Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang dasar-dasar pembuatan salep. Ada beberapa jenis dasar salep yang dibahas seperti dasar salep hidrokarbon, serap, dan larut air. Juga dijelaskan bahan-bahan yang dapat dimasukkan ke dalam salep seperti zat padat, cairan, dan ekstrak serta cara-cara memprosesnya.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut secara merata dalam pelarut. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh faktor seperti polaritas, temperatur, dan keberadaan garam lain. Bentuk sediaan larutan umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan ketelitian.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sediaan cair (liquid) yang mencakup definisi, jenis (larutan, suspensi, emulsi), jenis sediaan liquid (obat terlarut, sebagian terlarut, tidak terlarut), keuntungan dan kerugian, metode pembuatan (larutan, suspensi, emulsi), dan contoh formulasi dasar liquid seperti larutan telinga, tetes hidung, kumur, minum, eliksir, sirup.
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi formulasi sediaan steril. Secara singkat, dibahas mengenai definisi steril dan sterilisasi untuk membuat suatu bahan atau sediaan bebas dari mikroorganisme. Jenis-jenis sediaan steril dan eksipien yang digunakan dalam pembuatan sediaan steril pun dibahas secara ringkas.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Mahasiswa membuat gel Na Diklofenak untuk tujuan praktikum. Gel dibuat dengan bahan Na Diklofenak 1%, CMC Na 6%, dan Nipagin 0,3% dalam air. Gel dievaluasi melalui uji pH, homogenitas, kemampuan proteksi, daya sebar dan lekat. Hasil uji menunjukkan gel bersifat netral, homogen, dan mampu menyebar seiring bertambahnya beban.
Emulsi adalah sediaan farmasi yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa. Emulsi dibedakan menjadi emulsi tipe O/W dan W/O, bergantung pada fase kontinu apakah air atau minyak. Emulgator diperlukan untuk menstabilkan emulsi dengan membentuk lapisan film antara fase dispers dan kontinu.
This document discusses the calculation of an effervescent formula for vitamin C tablets. It begins by providing the formula for a 1.5g effervescent tablet, which includes 500mg of vitamin C. It then calculates the formula based on the tablet weight, dividing it into inner and outer phases. The weights of the acid and base components are calculated based on their molecular weights and equivalents in the reaction equations provided. Ratios of citric acid, tartaric acid and sodium bicarbonate are determined for an effervescent granule example based on these calculations.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
油
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari bagian gula (glikon) dan bagian bukan gula (aglikon). Glikosida memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman dan terlibat dalam sistem regulatori dan pertahanan tubuh. Terdapat banyak senyawa glikosida yang aktif farmakologi sehingga dapat dimanfaatkan dalam terapeutik seperti glikosida jantung, laksatif, analgesik, dan antiinflamasi.
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sediaan cair (liquid) yang mencakup definisi, jenis (larutan, suspensi, emulsi), jenis sediaan liquid (obat terlarut, sebagian terlarut, tidak terlarut), keuntungan dan kerugian, metode pembuatan (larutan, suspensi, emulsi), dan contoh formulasi dasar liquid seperti larutan telinga, tetes hidung, kumur, minum, eliksir, sirup.
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi formulasi sediaan steril. Secara singkat, dibahas mengenai definisi steril dan sterilisasi untuk membuat suatu bahan atau sediaan bebas dari mikroorganisme. Jenis-jenis sediaan steril dan eksipien yang digunakan dalam pembuatan sediaan steril pun dibahas secara ringkas.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Mahasiswa membuat gel Na Diklofenak untuk tujuan praktikum. Gel dibuat dengan bahan Na Diklofenak 1%, CMC Na 6%, dan Nipagin 0,3% dalam air. Gel dievaluasi melalui uji pH, homogenitas, kemampuan proteksi, daya sebar dan lekat. Hasil uji menunjukkan gel bersifat netral, homogen, dan mampu menyebar seiring bertambahnya beban.
Emulsi adalah sediaan farmasi yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa. Emulsi dibedakan menjadi emulsi tipe O/W dan W/O, bergantung pada fase kontinu apakah air atau minyak. Emulgator diperlukan untuk menstabilkan emulsi dengan membentuk lapisan film antara fase dispers dan kontinu.
This document discusses the calculation of an effervescent formula for vitamin C tablets. It begins by providing the formula for a 1.5g effervescent tablet, which includes 500mg of vitamin C. It then calculates the formula based on the tablet weight, dividing it into inner and outer phases. The weights of the acid and base components are calculated based on their molecular weights and equivalents in the reaction equations provided. Ratios of citric acid, tartaric acid and sodium bicarbonate are determined for an effervescent granule example based on these calculations.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
油
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari bagian gula (glikon) dan bagian bukan gula (aglikon). Glikosida memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman dan terlibat dalam sistem regulatori dan pertahanan tubuh. Terdapat banyak senyawa glikosida yang aktif farmakologi sehingga dapat dimanfaatkan dalam terapeutik seperti glikosida jantung, laksatif, analgesik, dan antiinflamasi.
Emulsi adalah dispersi dimana fase terdispersi berupa tetesan cairan yang terdistribusi merata di dalam fase pendispersi berupa cairan lain. Emulsi dapat dibentuk menggunakan zat pengemulsi untuk menstabilkan tetesan dan mencegah penggabungan tetesan. Ada berbagai jenis emulsi yang dapat dibentuk berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi seperti emulsi minyak dalam air, air dalam minyak,
Makalah ini membahas tentang emulsi, sistem koloid dimana fase cair terdispersi dalam fase cair lainnya. Emulsi membutuhkan zat pengemulsi untuk mencegah pemisahan fase. Terdapat dua jenis emulsi, yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi antara lain tegangan permukaan, kekuatan lapisan antarmuka, dan viskositas.
Dokumen tersebut membahas tentang emulsi, termasuk definisi, jenis, komponen penyusun, proses pembuatan, uji stabilitas, dan evaluasi mutu emulsi. Faktor-faktor seperti konsentrasi, suhu, waktu dan kecepatan pencampuran dapat mempengaruhi stabilitas emulsi. Sistem HLB digunakan untuk mengklasifikasikan surfaktan berdasarkan sifat hidrofilik dan lipofiliknya.
Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang terdiri atas dua fase yang tidak dapat bercampur secara spontan, yaitu fase minyak dan air. Emulsi dapat dibentuk dengan bantuan zat pengemulsi untuk membentuk sediaan homogen. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, kelebihan dan kekurangan, teori pembentukan, jenis, komponen penting, dan cara pembuatan emulsi yang baik.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Dokumen tersebut membahas tentang emulsi, yang merupakan campuran homogen antara minyak dan air. Terdapat tiga jenis formula emulsi, yaitu oral/internal, topikal/eksternal, dan parenteral. Formula-formula tersebut umumnya mengandung zat aktif, pembawa air-minyak, emulgator, pengawet, antioksidan, dan bahan tambahan lainnya seperti pemanis, perasa, pewarna. Dokumen juga menjelaskan tentang berbagai
Dokumen tersebut membahas tentang imunologi dan penyakit yang disebabkan oleh respon imun yang berlebihan (hipersensitivitas). Terdapat empat jenis reaksi hipersensitivitas yang dijelaskan berdasarkan mekanisme dan kecepatan terjadinya, serta contoh penyakit untuk setiap jenisnya. Dokumen ini juga membahas tentang penyakit autoimun, termasuk etiologi, mekanisme, dan contoh penyakit unt
Jurnal ilmiah milik Mamik Ponco Rahayu dkk dijadikan bahan diskusi bagi mahasiswa Akademi Farmasi Samarinda dalam mata kuliah Farmakognosi (Metode Ekstraksi). Dalam hal ini, kami sekadar membahas mengenai metode ektraksi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperdalam pemahaman kami mengenai metode ektraksi. Nantikan slide kami mengenai bahasan ini.
Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis atopik, termasuk epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, sasaran dan strategi terapi, tata laksana terapi, terapi non-farmakologi dan farmakologi."
This document is a report on a pharmaceutical physics practical experiment investigating the effect of mixed solvents and the addition of surfactants on the solubility of a substance. The experiment was conducted by Group A of Class A in 2011 under the supervision of Heri Wijaya at the Integrated Laboratory II of the Samarinda Academy of Pharmacy in East Kalimantan.
Dokumen ini berisi daftar 5 referensi buku yang terdiri atas 2 sumber anonim yaitu Farmakope Indonesia edisi ketiga dan keempat, 1 sumber Martin et al tentang Farmasi Fisika, 1 sumber Moechtar tentang Farmasi Fisika bagian Larutan dan Sistem Dipersi, dan 1 sumber Syamsuni tentang Ilmu Resep.
Bab VI merangkum hasil dari eksperimen kelarutan zat kimia. Kelarutan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pH, suhu, jenis pelarut, ukuran partikel, dan kehadiran surfaktan. Penggunaan pelarut campur dan surfaktan dapat memperbesar kelarutan suatu zat. Saran untuk praktikum meliputi kehati-hatian dalam penggunaan indikator dan titrasi serta pemeliharaan kebersihan peralatan.
Dokumen ini membahas metodologi penelitian tentang pengaruh campuran pelarut dan penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat. Metode yang digunakan meliputi pembuatan larutan dengan variasi komposisi pelarut dan konsentrasi surfaktan, penambahan zat sampai jenuh, titrasi asam basa untuk menentukan kelarutan zat, dan pembuatan grafik hasilnya.
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai larutan, yang mencakup definisi larutan dan komponennya, jenis larutan berdasarkan fase zat terlarut dan pelarut, konsentrasi larutan, sifat koligatif larutan seperti penurunan tekanan uap dan kenaikan titik didih, serta proses pelarutan yang terjadi ketika suatu zat larut dalam pelarut lain.
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai larutan, yang mencakup definisi larutan dan komponennya, jenis larutan berdasarkan fase zat terlarut dan pelarut, konsentrasi larutan, sifat koligatif larutan seperti penurunan tekanan uap dan kenaikan titik didih, serta proses pelarutan yang terjadi ketika suatu zat larut dalam pelarut lain.
Laporan praktikum membuat suspensi kering menggunakan metode granulasi. Tujuannya adalah membuat dan mengevaluasi suspensi kering serta mengetahui pengaruh penambahan bahan eksipien terhadap karakteristik sediaan. Paracetamol dan laktosa digunakan sebagai bahan aktif dan bahan tambahan.
Resume ini berkaitan dengan jurnal ilmiah berjudul OPTIMASI FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) dengan CAMPURAN AVICEL PH 101 dan LAKTOSA SECARA SLD ( Simple Lattice Design)
2. Emulsi dapat didefinisikan sebagai suatu
sediaan yang mengandung bahan obat cair
atau larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan emulgator atau
surfaktan yang cocok. (Depkes RI, 1979)
3. Komponen Emulsi
Terdiri dari :
1. Komponen dasar emulsi : fase terdispersi
(fase internal, fase pendispersi (fase
eksternal), emulgator (penstabil emulsi)
2. Komponen tambahan emulsi, suatu zat yang
ditambahkan dengan tujuan mendapatkan
emulsi yang lebih baik. Misal corigen
odoris, corigen saporis, pengawet, dll.
4. Teori Terbentuknya Emulsi
Teori tegangan permukaan
Semakin tinggi tegangan yang dimiliki, semakin
sulit untuk bercampur. Penambahan
emulgator, dapat menghilangkan tegangan
yang terjadi pada masing-masing
molekul, sehingga dua zat yang tidak dapat
bercampur menjadi tercampur.
5. Sifat Emulsi
Demulsifikasi
Contoh : penambahan elektrolit untuk memisahkan
karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan
asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).
Pengenceran
Dengan menambahkan sejumlah medium
pendispersinya, emulsi dapat diencerkan.
Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan
dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini
dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
emulsi, adalah:
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan
antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi
7. Zat Pengemulsi
Adanya penambahan emulgator dapat menstabilkan suatu emulsi
karena emulgator menurunkan tegangan permukaan secara
bertahap. Semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi maka
emulsi akan semakin mudah terbentuk. Tegangan permukaan
menurun karena terjadi adsorpsi oleh emulgator pada permukaan
cairan dengan bagian ujung yang polar berada di air dan ujung
hidrokarbon pada minyak.
Daya kerja emulgator disebabkan oleh bentuk molekulnya yang
dapat terikat baik dalam minyak maupun dalam air. Emulgator
membungkus butir-butir cairan terdispersi dengan suatu lapisan
tipis, sehingga butir-butir tersebut tidak dapat bergabung
membentuk fase kontiniyu.
Zat pengemulsi atau emulgator juga dikenal sebagai koloid
pelindung, yang dapat mencegah terjadinya proses pemecahan
emulsi, contohnya:Gelatin, digunakan pada pembuatan es krim;
Sabun dan deterjen; Protein; Cat dan tinta; Elektrolit .
8. Cara Pembuatan Emulsi
Cara Pembuatan Emulsi :
Metode gom basah (Anief, 2000)
Metode gom kering
Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)
10. Suspensi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
11. Faktor-Faktor Pembuatan Suspensi
sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan
partikel )
Zat pembasah
Medium pendispersi
komponen komponen formulasi seperti
pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan
pengawet yang digunakan
12. Pada pembuatan suspensi terdapat dua sistem
yaitu :
a. Sistem Deflokulasi
b. Sistem Flokulasi
13. Suspensi dapat di buat dengan menggunakan 2
metode, yaitu :
1. Metode Dispersi
2. Metode Presipitasi ( Pengendapan ) , metode
ini di bagi lagi menjadi 3 macam , yaitu :
揃 Presipitasi dengan pelarut organik
揃 Presipitasi dengan perubahan pH dari media
揃 Presipitasi dengan dokomposisi rangkap
14. Stabilitas Suspensi
Ukuran partikel
Kekentalan
Jumlah partikel
Sifat muatan/partikel