kira- kira 1500 larva. Larva tersebut dilepaskan di jaringan mukosa, masuk ke dalam kelenjar limfe dan peredaran darah, dan kemudian dengan adanya bereadanya di pembuluh darah kemudian menyebar ke seluruh tubuh, terutama otot (diafragma, iga, lidah, laring, mata, perut biseps dan lain-lain, Kira-kira pada awal minggu ke-4 larva Trichinella Spiralis yang telah tumbuh hanya menjadi kista dalam jenis otot yang bergaris lintang. Kista Trichinella Spiralis dapat hidup di otot selama kira-kira 18 bulan, kemudian lerjadi perkapuran dalam waktu 6 bulan sampai 2 tahun. Infeksi pada manusia terjadi apabila daging babi yang mengandung larva infektif [bisa menyebabkan infeksi] yang terdapat di dalam kista dimakan oleh manusia. Ketika berada di usus halus bagian proksimal dinding kista dicernakan dan dalam waktu beberapa jam larva dari Trichinella Spiralis dilepaskan, dan segera masuk mukosa, kemudian menjadi cacing Trichinella Spiralis dewasa dalam waktu 1,5 - 2 hari.
  • 24. PATOGENESIS TRICHINELLA SPIRALIS Inti patogenesis trikinosis adalah sensitisasi organisme terhadap antigen cacing, diwujudkan dalam berbagai tingkat pada tahap invasi usus, migrasi dan otot. Pada akhir minggu pertama setelah infeksi, terutama di usus kecil, betina Trichinella, yang direndam dalam mukosa, ditemukan di sekitar reaksi inflamasi katarrhal-hemorrhagic lokal berkembang. Pada invasi berat, lesi nekrotik ulseratif mukosa usus diamati. Individu dewasa dari zat isolat imunosupresif cacing yang menekan reaksi inflamasi yang hebat, yang memfasilitasi migrasi larva. Di jejunum sistem kinin diaktifkan. Hormon lain yang menyebabkan gangguan fungsional, sindrom nyeri. Metabolit dari larva yang bermigrasi, produk yang dilepaskan setelah kematian mereka, adalah antigen yang memiliki sifat sensitisasi, enzimatik dan toksik. Akibatnya, reaksi alergi yang parah berkembang dengan kerusakan pembuluh darah, gangguan koagulasi, edema jaringan, peningkatan aktivitas sekresi selaput lendir. Pada minggu kedua, larva ditemukan tidak hanya pada otot rangka, tapi juga di miokardium, paru- paru, ginjal, dan otak. Pada organ parenkim, larva tersebut musnah.
  • 25. Mengembangkan reaksi imunopatologis menyebabkan lesi parah: miokarditis, meningoensefalitis, radang paru-paru. Proses inflamasi pada akhirnya mereda, namun setelah 5-6 minggu bisa diganti dengan dystrophic, konsekuensinya hilang hanya setelah 6-12 bulan. Dari otot rangka yang paling sering terkena kelompok dengan suplai darah melimpah (otot intercostal, chewing, oculomotor, diafragma, otot leher, lidah, ekstremitas atas dan bawah). Pada pasien dengan penyakit berat, 50- 100 atau lebih larva Trichinella ditemukan dalam 1 g massa otot. Pada akhir minggu ketiga, larva memperoleh bentuk spiral, infiltrasi seluler intens diamati di sekitar mereka, dimana kapsul berserat terbentuk. Proses pembentukan kapsul terganggu oleh pemuatan antigenik yang berlebihan (dengan invasi besar-besaran), dan juga di bawah pengaruh zat dengan sifat imunosupresif (glukokortikoid, dll.). Pada organ parenkim infiltrat nodular ditemukan. Pada miokardium, larva Trichinella menyebabkan munculnya beberapa fokus inflamasi pada jaringan interstisial, namun kapsul nyata pada otot jantung tidak terbentuk. Dengan infestasi intensif pada miokardium, reaksi inflamasi fokal-diffuse dan perubahan distrofi berkembang; Kemungkinan pembentukan granuloma dan pengembangan vaskulitis dengan kekalahan arteriol dan kapiler otak dan meninges.
  • 26. Trichinosis ditandai dengan kekebalan non steril yang persisten, yang disebabkan oleh adanya larva yang dienkapsulasi patogen pada otot orang yang terinfeksi. Kandungan tinggi antibodi spesifik dalam serum darah diamati dari akhir minggu kedua dan mencapai maksimum pada minggu ke 4-7. Kompleks reaksi pada tahap enteral mencegah penetrasi sebagian besar larva ke dalam aliran darah, yang membatasi penyebarannya ke dalam tubuh.
  • 27. Gejala Klinis Trichinella Spiralis Gejala trikinosis tergantung pada beratnya infeksi yang disebabkan oleh cacing dewasa dan stadium larva. pada saat cacing dewasa mengadakan invansi ke mukosa usus,timbul gejala usus seperti sakit perut,diare,mual dan muntah.Masa tunas 1-2 hari sesudah infeksi. Larva tersebar diotot 7-28 hari sesudah infeksi.Pada saat itu timbul nyeri otot(mialgia) dan radang otot (miositis) yang disertai demam,easinofilia dan hipereosinofilia,biasanya penderita sembuh secara perlahan-lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot. Pada infeksi berat(5000 ekor larva/kg berat badan) penderita mungkin meninggal dalam waktu 2-3 minggu,tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan paru,otak atau kelainan jantung
  • 28. Trichinella spiralis Diagnosis laboratorium Trichinella spiralis Disamping diagnosis klinis yang tidak dapat diabaikan, diagnosis pasti sering tergantungan pada pemeriksaan laboratorium. Tes kulit dengan memakai antigen yang terbuat dari larva Trichinella dapat memberikan reaksi positif pada minggu ke-3 atau ke-4. Reaksi berupa benjolan memutih pada kulit dengan diameter 5 mm atau lebih yang dikelilingi daerah eritema. Reaksi imunologi lainnya seperti tes ikat komplemen dan tes presipitin dapat juga di lakukan. Mencari larva di dalam darah dan cairan otak dapat dilakukan pada hari ke 8- 14 sesudah infeksi. Dengan diopsi otot, larva trichinella dapat ditemukan pada minggu ke 3 tau ke4 sesudah infeksi.
  • 29. Pengobatan Trichinella spiralis Pengobatan trikinosis terutama dilakukan secara simtomasis. Sakit kepala dan nyeri otot dapat di hilangkan dengan obat analgetik. Obat sedatif kadang-kadang perlu juga terutama ada kelainan susunan saraf pusat. Mebendazol 100 mg dua kali sehari selama beberapa hari mempunyai efek mematikan pada fase infaksi pada pembentukan kapsul Trichinella. Obat diberikan 2x1 tablet 100 mg selama beberapa hari.
  • 30. beberapa langkah pencegahannya terhadap trichinella spriralis berikut ini : Menghindari Konsumsi Daging Mentah Masak Daging Dengan Baik Bekukan Daging Dengan Baik Mencuci Tangan Memperhatikan Pakan Ternak Istirahatkan Daging Obat Pereda Nyeri Banyak Mengkonsumsi Probiotik Banyak Mengkonsumsi Oregano Perbanyak Selenium Memeriksa Produk Daging
  • 31. Epidemiologi Trichinella spiralis Dilihat dari daur hidupnya, babi dan tikus memelihara infekdi di alam. Infeksi pada babi terjadi karena babi makan tikus yang mengandung larva infektif dalam ototnya, atau karena babi makan sampah dapur dan sampah pejagalan yang berisi sisa-sisa daging babi yang mengandung larva infektif. Sebaliknya , tikus mendapatkan infeksi karena makan sisa daging babi di pejagalan atau di rumah dan juga karena makan bangkai tikus. Frekuensi trikinosis pada manusia tinggi di daerah yang banyak makanan babi yang diberi makanan dari sisa pejagalan , misalnya di Amerika Serikat daerah Timur Laut. Frekuensi di daerah Selatan dan Barat-Tengah rendah, karena babi diberi maknan gandum. Infeksi Trichinella spiralis pada manusia tergantung dari lenyapnya penyakit ini pada babi, misalnya dengan memusnahkan sisa penjagalan yang mengandung potongan daging mentah. Pengolahan daging babi sebelum dimakan oleh manusia juga penting. Home made sausage dapat lebih berbahaya. Hendaknya dilakukan pendidikan pada ibu rumah tangga cara memasak daging babi yang baik.
  • 32. Gejala Klinis Trichinella Spiralis 1. Pada saat cacing dewasa mengadakan invansi ke mukosa usus, timbul gejala usus seperti sakit perut, diare, mual dan muntah. Masa tunas 1-2 hari sesudah infeksi. 2. Larva terbesar di otot 7-28 hari sesudah infeksi. Pada saat itu timbul nyeri otot (mialgia) dan radang otot (miositis) yang disertai demam, eosinofilia dan hipereosinofilia, biasanya penderita sembuh secara perlahan lahan bersamaan dengan dibentuknya kista dalam otot. 3. Pada Infeksi berat (5000 ekor larva / kg berat badan) Penderita meninggal dalam waktu 2-3 minggu, tetapi biasanya kematian terjadi dalam waktu 4-8 minggu sebagai akibat kelainan paru, otak atau kelainan jantung
  • 33. S E K I A N Strongyloides stercoralis & Trichinella spiralis Kelompok 3 1. Risky Messyana 2. Bagus Saputra 3. Tommy Setiawan 4. Aprilia Mayang Asih 5. Elvi Rahmi 6. Tasya Dwi Febriani 7. Sheren Wina Reulista 8. Tri Mulyaningsih 9. Indah Putri Armeili 10. Syafira Diska Hardanti 11. Dewi Lestari 12. Sari Apri Anjani 13. Ashaka Mayra Libertha 14. Ervika Dwi Ananda Putri 15. Nava Yuristika Wulandari