Soxhletasi adalah proses ekstraksi yang menggunakan pelarut secara berulang-ulang untuk mengekstraksi senyawa kimia dari bahan alam. Metode ini melibatkan pemanasan pelarut di bawah titik didihnya sehingga uap pelarut mengembun di atas sampel, melarutkan senyawa yang diinginkan. Proses ini berulang sampai semua senyawa ter ekstraksi. Alat utama soxhletasi terdiri dari labu, ekstraktor,
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis obat, termasuk obat golongan sulfa, barbiturat, morfin, amfetamin, dan efek negatif dari penyalahgunaan obat-obat tersebut. Dokumen ini juga menjelaskan cara identifikasi obat-obat tersebut secara kimiawi dan fisik.
Laporan praktikum ini menjelaskan percobaan untuk mengetahui pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan zat, yaitu kelarutan luminal dalam campuran air, alkohol, dan propilen glikol dengan berbagai perbandingan. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar kadar alkohol dalam campuran pelarut, semakin besar pula kelarutan luminal yang dicapai.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
Dokumen tersebut membahas tentang metode pemisahan kimia melalui distilasi, termasuk pengertian, perlengkapan, dan jenis-jenis distilasi beserta contoh aplikasinya. Distilasi dapat memisahkan campuran senyawa cair berdasarkan perbedaan titik didihnya, dan teknik ini penting untuk mencapai pemisahan maksimal.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Laporan ini membahas pembuatan unguentum asam salisilat dengan bahan asam salisilat dan vaselinum flavum. Dilakukan evaluasi homogenitas, daya lekat, daya sebar, dan kemampuan proteksi. Hasilnya menunjukkan tidak homogen, daya lekat 1,3 detik, daya sebar semakin besar dengan tambahan beban, dan kemampuan proteksi 42 detik.
Dokumen tersebut membahas tentang ekstraksi cair-cair daun pandan untuk menentukan nilai koefisien distribusi. Metode ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan komponen dari ekstrak daun pandan menggunakan kloroform sebagai pelarut organik. Nilai koefisien distribusi kemudian dihitung untuk sistem organik/air.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis reaksi kimia dan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan reaksi kimia.
2. Diuraikan pula teori-teori dasar mengenai reaksi kimia beserta contoh-contohnya.
3. Juga diberikan penjelasan mengenai beberapa bahan kimia yang digunakan sebagai reaktan dalam percobaan.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
Dokumen tersebut membahas tentang metode pemisahan kimia melalui distilasi, termasuk pengertian, perlengkapan, dan jenis-jenis distilasi beserta contoh aplikasinya. Distilasi dapat memisahkan campuran senyawa cair berdasarkan perbedaan titik didihnya, dan teknik ini penting untuk mencapai pemisahan maksimal.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Laporan ini membahas pembuatan unguentum asam salisilat dengan bahan asam salisilat dan vaselinum flavum. Dilakukan evaluasi homogenitas, daya lekat, daya sebar, dan kemampuan proteksi. Hasilnya menunjukkan tidak homogen, daya lekat 1,3 detik, daya sebar semakin besar dengan tambahan beban, dan kemampuan proteksi 42 detik.
Dokumen tersebut membahas tentang ekstraksi cair-cair daun pandan untuk menentukan nilai koefisien distribusi. Metode ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan komponen dari ekstrak daun pandan menggunakan kloroform sebagai pelarut organik. Nilai koefisien distribusi kemudian dihitung untuk sistem organik/air.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis reaksi kimia dan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan reaksi kimia.
2. Diuraikan pula teori-teori dasar mengenai reaksi kimia beserta contoh-contohnya.
3. Juga diberikan penjelasan mengenai beberapa bahan kimia yang digunakan sebagai reaktan dalam percobaan.
Emulsi adalah sediaan farmasi yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa. Emulsi dibedakan menjadi emulsi tipe O/W dan W/O, bergantung pada fase kontinu apakah air atau minyak. Emulgator diperlukan untuk menstabilkan emulsi dengan membentuk lapisan film antara fase dispers dan kontinu.
Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang terdiri atas dua fase yang tidak dapat bercampur secara spontan, yaitu fase minyak dan air. Emulsi dapat dibentuk dengan bantuan zat pengemulsi untuk membentuk sediaan homogen. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, kelebihan dan kekurangan, teori pembentukan, jenis, komponen penting, dan cara pembuatan emulsi yang baik.
Dokumen tersebut membahas tentang emulsi, termasuk definisi, jenis, komponen penyusun, proses pembuatan, uji stabilitas, dan evaluasi mutu emulsi. Faktor-faktor seperti konsentrasi, suhu, waktu dan kecepatan pencampuran dapat mempengaruhi stabilitas emulsi. Sistem HLB digunakan untuk mengklasifikasikan surfaktan berdasarkan sifat hidrofilik dan lipofiliknya.
Emulsi adalah dispersi dimana fase terdispersi berupa tetesan cairan yang terdistribusi merata di dalam fase pendispersi berupa cairan lain. Emulsi dapat dibentuk menggunakan zat pengemulsi untuk menstabilkan tetesan dan mencegah penggabungan tetesan. Ada berbagai jenis emulsi yang dapat dibentuk berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi seperti emulsi minyak dalam air, air dalam minyak,
Makalah ini membahas tentang emulsi, sistem koloid dimana fase cair terdispersi dalam fase cair lainnya. Emulsi membutuhkan zat pengemulsi untuk mencegah pemisahan fase. Terdapat dua jenis emulsi, yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi antara lain tegangan permukaan, kekuatan lapisan antarmuka, dan viskositas.
1. Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi dan mengevaluasi emulsi dengan mempelajari pengaruh HLB dan alat terhadap stabilitas emulsi.
2. Tiga formula emulsi dibuat dengan variasi rasio tween dan span. Stabilitas emulsi dibandingkan dengan nilai HLB dan viskositasnya.
3. Tiga emulsi dibuat menggunakan alat yang berbeda, yaitu mixer, blender, dan mortir. Stabilitas emulsi dibandingkan unt
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Dokumen tersebut membahas tentang teori emulsi dan definisi emulsi. Emulsi didefinisikan sebagai sistem terdispersi yang mengandung minimal dua fase cair yang tidak saling bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam bentuk globul dengan diameter 0,1-100 μm. Emulsi dikatakan sistem yang tidak stabil secara termodinamika dan membutuhkan bahan pengemulsi untuk mencegah koalescence antar globul. Bahan pengemulsi beker
2. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menghitung jumlah emulgator golongan
surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi
2. Mahasiswa mampu membuat emulsi menggunakan emulgator
golongan surfaktan
3. Mahasiswa mampu mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi
4. Mahasiswa mampu menentukan HLB butuh sebuah sediaan
emulsi.
3.  Emulsi adalah suatu system yang tidak stabil secara
termodinamika yang mengandung paling sedikit dua
fase cair yang tidak saling bercampur
 Satu diantaranya didispersikan sebagai globul dalam
fase cair lain
 Bila dua buah cairan yang tidak saling bercampur
dimasukkan bersama dalam satu wadah, maka akan
terbentuk dua lapisan yang terpisah.
 Hal ini disebabkan karena gaya kohesi antara molekul-
molekul dari tiap cairan yang memisah lebih besar
daripada gaya adhesi antara kedua cairan
4. Beberapa mekanisme kerja zat pengemulsi (emulgator)
dalam pembentukan emulsi yaitu:
1. Menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak
2. Pembentukan film antarmuka yang menjadi halangan
mekanik untuk mencegah koalesensi
3. Pembentukan lapisan rangkap elektrik yang menjadi
halangan elektrik pada waktu partikel berdekatan
sehingga tidak akan bergabung
5. Zat Pengemulsi dibagi menjadi 2 golongan yakni:
a. Zat-zat yang aktif pada permukaan yang teradsorpsi
pada antarmuka minyak/air membentuk lapisan
monomolecular dan mengurangi tegangan antarmuka.
Membentuk lapisan molekuler ; surfaktan yang dapat
menstabilkan emulsi bekerja dengan membentuk
sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau
ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut
hukum Gibbs, mengurangi tegangan permukaan
akan menghasilkan emulsi yang lebih stabil.
6. b. Koloid hidrofilik yang membentuk suatu lapisan
multimolekuler sekitar tetesan-tetesan terdispers dari
minyak dalam suatu emulsi o/w.
 Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid lipofilik
membentuk lapisan multimolekuler disekitar tetesan
dispersi minyak, sedangkan koloid hidrofilik diabsorpsi
pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan
tegangan antarpermukaan
7. Ketidakstabilan dari emulsi dapat digolongkan sebagai berikut:
 Flokulasi dan creaming
Flokulasi adalah peristiwa terbentuknya kelompok – kelompok globul yang
posisinya tidak beraturan didalam emulsi.
Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi
yang berbeda-beda didalam emulsi.
Lapisan dengan konsentrasi paling pekat akan berada pada fase atas atau
fase bawah tergantung bobot jenisnya
 Penggabungan (Koalesen) dan pemecahan (Deemulsifikasi) creaming
harus dilihat secara terpisah dari pemisahan, karena creaming merupakan
proses bolak balik, sedangkan pemecahan merupakan proses searah
8. Proses pembuatan emulsi :
1.Emulsi dibuat berdasarkan resep yang diberikan
2.Dihitung jumlah tween dan span yang akan digunakan sesuai dengan HLB
butuh yang diperlukan
3.Tween yang telah ditimbang sesuai kebutuhan dicampurkan dengan air
sedangkan span yang telah ditimbang sesuai kebutuhan dicampurkan dalam
minyak kemudian kedua bahan tadi dipanaskan masing-masing diatas
penangas air hingga mencapai suhu 700 C.
4.Kedua bahan yang telah dipanaskan tadi dicampurkan kedalam lumpang
kemudian digerus cepat hingga diperoleh warna putih susu
10. • Keterangan :
• B = Berat emulgator campuran Span dan Tween
• B1 = Berat emulgator span
• B2 = Berat emulgatorTween
Berapa nilai HLB Campuran dalam pembuatan emulsi 100 ml tipe O/W dengan HLB zat A
8,6(5,9 g) dan HLB zat B 16,9 (4,1 g) ??
Diketahui :
Bobot Zat A dan B = 5,9 + 4,1 = 10 gram
A = 5,9 gram; B = 4,1 gram; HLB1 = 8,6; HLB2 = 16,9
Ditanyakan :
HLB Campuran ??
Penyelesaian :
(A x HLBA) + (B x HLBB) = campuran A+B x HLB campuran
(5,9 x 8,6) + (4,1 x 16,9) = 10 x HLB Campuran
50,74 + 69,29 = 10 x HLB Campuran
120,03 / 10 = HLB Campuran
12,003 = HLB Campuran
HLB Campuran =
12
11. Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator dengan harga
HLB 12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB 8,6) dan Tween
20 (HLB 16,7) sebanyak 5 gram. Berapa gram masing-masing berat tween 20
dan span 20 yang ditimbang?