Dokumen ini membahas pengaturan rujukan laboratorium untuk pemeriksaan tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Beberapa poin penting yang dijelaskan adalah penggunaan tes cepat molekuler sebagai alat diagnosis utama TBC, pengaturan jejaring rujukan laboratorium TBC berdasarkan kemampuan pemeriksaan, serta pedoman pengemasan dan pengiriman spesimen ke laboratorium rujukan.
This document discusses diabetic kidney disease (DKD). It covers diagnosing and screening for DKD, the progression of DKD, and the multifactorial intervention strategy for managing DKD including controlling blood glucose, blood pressure, lipids, and nutrition. Tight control of blood glucose and blood pressure through medication and lifestyle changes can delay the onset and progression of DKD.
Tn. N mengalami gangguan psikotik berupa halusinasi auditif dan waham paranoid yang sudah berlangsung selama sebulan. Dokter mendiagnosisnya dengan skizofrenia paranoid dan memberikan obat antipsikotik serta obat untuk mencegah efek samping.
Cedera otak dapat terjadi secara primer akibat benturan langsung ke kepala atau sekunder pasca kejadian awal. Cedera otak primer dapat menyebabkan gegar otak, pembengkakan, atau kerusakan serat saraf secara luas, sementara cedera otak sekunder disebabkan oleh pelepasan zat toksik yang menyebabkan hipotensi, gangguan aliran darah, hipoksia, dan peningkatan tekanan intrakranial. Manajemen ut
Narkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remajaRocky Markiano
油
Dokumen tersebut membahas bahaya penggunaan narkoba di kalangan remaja, termasuk definisi narkoba, jenis-jenisnya, dampak fisik, psikis dan sosial, serta upaya pencegahan dan penanganannya.
Dokumen tersebut membahas tentang narkoba dan efek negatifnya. Jenis-jenis narkoba yang disebutkan meliputi ganja, heroin, shabu-shabu, ekstasi, dan putaw. Dampak penggunaan narkoba secara berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan dan gangguan fisik, mental, sosial. Upaya pencegahan yang dianjurkan meliputi pendidikan, pengawasan, dan kerja sama antar pihak terkait.
Tn. N mengalami gangguan psikotik berupa halusinasi auditif dan waham paranoid yang sudah berlangsung selama sebulan. Dokter mendiagnosisnya dengan skizofrenia paranoid dan memberikan obat antipsikotik serta obat untuk mencegah efek samping.
Cedera otak dapat terjadi secara primer akibat benturan langsung ke kepala atau sekunder pasca kejadian awal. Cedera otak primer dapat menyebabkan gegar otak, pembengkakan, atau kerusakan serat saraf secara luas, sementara cedera otak sekunder disebabkan oleh pelepasan zat toksik yang menyebabkan hipotensi, gangguan aliran darah, hipoksia, dan peningkatan tekanan intrakranial. Manajemen ut
Narkoba dan bahaya pemakaiannya di kalangan remajaRocky Markiano
油
Dokumen tersebut membahas bahaya penggunaan narkoba di kalangan remaja, termasuk definisi narkoba, jenis-jenisnya, dampak fisik, psikis dan sosial, serta upaya pencegahan dan penanganannya.
Dokumen tersebut membahas tentang narkoba dan efek negatifnya. Jenis-jenis narkoba yang disebutkan meliputi ganja, heroin, shabu-shabu, ekstasi, dan putaw. Dampak penggunaan narkoba secara berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan dan gangguan fisik, mental, sosial. Upaya pencegahan yang dianjurkan meliputi pendidikan, pengawasan, dan kerja sama antar pihak terkait.
menjelaskan tentang jenisd-jenis narkoba yaitu narkotika dan psikotropika serta memuat tentang golongan narkotika dan psikotropika. slide ini juga memuat penjelasan secar rinci tentang golongan psikotropika dan narkotika
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, jenis-jenis, dan bahaya narkoba bagi kesehatan secara singkat. Jenis-jenis narkoba yang dijelaskan meliputi narkotika, psikotropika, rokok, alkohol dan zat-zat adiktif lainnya. Bahaya narkoba dapat mempengaruhi secara fisik, psikologis, dan sosial, seperti gangguan syaraf, jantung, paru-paru, dan menyebab
Narkoba merujuk pada sekelompok zat yang dapat menyebabkan ketergantungan dan memiliki risiko bagi penggunanya. Jenis-jenis narkoba antara lain ganja, heroin, kokain, yang dapat digunakan secara oral, inhalasi, atau suntik. Pemakaian jangka panjang tanpa pengawasan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan kematian.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi narkoba, jenis-jenisnya, dan efek pemakaiannya. Narkoba merujuk pada zat-zat psikotropika dan adiktif yang dapat menyebabkan ketergantungan dan berbagai efek negatif pada penggunanya.
Dokumen ini membahas skizofrenia, termasuk gejala positif dan negatif, diagnosis, tipe-tipe, penyebab, dan terapi untuk skizofrenia. Kuliah ini menjelaskan bahwa skizofrenia adalah gangguan kronis yang ditandai oleh delusi, halusinasi, dan gangguan berpikir dan perilaku. Penanganannya meliputi obat, terapi kognitif dan perilaku, serta dukungan sosial dan keluarga.
Dokumen ini membahas tentang Pengantar Psikologi Klinis 1. Tulisan ini menjelaskan bahwa abnormalitas sulit ditentukan karena dipengaruhi oleh konteks budaya dan gender. Tulisan ini juga menjelaskan pendekatan maladaptiveness untuk menilai abnormalitas dengan kriteria distress, dysfunction, dan deviance.
Kuliah membahas profesi terkait kesehatan mental di Amerika, Jerman, dan Indonesia seperti psikolog klinis, psikiater, dan perawat psikiatri. Dijelaskan peran, pendidikan, izin praktek, dan terapi yang mereka lakukan di masing-masing negara.
Dokumen tersebut membahas tiga perspektif untuk memahami abnormalitas yaitu pendekatan biologis, psikologis, dan sosial serta memberikan contoh kasus Albert Ellis yang mengembangkan teori kognitif rasional-emotif berdasarkan pengalamannya sendiri mengatasi ketakutan berkenalan dengan perempuan.
Kuliah membahas perbandingan perawatan gangguan kejiwaan di Amerika dan Indonesia. Di Amerika, ada deinstitusionalisasi yang menutup rumah sakit jiwa dan beralih ke pelayanan komunitas, namun ini tidak berjalan dengan baik. Sistem asuransi kesehatan 'managed care' memonitor pasien tetapi seringkali tidak mencakup kesehatan mental. Di Indonesia, UU Kesehatan Jiwa 2014 melindungi hak pasien dan melarang tindakan tidak manusiawi
1. Psikologi Klinis 2
(Pertemuan 5)
Kuliahkita.com
Pengajar:
Edo Sebastian Jaya, M.Psi
Retha Arjadi, M.Psi
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
2. Agenda Kuliah
Mengenali penyalahgunaan/
ketergantungan pada obat-obatan/ zat
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
3. Masyarakat dan penyalahgunaan obat/ zat
Penyalahgunaan obat-obatan dan zat
terjadi di berbagai negara dan menimpa
berbagai kalangan masyarakat.
Jenis obat dan zat yang digunakan pun
beragam.
Jenis yang paling banyak dan sering
digunakan akan dibahas pada kuliah ini.
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
4. Gangguan yang terkait dengan obat/ zat
Substance intoxication
Mengalami gejala perilaku dan psikologis
yang maladaptif terkait efek dari penggunaan
obat/zat pada sistem saraf pusat.
Substance withdrawal
Mengalami perasaan tertekan (distress) yang
signifikan dalam hal sosial, pekerjaan, atau
area fungsi lain yang disebabkan oleh
menghentikan atau mengurangi penggunakan
obat/zat.
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
5. Gangguan yang terkait dengan obat/ zat
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
Substance abuse
Diganosis ini diberikan ketika penggunaan
obat/ zat secara berulang, dan lama-kelamaan
menimbulkan konsekuensi yang
negatif.
Substance dependence
Diganosis ini diberikan ketika penggunaan
obat/ zat menimbulkan ketergantungan
fisiologis atau kerusakan yang signifikan atau
distress.
6. Kriteria diagnosis substance abuse
Kriteria berdasarkan DSM IV-TR
Satu atau lebih dari gejala berikut muncul dalam
periode 12 bulan, dan menyebabkan gangguan
atau tekanan (distress) yang signifikan:
Gagal memenuhi kewajiban yang penting dalam
pekerjaan, rumah, sekolah, sebagai akibat dari
penggunaan obat/ zat
Penggunaan berulang dari obat/ zat pada situasi yang
membahayakan bagi kondisi fisik
Masalah dengan hukum yang berulang sebagai akibat
dari penggunaan obat/ zat
Melanjutkan menggunakan obat/ zat walaupun sudah
berkali-kali mengalami masalah hukum dan masalah
sosial akibat penggunaan tersebut.
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
7. Kriteria diagnosis substance dependence
Kriteria berdasarkan DSM IV-TR
Pola yang tidak adaptif, yang mengarah pada 3 atau lebih gejala
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
berikut:
Toleransi, yaitu:
Kebutuhan jumlah obat/ zat terus meningkat hingga mencapai efek yang diinginkan
Adanya penurunan efek dari obat/ zat saat menggunakan jumlah yang sama/ tetap
Withdrawal/ Sakaw, yaitu:
Karakteristik sakaw terhadap obat/ zat tertentu
Mengkonsumsi obat/ zat sejenis/ mirip untuk menghindari gejala sakaw
Obat/ zat seringkali dikonsumsi pada jumlah yang lebih besar daripada yang
direncanakan
Adanya keinginan menetap dan kegagalan untuk mengurangi atau mengendalikan
penggunakan obat/ zat
Menghabiskan waktu yang signifikan untuk mencari obat/ zat, menggunakannya, atau
memulihkan diri dari penggunaan tersebut
Penggunaan obat/ zat mengurangi/ mengganggu aktivitas sosial, rekreasional, dan
pekerjaan yang penting
Penggunaan obat/ zat tetap berlanjut walaupun sudah mengetahui bahwa dirinya
mengalami maslaah fisik atau psikologis karena penggunaan tersebut.
8. Depresan
Depresan dapat mengurangi aktivitas sistem
saraf pusat.
Pada dosis rendah, depresan membuat rileks dan
sedikit euphoria
Pada dosis sedang, depresan membuat orang
menjadi rileks dan mengantuk, menurunkan
konsentrasi, dan menganggu kemampuan
berpikir
Pada dosis tinggi, depresan dapat menimbulkan
gejala seperti depresi dan keursakan kognitif/
motorik, serta mengakibatkan pingsan/ tidak
sadar.
Contoh: alkohol, inhalants
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
9. Depresan (tentang alkohol)
Orang yang menyalahgunakan atau ketergantungan alkohol
mengalami masalah sosial dan interpersonal yang beragam, dan
sangat berisiko mengalami masalah kesehatan yang serius.
Pada umumnya, perempuan mengkonsumsi alkohol lebih sedikit
daripada laki-laki dan lebih minim kemungkinannya untuk
mengalami gangguan terkait penggunaan alkohol dibandingkan
laki-laki.
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
10. Depresan (tentang inhalants)
Inhalants adalah zat
yang memproduksi
kimia di otak dan
dapat menyebabkan
kerusakan
permanen pada otak
dan organ tubuh,
serta kematian tiba-tiba
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
akibat perilaku
delusional yang
berbahaya.
11. Stimulan
Stimulan adalah obat/ zat yang mengaktivasi
sistem saraf pusat dan menimbulkan perasaan
berenergi, senang berlebihan (euphoria), percaya
diri berlebihan, kewaspadaan, kuat, serta
mengurangi kebutuhan/ keinginan untuk tidur
serta selera makan. Pada penggunaan kronis,
dapat pula menimbulkan impuslivitas,
hiperseksualitas, tidak bisa diam, dan paranoid.
Contoh: kokain dan amphetamine, nikotin, kafein
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
12. Stimulan (tentang kokain dan amphetamine)
Aktivasi intens pada sistem
saraf pusat yang
disebabkan oleh kokain
dan amphetamine dapat
menimbulkan masalah
pada pernapasan dan
masalah neurologis (saraf).
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
Banyak kasus
menunjukkan kokain dan
amphetamine
menyebabkan kematian
terkait
penyalahgunaannya.
13. Stimulan (tentang nikotin)
Nikotin (kandungan pada rokok)
mempengaruhi tubuh dengan
melepaskan kimia-kimia tertentu pada
tubuh yang dapat mengurangi stres
tetapi menimbulkan rangsangan
fisiologis untuk menghadapi masalah.
Merokok berkorelasi dengan masalah
jantung, kanker paru-paru, dan
meningkatkan resiko kematian.
Kebanyakan orang yang merokok
mengaku pernah mencoba berhenti dan
mau berhenti, tetapi tidak berhasil
karena sudah mengembangkan
toleransi dan gejala-gejala yang
membuat mereka sulit berhenti.
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
14. Stimulan (tentang kafein)
Kafein adalah stimulan yang
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
paling banyak ditemukan,
misalnya pada kopi,
minuman energi, dan
minuman bersoda.
Kafein dapat menyebabkan orang
menjadi tidak bisa diam, detak jantung
menjadi tidak biasa, dan insomia (tidak
bisa tidur).
Nikotin dapat menyebabkan toleransi dan
withdrawal.
15. Opioid
Opioid menyebabkan senang berlebihan
(euphoria), lebih tidak sensitif terhadap
rasa sakit, dan sensasi fly.
Contoh: heroin, morphine, codeine,
methadone.
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
16. Opioid
Gejala withdrawal dari opioid adalah
merasa cemas, tidak bersemangat, pegal-pegal,
lebih sensitif terhadap rasa sakit,
dan menginginkan lebih banyak opioid.
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
17. Halusinogen
Halusinogen memproduksi
ilusi dan distorsi perseptual
(halusinasi), kadang-kadang
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
bersifat
menyenangkan, kadang-kadang
bersifat
menakutkan. Halusinogen
juga menimbulkan mood
swings dan paranoid (rasa
takut berlebihan).
Contoh: halusinogen, PCP
(phenylcyclidine)
18. Halusinogen (tentang PCP)
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
PCP pada dosis rendah
menyebabkan euphoria, badan
bergerak secara tidak disengaja
(involuntary movement), dan
merasa lemas. Pada dosis
sedang, PCP menimbulkan
pikiran yang tidak beraturan,
merasa terputus dari realitas,
dan agresi.
Pada dosis tinggi, PCP
menyebabkan amnesia dan
coma, masalah pernapasan,
hypotermia, dan hypertermia.
19. Ganja
Ganja menghasilkan sensasi fly,
gangguan kognitif dan motorik,
serta halusinasi pada beberapa
kasus.
Penggunaan ganja sangat tinggi.
Banyak orang, terutama remaja,
mengalami masalah di sekolah dan
pekerjaan karena penggunaan
ganja sebagai akibat dari
penggunaan yang kronis dan
menetap.
Dalam kaitannya dengan
kesehatan, penggunaan ganja
dapat menyebabkan masalah
pernapasan.
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
20. Club drugs (esctacy, ketamine, rohypnol)
Esctasy memiliki efek stimulan dengan properti halusinogen. Penggunaan
singkat sekalipun dari esctasy dapat menimbulkan efek negatif pada fungsi
kognitif dan kesehatan. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
gagal jantung dan hati, serta meningkatkan gejala kecemasan, depresi,
psikotik (skizofrenia), serta paranoia.
Ketamine menimbulkan efek halusinogen. Dosis tinggi dapat menyebabkan
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
muntah-muntah hingga kematian.
Rohypnol memiliki efek sedatif dan hipnotis. Jika dikonsumsi bersamaan
dengan alkohol dan depresan lain, dapat berakibat fatal (kematian).
21. Penyebab penyalahgunaan dan
ketergantungan obat/ zat
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
Teori biologis
Gangguan terkait penggunaan obat/ zat ditemukan terkait
dengan genetik. Gen yang terkait dengan gangguan ini
mempengaruhi neurotransmitter yang meregulasi
metabolisme dan biosintesis dari obat/ zat tersebut.
Teori perilaku
Perilaku menggunakan obat/ zat ditentukan oleh adanya
konsekuensi positif (reinforcement) dan konsekuensi
negatif (punishment) yang diterima atas perilakunya
tersebut.
Orang belajar menggunakan obat/ zat dari orangtua atau
orang-orang di sekitarnya yang ia anggap penting
(modeling).
22. Penyebab penyalahgunaan dan
ketergantungan obat/ zat
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
Teori kognitif
Orang yang menggunakan obat/ zat memiliki
keyakinan dan mengembangkan harapan bahwa
obat/ zat tersebut dapat membantu mereka
merasa lebih baik dan dapat menghadapi
masalah serta tekanan yang mereka hadapi
dengan lebih baik.
Teori sosio-kultral
Penggunaan obat/ zat meningkat pada orang-orang
yang sedang mengalami tekanan berat
(distress) dalam hidupnya.
23. Terapi untuk penyalahgunaan dan
ketergantungan obat/ zat
Langkah pertama: DETOKSIFIKASI, yaitu menghilangkan
pengaruh obat-obatan pada tubuh. Proses detoksifikasi harus
dilakukan sesuai prosedur medis yang baik dan benar.
Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
Terapi perilaku:
Mengajari orang untuk menghindari obat/ zat atau mengaitkan
obat/ zat dengan sesuatu yang tidak menyenangkan sehingga
lama-kelamaan perilaku pengunaan obat/ zatnya berhenti.
Terapi kognitif:
Melatih orang untuk mengembangkan kemampuan coping yang
lebih sehat dan menantang pikiran mereka mengenai keyakinan
bahwa mengkonsumsi obat/ zat akan membawa efek positif bagi
mereka (padahal sebaliknya).
24. Kuliahkita.com (Psikologi Klinis 2) (E.S. Jaya & R.
Arjadi)
SELESAI
Psikologi Klinis 2 Pertemuan 5
Oleh:
Edo Sebastian Jaya, M.Psi., Psikolog
Retha Arjadi, M.Psi., Psikolog
Bahan utama:
Nolen-Hoeksema, S. (2007). Abnormal Psychology (5th). New York: McGraw-
Hill.