Kuliah dilaksanakan di lapangan Embung Bengawan Kota Tarakan membahas dua jenis bangunan pengatur muka air yaitu pintu skot balok dan pintu sorong. Pintu sorong terdiri dari rangkat pintu, daun pintu, stang ulir untuk membuka dan menutup daun pintu. Pintu skot balok terbuat dari susunan balok-balok kayu yang dapat diatur tingginya untuk mengontrol debit masuk. Perhitungan hidrolis untuk menentuk
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan bangunan talang untuk jaringan irigasi, termasuk parameter perencanaan seperti kehilangan energi, dimensi, kemiringan, dan penulangan beton."
1. Dokumen tersebut membahas perencanaan bendung tetap, termasuk pendefinisian bendung dan jenis-jenisnya, data yang dibutuhkan, pemilihan lokasi, penentuan ketinggian air, perhitungan debit banjir, dan komponen-komponen penting bendung seperti pintu pengambilan dan lebar efektif.
2. Langkah-langkah perencanaan bendung tetap mencakup analisis data topografi, hidrologi, geologi, dan lingkungan
Dokumen tersebut membahas tiga jenis bangunan air yaitu Cipoletti, pintu sorong, dan balok sekat. Cipoletti digunakan untuk mengukur debit, sedangkan pintu sorong dan balok sekat digunakan untuk mengatur tinggi muka air. Dokumen ini juga menjelaskan rumus debit untuk ketiga bangunan air tersebut beserta contoh perhitungannya.
Dokumen materi tentang Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Materi ini awalnya dikembangkan untuk kuliah hidrogeologi umum yang kemudian dikemas ulang untuk disampaikan secara daring dalam pelatihan Eco Edu GEES ITB pada tanggal 8 Mei 2019.
#contaminantgroundwater #contaminanthydrogeology
Jurnal ini membandingkan gerusan lokal yang terjadi di sekitar abutment dinding vertikal tanpa sayap dan dengan sayap pada saluran lurus, tikungan 90属, dan 180属 melalui model laboratorium. Variabel yang diteliti adalah debit, dimensi abutment, dan topografi dasar saluran. Hasilnya menunjukkan gerusan terbesar terjadi setelah debit tertinggi. Abutment dengan sayap menyebabkan perbedaan posisi dan besarnya gerusan maksimum dibanding
Dokumen tersebut membahas tentang penyaluran dan pengukuran air irigasi, termasuk jaringan saluran air mulai dari sumber hingga petak sawah, sistem golongan untuk pembagian waktu irigasi, serta perhitungan debit air, laju irigasi, dan luas lahan yang dapat diairi berdasarkan jeluk air dan waktu irigasi.
Laporan ini membahas observasi bendung Simongan di Kota Semarang. Bendung ini berfungsi untuk mengurangi banjir dan sebelumnya juga digunakan untuk irigasi. Laporan menjelaskan bagian-bagian bendung seperti tubuh bendung, bangunan pengambilan, pembilas, pengelak, penguras, dan perlengkapan lainnya serta fungsi dan perawatan bendung Simongan."
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran debit aliran sungai menggunakan metode apung dan alat ukur current meter. Pengukuran dilakukan di Sungai Batang Lubuh untuk menentukan debit dan kecepatan aliran, serta menganalisis faktor-faktor penyebab erosi. Hasil pengukuran menunjukkan perbedaan debit yang dihasilkan oleh dua metode tersebut.
1. Dokumen membahas tentang saluran terbuka dan sifat-sifatnya, termasuk jenis saluran, geometri saluran, distribusi kecepatan aliran, rumus Chezy-Manning, dan pengukuran debit saluran terbuka.
2. Ada dua jenis saluran yaitu alami dan buatan, saluran buatan memiliki geometri yang tetap sedangkan saluran alami tidak.
3. Kecepatan aliran bervariasi di sepanjang kedalaman dan maksimum antara 0,75-
PEMANFAATANSUMBERENERGITERBARUKAN DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA SEBAGAI PEMASOK ...Nur Rachmat
油
Poster ini merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 dengan pendanaan dari Anugerah Sobat Bumi 2013 yang diselenggarakan oleh Pertamina Foundation. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kemungkinan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang tersedia melimpah di
lingkungan rumah tangga yang seIama ini disia-siakan, khususnya sumber energi air toren (bak penampungan yang memiliki
volume dan ketinggian relatif cukup tinggi). Penelitian ini mencoba mengembangkan suatu sistem / perangkat yang
menghasilkan energi listrik dan air bersih dengan memanfaatkan sumber energi air toren itu sendiri.
Penelian ini dilakukan sebagai tanggapan atas krisis energi yang sedang terjadi baik secara nasional maupun
global, khususnya energi listrik, dimana secara nasional kebutuhan listrik rumah tangga adalah merupakan kebutuhan
listrik terbesar nomor dua setelah sektor industri. Penelitian ini ingin menunjukkan pemanfaatan hukum kekalan energi sebagai
dasar penciptaan suatu sistem pembangkit energi khususnya energi listrik dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan air toren.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis dan eksperimental yang didukung dengan tahapan
pelaksanaan yaitu tahapan studi literatur, tahapan obervasi & studi banding, tahapan analisis dan desain, tahapan manufaktur /pembuatan serta tahapan pengujian. Asumsi penelitian ini adalah bahwa hukum kekekalan energi semestinya dapat
diterapkan pada sistem pengendali aliran air sehingga dengan demikian harus ada suatu cara / sistem pengendalian aliran air yang dapat mandiri (bebas dari ketergantungan sumber energi lain).
Penelitian ini berhasil mengembangkan suatu sistem yang dapat memanfaatkan energi pemakaian maupun
pengisian air toren sebagai pembangkit energy listrik dengan daya maksimal yang diperoleh adalah 50 Watt pada tegangan
maksimum120 VAC degan menggunakan generator pembangkit berdaya maksimal 100 Watt pada tegangan 220 VAC. Turbin penggerak generator yang digunakan adalah dengan turbin jenis propeller berdiameter 2 inci yang digerakkan dengan sumber
air toren dengan ketinggian 3 m dan diameter saluran air 2.5 inci. Penelitian ini juga telah berhasil mengembangkan sistem turbin generator dengan menggunakan jenis turbin Banki yang telah dimodifikasi (NMBI) dan turbin PTP hasil kreasi pada penelitian ini. Alat / sistem ini sementara dinamakan Anjungan Listrik & Air Toren/Talang (ALAT). Alat / sistem lain yang berhasil dikembangkan adalah PLAT: Pembangkit Listrik Air Toren/Talang, PLAK: Pembangkit Listrik Air Keran, ALAS: Anjungan Listrik Air Sungai/Selokan dan ALASKA: Anjungan Listrik Air Sungai/ Selokan dan Kincir Angin.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis bangunan air untuk irigasi seperti gorong-gorong, syphon, talang, bangunan terjun tegak dan miring. Memberikan penjelasan tentang parameter perencanaan seperti kehilangan energi akibat gesekan, peralihan, dan belokan serta contoh perhitungan dimensi talang.
Dokumen tersebut membahas tiga jenis bangunan air yaitu Cipoletti, pintu sorong, dan balok sekat. Cipoletti digunakan untuk mengukur debit, sedangkan pintu sorong dan balok sekat digunakan untuk mengatur tinggi muka air. Dokumen ini juga menjelaskan rumus debit untuk ketiga bangunan air tersebut beserta contoh perhitungannya.
Dokumen materi tentang Geologi dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Materi ini awalnya dikembangkan untuk kuliah hidrogeologi umum yang kemudian dikemas ulang untuk disampaikan secara daring dalam pelatihan Eco Edu GEES ITB pada tanggal 8 Mei 2019.
#contaminantgroundwater #contaminanthydrogeology
Jurnal ini membandingkan gerusan lokal yang terjadi di sekitar abutment dinding vertikal tanpa sayap dan dengan sayap pada saluran lurus, tikungan 90属, dan 180属 melalui model laboratorium. Variabel yang diteliti adalah debit, dimensi abutment, dan topografi dasar saluran. Hasilnya menunjukkan gerusan terbesar terjadi setelah debit tertinggi. Abutment dengan sayap menyebabkan perbedaan posisi dan besarnya gerusan maksimum dibanding
Dokumen tersebut membahas tentang penyaluran dan pengukuran air irigasi, termasuk jaringan saluran air mulai dari sumber hingga petak sawah, sistem golongan untuk pembagian waktu irigasi, serta perhitungan debit air, laju irigasi, dan luas lahan yang dapat diairi berdasarkan jeluk air dan waktu irigasi.
Laporan ini membahas observasi bendung Simongan di Kota Semarang. Bendung ini berfungsi untuk mengurangi banjir dan sebelumnya juga digunakan untuk irigasi. Laporan menjelaskan bagian-bagian bendung seperti tubuh bendung, bangunan pengambilan, pembilas, pengelak, penguras, dan perlengkapan lainnya serta fungsi dan perawatan bendung Simongan."
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran debit aliran sungai menggunakan metode apung dan alat ukur current meter. Pengukuran dilakukan di Sungai Batang Lubuh untuk menentukan debit dan kecepatan aliran, serta menganalisis faktor-faktor penyebab erosi. Hasil pengukuran menunjukkan perbedaan debit yang dihasilkan oleh dua metode tersebut.
1. Dokumen membahas tentang saluran terbuka dan sifat-sifatnya, termasuk jenis saluran, geometri saluran, distribusi kecepatan aliran, rumus Chezy-Manning, dan pengukuran debit saluran terbuka.
2. Ada dua jenis saluran yaitu alami dan buatan, saluran buatan memiliki geometri yang tetap sedangkan saluran alami tidak.
3. Kecepatan aliran bervariasi di sepanjang kedalaman dan maksimum antara 0,75-
PEMANFAATANSUMBERENERGITERBARUKAN DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA SEBAGAI PEMASOK ...Nur Rachmat
油
Poster ini merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 dengan pendanaan dari Anugerah Sobat Bumi 2013 yang diselenggarakan oleh Pertamina Foundation. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kemungkinan pemanfaatan sumber energi terbarukan yang tersedia melimpah di
lingkungan rumah tangga yang seIama ini disia-siakan, khususnya sumber energi air toren (bak penampungan yang memiliki
volume dan ketinggian relatif cukup tinggi). Penelitian ini mencoba mengembangkan suatu sistem / perangkat yang
menghasilkan energi listrik dan air bersih dengan memanfaatkan sumber energi air toren itu sendiri.
Penelian ini dilakukan sebagai tanggapan atas krisis energi yang sedang terjadi baik secara nasional maupun
global, khususnya energi listrik, dimana secara nasional kebutuhan listrik rumah tangga adalah merupakan kebutuhan
listrik terbesar nomor dua setelah sektor industri. Penelitian ini ingin menunjukkan pemanfaatan hukum kekalan energi sebagai
dasar penciptaan suatu sistem pembangkit energi khususnya energi listrik dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan air toren.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis dan eksperimental yang didukung dengan tahapan
pelaksanaan yaitu tahapan studi literatur, tahapan obervasi & studi banding, tahapan analisis dan desain, tahapan manufaktur /pembuatan serta tahapan pengujian. Asumsi penelitian ini adalah bahwa hukum kekekalan energi semestinya dapat
diterapkan pada sistem pengendali aliran air sehingga dengan demikian harus ada suatu cara / sistem pengendalian aliran air yang dapat mandiri (bebas dari ketergantungan sumber energi lain).
Penelitian ini berhasil mengembangkan suatu sistem yang dapat memanfaatkan energi pemakaian maupun
pengisian air toren sebagai pembangkit energy listrik dengan daya maksimal yang diperoleh adalah 50 Watt pada tegangan
maksimum120 VAC degan menggunakan generator pembangkit berdaya maksimal 100 Watt pada tegangan 220 VAC. Turbin penggerak generator yang digunakan adalah dengan turbin jenis propeller berdiameter 2 inci yang digerakkan dengan sumber
air toren dengan ketinggian 3 m dan diameter saluran air 2.5 inci. Penelitian ini juga telah berhasil mengembangkan sistem turbin generator dengan menggunakan jenis turbin Banki yang telah dimodifikasi (NMBI) dan turbin PTP hasil kreasi pada penelitian ini. Alat / sistem ini sementara dinamakan Anjungan Listrik & Air Toren/Talang (ALAT). Alat / sistem lain yang berhasil dikembangkan adalah PLAT: Pembangkit Listrik Air Toren/Talang, PLAK: Pembangkit Listrik Air Keran, ALAS: Anjungan Listrik Air Sungai/Selokan dan ALASKA: Anjungan Listrik Air Sungai/ Selokan dan Kincir Angin.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis bangunan air untuk irigasi seperti gorong-gorong, syphon, talang, bangunan terjun tegak dan miring. Memberikan penjelasan tentang parameter perencanaan seperti kehilangan energi akibat gesekan, peralihan, dan belokan serta contoh perhitungan dimensi talang.
1. Gorong-gorong dan siphon adalah bangunan persilangan yang mengalirkan air di bawah struktur lain seperti jalan.
2. Perencanaan bangunan persilangan mempertimbangkan kehilangan energi akibat gesekan, peralihan, dan belokan.
3. Kecepatan aliran harus dihitung dengan tepat agar air dapat mengalir melalui siphon.
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan air untuk irigasi dan pertanian, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air, cara perhitungannya, serta contoh perhitungan kebutuhan air untuk tanaman padi di beberapa musim tanam.
Laporan ini menganalisis perkembangan wilayah pesisir Selumit Pantai melalui pengamatan pola pemukiman, infrastruktur, dan tingkat perkembangannya. Pola pemukiman berkelompok karena mata pencaharian penduduk sebagai nelayan. Infrastruktur belum memadai dengan beberapa fasilitas dasar. Tingkat perkembangan wilayah masih rendah meski memiliki potensi untuk ditingkatkan.
Mata kuliah ini membahas konsep integral tak tentu, tertentu, dan operasi matriks untuk memecahkan permasalahan teknik. Mahasiswa akan mempelajari teknik-teknik integral seperti integral dasar, integral pecah rasional, dan integral parsial beserta penerapannya dalam masalah teknik sipil menggunakan integral. Penilaian terdiri atas tugas, UTS, dan UAS. Kuliah dilaksanakan secara tatap muka atau daring tergantung kebijakan univers
1) The document discusses the continuity of functions at a point and over an interval.
2) A function f is defined to be continuous at a point c if the limit of f(x) as x approaches c exists and is equal to f(c).
3) For a function to be continuous over an interval (a,b), it must be continuous at every point c within the interval.
This document discusses rainfall (presipitasi) in Indonesia. It defines presipitasi as water falling from the atmosphere to Earth's surface, including rain, snow, fog, dew and hail. In tropical areas like Indonesia, the main contributor is rain. Rain occurs when moist air rising in the atmosphere cools and condenses. Factors like wind, temperature, atmospheric and local pressures influence rainfall amounts. The types of rain discussed are convective (from air masses lifted by heating), cyclonic (from uneven solar heating creating pressure systems), and orographic (from moist air lifted over mountains). Methods for measuring and analyzing rainfall data using rainfall stations are also outlined.
The document discusses methods for analyzing rainfall data and estimating areal rainfall, including:
1. Methods for correcting missing data like the normal ratio method and reciprocal method.
2. Consistency testing of rainfall data using double mass curve analysis.
3. Methods for estimating areal rainfall including arithmetic mean, Thiessen polygon, and isohyetal methods. Worked examples are provided for the Thiessen polygon and isohyetal methods.
The document discusses evapotranspiration and methods for calculating it. It defines evaporation, transpiration, and evapotranspiration. It also discusses factors that influence evaporation and several methods for measuring and calculating evapotranspiration, including the Penman, Blaney-Criddle, Thornthwaite, and Penman-Monteith methods. An example calculation is provided using the Penman modified method.
This document discusses frequency analysis of hydrological data. The goals of frequency analysis are to understand the relationship between extreme events and their frequency using probability distributions. Four common distributions used in hydrology are discussed: normal, log normal, log Pearson III, and Gumbel. Key statistical parameters like mean, standard deviation, and coefficients are defined. Chi-square and Smirnov-Kolmogorov tests are introduced to select the best fitting distribution. Tables of critical values for these tests are also included.
This document discusses four methods for calculating rainfall return periods using different statistical distributions: normal, log normal, Gumbel, and log Pearson III. It provides the formulas for calculating rainfall return periods for each method, which involve variables like the average rainfall, standard deviation, and frequency factors. The normal and log normal methods are similar except one uses logarithms, while the Gumbel method uses reduced variables. The log Pearson III method is influenced by k values provided in a table.
This document discusses methods for calculating rainfall intensity. It introduces the Talbot, Ishiguro, and Mononobe formulas which can be used to calculate intensity based on rainfall amount and duration. The Talbot formula is commonly used because its constants can be empirically determined. The Mononobe formula can calculate intensity using daily rainfall amounts when short duration data is unavailable. An example calculation using the Mononobe formula to find a 2-year intensity for a 1 hour duration is also provided. Finally, intensity-duration-frequency curves which relate these factors are mentioned.
1) The document discusses limit theorems and trigonometric function limits. It introduces basic limit theorems including limits of constants, sums, products, quotients, and composite functions.
2) Examples are provided to illustrate evaluating limits using the limit theorems, including limits approaching positive/negative infinity.
3) The document also discusses evaluating limits of rational functions by factorizing the numerator and denominator into their highest-order terms.
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
1. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Tarakan, 06 Mei 2023
Kuliah dilaksanakan di lapangan
Lokasi : Embung Bengawan Kota Tarakan
Praktisi :
Ir. Sabudi Prasetyo, S.T., M.M.
Kabid Pengairan dan Sumber Daya Air
DPUPR Kota Tarakan
Pelaksanaan Kelas Kolaborasi
Program Praktisi Mengajar
Tahun 2023
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Borneo Tarakan
Mata Kuliah :
Irigasi dan Bangunan Air (3 SKS)
Materi :
Bangunan Pengatur : Pintu Skot Balok dan Pintu Sorong
Pertemuan ke 13
2. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air
Bangunan pengatur tinggi muka air terletak melintang pada saluran
dan berada di depan pintu pengambil debit/intake. Bangunan ini
berfungsi untuk mengatur tinggi muka air di saluran depan intake
sehingga debit yang masuk intake sesuai dengan perencanaan yaitu
debit andalan. Bab ini akan membahas dua jenis bangunan pengatur
muka air, yaitu : pintu skot balok dan pintu sorong. Kedua
bangunan ini dapat dipakai sebagai bangunan pengontrol untuk
mengendalikan tinggi muka air di saluran.
3. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air
1. Pintu Sorong (Check Gate)
2. Pintu Skot Balok (Skot Balk)
3. Pintu Radial
4. Mercu Tetap
5. Mercu Tipe U (Tipe Cocor Bebek)
6. Celah Kontrol Trapesium
(Sumber : Standar Perencanaan Irigasi - Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan KP-04
Tahun 2013)
5. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Pintu Sorong (Check Gate)
Pintu Sorong ialah sekat yang dapat diatur bukaannya. Pintu Sorong
terdiri dari rangkat pintu, daun pintu, stang ulir, alat stang (baut)
pemutar. Daun pintu dapat terbuat dari plat baja atau kayu.
6. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Operasionalnya berat
Bahan cepat rusak / keropos / berkarat
Pemeliharaan mahal / sulit
(Sumber : Bahan Pelatihan
Desain Irigasi Partisipatif,
Direktorat Pengelolaan Lahan
dan Air dan PNM, 2008)
13. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Perencanaan Hidrolis
Rumus debit yang dapat dipakai untuk pintu sorong adalah :
=
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
K = Faktor aliran tenggelam
= Koefisien debit
a = bukaan pintu (m)
b = lebar pintu (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2 )( 9,8)
h1 = kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
Lebar standar untuk pintu pembilas bawah (undersluice) adalah 0,50m ; 0,75m ; 1,00m ; 1,25m dan
1,50 m.
Besarnya koeffisien K dapat diambil dari
grafik berikut ini.
14. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Sedangkan besarnya koeffisien debit ( ) dapat diambil dari grafik
berikut berikut ini dimana besarnya koeffisien debit tergantung dari
perbandingan h1dengan a serta besarnya sudut antara pintu sorong
dengan lantai ().
15. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Pintu Skot Balok (Skot Balk)
Pintu Skot Balok ialah pintu yang terbuat dari susunan kayu atau
balok-balok kayu segi empat yang terlepas satu sama lain (Skot Balk)
yang disusun vertikal, tegak lurus memotong arah aliran atau
melintang saluran setinggi rencana sehingga debit yang berlebih
akan melimpah melalui atas balok ke saluran.
Balok balok tersebut disangga di dalam sponeng/alur yang lebih
besar 0,03m sampai 0,05m dari tebal balok balok itu sendiri.
Bangunan pengatur tinggi muka air direncanakan dengan skot
balok.
19. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Kelebihan Pintu Skot Balok
1. Konstruksi ini sederhana dan kuat
2. Biaya pembuatannya kecil
Kelemahan Pintu Skot Balok
1. Pemasangan dan pemindahan balok-baloknya memerlukan sedikitnya dua orang dan
memerlukan waktu
2. Tinggi muka air bisa diatur selangkah demi selangkah saja; setiap langkah sama dengan
tinggi sebuah balok
3. Ada kemungkinan balok baloknya hilang
4. Skot balok bisa dioperasikan oleh orang yang tidak berwenang
5. Karakteristik tinggi debit aliran pada balok belum diketahui secara pasti
20. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Bentuk Hidrolis dan Kriteria Skot Balok
1. Pengalirannya merupakan pengaliran tidak
sempurna.
2. Dibuat dari susunan balok-balok persegi yang
terlepas satu sama lain.
3. Lebar skot balok dilepaskan seluruhnya.
Disarankan lebar b < 1,5 m, agar mudah
memasang dan mengambil skot balk.
4. Pintu Kayu dan Besi dengan perlengkapan stang
pengangkat; pengalirannya merupakan pengaliran
lewat lubang. Bila lebar pintu < 1,0 m lebih baik
dibuat dari besi.
5. Dalam bangunan bangunan saluran irigasi,
dengan lebar bukaan pengontrol 2,0 m atau lebih
kecil lagi, profil profil balok seperti yang
diperlihatkan pada gambar disamping biasa
dipakai.
Gambar : Koefisien debit untuk aliran diatas skot balok
potongan segi empat (cv 1,0)
21. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Perencanaan Hidrolis
Aliran pada skot balok dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan tinggi debit berikut :
=
/
.
Dimana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit ( harganya mendekati 0,63 )
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi ( 9,8 m/dt2 )
b = lebar normal, m
h1 = kedalaman air di atas skot balok, m
22. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Besarnya koeffisien debit dapat diambil dari grafik berikut ini. Nilai H1 /L sebaiknya diambil kurang dari 1,5.
Nilai yang lebih tinggi dari 1,5 maka pola alirannya menjadi tidak mantap dan sangat sensitif terhadap
ketajaman tepi balok sekat bagian hulu. Juga besarnya airasi dalam kantong udara dan tenggelamnya
pancaran sangat mempengaruhi debit pada balok sekat.
23. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Stabilitas
Skot balok dan pintu-pintunya diperhitungkan kekuatannya, terhadap tekanan air :
T = F / W T < F
Tembok sayap diperhitungkan terhadap guling dan geser
Terhadap Guling : F = Mt/Mg
Dimana : F = faktor keamanan (1,5 2)
Mg = momen guling (Kg m; Ton m)
Mt = momen penahan (Kg m; Ton m)
Terhadap Geser : F = f.
Dimana : F = faktor keamanan
f = koefisien geser
V = jumlah gaya vertical (Kg; ton)
H = jumlah gaya horizontal (Kg; ton)
27. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Perhitungan dimensi saluran
Perencanaan saluran dari bangunan bagi sadap tersebut adalah sebagai
berikut :
Data
Sekunder
hulu
Sekunder
kiri
Sekunder
kanan
Tersier kiri
Tersier
kanan
Debit, m3/dtk 2.232 1.237 0.616 0.095 0.232
Kemiringan talut 1 : m 1.5 1.0 1.0 1.0 1.0
Perbandingan b/h 1.8 2.3 1.5 1.8 1.3 1.5 1.0 1.0
Koeffisien kekasaran
Stickler ( k )
40 40 35 35 35
29. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
Untuk tersier kanan ini dicoba dengan lebar saluran b = 0.50 m dengan b/h = 1.0
maka h = 0.5 m.
Dengan miring talud m = 1.0, maka :
Luas basah A = (b + m x h) h = ( 0.50 + 1.0 x 0.5 ) 0.5 = 0.50 m2.
Keliling basah P = b + 2 h (1 + 2) = 0.5 + 2 x 0.5 (1 + 12) = 1.942 m
Jari-jari hidraulis R = A/P = 0.257 m.
Kecepatan aliran V = k x R2/3 x I1/2 = 0.3195 m/det
Debit Q = V x A = 0.3195 x 0.50 = 0.159 m3/det
Perhitungan dimensi saluran
Karena debit yang dialirkan oleh tersier kanan ini adalah sebesar 0,232 m3/detik,
maka dipakai pintu Romijn Type II.
31. www.ubt.ac.id
www.ubt.ac.id
V = varian = 0.18 x H maksimum = 0.18 x 0.50 = 0.09 meter
Elevasi dasar dari muka air rencana : p = 1.15 + 0.09 = 1.24 meter.
h1 + p = 0.50 + 1.24 meter = 1.74 meter > h = 1.1 meter
Karena h1+p lebih besar dari kedalaman muka air di saluran
sekunder hulu maka dasar pintu Romijn harus diturunkan sebesar
0,64 meter.
Sehingga kedudukan pintu Romijn seperti pada gambar berikut :