Dokumen tersebut membahas tentang struktur geologi Pulau Sulawesi yang terletak pada pertemuan tiga lempeng besar. Sulawesi dibagi menjadi empat mandala berdasarkan litologinya, yaitu Mandala Barat yang merupakan busur magmatik, Mandala Tengah berupa batuan metamorf, Mandala Timur berupa ofiolit, dan fragmen benua di timur. Setiap mandala memiliki karakteristik batuan dan proses pembentukannya.
Cekungan Makassar terletak di kompleks kerangka tektonik Indonesia dan dipengaruhi oleh beberapa lempeng. Cekungan ini memiliki kerak benua tipis dan ketebalan sedimen yang besar. Terdapat sesar regional dan Cekungan ini dibatasi oleh daratan Kalimantan, Sulawesi, dan Laut Jawa. Penelitian sebelumnya belum mengkaji secara rinci mekanisme pembentukan dan evolusi lingkungan tektonik Cekungan Makassar.
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks.
Analisis Kinematik dan Dinamik Sesar SemangkoRoishe Prabowo
油
1. Analisis kinematik dan dinamik sesar Semangko mempelajari pergerakan sesar ini sepanjang 1900 km di Sumatra dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti struktur basement, subduksi oblik, dan rotasi Sundaland.
2. Sesar Semangko terbagi menjadi 16 segmen dengan pola pergerakan berbeda akibat kecepatan subduksi yang berbeda.
3. Konsep releasing bend dan restraining bend diterapkan untuk memahami morfologi sesar.
Dokumen tersebut membahas tentang geologi dan potensi sumber daya mineral di Sulawesi Tengah. Secara geologi, Sulawesi Tengah terdiri atas tiga mandala utama yaitu Mandala Barat, Mandala Tengah, dan Mandala Banggai-Sula yang memiliki karakteristik batuan dan potensi mineral yang berbeda-beda. Kaitan kondisi geologi dengan potensi sumber daya mineral dijelaskan, seperti wilayah barat berpotensi logam,
Paper TA - MODEL HIDROGEOLOGI DAN SISTEM PANASBUMI LAPANGAN X, KABUPATEN MI...Fikri Dermawan
油
Teks tersebut membahas model hidrogeologi dan sistem panasbumi di Lapangan "X", Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara berdasarkan analisis geokimia dan alterasi mineral. Daerah penelitian memiliki potensi panasbumi 200 MWe dan terletak di zona tabrakan tiga lempeng tektonik. Sistem panasbuminya termasuk sistem dataran tinggi dengan sumber panas dari magma dan terdapat dua jenis manifestasi berupa mata air panas dan fumarola
Dokumen tersebut merangkum kondisi geologi regional daerah Salem yang mencakup fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional. Secara fisiografis daerah tersebut termasuk Zona Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng yang didominasi bentuk morfologi perbukitan. Stratigrafinya terdiri dari berbagai formasi batuan sedimen dan vulkanik seperti Formasi Jampang, Pemali, hingga Linggopodo yang berusia Eosen samp
1. Dokumen ini membahas penentuan zonasi gerakan tanah di daerah Waduk Jatigede dan sekitarnya menggunakan metode Anbalagan. 2. Metode ini mempertimbangkan faktor litologi, kemiringan lereng, elevasi, bidang diskontinuitas, dan tutupan lahan untuk membagi zonasi menjadi 5 tingkat gerakan tanah. 3. Hasilnya mengidentifikasi wilayah dengan risiko longsor yang sangat rendah hingga sangat tinggi.
1. Dokumen membahas kondisi geomorfologi Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti geologi, iklim, dan proses endogen maupun eksogen.
2. Indonesia memiliki berbagai jenis batuan seperti batuan vulkanik, sedimen, dan batuan metamorf yang membentuk berbagai bentuk geomorfologi.
3. Iklim tropis basah mempengaruhi proses pelapukan, erosi, dan pembentukan tanah di Indonesia."
Dokumen ini membahas tentang sejarah pembentukan Pulau Sulawesi sejak Zaman Eosen hingga Plisosen, fisiografi Pulau Sulawesi yang terbagi menjadi beberapa lengan, Sulawesi sebagai daerah tektonik yang memiliki beberapa struktur seperti sesar dan palung yang dapat memicu gempa bumi dan tsunami, serta potensi terjadinya tsunami akibat gempa bumi di perairan Sulawesi.
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2zulfiqriramadhan
油
Pulau Jawa dipengaruhi oleh tektonik regional yang terkait dengan konvergensi lempeng di sekitarnya. Tataan tektonik regional membentuk pola struktur berbeda sejak zaman pra-Neogen hingga Neogen, dimana pola Barat-Timur pada zaman Neogen memiliki pengaruh dominan terhadap fisiografi Pulau Jawa.
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanarif878
油
1. Makalah ini mendeskripsikan wilayah Pantai Parangtritis dan sekitarnya dari sudut pandang geologi dan geografi.
2. Wilayah ini terbentuk dari proses pengangkatan berulang pulau Jawa dan terdiri atas dataran aluvial, bukit pasir, karst Gunung Sewu, dan pegunungan Batur Agung.
3. Tempat-tempat wisata di sekitar pantai meliputi pantai, bukit pasir, dan gua-gua di kawasan karst Gunung Sewu.
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang pemetaan geologi di daerah Garungwiroyo, Jawa Tengah. Daerah ini terbagi atas tujuh satuan geomorfologi dan tiga satuan batuan. Struktur geologinya terdiri atas lipatan, sesar, dan intrusi. Sejarah geologinya dimulai dari endapan lempung pada Miosen Awal hingga breksi piroklastik pada Pliosen. Sumber daya geologinya berupa alluvium untuk fondasi dan jalan, se
Dokumen tersebut membahas tentang geologi Indonesia khususnya Sumatera. Tektonik Sumatera dipengaruhi oleh interaksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia yang membentuk struktur sesar dan lipatan. Berbagai formasi batuan seperti Belumai, Baong, dan Keutapang terbentuk akibat proses sedimentasi dan tektonik pada zaman Tersier hingga Kuarter.
LETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIANesha Mutiara
油
Dokumen ini membahas tentang letak geomorfologis yang terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, gunung, pegunungan, dan pesisir pantai. Letak geomorfologis dipengaruhi oleh bentuk permukaan bumi akibat proses geologis dan memiliki pengaruh terhadap suhu, mineral, kepadatan penduduk, dan infrastruktur.
Dari segi ilmu kebumian, Indonesia memang merupakan daerah yang sangat menarik. Selain memiliki wilayah paparan benua yang luas (Paparan Sunda dan Paparan Sahul), juga memiliki pegunungan lipatan tertinggi di daerah tropika dan bersalju abadi (Pegunungan Tengah Papua). Selain itu satu-satunya di dunia terdapat laut antar pulau yang sangat dalam yaitu Laut Banda (lebih dari 5.000 meter), dan laut sangat dalam antara dua busur kepulauan yaitu palung Weber (lebih dari 7.000 meter). Dua jalur gunungapi besar dunia juga bertemu di Nusantara dan beberapa jalur pegunungan lipatan dunia pun saling bertemu di Indonesia
Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan bentuk-lahan di permukaan bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, serta proses-proses pembentukannya dan hubungannya dengan lingkungan. Ilmu ini mempelajari empat aspek utama yaitu morfologi, morfogenesis, morfokronologi, dan morfoaransemen.
Pulau Sulawesi terbentuk dari proses tumbukan dan pergeseran lempeng tektonik selama puluhan juta tahun, membentuk empat lengan dengan geologi yang kompleks. Pulau ini memiliki berbagai gunung api, sesar, danau serta teluk yang membentuk topografi beragam.
Dokumen tersebut merangkum kondisi geologi regional daerah Salem yang mencakup fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional. Secara fisiografis daerah tersebut termasuk Zona Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng yang didominasi bentuk morfologi perbukitan. Stratigrafinya terdiri dari berbagai formasi batuan sedimen dan vulkanik seperti Formasi Jampang, Pemali, hingga Linggopodo yang berusia Eosen samp
1. Dokumen ini membahas penentuan zonasi gerakan tanah di daerah Waduk Jatigede dan sekitarnya menggunakan metode Anbalagan. 2. Metode ini mempertimbangkan faktor litologi, kemiringan lereng, elevasi, bidang diskontinuitas, dan tutupan lahan untuk membagi zonasi menjadi 5 tingkat gerakan tanah. 3. Hasilnya mengidentifikasi wilayah dengan risiko longsor yang sangat rendah hingga sangat tinggi.
1. Dokumen membahas kondisi geomorfologi Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti geologi, iklim, dan proses endogen maupun eksogen.
2. Indonesia memiliki berbagai jenis batuan seperti batuan vulkanik, sedimen, dan batuan metamorf yang membentuk berbagai bentuk geomorfologi.
3. Iklim tropis basah mempengaruhi proses pelapukan, erosi, dan pembentukan tanah di Indonesia."
Dokumen ini membahas tentang sejarah pembentukan Pulau Sulawesi sejak Zaman Eosen hingga Plisosen, fisiografi Pulau Sulawesi yang terbagi menjadi beberapa lengan, Sulawesi sebagai daerah tektonik yang memiliki beberapa struktur seperti sesar dan palung yang dapat memicu gempa bumi dan tsunami, serta potensi terjadinya tsunami akibat gempa bumi di perairan Sulawesi.
Pengaruh tektonik regional terhadap pola struktur dan tektonik jawa kelompok 2zulfiqriramadhan
油
Pulau Jawa dipengaruhi oleh tektonik regional yang terkait dengan konvergensi lempeng di sekitarnya. Tataan tektonik regional membentuk pola struktur berbeda sejak zaman pra-Neogen hingga Neogen, dimana pola Barat-Timur pada zaman Neogen memiliki pengaruh dominan terhadap fisiografi Pulau Jawa.
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanarif878
油
1. Makalah ini mendeskripsikan wilayah Pantai Parangtritis dan sekitarnya dari sudut pandang geologi dan geografi.
2. Wilayah ini terbentuk dari proses pengangkatan berulang pulau Jawa dan terdiri atas dataran aluvial, bukit pasir, karst Gunung Sewu, dan pegunungan Batur Agung.
3. Tempat-tempat wisata di sekitar pantai meliputi pantai, bukit pasir, dan gua-gua di kawasan karst Gunung Sewu.
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang pemetaan geologi di daerah Garungwiroyo, Jawa Tengah. Daerah ini terbagi atas tujuh satuan geomorfologi dan tiga satuan batuan. Struktur geologinya terdiri atas lipatan, sesar, dan intrusi. Sejarah geologinya dimulai dari endapan lempung pada Miosen Awal hingga breksi piroklastik pada Pliosen. Sumber daya geologinya berupa alluvium untuk fondasi dan jalan, se
Dokumen tersebut membahas tentang geologi Indonesia khususnya Sumatera. Tektonik Sumatera dipengaruhi oleh interaksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia yang membentuk struktur sesar dan lipatan. Berbagai formasi batuan seperti Belumai, Baong, dan Keutapang terbentuk akibat proses sedimentasi dan tektonik pada zaman Tersier hingga Kuarter.
LETAK GEOMORFOLOGIS TERHADAP POTENSI FISIK WILAYAH INDONESIANesha Mutiara
油
Dokumen ini membahas tentang letak geomorfologis yang terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, gunung, pegunungan, dan pesisir pantai. Letak geomorfologis dipengaruhi oleh bentuk permukaan bumi akibat proses geologis dan memiliki pengaruh terhadap suhu, mineral, kepadatan penduduk, dan infrastruktur.
Dari segi ilmu kebumian, Indonesia memang merupakan daerah yang sangat menarik. Selain memiliki wilayah paparan benua yang luas (Paparan Sunda dan Paparan Sahul), juga memiliki pegunungan lipatan tertinggi di daerah tropika dan bersalju abadi (Pegunungan Tengah Papua). Selain itu satu-satunya di dunia terdapat laut antar pulau yang sangat dalam yaitu Laut Banda (lebih dari 5.000 meter), dan laut sangat dalam antara dua busur kepulauan yaitu palung Weber (lebih dari 7.000 meter). Dua jalur gunungapi besar dunia juga bertemu di Nusantara dan beberapa jalur pegunungan lipatan dunia pun saling bertemu di Indonesia
Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan bentuk-lahan di permukaan bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, serta proses-proses pembentukannya dan hubungannya dengan lingkungan. Ilmu ini mempelajari empat aspek utama yaitu morfologi, morfogenesis, morfokronologi, dan morfoaransemen.
Pulau Sulawesi terbentuk dari proses tumbukan dan pergeseran lempeng tektonik selama puluhan juta tahun, membentuk empat lengan dengan geologi yang kompleks. Pulau ini memiliki berbagai gunung api, sesar, danau serta teluk yang membentuk topografi beragam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Membahas fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional Jawa Barat
2) Terdiri dari empat zona fisiografi utama yaitu dataran pantai, Zona Bogor, Zona Bandung, dan pegunungan selatan
3) Menguraikan susunan batuan stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari formasi-formasi sedimen dan vulkanik
Lingkungan fisik wilayah nusantara dan hubungan dengan manusiaalfantishindikasari
油
Wilayah Indonesia rawan bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir dan longsor. Geologi Indonesia kompleks akibat interaksi 3 lempeng tektonik utama. Topografi beragam mulai dari pegunungan, bukit hingga dataran rendah. Sumber daya air dikelola melalui Satuan Wilayah Sungai. Penduduk Indonesia sebagian besar bergantung pada sektor pertanian dan perikanan.
Teks tersebut membahas tentang evolusi tektonik pulau Jawa dan hubungannya dengan tiga pola struktur utama di pulau Jawa yaitu pola Meratus, pola Sunda, dan pola Jawa. Teks tersebut juga membahas kaitannya dengan hasil penelitian skripsi senior tentang struktur geologi di Jawa.
Wilayah DKI Jakarta secara geologi terdiri atas dataran aluvial dan endapan di sebelah utara, kipas gunungapi Bogor di tengah, dan perbukitan serta gunungapi muda di selatan. Batuan penyusun wilayah ini berupa sedimen, endapan permukaan, gunungapi, dan intrusi. Teluk Jakarta dipenuhi endapan lumpur, lumpur pasiran, dan pasir lumpuran yang berasal dari sungai-sungai dan aktivitas vulkanik.
STRUKTUR KECEPATAN GELOMBANG S DI BAWAH INDONESIA MELALUI ANALISIS SEISMOGRAM...Emanuel Manek
油
Dokumen tersebut membahas analisis seismogram gempa-gempa bumi di sekitar Indonesia yang tercatat di stasiun observasi UGM. Tujuannya adalah memahami struktur kecepatan gelombang S di bawah Indonesia, khususnya di daerah subduksi. Dokumen menjelaskan metode perbandingan seismogram terukur dengan sintetik, serta hasil yang menunjukkan adanya anomali kecepatan negatif di dekat zona subduksi dan positif di depan z
Tinjauan pustaka menjelaskan geologi, tektonik, dan sistem petroleum Cekungan Barito. Cekungan ini terbentuk akibat rifting pada Eosen dan inversi sesar pada Miosen. Batuan dasarnya terdiri dari kompleks Barito Platform dan Meratus. Formasi-formasi utama meliputi Tanjung, Berai, Warukin, dan Dahor yang berisi reservoir pasir dan batubara serta batuan penyegel lempung. Sumber hidrokarbon berasal dari batubara
1. Dokumen menjelaskan tentang bentukan asal volkanisme dan klasifikasi 10 satuan bentuk lahan berdasarkan genetik dan prosesnya.
2. Volkanisme terjadi akibat gerakan magma ke permukaan bumi dan menghasilkan berbagai bentuk lahan volkanik.
3. Dokumen juga membahas zona-zona gunung api berdasarkan fasiesnya beserta aplikasinya dalam bidang mineral dan lingkungan.
Makalah ini membahas tentang teori tektonik lempeng, aktivitas gunung api dan gempa bumi di Indonesia. Teori ini menjelaskan bahwa kerak bumi terbagi menjadi lempeng-lempeng yang bergerak dan berinteraksi satu sama lain, menimbulkan fenomena seperti gunung api dan gempa bumi. Makalah ini juga menjelaskan persebaran gunung api dan penyebab terjadinya gempa bumi di Indonesia.
1. Dokumen ini mendeskripsikan wilayah Pantai Parangtritis dan sekitarnya dari sudut pandang geologi dan geomorfologi.
2. Wilayah tersebut terletak di selatan Yogyakarta dan dibatasi oleh Samudera Hindia, Pegunungan Sewu, Sungai Opak, dan Sungai Oyo.
3. Wilayah tersebut terdiri atas dataran aluvial, dataran pantai berbukit pasir, karst Pegunungan Sewu, dan Pegunungan Batur Agung.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Kawasan kars memiliki nilai-nilai ilmiah yang saling terkait sehingga masalahnya hanya dapat dipecahkan secara interdisipliner dan multidispliner.
2. Jika semua aspek ilmiah kawasan kars sudah terinventarisasi dan teridentifikasi, berbagai benturan kepentingan yang timbul ketika program pengelolaan dapat dihindari sedini mungkin.
3. Pengelolaan sumber daya alam termasuk
1. PROSES GEODINAMIKA ZONA TUMBUKAN
Review Hasil Peneiitian T.U 01.06
Karakter, Proses dan Penyebab Deformasi Zona
Interaksi Antar Lempeng Mikro
PENDAHULXJAN
Indonesia merupakan daerah interaksi antam e.mpat.lempeng utama, yaitu Eurasia, Pasi-
fik, Fiipina dan Indo-Australia. Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia merupakan salah
satu daerah yang mengalami deformasi (demikian) kwt. Pada daerah deformasi ini dapat
dijumpai beberapa lempeng mikro atau blok yang sam sama lain saling bergerak. K&m
pergerakan lempeng-lempeng utama seperti lempeng Australia, Pasifik~maupun-Eurasia
relatif diketiui maka tidak demikian halnya dengan lempeng-lempeng mikro tersebut.
Pada batas lempeng-lempeng mikro ini banyak dijmnpai aktifitas gempa yang intens
bahkan tidak jarang menimbulkan gempa besar; sebagai contoh adalah gempa PIores 1992
ataupun yang terjadi di kepulauan Mentawi dan di sepanjang sesar Sumatera. Disamping
itu deformasidefonnasi yang terjadi antara lempeng-lempeng mikro juga membawa manfaat
lain seperti terjadinya mineralisasi maupun cebakan-cebakan energi (bidrokarbon, batubara
maupun geothermal). Oleh sebab itu kamkter lempeng-lempeng mikro ini jelas perlu dipah-
ami dengan baik agar hal-hal seperti kegempaan, volkanisme maupun keterdapatan mineral
dapat tersingkap.
Daerah-daerah kunci yang dianggap penting untuk dipelajari ad&h tempat-tempat
diiana terjadi deform& antar lempeng-lempeng mikro (intermicroplate) seperti Sumatra
forearc sliver plate, Lam Banda (termasuk Flores), blok BanggaiSula ataupun antar lem-
peng utama deagan lempeng mikro seperti lempeng Pasifik (Carolii) dengan blok Biak,
dan Australia dengan blok Irian Tengah.
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dari penelitian proses geodinamika zona tumbukan adalah :
1. Meningkatkan kemampuah IPTEK dalam bidang kebumian
2. Mempelajari fenomena geologi yang terjadi di busur kepulauan yang pada giliran-
nya dapat digunakan untuk mjuan-tujuan praktis seperti peramalan gempa, gunun-
gapi, maupun memperbaharui konsep-konsep eksplorasi.
Beberapa sawan yang ingin dicapai dari hail penelitian ini antara lain :
-l-
2. 1. Mengidentifikasi karakteristik pergerakan sesar Sumatra di daerah Liwa, Ketiun
dan Bukittinggi, serta hubungannya dengan aktifitas neotektonik dan volkanisme.
2. Menyingkap neotektonik perubahan muka air laut dengan mempelajari perkem-
bangan terumbu koral.
3. Mempelajari biostratigrafi Formasi Halang yang merupakan sekuen bahmn sedien
disekitar komplek melange Karangsambung yang merupakan produk tumbukan
zaman Kapur.
4. Mempelajari kinematika rekahan yang terjadi akibat gempa bumi Flares tahun
1992, sehingga diiarapkan dapat diketiui mekanisme gempa tersebut.
5 . M e m p e l a j a r i kompleks batuan dasar d i kepulauan Sula dan Scram y a n g twut
berperan dalam sejarah tektonik kawasan Indonesia bagian timw.
LOKASI DAN TOPIK PENELlTIAN
Beberapa lokasi penelitian dan topik yang tennasuk d&m T.U 01.06 disajikan dalam
gambar 1 dan dapat dibagi sebagai berikut :
1. Sumatra forearc sliver plate - South East Asian Plate
Nim dan Pagai
Beberapa data menunjukkan bahwa di wilayah ini pernah terjadi gempa bumi yang
menimbulkan tsunami. Dengan mempelajari pertmnbuhan dan keadaan terumbu koral diha-
,rapkan dapat mengetahui siklus gempa di kepulauan Mentawai.
b. Bukitinggi - Kapahiang (Bengkulu)
Seperti hasil studi beberapa pen&i (Sieh, 1992; McCaffrey, 1991; Handayani dan
Harjono, 1993) pergerakan sesar Sumatera bervariai di setiap segmen. Makin ke utara
makin cepat. Oleh sebab itu &an dicoba membuat perbandingan antara segmen Bukittinggi
dan segmen Bengkulu.
c . Bengkuiu - Lmpung
F&us studi ini ad&h mempelajari karakterisasi war Sumatera pada segmen Lampung-
Benglalu dalam hubungannya dengan proses volkanisme di sepanjang segmen Bengkuhrdan
segmen Semangko serta kaitannya dengan pembenmkan mineralisasi.
2. Lempeng Indo-Australia - South East Asian
Studi ini ditekankan pada pemahaman karakter endapan sedimen daerah fosil tumbu-
kan di sekitar Karangsambung.
-2.
3. 3. Lempeng Indo-Australia - Blok Flares - Lad Banda - Pasifik
Gempa Flares 1992 t&h menimbulkan rupNre baru di laut. Gempa ini merupakan
respons dari pergerakan blok PIores akibat Nmbukan Kontinen Australia. Dengan melaku-
kan pengamatan serta pengukuran rupture yang tiibul akibat gempa Flares diharapkan
pemahaman kinematika blok Flora dapat diketahui.
Interaksi lempeng Pasitik-Australia-SE. Asian telah Nrut menyebabkan l&ii rumitnya
,t&tonik wila.yakIndonesia Timur. Evolusi laut Banda misalnya b&m terpecahkan hingga
sekarang. Dengan mempelajari karakter dan proses batuan magmatik dan maliian diarap-
kan pemahaman geologi daerah ini makin memadai.
HASILXASJL PENELlTIAN
~Proses konvergensi miring dari lempeng Australia terhadap letnpeng Asia Tenggara
mengakibatkan terbentuknya &em sesa aktif Sumatra sebagai respon UnNk mengakomoda-
s i komponen~dekstral dari konvergensi. D i Bukittinggi karakteristik gerak-gerak sesar
sumatra yang b&fat neotektonik dengan menguji model MC Caffrey apakah slip rate
pada sistem sesar S u m a t r a tnemang bertambah ke arah utara. Metodologinya dengan
menguti slip rate berdasarkan offset sun& dan dating da-i unsur yang tergeser. Hasil
perhitungan slip rate setiap segmen di sepanjang sear Sumatera menyimpulkan bahwa
penambahan slip-rate secara unum ke arah tam &pat diitung dari kecepatan proses
buti di selat Sunda yang berkisa antam 6 tndtahtnt, yaiN l&ii kurang sama dengan
slip rate di daerah danau Ranau, sedang besamya slip rate di daerab danau Toba sekitar
27 tnm/tahun. Jadi terjadi penambahan slip rate s&&r 21 mm unNk sepanjang 1100 Km
atau penambahan 1 mm setiap 50 Km ke amh utara. Kemudian di daerah danau Maninjau
sebesar 15 mm/tahun, yakni 55 % dati besamya slip-rate di daerah D. Toba yang berada
l&ii kwang 300 Km di utaranya. Jadi terdapat penambahan f 12 mm sepanjang 300 Km
atau hampir 1 mm setiap 20 Km atatt dtta setengah kali lipat lebiitinggi dibandimgkan
dengan penambaban slip rate secara unum dwi sistem sear Sumatra, yakni hampir lmm
setiap 50 Km.
Gerak-gerak neotektonik lainnya dapat dipelajari pada pola pertumbuhan tetumbu koral
Holosen maupun Resen. Tennnbu modern sendiri berkembang dengan baik di pulau-pulau
kecit di sebelah barat Sumatra, sepwti pulau-pulau Sipora, Pagai dan pulau-pulau kecil
disekitamya. Luasnya paparan terumbu koral ini ma-up&an salah saN gejala adanya penu-
nman 8-N paparan litoral. pari rekaman perkembangan terumbu koral ini dapat dibuktikan
adanya penurunan paras muka laut sebesar 50 - 75 Cm yang ditafsirkan berhubungan dengan
kegempaan yang terjadi pada tahun 1833, 1861, 1909, 1943 di daratan Sumatra. Disamping
iN dijumpai mikroatol dan tnikroundak Holosen dan Modern secara bersamaan di saN
tempat, yakni di Sioban, teluk Porurogat dan teluk Tiop. Keadaan ini ditafsirkan bahwa
penunman daratan pernah pula terjadi di kala Holosen. Diperkirakan gejala tektonik ini
terjadi sepanjang Holosen hingga sekxang yang diselingi dengan pengangkatan.
-3-
4. ,.
Pola tektonik di daerah Bengkulu ata di Kabupaten Rejanglebong merupakan pola yang
rumit, karena merupakan da+ tetminasi tama sistem dekstral sew Sumatra. Ada tiga
segme sew tama yang paling &if, yaitu sesar Ketaun - Tes, sesar Despetah dan Sesar
Musi-Keti. Ketiga segnte sesar ini sangat berperan terjadinya gempa bti yang pernah
terekam. Gempa buni 194211943 dan 1952 berasosiasi dengan sesar Ketaun - Tes, sedang-
kan gempa buni tahun 1979 berasosiasi dengan sesar Despetah. Disamping it taminasi
dari ketiga segmen sesar tersebut mengakibatka zona pereganga (transtension zone),
seperti G. Kaba yang terletak persis pada zona pereganga anfara sesar Ketahun-Tes dan
sesar Despetah. Terdapatnya aktifitas volkanik dan pemunculan gunung api juga berasosiasi
dengan pola neotektonik, bahkan nampak interaksi antara kegiatan volkanisme dengan
perkembangan tektonik @ola sesar). Keberadaan sahtan endapan volkanik di kehnusan
segnx sesar Despetah, sebelah selatan Kapahiang, diinterpretasikan sebagai fissure
eruption.
Pola kelurusan berarah tam se&a. yang keliiatannya mengontrol pemncla gtmung
api diduga berhubungan dengan struktur rekahan d&m. Genesa struktur rekahan d&am ini
kalau memang ada, masih harus diteliti. Di tam daerah penelitian dijumpai adanya pola
keluusan berarah Barat-Tiiur yang diduga mengontrol pemunculan gunung api (Posavec
dkk, 1973; Suwijanto dan Kouda, 1973). Perbedaan ini boleh jadi memperlihatkan keraga-
man/perubahan pola tektonik di sepanjang jalur sew Sumatra, seperti juga halnya peruba-
ha kondisi volkanisma yang dicerminkan oleh perbedaan perioda zttpsi da densitas kern-
at volkanik pada antar bagian di sepanjang sistem sear Sumatra.
Disanping mempelajari neotektonik sistem war Sumatra, akibat subduksi miring dari
lempeng Indo Australia terhadap lempeng Asia Tenggara, dipelajari pula karakter endapan
sediien disekitar fosil tumbukandi daerah Karangsanbung. SNdi endapa sedimen difo-
kuskan pada Formasi Halang di tara Kebunen da Gombong. Shtdi ini menghasilkan want
data baru bahwa Foraninifera benthos kecil memperliiatkan percampura antara penghuni
laut dalam da dangkai seiring dengan kondisi sediientasi yang berlangsung. Disamping it
terjadi perkembangan morfologi pada beberapa cangkang Fortinifera plankton sejalan
dengan perubahan umur. Dari analisis Foraminifera plankton diduga pengendapan tufa napal
Fotmasi Halang betmula dari sebelab tinw (Kebwnen) karena Foramninifera plankton yang
lebih tua pertanm dijumpai di daerah ini. ~Formasi Halang sendiri diduga diendapkan pada
lingkwgan laut tropis dengan kondisi laut terbuka pada zona neritik luar - Bathyal, da
diperkirakan unur dari Fornxwi Halang ad&h N18 (Mio-Pliosen).
Gempa Flares 1992 telah menimbulkan rupture bar di laut. Gempa ini merupakan
respons dari pergerakan blok Flows akibat tumbukan Kontinen Australia. Penelitian lapan-
ga di Ende, Maumere dan Iarantuka menunjukkan bahwa gempa ini telah mengakibatkan
kerusakan bangunan, jalan, sata ret&an pada batuan da tanah. Disamping it pola kerusa-
kan infrastruktur teTp,ebt ummmya sejajar atau paralel dengan pola kelurusan (liniament)
yang dihasilkan dart mterpretasi citra LandSat dan Spot. Pola kelurusan berarab baratlaut -
tenggara dan baratdaya tiiurlaut t&h berperan dalam mengontrol pembentukan rekaban
maup menyebabkan kerusakan bangunan. Tingkat kerusakan terparah d i j u m p a i pada
daerak-daerah pertemuan dua ata lebih kelurusan geologi.
Apabila deformasi geologi yang terjadi di kawasan Indonesia Barat secara unum dise-
babkan oleh konvergensi L.empeng Indo Australia dan lempeng Asia Tenggara, maka di
kawasan Indonesia timur, defommsi geologi dipengaruhi~ pula oleh proses konvergensi dari
-4.
5. lempeng pasifik, lempeng Australia dan lempeng Asia Tenggara.
Penelitian di kepulauan Banggai Sula sangat penting, karma sejarah tektonik kepulauan
inj Nrut manegang peranan dalam perkembangan tektonik kawasan Indonesia bagian Timur,
mena dianggap berhubungan dengan sejarah perkembangan t&t&k bnsur Banda da.
Sulawesi. SNdi pendahuluan di daerah ini t&h dapat memahami komplek bat&m dasar yang
mengalasi kepulauan Banggai dan Sula. Dari beberapa lintasan geologi diketiui bahwa
baNan dasar kepulauan Sula terdiri dari komplek maliian Sula dan graniioid Sula. Komplek
maliian Sula terdiri dari s&is mike-grafit, &is klorit-mi!e, amfibolit piroksen, amfibolit
biotit dan migmatit, sedang granitoid Sula terdiri dari granit, granodiorit, monzonit kuarsa
dan syenit kuarsa, serta pegmatit yang berkomposisi granit dan granitoid. Berdasarkan anali-
sis pamgenesis mineral, bahun &is terdapat pada fasies s&is hijau dengan derajat maliian
rendah, batuan amfibolit berada pada derajat maliian sedang dan transisi ke derajat maliian
tin&, kemudian mengalami maliin ulang menuju fasies s&is hijau. PembenNkan migma-
tit di daerah penelitian diperkirakan berada pada kondisi temperahu dan t&man yang sama
dengan amfbolit.
Dari hasil penelitian pada komplek KobipoN di daerah Solea P. Scram utara, mengin-
form&ii bahwa Komplek KobipoN disusun oleh batuan pang. bersifat leukokratik dan
melanokratik, atau disebut pula sebagai batuan migmatit. Memuut Audley Charles, et
al.,1981 dan Hamilton., 1979, Komplek Kobipoto ad&h batuan yang mendasari pulau,
Scram dan merupakan bagian dari kerak benua Australia yang berunw ~Pra Kambrium.
Batuan migmatit mempakan hasil pelelehan parsial akibat deformasi regional. Di lapangan
batuan ini menampakkan gejala terkoyak kuat dan memperlihatkan stmkhu agmatit, stmrna-
tik, ptigmatit dan nebulit. BaNan asal migmatit di daerah ini berasal dari bahzxn sediien
laut yaiN batulempung dan serpih karbonatan dengan sisipan Nfa atau basalt. Berdasarkan
paragenesa mineral, batuan sediien ini~niengalami penx&han hingga pada derajat tinggi
yang-ditunjukkan hadiya mineral siliianit + ortopiroksen (enstatit dan sedikit hipersten);
siliianit + safirin + kuarsa; safirin + kuarsa + ortopimksen dan silimanit + kordiit.
Hadimya ortopiroksen menunjukkan bahwa batuan t&h melewati derajat maliian sangat
tinggi (ultra high grade, Touret, 1971, a,b; Reinhardt and Skipen, 1970). Derajat maliian
sangat tinggi ini tercapai pada suhu dan t&man minimal 1000属c dan 10 Kbar, dengan
kedalaman f 35 Km atau pada fasies granulit. Pada kondisi demikiad tel.41 mengakibatkan
terjadinya pelelehan parsial yang membentuk migmatit. Pelelehan parsial mempakan lelehan
silikat be&fat heterogen (William, et al, 1982) melibatkan m&an&me yang komplek antara
lain anateksis, hidrotermal, pemisahan maliian/metamorphic segregation dan metasomatis
(White., 1966; Misch 1968; Mehnert, 1968, Yardley, 1978, Winkhx, 1979, Dougan, T.W,
1979 da Olsen, S.N, 1982).
P&l&an parsial dan segregasi yang terjadi mencetinkan kegiatan deformasi pada
suaN daerah tektonik (Ashy& and Mclellan, 1985; Amit and Eyal, 1976). Akibat proses
deformasi ini dicirilan oleh gejala koyakan dan pengaralxm mineral pada n&math.
BaNan Migmatit Komplek Kobipoto ini mengalami pengangkatan yang sangat cepat
yang dibuktikan gejala retograde. Hal ini dicerminkan oleh pembentukan mineral pada fasies
amtibolit yaiN hornblenda yang ~erupakan reaksi antam biotit dengan plagoiklas, atau
sebagai hasil ubahan piroksen.
6. DAFTAR PUSTAKA
A&worth. J.R., 1985, Migmatites, Black% & Son Ltd., Glasgow, p. l-35.
A&in, S, Handoyo, A; Prastistho, B; Gafoer, S; 1992, Geologi Lembar Banyuma~,
Jawa Tengah. Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat
Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral.
Bandy, 0.L; 1964, General Correlation of Foramin&m Sfmchm with Environmenf, in
Approaches to Paleoecology~ ed Imbrie, J & Newell ,N.D, New York, pp. 75-90.
Bellier,O., Framumijoyo, S. and Sebtier, M.,lPPl, StrikesZip faulting and volcanic
urlderas along fhe great mndran fault. Terra Abstract, ~01.3, no.1 EUG Stras-
bourg.
Djoehanah, S., Praptisih, 1992, Biostratigrqf Fomasi Penosogan Bagian Ban& Kec.
Saaiq, Kab. Kebmn, Jawa Tengah, Laporan Peneliti+n, Pwat Penelitian dan
Pengembangan Geoteknologi LIPI, tidak dipublikasikan.
Hamilton, W., 1979, Tectonics of Indonesian Region, US Geol. Survey Prof. Papers,
1079, pp 156-159.
Hantoro, W., Sieh, k.E. and Taylor, F., Neq-Seism TeMonik dan Wzrinsi Pemkaan
Laut Di Kepulauan Mentawai (Sipora. Pagai Wara dan Pagai Selatan). Sumatra
Barat, Proceeding Ekspwe Ilmiah 30 tahun Geoteknologi LIPI, April 1994.
Harjono H., 1993, Proses Gwdii Zone lSunbukan, Proposal penelitian Tolok Ukur
01.06 tahun anggaran lPY3/1994, Puslitbang Geoteknologi LIP1 Bandung.
Harjono H., Diament M, Nouaili L and Dubois X.1989, De&&m ,of magma bodies
beneath Krakatau volcmo (Indonesia) from anonuzlous shear nwes. Journal of
Volcano&y and Geothermal Research, vol. 39, pp. 335-348
Harjono, H. dan H. Prasetyo, 1993, G?tafan Gmpabumi Flares: Flores92, Sinyal,
Warta IIImpunan AhIi Geoflsika (HAG& no. 01, thn. XVI, 1993, hal. 30-37.
Huang, T, 1968, Smaller Forambdjera from Miyako-Jim, Ryukyu, Japan, Tohoku Univ.
Sci.Rept. Znd. Ser. (Geol). Vol. 40,
no. 1.
Huchon, P. and ,Le Pichon, X., 1984, Sunda strait and central Sumafra fauk Geology,
vol. 12, pp. 668-672
Kastowo dan Leo, G.W.,1973. Geologic Map of Padmg Quadrangle, Sumfra. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Dir.& Geologi dan Sumberday Mineral,
Indonesia.
Natawidjaja, D.H. dan Kesumadarma, S., 1993.. Evalumi star aktif dan gempa bumi
daerah Liwa. Kab.Lampung Barat, Sumtra. Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahu-
nan IAGI, Desember 6-9, Bandung.
Natawidjaja, D.H, D j o e h a n a h , S . , 1993, Struktur &II SIratigrafi daerah Penosogan,
Karangsmbmg, Kebumen, Jawa Tengah. Laporan Penelitian Pwlitbang Geotek-
nologi - LIPI. Tidak dipublikasikan.
Pardede R., Gafoer S. dkk., 1992. GeoQi lembnr Bengkulu, Dept. Pertambangan dan
Energi, Dir&n. Geologi dan Sunber Daya Mineral, Pwat Penelitian dan pen-
gembangan Geologi.
-6.
7. Prosidin~ I~o~ibHasil Penelitian Pvrlirbarrg Georebzologi UN, 1994
Permana. H, Pramumijoyo. S dan Kumoro. Y., 1993., kelururan daerah Flares;
Implikasinya terhaiap kerusakan akibat gempa 1992, Proceeding PIT IAGI ke 22
di Bandung, volume 1, ha1 271.281.
Phleger, EB, 1960, Ecology and Distribution of Recent Foramin@era. John Hopkins
Press, Baltimore, 275 p.
Pigram, C.J, Surono and Supandjono, J.B, 1985, Origin of the Sulk Platform; Eastern
Indonesia, Geology v. 13, pp. 246-248.
Posavec, M., Taylor, D., a L.eeuwen Th. and Spector, A., 1973, Tectonic Controls of
Wcanism a& Complex Movements along the Surnatran Fault System, Geol. Sot.
Malaysia Bull., vol. 6, p. 43-60.
Postuma, LA, 1971, Manual of Planktonic Foraminifera, Eisevier, Amsterdam, 420 p.
Silver, E.A., Reed, D., MC. Caffrey, and Joyodiwiryo, 1983, Back arc thrusting in the
eastern Swuia arc. Indonesia, A con.%?qumt of arc-continent colli.kn. Jour.
Geophys. Res., vol. 88, B9, pp. 7429-7448.
Surono & Sukarna, D . , 1 9 8 5 , Laporan G e o l o g i Lembar Saruula. Maluku, Laporan
Terbuka Pustitbang Geologi DJGSDM, Bandung, 36 h.
Suwarna. N, Santosa. S, dan Kowxmadinata. S., 1990, Geologi lembar End.?, Nwa-
tenggara i%w, s&ala 1:250.000, Pwlitbang G e o l o g i , Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi.
white, A.J.R and Chappell, B.W., 1977, Ultrametanwrphisme and Granitoid Genesis,
Tectonophysics, V. 43, Elsevier Sci. Publ. Co., Amsterdam, p 7-22.
William, H. Turner,EJ and Gilbert, CM., 1982, Petrography and introduction to Smdy of
Rocks in Thin Section, Second Edition, W. H. Freeman and Co, New York, 626 pp.