Dokumen ini membahas rancangan sistem informasi geografis untuk menyajikan informasi lokasi contoh dan titik pengamatan geologi di Lembar Nangapinoh, Kalimantan Barat. Sistem ini akan menampilkan data geologi seperti komposisi mineral, hasil analisis kimia, fosil, dan peta lokasi titik pengamatan untuk memudahkan Pusat Survei Geologi dalam mengupdate data. Dokumen ini menjelaskan proses pembuatan sistem melalui diagram use case,
IDENTIFIKASI LAHAN TERSEDIA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI SPASIAL UNTUK MENDUKUN...Repository Ipb
Ìý
Artikel ini menguji penggunaan teknologi informasi geografis dan evaluasi multi-kriteria untuk mengidentifikasi lahan yang tersedia untuk didistribusikan kepada petani berlahan sempit sebagai bagian dari program reforma agraria di Provinsi Riau dan Jawa Barat. Penelitian menganalisis dua alternatif kriteria untuk menentukan lahan yang tersedia dengan menggunakan database spasial dan atribut. Hasilnya menunjukkan luasan lahan yang tersedia
Presentasi seminar Tugas Akhir SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS LOKASI CONTOH DAN ...Irsan Widyawan
Ìý
Presentasi Seminar Tugas Akhir Tugas Akhir SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS LOKASI CONTOH DAN TITIK PENGAMATAN GEOLOGI (Studi Kasus : LEMBAR NANGAPINOH, KALIMANTAN BARAT)
Dokumen tersebut membahas tentang sistem informasi geografis (SIG) yang merupakan sistem informasi berbasis komputer untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data yang berhubungan dengan lokasi di permukaan bumi untuk membantu pengambilan keputusan. Dokumen tersebut juga menjelaskan komponen-komponen SIG serta aplikasi dan manfaatnya dalam berbagai bidang seperti perencanaan, lingkungan, dan sumber daya al
Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)jackson lavigne
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang geografi ekonomi dan sistem informasi geografi (SIG). Geografi ekonomi mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan SIG adalah sistem yang menggunakan peta digital untuk menampilkan informasi spasial secara interaktif. SIG dapat digunakan untuk berbagai bidang seperti pengelolaan sumber daya, perencanaan, dan pengawasan bencana alam. Dengan
Dokumen tersebut membahas tentang sistem informasi geografis (SIG), mulai dari pengertian SIG menurut para ahli, sejarah perkembangan SIG, komponen-komponen SIG, manfaat SIG, tahapan kerja SIG, kelebihan dan kekurangan SIG, serta kesimpulan bahwa SIG dapat berfungsi sebagai sistem, subsistem, atau supersistem tergantung kondisinya.
Teks tersebut membahas tentang geomatika dan geodesi. Geomatika adalah ilmu modern yang mengintegrasikan pengumpulan, pemodelan, analisis, dan pengelolaan data spasial, sedangkan geodesi adalah cabang ilmu yang menentukan posisi titik di permukaan bumi, ukuran dan luas permukaan bumi, serta bentuk dan ukuran bumi. Teks tersebut juga menjelaskan pengertian ilmu ukur tanah yang bertujuan untuk memindahkan ke
Dokumen ini membahas model pemodelan lokasi tanaman pangan terbaik di Kabupaten Belitung Timur dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti kelerengan, iklim, dan tanah dengan bobot masing-masing sebesar 0,239, 0,239, dan 0,521 untuk memperoleh lokasi yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan One Map Policy yang bertujuan untuk mengintegrasikan peta tematik yang disusun oleh berbagai kementerian/lembaga agar menghasilkan satu peta tematik nasional yang konsisten dan dapat diandalkan. One Map Policy ini didasarkan atas instruksi Presiden untuk hanya memiliki satu peta nasional sebagai acuan tunggal.
Jaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatMgs Zulfikar Rasyidi
Ìý
Simpul Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) bertanggung jawab mengelola data spasial infrastruktur PU-PR seperti jaringan jalan, air minum, bendungan, dan lainnya. Data tersebut dikumpulkan bekerja sama dengan kementerian terkait dan Badan Informasi Geospasial serta disimpan dan disebarluaskan melalui Sistem Informasi Geospasial Nasional.
1. Penelitian ini menganalisis perubahan penggunaan lahan di kawasan peri-urban Kota Makassar antara tahun 2004-2014 dan memprediksi perubahan hingga tahun 2024 dengan menggunakan model CA-Marcov dan regresi logistik biner.
Studi ini menggunakan Sistem Informasi Geografis untuk menganalisis hubungan antara rencana tata ruang dan perubahan tutupan lahan di Bandung. Analisis perbandingan digunakan untuk membandingkan tutupan lahan aktual dengan rencana tata ruang, namun konversi penggunaan lahan menjadi tutupan lahan menyebabkan ketidaktepatan. Oleh karena itu, hubungan antara perubahan tutupan lahan dengan rencana tata ruang tidak dapat
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisirMonita Rossy
Ìý
Dokumen tersebut membahas mengenai analisis pemodelan spasial untuk pengembangan wilayah pesisir di Indonesia dengan menggunakan sistem informasi geografi. Beberapa potensi wilayah pesisir yang disebutkan antara lain perikanan, pariwisata, pertambakan, dan sumber daya alam lainnya. Dokumen ini juga menyoroti permasalahan yang ada seperti kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintah dan kualitas sumber daya manusia di
Dokumen ini merupakan resensi jurnal ilmiah tentang ekstraksi data indeks vegetasi dari citra satelit ALOS untuk evaluasi ruang terbuka hijau di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan citra satelit dan SIG untuk menghitung indeks vegetasi NDVI, yang kemudian dihubungkan dengan kerapatan vegetasi lapangan untuk memetakan distribusi ruang terbuka hijau. Hasilnya menunjukkan b
Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)jackson lavigne
Ìý
Dokumen tersebut membahas tentang geografi ekonomi dan sistem informasi geografi (SIG). Geografi ekonomi mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan SIG adalah sistem yang menggunakan peta digital untuk menampilkan informasi spasial secara interaktif. SIG dapat digunakan untuk berbagai bidang seperti pengelolaan sumber daya, perencanaan, dan pengawasan bencana alam. Dengan
Dokumen tersebut membahas tentang sistem informasi geografis (SIG), mulai dari pengertian SIG menurut para ahli, sejarah perkembangan SIG, komponen-komponen SIG, manfaat SIG, tahapan kerja SIG, kelebihan dan kekurangan SIG, serta kesimpulan bahwa SIG dapat berfungsi sebagai sistem, subsistem, atau supersistem tergantung kondisinya.
Teks tersebut membahas tentang geomatika dan geodesi. Geomatika adalah ilmu modern yang mengintegrasikan pengumpulan, pemodelan, analisis, dan pengelolaan data spasial, sedangkan geodesi adalah cabang ilmu yang menentukan posisi titik di permukaan bumi, ukuran dan luas permukaan bumi, serta bentuk dan ukuran bumi. Teks tersebut juga menjelaskan pengertian ilmu ukur tanah yang bertujuan untuk memindahkan ke
Dokumen ini membahas model pemodelan lokasi tanaman pangan terbaik di Kabupaten Belitung Timur dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti kelerengan, iklim, dan tanah dengan bobot masing-masing sebesar 0,239, 0,239, dan 0,521 untuk memperoleh lokasi yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan One Map Policy yang bertujuan untuk mengintegrasikan peta tematik yang disusun oleh berbagai kementerian/lembaga agar menghasilkan satu peta tematik nasional yang konsisten dan dapat diandalkan. One Map Policy ini didasarkan atas instruksi Presiden untuk hanya memiliki satu peta nasional sebagai acuan tunggal.
Jaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatMgs Zulfikar Rasyidi
Ìý
Simpul Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) bertanggung jawab mengelola data spasial infrastruktur PU-PR seperti jaringan jalan, air minum, bendungan, dan lainnya. Data tersebut dikumpulkan bekerja sama dengan kementerian terkait dan Badan Informasi Geospasial serta disimpan dan disebarluaskan melalui Sistem Informasi Geospasial Nasional.
1. Penelitian ini menganalisis perubahan penggunaan lahan di kawasan peri-urban Kota Makassar antara tahun 2004-2014 dan memprediksi perubahan hingga tahun 2024 dengan menggunakan model CA-Marcov dan regresi logistik biner.
Studi ini menggunakan Sistem Informasi Geografis untuk menganalisis hubungan antara rencana tata ruang dan perubahan tutupan lahan di Bandung. Analisis perbandingan digunakan untuk membandingkan tutupan lahan aktual dengan rencana tata ruang, namun konversi penggunaan lahan menjadi tutupan lahan menyebabkan ketidaktepatan. Oleh karena itu, hubungan antara perubahan tutupan lahan dengan rencana tata ruang tidak dapat
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisirMonita Rossy
Ìý
Dokumen tersebut membahas mengenai analisis pemodelan spasial untuk pengembangan wilayah pesisir di Indonesia dengan menggunakan sistem informasi geografi. Beberapa potensi wilayah pesisir yang disebutkan antara lain perikanan, pariwisata, pertambakan, dan sumber daya alam lainnya. Dokumen ini juga menyoroti permasalahan yang ada seperti kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintah dan kualitas sumber daya manusia di
Dokumen ini merupakan resensi jurnal ilmiah tentang ekstraksi data indeks vegetasi dari citra satelit ALOS untuk evaluasi ruang terbuka hijau di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan citra satelit dan SIG untuk menghitung indeks vegetasi NDVI, yang kemudian dihubungkan dengan kerapatan vegetasi lapangan untuk memetakan distribusi ruang terbuka hijau. Hasilnya menunjukkan b
1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan dan kerapatan vegetasi di kawasan pertambangan Rantau Pandan dengan menggunakan citra Landsat tahun 2005, 2010, dan 2020.
2. Data penginderaan jauh diperoleh dari Google Earth dan USGS, kemudian dilakukan pengolahan citra untuk memperoleh peta penggunaan lahan dan kerapatan vegetasi. Analisis dilakukan dengan metode NDVI dan overlay peta.
3.
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianjufrikarim
Ìý
Penelitian ini menganalisis kelas kemampuan lahan dan tingkat kesesuaian penggunaan lahan di Kabupaten Sidoarjo. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi saat ini dan rencana tata ruang wilayah. Hasilnya menunjukkan peningkatan laju erosi dan penurunan luas lahan yang sesuai digunakan. Hal ini mengindikasikan perkembangan daerah belum memperhatikan kelas kemampuan lahan.
Dokumen ini membahas analisis kerapatan vegetasi dan penggunaan lahan di Taman Nasional Gunung Leuser menggunakan citra satelit dan sistem informasi geografis. Penelitian ini mengklasifikasikan penggunaan lahan pada tahun 2002 dan 2007 serta menganalisis hubungan antara kerapatan vegetasi dan penggunaan lahan. Hasilnya menunjukkan perubahan luasan hutan primer dan sekunder serta korelasi yang kuat antara kerapatan vegetasi dan penggunaan lahan pada t
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sumber daya lahan pertanian di Kabupaten Kudus dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Metode penelitian meliputi pengumpulan data peta, grafis, dan teks; pengolahan data; dan penggabungan data menjadi peta interaktif untuk menganalisis potensi lahan pertanian. Hasil penelitian akan menentukan variabel-variabel penentu tingkat kerawanan lahan di kabupaten tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang interpretasi foto udara pankromatik berwarna untuk mengidentifikasi jenis tanah dan pemetaan vegetasi guna menentukan wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian di Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan meliputi persiapan data dan citra, interpretasi secara visual dan digital, uji lapangan, serta interpretasi ulang.
Studi ini menganalisis perubahan penggunaan lahan di sekitar Kali Surabaya antara tahun 1990-1997 dengan menggunakan penginderaan jauh dan SIG. Hasilnya menunjukkan penurunan lahan sawah sebesar 5,72%, peningkatan permukiman 15,16%, dan peningkatan industri 36,67%, yang mempengaruhi kualitas air sungai.
Evaluasi kesesuaian penggunaan tanah dan tata ruang di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Studi ini bertujuan menganalisis jenis penggunaan tanah yang sesuai dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang serta penyebab ketidaksesuaian dan langkah perbaikannya.
1. Dokumen ini membahas penelitian tentang pemetaan daerah rawan banjir di Kabupaten Jepara dengan menggunakan metode skoring dan pembobotan pada sistem informasi geografis (SIG).
2. Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan banjir antara lain curah hujan, ketinggian tanah, dan panjang sungai. Setiap parameter diberi skor berdasarkan klasifikasinya.
3. Hasil akhirnya berupa peta zon
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem basis data yang mampu menangani dan mengelola data berbasis lokasi. SIG terdiri atas subsistem input data, output data, manajemen data, dan manipulasi data untuk menganalisis dan memetakan informasi geografis.
Pemetaan wilayah komoditas pertanian di Kecamatan Kwanyar meliputi identifikasi komoditas unggulan seperti buah, sayuran dan perkebunan. Hasilnya menunjukkan komoditas-komoditas tersebut memiliki prospek pengembangan melalui peningkatan pemasaran, peremajaan tanaman, perluasan lahan dan produk olahan. Metodologinya terdiri dari pengkajian lingkup studi, pengumpulan data, dan adaptasi sosial.
Ringkasan dokumen ini adalah:
(1) Dokumen ini mendeskripsikan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi seperti televisi, radio, dan internet untuk memenuhi kebutuhan informasi rumah tangga usaha pertanian di kecamatan Halongonan, (2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa televisi adalah teknologi yang paling dimiliki oleh rumah tangga di lokasi penelitian, namun pemanfaatannya untuk pengembangan usaha pertanian
Analisis spasial potensi Desa Harapan Jaya menunjukkan potensi sosial berupa jumlah penduduk dan kepadatan yang besar, serta potensi fisik seperti ketinggian, penggunaan lahan, dan curah hujan yang mendukung pembangunan pertanian, pariwisata, dan perkebunan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen ini membahas tentang pemetaan potensi desa wisata di Kelurahan Sumurboto, Kecamatan Banyumanik, Kabupaten Semarang dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan perangkat GPS untuk mengidentifikasi potensi-potensi ekonomi, fasilitas, kesehatan, pemerintahan, pendidikan, dan tempat ibadah di kelurahan tersebut.
Dokumen ini menggambarkan penelitian tentang penentuan lokasi ideal untuk taman nasional baru di provinsi Kalimantan Barat menggunakan sistem informasi geografis. Peneliti melakukan digitasi wilayah provinsi tersebut dan melakukan analisis overlay beberapa tema seperti hutan, dataran tinggi dan kepadatan penduduk untuk mengidentifikasi tiga lokasi yang memenuhi kriteria sebagai taman nasional baru.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pemetaan lokasi 35 desa wisata di Kabupaten Sleman tahun 2015 menggunakan software ArcGIS 10.1 untuk memberikan informasi lokasi kepada wisatawan domestik dan mancanegara.
Penelitian ini melakukan pemetaan potensi 4 desa di Indonesia untuk mengembangkan desa sejahtera mandiri. Langkah pertama adalah melakukan identifikasi data sosial, demografi, alam, dan sumber daya manusia. Langkah kedua adalah mensosialisasikan hasil pemetaan yang mencakup jenis usaha dan potensi setiap desa.
Bagi Barbour, dialektika ilmu dan agama bukanlah sebuah pertarungan untuk menentukan mana yang lebih benar, melainkan sebuah proses kolaboratif yang dapat memperkaya pemahaman kita terhadap dunia. Bagi banyak orang, pemikiran Barbour membuka kemungkinan bahwa sains dan agama dapat berkembang bersama, dengan keduanya saling memberi wawasan yang lebih dalam tentang realitas yang kita hadapi.
Dengan demikian, model dialektika yang dikembangkan oleh Ian Barbour menawarkan sebuah jalan tengah yang mendalam antara dua dunia yang tampaknya berbeda, namun pada kenyataannya dapat saling melengkapi, membawa pencerahan bagi umat manusia.
1. PEMETAAN SAWAH EKSESTING
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SPASIAL
MENUJU KEBIJAKAN SATU PETA
studi kasus di kabupaten aceh besar dan aceh
jaya
MIRANDA ARI MUDE
NIM:01.01.19.089
2. PEMETAAN SAWAH MENGGUNAKAN EKSESTING
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SPASIAL MENUJU KEBIJAKAN
SATUPETA
studi kasus di kabupaten aceh besar dan aceh jaya
ABSTRAK
Keberadaan lahan sawah diseluruh Indonesia termasuk Aceh, terus mengalami
perubahan luas untuk peruntukan lain. Sementara itu, pemerintah terus
mendorong kemandirian pangan dan energi menjadi target utama
pembangunan. Salah satu programnya adalah mencetak sawah
baru.Perencaan sawah baru memerlukan sawah eksisting. Hal ini, menuntut
ketepatan dan kecepatan informasi spasial lahan sawah dengan harapan
kedepannya kebijakan pengembangan perluasan sawah secara objektif dapat
tersusun dengan baik, tepat tujuan dan tepat sasaran. Fokus penelitian
berpusat pada aplikasi sistem informasi geografis dalam menangani data
spasial lahan sawah.Tekik interpretasi citra menggunakan interpretasi visual
on screen mengikut konsep kunci interpretasi citra yang dipadukan dengan
kegiatan lapangan.Penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)
dalam kajian ini akan memudahkan dan mempercepatkan proses analisis
data.Didapati adanya perbedaan luas antara data eksisting dan analisis spasial
seluas 12.358,92 hektar atau sekitar 26,47% dari luas wilayah Aceh Besar dan
sebesar ± 6.382,59 hektar atau sekitar 52,49% dari luas wilayah Aceh Jaya
3. PENDAHULUAN
Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Ketersediaan
lahan semakin berkurang seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk. Masalah yang ditimbulkan dari pertumbuhan jumlah
penduduk juga dijelaskan oleh Thomas Robert Malthus dimana
pertumbuhan penduduk akan mengalami peningkatan yang lebih
cepat menurut deret ukur dari ketersediaan bahan pangan sehingga
lambat laun manusia akan mengalami krisis bahan pangan.
Pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan kebutuhan
akan perumahan yang meningkat.Sementara jumlah lahan yang
tersedia luasannya tetap dan secara otomatis dalam penyediaan
perumahan tentunya akan mengorbankan lahan sawah sebagai
tempat pembangunan perumahan (Sihaloho, 2007).Keberadaan
lahan sawah diseluruh Indonesia termasuk
4. Aceh, terus mengalami perubahan luas dan terkonversi menjadi lahan non sawah,
sementara pemerintah terus mendorong kemandirian pangan dan energi menjadi target
utama pembangunan. Data statistik menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan
pemerintah mencetak sawah baru ± 40 ribu hektar per tahun, sedangkan konversi lahan
sawah secara nasional mencapai 100 ribu hektare per tahunnya .Tren ini dikuatirkan
akan terus berlanjut, dan tentunya tidak bisa diharapkan untuk mendukung
kemandirian pangan. Informasi ini menunjukkan bertambahnya jumlah penduduk serta
meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk berbagai sektor mendorong peningkatan
konversi lahan sawah, di lain pihak pencetakan lahan sawah baru(ekstensifikasi)
mengalami perlambatan . Guna mendukung usaha pemantapan ketahanan dan
kedaulatan pangan dan pengadaan stok pangan nasional, dituntut ketepatan dan
kecepatan informasi sumberdaya lahan sehingga dirasa perlu dan mendesak untuk
melakukan kegiatan inventarisir data base eksisting sawah baku secara spasial dan
terukur di setiap kabupaten Provinsi Aceh, dengan harapan kedepannya kebijakan
pengembangan perluasan sawah secara objektif dapat tersusun dengan baik, tepat tujuan
dan tepat sasaran.
5. Teknik memperoleh data pada masa sekarang selain dengan menggunakan teknik survey
langsung ke lapangan bisa juga dilakukan dengan menggunakan sains penginderaan
jauh dan Sistem Informasi Geografis (GIS). Penginderaan jauh dilakukan melalui akuisisi
data dari sebuah objek atau fenomena dengan bantuan alat dan tidak melakukan kontak
langsung dengan objek atau fenomena tersebut, seperti menggunakan foto udara atau
citra satelit. Penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kajian ini
akan memudahkan dan mempercepatkan proses analisis data (Setyowati, 2007).
Teknologi SIG mempunyai kelebihan untuk menginput, editing dan analisis data, baik
data geografik serta data atribut dengan cara yang tepat pada waktu yang cepat.
6. METODE
Teknik interpretasi citra digunakan interpretasi secara visual on
screendipadukan dengan kegiatan lapangan. Pengolahan data spasial
menggunakan SIG berupa berupa editing dan digitasi data vektor (titik, garis
dan poligon). Secara umum kajian ini terdiri dari prasurvey dan pasca survey.
Prasurvey bertujuan untuk menganalisis data dan menyiapkan data untuk
survey ke lapangan, seperti penyiapan peta sampel lokasi sawah eksisting
untuk survey. Sedangkan kegiatan pasca survey lebih kepada input dan analisis
data hasil survey, serta editing dan digitasi data untuk data final sawah
eksisting di kawasan kajian.
7. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahun 2009-2012 terlihat luasan lahan sawah di wilayah Aceh Besar
mengalami penurunan seluas ± 6.292,47 ha (3,47%). Hal ini berbanding
terbalik pada tahun 2012-2013 yang mana mengalami peningkatan seluas ±
3.737,47 ha (1,97%). Keadaan ini berkemungkinan dikarena penambahan
luasan melalui program cetak sawah baru. Klasifikasi lahan lainnya yang
berpeluang menjadi sawah yaitu lahan kering. Lahan keringmerupakan
lahanyang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan penggunaan air
secara terbatas. Lahan ini biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan dan
variasi tanaman sangat terbatas (hanya semak belukar, rerumputan dan
pepohonan kecil di daerah tertentu). Sementara pada wilayah Aceh Jaya dari
tahun 2012-2013mengalami penurunan seluas 0,18ha.
8. Perubahan luasan pemanfaatan lahan kering dari tahun 2009-2013untuk
wilayah Aceh Besarmengalami penurunan seluas ± 16. 949, 00 ha (12, 38%),
dengan demikian penyediaan lahan pertanian untuk pangan saat ini
menghadapi tekanan akibat persaingan dengan sektor lain sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk. Kondisi
demikian menyebabkan lahan pertanian pangan dihadapkan kepada masalah
penurunan luas lahan akibat dikonversi ke penggunaan nonpertanian.
9. Lahan Sawah Berdasarkan Data Spasial
Pemetaan areal eksisting lahan sawah menggunakan penggabungan informasi
lapangan, citra satelit high resolution dan informasi data kementrianpertanian.
Penggunaan citra satelit bertujuan agar pemetaan lahan baku sawah dapat
mudah dilakukan, dimana perhitungannya meliputi jumlah total lahan sawah.
Dari data tersebut dapat diturunkan menjadi data luas per kecamatan bahkan
hingga per desa jika ada batas desa yang pasti. Penggunaan citra resolusi tinggi
dapat mempermudah dalam mengamati parameter–parameter yang
digunakan dalam pemetaan lahan baku sawah. Salah satu kelebihan
menggunakan resolusi tinggi adalah areal sawah yang terdapat di kawasan
berbukit dapat diklasifikasi visual, karena jika menggunakan citra resolusi
sedang dan rendah, tidak akan tampak jelas tiap petak sawahnya. Secara
keseluruhan areal persawahan pada kawasan dataran sampai berbukit dan
sebagian lainnya adalah sawah yang bertaresering. Proses klasifikasi visual
poligon sawah terasering lebih sulit dilakukan, dibandingkan dengan sawah di
dataran. Pada citra resolusi tinggi, tekstur, warna, bentuk objek di citra hampir
sama dengan kenampakan dilapangan (permukaan bumi), misalnya vegetasi
(pohon, rumput, perdu) berwarna hijau, lahan terbuka berwarna coklat, air
kolam renang berwarna biru, atap rumah beranekaragam warnanya.
10. Sawah eksisting analisis spasial dan survey lapangan didapati wilayah Aceh
Besar seluas17. 163, 08 hektar (0,37% dari luas wilayah kajian. Luasan tersebut
bereferensi spasial menggunakan perangkat lunak GIS. Secara detail luasan
tersebut dapat katagorikan berdasarkan kecamatan.
Perbandingan Sawah Data Eksisting dan Spasial
Hasil kajian mendapati adanya perbedaan luasan antara data tabular lahan
sawah dan analisis spasial lahan sawah eksisting. Perbedaan atau selisih
mencapai setengahnya. Pada kabupaten Aceh Besar selisih luasan sebesar
12.358,92hektar. Adapun kabupeten Aceh Jaya mencapai 52,49 % atau 14.106,41
hektar.
11. Data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian
bersumbar dari BadanPusat Statistik masing-masing provinsi yang diperoleh
berdasarkan survei/wawancara langsung atau tidak langsung kepada para
petani tanpa dilakukan pengukuran terestris, sementara hasil dari klasifikasi
citra dilakukan secara komputerisasi berdasarkan perpaduan proses analisa
visual on dan survei lapangan. Oleh itu jika kedua sumber data ini mempunyai
posisi spatial dapat saling mengkapi guna menuju penggunaan satu data (satu
peta). Secara spasial data tabular menunjukkan bahwa perubahan luasan
sawah terjadi menyebar disemua lokasi
12. Perbedaan perubahan juga disebabkan oleh adanya akurasi data lama yang
rendah, hal ini terutama untuk presisi batas sawah. Perubahan dan perbedaan
data tersebut ada kemungkinan disebabkan alih fungsi kawasan. Alih fungsi ini
berupa perubahan dari lahan sawah menjadi non sawah. Setelah tsunami
adanya pergeseran arah pembangunan (Kamaruzzaman, 2009). Pergeseran ini
salah satunya memakai lahan sawahuntuk pembangunan. Selanjutnya hal ini
juga disebabkan oleh kurang selarasnya dengan peruntukan RTRW.
Penggunaan lahan yang belum selaras dengan arahan penggunaannya
dikarenakan oleh pertumbuhan pembangunan yang belum mencapai target di
wilayah yang telah direncanakan (Lubis et al, 2013). Hasil kajian ini merupakan
awal untuk menjadikan sinkronisasi data tabular dan spasial guna menuju
kebijakan satu peta. Hal ini mengingat perananan data spasial dalam
perencanaan pembangunan sangat strategi
13. KESIMPULAN
Hasil kajian mendapati adanya perbedaan luasan antara tabular lahan sawah
dan analisis spasial lahan sawah eksisting. Perbedaan atau selisih mencapai
setengahnya. Pada kabupaten Aceh Besar selisih luasan sebesar
12.358,92hektar. Adapun kabupeten Aceh Jaya mencapai 52,49 % atau 14.106,41
hektar. Perbedaan ini disebabkan oleh metode pengambilan data, alih fungsi
kawasan dan akurasi pengambilan data.