際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
SISTEM PROYEKSI PETA 
DAN 
SISTEM KOORDINAT 
Oleh : 
Nama : Ketut mahendra 
NIM : 1215051109 
Kelas : 5D 
Jurusan Pendidikan Teknik Informatika 
Fakultas Teknik Dan Kejuruan 
Universitas Pendidikan Ganesha 
2014
SISTEM PROYEKSI PETA 
Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian 
atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan 
datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem 
yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi 
diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu 
menjadi bentuk dimensi yang sistematik. 
Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. 
Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. 
Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi 
yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan. 
Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak 
beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka 
diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak 
terjadi distorsi permukaan bumi. 
Beberapa istilah sederhana dalam proyeksi: 
1. Meridian dan meridian utama. 
2. Paralel dan paralel nol atau ekuator. 
3. Bujur (longitude-j), Bujur Barat (0属180属BB) dan Bujur Timur (0属180属BT). 
4. Lintang (latitude- l), Lintang Utara (0属90属LU), dan Lintang Selatan 0属90属LS). 
Pada gambar bagian A, kamu bisa memahami bagaimana perubahan bentuk bisa 
terjadi dari bidang lengkung (segi empat) pada globe berubah menjadi seperti bagian C di
bidang datar. Perubahan ini mengakibatkan adanya distorsi di berbagai wilayah di permukaan 
Bumi. Bagaimana bentuk distorsinya? Coba bayangkan jeruk sebagai Bumi. Kupaslah kulit 
jeruk tersebut seperti gambar berikut. 
Bagian manakah yang mengalami distorsi? Ya, bagian tengah atau lintang rendah 
(khatulistiwa dan sekitarnya) serta bagian kutub mengalami distorsi menjadi lebih besar. Bisa 
dikatakan semakin ke kutub semakin besar distorsinya. Melihat kenyataan ini maka jika kita 
akan memetakan wilayah khatulistiwa harus memilih proyeksi yang benar-benar sesuai. 
1. Proyeksi Berdasarkan Bidang Proyeksi 
Berdasarkan bidang proyeksi yang digunakan, proyeksi ini dibedakan menjadi: 
A. Proyeksi Zenithal (Azimuthal) 
Bidang proyeksi ini berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, ekuator 
atau di sembarang tempat. Oleh karena itu, proyeksi ini dibedakan menjadi: 
1. Proyeksi azimuth normal, di mana bidang proyeksinya bersinggungan dengan kutub. 
2. Proyeksi azimuth transversal, bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator. 
3. Proyeksi azimuth oblique, bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara 
kutub dan ekuator.
Sebelum menggunakan proyeksi ini kamu harus memahami benar cirinya, yaitu garis-garis 
bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub, garis lintang digambarkan dalam 
Bentuk lingkaran yang mengelilingi kutub, sudut yang dibentuk antara garis bujur sama 
besarnya pada peta, dan seluruh permukaan Bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan 
berbentuk lingkaran. Gambar diatas merupakan proyeksi azimuth normal yang dianggap 
sebagai proyeksi yang cocok untuk memetakan daerah kutub. Penggambaran kutub dengan 
proyeksi ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 
1) Proyeksi Gnomonik 
Pada proyeksi ini, titik pusat seolah berada di pusat lingkaran (digambarkan 
seperti sinar matahari yang bersumber di pusat lingkaran). Menggunakan proyeksi ini 
lingkaran paralel makin keluar makin mengalami pembesaran hingga wilayah ekuator. 
2) Proyeksi Azimuthal Stereografik
Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar berasal dari arah kutub 
berlawanan dengan titik singgung proyeksi. Akibatnya jarak antarlingkaran paralel 
semakin membesar ke arah luar. 
3) Proyeksi Azimuthal Orthografik 
Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar matahari berasal dari titik 
jauh tidak terhingga. Akibatnya sinar proyeksi sejajar dengan sumbu Bumi. Jarak 
antarlingkaran akan makin mengecil apabila semakin jauh dari pusat. 
B. Proyeksi Silinder (Cylindrical)
Proyeksi ini menggunakan silinder sebagai bidang proyeksinya dan menyinggung 
bola Bumi. Jika proyeksi ini menyinggung wilayah khatulistiwa, maka garis paralel 
merupakan garis horizontal dan garis meridian. 
Beberapa keuntungan penggunaan proyeksi ini, yaitu dapat menggambarkan wilayah 
yang luas dan sesuai untuk menggambarkan wilayah khatulistiwa atau lintang rendah. 
C. Proyeksi Kerucut 
Dari namanya saja pasti kamu langsung tahu bahwa proyeksi ini berkaitan 
dengan bangun kerucut. Proyeksi ini memiliki parallel melingkar dengan meridian 
berbentuk jari-jari. Baris parallel berupa garis lingkaran, sedangkan garis bujur berupa 
jari-jari. Proyeksi ini paling tepat digunakan untuk memetakan daerah lintang 45属 atau 
lintang tengah. 
Secara garis besar, proyeksi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu: 
1. Proyeksi Kerucut Normal atau Standar 
Proyeksi ini menggunakan kerucut dengan garis singgung dengan bola Bumi terletak 
pada suatu paralel (paralel standar). 
2. Proyeksi Kerucut Transversal
Pada proyeksi ini sumbu kerucut berada tegak lurus terhadap sumbu Bumi. 
3. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring) 
Pada proyeksi ini sumbu kerucut membentuk garis miring terhadap sumbu Bumi. 
Ketiga proyeksi berdasarkan bidang ini (azimuthal, kerucut dan silinder) termasuk 
kelompok proyeksi murni yang penggunaan dalam kehidupan sehari-hari sangat terbatas 
karena dirasa sulit. Selanjutnya, proyeksi berdasarkan bidang ini mengalami modifikasi 
hingga muncul proyeksi gubahan. 
2. Proyeksi Modifikasi/Gubahan (Proyeksi Arbitrary) 
Proyeksi ini lebih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang diperoleh 
melalui perhitungannya. 
A. Proyeksi Bonne (Equal Area) 
Proyeksi ini merupakan proyeksi yang baik untuk menggambarkan wilayah 
Asia yang letaknya di sekitar khatulistiwa. Proyeksi ini menggambarkan sudut dan 
jarak yang benar pada meridian tengah dan pada paralel standar, terdapat distorsi yang 
cukup besar apabila menjauhi meridian tengah.
Proyeksi Boone pertama kali dihitung oleh Ringober Boone pada pertengahan 
tahun 1700-an dan sesuai untuk memetakan negara-negara di lintang tengah seperti 
Amerika Serikat. Keseluruhan garis paralel terbagi merata. Skalanya benar untuk 
menggambarkan wilayah sepanjang meridian tengah. 
B. Proyeksi Mollweide 
Pada proyeksi ini, tiap bagian mempunyai ukuran yang sama luas hingga ke wilayah 
pinggir proyeksi. Semakin mendekati kutub, ukuran berubah semakin kecil. 
C. Proyeksi Sinusoidal 
Proyeksi ini lebih dikenal oleh orang-orang di wilayah Amerika Selatan, Australia, 
dan Afrika, karena sesuai untuk menggambar wilayah tersebut. Selain itu, proyeksi ini 
dapat juga digunakan untuk menggambarkan daerah yang kecil di belahan Bumi mana 
saja maupun daerah luas yang jauh dari khatulistiwa. Proyeksi ini menggambarkan
sudut dan jarak yang tepat untuk wilayah meridian tengah. Sedangkan untuk wilayah 
khatulistiwa bisa digambarkan dengan luasan yang sesuai. 
D. Proyeksi Mercator 
Proyeksi ini melukiskan Bumi di bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan 
bola Bumi, kemudian seolah-olah silindernya dibuka menjadi bidang datar. 
Hasil proyeksi ini layak digunakan untuk memetakan wilayah dekat ekuator. Akan 
tetapi makin mendekati kutub, distorsi semakin besar. Selain karakteristik ini, masih ada ciri 
lain yang dimiliki proyeksi ini, yaitu: 
1. Kutub-kutub hampir tidak dapat dipetakan karena terletak di posisi tidak terhingga. 
2. Interval jarak antarmeridian sama.
3. Interval jarak antarparalel tidak sama, semakin mendekati kutub semakin lebar. 
4. Menggunakan proyeksi ini, Bumi dibagi menjadi enam puluh zona. Tiap zona 
mempunyai lebar 6属. Zona nomor 1 dimulai dari daerah yang dibatasi oleh meridian 
180属B dan 174属B, dilanjutkan ke arah timur sampai dengan zona enam puluh. 
E. Proyeksi Homolografik (Goode) 
Proyeksi ini merupakan proyeksi perbaikan kesalahan pada proyeksi Mollweide. 
Proyeksi Goode pertama kali dihitung oleh John Paul Goode (18621932) dari 
Chicago. Semenjak itu mulai digunakan secara luas untuk peta global. Seperti pada 
gambar, peta ini dipotong menjadi beberapa bagian untuk mengurangi penyimpangan 
dan perentangan, terutama di wilayah samudra dan Antartika. 
F. Proyeksi Gall 
Ciri khas yang dimiliki proyeksi ini adalah bentuk yang berbeda pada wilayah lintang 
yang mendekati kutub.
3. Proyeksi Berdasarkan Sifat Asli yang Dipertahankan 
Ditinjau dari klasifikasi ini, proyeksi dibagi menjadi tiga, yaitu: 
A. Proyeksi Equivalent 
Proyeksi ini mempertahankan luas daerah. Artinya luas daerah sebenarnya 
sama dengan luas daerah pada peta setelah dikalikan skala. 
B. Proyeksi Konform 
Proyeksi ini mempertahankan sudut-sudut sesuai dengan kenampakan di 
permukaan Bumi. Artinya skala yang dipertahankan adalah ketepatan sudut. 
C. Proyeksi Equidistant 
Proyeksi ini mempertahankan jarak sehingga jarak di atas muka Bumi sama 
dengan jarak di atas peta apabila dikalikan skala. 
4. Proyeksi Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetri 
Berdasarkan pembagian ini, proyeksi dibedakan menjadi: 
A. Proyeksi Normal 
Pada proyeksi ini, sumbu simetri berimpit dengan sumbu Bumi. 
B. Proyeksi Miring 
Pada proyeksi ini, sumbu simetri membentuk sudut miring dengan sumbu 
Bumi. 
C. Proyeksi Transversal 
Sumbu simetri pada proyeksi ini tegak lurus sumbu Bumi atau terletak pada 
bidang ekuator (disebut juga proyeksi equatorial).
Sistem proyeksi dan sistem koordinat (recovered)
SISTEM KOORDINAT 
Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat. Sistem 
koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan bagaimana suatu objek diletakkan 
dalam koordinat. Ada tiga system koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni : 
1. Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat 
2. Sistem Koordinat 2 Dimensi. 
3. Sistem Koordinat 3 Dimensi. 
Kalau kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur 
(menurun) dan melintang (mendatar) yang akan membantu kita untuk menentukan posisi 
suatu tempat di muka bumi.Garis-garis koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk 
angka) yang dibuat berdasarkan kesepakatan. Perpotongan antara garis bujur dan garis lintang 
yang disebut dengan koordinat peta.
Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di muka 
bumi ini. Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi 
masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah 
menjadi lebih mudah. 
Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu system 
koordinat BUJUR- LINTANG dan sistem koordinat UTM (Universal 
TransverseMercator). Tidak semua sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. 
Sistem koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan 
dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem koordinat 
tersebut cocok digunakan di Indonesia. 
Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut Latitude-Longitude), 
terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu : 
1. Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub utara dengan kutub 
selatan bumi, disebut juga garis lintang (Latitude). 
2. Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis 
bujur (Longitude). 
Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) 
Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan UTM, memang 
tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih sering menggunakan koordinat bujur-lintang. 
Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM 
Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai 
dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke 
timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 
(derajat) atau sekitar 667 kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang 
dengan panjang masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang 
dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak pada 
koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona 
lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka 
(garis bujur) dan kode huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada 
zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember terletak di zona 49M.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM 
Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM : 
 Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 . 
 Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama 
untuk setiap zona di seluruh dunia. 
 Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70 cm/ 
1000m. 
 Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84 LU 
memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).

More Related Content

What's hot (20)

TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAANTOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
TOPOGRAFI, SURVEY DAN PEMETAAN
Sweet Angel Weismann
Pengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangPengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakang
Tutus Kusuma
Sistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi PetaSistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi Peta
Syamsul Falah
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
bramantiyo marjuki
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
Edho Wiranata
Gis (surface analysis)
Gis (surface analysis)Gis (surface analysis)
Gis (surface analysis)
Iqrimha Lairung
Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauh
jasa16
Transformasi Datum
Transformasi DatumTransformasi Datum
Transformasi Datum
National Cheng Kung University
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5:   Jenis-jenis Peta dan FungsiBab 5:   Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
oriza steva andra
Laporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan JauhLaporan Pengindraan Jauh
Laporan Pengindraan Jauh
Yoga Hepta Gumilar
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationPeta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Retno Pratiwi
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Nur Hilaliyah
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Kharistya Amaru
Laporan Pembuatan Peta Rupa Bumi
Laporan Pembuatan Peta Rupa BumiLaporan Pembuatan Peta Rupa Bumi
Laporan Pembuatan Peta Rupa Bumi
Sally Indah N
geologi-regional-kota-semarang
geologi-regional-kota-semaranggeologi-regional-kota-semarang
geologi-regional-kota-semarang
Geni Sudarmo
Dasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanDasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaan
Zia Ul Maksum
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Angga Nugraha
Laporan koreksi geometri citra satelit landsat
Laporan koreksi geometri citra satelit landsatLaporan koreksi geometri citra satelit landsat
Laporan koreksi geometri citra satelit landsat
National Cheng Kung University
Pengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakangPengikatan ke muka & belakang
Pengikatan ke muka & belakang
Tutus Kusuma
Sistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi PetaSistem Proyeksi Peta
Sistem Proyeksi Peta
Syamsul Falah
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
bramantiyo marjuki
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
Edho Wiranata
Gis (surface analysis)
Gis (surface analysis)Gis (surface analysis)
Gis (surface analysis)
Iqrimha Lairung
Penginderaan Jauh
Penginderaan JauhPenginderaan Jauh
Penginderaan Jauh
jasa16
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total stationPeta digital, peta analog, theodolit, total station
Peta digital, peta analog, theodolit, total station
Retno Pratiwi
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Nur Hilaliyah
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw   4 penentuan arah sudut dan luasIuw   4 penentuan arah sudut dan luas
Iuw 4 penentuan arah sudut dan luas
Kharistya Amaru
Laporan Pembuatan Peta Rupa Bumi
Laporan Pembuatan Peta Rupa BumiLaporan Pembuatan Peta Rupa Bumi
Laporan Pembuatan Peta Rupa Bumi
Sally Indah N
geologi-regional-kota-semarang
geologi-regional-kota-semaranggeologi-regional-kota-semarang
geologi-regional-kota-semarang
Geni Sudarmo
Dasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaanDasar dasar perpetaan
Dasar dasar perpetaan
Zia Ul Maksum
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Angga Nugraha

Similar to Sistem proyeksi dan sistem koordinat (recovered) (20)

Proy. peta
Proy. petaProy. peta
Proy. peta
aukfar
Proyeksi peta
Proyeksi petaProyeksi peta
Proyeksi peta
ProfesorSaran
Skala peta
Skala petaSkala peta
Skala peta
Demaz Jouninz
C_KELOMPOK 2_SISTEM PROYEKSI.pptx
C_KELOMPOK 2_SISTEM PROYEKSI.pptxC_KELOMPOK 2_SISTEM PROYEKSI.pptx
C_KELOMPOK 2_SISTEM PROYEKSI.pptx
ssuser74065b
PROYEKSI PETA
PROYEKSI PETAPROYEKSI PETA
PROYEKSI PETA
mayasungeb
2. map projection
2. map projection2. map projection
2. map projection
Martince Bani
Bahan ajar perpetaan minggu 6
Bahan ajar perpetaan  minggu 6Bahan ajar perpetaan  minggu 6
Bahan ajar perpetaan minggu 6
ukris
Bab 4 proyeksi peta
Bab 4 proyeksi petaBab 4 proyeksi peta
Bab 4 proyeksi peta
Widia Widiarsih
PETA MERCATOR, LM, DATAR LING.BESAR.pptx
PETA MERCATOR, LM, DATAR  LING.BESAR.pptxPETA MERCATOR, LM, DATAR  LING.BESAR.pptx
PETA MERCATOR, LM, DATAR LING.BESAR.pptx
mohhapit9
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Gian Adiwinata
Pengantar kartografi
Pengantar kartografiPengantar kartografi
Pengantar kartografi
jetgeo96
A2 laporan asbol_18des
A2 laporan asbol_18desA2 laporan asbol_18des
A2 laporan asbol_18des
eli priyatna laidan
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
eli priyatna laidan
Tata koordinat
Tata koordinatTata koordinat
Tata koordinat
eli priyatna laidan
21 peta
21 peta21 peta
21 peta
RudiniTakapi
Tatakoordinat
TatakoordinatTatakoordinat
Tatakoordinat
Annisa Khoerunnisya
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.pdf
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.pdfPengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.pdf
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.pdf
Zuk辿t Printing
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.docx
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.docxPengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.docx
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.docx
Zuk辿t Printing
Proy. peta
Proy. petaProy. peta
Proy. peta
aukfar
C_KELOMPOK 2_SISTEM PROYEKSI.pptx
C_KELOMPOK 2_SISTEM PROYEKSI.pptxC_KELOMPOK 2_SISTEM PROYEKSI.pptx
C_KELOMPOK 2_SISTEM PROYEKSI.pptx
ssuser74065b
PROYEKSI PETA
PROYEKSI PETAPROYEKSI PETA
PROYEKSI PETA
mayasungeb
2. map projection
2. map projection2. map projection
2. map projection
Martince Bani
Bahan ajar perpetaan minggu 6
Bahan ajar perpetaan  minggu 6Bahan ajar perpetaan  minggu 6
Bahan ajar perpetaan minggu 6
ukris
PETA MERCATOR, LM, DATAR LING.BESAR.pptx
PETA MERCATOR, LM, DATAR  LING.BESAR.pptxPETA MERCATOR, LM, DATAR  LING.BESAR.pptx
PETA MERCATOR, LM, DATAR LING.BESAR.pptx
mohhapit9
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Gian Adiwinata
Pengantar kartografi
Pengantar kartografiPengantar kartografi
Pengantar kartografi
jetgeo96
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
eli priyatna laidan
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.pdf
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.pdfPengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.pdf
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.pdf
Zuk辿t Printing
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.docx
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.docxPengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.docx
Pengertian Proyeksi Peta dan Klasifikasi Proyeksi Peta.docx
Zuk辿t Printing

Recently uploaded (20)

Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptxManajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Kanaidi ken
PPT Perkawinan (Poligami, Monogami).pptx
PPT Perkawinan (Poligami, Monogami).pptxPPT Perkawinan (Poligami, Monogami).pptx
PPT Perkawinan (Poligami, Monogami).pptx
rahmiati190700
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptxSosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
shofwanwinarlik
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
shafiqsmkamil
03. DISTRIBUSI FREKUENSI (Ilmu Komputer Unpak).pdf
03. DISTRIBUSI FREKUENSI (Ilmu Komputer Unpak).pdf03. DISTRIBUSI FREKUENSI (Ilmu Komputer Unpak).pdf
03. DISTRIBUSI FREKUENSI (Ilmu Komputer Unpak).pdf
AsepSaepulrohman4
enzim mikroba KULIAH BIOLOGI MIKROPANGAN.ppt
enzim mikroba KULIAH BIOLOGI MIKROPANGAN.pptenzim mikroba KULIAH BIOLOGI MIKROPANGAN.ppt
enzim mikroba KULIAH BIOLOGI MIKROPANGAN.ppt
ParlikPujiRahayu
Dari pesantren ke dunia maya (diskusi berkala UAS Kencong Jember0.pptx
Dari pesantren ke dunia maya (diskusi berkala UAS Kencong Jember0.pptxDari pesantren ke dunia maya (diskusi berkala UAS Kencong Jember0.pptx
Dari pesantren ke dunia maya (diskusi berkala UAS Kencong Jember0.pptx
Syarifatul Marwiyah
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta FungsinyaPPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
mileniumiramadhanti
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdfPPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
ListiawatiAMdKeb
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docxSENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
Mirza836129
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 41.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
NORMUHAMADBINYAACOBK
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptxKeragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
aifi3
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptxPPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
SausanHidayahNova
Project Mata kuliah Biogeografi kelompok 5
Project Mata kuliah Biogeografi kelompok 5Project Mata kuliah Biogeografi kelompok 5
Project Mata kuliah Biogeografi kelompok 5
khairizal2005
BRIEF SAPA RAMADHAN Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember 2025.pdf
BRIEF SAPA RAMADHAN Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember 2025.pdfBRIEF SAPA RAMADHAN Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember 2025.pdf
BRIEF SAPA RAMADHAN Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember 2025.pdf
Syarifatul Marwiyah
Rancangan Pembelajaran Semester Kartografi
Rancangan Pembelajaran Semester KartografiRancangan Pembelajaran Semester Kartografi
Rancangan Pembelajaran Semester Kartografi
khairizal2005
1. KISI-KISI SOAL PSAJ BAHASA INGGRIS 2025 - Elis Sulastri.docx
1. KISI-KISI SOAL PSAJ BAHASA INGGRIS 2025 - Elis Sulastri.docx1. KISI-KISI SOAL PSAJ BAHASA INGGRIS 2025 - Elis Sulastri.docx
1. KISI-KISI SOAL PSAJ BAHASA INGGRIS 2025 - Elis Sulastri.docx
AhsanBodonk
Teks fiks Didik anak dengan islamiyah.pptx
Teks fiks Didik anak dengan islamiyah.pptxTeks fiks Didik anak dengan islamiyah.pptx
Teks fiks Didik anak dengan islamiyah.pptx
ArizOghey1
Manual DIVI Builder (Bahasa Indonesia).pdf
Manual DIVI Builder (Bahasa Indonesia).pdfManual DIVI Builder (Bahasa Indonesia).pdf
Manual DIVI Builder (Bahasa Indonesia).pdf
Igen D
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptxManajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Manajemen Risiko Proyek_Training "RISK MANAGEMENT".pptx
Kanaidi ken
PPT Perkawinan (Poligami, Monogami).pptx
PPT Perkawinan (Poligami, Monogami).pptxPPT Perkawinan (Poligami, Monogami).pptx
PPT Perkawinan (Poligami, Monogami).pptx
rahmiati190700
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptxSosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
Sosialisasi Pesantren Ramadhan untuk sekolah.pptx
shofwanwinarlik
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
1. RPT SAINS SMK TINGKATAN 1 2025 KUMPULAN B BY CIKGU GORGEOUS.docx
shafiqsmkamil
03. DISTRIBUSI FREKUENSI (Ilmu Komputer Unpak).pdf
03. DISTRIBUSI FREKUENSI (Ilmu Komputer Unpak).pdf03. DISTRIBUSI FREKUENSI (Ilmu Komputer Unpak).pdf
03. DISTRIBUSI FREKUENSI (Ilmu Komputer Unpak).pdf
AsepSaepulrohman4
enzim mikroba KULIAH BIOLOGI MIKROPANGAN.ppt
enzim mikroba KULIAH BIOLOGI MIKROPANGAN.pptenzim mikroba KULIAH BIOLOGI MIKROPANGAN.ppt
enzim mikroba KULIAH BIOLOGI MIKROPANGAN.ppt
ParlikPujiRahayu
Dari pesantren ke dunia maya (diskusi berkala UAS Kencong Jember0.pptx
Dari pesantren ke dunia maya (diskusi berkala UAS Kencong Jember0.pptxDari pesantren ke dunia maya (diskusi berkala UAS Kencong Jember0.pptx
Dari pesantren ke dunia maya (diskusi berkala UAS Kencong Jember0.pptx
Syarifatul Marwiyah
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta FungsinyaPPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
PPT Komponen Penyusun Darah Beserta Fungsinya
mileniumiramadhanti
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdfPPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
PPT STASE 1nbdjwbjdhjsankswjiswjiwjsoasaosqoskq.pdf
ListiawatiAMdKeb
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docxSENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
SENARAI & JADWAL PEMBICARA Ramadan Masjid Kampus UGM 1446 Hijriah.docx
Mirza836129
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 41.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
1.2 Algoritma SAINS KOMPUTER TINGKATAN 4
NORMUHAMADBINYAACOBK
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptxKeragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
Keragaman Alam Indonesia materi IPS.pptx
aifi3
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptxPPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
PPT PAI-Kelompok 3-X MIPA 1-Sumber-sumber Hukum Islam (Ijtihad).pptx
SausanHidayahNova
Project Mata kuliah Biogeografi kelompok 5
Project Mata kuliah Biogeografi kelompok 5Project Mata kuliah Biogeografi kelompok 5
Project Mata kuliah Biogeografi kelompok 5
khairizal2005
BRIEF SAPA RAMADHAN Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember 2025.pdf
BRIEF SAPA RAMADHAN Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember 2025.pdfBRIEF SAPA RAMADHAN Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember 2025.pdf
BRIEF SAPA RAMADHAN Universitas Al-Falah As-Sunniyah Kencong Jember 2025.pdf
Syarifatul Marwiyah
Rancangan Pembelajaran Semester Kartografi
Rancangan Pembelajaran Semester KartografiRancangan Pembelajaran Semester Kartografi
Rancangan Pembelajaran Semester Kartografi
khairizal2005
1. KISI-KISI SOAL PSAJ BAHASA INGGRIS 2025 - Elis Sulastri.docx
1. KISI-KISI SOAL PSAJ BAHASA INGGRIS 2025 - Elis Sulastri.docx1. KISI-KISI SOAL PSAJ BAHASA INGGRIS 2025 - Elis Sulastri.docx
1. KISI-KISI SOAL PSAJ BAHASA INGGRIS 2025 - Elis Sulastri.docx
AhsanBodonk
Teks fiks Didik anak dengan islamiyah.pptx
Teks fiks Didik anak dengan islamiyah.pptxTeks fiks Didik anak dengan islamiyah.pptx
Teks fiks Didik anak dengan islamiyah.pptx
ArizOghey1
Manual DIVI Builder (Bahasa Indonesia).pdf
Manual DIVI Builder (Bahasa Indonesia).pdfManual DIVI Builder (Bahasa Indonesia).pdf
Manual DIVI Builder (Bahasa Indonesia).pdf
Igen D
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA Ministry Learning Center: Go Paskah: Paskah dan Sekolah Minggu bagian 1
SABDA

Sistem proyeksi dan sistem koordinat (recovered)

  • 1. SISTEM PROYEKSI PETA DAN SISTEM KOORDINAT Oleh : Nama : Ketut mahendra NIM : 1215051109 Kelas : 5D Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha 2014
  • 2. SISTEM PROYEKSI PETA Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi bentuk dimensi yang sistematik. Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan. Oleh karena permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi. Beberapa istilah sederhana dalam proyeksi: 1. Meridian dan meridian utama. 2. Paralel dan paralel nol atau ekuator. 3. Bujur (longitude-j), Bujur Barat (0属180属BB) dan Bujur Timur (0属180属BT). 4. Lintang (latitude- l), Lintang Utara (0属90属LU), dan Lintang Selatan 0属90属LS). Pada gambar bagian A, kamu bisa memahami bagaimana perubahan bentuk bisa terjadi dari bidang lengkung (segi empat) pada globe berubah menjadi seperti bagian C di
  • 3. bidang datar. Perubahan ini mengakibatkan adanya distorsi di berbagai wilayah di permukaan Bumi. Bagaimana bentuk distorsinya? Coba bayangkan jeruk sebagai Bumi. Kupaslah kulit jeruk tersebut seperti gambar berikut. Bagian manakah yang mengalami distorsi? Ya, bagian tengah atau lintang rendah (khatulistiwa dan sekitarnya) serta bagian kutub mengalami distorsi menjadi lebih besar. Bisa dikatakan semakin ke kutub semakin besar distorsinya. Melihat kenyataan ini maka jika kita akan memetakan wilayah khatulistiwa harus memilih proyeksi yang benar-benar sesuai. 1. Proyeksi Berdasarkan Bidang Proyeksi Berdasarkan bidang proyeksi yang digunakan, proyeksi ini dibedakan menjadi: A. Proyeksi Zenithal (Azimuthal) Bidang proyeksi ini berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, ekuator atau di sembarang tempat. Oleh karena itu, proyeksi ini dibedakan menjadi: 1. Proyeksi azimuth normal, di mana bidang proyeksinya bersinggungan dengan kutub. 2. Proyeksi azimuth transversal, bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator. 3. Proyeksi azimuth oblique, bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara kutub dan ekuator.
  • 4. Sebelum menggunakan proyeksi ini kamu harus memahami benar cirinya, yaitu garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub, garis lintang digambarkan dalam Bentuk lingkaran yang mengelilingi kutub, sudut yang dibentuk antara garis bujur sama besarnya pada peta, dan seluruh permukaan Bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan berbentuk lingkaran. Gambar diatas merupakan proyeksi azimuth normal yang dianggap sebagai proyeksi yang cocok untuk memetakan daerah kutub. Penggambaran kutub dengan proyeksi ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1) Proyeksi Gnomonik Pada proyeksi ini, titik pusat seolah berada di pusat lingkaran (digambarkan seperti sinar matahari yang bersumber di pusat lingkaran). Menggunakan proyeksi ini lingkaran paralel makin keluar makin mengalami pembesaran hingga wilayah ekuator. 2) Proyeksi Azimuthal Stereografik
  • 5. Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar berasal dari arah kutub berlawanan dengan titik singgung proyeksi. Akibatnya jarak antarlingkaran paralel semakin membesar ke arah luar. 3) Proyeksi Azimuthal Orthografik Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar matahari berasal dari titik jauh tidak terhingga. Akibatnya sinar proyeksi sejajar dengan sumbu Bumi. Jarak antarlingkaran akan makin mengecil apabila semakin jauh dari pusat. B. Proyeksi Silinder (Cylindrical)
  • 6. Proyeksi ini menggunakan silinder sebagai bidang proyeksinya dan menyinggung bola Bumi. Jika proyeksi ini menyinggung wilayah khatulistiwa, maka garis paralel merupakan garis horizontal dan garis meridian. Beberapa keuntungan penggunaan proyeksi ini, yaitu dapat menggambarkan wilayah yang luas dan sesuai untuk menggambarkan wilayah khatulistiwa atau lintang rendah. C. Proyeksi Kerucut Dari namanya saja pasti kamu langsung tahu bahwa proyeksi ini berkaitan dengan bangun kerucut. Proyeksi ini memiliki parallel melingkar dengan meridian berbentuk jari-jari. Baris parallel berupa garis lingkaran, sedangkan garis bujur berupa jari-jari. Proyeksi ini paling tepat digunakan untuk memetakan daerah lintang 45属 atau lintang tengah. Secara garis besar, proyeksi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Proyeksi Kerucut Normal atau Standar Proyeksi ini menggunakan kerucut dengan garis singgung dengan bola Bumi terletak pada suatu paralel (paralel standar). 2. Proyeksi Kerucut Transversal
  • 7. Pada proyeksi ini sumbu kerucut berada tegak lurus terhadap sumbu Bumi. 3. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring) Pada proyeksi ini sumbu kerucut membentuk garis miring terhadap sumbu Bumi. Ketiga proyeksi berdasarkan bidang ini (azimuthal, kerucut dan silinder) termasuk kelompok proyeksi murni yang penggunaan dalam kehidupan sehari-hari sangat terbatas karena dirasa sulit. Selanjutnya, proyeksi berdasarkan bidang ini mengalami modifikasi hingga muncul proyeksi gubahan. 2. Proyeksi Modifikasi/Gubahan (Proyeksi Arbitrary) Proyeksi ini lebih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang diperoleh melalui perhitungannya. A. Proyeksi Bonne (Equal Area) Proyeksi ini merupakan proyeksi yang baik untuk menggambarkan wilayah Asia yang letaknya di sekitar khatulistiwa. Proyeksi ini menggambarkan sudut dan jarak yang benar pada meridian tengah dan pada paralel standar, terdapat distorsi yang cukup besar apabila menjauhi meridian tengah.
  • 8. Proyeksi Boone pertama kali dihitung oleh Ringober Boone pada pertengahan tahun 1700-an dan sesuai untuk memetakan negara-negara di lintang tengah seperti Amerika Serikat. Keseluruhan garis paralel terbagi merata. Skalanya benar untuk menggambarkan wilayah sepanjang meridian tengah. B. Proyeksi Mollweide Pada proyeksi ini, tiap bagian mempunyai ukuran yang sama luas hingga ke wilayah pinggir proyeksi. Semakin mendekati kutub, ukuran berubah semakin kecil. C. Proyeksi Sinusoidal Proyeksi ini lebih dikenal oleh orang-orang di wilayah Amerika Selatan, Australia, dan Afrika, karena sesuai untuk menggambar wilayah tersebut. Selain itu, proyeksi ini dapat juga digunakan untuk menggambarkan daerah yang kecil di belahan Bumi mana saja maupun daerah luas yang jauh dari khatulistiwa. Proyeksi ini menggambarkan
  • 9. sudut dan jarak yang tepat untuk wilayah meridian tengah. Sedangkan untuk wilayah khatulistiwa bisa digambarkan dengan luasan yang sesuai. D. Proyeksi Mercator Proyeksi ini melukiskan Bumi di bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan bola Bumi, kemudian seolah-olah silindernya dibuka menjadi bidang datar. Hasil proyeksi ini layak digunakan untuk memetakan wilayah dekat ekuator. Akan tetapi makin mendekati kutub, distorsi semakin besar. Selain karakteristik ini, masih ada ciri lain yang dimiliki proyeksi ini, yaitu: 1. Kutub-kutub hampir tidak dapat dipetakan karena terletak di posisi tidak terhingga. 2. Interval jarak antarmeridian sama.
  • 10. 3. Interval jarak antarparalel tidak sama, semakin mendekati kutub semakin lebar. 4. Menggunakan proyeksi ini, Bumi dibagi menjadi enam puluh zona. Tiap zona mempunyai lebar 6属. Zona nomor 1 dimulai dari daerah yang dibatasi oleh meridian 180属B dan 174属B, dilanjutkan ke arah timur sampai dengan zona enam puluh. E. Proyeksi Homolografik (Goode) Proyeksi ini merupakan proyeksi perbaikan kesalahan pada proyeksi Mollweide. Proyeksi Goode pertama kali dihitung oleh John Paul Goode (18621932) dari Chicago. Semenjak itu mulai digunakan secara luas untuk peta global. Seperti pada gambar, peta ini dipotong menjadi beberapa bagian untuk mengurangi penyimpangan dan perentangan, terutama di wilayah samudra dan Antartika. F. Proyeksi Gall Ciri khas yang dimiliki proyeksi ini adalah bentuk yang berbeda pada wilayah lintang yang mendekati kutub.
  • 11. 3. Proyeksi Berdasarkan Sifat Asli yang Dipertahankan Ditinjau dari klasifikasi ini, proyeksi dibagi menjadi tiga, yaitu: A. Proyeksi Equivalent Proyeksi ini mempertahankan luas daerah. Artinya luas daerah sebenarnya sama dengan luas daerah pada peta setelah dikalikan skala. B. Proyeksi Konform Proyeksi ini mempertahankan sudut-sudut sesuai dengan kenampakan di permukaan Bumi. Artinya skala yang dipertahankan adalah ketepatan sudut. C. Proyeksi Equidistant Proyeksi ini mempertahankan jarak sehingga jarak di atas muka Bumi sama dengan jarak di atas peta apabila dikalikan skala. 4. Proyeksi Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetri Berdasarkan pembagian ini, proyeksi dibedakan menjadi: A. Proyeksi Normal Pada proyeksi ini, sumbu simetri berimpit dengan sumbu Bumi. B. Proyeksi Miring Pada proyeksi ini, sumbu simetri membentuk sudut miring dengan sumbu Bumi. C. Proyeksi Transversal Sumbu simetri pada proyeksi ini tegak lurus sumbu Bumi atau terletak pada bidang ekuator (disebut juga proyeksi equatorial).
  • 13. SISTEM KOORDINAT Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat. Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni : 1. Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat 2. Sistem Koordinat 2 Dimensi. 3. Sistem Koordinat 3 Dimensi. Kalau kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis membujur (menurun) dan melintang (mendatar) yang akan membantu kita untuk menentukan posisi suatu tempat di muka bumi.Garis-garis koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk angka) yang dibuat berdasarkan kesepakatan. Perpotongan antara garis bujur dan garis lintang yang disebut dengan koordinat peta.
  • 14. Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata cara menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah. Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu system koordinat BUJUR- LINTANG dan sistem koordinat UTM (Universal TransverseMercator). Tidak semua sistem koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi, kedua sistem koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia. Sistem koordinat bujur-lintang (atau dalam bahasa Inggris disebut Latitude-Longitude), terdiri dari dua komponen yang menentukan, yaitu : 1. Garis dari atas ke bawah (vertikal) yang menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan bumi, disebut juga garis lintang (Latitude). 2. Garis mendatar (horizontal) yang sejajar dengan garis khatulistiwa, disebut juga garis bujur (Longitude). Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) Koordinat Universal Transverse Mercator atau biasa disebut dengan UTM, memang tidak terlalu dikenal di Indonesia karena lebih sering menggunakan koordinat bujur-lintang. Pembagian Zona Dalam Koordinat UTM Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60 zona bujur. Zona 1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180 Bujur Barat dan 180 Bujur Timur), menuju ke timur dan berakhir di tempat berawalnya zona 1. Masing-masing zona bujur memiliki lebar 6 (derajat) atau sekitar 667 kilometer. Garis lintang UTM dibagi menjadi 20 zona lintang dengan panjang masing-masing zona adalah 8 (derajat) atau sekitar 890 km. Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi nama zona C dan berakhir pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf (I) dan (O) tidak dipergunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan demikian penamaan setiap zona UTM adalah koordinasi antara kode angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang). Sebagai contoh kabupaten Garut terletak pada zona 47M dan 48M, Kabupaten Jember terletak di zona 49M.
  • 15. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM Berikut ini adalah beberapa kelebihan koordinat UTM : Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama dengan lebar bujur 6 . Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia. Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/ 1000m sampai dengan 70 cm/ 1000m. Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang (kecuali pada lintang 72 LU-84 LU memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).