Pembuatan pakan ayam dengan memanfaatkan bahan pakan lokal 1 okMasyithahRachmat30
油
Salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha peternakan adalah faktor pakan, disamping faktor genetik dan tatalaksana pemeliharaan. Salah satu usaha untuk menekan biaya pakan adalah memanfaatkan bahan pakan alternatif (beberapa bahan
pakan lokal) seperti : tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, tepung jagung dan garam.
Formulasi Ransum untuk Itik Petelur, lokasi di Kabupaten Sambas, Propinsi Kalimantan Barat. Susunan Komposisi ransum ini dibuat untuk fase starter, fase grower dan fase finisher/layer
Suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan t...Dendy Vidianto
油
Dokumen tersebut membahas pengaruh suplementasi tepung ikan dan bungkil kedelai dalam ransum akhir kebuntingan terhadap performa reproduksi induk dan pertumbuhan anak pra sapih domba lokal. Penelitian ini menggunakan 15 ekor domba betina akhir kebuntingan yang diberi 3 perlakuan ransum berbeda yaitu ransum komersil, ransum komersil ditambah 10% tepung ikan, dan ransum komersil ditambah 15% bungkil kedelai.
Pakan merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas ayam petelur. Ada dua jenis pakan yang digunakan, yaitu Comfeed untuk ayam umur 19-50 minggu dan EH 711 untuk masa produksi. Pakan diberikan dua kali sehari pada jam 07.00 dan 12.00 dengan porsi 40% dan 60%. Konsumsi pakan ayam petelur fase layer sebesar 115 gram/ekor/hari.
Fermetasi ampas tahu dengan laru oncom sebagai pakan ayam ras pedagingdimasarienugraha123
油
Studi ini menguji penggunaan ampas tahu yang difermentasi dengan jamur oncom sebagai pakan ayam broiler. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian ampas tahu fermentasi hingga 15% meningkatkan pertambahan berat badan, berat karkas, dan persentase karkas ayam, serta menurunkan konversi pakan. Studi ini menyimpulkan bahwa ampas tahu fermentasi dapat digunakan sebagai pakan ayam broiler hingga 15% untuk
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan pakan, prinsip-prinsip pemberian pakan kambing, syarat bahan baku pakan, kandungan nutrisi pakan, jenis pakan, dan cara pemberian pakan untuk kambing. Dokumen ini memberikan informasi mengenai aspek-aspek penting dalam pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis kambing.
Studi ini membandingkan nilai ekonomis antara itik Pitalah dan Bayang yang ditujukan sebagai itik pedaging. Parameter yang dianalisis meliputi bobot badan, persentase karkas, lemak abdominal, biaya ransum dan bibit, serta Income over feed and duck cost (IOFC). Hasilnya menunjukkan bahwa itik Pitalah memberikan IOFC lebih baik dibanding Bayang, baik pada umur 8 maupun 12 minggu. IOFC pada umur 8 minggu juga lebih menguntungkan d
Brosur ini memberikan informasi tentang alternatif bahan pakan murah dan mudah didapat untuk ayam buras seperti dedak, jagung, bungkil kelapa, singkong, kedelai, dan berbagai daun yang kaya protein seperti daun lamtoro dan turi. Brosur ini juga menjelaskan kebutuhan zat gizi dan produktivitas ayam buras serta beberapa jenis ayam buras lokal seperti ayam Pelting, Kedu, dan Nunukan.
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasRamaiyulis Ramai
油
Pengolahan limbah peternakan khususnya kotoran sapi menjadi biogas memiliki beberapa keuntungan seperti sumber bahan baku yang melimpah dan bermanfaat, dapat mengurangi pencemaran lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan peternak. Proses produksi biogas melibatkan fermentasi anaerob oleh bakteri metanogenik di dalam biodigester. Hasilnya berupa biogas yang berkomposisi metan dan karbon dioksida, serta sisa fermentasi
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang ransum untuk berbagai jenis unggas seperti broiler, petelur, kalkun, angsa, dan bebek. Termasuk kandungan nutrisi, umur, dan tingkat produksi yang sesuai untuk masing-masing jenis unggas.
Modul ini membahas tentang berbagai jenis bahan pakan konsentrat dan uji kualitas nutrisi pakan untuk sapi perah. Jenis-jenis konsentrat dijelaskan berdasarkan umur sapi perah beserta persyaratan mutunya. Modul ini juga menjelaskan berbagai sumber bahan konsentrat seperti biji-bijian, limbah industri, dan hewan sebagai sumber protein dan energi."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen pemberian pakan ayam broiler. Ayam broiler adalah ayam pedaging jantan/betina umur muda yang dapat dipanen setelah 4-5 minggu dengan bobot badan 1,3-1,5 kg. Dokumen ini menjelaskan strain ayam broiler, keunggulannya dibanding ayam kampung, standar performa, kualitas dan manajemen pemberian pakan serta air minum untuk mencapai target bobot badan dan konversi p
Dokumen membahas kebutuhan nutrisi untuk itik petelur dan pedaging. Beberapa poin penting adalah kebutuhan protein dan energi untuk itik petelur, serta faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan seperti jenis itik, ukuran tubuh, dan suhu udara. Dokumen juga membahas cara mengurangi kandungan lemak pada karkas itik pedaging dengan mengontrol konsumsi energi.
Rekomendasi untuk budidaya itik di Kebun Selakau meliputi penambahan kapasitas kandang, pemberian ransum sesuai kebutuhan protein dan kalori, serta suplemen vitamin dan mineral. Ransum harus diformulasikan dengan bahan lokal seperti dedak padi, jagung, batang sagu, dan bungkil kopra untuk memenuhi kebutuhan protein dan nutrisi itik. Penanganan dan pemeliharaan yang tepat dianjurkan untuk mendukung pertumbuhan dan ke
Modul ini membahas tentang pakan ternak unggas pedaging, mulai dari bahan baku pakan, spesifikasi bahan baku, persyaratan mutu pakan, kebutuhan nutrisi berdasarkan periode produksi, formulasi pakan, proses pembuatan, bentuk, pengemasan, dan transportasi pakan. Bahan baku pakan utama meliputi jagung, kedelai, bungkil kelapa, dan dedak padi. Modul ini bertujuan menjelaskan prinsip agribisnis
Formulasi pakan merupakan proses penting dalam budidaya perikanan dan perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti kebutuhan nutrisi spesifik ikan, ketersediaan bahan baku, dan harga pakan. Teknik formulasi tradisional, perangkat lunak, dan database dapat digunakan untuk menghasilkan pakan yang sesuai target nutrisi dan ekonomis. Pakan fungsional dapat meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan ikan melalui
Rumusan Kebijakan dan Pelaksanaan Kebijakan Peningkatan Produksi Pakanheru dumadi
油
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan dan pelaksanaan kebijakan peningkatan produksi pakan di Indonesia, termasuk target produksi dan ekspor pakan tahun 2021, arah kebijakan pakan nasional, program dan kegiatan fungsi pakan, perkembangan produksi dan harga pakan, serta perkembangan pembelian jagung oleh pabrikan pakan.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan pakan, prinsip-prinsip pemberian pakan kambing, syarat bahan baku pakan, kandungan nutrisi pakan, jenis pakan, dan cara pemberian pakan untuk kambing. Dokumen ini memberikan informasi mengenai aspek-aspek penting dalam pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis kambing.
Studi ini membandingkan nilai ekonomis antara itik Pitalah dan Bayang yang ditujukan sebagai itik pedaging. Parameter yang dianalisis meliputi bobot badan, persentase karkas, lemak abdominal, biaya ransum dan bibit, serta Income over feed and duck cost (IOFC). Hasilnya menunjukkan bahwa itik Pitalah memberikan IOFC lebih baik dibanding Bayang, baik pada umur 8 maupun 12 minggu. IOFC pada umur 8 minggu juga lebih menguntungkan d
Brosur ini memberikan informasi tentang alternatif bahan pakan murah dan mudah didapat untuk ayam buras seperti dedak, jagung, bungkil kelapa, singkong, kedelai, dan berbagai daun yang kaya protein seperti daun lamtoro dan turi. Brosur ini juga menjelaskan kebutuhan zat gizi dan produktivitas ayam buras serta beberapa jenis ayam buras lokal seperti ayam Pelting, Kedu, dan Nunukan.
Teknologi Pengolahan Limbah Peternakan menjadi BiogasRamaiyulis Ramai
油
Pengolahan limbah peternakan khususnya kotoran sapi menjadi biogas memiliki beberapa keuntungan seperti sumber bahan baku yang melimpah dan bermanfaat, dapat mengurangi pencemaran lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan peternak. Proses produksi biogas melibatkan fermentasi anaerob oleh bakteri metanogenik di dalam biodigester. Hasilnya berupa biogas yang berkomposisi metan dan karbon dioksida, serta sisa fermentasi
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang ransum untuk berbagai jenis unggas seperti broiler, petelur, kalkun, angsa, dan bebek. Termasuk kandungan nutrisi, umur, dan tingkat produksi yang sesuai untuk masing-masing jenis unggas.
Modul ini membahas tentang berbagai jenis bahan pakan konsentrat dan uji kualitas nutrisi pakan untuk sapi perah. Jenis-jenis konsentrat dijelaskan berdasarkan umur sapi perah beserta persyaratan mutunya. Modul ini juga menjelaskan berbagai sumber bahan konsentrat seperti biji-bijian, limbah industri, dan hewan sebagai sumber protein dan energi."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen pemberian pakan ayam broiler. Ayam broiler adalah ayam pedaging jantan/betina umur muda yang dapat dipanen setelah 4-5 minggu dengan bobot badan 1,3-1,5 kg. Dokumen ini menjelaskan strain ayam broiler, keunggulannya dibanding ayam kampung, standar performa, kualitas dan manajemen pemberian pakan serta air minum untuk mencapai target bobot badan dan konversi p
Dokumen membahas kebutuhan nutrisi untuk itik petelur dan pedaging. Beberapa poin penting adalah kebutuhan protein dan energi untuk itik petelur, serta faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan seperti jenis itik, ukuran tubuh, dan suhu udara. Dokumen juga membahas cara mengurangi kandungan lemak pada karkas itik pedaging dengan mengontrol konsumsi energi.
Rekomendasi untuk budidaya itik di Kebun Selakau meliputi penambahan kapasitas kandang, pemberian ransum sesuai kebutuhan protein dan kalori, serta suplemen vitamin dan mineral. Ransum harus diformulasikan dengan bahan lokal seperti dedak padi, jagung, batang sagu, dan bungkil kopra untuk memenuhi kebutuhan protein dan nutrisi itik. Penanganan dan pemeliharaan yang tepat dianjurkan untuk mendukung pertumbuhan dan ke
Modul ini membahas tentang pakan ternak unggas pedaging, mulai dari bahan baku pakan, spesifikasi bahan baku, persyaratan mutu pakan, kebutuhan nutrisi berdasarkan periode produksi, formulasi pakan, proses pembuatan, bentuk, pengemasan, dan transportasi pakan. Bahan baku pakan utama meliputi jagung, kedelai, bungkil kelapa, dan dedak padi. Modul ini bertujuan menjelaskan prinsip agribisnis
Formulasi pakan merupakan proses penting dalam budidaya perikanan dan perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti kebutuhan nutrisi spesifik ikan, ketersediaan bahan baku, dan harga pakan. Teknik formulasi tradisional, perangkat lunak, dan database dapat digunakan untuk menghasilkan pakan yang sesuai target nutrisi dan ekonomis. Pakan fungsional dapat meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan ikan melalui
Rumusan Kebijakan dan Pelaksanaan Kebijakan Peningkatan Produksi Pakanheru dumadi
油
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan dan pelaksanaan kebijakan peningkatan produksi pakan di Indonesia, termasuk target produksi dan ekspor pakan tahun 2021, arah kebijakan pakan nasional, program dan kegiatan fungsi pakan, perkembangan produksi dan harga pakan, serta perkembangan pembelian jagung oleh pabrikan pakan.
2. TOPIK BAHASAN
I. PENDAHULUAN
II.FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PEMANFAATAN
BAHAN PAKAN BARU
III.PENGGUNAAN PKM DALAM RANSUM UNGGAS
IV.PENGGUNAAN PKM DALAM PAKAN BABI
V.PENGGUNAAN PKM DALAM PAKAN IKAN
VI.OPTIMALISASI PEMAKAIAN PKM DENGAN
TEKNOLOGI
VII.KESIMPULAN DAN SARAN
3. I. PENDAHULUAN
3
Mengapa perlu menggunakan PKM/PKC sebagai bahan pakan?
KETERSEDIAAN BAHAN PAKAN di INDONESIA sangat
terbatas
Impor bahan pakan terus meningkat
Peluang untuk meningkatkan produksi bahan pakan
Peluang untuk memanfaatkan bahan pakan lokal lebih banyak
4. PENGERTIAN Sering tidak
konsisten
PALM KERNEL MEAL / PKM :
Bungkil inti sawit, hasil sisa ekstraksi minyak dengan
menggunakan pelarut kimia
Kandungan minyak rendah: sekitar 2 %
Kandungan protein lebih rendah : 16 18%
PALM KERNEL CAKE/ PKC atau PKE (EXPELLER):
Bungkil inti sawit, hasil sisa ekstraksi minyak dengan
menggunakan tekanan/pemerasan
Kandungan minyak masih tinggi: sekitar 8 %
Kandungan protein lebih rendah : 14 16%
5. KONDISIKETERSEDIAANBAHANPAKANDIINDONESIA
3 bahan pakan impor yg jumlahnya besar (ton)
NO
JENIS BAHAN
PAKAN 2017 2018 2019
Perkiraan nilai
(2019)
1 SBM* 4.486.000 4.449.000 4.750.000 US$166,2500,000
2 Feed Wheat* 2.100.000 2.000.000 1.900.000 US$361,000,000
3 MBM** 628.000 473.000 896.000 US$448,000,000
Total nilai impor 2019, x milyar US$ 2,471
Total nilai impor 2019, x trilyun Rp 37,072
* Mundi Index ** Ditkeswan (2020)
6. II. FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PEMANFAATAN
BAHAN PAKAN BARU
1. Ketersediaan/
availability
Performa
&
PROFIT
3. Harga Relatif
2. Kandungan
Gizi/Nutrient 5. Faktor pembatas
selain racun (zat anti
nutrisi)
4. Kandungan zat
racun/ toksikan
Faktor
positif
Faktor
negatif
7. 1. Ketersediaan PKC/PKM Indonesia
Produksi PKM di Indonesia cukup banyak
Jumlah produksi meningkat tiap tahun
kebun sawit
Penggunaan dalam negeri masih sedikit sekali
ekspor
2016 2017 2018 2019
(x 1000 ton)
Produksi 4934 5470 5686 5860
Ekspor
(%)
4318
(87,5)
4704
(86,0)
5190
(91,3)
5300
90,4)
10. 3. Harga relatif
Nutrient PKM Jagung SBM
Protein, % 14,5 8,5 44
Energi Metabolis,
Kkal/kg
2050 3300 2350
Harga, Rp/kg 2100 4000 -
6000
8000 -
9500
Harga relatif Harga Rp/kg
Harga bahan pakan bisa berbeda pada daerah dan waktu yang
berbeda
Harga salah satu penentu dalam formulasi pakan Least
Cost Diet
Contoh: Harga PKM dibandingkan dengan Jagung dan SBM
11. 4. Kandungan Toksin dalam PKM/PKC
Tidak ada endogenous toksin dalam PKM /PKC
Nutrien yg dianggap berbahaya :
Cu 20 30 ppm
PKM diberikan pada kambing dan domba (>50%)
menyebabkan keracunan chronic Cu dan bisa mati
karena terjadi Hepatic necrosis
12. 5. Faktor Antinutrisi dan Kontaminan dalam PKM/PKC
Faktor anti nutrisi adalah: Senyawa kimia yg ada dalam bahan secara alami
yang berfungsi sebagai inhibitor/penghambat penyerapan nutrient, seperti :
phytic acid, tannic acid, oxalate, NSP -Non Strach Polysaccharide (mannan,
galactomannan, xylan and arabinoxylan)
Kandungan NSP PKM: 466 g/kg (Knudsen, 1997) NSP SBM : 180 -220 g/kg
NSP meningkatkan kekentalan isi usus menghambat absorbsi nutrient.
NSP menyerap air lbh banyak volume meningkat konsumsi pakan turun.
ADF 494 g/kg; NDF 779 g/kg (Almageur et al., 2014)
Tannic acid : 0.35 - 0.44
Phytic acid: 23.07 - 23.90
g/kg)
Oxalate: 5.04 - 5.22 g/kg.
Akinyeye et al 2011
13. Faktor Antinutrisi dan Kontaminan
Kontaminan utama dalam PKM Cangkang atau
Batok
SNI inti sawit (SNI 01-0002-1987)
Kadar Kotoran (tempurung /cangkang), serabut, batu, dll
MAX : 6% menghasilkan > 12% cangkang dalam
PKM
14. III. Penggunaan PKC dalam Ransum Unggas
1. Broiler
2. Ayam petelur
3. Ayam bibit
4. Itik & Entok
15. 1. Performan ayam broiler dengan pemberian PKC 4 mg (Esuga, 2007)
Persentase bungkil inti sawit dalam ransum
Peningkatan PKC dalam ransum menurunkan Performa broiler
PKC dapat diberikan 10% dalam ransum broiler 0-4 mg
16. Performa Broiler: PKCmenggantikan jagung (Natsir et al, 2018)
JAGUNG/PKC dlm
Pakan
60/0 52,5/7,5 45/15 37,5/22,5 30/30
Konsumsi pakan g/e 3019a 3012a 3146ab 3455b 3480b
Bobot badan g/e 1764b 1777b 1574a 1502a 1507a
FCR 1,72a 1,75ab 2,00b 2,30c 2,31c
Lemak abdomen, % 2,15 2,09 2,15 2,37 2,29
Hanya 7,5% PKC dapat dipakai dalam pakan (menggantikan 12,5%
jagung)
Penggunaan PKC > 7,5% menurunkan performa broiler
Jagung dlm formula diganti dgn PKCtanpa merubah formula
(kandungan gizi pakan) dalam ransum Starter dan finisher
18. 2. Penggunaan Bungk
petelur (Sinurat, dk
il inti sawit (PK
k., 2011)
Produksitelur
(%HD)
C) dala
Kons
Ransum
(g/e/h)
m ransum
Berattlr
g/butir
ayam
FCR
Perlakuan
Kontrol (ransum tanpa PKC) 83,8 125,5 63,0 2,415
PKM (disaring): 5% 86,9 122,1 63,6 2,245
10% 83,2 122,6 64,4 2,326
20% 79,1 122,9 64,5 2,458
Penggunaan PKC dapat diberikan hingga 10% dalam ransum ayam petelur
Penggunaan > 10% menurunkan produksi telur & FCR lebih jelek
18
19. ayam
2. Penggunaan Bungkil inti sawit (PKC) dalam ransum
petelur (Zanu et al., 2012)
Penggunaan PKC dapat diberikan hingga 10% dalam ransum ayam petelur
Penggunaan > 10% menurunkan produksitelur
19
Tingkat PKC dalam ransum, %
Satuan 0 5 10 15
Konsumsi pkn g/e/h 136.3 133.7 136.7 131.3
Produsi telur % HD 77.0a 79.7b 81.0c 64.3d
FCR g/g 2,74 2,68 2,46 3,23
Berat telur g/ btr 64.7 62.5 68.5 63.3
Skor kuning 2.0a 3.7a 4.7b 6.0c
Mortalitas % 0 0 0 6.7
20. HASIL PENELITIAN SUBSTITUSI/PENGURANGAN JAGUNG
DENGAN PKC DALAM RANSUM AYAM PETELUR
18
5
6
%
Kriteria Level
substitusi (%)
Penggantian
Optimum (%)
Referensi
Prod telur, FCR, Egg mass 0; 30; 56 56 Chong et al. 2008
Prod telur, FCR, Brt telur,
Warna yolk
0; 9; 18; 27 18 Dairi&Fasuyi,
2008
(PKC Fermentasi)
Prod telur, FCR, Brt telur
ayam kampung
0; 30; 60 60 Adrizal et al, 2011
21. 3. Penggunaan Bungkil inti sawit (PKM) dalam ransum
ayam Bibit (Mohamen W.Z. 2013)
Penggunaan PKM dapat diberikan hingga 20% dalam ransum ayam petelur bibit
Penggunaan PKM 40% menurunkan produksi telur dan FCR lebih jelek
21
22. 4. Peggunaan PKC dalam Ransum Itik Petelur (Samsudin et al., 2016 J. World Poult. Res.)
0
Persentase PKC dalam ransum
15 35
Konsumsi Pakan g/e/mg 1021 1425 1338
Prod Telur, %HD 60.0 60.4
77.
1
FCR 6.25 5.12
5.5
3
Bobot telur g/butir 59.5 65.7
63.
2
Itik Khaki Campbell mulai umur 18 mg selama 10 mg penelitian
Skor Warna kuning 5.70 5.22 5.93
Penggunaan PKChingga 35% dalam ransum itik menghasilkan Produsi telur,
FCRdan warna kuning telur yg lebih baik dari yg diberi ransum Kontrol
23. 4. PKMdalam ransum entok (Muscovy) (Fadil et al. 2016)
Saran utk ransum itik (entok) masa grower (umur 2 7 minggu)
Penggunaan 15% PKM dalam ransum entok FCR = K
o
n
t
r
o
l
Penggunaan 35% PKM dalam ransum entok FCR > K
o
n
t
r
o
l
24. Rekomendasi Batas penggunaan PKC dalam Pakan Unggas
Batas penggunaan dalam ransum unggas
(tergantung kualitas PKC?):
*5 10 % didalam ransum ayam broiler
*Hingga 10% didalam ransum ayam petelur
*Hingga 25% Ayam kampung sedang tumbuh
*Hingga 15% dalam ransum Breeder ayam ras
*Hingga 35% dalam ransum itik petelur
*Hingga 15% dalam ransum entok grower
bervariasi
24
26. Performa anak babi yang diberi PKC atau PKM
mulai umur 20h selama 2
1h (Jarowski et al2014)
Parameter
0
PKE 5 PKE
10
PKC
15
PKC Nilai P
BB awal, kg 9.79 9.74 9.75 9.78 0.82
BB akhir, kg 20.29 19.61 19.92 19.15 0.03
PBB, g/e/h 525 494 509 470 0.04
Konsumsi
g/e/h
844 781 816 775 0.13
FCE 0.63 0.63 0.63 0.61 0.19
Parameter
0
PKM
5
PKM
10
PKM
15
PKM Nilai P
BB awal, kg 8.41 8.44 8.43 8.37 0.065
BBakhir, kg 16.71 16.5 16.24 16.23 0.162
PBB,g/e/h 394.9 386.6 373.2 375.2 0.204
Konsumsi
g/e/h
647.2 648.9 651.5 649.7 0.921
FCE 0.61 0.6 0.58 0.58 0.085
Performa anak babi yang diberi PKC sd 10%=Kontrol
Performa anak babi yang diberi PKM sd 1
5%
=Kontrol
27. Efisiensi pakan (FCE) Babi masa Starter, Grower sd Finisher
dengan penggunaan PKM (Trow Nutr. 2015)
10% PKC dalam
ransum babi masa
starter dan grower:
FCE = Kontrol
15% PKC dalam
ransum babi finisher:
FCE = Kontrol
28. Tebal lemak punggung Babi dengan penggunaan PKC
(Trow Nutr. 2015)
Peningatan PKC
dalam ransum
meningkatkan tebal
lemak punggung
Berdasarkan tebal
lemak punggung:
Rekomendasi PKC
dalam ransum babi:
Starter : 5 - 7%
Grower: 7-10%
Finisher: 10%
30. Performa ikan bandeng yg diberi pakan dgn PKC(Zulfahmi et al, 2019)
Parameters PKC dalam pakan
0 % (Komersil) 16,40% 45,10% 61,10%
Protein kasar, % 35.15 26.56 24.32 22.66
Serat kasar, % 7.00 30.27 34.61 37.06
Hasilpengamatanselama45hari
Mortalitas, 86.66賊2.86a 88.33賊2.88a 88.33賊2.88a 78.33賊2.88b
Lajupertumbuhan, 1.10賊0.03a 1.33賊0.03a 0.92賊0.051b 0.70賊0.055b
Pertambahan panjang,cm 4.10賊0.10a 4.70賊0.10a 3.30賊0.15b 2.60賊0.15b
Efisiensipakan(PBB/FI), 21.51賊0.50a 25.32賊0.06a 17.33賊0.21a 13.96賊0.29b
PKCdalam pakan bandeng bisa digunakan hingga 16,4%, menghasilkan pertumbuhan
dan Efisiensi pakan yang sama dengan pakan komersil.
31. Performa ikan lele dengan pemberian PKCselama 7 minggu
(Ng dan Chen, 2008)
SBM, % 28.15 24.71 21.27 14.39
PKC, %0.00 10.00 20.00 40.00
Prot Kasar 15.8 15.4 15.7 15.1
BB akhir, g 26.4a 26.2a 26.8a 20.1c
PBB, % 369.6a 364.1a 375.1a 256.4c
Laju Pertumbuhan, % 3.16a 3.12a 3.18a 2.59c
Ef. Pakan 0.77a 0.76a 0.76a 0.63b
Ef. Protein/ PER, % 2.17a 2.16a 2.16a 1.79b
Pemberian PKCdalam pakan lele hingga 20% menghasilkan performayang
Samadengan Kontrol (0% PKM)
32. Performa udang galah (Macrobrachium rosenbergii) yang
diberi pakan mengandung PKC selama 60 hari (Kader etal, 2018
Parameter 0 10 20 30 40
Bobot awal, g 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
Laju
pertumbuhan, %
2.45bcd 2.39bc 2.36bc 2.31ab 2.16a
Konsumsi
pakan, g/e
0.46a 0.49a 0.51a 0.49a 0.50a
Efisiensi pakan 0.29 bc 0.27abc 0.24bc 0.25abc 0.21a
Ef Protein (PER) 0.95bc 0.87abc 0.78bc 0.84abc 0.72a
Penggunaan 10% PKCdalam ransum sudah menyebabkan penurunan performa udang
33. VI. OPTIMALISASI PEMAKAIAN PKC DENGAN
TEKNOLOGI
Prinsip OPTIMALISASI:
Meniadakan atau mengurangi zat yg berbahaya atau
zat yang tidak berguna atau faktor anti nutrisi
Meningkatkan kandungan nutrien/ gizinya
Meningkatkan level penggunaannya dalam pakan (bila
harganya relatif lebih murah)
34. TEKNOLOGI OPTIMALISASI PENGGUNAAN PKC
1. Cara FISIK (Penyaringan)
Mengurangi cangkang
2. PEMANFAATAN MIKROORGANISME (Biofermentasi)
Meningkatkan daya simpan
Meningkatkan nilai gizi (Protein sel m.o.)
3. PENAMBAHAN IMBUHAN (ENZIM)
Meningkatkan kecernaan gizi bahan pakan/ pakan
4. STEAM AND PRESS
5.KOMBINASI
38. Tabel Kandungan protein kasar dan asam amino PKC
sebelum dan sesudah disaring
Asam amino Bungkil inti
sawit (BIS)
BISdisaring
Bahan kering, % 91,85 92,08
Lemak,% 16,05 18,59
Serat kasar,% 17,63 13,28
Protein kasar,% 14,49 14,98
Metionin, % 0,59 Nilai gi zi 0,61
Arginin, % 2,01 Mening kat; 2,15
Threonin, % 0,41 Serat turun 0,45
Histidin, % 0,24 Karen a 0,26
Isoleusin, %
0,52
Cangk ang 0,57
Leusin, % 1,03 1,11
Lisin, % 0,44 Berkur ang 0,46
Valin, % 0,70 0,79
Phenilalanin, % 0,73 0,82
39. 2. PEMANFAATAN MIKROORGANISME (Biofermentasi)
Membiakkan m.o. dengan PKC sebagai substrat
Menghasilkan sel m.o. (protein) dan enzim dan produk
metabolis lainnya (vitamin, dll)
M.O. Yg umum digunakan:
A. niger
A. orizae
Bacillus subtillis
Rhizopus oryzae,
Trichoderma
Saccharomyces cerevisiae
Phanerochaete chrysosporium
dll
39
Tray berisi substrat
FERMENTOR
40. Komposisi zat gizi Bungkil inti sawit dan produk
fermentasi dengan A. niger (Sinurat dkk., 2013)
Bungkil Inti Sawit (PKM) PKC Fermentasi
Dry matter, % 90 89,48
Crude fiber, % 21.7 18,6
M Energy (kcal/kg) 2087 2413
Fat (%) 9,60 9,02
Protein, % 14,2 22,95
Amino acids , %
Threonine 0.31 0,51
Arginine 1.12 1,42
Alanine 0.47 0,79
Methionine 0.41 0,51
Cystine 0.30 td
Valine 0.55 0,83
Phenilalanine 0.39 0,63
Leusine 0.71 1,04
Lysine 0.49 0,59
Ash, % 4,24 6,40
Ca , % 0.35 0,46
P, % 0.59 0,57 40
41. Beberapa jenis kapang yg dicoba utk
meningkatkan gizi BIS (Sharmila dkk, 2014)
A.niger dan Rhizopus meningkatkan protein dan
Energi metabolis PKC,menurunkan serat kasar
42. Uraian Bungkil inti sawit Bungkil sawit
terfermentasi
Protein kasar, %
Kecernaan Protein, %
AME, Kkal/kg
Serat kasar, %
15,14
46,5
2261
17,18
25,08
80,9
2516
13,64
Nilai gizi bungkil inti sawit setelah difermentasi dgn
Phanerochaete chrysosporium (Sembiring, 2006)
Fermentasi meningkatkan kandungan Protein dan kecernaannya, ME
& mengurangi kadar serat kasar
43. Performan ayam broiler yg diberikan Bungkil sawit (PKC) dan produk fermentasinya
(Sembiring, 2006)
Bahan % RANSUM Konsumsi, g/e B badan g/e FCR
KONTROL 2908 1430 2,03
BKL SAWIT/PKM 10 2842 1517 1,89
20 2870 1373 2,10
30 2783 1296 2,15
PKM fermentasi 10 2889 1501 1,93
20 2872 1503 1,91
30 2898 1456 1,99
PKC TANPA FERMENTASI HANYA BISA DIGUNAKAN 10%,
PKC TERFERMENTASI BISA DIGUNAKAN HINGGA 20% DALAM
PAKAN BROILER
44. Pengaruh pemberian PKCfermentasidalam ransum thdperforma ikan mas
(FermentasiPKCdengan Rhizopus oligosporus)
Pemberian PKC fermentasi 18% menghasilkan performa terbaik,
Lebih baik dari 12% PKC tanpa fermentasi
45. Perlakuan
Kecernaan
Bahan Kering %
Energi
Metabolis
(Kkal/kg)
Kecernaan
Protein, %
PKC disaring (BISSARING) 56,8 2091 34,7
PKC SARING + Enzim Balitnak (BS4) 71,7 2317 51,3
BISSARING + Enzim multi
komersil 67,8 2319 55,6
3. Penambahan ENZIM meningkatkan kecernaan gizi PKC (Sinurat et al, 2013)
PKM: Tinggi kadar Serat mannan, lignin, Selulosa
Enzim yang dapat memecah serat dalam BIS
45
Penambahan enzim BS4 maupun enzim komersil meningkatkan
energi metabolis, kecernaan protein dan kecernaan bahankering
47. Perlakuan
Produksi
(%HD)
FCR
Berat telur
(g/btr)
Skor
Kuning
telur
Kontrol (0% PKM) 83,8 bcd
2,42abc
63,0 6,9
5% PKC 86,9 abc
2,25 d
63,6 7,3
10% PKC 83,2 cde
2,3
3
bcd
64,
4
7,
1
20% PKC 79,1e
2,46ab
64,5 7,6
5% PKC + En BS4 83,2 cde
2,31 bcd
63,4 7,6
10% PKC+ En BS4 87,1 abc
2,24 d
63,6 7,5
20% PKC+ En BS4 84,0 bc
2,32 bcd
63,3 7,4
5% PKC + En Kom 79,2 de
2,53 a
63,7 7,2
10% PKC+ En Kom 86,5 abc
2,26cd
63,9 6,5
20% PKC+ En Kom 88,3 ab
2,19d
64,4 6,1
Taraf nyata (P) 0,001 0,001 0,604
Performan ayam yg diberi Bkl Sawit (PKC) dan enzim selama 16 minggu (Sinurat et al., 2011)
Tanpa Enzim:
PKC 10%
+ Enzim:
PKC 20%
48. A. Penyaringan PKC Mengurangi cangkang
B. Fermentasi meningkatkan kandungan
nutrient
C. Suplementasi Enzim Meningkatkan
kecernaan gizi
4. Perpaduan Teknologi Optimalisasi Penggunaan PKC
52. KESIMPULAN & SARAN
Kebutuhan pakan/bahan pakan terus meningkat impor terus meningkat
Produksi PKC dalam negeri sangat banyak tetapi sebagian besar (90%) di ekspor
Kandungan nutrient, faktor pembatas dan penggunaan PKC dalam pakan unggas,
babi dan ikan serta batas penggunaannya sudah banyak diteliti.
Optimalisasi penggunaan PKC dilakukan dengan Teknologi
Penyaringan Mengurangi/meniadakan cemaran (cangkang) faktor antinutrisi
Biofermentasi Meningkatkan kandungan nutrien d
Suplementasi Enzim Meningkatkan ketercernaangizi & Meningkatkan j
u
m
l
a
h
penggunaannya dalam pakan
Gabungan teknologi diatas
Saran: Perlu teknologi yang lebih baik untuk pengolahan PKC menjadi
bahan pakan yang bisa menggantikan bahan pakan impor