Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
油
BAB 1 PENDAHULUAN memberikan tujuan percobaan untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip farmakologi secara praktis dan menghargai peran hewan percobaan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penanganan hewan percobaan seperti mencit dan tikus serta cara-cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuscular, dan intraperitoneal.
Glikosida adalah senyawa yang terdiri dari bagian gula (glikon) dan bagian bukan gula (aglikon). Glikosida memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman dan terlibat dalam sistem regulatori dan pertahanan tubuh. Terdapat banyak senyawa glikosida yang aktif farmakologi sehingga dapat dimanfaatkan dalam terapeutik seperti glikosida jantung, laksatif, analgesik, dan antiinflamasi.
Rancangan formula suppositoria aminofilinRhiza Amalia
油
Suppositoria aminofilin dibuat dengan menggunakan PEG 1000 dan PEG 4000 sebagai basis. Aminofilin ditimbang sebanyak 5 gram dan dicampur dengan PEG yang dilelehkan untuk membentuk massa yang kemudian dicetak menjadi 8 buah suppositoria. Suppositoria didinginkan sebelum dimasukkan ke dalam kemasan untuk penyimpanan.
Dokumen tersebut membahas tentang eliksir sebagai sediaan farmasi cair yang mengandung alkohol sebagai pelarut utama. Eliksir biasanya mengandung 5-10% alkohol dan digunakan untuk menghantarkan obat dalam tubuh. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan eliksir dan contoh perhitungan konstanta dielektrik untuk campuran pelarut eliksir.
Dokumen tersebut membahas tentang antiinflamasi, yang didefinisikan sebagai obat yang dapat menekan atau mengurangi peradangan. Antiinflamasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu antiinflamasi nonsteroid dan steroid, dengan mekanisme kerja masing-masing golongan yang berbeda dalam menghambat produksi prostaglandin. Dokumen ini juga membahas indikasi, kontraindikasi, dan efek samping beberapa contoh obat antiinflamasi
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada senyawa organik dengan melakukan reaksi adisi. Gugus fungsi diidentifikasi dengan menggunakan beberapa reagen seperti KMnO4 untuk menguji tingkat ketidakjenuhan, asam kromat untuk alkohol, dan FeCl3 untuk alkohol dan fenol. Hasilnya menunjukkan bahwa heksana bersifat jenuh, sedangkan etanol dan fenol memiliki gugus fungsi ber
Laporan ini membahas tentang pembuatan gel piroksikam, termasuk tujuan praktikum, dasar teori tentang anatomi dan fisiologi kulit, absorpsi perkutan, definisi gel dan piroksikam, evaluasi produk referensi Feldene Gel, Scandene Gel dan Pirofel Gel, serta pemilihan bahan aktif.
Makalah ini membahas tentang viskometer cone and plate (viskometer Brookfield) yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu cairan. Dibahas mengenai definisi, bagian-bagian, prinsip kerja, kelebihan dan kekurangan viskometer ini. Juga dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas dan konsep fisika terkait viskometer Brookfield.
Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang terdiri atas dua fase yang tidak dapat bercampur secara spontan, yaitu fase minyak dan air. Emulsi dapat dibentuk dengan bantuan zat pengemulsi untuk membentuk sediaan homogen. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, kelebihan dan kekurangan, teori pembentukan, jenis, komponen penting, dan cara pembuatan emulsi yang baik.
Titrasi iodometri digunakan untuk menentukan kadar asam askorbat (vitamin C) dalam sampel. Larutan standar Na2S2O3 distandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan KIO3 sebelum digunakan untuk menitrasi sampel vitamin C. Hasil analisis menunjukkan kadar asam askorbat dalam sampel tablet vitamin C adalah 61,6%.
Emulsi adalah sediaan farmasi yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa. Emulsi dibedakan menjadi emulsi tipe O/W dan W/O, bergantung pada fase kontinu apakah air atau minyak. Emulgator diperlukan untuk menstabilkan emulsi dengan membentuk lapisan film antara fase dispers dan kontinu.
Dokumen tersebut membahas tentang eliksir sebagai sediaan farmasi cair yang mengandung alkohol sebagai pelarut utama. Eliksir biasanya mengandung 5-10% alkohol dan digunakan untuk menghantarkan obat dalam tubuh. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan eliksir dan contoh perhitungan konstanta dielektrik untuk campuran pelarut eliksir.
Dokumen tersebut membahas tentang antiinflamasi, yang didefinisikan sebagai obat yang dapat menekan atau mengurangi peradangan. Antiinflamasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu antiinflamasi nonsteroid dan steroid, dengan mekanisme kerja masing-masing golongan yang berbeda dalam menghambat produksi prostaglandin. Dokumen ini juga membahas indikasi, kontraindikasi, dan efek samping beberapa contoh obat antiinflamasi
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada senyawa organik dengan melakukan reaksi adisi. Gugus fungsi diidentifikasi dengan menggunakan beberapa reagen seperti KMnO4 untuk menguji tingkat ketidakjenuhan, asam kromat untuk alkohol, dan FeCl3 untuk alkohol dan fenol. Hasilnya menunjukkan bahwa heksana bersifat jenuh, sedangkan etanol dan fenol memiliki gugus fungsi ber
Laporan ini membahas tentang pembuatan gel piroksikam, termasuk tujuan praktikum, dasar teori tentang anatomi dan fisiologi kulit, absorpsi perkutan, definisi gel dan piroksikam, evaluasi produk referensi Feldene Gel, Scandene Gel dan Pirofel Gel, serta pemilihan bahan aktif.
Makalah ini membahas tentang viskometer cone and plate (viskometer Brookfield) yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu cairan. Dibahas mengenai definisi, bagian-bagian, prinsip kerja, kelebihan dan kekurangan viskometer ini. Juga dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas dan konsep fisika terkait viskometer Brookfield.
Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang terdiri atas dua fase yang tidak dapat bercampur secara spontan, yaitu fase minyak dan air. Emulsi dapat dibentuk dengan bantuan zat pengemulsi untuk membentuk sediaan homogen. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, kelebihan dan kekurangan, teori pembentukan, jenis, komponen penting, dan cara pembuatan emulsi yang baik.
Titrasi iodometri digunakan untuk menentukan kadar asam askorbat (vitamin C) dalam sampel. Larutan standar Na2S2O3 distandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan KIO3 sebelum digunakan untuk menitrasi sampel vitamin C. Hasil analisis menunjukkan kadar asam askorbat dalam sampel tablet vitamin C adalah 61,6%.
Emulsi adalah sediaan farmasi yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa. Emulsi dibedakan menjadi emulsi tipe O/W dan W/O, bergantung pada fase kontinu apakah air atau minyak. Emulgator diperlukan untuk menstabilkan emulsi dengan membentuk lapisan film antara fase dispers dan kontinu.
Makalah ini membahas tentang emulsi, sistem koloid dimana fase cair terdispersi dalam fase cair lainnya. Emulsi membutuhkan zat pengemulsi untuk mencegah pemisahan fase. Terdapat dua jenis emulsi, yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi antara lain tegangan permukaan, kekuatan lapisan antarmuka, dan viskositas.
Emulsi adalah dispersi dimana fase terdispersi berupa tetesan cairan yang terdistribusi merata di dalam fase pendispersi berupa cairan lain. Emulsi dapat dibentuk menggunakan zat pengemulsi untuk menstabilkan tetesan dan mencegah penggabungan tetesan. Ada berbagai jenis emulsi yang dapat dibentuk berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi seperti emulsi minyak dalam air, air dalam minyak,
Emulsi terdiri dari dua cairan yang tidak dapat bercampur (biasanya minyak dan air), dengan salah satu cairan terdispersi sebagai tetesan kecil (d = 0,1-100 mm) berbentuk bola di cairan lainnya. Emulsi adalah sistem yang tidak stabil secara termodinamika. Ada dua jenis emulsi, yaitu emulsi minyak dalam air (o/w) dan emulsi air dalam minyak (w/o). Emulsi
Dokumen tersebut membahas tentang teori emulsi dan definisi emulsi. Emulsi didefinisikan sebagai sistem terdispersi yang mengandung minimal dua fase cair yang tidak saling bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam bentuk globul dengan diameter 0,1-100 亮m. Emulsi dikatakan sistem yang tidak stabil secara termodinamika dan membutuhkan bahan pengemulsi untuk mencegah koalescence antar globul. Bahan pengemulsi beker
Dokumen tersebut membahas tentang emulsi, termasuk definisi, jenis, komponen penyusun, proses pembuatan, uji stabilitas, dan evaluasi mutu emulsi. Faktor-faktor seperti konsentrasi, suhu, waktu dan kecepatan pencampuran dapat mempengaruhi stabilitas emulsi. Sistem HLB digunakan untuk mengklasifikasikan surfaktan berdasarkan sifat hidrofilik dan lipofiliknya.
2. PENGERTIAN EMULSI
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi
dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan
emulgator (emulsifying agent). Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya
menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal
emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam
ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang
terdapat dalam biji tersebut.
4. Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal). Fase kontinyu (zat cair yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal)
dan Emulgator (zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Tujuan pemakaian
emulsi antara lain secara umum untuk mempersiapkan obat yang larut dalam air
maupun minyak dalam satu campuran, yaitu emulsi dalam pemakaian dalam
(peroral) umumnya tipe O/W serta emulsi untuk pemakaian luar dapat berbentuk
O/W maupun W/O
5. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian
dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada
konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa
disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat).
6. Tipe emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
a) Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak
merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang
kurang dari 10 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis
ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit
bercampur/dicuci dengan air.
7. Pada fase ini bersifat non polar maka molekulmolekul emulsifier tersebut akan
teradsorbsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan oleh air. Akibatnya tegangan
permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase
kontinu.
8. b) Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)
Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang
terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinyu yang
berupa air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31
41% sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat
mudah dicuci.
9. pada fase ini bersifat polar maka molekul molekul emulsifier tersebut akan
teradsorbsi lebih kuat oleh air dibandingkan minyak. Akibatnya tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase
kontinue.
19. emulgator
pengemulsi (emulgator) adalah komponen yang ditambahkan untuk mereduksi
bergabungnya tetesan dispersi dalam fase kontinue sampai batas yang tidak
nyata. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar
permukaan antar tetesan dalam fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik
disekeliling partikel yang akan berkoalesensi, juga mengurangi tegangan
antarmuka antar fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama
pencampuran. Penggunaan emulgator biasanya diperlukan 5% 20% dari berat
fase minyak.
21. Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak
sama.Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl
Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil
dengan kelompok hidrofil .
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air,
itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya.
22. Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu
emulgator ditinjau dari harga HLB-nya
Harga HLB Kegunaan
1 Anti Foaming Agent
4 Emulgator tipe W/O
7 Bahan Pembasah (wetting agent)
8 Emulgator tipe O/W
10 Detergent
13 Kelarutan (Solubilizing Agent)
24. Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
a.Creaming
Creming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain.
Creaming bersifat reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi
kembali.
25. b. Koalesen dan cracking (breaking)
Koalesen dan cracking adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya irreversible (
tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :
1. Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
2. Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan
26. c. Inversi
adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o menjadi o/w
atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.
27. Sifat-sifat fisik emulsi
1. Penampakan
Penampakan emulasi ini pada dasarnya dipengaruhi oleh ukuran pertikel emusi
dan perbedaan indeksbias antara fase terdispersidan medium terdispersi. Pada
prinsipnya emulsi yang tampak jernih hanya mungkin terbentuk bila indeks bias
kedua fasenya sama atau ukuran partikel terdispersinya lebih kecil dari panjang
gelombang cahaya sehingga terjadi refraksi.
28. 2. Viskositas
Faktor faktor yang mempengaruhi viskositas suatu emulsi adalah viskositas
medium dispersi, persentase volume medium dispersi, ukuran partikel fase
terdispersi dan jenis serta konsentrasi emulsifier/stabilizer yang digunakan.
Semakin tinggi viskositas dan persentase medium disperse, maka makin tinggi
viskositas emulsi. Demikian juga semakin kecil ukuran partiker suatu emulsi,
maka semakin tinggi viskositasnya dan makian tinggi konsentrasi
emulsifier/stabilizer yang digunakan.
29. 3. Dispersibilitas dan Daya Emulsi
Dispersibilitas atay daya larut suatu emulsi ditentukan oleh medium dispersinya.
Bila medium dispersinya air, maka emulsinya dapat diencerkan dengan air,
sebaliknya bila medium dispersinya lemak, maka emulsinya dapat dilarutkan
dengan minyak
30. 4. Ukuran Partkel Emulsi
Ukuran partikel emulsi tergantung pada peralatan mekanis dan total energy yang
diperlukan pada waktu pembuatannya, perbedaan vikositas antara fase
terdispersi dan medium disperse, tipe dan konsentrasi emulsifier yang digunakan
serta lama penyimpanan.
32. a) Metode gom basah
Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau
harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metilselulosa.
Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan
sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang
kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara bergantian sambil diaduk
sampai volume yang diinginkan.
33. b) Metode gom kering
Teknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi
berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan
mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai
terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain
sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya suatu emulsi yang baik.
34. c) Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan kedalam
botol kering, ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran
tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sedikit demi sedikit sambil dikocok.
35. Teori Emulsifikasi
Teori terjadinya emulsi terdapat 4 metode yang dapat dilihat dari sudut pandang
yang berbeda:
Daya tarik menarik molekul (Kohesi (sejenis) dan Adesi (berlainan jenis)). Daya kohesi
tiap zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair (bidang batas antara air
dan udara) akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan gaya
kohesi (tegangan permukaan/surface tension). Semakin tinggi perbedaan tegangan
yang terjadi pada bidang batas mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin
susah untuk bercampur. Tegangan pada air bertambah dengan penambahan garam-
garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi berkurang dengan penambahan
senyawa organik tertentu seperti sabun.
36. 2. Teori Oriented Wedengane
Teori ini menjellaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya
kelarutan selektif dari berbagai molekul emulgator, Emulgator terbagi 2, yaitu
Hidrofilik adalah bagian emulgator yg suka pada air dan Lipofilik adalah bagian
emulgator yg suka pd minyak. Emulgator dapat dikatakan pengikat antara air dan
minyak yang membentuk suatu keseimbangan (HLB) antara kelompok hidrofil &
lipofil. Makin besar HLB makin hidrofil (emulgator mudah larut dalam air &
sebaliknya).
37. 3. Teori Interpelasi film
Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak,sehingga terbentuk lapisan
film yang akan membungkus partikel fase dispersi menyebabkan partikel sejenis yang
akan tegabung akan terhalang. Untuk memberikan stabilitas maksimum,emulgator
揃 Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
揃 Jumlahnya cukup utk menutupi semua partikel fase disperse
揃 Dapat membentuk lapisan flm dengan cepat & dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.
38. 4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap).
Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yg menyelubungi partikel
sehingga terjadi tolak-menolak antara partikel sejenis. Terjadinya muatan listrik
disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara berikut:
揃 Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
揃 Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan sekitarnya
揃 Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya.
39. Cara mengukur stabilitas emulsi
1. Pengukuran sedimentasi
a. Settling rate dalam area grafitasi
b. Sentrifuse
c. Ultrasentrifuse
2. Gerak brown
3. Koalesen
4. Distribusi ukuran partikel
40. Faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakstabilan emulsi
1. Komposisi bahan yang tidak tepat
2. Ketidakcocokan bahan
3. Kecepatan dan waktu pencampuran yang tidak tepat
4. Tidak sesuainya rasio antara fasa terdispersi dan fasa pendispersi
5. Pemanasan dan penguapan yang berlebihan
6. Jumlah dan pemilihan emulsifier yang tidak tepat
7. Pembekuan
41. 8. Guncangan mekanik atau getaran
9. Ketidakseimbangan densitas
10. Ketidakmurnian emulsi
11. Reaksi antara dua atau lebih komponen dalam sistem emulsi
12. Penambahan asam atau senyawa elektrolit
42. Usaha-usaha untuk mempertahankan
stabilitas emulsi
1. Pengendalian bahan-bahan pembuat emulsi sebelum proses pembuatan Emulsi
a. Fasa terdispersi dan fasa pendispersi
b. Pemilihan jenis dan jumlah emulsifier
c. Pemilihan jenis dan jumlah stabilizer
2. Pengendalian selama proses pembuatan emulsi
a. Pemilihan peralatan yang tepat
b. Penyesuaian suhu, tekanan, dan waktu pencampuran pada saat proses
emulsifikasi
43. 3. Pengendalian setelah terbentuk emulsi
a. Disimpan pada suhu yang tepat
b. Terlindung dari sinar matahari
c. Terhindar dari guncangan mekanik