際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
PENCEMARAN
KEBISINGAN
TIM DOSEN
PENDAHULUAN
 Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan (Kepmen LH No. 48 Tahun 1996)
 Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan
dalam satuan desibel (dB)
 Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau
kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan
DAMPAK KEBISINGAN
 Dari segi kesehatan, tingkat kebisingan yang dapat diterima tergantung pada lama
paparan kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
 Gangguan pendengaran adalah tingkat perubahan pada tingkat pendengaran
yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam
hal memahami pembicaraan
 Gradasi gangguan pendengaran karena kebisingan ditentukan menggunakan
parameter percakapan sehari-hari dengan tingkatan sbb :
a. Normal : tidak mengalami kesulitas dalam percakapan biasa (6 m)
b. Sedang : kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m
c. Menengah : kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak >1,5 m
d. Berat : kesulitas dalam percakapan keras/berteriak pada jarak > 1,5 m
e. Sangat berat : kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak <
1,5 m
f. Tuli total : kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi
DAMPAK KEBISINGAN
Akibat Kebisingan
Tipe Uraian
Akibat badaniah Kehilangan
pendengaran
Perubahan ambang batas sementara akibat
kebisingan
Perubahan ambang batas permanen akibat
kebisingan
Akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stres meningkat
Tekanan darah meningkat
Sakit kepala
Akibat Psikologis Gangguan
emosional
Kejengkelan
Kebingungan
Gangguan gaya
hidup
Gangguan tidur atau istirahat
Hilang konsentrasi saat beraktivitas
Gangguan
pendengaran
Merintangi kemampuan mendengarkan TV,
radio, percakapan, telepon, dll
JENIS KEBISINGAN
 Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dibagi menjadi :
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik
berturut-turut. Misalnya mesin, kipas angin, dll
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini
juga relatif tetap, tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada
frekuensi 500, 1000, 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas
c. Bising terputus-putus (intermitten). Bising disini tidak terjadi secara terus
menerus melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu
lintas, kebisingan di lapangan terbang
d. Bising impulsif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi
40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan
pendengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan petasan, meriam
e. Bising impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini
terjadi secara berulang-ulang, misalnya mesin tempa
Pencemaran kebisingan dan pengendaliannya
Pencemaran kebisingan dan pengendaliannya
JENIS KEBISINGAN
 Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi menjadi :
a. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras.
Misalnya mendengkur
b. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
c. Bising yang merusak (damaging/injurious noise). Adalah bunyi yang
intensitasnya melampaui ambang batas. Bunyi jenis ini akan merusak
atau menurunkan fungsi pendengaran
PEMBAGIAN ZONA BISING OLEH MENTERI
KESEHATAN
Zona A = tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan
kesehatan dsb;
Zona B = perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya;
Zona C = perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan
sejenisnya;
Zona D = industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan
sejenisnya.
BAKU TINGKAT KEBISINGAN
Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan (dB)
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Permukiman
2. Perdagangan dan Jasa
3. Perkantoran
4. Ruang Terbuka Hijau
5. Industri
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum
7. Rekreasi
8. Khusus :
 Banda Udara *
 Stasiun Kereta Api *
 Pelabuhan Laut
 Cagar Budaya
55
70
65
50
70
60
70
70
60
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya
2. Sekolah atau sejenisnya
3. Tempat ibadah atau sejenisnya
55
55
55
* Disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
METODE PENGUKURAN KEBISINGAN
 Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Cara Sederhana
Cara sederhana yaitu pengukuran kebisingan dengan alat sound level
meter biasa, dengan pembacaan yang dilakukan setiap 5 detik selama 10
menit, untuk satu kali pengukuran. Pengukuran kebisingan dengan cara
sederhana, minimal dilakukan oleh 2 orang. Satu orang untuk melihat
waktu dan memberikan aba-aba pembacaan kebisingan setiap 5 detik.
Lalu satu orang lagi bertugas membaca dan mencatat hasil pengukuran
kebisingan oleh sound level meter.
2. Cara Langsung
Cara langsung yaitu pengukuran kebisingan dengan integrating sound level
meter yang mempunyai fasilitas data logger dan pengukuran LTM5.
LTM5 adalah rata-rata hasil pengukuran setiap 5 detik dalam 10 menit.
Pengukuran kebisingan dengan cara langsung ini dapat dilakukan oleh 1
orang saja, karena integrating sound level meter tidak memerlukan
pembacaan setiap 5 detik. Data hasil pengukuran kebisingan sudah
berbentuk softfile, sehingga memudahkan analisa hasil pengukuran.
Sound Level Meter dengan data logger
(Sumber : Dokumentasi Tim GES, 2018)
METODE PENGUKURAN KEBISINGAN
 Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM ) dengan cara pada
siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang
waktu 06.00  22.00 dan aktivitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang
22.00  06.00
 Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waku tertentu dengan
menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada
malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran.
 Contoh :
o L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00  09.00
o L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00  11.00
o L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00  17.00
o L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00  22.00
o L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00  24.00
o L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00  03.00
o L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00  06.00
METODE PENGUKURAN KEBISINGAN
Sebelum melakukan pengukuran kebisingan, diperlukan pemetaan
lokasi pengambilan sampel kebisingan terlebih dahulu, beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain:
A. Lokasi sumber kebisingan
B. Lokasi pengukuran sumber kebisingan
C. Lokasi receptor (penerima) kebisingan
D. Lokasi pengukuran sampel kebisingan di receptor.
E. Topografi antara sumber kebisingan dengan receptor.
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di tempat terbuka, dan berjarak 3,5
meter dari dinding-dinding bangunan untuk menghindari pantulan suara.
Ketinggian sound level meter yang digunakan antara 1,2 -1,5 meter, sesuai dengan
rata-rata tinggi receptor kebisingan. Sound level meter memerlukan tripod untuk
mengurangi potensi pantulan bunyi oleh badan operator.
Jarak dari operator ke sound level meter minimal 0,5 meter, dengan beda tinggi
antara sound level meter dengan operator minimal 0,5 meter.
Mikropon pada sound level meter juga perlu diarahkan ke sumber kebisingan.
Pengukuran tingkat kebisingan harus dilakukan pada cuaca yang cerah, dengan
kecepatan angin yang tidak terlalu besar.
Sebagai pengaman, pada mikropon harus selalu dipasang pelindung angin (wind-
screen).
(sumber : Noise Measurement Manual of Quennsland)
METODE PENGUKURAN KEBISINGAN
Dokumentasi pengukuran kebisingan
(Sumber : Dokumentasi Tim GES, 2018)
Untuk satu kali pengukuran dengan pembacaan kebisingan tiap 5
detik selama 10 menit, maka didapat 120 data tingkat kebisingan.
Data-data ini selanjutnya di input ke dalam sebuah tabel untuk
mempermudah analisis hasil pengukuran.
METODE PERHITUNGAN KEBISINGAN
Tabel pengukuran tingkat kebisingan dalam 10 menit
METODE PERHITUNGAN KEBISINGAN
Setelah mendapatkan data-data tingkat kebisingan dari hasil
pengukuran, selanjutnya dilakukan analisis hasil pengukuran.
Hasil pengukuran tingkat kebisingan, dihitung untuk mendapatkan Leq (24
jam).
Leq adalah tingkat kebisingan rata-rata dari kebisingan yang berubah-
ubah (fluktuatif), dengan persamaan hitungan logarima.
Pertama-tama dilakukan perhitungan Leq setiap 1 menit, dengan rumus:
Setelah mendapat Leq setiap menit, dari menit ke 1 (LI) sampai menit ke
10 (LX). Lalu, dilanjutkan dengan menghitung Leq 10 menit, dengan rumus:
Selanjutnya, nilai Leq 10 menit yang telah diperoleh dari hasil
perhitungan dimasukan ke tabel sesuai selang waktu yang diwakili
oleh Leq 10 menit tersebut.
METODE PERHITUNGAN KEBISINGAN
Contoh tabel hasil perhitungan Leq
Setelah menghitung nilai Leq 10 menit maka selanjutnya, dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan nilai Ls dan nilai Lm. Rumus perhitungan
Ls dan Lm, antara lain:
Hasil perhitungan Ls dan Lm ini digunakan untuk mendapatkan Lsm
(24 jam) untuk satu lokasi pengukuran. Berikut rumus untuk, Lsm :
METODE PERHITUNGAN KEBISINGAN
METODE EVALUASI KEBISINGAN
 Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat
kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi +3 dB (A)
PENANGANAN KEBISINGAN
Pedoman Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005 tentang Mitigasi Dampak
Kebisingan Akibat Lalu Lintas menetapkan 3 (tiga) metode penanganan kebisingan
sebagai berikut:
1. Penanganan kebisingan pada sumbernya dengan cara pengaturan lalu lintas
seperti melakukan rekayasa lalu lintas, pembatasan kendaraan berat, pengaturan
kecepatan kendaraan pada rentang 30-60 km/jam, perbaikan kelandaian jalan,
dan pemilihan jenis perkerasan jalan dengan aspal terbuka
2. Penanganan kebisingan pada jalur perambatan dengan pemasangan peredam
bising. Bidang penghalang tersebut dapat berupa pemanfaatan jenis vegetasi
tertentu, maupun penghalang berupa pagar yang ditentukan berdasarkan material
bangunan, dimensi, serta berat dan kerapatan material (Mediastika, 2009)
3. Penanganan kebisingan pada jalur penerimaan yaitu dengan mengubah orientasi
bangunan yang semula menghadap sumber kebisingan menjadi menyamping atau
membelakangi sumber kebisingan. Apabila penerapan metode penanganan lain
tidak dimungkinkan, misalnya pada daerah dengan kepadatan tinggi seperti pada
pusat kota, maka dapat menggunakan insulasi yaitu penggantian jendela misalnya
dengan kaca jendela ganda. Pemasangan dinding peredam, maupun pemasangan
sistem ventilasi khusus.
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
 Hasil Penelitian Sulistyo et al. (2015) di berbagai kawasan di Kota Denpasar
menyebutkan bahwa kebisingan terendah berada pada kawasan RTH dengan interval
50  66 dB sedangkan yang tertinggi pada kawasan industri dengan interval 65  72
dB.
 Hasil penelitian Syahrul (2020) di RTH Taman Tirtonadi, Surakarta, menunjukkan hasil
bahwa kebisingan pada nilai 73 dB (melebihi baku mutu). RTH Taman Tirtonadi baru
dibuat tahun 2018 dan berada di tengah keramaian Kota Surakarta tepat di
seberang Terminal Tirtonadi.
 Hasil penelitian Rahman (2020) di Kota Makassar, menunjukkan bahwa tingkat
kebisingan eksisting melampaui standar baku mutu untuk kawasan perumahan yaitu
pada kisaran 61,29 hingga 71,74 dB(A). Semakin memadai ketersediaan ruang
terbuka hijau pekarangan dan jalur hijau jalan beserta kelengkapannya, maka
semakin rendah tingkat kebisingan pada hunian. Prinsip penataan kelengkapan ruang
terbuka hijau untuk penanganan tingkat kebisingan yaitu pagar dikombinasikan
dengan tanaman merambat dan perdu yang rimbun, pemanfaatan 25 hingga 75%
area sempadan dan jalur hijau jalan depan hunian sebagai area tanam vegetasi,
terdapat kombinasi antara penutup tanah, perdu/semak, dan pohon pada setiap area
tanam, serta pemilihan jenis vegetasi berupa tanaman produktif dengan ketinggian
dan kerimbunan daun yang memadai agar mampu menjadi penghalang bising yang
optimal.
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
 Penelitian Ayumna (2015) dengan judul  Efektivitas Jalur Hijau dalam
Mengurangi Kebisingan di Permukiman Sekitar Jalur Rel Kereta Api
 Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan
(P3KLL), Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(PUSPIPTEK) Serpong, Kota Tangerang Selatan. Pengambilan sampel
suara kebisingan kereta dilakukan di Jalan Budi Asih RT 003/RW 002,
Kelurahan Sukaasih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang yang
berdampingan dengan KRL jurusan Tangerang  Duri
 Ayumna menggunakan berbagai pola tanam untuk menguji pola tanam
yang mana yang efektif dalam menangani kebisingan
Pencemaran kebisingan dan pengendaliannya
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
Pencemaran kebisingan dan pengendaliannya
Pencemaran kebisingan dan pengendaliannya
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
 Hasil Penelitian Ayumna (2015)
1. Penelitian menggunakan simulasi 12 Pola Tanaman yang mengkombinasikan tiga jenis
tanaman yaitu angsana (Pterocarpus indicus), glodokan tiang (Polyalthia longifolia), dan
pinus (Pinus merkusii).Hasil simulasi kebisingan di seluruh pola tanaman menunjukkan
bahwa semakin jauh jarak dari jalur hijau tingkat kebisingan akan semakin menurun.
Intensitas kebisingan yang paling rendah pada jarak 75 m dari sumber suara frekuensi
rendah hingga tinggi yaitu 125-8000 Hz.
2. Pola Tanaman 10 (dua baris depan angsana dan satu baris belakang pinus), Pola
Tanaman 11 (dua baris depan angsana dan satu baris depan glodokan tiang), dan
Pola Tanaman 12 (satu baris depan pinus dan satu baris belakang glodokan tiang)
menghasilkan nilai Insertion Loss yang tinggi dari frekuensi rendah hingga tinggi yaitu
frekuensi 125-8000 Hz pada jarak 25 m, 50 m, dan 75 m. Pola Tanaman 10 efektif
mengurangi kebisingan pada frekuensi 2500  8000 Hz pada jarak 25 m dan efektif
pada frekuensi 125-8000 Hz pada jarak 50 m, dan 75 m. Pada Pola Tanaman 11 dan
Pola Tanaman 12 efektif mengurangi kebisingan pada frekuensi 125-8000 Hz pada
jarak 25 m, 50 m, dan 75 m.
3. Pola Tanaman 10 dan Pola Tanaman 11 sesuai untuk lahan yang luas karena angsana
memiliki tajuk yang lebar sekaligus berfungsi sebagai tanaman peneduh, sedangkan
Pola Tanaman 12 cocok digunakan pada lahan yang tidak terlalu luas karena bentuk
tajuk kerucut dan tidak terlalu memerlukan tempat yang lebar
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
 Rekomendasi dari Hasil Penelitian Ayumna (2015)
1. Pola tanaman 10, pola tanaman 11, dan pola tanaman 12 menjadi
rekomendasi dalam pembangunan jalur hijau di sekitar jalur KRL
dalam mengurangi suara kebisingan yang dihasilkan KRL karena pola
tanaman 10 mampu mengurangi kebisingan hingga 14,83 dB, pola
tanaman 11 mampu mengurangi kebisingan hingga 16,63 dB, dan
pola tanaman 12 mampu mengurangi kebisingan hingga 18,92 dB
dengan lebar jalur sebanyak dua baris dan tiga baris.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan jenis pohon yang lainnya. Selain itu,
juga dapat dikombinasikan dengan habitus lainnya seperti perdu,
herba, dan semak dibawah tajuk pohon paling depan.
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
Vegetasi dapat mempengaruhi tingkat kebisingan, semakin rapat tutupan tajuk
maka semakin kecil tingkat kebisingan yang dihasilkan.
Keberadaan vegetasi dapat menyerap dan mengurangi kebisingan hingga
95% dengan mengatur gelombang suara melalui daun, cabang, dan ranting.
Salah satu sifat vegetasi berkayu yaitu kayu dapat menyerap dan
memantulkan bunyi sehingga energi bunyi berubah menjadi energi gesekan
atau kalor (Yosieguspa 2015).
Kemampuan vegetasi dalam mereduksi kebisingan juga dipengaruhi oleh jenis,
tinggi, bentuk, dan ketebalan tajuk (Carpenter et al. 1975).
Pada tutupan tajuk kategori rendah dapat mengurangi kebisingan sebesar
1,25 dBA, untuk tutupan tajuk kategori sedang dapat mengurangi sebesar 2,46
dBA dan paling tinggi pada tutupan tajuk kategori tinggi dapat mengurangi
kebisingan mencapai 5,79 dBA.
Tutupan tajuk kategori tinggi dapat mereduksi kebisingan paling efektif
karena dapat melampaui nilai baku tingkat kebisingan yang diizinkan dengan
nilai 57,73 dBA (Putra et al. 2018).
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
Karakteristik tanaman yang dapat mengurangi kebisingan (Onder dan
Kockbeker 2012) yaitu:
a. Memiliki lebar tanam 5  30 m
b. Merupakan tanaman dari flora lokal atau varietas yang sesuai
c. Tanaman utama memiliki daun jarum
d. Tanaman harus ditanam dengan jarak yang berdekatan antara satu
sama lain dan sesuai dengan kondisi pertumbuhannya
e. Menggunakan kombinasi ketinggian tanaman seperti pohon, semak, dan
Groundcover
f. Tanaman yang tinggi diletakkan di sisi belakang dari tanaman yang lebih
pendek. Tanaman semak dan jenis konifera yang ditanam lebih dari lima
meter dapat memblokir kebisingan
g. Akan lebih baik green belts berada sedekat mungkin dengan sumber
kebisingan.
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
Ketentuan pemanfaatan vegetasi dalam meredam kebisingan yang dirangkum
dari ketentuan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008
dan Pedoman Departemen Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2005 adalah
sebagai berikut:
1. Kumpulan vegetasi membentuk suatu massa, dimana pada kasus bangunan
yang berada tepat di pinggir jalan dengan aktivitas lalu lintas yang tinggi,
pemanfaatan vegetasi sebagai peredam kebisingan dapat dilakukan.
Penataan vegetasi membentuk suatu massa yang selanjutnya dapat disebut
sebagai tata hijau dan ruang terbuka hijau. Ketersediaan jalur hijau jalan
maupun ruang terbuka hijau pekarangan sesuai untuk lingkungan yang
membutuhkan ketenangan seperti permukiman, peribadatan, maupun
sarana pendidikan;
2. Memperhatikan kombinasi dan kerapatan vegetasi, dimana vegetasi yang
digunakan untuk penghalang kebisingan harus memiliki kerimbunan dan
kerapatan daun yang cukup dan merata dari permukaan tanah hingga
ketinggian yang diharapkan. Perlu diatur suatu kombinasi antara tanaman
penutup tanah, perdu, dan pohon sehingga efek penghalang menjadi
optimum
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
Karakteristik fisik setiap vegetasi berbeda tergantung pada spesiesnya.
Pohon yang memiliki satu batang tunggal bebas cabang perlu
dikombinasikan dengan perdu/ semak yang memiliki kerimbunan jauh lebih
rendah mendekati permukaan tanah. Hal ini untuk memastikan tidak ada
ruang bagi gelombang bunyi untuk merambat melewati vegetasi
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
3. ketinggian vegetasi dikarenakan gelombang bunyi dari atas dapat datang dari
arah atas. Pedoman mitigasi dampak kebisingan lalu lintas jalan yang disusun oleh
Departemen Pekerjaan Umum menjabarkan bahwa vegetasi yang digunakan
sebagai salah satu upaya penanganan kebisingan harus memiliki ketinggian yang
memadai agar mampu menghalangi gelombang bunyi secara optimal
Adapun vegetasi jenis perdu/ semak sebaiknya memiliki ketinggian yang disesuaikan
dengan tinggi bebas cabang pada pohon. Hal ini dikarenakan fungsi perdu/
semak adalah untuk melengkapi kekurangan dari karakteristik fisik yang dimiliki
pohon yaitu memiliki batang tunggal bebas cabang agar dapat dicapai
kerimbunan daun mulai dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharapkan
PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN
4. Memilih vegetasi dengan persentase kerimbunan daun yang tinggi
dikarenakan vegetasi dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi
gelombang suara oleh daun, cabang, dan rantingnya. Jenis vegetasi yang
paling efektif untuk meredam suara adalah vegetasi yang memiliki tajuk yang
tebal dan memiliki kerimbunan daun yang tinggi. Ketentuan dalam meninjau
persentase kerimbunan daun suatu vegetasi yang dijabarkan dalam Pedoman
Departemen Pekerjaan Umum No. 16 Tahun 2005
Pencemaran kebisingan dan pengendaliannya
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Pencemaran kebisingan dan pengendaliannya (20)

Presentasi 6
Presentasi  6Presentasi  6
Presentasi 6
Fadel M. Ichsan
Presentasi 6
Presentasi  6Presentasi  6
Presentasi 6
Fadel M. Ichsan
Anechoic chamber
Anechoic chamberAnechoic chamber
Anechoic chamber
Harry Ardianda
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
arief337821
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping] lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
Dionisius Kristanto
Pengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurementPengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurement
artyudy
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
nanangprasetyo12
Tugasan Alam Sekitar (a164231)
Tugasan Alam Sekitar (a164231)Tugasan Alam Sekitar (a164231)
Tugasan Alam Sekitar (a164231)
AimiThuraiya
Bioakustik
BioakustikBioakustik
Bioakustik
suhendi darma
Rpp sistem akustik ruang
Rpp sistem akustik ruangRpp sistem akustik ruang
Rpp sistem akustik ruang
EKO SUPRIYADI
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat KebisinganKEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
Muhamad Imam Khairy
Kepmen lh 48 tahun 1996
Kepmen lh 48 tahun 1996Kepmen lh 48 tahun 1996
Kepmen lh 48 tahun 1996
mirzafirdyah
Bunyi ppt
Bunyi pptBunyi ppt
Bunyi ppt
rizka_pratiwi
MASKING dan DILEMA MASKING
MASKING dan DILEMA MASKINGMASKING dan DILEMA MASKING
MASKING dan DILEMA MASKING
ZuhudHendraCahyana
TM-4_PREDIKSI_TINGKAT_BISING.pptx measurement
TM-4_PREDIKSI_TINGKAT_BISING.pptx measurementTM-4_PREDIKSI_TINGKAT_BISING.pptx measurement
TM-4_PREDIKSI_TINGKAT_BISING.pptx measurement
fikriadamRabbani2
Presentasi fis ling kebisingan
Presentasi fis ling   kebisinganPresentasi fis ling   kebisingan
Presentasi fis ling kebisingan
Muh Akbar Triana
bioakustik oleh henri setiawan skep ners
bioakustik oleh henri setiawan skep nersbioakustik oleh henri setiawan skep ners
bioakustik oleh henri setiawan skep ners
chairul35
cupdf.com_audiometri-tht1.ppt
cupdf.com_audiometri-tht1.pptcupdf.com_audiometri-tht1.ppt
cupdf.com_audiometri-tht1.ppt
LennyRajagukguk1
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
( 17 - 0019) pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.pptx
arief337821
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping] lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
lapres Akustik & Getaran [noise mapping]
Dionisius Kristanto
Pengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurementPengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurement
artyudy
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
395330012-Ppt-Hazard-Kebisingan.pptx
nanangprasetyo12
Tugasan Alam Sekitar (a164231)
Tugasan Alam Sekitar (a164231)Tugasan Alam Sekitar (a164231)
Tugasan Alam Sekitar (a164231)
AimiThuraiya
Rpp sistem akustik ruang
Rpp sistem akustik ruangRpp sistem akustik ruang
Rpp sistem akustik ruang
EKO SUPRIYADI
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat KebisinganKEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
Muhamad Imam Khairy
Kepmen lh 48 tahun 1996
Kepmen lh 48 tahun 1996Kepmen lh 48 tahun 1996
Kepmen lh 48 tahun 1996
mirzafirdyah
TM-4_PREDIKSI_TINGKAT_BISING.pptx measurement
TM-4_PREDIKSI_TINGKAT_BISING.pptx measurementTM-4_PREDIKSI_TINGKAT_BISING.pptx measurement
TM-4_PREDIKSI_TINGKAT_BISING.pptx measurement
fikriadamRabbani2
Presentasi fis ling kebisingan
Presentasi fis ling   kebisinganPresentasi fis ling   kebisingan
Presentasi fis ling kebisingan
Muh Akbar Triana
bioakustik oleh henri setiawan skep ners
bioakustik oleh henri setiawan skep nersbioakustik oleh henri setiawan skep ners
bioakustik oleh henri setiawan skep ners
chairul35
cupdf.com_audiometri-tht1.ppt
cupdf.com_audiometri-tht1.pptcupdf.com_audiometri-tht1.ppt
cupdf.com_audiometri-tht1.ppt
LennyRajagukguk1

More from diahpermatasari28 (15)

Biologi Perairan Materi Perkuliahan Biologi
Biologi Perairan Materi Perkuliahan BiologiBiologi Perairan Materi Perkuliahan Biologi
Biologi Perairan Materi Perkuliahan Biologi
diahpermatasari28
Materi tentang Dunia Tumbuhan dalam Biologi
Materi tentang Dunia Tumbuhan dalam BiologiMateri tentang Dunia Tumbuhan dalam Biologi
Materi tentang Dunia Tumbuhan dalam Biologi
diahpermatasari28
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk HidupPertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
diahpermatasari28
Konservasi Tingkat Ekosistem Materi Kuliah
Konservasi Tingkat Ekosistem Materi KuliahKonservasi Tingkat Ekosistem Materi Kuliah
Konservasi Tingkat Ekosistem Materi Kuliah
diahpermatasari28
pencemaran sampah dan upaya pengendaliannya
pencemaran sampah dan upaya pengendaliannyapencemaran sampah dan upaya pengendaliannya
pencemaran sampah dan upaya pengendaliannya
diahpermatasari28
Materi pengendalian pencemaran air dengan fitoremediasi
Materi pengendalian pencemaran air dengan fitoremediasiMateri pengendalian pencemaran air dengan fitoremediasi
Materi pengendalian pencemaran air dengan fitoremediasi
diahpermatasari28
Pembayaran imbal jasa lingkungan Ekosistem.pptx
Pembayaran imbal jasa lingkungan Ekosistem.pptxPembayaran imbal jasa lingkungan Ekosistem.pptx
Pembayaran imbal jasa lingkungan Ekosistem.pptx
diahpermatasari28
Implementasi Imbal Jasa Lingkungan di Dunia
Implementasi Imbal Jasa Lingkungan di DuniaImplementasi Imbal Jasa Lingkungan di Dunia
Implementasi Imbal Jasa Lingkungan di Dunia
diahpermatasari28
Materi tentang Suksesi Hutan dan Ekosistem
Materi tentang Suksesi Hutan dan EkosistemMateri tentang Suksesi Hutan dan Ekosistem
Materi tentang Suksesi Hutan dan Ekosistem
diahpermatasari28
MATERI EKOLOGI TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
MATERI EKOLOGI TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANANMATERI EKOLOGI TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
MATERI EKOLOGI TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
diahpermatasari28
MATERI GENETIKA TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
MATERI GENETIKA TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANANMATERI GENETIKA TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
MATERI GENETIKA TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
diahpermatasari28
MATERI SEL, JARINGAN DAN ORGAN TUMBUHAN.pdf
MATERI SEL, JARINGAN DAN ORGAN TUMBUHAN.pdfMATERI SEL, JARINGAN DAN ORGAN TUMBUHAN.pdf
MATERI SEL, JARINGAN DAN ORGAN TUMBUHAN.pdf
diahpermatasari28
Metode Pengukuran & Pendugaan Erosi pada DAS
Metode Pengukuran & Pendugaan Erosi pada DASMetode Pengukuran & Pendugaan Erosi pada DAS
Metode Pengukuran & Pendugaan Erosi pada DAS
diahpermatasari28
PENGENDALIAN EROSI, METODE MAKANIK & KIMIA.pdf
PENGENDALIAN EROSI, METODE MAKANIK & KIMIA.pdfPENGENDALIAN EROSI, METODE MAKANIK & KIMIA.pdf
PENGENDALIAN EROSI, METODE MAKANIK & KIMIA.pdf
diahpermatasari28
PENGENDALIAN EROSI, METODE VEGETATIF.pdf
PENGENDALIAN EROSI, METODE VEGETATIF.pdfPENGENDALIAN EROSI, METODE VEGETATIF.pdf
PENGENDALIAN EROSI, METODE VEGETATIF.pdf
diahpermatasari28
Biologi Perairan Materi Perkuliahan Biologi
Biologi Perairan Materi Perkuliahan BiologiBiologi Perairan Materi Perkuliahan Biologi
Biologi Perairan Materi Perkuliahan Biologi
diahpermatasari28
Materi tentang Dunia Tumbuhan dalam Biologi
Materi tentang Dunia Tumbuhan dalam BiologiMateri tentang Dunia Tumbuhan dalam Biologi
Materi tentang Dunia Tumbuhan dalam Biologi
diahpermatasari28
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk HidupPertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
diahpermatasari28
Konservasi Tingkat Ekosistem Materi Kuliah
Konservasi Tingkat Ekosistem Materi KuliahKonservasi Tingkat Ekosistem Materi Kuliah
Konservasi Tingkat Ekosistem Materi Kuliah
diahpermatasari28
pencemaran sampah dan upaya pengendaliannya
pencemaran sampah dan upaya pengendaliannyapencemaran sampah dan upaya pengendaliannya
pencemaran sampah dan upaya pengendaliannya
diahpermatasari28
Materi pengendalian pencemaran air dengan fitoremediasi
Materi pengendalian pencemaran air dengan fitoremediasiMateri pengendalian pencemaran air dengan fitoremediasi
Materi pengendalian pencemaran air dengan fitoremediasi
diahpermatasari28
Pembayaran imbal jasa lingkungan Ekosistem.pptx
Pembayaran imbal jasa lingkungan Ekosistem.pptxPembayaran imbal jasa lingkungan Ekosistem.pptx
Pembayaran imbal jasa lingkungan Ekosistem.pptx
diahpermatasari28
Implementasi Imbal Jasa Lingkungan di Dunia
Implementasi Imbal Jasa Lingkungan di DuniaImplementasi Imbal Jasa Lingkungan di Dunia
Implementasi Imbal Jasa Lingkungan di Dunia
diahpermatasari28
Materi tentang Suksesi Hutan dan Ekosistem
Materi tentang Suksesi Hutan dan EkosistemMateri tentang Suksesi Hutan dan Ekosistem
Materi tentang Suksesi Hutan dan Ekosistem
diahpermatasari28
MATERI EKOLOGI TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
MATERI EKOLOGI TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANANMATERI EKOLOGI TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
MATERI EKOLOGI TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
diahpermatasari28
MATERI GENETIKA TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
MATERI GENETIKA TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANANMATERI GENETIKA TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
MATERI GENETIKA TUMBUHAN BIOLOGI KEHUTANAN
diahpermatasari28
MATERI SEL, JARINGAN DAN ORGAN TUMBUHAN.pdf
MATERI SEL, JARINGAN DAN ORGAN TUMBUHAN.pdfMATERI SEL, JARINGAN DAN ORGAN TUMBUHAN.pdf
MATERI SEL, JARINGAN DAN ORGAN TUMBUHAN.pdf
diahpermatasari28
Metode Pengukuran & Pendugaan Erosi pada DAS
Metode Pengukuran & Pendugaan Erosi pada DASMetode Pengukuran & Pendugaan Erosi pada DAS
Metode Pengukuran & Pendugaan Erosi pada DAS
diahpermatasari28
PENGENDALIAN EROSI, METODE MAKANIK & KIMIA.pdf
PENGENDALIAN EROSI, METODE MAKANIK & KIMIA.pdfPENGENDALIAN EROSI, METODE MAKANIK & KIMIA.pdf
PENGENDALIAN EROSI, METODE MAKANIK & KIMIA.pdf
diahpermatasari28
PENGENDALIAN EROSI, METODE VEGETATIF.pdf
PENGENDALIAN EROSI, METODE VEGETATIF.pdfPENGENDALIAN EROSI, METODE VEGETATIF.pdf
PENGENDALIAN EROSI, METODE VEGETATIF.pdf
diahpermatasari28

Recently uploaded (20)

KUMPULAN CERPEN SMAN 2 MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR.pdf
KUMPULAN CERPEN SMAN 2 MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR.pdfKUMPULAN CERPEN SMAN 2 MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR.pdf
KUMPULAN CERPEN SMAN 2 MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR.pdf
PT. DUTA MEDIA PRESS
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docxSENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
Mirza836129
Rencana PS Bahasa Indonesia Format Baru.pdf
Rencana PS Bahasa Indonesia Format Baru.pdfRencana PS Bahasa Indonesia Format Baru.pdf
Rencana PS Bahasa Indonesia Format Baru.pdf
edenmanoppo
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
AsepSaepulrohman4
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
ssuser327180
Teknik PEMASANGAN MULSA pada lahan pertanian.pptx
Teknik PEMASANGAN MULSA pada lahan pertanian.pptxTeknik PEMASANGAN MULSA pada lahan pertanian.pptx
Teknik PEMASANGAN MULSA pada lahan pertanian.pptx
UsBero
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta FungsinyaPPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
mileniumiramadhanti
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptxRENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
Kanaidi ken
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptxKeragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
aifi3
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptxPPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
SausanHidayahNova
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptxManajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Kanaidi ken
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdfPPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
ListiawatiAMdKeb
1 PPT PENERAPAN PUNGSI DANTUGAS 2 P3K OK.pdf
1 PPT PENERAPAN PUNGSI DANTUGAS 2 P3K OK.pdf1 PPT PENERAPAN PUNGSI DANTUGAS 2 P3K OK.pdf
1 PPT PENERAPAN PUNGSI DANTUGAS 2 P3K OK.pdf
SofyanSkmspd
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
Seleksi Penerimaan Murid Baru  2025.pptxSeleksi Penerimaan Murid Baru  2025.pptx
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
Fajar Baskoro
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
saichulikhtiyar274
Random Number Generator Teknik Simulasi.pdf
Random Number Generator Teknik Simulasi.pdfRandom Number Generator Teknik Simulasi.pdf
Random Number Generator Teknik Simulasi.pdf
PratamaYulyNugraha
Buku Mengokohkan Karakter Pancasila Melalui Integrasi Nilai nilai Keagamaan
Buku Mengokohkan Karakter Pancasila Melalui Integrasi Nilai nilai KeagamaanBuku Mengokohkan Karakter Pancasila Melalui Integrasi Nilai nilai Keagamaan
Buku Mengokohkan Karakter Pancasila Melalui Integrasi Nilai nilai Keagamaan
ssuser521b2e1
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptxSosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
shofwanwinarlik
PELAKSANAAN RPI MURID PENDIDIKAN KHASS.ppt
PELAKSANAAN RPI MURID PENDIDIKAN KHASS.pptPELAKSANAAN RPI MURID PENDIDIKAN KHASS.ppt
PELAKSANAAN RPI MURID PENDIDIKAN KHASS.ppt
ALEENMPP
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Murad Maulana
KUMPULAN CERPEN SMAN 2 MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR.pdf
KUMPULAN CERPEN SMAN 2 MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR.pdfKUMPULAN CERPEN SMAN 2 MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR.pdf
KUMPULAN CERPEN SMAN 2 MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR.pdf
PT. DUTA MEDIA PRESS
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docxSENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
Mirza836129
Rencana PS Bahasa Indonesia Format Baru.pdf
Rencana PS Bahasa Indonesia Format Baru.pdfRencana PS Bahasa Indonesia Format Baru.pdf
Rencana PS Bahasa Indonesia Format Baru.pdf
edenmanoppo
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
02_Konjugat_Bilangan_Kompleks (Unpak).pdf
AsepSaepulrohman4
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
keutamaanDiskusi kelompok berlangsung dengan baik, dengan setiap siswa merasa...
ssuser327180
Teknik PEMASANGAN MULSA pada lahan pertanian.pptx
Teknik PEMASANGAN MULSA pada lahan pertanian.pptxTeknik PEMASANGAN MULSA pada lahan pertanian.pptx
Teknik PEMASANGAN MULSA pada lahan pertanian.pptx
UsBero
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta FungsinyaPPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
mileniumiramadhanti
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptxRENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
RENCANA & Link2 MATERI Training_ *MANAJEMEN RISIKO BISNIS (+ ISO 31000)*.pptx
Kanaidi ken
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptxKeragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
aifi3
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptxPPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
SausanHidayahNova
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptxManajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Kanaidi ken
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdfPPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
ListiawatiAMdKeb
1 PPT PENERAPAN PUNGSI DANTUGAS 2 P3K OK.pdf
1 PPT PENERAPAN PUNGSI DANTUGAS 2 P3K OK.pdf1 PPT PENERAPAN PUNGSI DANTUGAS 2 P3K OK.pdf
1 PPT PENERAPAN PUNGSI DANTUGAS 2 P3K OK.pdf
SofyanSkmspd
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
Seleksi Penerimaan Murid Baru  2025.pptxSeleksi Penerimaan Murid Baru  2025.pptx
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
Fajar Baskoro
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
PAPARAN INOPAMAS 2025 PASURUAN TAHUN 2025
saichulikhtiyar274
Random Number Generator Teknik Simulasi.pdf
Random Number Generator Teknik Simulasi.pdfRandom Number Generator Teknik Simulasi.pdf
Random Number Generator Teknik Simulasi.pdf
PratamaYulyNugraha
Buku Mengokohkan Karakter Pancasila Melalui Integrasi Nilai nilai Keagamaan
Buku Mengokohkan Karakter Pancasila Melalui Integrasi Nilai nilai KeagamaanBuku Mengokohkan Karakter Pancasila Melalui Integrasi Nilai nilai Keagamaan
Buku Mengokohkan Karakter Pancasila Melalui Integrasi Nilai nilai Keagamaan
ssuser521b2e1
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptxSosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
shofwanwinarlik
PELAKSANAAN RPI MURID PENDIDIKAN KHASS.ppt
PELAKSANAAN RPI MURID PENDIDIKAN KHASS.pptPELAKSANAAN RPI MURID PENDIDIKAN KHASS.ppt
PELAKSANAAN RPI MURID PENDIDIKAN KHASS.ppt
ALEENMPP
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Repositori Elib Perpustakaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
Murad Maulana

Pencemaran kebisingan dan pengendaliannya

  • 2. PENDAHULUAN Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kepmen LH No. 48 Tahun 1996) Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB) Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
  • 3. DAMPAK KEBISINGAN Dari segi kesehatan, tingkat kebisingan yang dapat diterima tergantung pada lama paparan kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran Gangguan pendengaran adalah tingkat perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan Gradasi gangguan pendengaran karena kebisingan ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari dengan tingkatan sbb : a. Normal : tidak mengalami kesulitas dalam percakapan biasa (6 m) b. Sedang : kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m c. Menengah : kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak >1,5 m d. Berat : kesulitas dalam percakapan keras/berteriak pada jarak > 1,5 m e. Sangat berat : kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak < 1,5 m f. Tuli total : kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi
  • 4. DAMPAK KEBISINGAN Akibat Kebisingan Tipe Uraian Akibat badaniah Kehilangan pendengaran Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan Perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan Akibat fisiologis Rasa tidak nyaman atau stres meningkat Tekanan darah meningkat Sakit kepala Akibat Psikologis Gangguan emosional Kejengkelan Kebingungan Gangguan gaya hidup Gangguan tidur atau istirahat Hilang konsentrasi saat beraktivitas Gangguan pendengaran Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telepon, dll
  • 5. JENIS KEBISINGAN Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dibagi menjadi : a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya mesin, kipas angin, dll b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, 4000 Hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas c. Bising terputus-putus (intermitten). Bising disini tidak terjadi secara terus menerus melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang d. Bising impulsif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan petasan, meriam e. Bising impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang, misalnya mesin tempa
  • 8. JENIS KEBISINGAN Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dibagi menjadi : a. Bising yang mengganggu (irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur b. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja c. Bising yang merusak (damaging/injurious noise). Adalah bunyi yang intensitasnya melampaui ambang batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran
  • 9. PEMBAGIAN ZONA BISING OLEH MENTERI KESEHATAN Zona A = tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan dsb; Zona B = perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya; Zona C = perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya; Zona D = industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.
  • 10. BAKU TINGKAT KEBISINGAN Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan (dB) a. Peruntukan Kawasan 1. Perumahan dan Permukiman 2. Perdagangan dan Jasa 3. Perkantoran 4. Ruang Terbuka Hijau 5. Industri 6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 7. Rekreasi 8. Khusus : Banda Udara * Stasiun Kereta Api * Pelabuhan Laut Cagar Budaya 55 70 65 50 70 60 70 70 60 b. Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit atau sejenisnya 2. Sekolah atau sejenisnya 3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55 55 55 * Disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
  • 11. METODE PENGUKURAN KEBISINGAN Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan 2 cara : 1. Cara Sederhana Cara sederhana yaitu pengukuran kebisingan dengan alat sound level meter biasa, dengan pembacaan yang dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit, untuk satu kali pengukuran. Pengukuran kebisingan dengan cara sederhana, minimal dilakukan oleh 2 orang. Satu orang untuk melihat waktu dan memberikan aba-aba pembacaan kebisingan setiap 5 detik. Lalu satu orang lagi bertugas membaca dan mencatat hasil pengukuran kebisingan oleh sound level meter. 2. Cara Langsung Cara langsung yaitu pengukuran kebisingan dengan integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas data logger dan pengukuran LTM5. LTM5 adalah rata-rata hasil pengukuran setiap 5 detik dalam 10 menit. Pengukuran kebisingan dengan cara langsung ini dapat dilakukan oleh 1 orang saja, karena integrating sound level meter tidak memerlukan pembacaan setiap 5 detik. Data hasil pengukuran kebisingan sudah berbentuk softfile, sehingga memudahkan analisa hasil pengukuran.
  • 12. Sound Level Meter dengan data logger (Sumber : Dokumentasi Tim GES, 2018)
  • 13. METODE PENGUKURAN KEBISINGAN Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas 24 jam (LSM ) dengan cara pada siang hari tingkat aktivitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 22.00 dan aktivitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 06.00 Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waku tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran. Contoh : o L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 09.00 o L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 11.00 o L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 17.00 o L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 22.00 o L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 24.00 o L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 03.00 o L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 06.00
  • 14. METODE PENGUKURAN KEBISINGAN Sebelum melakukan pengukuran kebisingan, diperlukan pemetaan lokasi pengambilan sampel kebisingan terlebih dahulu, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: A. Lokasi sumber kebisingan B. Lokasi pengukuran sumber kebisingan C. Lokasi receptor (penerima) kebisingan D. Lokasi pengukuran sampel kebisingan di receptor. E. Topografi antara sumber kebisingan dengan receptor.
  • 15. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di tempat terbuka, dan berjarak 3,5 meter dari dinding-dinding bangunan untuk menghindari pantulan suara. Ketinggian sound level meter yang digunakan antara 1,2 -1,5 meter, sesuai dengan rata-rata tinggi receptor kebisingan. Sound level meter memerlukan tripod untuk mengurangi potensi pantulan bunyi oleh badan operator. Jarak dari operator ke sound level meter minimal 0,5 meter, dengan beda tinggi antara sound level meter dengan operator minimal 0,5 meter. Mikropon pada sound level meter juga perlu diarahkan ke sumber kebisingan. Pengukuran tingkat kebisingan harus dilakukan pada cuaca yang cerah, dengan kecepatan angin yang tidak terlalu besar. Sebagai pengaman, pada mikropon harus selalu dipasang pelindung angin (wind- screen). (sumber : Noise Measurement Manual of Quennsland) METODE PENGUKURAN KEBISINGAN
  • 16. Dokumentasi pengukuran kebisingan (Sumber : Dokumentasi Tim GES, 2018)
  • 17. Untuk satu kali pengukuran dengan pembacaan kebisingan tiap 5 detik selama 10 menit, maka didapat 120 data tingkat kebisingan. Data-data ini selanjutnya di input ke dalam sebuah tabel untuk mempermudah analisis hasil pengukuran. METODE PERHITUNGAN KEBISINGAN Tabel pengukuran tingkat kebisingan dalam 10 menit
  • 18. METODE PERHITUNGAN KEBISINGAN Setelah mendapatkan data-data tingkat kebisingan dari hasil pengukuran, selanjutnya dilakukan analisis hasil pengukuran. Hasil pengukuran tingkat kebisingan, dihitung untuk mendapatkan Leq (24 jam). Leq adalah tingkat kebisingan rata-rata dari kebisingan yang berubah- ubah (fluktuatif), dengan persamaan hitungan logarima. Pertama-tama dilakukan perhitungan Leq setiap 1 menit, dengan rumus: Setelah mendapat Leq setiap menit, dari menit ke 1 (LI) sampai menit ke 10 (LX). Lalu, dilanjutkan dengan menghitung Leq 10 menit, dengan rumus:
  • 19. Selanjutnya, nilai Leq 10 menit yang telah diperoleh dari hasil perhitungan dimasukan ke tabel sesuai selang waktu yang diwakili oleh Leq 10 menit tersebut. METODE PERHITUNGAN KEBISINGAN Contoh tabel hasil perhitungan Leq
  • 20. Setelah menghitung nilai Leq 10 menit maka selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai Ls dan nilai Lm. Rumus perhitungan Ls dan Lm, antara lain: Hasil perhitungan Ls dan Lm ini digunakan untuk mendapatkan Lsm (24 jam) untuk satu lokasi pengukuran. Berikut rumus untuk, Lsm : METODE PERHITUNGAN KEBISINGAN
  • 21. METODE EVALUASI KEBISINGAN Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi +3 dB (A)
  • 22. PENANGANAN KEBISINGAN Pedoman Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2005 tentang Mitigasi Dampak Kebisingan Akibat Lalu Lintas menetapkan 3 (tiga) metode penanganan kebisingan sebagai berikut: 1. Penanganan kebisingan pada sumbernya dengan cara pengaturan lalu lintas seperti melakukan rekayasa lalu lintas, pembatasan kendaraan berat, pengaturan kecepatan kendaraan pada rentang 30-60 km/jam, perbaikan kelandaian jalan, dan pemilihan jenis perkerasan jalan dengan aspal terbuka 2. Penanganan kebisingan pada jalur perambatan dengan pemasangan peredam bising. Bidang penghalang tersebut dapat berupa pemanfaatan jenis vegetasi tertentu, maupun penghalang berupa pagar yang ditentukan berdasarkan material bangunan, dimensi, serta berat dan kerapatan material (Mediastika, 2009) 3. Penanganan kebisingan pada jalur penerimaan yaitu dengan mengubah orientasi bangunan yang semula menghadap sumber kebisingan menjadi menyamping atau membelakangi sumber kebisingan. Apabila penerapan metode penanganan lain tidak dimungkinkan, misalnya pada daerah dengan kepadatan tinggi seperti pada pusat kota, maka dapat menggunakan insulasi yaitu penggantian jendela misalnya dengan kaca jendela ganda. Pemasangan dinding peredam, maupun pemasangan sistem ventilasi khusus.
  • 23. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN Hasil Penelitian Sulistyo et al. (2015) di berbagai kawasan di Kota Denpasar menyebutkan bahwa kebisingan terendah berada pada kawasan RTH dengan interval 50 66 dB sedangkan yang tertinggi pada kawasan industri dengan interval 65 72 dB. Hasil penelitian Syahrul (2020) di RTH Taman Tirtonadi, Surakarta, menunjukkan hasil bahwa kebisingan pada nilai 73 dB (melebihi baku mutu). RTH Taman Tirtonadi baru dibuat tahun 2018 dan berada di tengah keramaian Kota Surakarta tepat di seberang Terminal Tirtonadi. Hasil penelitian Rahman (2020) di Kota Makassar, menunjukkan bahwa tingkat kebisingan eksisting melampaui standar baku mutu untuk kawasan perumahan yaitu pada kisaran 61,29 hingga 71,74 dB(A). Semakin memadai ketersediaan ruang terbuka hijau pekarangan dan jalur hijau jalan beserta kelengkapannya, maka semakin rendah tingkat kebisingan pada hunian. Prinsip penataan kelengkapan ruang terbuka hijau untuk penanganan tingkat kebisingan yaitu pagar dikombinasikan dengan tanaman merambat dan perdu yang rimbun, pemanfaatan 25 hingga 75% area sempadan dan jalur hijau jalan depan hunian sebagai area tanam vegetasi, terdapat kombinasi antara penutup tanah, perdu/semak, dan pohon pada setiap area tanam, serta pemilihan jenis vegetasi berupa tanaman produktif dengan ketinggian dan kerimbunan daun yang memadai agar mampu menjadi penghalang bising yang optimal.
  • 24. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN Penelitian Ayumna (2015) dengan judul Efektivitas Jalur Hijau dalam Mengurangi Kebisingan di Permukiman Sekitar Jalur Rel Kereta Api Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL), Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong, Kota Tangerang Selatan. Pengambilan sampel suara kebisingan kereta dilakukan di Jalan Budi Asih RT 003/RW 002, Kelurahan Sukaasih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang yang berdampingan dengan KRL jurusan Tangerang Duri Ayumna menggunakan berbagai pola tanam untuk menguji pola tanam yang mana yang efektif dalam menangani kebisingan
  • 29. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN Hasil Penelitian Ayumna (2015) 1. Penelitian menggunakan simulasi 12 Pola Tanaman yang mengkombinasikan tiga jenis tanaman yaitu angsana (Pterocarpus indicus), glodokan tiang (Polyalthia longifolia), dan pinus (Pinus merkusii).Hasil simulasi kebisingan di seluruh pola tanaman menunjukkan bahwa semakin jauh jarak dari jalur hijau tingkat kebisingan akan semakin menurun. Intensitas kebisingan yang paling rendah pada jarak 75 m dari sumber suara frekuensi rendah hingga tinggi yaitu 125-8000 Hz. 2. Pola Tanaman 10 (dua baris depan angsana dan satu baris belakang pinus), Pola Tanaman 11 (dua baris depan angsana dan satu baris depan glodokan tiang), dan Pola Tanaman 12 (satu baris depan pinus dan satu baris belakang glodokan tiang) menghasilkan nilai Insertion Loss yang tinggi dari frekuensi rendah hingga tinggi yaitu frekuensi 125-8000 Hz pada jarak 25 m, 50 m, dan 75 m. Pola Tanaman 10 efektif mengurangi kebisingan pada frekuensi 2500 8000 Hz pada jarak 25 m dan efektif pada frekuensi 125-8000 Hz pada jarak 50 m, dan 75 m. Pada Pola Tanaman 11 dan Pola Tanaman 12 efektif mengurangi kebisingan pada frekuensi 125-8000 Hz pada jarak 25 m, 50 m, dan 75 m. 3. Pola Tanaman 10 dan Pola Tanaman 11 sesuai untuk lahan yang luas karena angsana memiliki tajuk yang lebar sekaligus berfungsi sebagai tanaman peneduh, sedangkan Pola Tanaman 12 cocok digunakan pada lahan yang tidak terlalu luas karena bentuk tajuk kerucut dan tidak terlalu memerlukan tempat yang lebar
  • 30. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN Rekomendasi dari Hasil Penelitian Ayumna (2015) 1. Pola tanaman 10, pola tanaman 11, dan pola tanaman 12 menjadi rekomendasi dalam pembangunan jalur hijau di sekitar jalur KRL dalam mengurangi suara kebisingan yang dihasilkan KRL karena pola tanaman 10 mampu mengurangi kebisingan hingga 14,83 dB, pola tanaman 11 mampu mengurangi kebisingan hingga 16,63 dB, dan pola tanaman 12 mampu mengurangi kebisingan hingga 18,92 dB dengan lebar jalur sebanyak dua baris dan tiga baris. 2. Perlu dilakukan penelitian dengan jenis pohon yang lainnya. Selain itu, juga dapat dikombinasikan dengan habitus lainnya seperti perdu, herba, dan semak dibawah tajuk pohon paling depan.
  • 31. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN Vegetasi dapat mempengaruhi tingkat kebisingan, semakin rapat tutupan tajuk maka semakin kecil tingkat kebisingan yang dihasilkan. Keberadaan vegetasi dapat menyerap dan mengurangi kebisingan hingga 95% dengan mengatur gelombang suara melalui daun, cabang, dan ranting. Salah satu sifat vegetasi berkayu yaitu kayu dapat menyerap dan memantulkan bunyi sehingga energi bunyi berubah menjadi energi gesekan atau kalor (Yosieguspa 2015). Kemampuan vegetasi dalam mereduksi kebisingan juga dipengaruhi oleh jenis, tinggi, bentuk, dan ketebalan tajuk (Carpenter et al. 1975). Pada tutupan tajuk kategori rendah dapat mengurangi kebisingan sebesar 1,25 dBA, untuk tutupan tajuk kategori sedang dapat mengurangi sebesar 2,46 dBA dan paling tinggi pada tutupan tajuk kategori tinggi dapat mengurangi kebisingan mencapai 5,79 dBA. Tutupan tajuk kategori tinggi dapat mereduksi kebisingan paling efektif karena dapat melampaui nilai baku tingkat kebisingan yang diizinkan dengan nilai 57,73 dBA (Putra et al. 2018).
  • 32. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN Karakteristik tanaman yang dapat mengurangi kebisingan (Onder dan Kockbeker 2012) yaitu: a. Memiliki lebar tanam 5 30 m b. Merupakan tanaman dari flora lokal atau varietas yang sesuai c. Tanaman utama memiliki daun jarum d. Tanaman harus ditanam dengan jarak yang berdekatan antara satu sama lain dan sesuai dengan kondisi pertumbuhannya e. Menggunakan kombinasi ketinggian tanaman seperti pohon, semak, dan Groundcover f. Tanaman yang tinggi diletakkan di sisi belakang dari tanaman yang lebih pendek. Tanaman semak dan jenis konifera yang ditanam lebih dari lima meter dapat memblokir kebisingan g. Akan lebih baik green belts berada sedekat mungkin dengan sumber kebisingan.
  • 33. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN Ketentuan pemanfaatan vegetasi dalam meredam kebisingan yang dirangkum dari ketentuan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 dan Pedoman Departemen Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2005 adalah sebagai berikut: 1. Kumpulan vegetasi membentuk suatu massa, dimana pada kasus bangunan yang berada tepat di pinggir jalan dengan aktivitas lalu lintas yang tinggi, pemanfaatan vegetasi sebagai peredam kebisingan dapat dilakukan. Penataan vegetasi membentuk suatu massa yang selanjutnya dapat disebut sebagai tata hijau dan ruang terbuka hijau. Ketersediaan jalur hijau jalan maupun ruang terbuka hijau pekarangan sesuai untuk lingkungan yang membutuhkan ketenangan seperti permukiman, peribadatan, maupun sarana pendidikan; 2. Memperhatikan kombinasi dan kerapatan vegetasi, dimana vegetasi yang digunakan untuk penghalang kebisingan harus memiliki kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan merata dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharapkan. Perlu diatur suatu kombinasi antara tanaman penutup tanah, perdu, dan pohon sehingga efek penghalang menjadi optimum
  • 34. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN Karakteristik fisik setiap vegetasi berbeda tergantung pada spesiesnya. Pohon yang memiliki satu batang tunggal bebas cabang perlu dikombinasikan dengan perdu/ semak yang memiliki kerimbunan jauh lebih rendah mendekati permukaan tanah. Hal ini untuk memastikan tidak ada ruang bagi gelombang bunyi untuk merambat melewati vegetasi
  • 35. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN 3. ketinggian vegetasi dikarenakan gelombang bunyi dari atas dapat datang dari arah atas. Pedoman mitigasi dampak kebisingan lalu lintas jalan yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum menjabarkan bahwa vegetasi yang digunakan sebagai salah satu upaya penanganan kebisingan harus memiliki ketinggian yang memadai agar mampu menghalangi gelombang bunyi secara optimal Adapun vegetasi jenis perdu/ semak sebaiknya memiliki ketinggian yang disesuaikan dengan tinggi bebas cabang pada pohon. Hal ini dikarenakan fungsi perdu/ semak adalah untuk melengkapi kekurangan dari karakteristik fisik yang dimiliki pohon yaitu memiliki batang tunggal bebas cabang agar dapat dicapai kerimbunan daun mulai dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharapkan
  • 36. PERAN VEGETASI TERHADAP KEBISINGAN 4. Memilih vegetasi dengan persentase kerimbunan daun yang tinggi dikarenakan vegetasi dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan rantingnya. Jenis vegetasi yang paling efektif untuk meredam suara adalah vegetasi yang memiliki tajuk yang tebal dan memiliki kerimbunan daun yang tinggi. Ketentuan dalam meninjau persentase kerimbunan daun suatu vegetasi yang dijabarkan dalam Pedoman Departemen Pekerjaan Umum No. 16 Tahun 2005