Dokumen tersebut membahas tentang Biofarmasetika yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi dan efek farmakologisnya. Dibahas pula korelasi percobaan in vitro-in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung kadar obat dalam plasma.
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...anandajpz
油
Laporan praktikum ini mendeskripsikan identifikasi senyawa golongan alkaloida dalam ekstrak piper nigrum L. dengan melakukan ekstraksi, pemisahan menggunakan kromatografi lapis tipis, dan reaksi identifikasi. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi senyawa alkaloida seperti piperine.
Ilmu Resep dan Kesehatan
PULVIS (sediaan serbuk)
A. Pengertian
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tidak terbagi (pulvis).
Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Serbuk
Kelebihan
- Obat lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair terutama obat yang rentan rusak oleh air
- Jika dibandingkan sediaan padat lainnya, serbuk lebih cepat diabsorpsi
- Dapat membantu untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul
- Dibuat untuk zat aktif yang memiliki volume yang sangat besar.
- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si penderita
Kelemahan
- Mudah lembab selama penyimpanan
- Rasa yang tidak tertutupi mengakibatkan rasa yang tidak enak
Syarat syarat Serbuk
Bila tidak dinyatakan lain serbuk harus kering, halus dan homogen
1. Pulveres (serbuk bagi)
Keseragaman bobot : Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke 20 bungkus tadi dan timbang sekaligus, hitung bobot isi rata rata. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata rata tidak tebih dari 15% tiap 2 bungkus dan tidak tebih dari 10% tiap 18 bungkus.
2. Serbuk Oral Tidak Terbagi
Pada serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu, sehingga pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain
3. Serbuk Tabur
Pada umumnya serbuk harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
B. Derajat Halus Serbuk dan Pengayak
Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk pengukuran derajat halus serbuk untuk sebagian buat keperluan farmasi (walaupun penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel) yang bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 mesh, alat lain selain pengayak mungkin lebih berguna.
No. Pengayak
Sangat Kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah Kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat Halus 80 100 80 120 100 120
Keterangan :
1. Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu
2. Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan
C. Jenis Serbuk
1. Pulvis Adspersorius
Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar. Umurnnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Catatan :
- Talk, kaolin dan bahan mineral Iainnya yang digunakan untuk serbuk tabur harus memenuhi s
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang dasar-dasar pembuatan salep. Ada beberapa jenis dasar salep yang dibahas seperti dasar salep hidrokarbon, serap, dan larut air. Juga dijelaskan bahan-bahan yang dapat dimasukkan ke dalam salep seperti zat padat, cairan, dan ekstrak serta cara-cara memprosesnya.
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang mengandung obat untuk dikonsumsi. Eliksir dibuat dengan mencampurkan obat dalam pelarut alkohol dan air untuk meningkatkan kelarutan obat. Eliksir memiliki kelebihan dalam pengaturan dosis terutama untuk anak-anak. Dokumen ini membahas teori dasar, bahan, dan prosedur pembuatan eliksir parasetamol.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Dokumen tersebut membahas tentang farmakokinetik nonlinier yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenuhnya sistem enzim dan pembawa, serta adanya perubahan patologis dalam proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa contoh perhitungan waktu eliminasi obat dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten dan kapasitas terbatas.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
(Teknologi farmasi ) penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kemba...Genny R Weya
油
Presentasi ini membahas pengertian keluhan, penarikan kembali produk, dan penanganan produk kembalian. Keluhan adalah pengaduan pelanggan terkait kualitas, kuantitas, atau keamanan produk. Penarikan kembali produk dilakukan jika produk tidak memenuhi standar mutu, keamanan, atau penandaan. Produk kembalian ditangani dengan pemeriksaan, pengujian, dan keputusan pengolahan ulang atau pemusnahan.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sediaan cair (liquid) yang mencakup definisi, jenis (larutan, suspensi, emulsi), jenis sediaan liquid (obat terlarut, sebagian terlarut, tidak terlarut), keuntungan dan kerugian, metode pembuatan (larutan, suspensi, emulsi), dan contoh formulasi dasar liquid seperti larutan telinga, tetes hidung, kumur, minum, eliksir, sirup.
Dokumen tersebut membahas tentang interaksi obat, termasuk definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, jenis interaksi, dan contoh interaksi pada berbagai fase farmakokinetika serta pada pengobatan penyakit seperti jerawat dan artritis.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian mutu simplisia dan ekstrak tanaman obat. Terdapat beberapa parameter yang dikontrol untuk memastikan mutu simplisia dan ekstrak, seperti identifikasi spesies, parameter makroskopik, mikroskopik, uji kimiawi, dan uji mikrobiologi. Ekstrak juga dikontrol mutunya berdasarkan parameter spesifik seperti kandungan senyawa kimiawi tertentu. Standardisasi dilakukan untuk
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengertian, peraturan pembuatan, persyaratan, penggolongan, dan contoh resep salep. Secara ringkas, salep adalah sediaan setengah padat yang digunakan sebagai obat luar yang terdiri atas bahan aktif dan dasar salep. Pembuatannya mematuhi aturan tertentu sesuai sifat zat aktifnya.
Praktikum ini bertujuan untuk mengekstraksi glikogen dari hati sapi dan membandingkan hasilnya dengan hati ayam. Prosedur ekstraksi melibatkan penggunaan pelarut seperti TCA dan alkohol untuk memisahkan glikogen. Hasilnya menunjukkan bahwa hati ayam mengandung lebih banyak glikogen dibanding hati sapi berdasarkan perbedaan beratnya. Warna ekstrak keduanya sama-sama abu-abu setelah
Rancangan formula suppositoria aminofilinRhiza Amalia
油
Suppositoria aminofilin dibuat dengan menggunakan PEG 1000 dan PEG 4000 sebagai basis. Aminofilin ditimbang sebanyak 5 gram dan dicampur dengan PEG yang dilelehkan untuk membentuk massa yang kemudian dicetak menjadi 8 buah suppositoria. Suppositoria didinginkan sebelum dimasukkan ke dalam kemasan untuk penyimpanan.
Dokumen tersebut membahas tentang infus intravena dan farmakokinetika. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa infus intravena memungkinkan pengendalian konsentrasi obat dalam plasma, model farmakokinetik satu kompartemen untuk obat-obat tertentu, dan cara menghitung regimen dosis infus intravena.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang dasar-dasar pembuatan salep. Ada beberapa jenis dasar salep yang dibahas seperti dasar salep hidrokarbon, serap, dan larut air. Juga dijelaskan bahan-bahan yang dapat dimasukkan ke dalam salep seperti zat padat, cairan, dan ekstrak serta cara-cara memprosesnya.
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang mengandung obat untuk dikonsumsi. Eliksir dibuat dengan mencampurkan obat dalam pelarut alkohol dan air untuk meningkatkan kelarutan obat. Eliksir memiliki kelebihan dalam pengaturan dosis terutama untuk anak-anak. Dokumen ini membahas teori dasar, bahan, dan prosedur pembuatan eliksir parasetamol.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Dokumen tersebut membahas tentang farmakokinetik nonlinier yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenuhnya sistem enzim dan pembawa, serta adanya perubahan patologis dalam proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa contoh perhitungan waktu eliminasi obat dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten dan kapasitas terbatas.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
(Teknologi farmasi ) penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kemba...Genny R Weya
油
Presentasi ini membahas pengertian keluhan, penarikan kembali produk, dan penanganan produk kembalian. Keluhan adalah pengaduan pelanggan terkait kualitas, kuantitas, atau keamanan produk. Penarikan kembali produk dilakukan jika produk tidak memenuhi standar mutu, keamanan, atau penandaan. Produk kembalian ditangani dengan pemeriksaan, pengujian, dan keputusan pengolahan ulang atau pemusnahan.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sediaan cair (liquid) yang mencakup definisi, jenis (larutan, suspensi, emulsi), jenis sediaan liquid (obat terlarut, sebagian terlarut, tidak terlarut), keuntungan dan kerugian, metode pembuatan (larutan, suspensi, emulsi), dan contoh formulasi dasar liquid seperti larutan telinga, tetes hidung, kumur, minum, eliksir, sirup.
Dokumen tersebut membahas tentang interaksi obat, termasuk definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi, jenis interaksi, dan contoh interaksi pada berbagai fase farmakokinetika serta pada pengobatan penyakit seperti jerawat dan artritis.
Dokumen tersebut membahas tentang pengendalian mutu simplisia dan ekstrak tanaman obat. Terdapat beberapa parameter yang dikontrol untuk memastikan mutu simplisia dan ekstrak, seperti identifikasi spesies, parameter makroskopik, mikroskopik, uji kimiawi, dan uji mikrobiologi. Ekstrak juga dikontrol mutunya berdasarkan parameter spesifik seperti kandungan senyawa kimiawi tertentu. Standardisasi dilakukan untuk
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengertian, peraturan pembuatan, persyaratan, penggolongan, dan contoh resep salep. Secara ringkas, salep adalah sediaan setengah padat yang digunakan sebagai obat luar yang terdiri atas bahan aktif dan dasar salep. Pembuatannya mematuhi aturan tertentu sesuai sifat zat aktifnya.
Praktikum ini bertujuan untuk mengekstraksi glikogen dari hati sapi dan membandingkan hasilnya dengan hati ayam. Prosedur ekstraksi melibatkan penggunaan pelarut seperti TCA dan alkohol untuk memisahkan glikogen. Hasilnya menunjukkan bahwa hati ayam mengandung lebih banyak glikogen dibanding hati sapi berdasarkan perbedaan beratnya. Warna ekstrak keduanya sama-sama abu-abu setelah
Rancangan formula suppositoria aminofilinRhiza Amalia
油
Suppositoria aminofilin dibuat dengan menggunakan PEG 1000 dan PEG 4000 sebagai basis. Aminofilin ditimbang sebanyak 5 gram dan dicampur dengan PEG yang dilelehkan untuk membentuk massa yang kemudian dicetak menjadi 8 buah suppositoria. Suppositoria didinginkan sebelum dimasukkan ke dalam kemasan untuk penyimpanan.
Dokumen tersebut membahas tentang infus intravena dan farmakokinetika. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa infus intravena memungkinkan pengendalian konsentrasi obat dalam plasma, model farmakokinetik satu kompartemen untuk obat-obat tertentu, dan cara menghitung regimen dosis infus intravena.
Dokumen tersebut membahas konsep dan perhitungan dosis ganda pada farmakokinetik obat, termasuk faktor yang mempengaruhinya, bentuk relasi antar parameter, dan contoh soal perhitungannya. Secara khusus dibahas pula tentang pemberian ulang secara intravena dan oral serta konsep loading dose.
Dokumen tersebut membahas tentang infusi intra vena sebagai salah satu cara pemberian obat yang dapat mengontrol kadar obat dalam darah dengan tepat. Ia juga menjelaskan nasib obat setelah pemberian, perhitungan kadar obat dalam plasma, dan contoh soal terkait perhitungan dosis muat untuk infusi intra vena.
Dokumen tersebut membahas tentang biofarmasetika, yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi, bioavailabilitas, atau efek farmakologisnya. Dokumen ini juga membahas tentang korelasi percobaan in vitro dan in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung besaran-besaran farmakokinetik seperti Css,maks dan Css,min
Dokumen tersebut membahas tentang konversi dosis infusi intravena menjadi dosis oral. Terdapat dua metode untuk menghitung dosis oral yang sesuai, yaitu dengan mempertimbangkan konsentrasi tunak obat dalam plasma harus sama antara infusi dan oral, atau dengan menyamakan kecepatan infusi dengan kecepatan dosis oral. Metode tersebut dijelaskan lewat contoh kasus pasien asma yang semula mendapat infusi aminofilin kemudian dik
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisMelviana94
油
Prinsip dasar farmakokinetika , parameter farmakokinetika, berbagai tehnik pemberian obat, memperkirakan kadar suatu obat pada pasien, menyesuaikan dosis obat sesuai target terapi
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Ekskresi obat melalui ginjal melibatkan tiga proses: filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, dan reabsorpsi tubular. Parameter klirens berguna untuk mengukur kemampuan tubuh mengeliminasi obat. Faktor seperti usia, pH urin, dan ikatan protein plasma dapat mempengaruhi ekskresi ginjal.
Info PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training "Teknik Perhitungan dan Verifikasi T...Kanaidi ken
油
bagi Para Karyawan *PT. Tri Hasta Karya (Cilacap)* yang diselenbggarakan di *Hotel H! Senen - Jakarta*, 24-25 Februari 2025.
-----------
Narasumber/ Pemateri Training: Kanaidi, SE., M.Si., cSAP., CBCM
HP/Wa Kanaidi: 0812 2353 284,
e-mail : kanaidi63@gmail.com
----------------------------------------
Memperkuat Kedaulatan Angkasa dalam rangka Indonesia EmasDadang Solihin
油
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan kebijakan strategis dalam rangka memperkuat kedaulatan dan pemanfaatan wilayah angkasa Indonesia demi kesejahteraan bangsa. Sebagai aset strategis, wilayah angkasa memiliki peran krusial dalam pertahanan, keamanan, ekonomi, serta pembangunan nasional. Dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya aktivitas luar angkasa, Indonesia memerlukan kebijakan komprehensif untuk mengatur, melindungi, dan mengoptimalkan pemanfaatannya. Saat ini, belum ada regulasi spesifik terkait pengelolaan wilayah angkasa, padahal potensinya besar, mulai dari komunikasi satelit, observasi bumi, hingga eksplorasi antariksa.
Introduction to Building Maintenance & Preventive Maintenance _Training *Proa...Kanaidi ken
油
infusi intravena dan pemberian dosis berganda iv pertemuan ke-5.pptx
1. Pemberian Obat Dosis Berganda
Intravaskular (infus dan IV bolus)
Diah Ramadhani, M.Si., Apt.
2. Infusi IV dan IV Bolus
Larutan obat IV dapat diberikan sebagai dosis bolus
(diinjeksikan semua sekaligus) atau infus secara
lambat melalui suatu vena ke dalam plasma pada
suatu laju yang konstan atau mengikuti kinetika
orde nol
Keuntungan utama pemberian infusi IV adalah
memungkinkan pengendalian yang tepat dari
konsentrasi obat dalam plasma yang cocok dengan
kebutuhan pasien
3. Kadar Tunak Oleh karena tidak ada
obat dalam tubuh pada
t=o, kadar obat meningkat
dari konsentrasi obat nol
dan secara bertahap
menjadi tetap saat
konsentrasi obat
plateu/tunak dicapai
Pada keadaan tunak, laju
obat yang meninggalkan
tubuh sama dengan laju
obat masuk ke tubuh (laju
infusi)
Kurva konsentrasi obat dalam
plasma-waktu dari suatu obat
yang diberikan dengan IV
konstan ditunjukkan di gambar di
atas
4. Farmakokinetika suatu obat yang diberikan secara
infusi IV konstan mengikuti proses masukan obat
orde nol, dimana obat diinfuskan langsung ke dalam
sirkulasi sistemik
Pada persamaan di atas, menjelaskan konsentrasi
obat dalam plasma pada berbagai waktu selama infusi
IV, dimana t adalah waktu infusi, DB adalah jumlah
obat dalam tubuh, R adalah laju infusi (orde nol), dan
k adalah tetapan laju eliminasi
5. saat obat diinfuskan, nilai t dalam persamaan 5.2 meningkat
Pada waktu tak terhingga, t=, e-kt mendekati nol, maka persamaan 5.2
berkurang menjadi persamaan 5.4
Persamaan di atas menunjukkan bahwa konsentrasi tunak (Css)
bergantung pada volume distribusi, tetapan laju eliminasi dan laju infusi
Perubahan salah satu dari faktor-faktor ini dapat mempengaruhi Css
Konsentrasi tunak berkaitan dengan laju infusi dan berbanding terbalik
dengan klirens obat (persamaan 5.5)
Keterangan: Cl adalah klirens tubuh total
6. Waktu untuk mencapai Css
Dalam praktik klinis, aktivitas obat akan teramati saat konsentrasi
obat mendekati konsentrasi dalam plasma yang
diharapkan/konsentrasi obat target/konsentrasi keadaan tunak
yang diharapkan
Waktu untuk mencapai konsentrasi tunak (Css) 90%, 95% dan 99%
dapat dihitung dengan cara berikut:
Persen Css yang dicapai Waktu paruh
90 3,32
95 4,32
99 6,65
7. Waktu untuk mencapai konsentrasi obat dalam
plasma lebih dari 95% Css sering dijadikan
estimasi untuk maksud terapeutik
Berdasarkan tabel pada slide sebelumnya, dalam
waktu 5 waktu paruh (t1/2), konsentrasi obat dalam
plasma akan berada antara 95% (4,32 t1/2) dan 99%
(6,65 t1/2) dari konsentrasi obat tunak
Maka, untuk suatu obat yang mempunyai t1/2 6 jam,
untuk mencapai 95% Css diperlukan 5 t1/2 atau
5 x 6 jam yaitu 30 jam
8. Contoh:
Suatu antibiotik mempunya volume distribusi 10
L dan k 0,2 jam-1. konsentrasi tunak dalam
plasma diinginkan 10 袖g/mL. Berapakah laju
infusi yang diperlukan untuk mempertahankan
konsentrasi tunak? Jika pada pasien dengan
keadaan uremia tetapan laju eliminasinya
menurun sebesar 50%, maka laju infus baru agar
keadaan tunak dapat dipertahankan?
9. Metode infusi untuk perhitungan waktu paruh eliminasi
Persamaan 5.2 dapat digunakan untuk menghitung k, dan waktu paruh
eliminasi obat secara tidak langsung pada seorang pasien
Karena
Substitusi ke dalam persamaan 5.2:
10. Suatu antibiotik pada populasi umum
mempunyai waktu paruh 3-6 jam. Seorang
pasien diberi infusi IV antibiotik pada laju infui
15 mg/jam. Cuplikan darah diambil pada 8 dan
24 jam dan berturut-turut diperoleh konsentrasi
obat dalam plasma 5,5 dan 6,5 mg/L. berapakah
waktu paruh eliminasi obat pada pasien
tersebut?
11. Infusi IV Plus Dosis Muatan: Model Kompartemen
Satu
Dosis muatan, DL, atau dosis bolus awal dari suatu obat digunakan untuk memperoleh
konsentrasi tunak secepat mungkin
Konsentrasi obat dalam tubuh untuk model kompartemen setelah dosis IV:
Dan konsentrasi dengan infusi pada laju R adalah:
Dengan menganggap suatu dosis IV bolus suatu obat DL dan infusi IV diberikan pada
waktu yang sama, Cp pada waktu t setelah dimulainya infusi akan sama dengan C1 + C2,
jumlah dari bolus dan infusi
12. Jika dosis muatan (DL)
sama dengan jumlah obat
dalam tubuh pada
keadaan tunak:
dari persamaan 5.4,
Css VD = R/k, maka
15. Jumlah obat maksimum dalam tubuh setelah suatu
injeksi IV cepat adalah sama dengan dosis obat
Untuk model kompartemen satu terbuka, obat akan
dieliminasi menurut kinetika orde kesatu
Jika sama dengan jarak waktu pemberian dosis
(waktu antara dosis pertama dan berikutnya), maka
jumlah obat yang tinggal dalam tubuh setelah
beberapa jam dapat ditentukan dengan:
16. Fraksi () dosis yang tinggal dalam tubuh dikaitkan dengan
tetapan eliminasi (k), dan jarak pemberian dosis ()
Jika besar, menjadi lebih kecil karena DB (jumlah obat yang
tinggal dalam tubuh) lebih kecil
Perbedaan antara jumlah obat maksimum (Dmaks) dan minimum
(Dmin) di dalam tubuh akan selalu sama dengan dosis yang
diinjeksikan (D0)
D
maks juga dapat dihitung dengan:
17. Jumlah rata-rata obat dalam tubuh pada keadaan
tunak, D
av dapat diperoleh dengan:
F adalah fraksi dosis terabsorpsi
Untuk injeksi IV harga F sama dengan 1,0
19. Konsentrasi obat dalam plasma pada setiap waktu
setelah pemberian n dosis obat
n adalah jumlah dosis yang diberikan dan t adalah
waktu setelah dosis ke-n. Pada keadaan tunak, e nk
mendekati nol. Maka persamaan 8.20 menjadi
C
p adalah konsentrasi tunak obat pada waktu t setelah
pemberian dosis
20. Permasalahan jika satu dosis missed/tidak
digunakan
Konsentrasi dari dosis yang hilang yaitu:
thilang adalah waktu yang terlewati karena
dosis/regimen dosis hilang/miss
maka persamaan 8.20 dikurangi persamaan 8.23
21. Jika keadaan tunak tercapai, maka e nk
mendekati nol, sehingga persamaan 8.24
menjadi: