際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
PEMERIKSAAN KIMIA FESES (DARAH SAMAR DAN UROBILIN)
Tujuan Belajar
Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemeriksaan kimia feses secara mandiri, mampu menginterpretasikan, dan
mengkorelasikan hasil pemeriksaan dengan kondisi klinis yang sesuai.
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (tahun 2006)
Daftar Keterampilan Klinis
Tingkat Kompetensi
1 2 3 4
Prosedur Diagnostik dan Terapeutik
1. Darah samar (fecal occult blood test) 4
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini diselenggarakan selama 1x1,5 jam, dengan rincian
kegiatan terdiri dari: praktik, diskusi, dan penilaian.
Pemeriksaan Darah Samar
a. Dasar Teori
Sebagai produk akhir metabolisme, feses dapat memberikan informasi
diagnostik yang bernilai. Pemeriksaan feses rutin (feses lengkap/FL) terdiri
dari analisis secara makroskopis, mikroskopis, dan kimia. Pemeriksaan FL
berguna untuk deteksi dini perdarahan saluran cerna, gangguan atau penyakit
yang melibatkan hati dan saluran emperdu, sindrom maldigesti/malabsorbsi,
inflamasi, serta penyebab diare dan steatorea. FL juga dapat mendeteksi dan
mengidentifikasi bakteri dan parasit patogen dalam saluran cerna.
Sampel feses normal terdiri atas bakteri, selulosa, bahan makanan lain yang
tidak tercerna, bahan sekresi saluran cerna, pigmen empedu, sel yang berasal
dari dinding saluran cerna, elektrolit, dan air. Banyak spesies bakteri dalam
usus merupakan flora normal. Metabolisme bakteri menghasilkan bau yang
tidak sedap pada feses dan gas usus (flatus).
Sampel Feses
Mengumpulkan sampel feses tidaklah mudah bagi pasien. Dalam
mengumpulkan sampel, diperlukan wadah penampung yang tepat dan
instruksi detail pada pasien. Pasien harus diberitahu bahwa sampel feses tidak
boleh terkontaminasi dengan urine atau air toilet yang mungkin saja
mengandung bahan desinfektan. Wadah penampung yang mengandung bahan
pengawet untuk telur dan parasit tidak boleh digunakan untuk mengumpulkan
sampel dengan tujuan pemeriksaan lain.
Sampel feses acak/random cocok untuk pemeriksaan kualitatif seperti
mendeteksi darah dan pemeriksaan mikroskopis untuk mendeteksi leukosit,
serat otot, dan fecal fat.Sampel ini biasanya ditampung pada wadah
penampung berbahan plastik atau kaca dengan penutup ulir. Sampel feses
yang berada pada sarung tangan dapat juga digunakan untuk pemeriksaan
darah samar dengan menggunakan filter paper kits.
Untuk pemeriksaan kuantitatif seperti fecal fat, diperlukan waktu
penampungan khusus. Oleh karena adanya variasi kebiasaan defekasi dan
waktu transit makanan untuk melewati seluruh saluran cerna, sampel feses
paling representatif untuk pemeriksaan kuantitatif adalah penampungan feses
selama 3 hari. Sampel dapat ditempatkan pada tempat penampung yang
berasal dari kaleng cat. Wadah penampung ini dapat mengakomodasi
banyaknya sampel dan menfasilitasi emulsifikasi sebelum pemeriksaan
dilakukan. Pasien harus diberitahu agar berhati-hati saat membuka wadah
penampung agar gas yang terakumulasi dilepaskan pelan-pelan ke udara.
Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis utama yang dapat memberikan informasi adanya
gangguan saluran cerna adalah warna (appearance) dan konsistensi.
- Warna
Warna kecoklatan pada feses dihasilkan dari proses oksidasi
sterkobilinogen menjadi urobilin. Bila terdapat sumbatan saluran empedu,
tidak ada bilirubin terkonjugasi yang disekresikan ke usus sehingga tidak
terjadi konversi bilirubin menjadi urobilinogen dan sterkobilin. Akibatnya,
feses akan berwarna pucat. Keadaan lain yang menyebabkan feses
berwarna pucat adalah prosedur diagnostik yang menggunakan barium
sulfat.
Adanya darah dalam feses dapat memberikan warna tertentu pada feses,
bergantung pada lokasi saluran cerna yang mengalami perdarahan. Darah
dalam feses dapat berwarna merah cerah, merah gelap, hingga kehitaman.
Darah dalam jumlah besar ( 25 sampai 50 ml) di saluran cerna bagian atas
(yang berasal dari esofagus, lambung, atau duodenum) memerlukan waktu
sekitar 3 hari untuk terdeteksi di feses. Selama periode ini, akan terjadi
kontak hemoglobin dengan asam lambung sehingga hemoglobin diubah
menjadi asam hematin yang menghasilkan warna kehitaman seperti ter,
suatu keadaan yang disebut melena. Melena dapat menetap jauh setelah
perdarahan aktif berhenti. Feses mungkin tetap hitam sampai 5 hari setelah
perdarahan berhenti, dan uji untuk darah samar mungkin tetap positif
selama beberapa minggu. Apabila waktu transit sangat singkat, darah dari
esofagus atau lambung masih tetap berwarna merah saat keluar.
Sedangkan darah yang berasal dari saluran cerna bagian bawah (misalnya
kolon) memerlukan waktu yang lebih singkat untuk terdeteksi di feses
sehingga darah masih tetap berwarna merah atau marun. Baik feses yang
berwarna hitam atau merah, harus tetap diperiksa secara kimia untuk
memastikan adanya darah dalam saluran cerna. Hal ini karena ingesti besi,
charcoal, dan bismuth dapat menyebabkan feses berwarna hitam,
sedangkan medikasi dengan aspirin dan obat antiinflamasi serta ingesti
makanan seperti bit dapat menyebabkan feses berwarna merah.
- Konsistensi
Abnormalitas feses yang dapat dilihat secara makroskopis lainnya adalah
konsistensi. Konsistensi feses yang encer atau cair didapatkan pada
keadaan diare, sedangkan feses dalam jumlah sedikit dan keras
menunjukkan keadaan konstipasi. Feses yang kecil dan pipih atau disebut
ribbon-like stools mengindikasikan adanya obstruksi pasase normal
bahan-bahan dalam usus. Feses yang pucat akibat obstruksi bilier dan
steatorea tampak berminyak, terapung, mengembang (bulky), berbuih
(frothy), dan sering kali berbau busuk. Adanya mukus yang melapisi feses
mengindikasikan adanya inflamasi usus atau iritasi. Sedangkan blood-
streaked mucus mengarahkan kecurigaan terhadap kerusakan dinding
saluran cerna, mungkin akibat invasi bakteri atau amuba maupun
keganasan.
Pemeriksaan Kimia Feses untuk Mendeteksi Darah Samar (Fecal Occult
Blood Testing/FOBT)
Tes skrining untuk mendeteksi adanya darah samar (tersembunyi) adalah
pemeriksaan kimia feses yang paling sering dilakukan. Hal ini karena
perdarahan lebih dari 2,5 ml/150 gr feses merupakan keadaan patologi yang
dianggap signifikan, padahal sering kali perdarahan dengan jumlah ini tidak
menampakkan gejala klinis. Saat ini, FOBT juga digunakan secara massal
untuk skrining deteksi dini kanker kolorektal. Pemeriksaan tahunan FOBT
mempunyai nilai prediktif yang besar untuk mendeteksi kanker kolorektal
pada stadium awal, sehingga pemeriksaan ini sangat direkomendasikan pada
orang yang berusia lebih dari 50 tahun.
Prinsip dasar yang digunakan untuk tes skrining darah samar adalah
mendeteksi adanya aktivitas pseudoperoksidase hemoglobin.
Pseudoperoksidase akan bereaksi dengan hidrogen peroksida yang kemudian
mengoksidasi zat yang tidak berwarna menjadi zat berwarna (gambar 1).
Gambar 1. Reaksi yang terjadi pada FOBT
Beberapa indikator kromogen berbeda digunakan untuk mendeteksi adanya
darah samar. Semuanya bereaksi dengan prinsip kerja yang sama, tetapi
memiliki sensitivitas yang berbeda. Beberapa bahan yang dapat digunakan
antara lain benzidine, ortho-tolidine, dan guaiac. Guaiac adalah reagen kimia
yang paling tidak sensitif. Namun, penggunaan reagen ini lebih dipilih untuk
pemeriksaan rutin karena feses yang normal dapat mengandung darah hingga
2,5 ml, jumlah yang mungkin menyebabkan hasil tes positif dengan
menggunakan reagen lain.
Selain hemoglobin, aktivitas pseudoperoksidase juga didapatkan pada ingesti
mioglobin dalam daging merah dan ikan, sayur dan buah tertentu seperti
brokoli mentah, bunga kol, lobak, dan melon, serta beberapa bakteri
intestinal. Dengan demikian, untuk mencegah hasil positif palsu, diperlukan
reagen dengan sensitivitas rendah.
Kit komersial dalam bentuk filter paper dengan reagen guaiac terimpregnasi
banyak dijual. 2 atau 3 area filter paper diolesi feses yang diambil dari lokasi
yang berbeda, sebaiknya sampel diambil dari bagian tengah feses untuk
menghindari kontaminasi eksternal (misalnya darah menstruasi dan
hemoroid) yang menyebabkan hasil positif palsu. Hidrogen peroksida dapat
diteteskan dibalik kertas saring yang mengandung feses. Bila terdapat
aktivitas psudoperoksidase, akan terbentuk warna biru pada kertas. Tes harus
dikerjakan dalam waktu 6 hari setelah pengumpulan sampel. Sebelum hasil
tes dinyatakan negatif, harus dilakukan pemeriksaan pada 2 sampel dari 3
feses yang berbeda.
Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari konsumsi daging merah,
lobak, melon, brokoli mentah, dan bunga kol selama 3 hari sebelum
pengumpulan sampel. Hal ini untuk mencegah adanya pseudoperoksidase
dalam feses yang berasal dari diet. Konsumsi aspirin dan NSAIDs selain
parasetamol harus dihentikan selama 7 hari sebelum pengumpulan sampel
untuk mencegah iritasi saluran cerna. Vitamin C > 250 mg/hari dan
suplementasi besi yang mengantung vitamin C harus dihindari 3 hari sebelum
penampungan sampel karena asam askorbat adalah reduktor kuat yang akan
mengganggu reaksi peroksidase sehingga menghasilkan tes negatif palsu.
Bakteri usus dapat mendegradasi hemoglobin menjadi porfirin, sedangkan
reagen guaiac tidak dapat mendeteksi senyawa ini sehingga dapat
menyebabkan hasil negatif palsu pada perdarahan saluran cerna bagian atas.
Hasil negatif palsu juga didapatkan pada penderita dengan riwayat makan
makanan dalam jumlah sedikit yang menyebabkan volume feses berkurang
dan meningkatnya waktu transit di usus. Pada keadaan ini diperlukan reagen
lain yang lebih sensitif dan spesifik sehingga dapat mendeteksi hemoglobin
dan porfirin.
b. Prosedur Pemeriksaan Darah Samar
Reagensia
- Serbuk guaiac
- Larutan alkohol 95%
- Asam asetat glacial
Teknik Pemeriksaan
- Buatlah emulsi feses sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi.
- Tambahkan 1 ml asam asetat glacial, kemudian larutan diaduk.
- Masukkan sepucuk pisau serbuk guaiac dan 2 ml larutan alkohol 95% ke
dalam tabung reaksi lain, kemudian dicampur.
- Tuanglah isi tabung kedua ke dalam tabung yang berisi emulsi feses
dengan hati-hati sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan
terpisah.
Interpretasi
- Negatif : tak ada perubahan warna.
- Positif : terlihat warna kebiruan pada batas kedua lapisan. Derajat
kepositifan sebanding dengan intensitas warna biru yang
tampak.
c. Prosedur Pemeriksaan Urobilin dalam Feses
Reagensia
- Larutan mercurichlorida 10%
Teknik Pemeriksaan
- Taruhlah beberapa gram feses dalam sebuah mortir, tambahkan larutan
mercurichlorida 10% ana, kemudian campurlah dengan memakai alunya.
- Tuanglah campuran bahan tersebut ke dalam cawan datar agar lebih
mudah menguap, diamkan selama 6-24 jam.
Interpretasi
- Positif: timbulnya warna kemerahan pada sediaan menunjukkan adanya
urobilin dalam feses
Catatan
- Dalam feses normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin berkurang pada
ikterus obstruktif. Jika obstruksi bersifat total, hasil tes akan menjadi
negatif.
- Tes terhadap urobilin ini lebih inferior jika dibandingkan dengan
penetapan kuantitatif urobilinogen dalam feses. Penetapan kuantitatif
dapat mengetahui jumlah urobilinogen yang disekresikan per 24 jam,
sehingga dapat memberikan informasi penting pada keadaan klinis seperti
anemia hemolitik, ikterus obstruktif, dan ikterus hepatoseluler.
Referensi
a. Gandosoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian
Rakyat.
b. Patel, H.P. 2006. The Abnormal Urinalysis. Pediatr Clin N Am, 53:325 337.
c. Strasinger, S.K. dan Lorenzo, M.S.D. 2008. Urinalysis and Body Fluids. 5th
Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.

More Related Content

What's hot (20)

Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
progsus6
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
siska fiany
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Arini Utami
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
Mita Yurike
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
Riskymessyana99
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
pdspatklinsby
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
Google
Leukosit
LeukositLeukosit
Leukosit
fikri asyura
Schistosoma japonicum
Schistosoma japonicumSchistosoma japonicum
Schistosoma japonicum
Alivia Salma
Makalah urine analyzer
Makalah urine analyzerMakalah urine analyzer
Makalah urine analyzer
Laksani Anggato
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Suryanata Kesuma
Urinalisis
UrinalisisUrinalisis
Urinalisis
SisTi NurRahmah
Laporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineLaporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urine
Santos Tos
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faeses
Amat Rajasa
Cimex lectularius
Cimex lectulariusCimex lectularius
Cimex lectularius
IshaqHaris
PEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSIT
PEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSITPEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSIT
PEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSIT
BiokimiaFKUI
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariae
Ken Ken
Amoeba
AmoebaAmoeba
Amoeba
Fa Fa
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
progsus6
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan PengendaliannyaKutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
Kutu busuk, kutu kepala, kutu kelamin dan Pengendaliannya
siska fiany
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coliEntamoeba hystolitica & entamoeba coli
Entamoeba hystolitica & entamoeba coli
Arini Utami
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
Mita Yurike
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
Riskymessyana99
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
pdspatklinsby
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
Google
Schistosoma japonicum
Schistosoma japonicumSchistosoma japonicum
Schistosoma japonicum
Alivia Salma
Makalah urine analyzer
Makalah urine analyzerMakalah urine analyzer
Makalah urine analyzer
Laksani Anggato
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Suryanata Kesuma
Laporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urineLaporan pemeriksaan urine
Laporan pemeriksaan urine
Santos Tos
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faeses
Amat Rajasa
Cimex lectularius
Cimex lectulariusCimex lectularius
Cimex lectularius
IshaqHaris
PEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSIT
PEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSITPEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSIT
PEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSIT
BiokimiaFKUI
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariae
Ken Ken
Amoeba
AmoebaAmoeba
Amoeba
Fa Fa

Similar to 126996728 darah-samar-frida (20)

Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Bella Kriwangko
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
Eka Selvina
Biru Dan Putih Minimalis Ilustrasi Lucu Tugas Presntasi_20241122_090252_0000....
Biru Dan Putih Minimalis Ilustrasi Lucu Tugas Presntasi_20241122_090252_0000....Biru Dan Putih Minimalis Ilustrasi Lucu Tugas Presntasi_20241122_090252_0000....
Biru Dan Putih Minimalis Ilustrasi Lucu Tugas Presntasi_20241122_090252_0000....
AtsutaneFuyujin
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Nida Chofiya
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
PRAMITHA GALUH
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
BahirahHabibah
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
LizaHardila
Laporan hasil praktikum urine
Laporan hasil praktikum urineLaporan hasil praktikum urine
Laporan hasil praktikum urine
Widyanto Waroeng
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
nurfitrilandu
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
MethaKemala
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
Materi kuliah pemeriksaan diagnostik
Materi kuliah  pemeriksaan diagnostikMateri kuliah  pemeriksaan diagnostik
Materi kuliah pemeriksaan diagnostik
Amat Rajasa
Ketrampilan Dasar Kebidanan Pemeriksaan laboratorium
Ketrampilan Dasar Kebidanan Pemeriksaan laboratoriumKetrampilan Dasar Kebidanan Pemeriksaan laboratorium
Ketrampilan Dasar Kebidanan Pemeriksaan laboratorium
Sisko Sipir
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
arie setyawan
Penyiasatan Diagnostik - Urinalisis, Hematology and Reflolux
Penyiasatan Diagnostik - Urinalisis, Hematology and RefloluxPenyiasatan Diagnostik - Urinalisis, Hematology and Reflolux
Penyiasatan Diagnostik - Urinalisis, Hematology and Reflolux
Muhammad Nasrullah
Thalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportThalasemia Case Report
Thalasemia Case Report
Phil Adit R
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.pptINFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
HengkyWijaya11
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Bella Kriwangko
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
249456048 makalah-6-kimia-klinik-feses
Eka Selvina
Biru Dan Putih Minimalis Ilustrasi Lucu Tugas Presntasi_20241122_090252_0000....
Biru Dan Putih Minimalis Ilustrasi Lucu Tugas Presntasi_20241122_090252_0000....Biru Dan Putih Minimalis Ilustrasi Lucu Tugas Presntasi_20241122_090252_0000....
Biru Dan Putih Minimalis Ilustrasi Lucu Tugas Presntasi_20241122_090252_0000....
AtsutaneFuyujin
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Nida Chofiya
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
PRAMITHA GALUH
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
BahirahHabibah
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
LizaHardila
Laporan hasil praktikum urine
Laporan hasil praktikum urineLaporan hasil praktikum urine
Laporan hasil praktikum urine
Widyanto Waroeng
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
nurfitrilandu
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
MethaKemala
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
Materi kuliah pemeriksaan diagnostik
Materi kuliah  pemeriksaan diagnostikMateri kuliah  pemeriksaan diagnostik
Materi kuliah pemeriksaan diagnostik
Amat Rajasa
Ketrampilan Dasar Kebidanan Pemeriksaan laboratorium
Ketrampilan Dasar Kebidanan Pemeriksaan laboratoriumKetrampilan Dasar Kebidanan Pemeriksaan laboratorium
Ketrampilan Dasar Kebidanan Pemeriksaan laboratorium
Sisko Sipir
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
arie setyawan
Penyiasatan Diagnostik - Urinalisis, Hematology and Reflolux
Penyiasatan Diagnostik - Urinalisis, Hematology and RefloluxPenyiasatan Diagnostik - Urinalisis, Hematology and Reflolux
Penyiasatan Diagnostik - Urinalisis, Hematology and Reflolux
Muhammad Nasrullah
Thalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportThalasemia Case Report
Thalasemia Case Report
Phil Adit R
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.pptINFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
HengkyWijaya11

More from Eka Selvina (12)

Ipt 17 2005_p90_92x
Ipt 17 2005_p90_92xIpt 17 2005_p90_92x
Ipt 17 2005_p90_92x
Eka Selvina
Bioburden method validation
Bioburden method validationBioburden method validation
Bioburden method validation
Eka Selvina
Mb usp 797
Mb usp 797Mb usp 797
Mb usp 797
Eka Selvina
Cmc2
Cmc2Cmc2
Cmc2
Eka Selvina
Article 98050
Article 98050Article 98050
Article 98050
Eka Selvina
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
Eka Selvina
Sediaan steril [compatibility mode](1)
Sediaan steril [compatibility mode](1)Sediaan steril [compatibility mode](1)
Sediaan steril [compatibility mode](1)
Eka Selvina
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Eka Selvina
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
Eka Selvina
A 3
A 3A 3
A 3
Eka Selvina
A 2
A 2A 2
A 2
Eka Selvina
A 1
A 1A 1
A 1
Eka Selvina
Ipt 17 2005_p90_92x
Ipt 17 2005_p90_92xIpt 17 2005_p90_92x
Ipt 17 2005_p90_92x
Eka Selvina
Bioburden method validation
Bioburden method validationBioburden method validation
Bioburden method validation
Eka Selvina
Article 98050
Article 98050Article 98050
Article 98050
Eka Selvina
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
Eka Selvina
Sediaan steril [compatibility mode](1)
Sediaan steril [compatibility mode](1)Sediaan steril [compatibility mode](1)
Sediaan steril [compatibility mode](1)
Eka Selvina
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Eka Selvina
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
Eka Selvina

Recently uploaded (20)

dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptxLaporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
idman3
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remajakenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
annazzakariaarifin
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdfdr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
dr badrul - Puasa pada pasien neurologis 2025.pdf
yunitayun9
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptxLaporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
idman3
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensiBimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
Bimbingan belajar keperawatan soal uji kompetensi
ReviYulia
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGI
TANGKI4D
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remajakenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
annazzakariaarifin
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein

126996728 darah-samar-frida

  • 1. PEMERIKSAAN KIMIA FESES (DARAH SAMAR DAN UROBILIN) Tujuan Belajar Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan kimia feses secara mandiri, mampu menginterpretasikan, dan mengkorelasikan hasil pemeriksaan dengan kondisi klinis yang sesuai. Standar Kompetensi Dokter Indonesia (tahun 2006) Daftar Keterampilan Klinis Tingkat Kompetensi 1 2 3 4 Prosedur Diagnostik dan Terapeutik 1. Darah samar (fecal occult blood test) 4 Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran ini diselenggarakan selama 1x1,5 jam, dengan rincian kegiatan terdiri dari: praktik, diskusi, dan penilaian. Pemeriksaan Darah Samar a. Dasar Teori Sebagai produk akhir metabolisme, feses dapat memberikan informasi diagnostik yang bernilai. Pemeriksaan feses rutin (feses lengkap/FL) terdiri dari analisis secara makroskopis, mikroskopis, dan kimia. Pemeriksaan FL berguna untuk deteksi dini perdarahan saluran cerna, gangguan atau penyakit yang melibatkan hati dan saluran emperdu, sindrom maldigesti/malabsorbsi, inflamasi, serta penyebab diare dan steatorea. FL juga dapat mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri dan parasit patogen dalam saluran cerna. Sampel feses normal terdiri atas bakteri, selulosa, bahan makanan lain yang tidak tercerna, bahan sekresi saluran cerna, pigmen empedu, sel yang berasal dari dinding saluran cerna, elektrolit, dan air. Banyak spesies bakteri dalam usus merupakan flora normal. Metabolisme bakteri menghasilkan bau yang tidak sedap pada feses dan gas usus (flatus). Sampel Feses
  • 2. Mengumpulkan sampel feses tidaklah mudah bagi pasien. Dalam mengumpulkan sampel, diperlukan wadah penampung yang tepat dan instruksi detail pada pasien. Pasien harus diberitahu bahwa sampel feses tidak boleh terkontaminasi dengan urine atau air toilet yang mungkin saja mengandung bahan desinfektan. Wadah penampung yang mengandung bahan pengawet untuk telur dan parasit tidak boleh digunakan untuk mengumpulkan sampel dengan tujuan pemeriksaan lain. Sampel feses acak/random cocok untuk pemeriksaan kualitatif seperti mendeteksi darah dan pemeriksaan mikroskopis untuk mendeteksi leukosit, serat otot, dan fecal fat.Sampel ini biasanya ditampung pada wadah penampung berbahan plastik atau kaca dengan penutup ulir. Sampel feses yang berada pada sarung tangan dapat juga digunakan untuk pemeriksaan darah samar dengan menggunakan filter paper kits. Untuk pemeriksaan kuantitatif seperti fecal fat, diperlukan waktu penampungan khusus. Oleh karena adanya variasi kebiasaan defekasi dan waktu transit makanan untuk melewati seluruh saluran cerna, sampel feses paling representatif untuk pemeriksaan kuantitatif adalah penampungan feses selama 3 hari. Sampel dapat ditempatkan pada tempat penampung yang berasal dari kaleng cat. Wadah penampung ini dapat mengakomodasi banyaknya sampel dan menfasilitasi emulsifikasi sebelum pemeriksaan dilakukan. Pasien harus diberitahu agar berhati-hati saat membuka wadah penampung agar gas yang terakumulasi dilepaskan pelan-pelan ke udara. Pemeriksaan Makroskopis Pemeriksaan makroskopis utama yang dapat memberikan informasi adanya gangguan saluran cerna adalah warna (appearance) dan konsistensi. - Warna Warna kecoklatan pada feses dihasilkan dari proses oksidasi sterkobilinogen menjadi urobilin. Bila terdapat sumbatan saluran empedu, tidak ada bilirubin terkonjugasi yang disekresikan ke usus sehingga tidak terjadi konversi bilirubin menjadi urobilinogen dan sterkobilin. Akibatnya, feses akan berwarna pucat. Keadaan lain yang menyebabkan feses
  • 3. berwarna pucat adalah prosedur diagnostik yang menggunakan barium sulfat. Adanya darah dalam feses dapat memberikan warna tertentu pada feses, bergantung pada lokasi saluran cerna yang mengalami perdarahan. Darah dalam feses dapat berwarna merah cerah, merah gelap, hingga kehitaman. Darah dalam jumlah besar ( 25 sampai 50 ml) di saluran cerna bagian atas (yang berasal dari esofagus, lambung, atau duodenum) memerlukan waktu sekitar 3 hari untuk terdeteksi di feses. Selama periode ini, akan terjadi kontak hemoglobin dengan asam lambung sehingga hemoglobin diubah menjadi asam hematin yang menghasilkan warna kehitaman seperti ter, suatu keadaan yang disebut melena. Melena dapat menetap jauh setelah perdarahan aktif berhenti. Feses mungkin tetap hitam sampai 5 hari setelah perdarahan berhenti, dan uji untuk darah samar mungkin tetap positif selama beberapa minggu. Apabila waktu transit sangat singkat, darah dari esofagus atau lambung masih tetap berwarna merah saat keluar. Sedangkan darah yang berasal dari saluran cerna bagian bawah (misalnya kolon) memerlukan waktu yang lebih singkat untuk terdeteksi di feses sehingga darah masih tetap berwarna merah atau marun. Baik feses yang berwarna hitam atau merah, harus tetap diperiksa secara kimia untuk memastikan adanya darah dalam saluran cerna. Hal ini karena ingesti besi, charcoal, dan bismuth dapat menyebabkan feses berwarna hitam, sedangkan medikasi dengan aspirin dan obat antiinflamasi serta ingesti makanan seperti bit dapat menyebabkan feses berwarna merah. - Konsistensi Abnormalitas feses yang dapat dilihat secara makroskopis lainnya adalah konsistensi. Konsistensi feses yang encer atau cair didapatkan pada keadaan diare, sedangkan feses dalam jumlah sedikit dan keras menunjukkan keadaan konstipasi. Feses yang kecil dan pipih atau disebut ribbon-like stools mengindikasikan adanya obstruksi pasase normal bahan-bahan dalam usus. Feses yang pucat akibat obstruksi bilier dan steatorea tampak berminyak, terapung, mengembang (bulky), berbuih
  • 4. (frothy), dan sering kali berbau busuk. Adanya mukus yang melapisi feses mengindikasikan adanya inflamasi usus atau iritasi. Sedangkan blood- streaked mucus mengarahkan kecurigaan terhadap kerusakan dinding saluran cerna, mungkin akibat invasi bakteri atau amuba maupun keganasan. Pemeriksaan Kimia Feses untuk Mendeteksi Darah Samar (Fecal Occult Blood Testing/FOBT) Tes skrining untuk mendeteksi adanya darah samar (tersembunyi) adalah pemeriksaan kimia feses yang paling sering dilakukan. Hal ini karena perdarahan lebih dari 2,5 ml/150 gr feses merupakan keadaan patologi yang dianggap signifikan, padahal sering kali perdarahan dengan jumlah ini tidak menampakkan gejala klinis. Saat ini, FOBT juga digunakan secara massal untuk skrining deteksi dini kanker kolorektal. Pemeriksaan tahunan FOBT mempunyai nilai prediktif yang besar untuk mendeteksi kanker kolorektal pada stadium awal, sehingga pemeriksaan ini sangat direkomendasikan pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun. Prinsip dasar yang digunakan untuk tes skrining darah samar adalah mendeteksi adanya aktivitas pseudoperoksidase hemoglobin. Pseudoperoksidase akan bereaksi dengan hidrogen peroksida yang kemudian mengoksidasi zat yang tidak berwarna menjadi zat berwarna (gambar 1). Gambar 1. Reaksi yang terjadi pada FOBT Beberapa indikator kromogen berbeda digunakan untuk mendeteksi adanya darah samar. Semuanya bereaksi dengan prinsip kerja yang sama, tetapi memiliki sensitivitas yang berbeda. Beberapa bahan yang dapat digunakan antara lain benzidine, ortho-tolidine, dan guaiac. Guaiac adalah reagen kimia yang paling tidak sensitif. Namun, penggunaan reagen ini lebih dipilih untuk pemeriksaan rutin karena feses yang normal dapat mengandung darah hingga
  • 5. 2,5 ml, jumlah yang mungkin menyebabkan hasil tes positif dengan menggunakan reagen lain. Selain hemoglobin, aktivitas pseudoperoksidase juga didapatkan pada ingesti mioglobin dalam daging merah dan ikan, sayur dan buah tertentu seperti brokoli mentah, bunga kol, lobak, dan melon, serta beberapa bakteri intestinal. Dengan demikian, untuk mencegah hasil positif palsu, diperlukan reagen dengan sensitivitas rendah. Kit komersial dalam bentuk filter paper dengan reagen guaiac terimpregnasi banyak dijual. 2 atau 3 area filter paper diolesi feses yang diambil dari lokasi yang berbeda, sebaiknya sampel diambil dari bagian tengah feses untuk menghindari kontaminasi eksternal (misalnya darah menstruasi dan hemoroid) yang menyebabkan hasil positif palsu. Hidrogen peroksida dapat diteteskan dibalik kertas saring yang mengandung feses. Bila terdapat aktivitas psudoperoksidase, akan terbentuk warna biru pada kertas. Tes harus dikerjakan dalam waktu 6 hari setelah pengumpulan sampel. Sebelum hasil tes dinyatakan negatif, harus dilakukan pemeriksaan pada 2 sampel dari 3 feses yang berbeda. Pasien harus diinstruksikan untuk menghindari konsumsi daging merah, lobak, melon, brokoli mentah, dan bunga kol selama 3 hari sebelum pengumpulan sampel. Hal ini untuk mencegah adanya pseudoperoksidase dalam feses yang berasal dari diet. Konsumsi aspirin dan NSAIDs selain parasetamol harus dihentikan selama 7 hari sebelum pengumpulan sampel untuk mencegah iritasi saluran cerna. Vitamin C > 250 mg/hari dan suplementasi besi yang mengantung vitamin C harus dihindari 3 hari sebelum penampungan sampel karena asam askorbat adalah reduktor kuat yang akan mengganggu reaksi peroksidase sehingga menghasilkan tes negatif palsu. Bakteri usus dapat mendegradasi hemoglobin menjadi porfirin, sedangkan reagen guaiac tidak dapat mendeteksi senyawa ini sehingga dapat menyebabkan hasil negatif palsu pada perdarahan saluran cerna bagian atas. Hasil negatif palsu juga didapatkan pada penderita dengan riwayat makan makanan dalam jumlah sedikit yang menyebabkan volume feses berkurang
  • 6. dan meningkatnya waktu transit di usus. Pada keadaan ini diperlukan reagen lain yang lebih sensitif dan spesifik sehingga dapat mendeteksi hemoglobin dan porfirin. b. Prosedur Pemeriksaan Darah Samar Reagensia - Serbuk guaiac - Larutan alkohol 95% - Asam asetat glacial Teknik Pemeriksaan - Buatlah emulsi feses sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi. - Tambahkan 1 ml asam asetat glacial, kemudian larutan diaduk. - Masukkan sepucuk pisau serbuk guaiac dan 2 ml larutan alkohol 95% ke dalam tabung reaksi lain, kemudian dicampur. - Tuanglah isi tabung kedua ke dalam tabung yang berisi emulsi feses dengan hati-hati sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah. Interpretasi - Negatif : tak ada perubahan warna. - Positif : terlihat warna kebiruan pada batas kedua lapisan. Derajat kepositifan sebanding dengan intensitas warna biru yang tampak. c. Prosedur Pemeriksaan Urobilin dalam Feses Reagensia - Larutan mercurichlorida 10% Teknik Pemeriksaan - Taruhlah beberapa gram feses dalam sebuah mortir, tambahkan larutan mercurichlorida 10% ana, kemudian campurlah dengan memakai alunya. - Tuanglah campuran bahan tersebut ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap, diamkan selama 6-24 jam.
  • 7. Interpretasi - Positif: timbulnya warna kemerahan pada sediaan menunjukkan adanya urobilin dalam feses Catatan - Dalam feses normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin berkurang pada ikterus obstruktif. Jika obstruksi bersifat total, hasil tes akan menjadi negatif. - Tes terhadap urobilin ini lebih inferior jika dibandingkan dengan penetapan kuantitatif urobilinogen dalam feses. Penetapan kuantitatif dapat mengetahui jumlah urobilinogen yang disekresikan per 24 jam, sehingga dapat memberikan informasi penting pada keadaan klinis seperti anemia hemolitik, ikterus obstruktif, dan ikterus hepatoseluler. Referensi a. Gandosoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. b. Patel, H.P. 2006. The Abnormal Urinalysis. Pediatr Clin N Am, 53:325 337. c. Strasinger, S.K. dan Lorenzo, M.S.D. 2008. Urinalysis and Body Fluids. 5th Edition. Philadelphia: F. A. Davis Company.