Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu antigen agar tidak terjadi penyakit bila terpapar antigen serupa. Tujuannya adalah mencegah penyakit tertentu pada individu maupun populasi, bahkan menghilangkan penyakit tertentu. Jenis imunisasi yang dibahas adalah imunisasi aktif dan pasif beserta cara kerjanya."
Imunisasi merupakan upaya memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar terbentuk zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Dokumen ini membahas mengenai pengertian, tujuan, jenis, dan jadwal imunisasi dasar serta booster yang dianjurkan untuk mencegah berbagai penyakit seperti TBC, polio, campak, dan hepatitis.
5 jenis vaksin imunisasi dasar untuk bayi, yaitu vaksin Polio, Campak, BCG, Hepatitis B, dan DPT. Vaksin-vaksin ini diberikan secara suntikan atau tetesan mulut untuk mencegah 7 penyakit berbahaya pada bayi seperti TBC, Difteri, Batuk Rejan, Tetanus, Poliomielitis, Campak dan Hepatitis B. Jadwal dan cara pemberian vaksin ditetapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan vaksinasi. Secara singkat, imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit menular dengan memberikan antigen ke dalam tubuh sehingga dapat memproduksi antibodi. Vaksin dibuat dari kuman yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Indonesia telah melaksanakan program imunisasi sejak tahun 1956 untuk mengendalikan berbagai penyakit menular seperti cacar,
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi yang merupakan metode pencegahan utama penyakit infeksi. Terdapat berbagai jenis vaksin yang diberikan sesuai jadwal untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit seperti campak, polio, HIB, pneumokokus, hepatitis, dan lainnya. Imunisasi sangat penting untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada anak.
Dokumen ini membahas pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit dan kematian pada bayi serta anak-anak. Tanpa imunisasi, banyak anak yang akan meninggal karena penyakit seperti campak, batuk rejan, dan tetanus. Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan kekebalan dan melindungi dari paparan penyakit. Imunisasi dasar diberikan untuk memberikan kekebalan awal secara aktif pada bayi
Dokumen ini membahas tentang imunisasi dan jenis-jenis imunisasi yang diberikan kepada bayi dan anak balita untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya seperti TBC, campak, polio, hepatitis B, difteri, dan tetanus. Imunisasi yang harus diberikan kepada ibu hamil adalah imunisasi TT untuk mencegah tetanus pada bayi.
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh memproduksi antibodi. Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam tubuh. dan memberikan kekebalan bayi dan anak.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
Dokumen tersebut membahas tentang jadwal imunisasi untuk dua bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi berbeda, yaitu ibu dengan hepatitis B dan ibu dengan TB paru. Dokumen juga menjelaskan definisi, tujuan, manfaat, syarat, dan jenis-jenis imunisasi dasar.
Vaksin Pentavalen (DPT-HB-Hib) diperkenalkan untuk mencegah lima penyakit berbahaya pada bayi dan anak, yaitu difteri, tetanus, hepatitis, radang otak, dan batuk rejan. Vaksin ini aman dan efektif diberikan secara rutin pada usia 2, 3, 4 bulan dan 18 bulan untuk mencapai perlindungan maksimal. Semua fasilitas kesehatan di Kota Tegal menyediakan vaksin Pentavalen
Dokumen tersebut membahas konsep dan proses imunisasi pada anak, termasuk pengertian, jenis, dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomielitis, campak, hepatitis B, dan typhus abdominalis. Dokumen ini juga menjelaskan proses pemberian imunisasi serta hal-hal yang perlu diperhatikan.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan vaksinasi untuk mencegah berbagai penyakit menular seperti campak, polio, hepatitis B, dan lainnya. Terdapat berbagai jenis vaksin seperti vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin mati, dan vaksin subunit yang diberikan secara suntikan atau oral untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Vaksinasi merupakan upaya pencegahan penting untuk mencegah penyakit dan men
Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memberikan vaksin. Tujuannya adalah menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti polio, campak, hepatitis B, tetanus, dan pneumonia. Ada beberapa jenis imunisasi rutin untuk bayi, anak usia sekolah, dan wanita usia subur serta imunisasi tambahan dan khus
Dokumen tersebut membahas tentang vaksinasi polio, termasuk jenis vaksin polio, cara kerja, dosis pemberian, efek samping, dan kontraindikasinya. Vaksin polio terdiri dari vaksin polio inaktif (IPV) yang diberikan secara suntik dan vaksin virus polio oral (OPV) yang diberikan secara oral. Kedua jenis vaksin bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap virus polio dengan memicu produksi antibodi di tub
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis vaksinasi untuk mencegah penyakit menular seperti campak, cacar air, tetanus, difteri, pertusis, polio, hepatitis B, dan tuberkulosis. Jenis vaksin yang digunakan meliputi vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin mati, subunit, serta imunoglobulin. Vaksin-vaksin tersebut memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Dokumen ini membahas tentang imunisasi dan jenis-jenis imunisasi yang diberikan kepada bayi dan anak balita untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya seperti TBC, campak, polio, hepatitis B, difteri, dan tetanus. Imunisasi yang harus diberikan kepada ibu hamil adalah imunisasi TT untuk mencegah tetanus pada bayi.
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh memproduksi antibodi. Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam tubuh. dan memberikan kekebalan bayi dan anak.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
Dokumen tersebut membahas tentang jadwal imunisasi untuk dua bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi berbeda, yaitu ibu dengan hepatitis B dan ibu dengan TB paru. Dokumen juga menjelaskan definisi, tujuan, manfaat, syarat, dan jenis-jenis imunisasi dasar.
Vaksin Pentavalen (DPT-HB-Hib) diperkenalkan untuk mencegah lima penyakit berbahaya pada bayi dan anak, yaitu difteri, tetanus, hepatitis, radang otak, dan batuk rejan. Vaksin ini aman dan efektif diberikan secara rutin pada usia 2, 3, 4 bulan dan 18 bulan untuk mencapai perlindungan maksimal. Semua fasilitas kesehatan di Kota Tegal menyediakan vaksin Pentavalen
Dokumen tersebut membahas konsep dan proses imunisasi pada anak, termasuk pengertian, jenis, dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, poliomielitis, campak, hepatitis B, dan typhus abdominalis. Dokumen ini juga menjelaskan proses pemberian imunisasi serta hal-hal yang perlu diperhatikan.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan vaksinasi untuk mencegah berbagai penyakit menular seperti campak, polio, hepatitis B, dan lainnya. Terdapat berbagai jenis vaksin seperti vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin mati, dan vaksin subunit yang diberikan secara suntikan atau oral untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Vaksinasi merupakan upaya pencegahan penting untuk mencegah penyakit dan men
Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memberikan vaksin. Tujuannya adalah menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti polio, campak, hepatitis B, tetanus, dan pneumonia. Ada beberapa jenis imunisasi rutin untuk bayi, anak usia sekolah, dan wanita usia subur serta imunisasi tambahan dan khus
Dokumen tersebut membahas tentang vaksinasi polio, termasuk jenis vaksin polio, cara kerja, dosis pemberian, efek samping, dan kontraindikasinya. Vaksin polio terdiri dari vaksin polio inaktif (IPV) yang diberikan secara suntik dan vaksin virus polio oral (OPV) yang diberikan secara oral. Kedua jenis vaksin bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap virus polio dengan memicu produksi antibodi di tub
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis vaksinasi untuk mencegah penyakit menular seperti campak, cacar air, tetanus, difteri, pertusis, polio, hepatitis B, dan tuberkulosis. Jenis vaksin yang digunakan meliputi vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin mati, subunit, serta imunoglobulin. Vaksin-vaksin tersebut memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Dokumen tersebut merangkum jadwal dan jenis imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi dan anak, termasuk hepatitis B, polio, BCG, DPT, campak, dan Hib. Imunisasi ini bertujuan untuk mencapai tingkat kekebalan yang memadai untuk mencegah berbagai penyakit menular seperti hepatitis, polio, tuberkulosis, tetanus, pertusis, campak, dan infeksi Hib.
Imunisasi Dasar pada Bayi memberikan informasi tentang lima imunisasi dasar yang wajib diberikan pada bayi, yaitu imunisasi BCG untuk mencegah tuberkulosis, imunisasi Hepatitis B untuk mencegah Hepatitis B, imunisasi DPT-HB tiga kali untuk mencegah difteri, pertusis, tetanus dan Hepatitis B, imunisasi polio empat kali untuk mencegah polio, serta imunisasi campak satu kali untuk mencegah camp
1. Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti difteri, pertusis, polio, campak, tetanus, tuberkulosis, dan hepatitis B.
2. Juga membahas tentang jenis kekebalan, baik kekebalan pasif maupun aktif, serta jadwal dan cara pemberian berbagai vaksin imunisasi anak dan dewasa.
3. Termasuk penjelasan singkat mengenai karakteristik
Vaksinasi dasar untuk bayi dan anak meliputi vaksin BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B, dan Hib yang diberikan secara bertahap pada usia 0-12 bulan untuk mencegah berbagai penyakit menular seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, hepatitis B, dan meningitis. Imunisasi boster juga diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun untuk memperkuat kekebalan.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi pada anak, termasuk pengertian, tujuan, jenis, jadwal, dan efek samping berbagai vaksin yang diberikan pada anak seperti BCG, DPT-HB-HIB, Polio, Hepatitis B, dan Campak beserta penanganannya.
2. IMUNISASI
Definisi
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu antigen, sehingga bila
kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak
terjadi penyakit
Tujuan
Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu
pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari
dunia
3. Macam kekebalan : (cara timbul)
1.Aktif
-Dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan
pada antigen, mis: imunisasi aktif,
terpajan secara alamiah.
-Berlangsung lama ok memori imunologi
2.Pasif
-Diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat
individu itu sendiri, mis: kekebalan janin
yang diperoleh dari ibu, imunisasi pasif.
-Tidak berlangsung lama
4. RESPON IMUN
1. PRIMER
Terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan
antigen
Terbentuk antibodi Ig M
2. SEKUNDER
Terjadi setelah terpajan ulang dengan antigen
yang sama
Terbentuk antibodi Ig G
6. KEBERHASILAN IMUNISASI
Status imun penjamu
Faktor genetik penjamu
Kualitas dan kuantitas vaksin
Cara pemberian
dosis pemberian
frekuensi pemberian
ajuvan yang digunakan
jenis vaksin : vaksin hidup
7. 1. Imunisasi Aktif
Definisi: pemberian antigen pada inang
untuk menginduksi pembentukan antibodi
dan imunitas seluler.
Tujuan: menginduksi perlindungan
terhadap berbagai bahan infeksius
8. Bahan: materi yang diinaktivasi (mati)
atau bahan hidup yang dilemahkan
Lebih disukai karena:
a. kadar antibodi tinggi dipertahankan
dalam jangka lebih lama
b. frekuensi pemberian lebih jarang
c. secara beriringan membentuk imunitas
seluler
9. 2. Imunisasi Pasif
Definisi: pemindahan imunitas pada inang
menggunakan produk imunologis yang
sudah terbentuk
Tujuan: memberikan perlindungan
terhadap antigen
Bahan: Imunoglobulin
10. Sasaran :
• Individu yang tidak mampu membentuk
antibodi (agammaglobulinemia kongenital)
• Pencegahan penyakit ketika waktu tidak
memungkinkan imunisasi aktif (misal: pasca
paparan)
• Terapi penyakit tertentu yang secara normal
dicegah dengan imunisasi (misal: tetanus)
• Terapi dalam kondisi imunisasi aktif tidak
tersedia atau tidak dapat dilaksanakan
(misal: tergigit ular)
11. JENIS VAKSIN
1. Vaksin Hidup Attenuated
bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
dengan cara pembiakan berulang-ulang
harus dpt berkembang biak ïƒ respon imun
respon imun = infeksi alamiah
bersifat labil, rusak oleh panas & cahaya
contoh: campak, mumps, rubela, polio (virus)
BCG, demam tifoid oral (bakteri)
12. 2. Vaksin Inactivated
bakteri, virus/ komponennya yg dibuat tidak
aktif dgn pemanasan atau bahan kimia
tidak dapat replikasiïƒ seluruh dosis ag
tidak dapat menyebabkan penyakit
tidak dipengaruhi oleh ab yg beredar
selalu membutuhkan dosis ganda
sedikit atau tidak menimbulkan respon
seluler
contoh: difteri, tetanus (toksoid)
haemophilus influenza(polisakarida)
13. TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI
Sebelum melakukan imunisasi
• memberitahu risiko vaksinasi dan tdk
imunisasi
• persiapan bila terjadi reaksi ikutan
• baca dgn teliti informasi produk
• tinjau apakah ada kontraindikasi
• periksa pasien dan beri antipiretik bila perlu
• periksa kondisi vaksin (warna, kadaluarsa)
• pemberian sesuai jadwal
• berikan vaksin dengan tehnik yang benar
14. Setelah pemberian imunisasi
• berilah petunjuk kpd pengasuh/ortu apa yg
harus dikerjakan dalam kejadian reaksi
biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat
• catat imunisasi dalam rekam medis
• laporkan hasil imunisasi ke Dinkes
• periksa status imunisasi keluarga yg lain
15. Penyimpanan Vaksin
Aturan umum: sebagian besar
harus didinginkan pada suhu 2-8o C
DPT, Hib, hepatitis B, hepatitis A (tdk beku)
OPV, Yellow fever (dapat dalam kead. beku)
Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan
Dengan pelarut khusus
Digunakan dalam periode waktu tertentu, mis
vaksin campak yg telah diencerkan cepat
berubah warna pada suhu kamar.
16. Pembersihan kulit
Tempat suntikan harus dibersiihkan (antiseptik)
Pemberian suntikan
Sebagian besar secara IM atau SK dalam
kecuali OPV per oral dan BCG scr intradermal
Petugas harus menguasai teknik dasar
17. Perlu diperhatikan pada anak sebelum imunisasi
Pernah mengalami kejadian ikutan yg berat
Alergi terhadap bahan dalam vaksin
Sedang terapi steroid, radioterapi/kemotx
Menderita sakit yg menurunkan imunitas
Tinggal serumah dg org lain yg imunitasnya
turun atau dalm terapi yg menurunkan imun
Bulan lalu mendapat vaksin virus hidup
(campak, poliomielitis, rubela)
Pada 3 bln lalu mendpt imunoglobulin/
transfusi darah
18. Pemberian Paracetamol sesudah imunisasi
Mengurangi ketidaknyamanan pasca imunisasi
Dosis 15 mg/kgbb kepada bayi/anak, 3-4 X/hr
Reaksi KIPI
 Reaksi lokal di tempat suntikan atau reaksi
umum
 Derajat ringan selama 1-2 hari
 Lokal: kemerahan, gatal, nyeriïƒ kompres
hangat teraba benjolan kecil agak keras
beberapa minggu atau lebihïƒ tidak perlu
tindakan
19. BCG
• 2-6 mgg dapat timbul papulaïƒ semakin besar
ïƒ ulserasi selama 2-4 blnïƒ sembuh perlahan
dgn menimbulkan jaringan parut.
• Bila ulkus keluar cairanïƒ kompres antiseptik
• Bila cairan tambah banyak, koreng semakin
besar ditambah pembesaran kelenjar regional
(aksila)ïƒ dibawa ke dokter
20. Hepatitis B
jarang terjadi, demam yg agak tinggi
lokal seperti pada umumnya (sementara)
DPT
demam tinggi, rewel
lokal seperti pada umumnya
DT
lokal seperti pada umumnya
21. Polio oral
sangat jarang terjadi reaksi KIPI
Campak dan MMR
 lokal: rasa tidak nyaman
 5-12 hr setelah imunisasi dapat timbul :
demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus yg
berlangsung kurang dari 48 jam
 3 mgg pasca imunisasi dapat timbul:
pembengkakan KGB di belakang telinga
22. Vaksinasi BCG
BCG adlh vaksin hidup dari M. bovis yang
dibiakkan berulang selama 1-3 tahunïƒ basil yg
tidak virulen tapi masih punya imunogenitas
Menimbulkan sensitivitas terhdp tuberkulin
Vaksin BCG Biofarma Bandung
Tidak mencegah infeksi TB tapi mengurangi
risiko TB berat seperti meningitis TB, TB milier
Efek proteksi 8-12 mgg pasca imunisasi,
bervariasi antara 0-80% tergantung vaksin,
lingkungan dengan M.atipik dan faktor penjamu
(umur, gizi dll)
23. Diberikan scr intradermal 0,10 ml (anak)
0,05 ml (bayi baru lahir)
Sebaiknya pada deltoid kanan (bila ada
limfadenitis (aksila) lebih mudah terdeteksi.
Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari,
harus disimpan pada 2-8o C, tidak boleh beku,
yang telah diencerkan hrs dibuang dlm 8 jam.
Diberikan pada umur kurang atau tepat 2 bulan.
Sebaiknya diberikan pada anak dengan uji
Mantoux (tuberkulin) negatif.
24. KIPP
Penyuntikan BCG yang benar ïƒ menimbulkan
ulkus lokal yg superfisial. Ulkus yg biasanya
tertutup krusta ïƒ sembuh dlm 2-3 bln ïƒ
meninggalkan parut bulat dgn diameter 4-8 mm.
Apabila dosis terlalu tinggiïƒ ulkus yang timbul
lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu
dalamïƒ parut yg terjadi tertarik ke dalam
Limfadenitis supuratif kadang dijumpai (aksila/
leher) ïƒ sembuh sendiri.
25. Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
Sedang menderita HIV, imunokompromise
Anak menderita gizi buruk
Sedang menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit tuberkulosis
Kehamilan
26. Rekomendasi BCG
BCG diberikan pada bayi <= 2 bulan
Pada bayi yg kontak erat dgn px TB dg
BTA(+3) sebaiknya diberikan INH profilaksis
dulu, kalau kontaknya sudah tenang dapat
diberi BCG
BCG jangan diberikan pada bayi atau anak
dengan imunodefisiensi, mis HIV, gizi buruk
dan lain-lain
27. Vaksinasi Hepatitis B
Imunisasi Pasif
Pemberian imunoglobulin (sebelum/sesudah)
Misal: IG/ISG (Immune Serum Globulin) atau
HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)
Indikasi utama:
-Paparan darah yg mgandung HbsAg
-Paparan seksual dgn pengidap HbsAg (+)
-Paparan perinatal, ibu HbsAg(+), <48 jam
28. Dosis:
• Kecelakaan jarum suntik: 0,06ml/kg,maks 5 ml,
IM, harus diberikan dlm jangka 24 jam, diulang
1 bulan kemudian.
• Paparan seksual: dosis tunggal 0,06 ml/kg,
IM, harus diberikan dalam jangka waktu 2 mgg,
maks 5 ml.
• Paparan perinatal: 0,5 ml IM
29. Imunisasi Aktif Hepatitis B
Pemberian partikel HbsAg yang tidak infeksius
3 jenis :
-Berasal dari plasma
-Dibuat dengan tehnik rekombinan (rek.genetik)
-Polipeptida
30. Vaksin yang beredar beserta dosis:
• Hevac-B (Aventis Pasteur), dws 5 ug,
anak 2,5 ug, pada ibu HbeAg (+) dosis 2 X
• Hepaccine (Cheil Sugar), dws: 3 ug,
anak 1,5 ug.
• B-Hepavac II (MSD), dws: 10 ug, anak 5 ug.
• Hepa-B (Korean green Cross), dws; 20 ug,
anak 10 ug.
• Engerix-B (GSK), dws 20 ug, anak 10 ug.
Penyuntikan scr IM pada deltoid/paha anterolat
31. JADWAL PEMBERIAN HEP. B
Vaksinasi awal (primer) 3 X
Jarak antara suntikan I dan ke II 1-2 bln,
suntikan ke III diberikan 6 bln dari yang ke I.
Pemberian booster 5 tahun kemudian
masih belum ada kesepakatan.
Pemeriksaan Anti-HBs pasca imunisasi
setelah 3 bulan dari suntikan terakhir
Skrining pravaksinasi (pada praktek swasta
perorangan)
32. Reaksi KIPI
Umumnya ringan, nyeri, bengkak, panas mual,
nyeri sendi & otot
Kontra Indikasi
Belum ada, terkecuali ibu hamil
Tanggap kebal rendah dapat ok:
Usia tua, pemberian di bokong, anak gemuk,
pasien hemodialisis/ transplantasi, obat
imunosupresif, lekemia/ keganasan, DM tipe I,
HIV, peminum alkohol.
33. Difteri, Pertusis dan Tetanus
Toksoid Difteria, vaksin aseluler, toksoid
tetanus
Kadar antibodi protektif setelah DTP 3 kali
mencapai 0,01 IU atau lebih
Reaksi lokal: merah, bengkak, nyeri
Reaksi umum: demam ringan, jarang
hiperpireksia, kejang.
34. DPT dasar diberikan 3X sejak umur 2 bln dg
interval 4-6 mgg, ulangan (DPT 4) diberikan 1
thn setelah DPT3.
DPT 5 pada umur 5-7 tahun
DPT 6 pada umur 12 tahun
Dosis DPT/DT 0,5 ml, IM baik untuk imunisasi
dasar dan ulangan.
35. VAKSIN VIRUS POLIO ORAL
Virus hidup tetapi sudah dilemahkan.
Virus polio tipe 1, 2, 3
Digunakan scr rutin sjk bayi lahir dg dosis 2
tts per oral.
Virus ini menempatkan diri di usus dan
memacu pembentukan antibodi dlm darah,
maupun epitel usus sebagai pertahanan lokal.
Penerima vaksin terlindungi setelah dosis
tunggal pertama, tiga dosis berikutnya
memberikan imunitas jangka lama (3 tipe)
36. harus disimpan tertutup pada suhu 2-8o C
Vaksin sangat stabil, akan kehilangan
potensi bila dibuka krn perubahan PH
setelah terpapar dengan udara.
Dapat disimpan pada 20o C. Dicairkan dg
cara ditempatkan antara dua telapak tgn,
dijaga agar tidak berubah warna (merah
muda-oranye muda) sbg indikator PH
37. Imunisasi dasar (polio 0, 1, 2, 3) diberikan
2 tetes per oral dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu.
Polio 0 diberikan saat bayi baru pulang
dari rumah sakit.
Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun
setelah polio 4, selanjutnya saat 5-6 tahun
38. KIPI
dapat berupa pusing, diare ringan, sakit otot,
jarang sekali poliomielitis (tapi tetap waspada)
Indikasi kontra
Penyakit akut/demam > 38,5oC, muntah/ diare
Terapi KS, imunosupresif, radiasi, keganasan
ibu hamil < 4 bln, bersama vaksin tifoid oral,
Pada penderita imunosupresi beri IPV
39. Vaksinasi Campak
2 Jenis :
- virus hidup dan dilemahkan
- virus yang dimatikan
Reaksi KIPI :
Biasanya terjadi pada imunisasi ulangan.
Dapat berupa demam >39,5 oC pada hari ke 5-6
berlangsung 2 hari.
Ruam pada hari ke 7-10, berlangsung 2-4 hari
40. Campak diberikan pada umur 9 bln, dgn dosis
0,5 ml SK dalam/ IM. Diulang usia 5-7 tahun.
Diulang juga, bila:
-imunisasinya pada usia < 1 thn
-terjadi KLB (diberikan pada SD, SMP, SMA)
-imunisasinya vaksin inaktif, imunoglobulin
-catatan imunisasi tidak ada
Kontra indikasi: demam tinggi, tx imunosupresi,
hamil, alergi, tx imunoglobulin
41. VAKSIN NON - PPI
Haemophilus Influenzae tipe b
Measles, Mumps, Rubella (MMR)
Varisela
Demam tifoid
Hepatitis A
Influenza
Pneumokokos