Sistem referensi geospasial Indonesia saat ini adalah SRGI2013 yang menggunakan sistem referensi koordinat ITRS, kerangka referensi ITRF2008, datum geodetik WGS1984, dan sistem referensi tinggi yang terdiri atas ellipsoid dan geoid. SRGI2013 dirancang untuk menyatukan berbagai sistem acuan koordinat yang sebelumnya menyebabkan peta nasional menjadi tidak konsisten.
Laporan ini membahas proses rektifikasi dan digitasi peta menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Tahapan yang dilakukan meliputi rektifikasi peta untuk menyesuaikan dengan koordinat lapangan, pembuatan layer peta, dan digitasi fitur-fitur peta seperti jalan, sungai, dan batas wilayah. Hasil akhirnya berupa peta administrasi kecamatan yang telah dilengkapi atribut seperti judul, legenda, dan skala. Peta ini menunjukkan kon
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitRetno Pratiwi
油
Teks tersebut membahas sistem-sistem satelit yang digunakan dalam bidang geodesi satelit seperti GPS, GLONASS, CORS, IGS, SLR, LLR, VLBI, dan DORIS. Sistem-sistem tersebut digunakan untuk aplikasi seperti penentuan koordinat, pengukuran jarak, pemantauan pergerakan bumi, dan studi geodinamika dengan tingkat ketelitian tinggi.
Dokumen tersebut membahas tentang kalibrasi kamera untuk pemetaan kawasan melalui fotogrametri. Terdapat tiga metode utama kalibrasi kamera yaitu in-situ calibration yang melibatkan kalibrasi kamera besar di lapangan, precision multi-collimator instruments yang memanfaatkan peralatan khusus di laboratorium, dan self calibration yang secara otomatis menentukan parameter kalibrasi berdasarkan informasi gambar hasil foto.
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMega Yasma Adha
油
Makalah Geodesi Geometri II
maaf yaa setting nya dibuat untuk tidak di download karena akun ini khusus untuk referensi junior junior saya di institut teknologi padang, dan mengajarkan mereka untuk membaca bukan untuk copy paste saja ^^
Download bisa by request email megayasma63@gmail.com
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan posisi titik P berdasarkan kelima titik referensi dengan mengukur jaraknya, kemudian menggunakan metode least square untuk mendapatkan koordinat titik P. Dokumen juga membahas tentang penambahan persamaan normal dan memperlakukan konstrain dalam perhitungan survei.
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic untuk mengolah data foto udara UAV/Drone untuk menghasilkan 3D point clouds, DEM/DSM, dan orthophoto mosaic
Data foto yang digunakan dalam tutorial silahkan download disini
https://drive.google.com/file/d/0B94pA_Q0S02vREt5cnJESXhNeWc/view?usp=sharing
Berikut contoh dalam pengerjaan hitungan dalam mata kuliah hitung perataan lanjut dalam teknik geodesi, semoga bisa membantu pemahaman terkait hitungan ini
Dokumen ini membahas tentang layout peta di ArcGIS 10.0. Ia menjelaskan pengertian SIG dan layout peta, serta langkah-langkah membuat layout peta di ArcGIS 10.0 meliputi penambahan unsur-unsur peta seperti grid, legenda, orientasi, dan mengedit hasil akhir layout.
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Nurul Afdal Haris
油
Dokumen tersebut membahas tentang fotogrametri dan penginderaan jauh, termasuk konsep dasar fotogrametri, jenis foto udara berdasarkan sudut pengambilan, bagian-bagian foto udara seperti tanda fiducial dan tanda tepi, serta penentuan skala foto udara. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang metode pemetaan menggunakan foto udara dan interpretasi geometri untuk menghasilkan peta.
Laporan Pembuatan Peta Kontur, Peta Lereng, dan Tracing JalanSally Indah N
油
Laporan ini membahas pembuatan peta lereng berdasarkan data peta kontur untuk memenuhi tugas kuliah. Terdapat penjelasan mengenai tujuan, alat, bahan, kajian literatur tentang pengertian lereng dan peta lereng, langkah pembuatan peta lereng melalui perhitungan persentase kemiringan, dan kesimpulan bahwa peta kontur dapat dijadikan acuan pembuatan peta lereng dengan menggunakan warna yang sesuai dengan tingkat ke
Dokumen tersebut membahas tentang definisi percepatan gravitasi, percepatan sentrifugal, potensial gravitasi, dan potensial sentrifugal. Juga membahas cara menghitung parameter geodesi fisik seperti vektor gaya berat, persamaan Poisson dan Laplace, serta cara menentukan tinggi GPS, tinggi normal, dan tinggi dari telluroid dan quasi-geoid. Hubungan spherical harmonics dengan geodesi fisik juga dijelaskan.
Laporan ini membahas pelaksanaan praktikum fotogrametri II yang meliputi pembuatan ortofoto dan ekstraksi DEM menggunakan perangkat lunak PCI Geomatica dari foto udara. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses ortorektifikasi citra dan ekstraksi DEM secara digital."
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum fotogrametri digital yang membahas tentang kalibrasi kamera menggunakan toolbox MatLab. Laporan ini menjelaskan tujuan, metode, dan hasil dari praktikum kalibrasi kamera secara digital menggunakan perangkat lunak MatLab.
KALIBRASI KAMERA MENGGUNAKAN SOFTWARE PHOTOMODELLER SCANNERaulia rachmawati
油
Kalibrasi kamera digital menggunakan software Photomodeler Scanner untuk menentukan parameter distorsi lensa. Prosesnya meliputi pengambilan foto grid kalibrasi, input koordinat titik pada software, dan perhitungan parameter distorsi seperti distorsi radial dan tangensial serta nilai RMS error hasil kalibrasi.
Dokumen tersebut memberikan tutorial singkat mengenai pengolahan foto udara menggunakan Agisoft Photoscan untuk menghasilkan model 3D, ortofoto, dan DEM. Tutorial ini menjelaskan proses-proses seperti klasifikasi titik tinggi, pembuatan DTM dan kontur, editing mesh dan titik tinggi, serta kalibrasi kamera untuk memperbaiki distorsi radial.
Laporan ini membahas klasifikasi multispektral citra satelit Landsat 7 menggunakan perangkat lunak Envi 5.1. Terdapat dua jenis klasifikasi yaitu tak terkontrol (unsupervised) dengan algoritma Isodata dan K-Means, serta terkontrol (supervised) menggunakan Maximum Likelihood, Minimum Distance, dan Parallelepiped dengan membuat Region of Interest terlebih dahulu. Hasilnya menunjukkan algoritma Maximum Likelihood paling akurat mengklasifikasikan objek
Pengantar Structure from Motion PhotogrammetryDany Laksono
油
Structure from Motion (SfM) photogrammetry can be used to extract 3D point cloud data and generate digital elevation models (DEMs) from optical camera sensors. The SfM process involves feature detection, feature matching between images, sparse reconstruction to estimate camera positions and an initial 3D geometry, dense reconstruction using multi-view stereo to generate depth maps and a dense point cloud, and texturing to create 3D models. The resulting products include sparse and dense point clouds, DEMs, and textured 3D models. While powerful, SfM has limitations for scenes with featureless surfaces, repetitive patterns, or thin structures. Open-source SfM software includes WebODM, OpenMVG,
BAB IV materi mata kuliah Proyeksi Peta membahas tentang pengertian proyeksi peta, klasifikasi proyeksi peta berdasarkan bidang proyeksi, posisi sumbu simetri, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan geometrik. Juga dibahas tentang pemilihan proyeksi peta dan proyeksi peta yang umum digunakan di Indonesia seperti Proyeksi Polyeder, Tranverse Mercator, Universal Tranverse Mercator, dan Tranverse Mercator
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan posisi titik P berdasarkan kelima titik referensi dengan mengukur jaraknya, kemudian menggunakan metode least square untuk mendapatkan koordinat titik P. Dokumen juga membahas tentang penambahan persamaan normal dan memperlakukan konstrain dalam perhitungan survei.
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic untuk mengolah data foto udara UAV/Drone untuk menghasilkan 3D point clouds, DEM/DSM, dan orthophoto mosaic
Data foto yang digunakan dalam tutorial silahkan download disini
https://drive.google.com/file/d/0B94pA_Q0S02vREt5cnJESXhNeWc/view?usp=sharing
Berikut contoh dalam pengerjaan hitungan dalam mata kuliah hitung perataan lanjut dalam teknik geodesi, semoga bisa membantu pemahaman terkait hitungan ini
Dokumen ini membahas tentang layout peta di ArcGIS 10.0. Ia menjelaskan pengertian SIG dan layout peta, serta langkah-langkah membuat layout peta di ArcGIS 10.0 meliputi penambahan unsur-unsur peta seperti grid, legenda, orientasi, dan mengedit hasil akhir layout.
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Nurul Afdal Haris
油
Dokumen tersebut membahas tentang fotogrametri dan penginderaan jauh, termasuk konsep dasar fotogrametri, jenis foto udara berdasarkan sudut pengambilan, bagian-bagian foto udara seperti tanda fiducial dan tanda tepi, serta penentuan skala foto udara. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang metode pemetaan menggunakan foto udara dan interpretasi geometri untuk menghasilkan peta.
Laporan Pembuatan Peta Kontur, Peta Lereng, dan Tracing JalanSally Indah N
油
Laporan ini membahas pembuatan peta lereng berdasarkan data peta kontur untuk memenuhi tugas kuliah. Terdapat penjelasan mengenai tujuan, alat, bahan, kajian literatur tentang pengertian lereng dan peta lereng, langkah pembuatan peta lereng melalui perhitungan persentase kemiringan, dan kesimpulan bahwa peta kontur dapat dijadikan acuan pembuatan peta lereng dengan menggunakan warna yang sesuai dengan tingkat ke
Dokumen tersebut membahas tentang definisi percepatan gravitasi, percepatan sentrifugal, potensial gravitasi, dan potensial sentrifugal. Juga membahas cara menghitung parameter geodesi fisik seperti vektor gaya berat, persamaan Poisson dan Laplace, serta cara menentukan tinggi GPS, tinggi normal, dan tinggi dari telluroid dan quasi-geoid. Hubungan spherical harmonics dengan geodesi fisik juga dijelaskan.
Laporan ini membahas pelaksanaan praktikum fotogrametri II yang meliputi pembuatan ortofoto dan ekstraksi DEM menggunakan perangkat lunak PCI Geomatica dari foto udara. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses ortorektifikasi citra dan ekstraksi DEM secara digital."
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum fotogrametri digital yang membahas tentang kalibrasi kamera menggunakan toolbox MatLab. Laporan ini menjelaskan tujuan, metode, dan hasil dari praktikum kalibrasi kamera secara digital menggunakan perangkat lunak MatLab.
KALIBRASI KAMERA MENGGUNAKAN SOFTWARE PHOTOMODELLER SCANNERaulia rachmawati
油
Kalibrasi kamera digital menggunakan software Photomodeler Scanner untuk menentukan parameter distorsi lensa. Prosesnya meliputi pengambilan foto grid kalibrasi, input koordinat titik pada software, dan perhitungan parameter distorsi seperti distorsi radial dan tangensial serta nilai RMS error hasil kalibrasi.
Dokumen tersebut memberikan tutorial singkat mengenai pengolahan foto udara menggunakan Agisoft Photoscan untuk menghasilkan model 3D, ortofoto, dan DEM. Tutorial ini menjelaskan proses-proses seperti klasifikasi titik tinggi, pembuatan DTM dan kontur, editing mesh dan titik tinggi, serta kalibrasi kamera untuk memperbaiki distorsi radial.
Laporan ini membahas klasifikasi multispektral citra satelit Landsat 7 menggunakan perangkat lunak Envi 5.1. Terdapat dua jenis klasifikasi yaitu tak terkontrol (unsupervised) dengan algoritma Isodata dan K-Means, serta terkontrol (supervised) menggunakan Maximum Likelihood, Minimum Distance, dan Parallelepiped dengan membuat Region of Interest terlebih dahulu. Hasilnya menunjukkan algoritma Maximum Likelihood paling akurat mengklasifikasikan objek
Pengantar Structure from Motion PhotogrammetryDany Laksono
油
Structure from Motion (SfM) photogrammetry can be used to extract 3D point cloud data and generate digital elevation models (DEMs) from optical camera sensors. The SfM process involves feature detection, feature matching between images, sparse reconstruction to estimate camera positions and an initial 3D geometry, dense reconstruction using multi-view stereo to generate depth maps and a dense point cloud, and texturing to create 3D models. The resulting products include sparse and dense point clouds, DEMs, and textured 3D models. While powerful, SfM has limitations for scenes with featureless surfaces, repetitive patterns, or thin structures. Open-source SfM software includes WebODM, OpenMVG,
BAB IV materi mata kuliah Proyeksi Peta membahas tentang pengertian proyeksi peta, klasifikasi proyeksi peta berdasarkan bidang proyeksi, posisi sumbu simetri, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan geometrik. Juga dibahas tentang pemilihan proyeksi peta dan proyeksi peta yang umum digunakan di Indonesia seperti Proyeksi Polyeder, Tranverse Mercator, Universal Tranverse Mercator, dan Tranverse Mercator
Dokumen tersebut membahas tentang sistem proyeksi peta, termasuk proyeksi menurut bidang, simetri, kedudukan terhadap bumi, dan ketentuan geometri. Berbagai jenis proyeksi dijelaskan seperti proyeksi azimuthal, silindris, kerucut, serta proyeksi Mercator dan manfaatnya.
1. Ada beberapa cara untuk mengubah skala peta, seperti mengubah skala angka menjadi skala grafis atau sebaliknya, mengubah skala garis menjadi skala angka, atau mengubah skala satu sistem ukur menjadi sistem lain seperti inci-mil.
2. Proyeksi peta adalah cara memindahkan sistem koordinat bumi ke bidang datar peta. Ada beberapa jenis proyeksi yang berbeda kelebihan dan
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip dan keterampilan dasar pemetaan, meliputi pengertian peta, keuntungan menggunakan peta, fungsi utama peta, jenis peta berdasarkan skala dan isinya, komponen peta, simbol, skala peta, datum geodetik, proyeksi peta, sistem koordinat, dan cara mencari informasi geografi dalam atlas dan globe.
Teks tersebut membahas tentang pengukuran sudut yang merupakan aspek penting dalam pengukuran dan pemetaan horizontal atau vertikal. Terdapat beberapa sistem pengukuran sudut seperti sistem seksagesimal, sentisimal, radian, dan waktu. Jenis-jenis sudut yang diukur meliputi sudut horizontal, arah, azimuth, dan vertikal. Dokumen juga membahas tentang konversi antar sistem pengukuran sudut dan variasi magnetik.
Dokumen tersebut membahas tentang Ilmu Ukur Tanah yang disajikan untuk mahasiswa program Diploma dan S1 Jurusan Geologi dan Tambang. Materi yang dibahas meliputi pengukuran dengan kompas geologi, waterpas, poligon, situasi, titik tetap, perhitungan luas dan volume, serta transformasi koordinat."
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu ukur tanah yang mencakup pengukuran koordinat titik, poligon, situasi, serta perhitungan luas dan volume. Topik utama yang dibahas adalah cara pengukuran dengan kompas geologi, waterpas, theodolit untuk menentukan koordinat, arah lapisan batuan, dan kontur medan; serta transformasi koordinat untuk pembuatan peta.
1. RESUME ILMU UKUR TANAH PERTEMUAN KE 2
SISTEM PROYEKSI UTM, POLYEDER, DAN RUPA BUMI
A. Proyeksi Polyeder
Ciri-ciri proyeksi
a. Kerucut
b. Konform
c. Normal
d. Tangent
Pengertian : Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Dalam proyeksi
polyeder, daerah yang akan dibuat petanya dibagi dalam daerah-daerah kecil
yang dibatasi oleh garis-garis parallel dan meridian. Di Indonesia, setiap daerah
kecil tersebut berukuran 20 x 20 atau sekitar 36 km x 36 km. Tiap daerah kecil
ini merupakan satuan proyeksi sendiri yang dinamakan bagian derajat.
Sebagian bidang proyeksi diambil bidang kerucut untuk tiap-tiap bagian derajat
yang menyinggung permukaan bumi (ellipsoid) pada garis parallel tengah
bagian derajat itu.
Titik origin salib sumbu diambil dari titik perpotongan garis parallel tengah dan
garis meridian tengah. Garis parallel diproyeksikan sebagai busur-busur
lingkaran yang mempunyai titik pusat di titik puncak kerucut. Garis parallel
tengah diproyeksikan ekuidistan, sedang proyeksi garis-gais parallel lainnya
dibuat sedemikian rupa sehingga proyeksi polyeder menjadi konform.
Wilayah Indonesia dibagi dalam 139 x 111 bagian derajat. Bidang kerucut
menyinggung pada garis parallel tengah (parallel standard, k = 1). Meridian
akan tergambar sebagai garis lurus yang konvergen ke arah kutub. Untuk
daerah di utara ekuator, konvergen ke kutub utara. Untuk daerah yang ada di
sebelah selatan konvergen ke kutub selatan.
2. Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka.
Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis
parallel standar (o) sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab
menunjukan garis meridian standarnya (了o).
Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :
Paralel standar : dimulai dari I (0=6属50 LU) sampai LI ( 0=10属50 LU)
Meridian standar : dimulai dari 1 (了0=11属50 BT) sampai 96 (了 0=19属50 BT)
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol
Jakarta (了jakarta= 106属48 27 ,79 BT). 霞
Polyeder di Indonesia digunakan untuk peta topografi dengan cakupan
94.41 BT - 141 BT, dan dibagi 20 menjadi 139 bagian. Cara menghitung :
(141 - 94.41) = 4620
Hasilnya dibagi 20 :
= 139 bagian
3. Keuntungan proyeksi polyeder :
Untuk daerah yang terletaak dalam satu bagian derajat (20 x 20 ) perubahan jarak dan sudut
praktis tidak ada, sehingga proyeksi seperti ini baik untuk peta-peta teknis berskala besar
dan peta-peta topografi.
Kerugian proyeksi polyeder :
1. Jika daerah yang dipetakan lebih luas dari 20 x 20 , maka harus selalu pindah bagian
derajat atau pindah stelsel koordinat yang memerlukan hitungan.
2. Grid dinyatakan dalam kilometer fiktif sehingga kurang praktis. Untuk tiap pulau
besar ada stelsel penomeran grid tersendiri, hal ini akan membingungkan.
3. Kurang praktis untuk penggambaran peta-peta skala 1:250.000 atau yang lebih kecil
lagi, karena akan terdiri dari banyak bagian derajat.
4. Kondisi konvergensi meridian yang belum diperhitungkan dapat menyebabkan
kesalahan arah maksimum 15 untuk jarak 15 km.
B. PROYEKSI UTM ( Universal Transverse Mercator )
Ciri-ciri proyeksi Transverse Mercator:
1. Silinder
2. Konform
3. Tangent
4. Transversal
4. Pengertian : Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator dengan sifat-sifat
khusus. UTM merupakan sistem proyeksi silinder, konform, secant,
transversal.
Pada proyeksi ini secara geografis silindernya menyinggung bumi pada sebuah
meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian sentral, faktor skala (k)
adalah 1 (tidak terjadi distorsi). Perbesaran sepanjang meridian akan semakin
meningkat pada meridian yang semakin jauh dari meridian sentral kearah
timur maupun kearah barat. Perbesaran sepanjang paralel semakin akan
meningkat pada lingkaran paralel yang semakin mendekati equator. Dengan
adanya distorsi yang semakin membesar, maka perlu diusahakan untuk
memperkecil distorsi dengan membagi daerah dalam zone-zone yang sempit
(daerah pada muka bumi yang dibatasi oleh dua meridian).
Lebar zone proyeksi TM biasanya sebesar 3尊. Setiap zone mempunyai
meridian sentral sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam
satu silinder. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi horizontal dua
dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform yang
memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi
atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua
meridian sebesar 6属 dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh,
zone 1 dimulai dari 180属 BB hingga 174属 BB, zone 2 di mulai dari 174属 BB
hingga 168属 BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174属 BT
sampai 180属 BT. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80属 LS hingga
84属 LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari
80属 LS kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari
C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80属 LS
5. hingga 72属 LS diberi notasi C, 72属 LS hingga 64属 LS diberi notasi D, 64属 LS
hingga 56属 LS diberi notasi E, dan seterusnya.
Ciri proyeksi UTM adalah :
a) Proyeksi bekerja pada setiap bidang Ellipshoid yang dibatasi cakupan garis meridian
dengan lebar yang disebut zone.
b) Proyeksi garis meridian pusat (MC) merupakan garis vertikal pada bidang tengah
poyeksi.
c) Proyeksi garis lingkar equator merupakan garis lurus horizontal di tengah bidang
proyeksi.
d) Grid merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua garis proyeksi pada
butir dua dan tiga dengan interval sama. Jadi garis pembentukan gridn bukan hasil dari
garis Bujur atau Lintang Ellipshoide (kecuali garis Meridian Pusat dan Equator).
e) Penyimpangan arah garis meridian terhadap garis utara grid di Meridian Pusat = , atau
garis arah meridian yang melalui titik luar Meridian Pusat tidak sama dengan garis arah
Utara Grid Peta yang disebut Konvegerensi Meridian. Dalam luasan dan skala tertentu
tampilan simpangan ini dapat diabaikan karena kecil.
7. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
a. Proyeksi simetris selebar 6属 untuk setiap zone.
b. Transformasi koordinat dari zone ke zone dapat dikerjakan dengan rumus yang sama
untuk setiap zone di seluruh dunia.
c. Distorsi berkisar antara - 40 cm/ 1.000 m dan 70 cm/ 1.000 m.
Kerugian :
a. Karena pembesaran jarak dan konvergensi meridian, maka unsur ini harus diperhatikan
dalam perhitungan.
b. Walaupun satu derajat bagian meliputi daerah luas akan tetapi masih dibutuhkan
hitungan-hitungan pemindahan bagian derajat, menjadi tidak praktis.
c. Konvergensi meridian pada jarak 15 km maksimum dapat mencapai lebih kurang 150
meter.
Konvergensi adalah serangkaian garis searah yang menuju suatu titik pertemuan dan
Konvergensi Meridian adalah ukuran lembar peta dan cara menghitung titik sudut lembar
peta UTM .
Cara Menghitung proyeksi UTM :
UTM = (Bujur/6) + 30
8. Ukuran lembar peta berdasarkan skala :
Skala Peta Ukuran Lintang (L) Ukuran Bujur (B)
1 : 1.000.000 4 属 6 属
1 : 500.000 2 属 3 属
1 : 250.000 1 属 1 属 30
1 : 100.000 30 30
1 : 50.000 15 15
1 : 25.000 7 30 7 30
1 : 10.000 2 30 2 30
Sistematika Ukuran Peta (dari skala 1:1.000.000 sampai 1:10.000)
9. Urutan Penomoran
Nomor NLP Keterangan
1209
Nomor lembar peta skala 1 : 250.000, format 1 属 x 1 属 30. Satu NLP
dibagi menjadi 6 NLP pada skala 1 : 100.000 masing-masing
berukuran 30 x 30
1209 - 1
Nomor lembar peta skala 1 : 100.000, format 30 x 30. Satu NLP
dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1 : 50.000 masing-masing
berukuran 15 x 15
1209 - 43
Nomor lembar peta skala 1 : 50.000, format 15 x 15. Satu NLP
dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1 : 25.000 masing-masing
berukuran 7 30 x 7 30
1209 - 224
Nomor lembar peta skala 1 : 25.000, format 7 30 x 7 30. Satu NLP
dibagi menjadi 9 NLP pada skala 1 : 10.000 masing-masing
berukuran 2 30 x 2 30
10. 1209 - 6229 Nomor lembar peta skala 1 : 10.000, format 2 30 x 2 30
C. RUPA BUMI
Pengertian : Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang menampilkan
sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah NKRI. Unsur-unsur
kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu: Unsur-
unsur kenampakan rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu:
Tema 1: Penutup lahan: area tutupan lahan seperti hutan, sawah, pemukiman
dan sebagainya
Tema 2: Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai
dan sebagainya
Tema 3: Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur
Tema 4: Bangunan: gedung, rumah dan bangunan perkantoran dan budaya
lainnya
Tema 5: Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api, kabel transmisi
dan jembatan
Tema 6: Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten,
kecamatan dan desa
Tema 7: Toponimi: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama selat,
nama gunung dan sebagainya
Indeks data ketersediaan, dan tahun pembuatan peta RBI dalam skala :
1:250.000, 1:50.000, 1: 25.000, dan 1:10.000.
11. MANFAAT PETA RUPABUMI
Peta Rupabumi atau yang sering dikenal dengan Peta RBI memiliki berbagai macam-macam
kegunaan dari masing-masing atributnya, diantaranya:
1. Data Kontur, dapat digunakan untuk menunjukkan kenampakan suatu relief di suatu
permukaan bumi seperti gunung, bukit, lereng atas, lereng kaki, lereng bawah, dataran,
dan lembah (morphology). Dengan sedikit sentuhan SRTM 30 m, maka akan semakin
mudah dalam interpretasi.
2. Data tutupan lahan, menunjukkan jenis tutupan lahan secara keruangan (spasial) pada
lokasi tertentu.
3. Data sungai, dapat digunakan untuk asosiasi dalam interpretasi Peta Satuan
Geomorfologi.
4. Transportasi dan Utilitas, digunakan untuk keperluan sarana prasarana dan
pengembangan wilayah.
5. Batas Admin, menunjukan batas secara administrasi suatu daerah.
6. Toponimi, menunjukkan keterangan mengenai latar belakang penamaan suatu fenomena
geosfer, contoh: Pulau Komodo, (dasar penamaan karena pulau tersebut habitat hewan
komodo).
CONTOH PETA RUPA BUMI
12. RESUME : ILMU UKUR TANAH
PERTEMUAN KE-2
Nama : Gian Adrhyana Adiwinata
NIM : 111141005