1. Dokumen tersebut membahas model dan pendekatan yang digunakan dalam supervisi pendidikan menurut STAIMUS. Ada beberapa model supervisi seperti supervisi artistik, klinis, dan pendekatan seperti langsung, tidak langsung, kolaboratif.
2. Pendekatan yang tepat bergantung pada prototype guru yang diawasi, seperti guru profesional, tukang kritik, terlalu sibuk, atau tidak bermutu.
3. Supervisor perlu
2. MODEL

Model Supervisi ini dimaknai sebagai :
Bentuk atau Kerangka sebuah konsep atau
Pola supervisi , ( Kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman atau
acuan daam melakukan sebuah kegiatan
supervisi).
6. Supervisi Artistik mempunyai beberapa ciri khusus
yg harus diperhatikan oleh supervisor, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Memerlukan perhatian khusus agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak
bicara
Memerlukan tingkat perhatian yang cukup dan keahlian yg khusus utk memahami
apa yg dibutuhkan oleh orang lain.
Mengutamakan sumbangan yg unik dari guru guru untuk mengembangkan
pendidikan bagi generasi muda.
Menuntut utk memberi perhatian yg lebih banyak thd proses pembelajaran di
kelas dan di observasi pd waktu waktu tertentu.
Memerlukan laporan yg menunjukkan bahwa dialog antara supervisor dan
supervisee yg dilaksanakan atas dasar kepemimpinan dari kedua belah pihak
Memerlukan kemampuan berbahasa ttg cara mengungkapkan apa yg dimilikinya
thd orang lain.
Memerlukan kemampuan utk menafsirkan makna dari peristiwa yg diungkapkan
sehingga memperoleh pengalaman dan mengapresiasi dari apa yg dipelajarinya.
Menunjukkan fakta bahwa sensivitas dan pengalaman merupan instrumen utam
yg sigunakan sehinga situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yg
disupervisi.
8. Beberapa Pembatasan tentang Supervisi Klinis.



Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik,
dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan
cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan
mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. (R. Willem
dalam Archeson dan Gall, 1980 : 1 / terjemahan S.L.L Sulo, 1985).
K.A. Archeson dan M.D. Gall (1980 : 25) terjemahan S.L.L Sulo,
1985 : 5, mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu
guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar
yang nyata dengan dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing dalam pendidikan
yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam
pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara
objektif serta teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku
mengajar guru.
9. Ada beberapa ciri supervisi
klinis
1) Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah.
Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki
rasa aman.
2) Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari
guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
3) Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan
yang terintegrasi.
4) Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh
kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.
5) Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi
juga mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi
terhadap gairah mengajar.
6) Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar
kesepakatan antara supervisor dan guru.
7) Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.
8) Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih
dulu, bukan dari supervisor.
10. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis
a. Supervisi klinis yang dilaksanakan harus
berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dahulu.
b. Menciptakan hubungan manusiawi yang bersifat
interaktif dan rasa kesejawatan.
c. Menciptakan suasana bebas di mana setiap
orang bebas mengemukakan apa yang
dialaminya.
d. Objek kajiannya adalah kebutuhan profesional
guru yang riil yang mereka sungguh alami.
e. Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang
spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.
11. 1.
2.
3.
Tahap Pertemuan awal (Perencanaan)
Tahap Pelaksanaan (Observasi)
Tahap Akhir (Analisis dan Diskusi Balikan )
14. Menurut Glickman,
Setiap guru mempunyai 2 kemampuan dasar,
yaitu :
 Berfikir Abstrak. (A)
 Komitmen & Kepedulian . (K)
15. Menurut Glickman dalam Sahertian
(2008) :

1.
2.
3.
4.
Ada 4 Prototype Guru :
Guru Professional = daya abstrak tinggi (A+)
, Komitmen Tinggi (K+)
Guru Yg Suka Mengkritik = Daya abstrak
tinggi (A+) , Komitmen rendah (K-)
Guru Yg terlalu sibuk = Daya abstrak rendah
(A-) , tetapi Komitmen Tinggi (K+)
Guru yg tidak bermutu = Daya abstrak
rendah (A-) , Komitmen rendah (K-).
16. Prototype Guru ...

Seorang Supervisor, perlu memahami
prototype guru, dengan harapan guru
mendapatkan arahan dan bimbingan yg
memadai utk memperbaiki kinerjanya, melalui
pendekatan2 yang cocok dengan kondisi riil
prototype guru.
17. Sebagai contoh..
1.
2.
Guru berprototype Professional (A+, K+),
pendekatan yg digunakan : Non Direktif.
Guru berprototype Tukang Kriti /terlalu sibuk
(A+, K-), dengan pendekatan yang digunakan
18. Penggunaan Pendekatan Supervisi dengan
pertimbangan Prototype Guru
Prototype Guru
1 Professional (A+ , K+)
.
2 Tukang Kritik (A+,K-)
.
3 Terlalu sibuk (A- , K+)
.
4 Tidak bermutu (A-, K- )
.
Pendekatan
Non Direktif
Kolaboratif
Kolaboratif
Direktif
19. 1. Pendekatan Langsung (Direct
Approach) :



adalah cara pendekatan terhadap masalah yang
bersifat langsung, shg pengaruh perilaku
supervisor lebih dominan.
Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman
terhadap psikologi behaviorisme.
Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala
perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons
terhadap rangsangan stimulus,. Oleh karena guru
ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan
rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor
dapat menggunakan penguatan (reinforcement)
atau hukuman (punish-ment).
20. Direct Approach = (A- , K-)
Perilaku
Supervis
or






Menjelaskan
Menyajikan
Mengarahkan
Memberi contoh
Menetapkan tolak ukur
Menguatkan
21. 2. Pendekatan Tidak Langsung
(Non-Direct Approach) :


Yang dimaksud dengan pendekatan tidak
langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan
terhadap permasalahan yang sifatnya tidak
langsung. Perilaku supervisor tidak secara
langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia
terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan
sebanyak mungkin kepada guru untuk
mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu
dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan
permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru
mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba
mendengarkan, memahami apa yang dialami guruguru.
22. Non-Direct Approach = ( A+,K+)
Perilaku

Supervis
or




Mendengarkan
Memberi penguatan
Menjelaskan
Menyajikan
Memecahkan masalah
23. 3. Pendekatan Kolaboratif
(Collaborative Approach)





Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah
cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan
direktif dan non-direktif (cara pendekatan baru).
Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru
bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur,
proses dan kriteria dalam pelaksanaan proses
percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif.
Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah
hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan
pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan
aktivitas individu.
Pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua
arah. Dari atas ke bawah (Top-Down) dan dari bawah ke
atas (Bottom-UP).
Perilaku Supervisor dilakukan secara bertahap , mulai
dari pertanyaan awal sampai dengan mengemukakan
permasalahan dan negoisasi bersama sama dan dicari
24. Collaborative Approach =
(A+,K- / Tukang Kritik dan A-,K+ / Terlalu sibuk )
Perilaku
Supervis
or





Menyajikan
Menjelaskan
Mendengarkan
Memecahkan masalah
Negoisasi
25. Kesimpulan



Setiap supervisor pasti menginginkan
keberhasilan dalam melaksanakan supervisi
pendidikan.
Seorang Supervisor Pendidikan hendaknya
menguasai dan mampu mengimplementasikan
rangkaian kegiatan supervisi mulai dari
pendekatan,metode, teknik serta mampu
mengembangkan model supervisi pendidikan,
dengan harapan supervisor pendidikan
menjalankan fungsi fungsi supervisi sebagai
aktualisasi dari tugas dan tanggung jawabnya.
Dengan demikian upaya peningkatan mutu pada
26. Referensi :



Jasmani dkk. 2013. Supervisi Pendidikan
Terobosan Baru dalam Peningkatan Kinerja
Pengawas Sekolah dan Guru, Yogyakarta : Ar
Ruzz Media
Hasan, Yusuf, dkk., Pedoman Pengawasan,
Jakarta: CV. Mekar Jaya, 2002.
A. Sahertian, Piet, Drs. Prinsip dan Teknik
Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional,
Surabaya, 1981.