Makalah ini membahas tentang kebisingan di tempat kerja. Pertama, diberikan definisi kebisingan sebagai bunyi yang tidak diinginkan yang berasal dari peralatan produksi dan dapat mengganggu kesehatan. Kemudian dijelaskan mengenai jenis, pengukuran, dan nilai ambang batas kebisingan. Terakhir diuraikan dampak buruk kebisingan seperti gangguan pendengaran dan penurunan produktivitas kerja.
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), termasuk berbagai bahaya potensial di tempat kerja seperti bahaya mekanik, listrik, kimia, dan psikososial beserta konsekuensinya berupa kecelakaan atau penyakit akibat paparan bahaya tersebut. Dokumen tersebut juga menjelaskan prinsip-prinsip K3 seperti mengidentifikasi bahaya, menilai risiko, dan mengendalikan ek
Dokumen tersebut membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja di industri migas, termasuk pengenalan bahaya-bahaya yang ada, pengendalian risiko, dan upaya pencegahan kecelakaan kerja."
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR STROKE (Epidemiology of non-communicable ...dwelst
?
Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal maupun global dengan gejala ¨C gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang jelas selain kelainan vascular (WHO, 2006).
Stroke is a clinical syndrome that develops rapidly due to focal and global brain disorders with symptoms that last for 24 hours or more and can cause death without other obvious causes other than vascular abnormalities (WHO, 2006).
Materi kuliah Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi di Program Studi Teknik Industri xmembahas topik Lingkungan Kerja Bagian 2 tentang Kebisingan (Noise), Temperatur (Heat & Cold Stress), dan Getaran
Secara umum pencahayaan yg baik adalah bilamana tenaga kerja dapat melihat pekerjaan dan lingkungan kerja dengan mudah dan jelas tanpa harus memicingkan mata.
Dokumen tersebut membahas tentang kebisingan sebagai polusi lingkungan. Ia mendefinisikan kebisingan sebagai suara yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu pendengaran. Sumber kebisingan terutama berasal dari aktivitas industri dan transportasi. Kebisingan dapat memengaruhi kesehatan manusia. Upaya pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan mengurangi kebisingan pada sumber, meredam kebisingan saat propagasi
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
?
Standar ini menetapkan metode pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja dengan menggunakan alat sound level meter. Metode ini meliputi penggunaan peralatan yang tepat, prosedur kalibrasi dan pengukuran, serta penentuan tingkat tekanan bunyi sinambung setara. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data intensitas kebisingan yang akurat guna perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja.
1. uu no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerjaIndra Findra
?
Undang-undang ini mengatur tentang keselamatan kerja di tempat kerja di seluruh wilayah Indonesia. Dokumen ini menjelaskan definisi istilah-istilah yang digunakan, ruang lingkup tempat kerja dan pekerjaan yang diatur, serta syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi. Dokumen ini juga mengatur tentang pengawasan keselamatan kerja, pembentukan panitia keselamatan kerja, dan tanggung jawab pengusaha dan pengurus
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3), mulai dari definisi, identifikasi, pengendalian, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, pemanfaatan, dan penimbunan limbah B3. Hal-hal penting yang difokuskan adalah larangan membuang, mengencer, dan mengimpor limbah B3 secara langsung ke lingkungan.
Dokumen tersebut memberikan pedoman tentang safety riding atau mengendarai sepeda motor dengan aman dan bertanggung jawab. Terdapat beberapa poin penting yang disarankan sebelum dan saat mengendarai, seperti memastikan kondisi fisik dan mental yang sehat, memeriksa kondisi sepeda motor, serta memiliki perlengkapan administrasi yang diperlukan seperti SIM dan STNK. Dokumen tersebut juga mengingatkan untuk tidak bersikap egois di jalan den
Dokumen tersebut membahas tentang praktik sanitasi lingkungan kerja/industri yang mencakup fasilitas sanitasi, suhu, kelembaban, kebisingan, kebersihan, penerangan, peralatan ergonomis, identifikasi faktor risiko kecelakaan kerja, ventilasi, air minum, toilet, fasilitas cuci, dan layanan personal.
Modul ini membahas prosedur tanggap darurat untuk menangani berbagai keadaan darurat seperti kebakaran, tumpahan bahan kimia, atau kegagalan peralatan utama. Prosedur ini mencakup rencana, latihan, penanggulangan, dan pemindahan dalam menghadapi kondisi tidak diinginkan untuk meminimalkan kerugian.
Investigasi kecelakaan bertujuan untuk menentukan penyebab kecelakaan dengan cara mengidentifikasi kegagalan manusia, peralatan, atau lingkungan, serta mencari tindakan perbaikan untuk mencegah kecelakaan di masa depan. Metode investigasi meliputi merekam fakta kecelakaan secara detail, mewawancarai saksi, dan menganalisis penyebab langsung dan tidak langsung berdasarkan hasil penyelidikan. Hasil akhir
Dokumen tersebut membahas tentang kecelakaan kerja, termasuk definisi kecelakaan kerja, faktor-faktor penyebabnya, klasifikasi akibatnya, upaya pencegahan, dan klasifikasi kecelakaan kerja.
Dokumen tersebut merupakan presentasi tentang Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lepas Pantai yang membahas tentang pengenalan pembicara, pengantar tentang eksplorasi dan produksi migas, proses-prosesnya, keselamatan dan kesehatan kerja serta persiapan bekerja di lepas pantai.
Secara umum pencahayaan yg baik adalah bilamana tenaga kerja dapat melihat pekerjaan dan lingkungan kerja dengan mudah dan jelas tanpa harus memicingkan mata.
Dokumen tersebut membahas tentang kebisingan sebagai polusi lingkungan. Ia mendefinisikan kebisingan sebagai suara yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu pendengaran. Sumber kebisingan terutama berasal dari aktivitas industri dan transportasi. Kebisingan dapat memengaruhi kesehatan manusia. Upaya pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan mengurangi kebisingan pada sumber, meredam kebisingan saat propagasi
SNI 7231:2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
?
Standar ini menetapkan metode pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja dengan menggunakan alat sound level meter. Metode ini meliputi penggunaan peralatan yang tepat, prosedur kalibrasi dan pengukuran, serta penentuan tingkat tekanan bunyi sinambung setara. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data intensitas kebisingan yang akurat guna perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja.
1. uu no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerjaIndra Findra
?
Undang-undang ini mengatur tentang keselamatan kerja di tempat kerja di seluruh wilayah Indonesia. Dokumen ini menjelaskan definisi istilah-istilah yang digunakan, ruang lingkup tempat kerja dan pekerjaan yang diatur, serta syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi. Dokumen ini juga mengatur tentang pengawasan keselamatan kerja, pembentukan panitia keselamatan kerja, dan tanggung jawab pengusaha dan pengurus
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3), mulai dari definisi, identifikasi, pengendalian, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, pemanfaatan, dan penimbunan limbah B3. Hal-hal penting yang difokuskan adalah larangan membuang, mengencer, dan mengimpor limbah B3 secara langsung ke lingkungan.
Dokumen tersebut memberikan pedoman tentang safety riding atau mengendarai sepeda motor dengan aman dan bertanggung jawab. Terdapat beberapa poin penting yang disarankan sebelum dan saat mengendarai, seperti memastikan kondisi fisik dan mental yang sehat, memeriksa kondisi sepeda motor, serta memiliki perlengkapan administrasi yang diperlukan seperti SIM dan STNK. Dokumen tersebut juga mengingatkan untuk tidak bersikap egois di jalan den
Dokumen tersebut membahas tentang praktik sanitasi lingkungan kerja/industri yang mencakup fasilitas sanitasi, suhu, kelembaban, kebisingan, kebersihan, penerangan, peralatan ergonomis, identifikasi faktor risiko kecelakaan kerja, ventilasi, air minum, toilet, fasilitas cuci, dan layanan personal.
Modul ini membahas prosedur tanggap darurat untuk menangani berbagai keadaan darurat seperti kebakaran, tumpahan bahan kimia, atau kegagalan peralatan utama. Prosedur ini mencakup rencana, latihan, penanggulangan, dan pemindahan dalam menghadapi kondisi tidak diinginkan untuk meminimalkan kerugian.
Investigasi kecelakaan bertujuan untuk menentukan penyebab kecelakaan dengan cara mengidentifikasi kegagalan manusia, peralatan, atau lingkungan, serta mencari tindakan perbaikan untuk mencegah kecelakaan di masa depan. Metode investigasi meliputi merekam fakta kecelakaan secara detail, mewawancarai saksi, dan menganalisis penyebab langsung dan tidak langsung berdasarkan hasil penyelidikan. Hasil akhir
Dokumen tersebut membahas tentang kecelakaan kerja, termasuk definisi kecelakaan kerja, faktor-faktor penyebabnya, klasifikasi akibatnya, upaya pencegahan, dan klasifikasi kecelakaan kerja.
Dokumen tersebut merupakan presentasi tentang Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lepas Pantai yang membahas tentang pengenalan pembicara, pengantar tentang eksplorasi dan produksi migas, proses-prosesnya, keselamatan dan kesehatan kerja serta persiapan bekerja di lepas pantai.
Dokumen tersebut membahas tentang bahaya kebisingan di tempat kerja, termasuk komponen kebisingan, sumber kebisingan, tingkat kebisingan yang diijinkan, efek kebisingan terhadap kesehatan, dan program konservasi pendengaran untuk mencegah gangguan pendengaran akibat kebisingan.
Dokumen ini membahas tentang bising dan dampaknya terhadap kesehatan. Ia menjelaskan definisi bunyi dan bising, komponen bunyi seperti amplitudo dan frekuensi, jangkauan pendengaran manusia, dan efek bising pada kesehatan seperti gangguan pendengaran dan psikososial. Dokumen ini juga membahas kontrol bising melalui sumber, jalur, dan eksposur pekerja serta persyaratan perundangan terkait.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang bising (kebisingan) dan dampaknya terhadap manusia.
2. Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan gangguan.
3. Dampak bising meliputi gangguan pendengaran, peningkatan tekanan darah, gangguan pencernaan, sakit kepala, dan penurunan produktivitas kerja.
Makalah ini membahas tentang pencemaran suara yang didefinisikan sebagai gangguan lingkungan akibat bunyi atau suara yang mengganggu. Pencemaran suara disebabkan oleh berbagai sumber kebisingan seperti alat-alat berisik dan lalu lintas kendaraan. Dampaknya meliputi gangguan kesehatan manusia seperti stres serta menurunnya produktivitas. Untuk menanggulanginya, dianjurkan pengg
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu akustik dan sumber-sumber kebisingan utama seperti kebisingan industri, konstruksi, transportasi seperti pesawat terbang, kereta api, dan lalu lintas jalan raya yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis dan psikologis bagi manusia.
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran suara, termasuk pengertian, penyebab, dampak, proses terjadinya, upaya mengatasi, dan pencegahan pencemaran suara. Pencemaran suara didefinisikan sebagai gangguan lingkungan akibat suara yang mengganggu, biasanya diukur dalam desibel. Penyebabnya meliputi suara kendaraan, pabrik, dan alat elektronik. Dampaknya dapat mencakup stres, gangguan kesehatan
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan strategi dan model intervensi promosi kesehatan, meliputi penetapan tujuan, segmentasi sasaran, posisioning pesan, strategi posisioning, dan pemilihan media promosi. Langkah-langkah yang dijelaskan mencakup penentuan tujuan yang spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, dan berwaktu tertentu serta analisis sasaran, pesaing, dan preferensi untuk menentukan posisi. Beragam saluran media
Dokumen tersebut membahas epidemiologi penyakit menular leptospirosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menginfeksi hewan dan manusia, dan dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan gangguan organ internal. Penyakit ini lebih umum terjadi pada musim hujan dan di daerah dengan sanitasi yang buruk. Pencegahan meliputi mengendalikan populasi tikus, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghind
Dokumen tersebut membahas tentang metode pengambilan sampel dalam penelitian, mulai dari pengertian populasi dan sampel, kegunaan sampel, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan sampel, prosedur pengambilan sampel, teknik-teknik sampling seperti random sampling dan non random sampling, serta penentuan besar sampel."
Peran serta masyarakat dalam pengembangan masyarakat melibatkan berbagai aktor seperti pekerja sosial, masyarakat setempat, lembaga donor, dan instansi terkait. Pekerja sosial berperan sebagai fasilitator, broker, mediator, pembela, dan pelindung. Masyarakat setempat ikut serta dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan. Lembaga donor menggalang dana untuk masyarakat membutuhkan. Kerja
Metode penelitian eksperimen melibatkan manipulasi variabel oleh peneliti dan pengamatan efeknya. Terdapat berbagai desain penelitian eksperimen mulai dari pre-eksperimental, true eksperimental, hingga quasi eksperimental. Desain pre-eksperimental kurang mengendalikan variabel luar. True eksperimental memilih sampel secara acak dan memiliki kelompok kontrol. Quasi eksperimental sulit memilih sampel secara acak namun lebih baik dari
Proses pencernaan makanan pada manusia meliputi 8 tahapan mulai dari mulut hingga anus. Makanan akan dihancurkan dan dicerna menjadi zat-zat sederhana oleh enzim dan organ pencernaan seperti lidah, gigi, lambung, usus halus, usus besar, dan rektum sebelum akhirnya dibuang melalui anus.
Dokumen tersebut membahas penggunaan antibiotik pada ibu hamil. Ia menjelaskan definisi antibiotik, kegunaan, cara penggunaan dan penyimpanannya. Dokumen ini juga membahas kategori obat yang boleh dikonsumsi ibu hamil, penggunaan antibiotik yang aman dan perlu diwaspadai, serta faktor-faktor yang mempengaruhi efek samping antibiotik bagi janin.
Kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan perluasan kawasan kumuh dan peningkatan kebutuhan akan air bersih. Kawasan kumuh di Indonesia mencakup luas 57.800 hektar pada 2009 dan karakteristiknya adalah tingginya kepadatan penduduk serta fasilitas yang tidak memenuhi standar. Peningkatan jumlah penduduk yang signifikan juga meningkatkan permintaan akan air bersih yang telah mencapai 9,391 miliar meter kubik
Hiperkes merupakan ilmu yang bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif dengan melakukan antisipasi, evaluasi, dan pengendalian faktor-faktor lingkungan kerja yang berbahaya. Dokumen tersebut membahas pengertian, ruang lingkup, dan tujuan dari hiperkes serta berita terkini tentang uji laboratorium limbah pabrik.
3. 1. PENGERTIAN
(Kep. Men. LH No.48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan)
? Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;
? Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang
dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB.
? Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal
tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.
5. 1. Bising yang kontinyu
? Bising yang kontinyu : Jenis bising ini mempunyai tingkat
tekanan suara yang relative sama selama terjadinya bising.
Contoh: air terjun, mesin pembangkit tenaga listrik, mesin
industri, dan lain-lain.
? Bising kontinyu dibagi menjadi, yaitu:
a. Wide spectrum: bising dengan spektrum frekuensi yang
luas, bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB
untuk periode 0,5 detik berturut-turut, seperti suara
kipas angin, suara mesin tenun.
b.Norrow spectrum: bising ini juga relative tetap, akan
tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja
(frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler,
katup gas.
6. 2. Bising terputus-putus
? Bising jenis ini sering disebut juga intermittent
noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak
terus-menerus, melainkan ada periode relative
tenang . misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal
terbang, kereta api.
3. Bising impulsive
? Bising ini memiliki perubahan intensitas suara
melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan
biasanya mengejutkan pendengarannnya seperti
suara tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
4. Bising impulsive berulang
? Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini
terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
Catatan tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA,
walaupun sesaat.
9. 4. Standar Nilai ambang batas (NAB)
kebisingan
?Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal
tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang
ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan
(KepMenLH No.48 Tahun 1996).
?Baku tingkat kebisingan (Nilai Ambang Batas
(NAB)) peruntukan kawasan/lingkungan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini (KepMenLH No.48
Tahun 1996) :
10. ?Nilai Ambang Batas (threshold limit value) : batas pemaparan
yang aman terhadap bising untuk jangka waktu tertentu.
?Nilai ambang batas dimaksudkan sebagai batas konsentrasi
dimana seseorang dapat terpapar dalam lingkungan kerjanya
selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu berulang-ulang kali
tanpa mengakibatkan gangguan kesehatan yang tidak
diinginkan.
?Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi
untuk pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya
tidak melebihi ambang batas 85 dBA.
11. BAKU TINGKAT KEBISINGAN
KEPMENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996, LAMPIRAN I
PERUNTUKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATAN
TINGKAT
KEBISINGAN dB (A)
A. PERUNTUKAN KAWASAN:
1. PERUMAHAN 55
2. PERDAGANGAN & JASA 70
3. PERKANTORAN & PERDANGANGAN 65
4. RUANG TERBUKA HIJAU 50
5. INDUSTRI 70
6. PEMERINTAHAN DAN FASILITAS UMUM 60
7. REKREASI 70
8. KHUSUSNYA
? BANDAR UDARA, STASIUN KERETA API &
PELABUHAN LAUT
70
? CAGAR BUDAYA 60
B. LINGKUNGAN KEGIATAN
1. RUMAH SAKIT ATAU SEJENISNYA 55
2. SEKOLAH ATAU SEJENISNYA 55
3. TEMPAT IBADAH ATAU SEJENISNYA 55
12. BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENURUT ZONA
PERUNTUKAN
KEPMENKES No. 718 THN. 1987
ZONA KAWASAN
BAKU TINGKAT
KEBISINGAN
dB (A)
A KAWASAN PENELITIAN, RUMAH SAKIT,
PERAWATAN KESEHATAN ATAU SOSIAL
35 - 45
B KAWASAN PERUMAHAN, PENDIDIKAN
DAN REKREASI
45 ¨C 55
C KAWASAN PERKANTORAN, PERTOKOAN,
PERDAGANGAN & PASAR
50 ¨C 60
D KAWASAN INDUSTRI, PABRIK, STASIUN
KERETA API DAN TERMINAL BUS
60 - 70
13. Zona Kebisingan menurut IATA (International
Air Transportation Association)
1. Zona A: intensitas > 150 dB ¡ú daerah
berbahaya dan harus dihindari
2. Zona B: intensitas 135-150 dB ¡ú individu
yang terpapar perlu memakai pelindung
telinga (earmuff dan earplug)
3. Zona C: 115-135 dB ¡ú perlu memakai
earmuff
4. Zona D: 100-115 dB ¡ú perlu memakai
earplug
15. 5. Sumber-sumber kebisingan
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang
ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak
seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda
gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan
lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara,
gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri
misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas
buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
18. 6. Pengukuran kebisingan
? Mengukur overall level > sound level meter
(satuan dBA)
? Mengukur kebisingan pada setiap level
frekuensi > SLM dengan frekuensi analyzer
? Menentukan eksposur kebisingan pada
pekerja > noise dosimeter (satuan dBA)
19. Pengukuran akibat bising
Untuk mengevaluasi akibat
pemaparan terhadap kehilangan
pendengaran, kenyamanan,
interferensi komunikasi dan
mengumpulkan informasi untuk
pengontrolan.
20. ALAT UKUR BISING
? Sound Level Meter (SLM ).
? Noise Dosimeter
? Sound Level Meter + Oktave
Band Analizer ( SLM OBA ).
? Audiometer
? Dll.
21. Sound Level Meter
? Sound level meter, mencatat
keseluruhan suara yang
dihasilkan tanpa memperhatikan
frekuensi yang berhubungan
dengan bising total (30-130 d) ¨C
(20-20.000Hz)
? Sound level meter dengan octave
band analyzer, mengukur level
bising pada berbagai batas oktaf
di atas range pendengaran
manusia dengan mempergunakan
filter menurut oktaf yang
diinginkan (narrow band
analyzers untuk spektrum sempit
2-200 Hz)
22. AUDIOMETER
? Alat untuk mengukur batas ambang
dengar telinga pada berbagai
frekwensi.
? Suara yg penting dlm komunikasi
antara 125 ¨C 8000 Hz.
? Bunyi didengar sbg rangsangan2 kpd
telinga dng melalui hantaran udara dan
hantaran tulang.
? Setiap frekwensi -5 dB sampai 90 dB.
? Hasil dicatat dlm audiogram.
26. 7. Dampak kebisingan
? Menurut Depnaker yang dikutip oleh
Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai
pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari
gangguan ringan berupa gangguan terhadap
konsentrasi kerja, pengaruh dalam
komunikasi dan kenikmatan kerja sampai
pada cacat yang berat karena kehilangan
daya pendengaran (tuli) tetap.
27. 8. DAMPAK KEBISINGAN
1. Gangguan fisiologis: peningkatan tekanan darah (mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama
pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris, ketegangan otot Kontraksi pembuluh darah,
Meningkatnya tekanan darah, Meningkatnya denyut jantung,
Meningkatnya produksi adrenalin, gangguan pencernaan
2. Gangguan psikologik, yang berupa:
- Sukar berkonsentrasi & Sukar tidur
- Mudah marah
- Kepala pusing & Cepat lelah
- Menurunkan daya kerja
- Menimbulkan stress
3. Gangguan keseimbangan ( melayang,vertigo, mual).
4. Gangguan komunikasi (tdk dengar isyarat/tanda bahaya )
5. Gangguan pendengaran, yaitu hilangnya pendengaran seseorang,
jika dibiarkan berlanjut dapat menderita ketulian yang bersifat:
Sementara, permanen, trauma akustik, prebycusis, titinus.
28. International Standard Organization (ISO)
mengeluarkan acuan tentang derajat gangguan
1. Gangguan pendengaran tingkat ringan, jika seseorang tidak
dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 25-40
dB(A) (hearing loss 25-40 dB(A))
2. Gangguan pendengaran tingkat sedang, jika seseorang tidak
dapat mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan 40-55
dB(A) (hearing loss 40-55 dB(A)).
3. Gangguan pendengaran tingkat berat, jika seseorang tidak dapat
mendengar bunyi nada pada tingkat kebisingan > 55 dB(A)
(hearing loss >55 dB(A))).
4 Jadi pada hearing loss pada tingkat kebisingan 0-25 dB(A) masih
dalam keadaan normal atau tidak ada gangguan pendengaran.
29. 8. Faktor yang mempengaruhi bahaya
kebisingan
1. Intensitas Kebisingan
Makin tinggi intensitasnya, makin besar risiko untuk
terjadinya gangguan pendengaran.
2. Frekuensi Kebisingan
Makin tinggi frekuensi kebisingan, makin besar
kontribusinya untuk terjadinya gangguan pendengaran.
3. Jenis Kebisingan
Kebisingan yang kontinyu lebih besar kemungkinannya untuk
menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran daripada
kebisingan yang terputus-putus.
4. Lama Pemaparan
Makin lama pemaparannya, makin besar risiko untuk
terjadinya gangguan pendengaran.
30. 5. Lama Tinggal
Makin lama seseorang tinggal di sekitar kebisingan, makin
besar risiko untuk terjadinya gangguan pendengaran.
6. Umur
Pada umumnya, sensitivitas pendengaran berkurang dengan
bertambahnya umur.
7. Kerentanan Individu
Tidak semua individu yang terpapar dengan kebisingan pada
kondisi yang sama akan mengalami perubahan nilai ambang
pendengaran yang sama pula.
Hal ini disebabkan karena respon tiap-tiap individu pada
kebisingan berlainan, tergantung dari kerentanan tiap-tiap
individu.
8. Lokasi pekerja
Apabila lokasi pekerja semakin dekat dengan sumber bising
maka makin besar resiko untuk terkena bahaya kebisingan
31. 9. PENGENDALIAN KEBISINGAN
a. Pengendalian pada
sumber
b. Pengendalian pada
perambatannya
c. Pengendalian pada
pendengar
32. a. Pengendalian pada sumber
kebisingan
Menurunkan tkt bising pd sumber :
? Modifikasi mesin
? Penempatan alat peteram pada sumber getaran
? Isolasi : bhn/konst. Yg dpt mengurangi perjalan suara
berupa tabir/ruang tttp.
? Eliminasi
? Substitusi
? Maintenance
? Rotasi mesin
? Dsb
33. b. Pengendalian pada media
perambatannya kebisingan
? Isolasi mesin sumber kebisingan pada ruangan tertentu
? Pemakaian bahan peredam suara: ijuk atau busa
? Pemasangan barrier: beton, gundukan tanah & baja dgn
geometri tertentu, green belt
? Buffer zone
? Pengaturan jarak
? Tumbuhan
> Rumput
> Semak
> pohon
? Dinding
> Kayu
> Bata/batu
34. c. Pengendalian kebisingan pada
penerima bising
Barrier
APD :
> Ear plug (red 25-30 dBA) = < 100 dBA
> Ear muff (red 30-40 dBA) = > 100 dBA
PENYUMBAT TELINGA (BAHAN KARET: 18-25
db, COTTON WOOL: 8 dB )
Penempatan pekerja sesuai dengan
kepekaan thd bising