Dokumen ini menjelaskan Persamaan Schrodinger, yang merupakan persamaan penting untuk menjelaskan perilaku elektron. Persamaan ini dikembangkan dari konsep mekanika klasik dan mekanika kuantum, dan solusinya dapat menunjukkan sifat diskrit energi elektron. Pemisahan variabel digunakan untuk mendapatkan Persamaan Schrodinger bebas waktu.
Persamaan Schr旦dinger menjelaskan perilaku elektron dalam atom sebagai gelombang. Dokumen ini menjelaskan bagaimana fungsi Hamilton dapat digunakan untuk menggambarkan energi elektron dan mengembangkan operator momentum dan energi. Hal ini memungkinkan pengembangan persamaan Schr旦dinger satu dan tiga dimensi, baik yang bergantung waktu maupun bebas waktu.
Persamaan Schrodinger digunakan untuk menemukan fungsi gelombang partikel. Persamaan ini harus memenuhi tiga kriteria: konsisten dengan hukum kekekalan energi, konsisten dengan persamaan de Broglie, dan berharga tunggal. Untuk partikel bebas dalam satu dimensi, fungsi gelombang berbentuk sinusoidal yang bergantung pada momentum dan energi partikel. Dalam tiga dimensi, persamaan Schrodinger meliputi ketiga arah dimensi terse
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang persamaan Schrodinger atom hidrogen dan pemecahan persamaan tersebut.
2. Ada beberapa bilangan kuantum yang menentukan sifat atom hidrogen seperti bilangan kuantum utama, azimuth, magnetik dan spin.
3. Fungsi gelombang atom hidrogen terpisah menjadi fungsi radial, sudut dan azimut.
Mekanika Kuantum FI 5003 mencakup review persamaan Schrodinger dan solusinya, teori gangguan, dinamika kuantum, aproksimasi WKB, operator dan aplikasinya, metoda variasional dan Hartree Fock, teori gangguan bergantung waktu, hamburan, partikel sejenis, dan koreksi relativistik. Kuliah dilakukan secara tatap muka dengan penugasan RBL yang dipresentasikan secara bertahap dan diujikan secara berkala."
1. Fungsi Hamilton merupakan persamaan kanonik untuk gerak yang terdiri dari 2n persamaan diferensial orde-1 yang menggambarkan hubungan antara koordinat dan momentum suatu sistem.
2. Fungsi Hamilton dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan gerak osilator harmonik satu dimensi dan benda dalam medan sentral.
3. Persamaan Lagrange dapat diterapkan untuk menyelesaikan gerak zarah bermuatan dalam medan elektromagnetik
Teknik Lagrangian dan Hamiltonian merupakan pengembangan dari hukum Newton yang memungkinkan penyelesaian masalah mekanika yang lebih rumit dengan menggunakan koordinat umum dan pendekatan energi. Kedua teknik tersebut menggunakan koordinat posisi dan momentum serta menghasilkan persamaan diferensial orde satu.
Artikel ini membahas perbandingan antara mekanika Newton dan mekanika Lagrange. Mekanika Lagrange merupakan pendekatan alternatif untuk menganalisis sistem mekanik dengan cara pandang yang holistik, berfokus pada energi kinetik dan potensial tanpa mempertimbangkan gaya secara langsung.
Dokumen tersebut membahas solusi persamaan Schrodinger untuk sistem atom hidrogen. Pemisahan variabel dilakukan untuk fungsi gelombang atom hidrogen menjadi fungsi radial, polar, dan azimutal, yang masing-masing memiliki bilangan kuantum n, l, dan ml. Pemisahan variabel tersebut menghasilkan persamaan yang dapat dipecah menjadi bagian yang hanya bergantung pada jari-jari, sudut polar, dan sudut azimutal.
composed by adnavi ulfa
pengertian mekanika newtonian, mekanika hamiltonian, mekanika langrangian
penurunan fungsi hamilton dan penurunan kekekalan energi
kasus kekekalan energi
fungsi hamilton dan aplikasi kasus
Dokumen tersebut membahas sistem kendali dalam koordinat umum, termasuk posisi partikel, koordinat umum, derajat kebebasan, dan penurunan persamaan Lagrange. Secara khusus, dibahas cara menyatakan posisi partikel dalam sistem dengan koordinat umum, konsep sistem kendali, dan penggunaan koordinat kartesius dan koordinat umum untuk menyatakan gerak partikel tunggal dan sistem.
PENDAHULUAN
Mekanika merupakan cabang ilmu fisika yang berhubungan dengan benda, yaitu ilmu yang mempelajari gerak benda, baik benda yang diam (statis) maupun benda yang bergerak (kinematika dan dinamika). Kinematika merupakan ilmu fisika yang mempelajari gerak suatu benda tanpa memperhatikan penyebab gerak benda tersebut, sedangkam dinamika merupakan ilmu fisika yang mempelajari gerak suatu benda dengan memperhatikan atau memperhitungkan penyebab gerak benda tersebut. Masalah mekanika merupakan hal yang cukup penting dalam perkembangan ilmu fisika untuk kita pelajari karena masalah mekanika sangat erat kaitannya dengan peristiwa yang tejadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagaimana kita ketahui bahwa fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala alam yang dapat diamati dan diukur, dan kasus mekanika merupakan salah satu gejala alam yang dapat diamati dan diukur.
Dalam perkembangannya, mekanika dibagi dalam menjadi dua yaitu mekanika klasik dan mekanika kuantum. Mekanika klasik dititik beratkan pada benda-benda yang bergerak dengan kecepatan jauh dibawah kecepatan cahaya, sedangkan mekanika kuantum dititik beratkan pada benda-benda yang bergerak mendekati kecepatan cahaya.
MEKANIKA LAGRANGE
Mekanika Lagrange merupakan suatu metode penyelesaian persoalan mekanika yang tidak mudah diselesaikan dengan Mekanika Newton. Posisi sebuah partikel dalam l ruang dapat dinyatakan dengan menggunakan tiga jenis koordinat; dapat berupa koordinat kartesian, koordinat polar atau koordinat silinder. Dimisalkan jika suatu partikel bergerak dalam suatu bidang (memiliki derajat kebebasan 2 yaitu sumbu x dan y), dalam suatu ruang (memiliki derajat kebebasan 3 yaitu sumbu x, y, dan z). Jika sistem yang ditinjau mengandung N partikel, maka diperlukan paling kurang 3 N koordinat untuk menyatakan posisi semua partikel. Secara umum, terdapat n jumlah minimum koordinat yang diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem. Koordinat-koordinat tersebut dinyatakan dengan:
q_1,q_2,,q_n
yang disebut dengan koordinat umum (generalized coordinates). Koordinat q_k dapat saja berupa sudut atau jarak. Tiap koordinat dapat berubah secara bebas terhadap lainnya (holonomic). Jumlah koordinat n dalam hal ini disebut dengan derajat kebebasan sistem tersebut.
Dalam sistem yang nonholonomic, masing-masing koordinat tidak dapat berubah secara bebas satu sama lain, yang berarti bahwa banyaknya derajat kebebasan adalah lebih kecil dari jumlah minimum koordinat yang diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem. Salah satu contoh sistem nonholonomic adalah sebuah bola yang dibatasi meluncur pada sebuah bidang kasar. Lima koordinat diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem, yakni dua koordinat untuk menyatakan posisi pusat bola dan tiga koordinat untuk menyatakan perputarannya. Dalam hal ini, koordinat-koordinat tersebut tidak dapat berubah semuanya secara bebas. Jika bola tersebut menggelinding, paling kurang dua koordinat mesti berubah. Dalam pembahasan selanjutnya
Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)Wahab Abdullah
油
Atom hidrogen merupakan atom yang paling sederhana. Hasil pemecahan persamaan Schrodinger untuk elektron atom hidrogen menghasilkan fungsi gelombang (orbital) yang bergantung pada jarak dari inti dan angular. Fungsi tersebut mengandung polinomial Legendre dan polinomial Laguerre. Dalam bahasa pemrograman Matlab tersedia fungsi khusus dari polinomial tersebut sehingga dapat digunakan untuk visualisasi orbital atom hidrogen. Hasil visualisasi menunjukkan bahwa ketergantungan orbital pada jarak dari inti ditentukan oleh bilangan kuantum utama n dan bilangan kuantum orbital l. Ketergantungan pada angular ditentukan oleh bilangan kuantum orbital l dan bilangan kuantum magnetik m. Untuk keadaan eksitasi pertama, bila ada gangguan medan listrik luar maka terjadi degenerasi nilai eigen energi yang dikenal dengan efek Stark orde pertama yang menyebabkan terjadinya polarisasi pada orbital.
Dokumen ini membahas tentang Mekanika Lagrangia dan Hamiltonia. Mekanika Lagrangia menggunakan persamaan umum dinamika yang dikembangkan oleh Lagrange untuk menyelesaikan masalah gerak benda, terutama untuk sistem dengan gaya tidak diketahui secara pasti. Mekanika Hamiltonia menggunakan prinsip Hamilton dan koordinat fase untuk menyelesaikan masalah yang sama. Contoh penerapan kedua pendekatan ini diberikan untuk gerak
1. Dokumen tersebut membahas tentang metode Lagrange dalam memodelkan dinamika fluida, khususnya untuk kasus turbulensi. Metode Lagrange menggunakan pendekatan relativistik lagrangian bosonik untuk membangun persamaan Navier-Stokes yang menggambarkan dinamika fluida.
1. Persamaan Laplacian dalam koordinat sferis dituliskan. Operator Hamiltonian untuk gerak elektron dalam medan listrik dan magnet juga ditulis.
2. Fungsi gelombang radial untuk atom ditulis dan dinormalisasi. Energi elektron untuk fungsi gelombang tersebut dicari.
3. Spinor untuk elektron dalam medan magnet ditulis. Periode getaran spinor tersebut dicari.
4. Persamaan Schwarz dibuktikan.
5. Nilai eigen dan fungsi eigen t
Teks ini membahas persamaan Lagrange dan prosedur umum untuk mencari persamaan gerak suatu sistem. Persamaan Lagrange dirumuskan berdasarkan energi kinetik dan potensial tanpa mempertimbangkan gaya-gaya. Persamaan ini setara dengan hukum Newton jika menggunakan koordinat kartesius. Metode ini lebih mudah untuk partikel tunggal. Teks ini juga menjelaskan contoh penerapan persamaan Lagrange pada koordinat silinder untuk menent
Dokumen ini menjelaskan rumus umum persamaan Lagrange untuk medan elektromagnet dan bagaimana energi kinetik dan potensial partikel dapat ditulis menggunakan potensial skalar dan vektor medan listrik dan magnetik. Persamaan umum Lagrange medan elektromagnet kemudian ditulis sebagai fungsi dari energi kinetik, potensial skalar, dan dot produk potensial vektor dan kecepatan partikel.
Teknik Lagrangian dan Hamiltonian merupakan pengembangan dari hukum Newton yang memungkinkan penyelesaian masalah mekanika yang lebih rumit dengan menggunakan koordinat umum dan pendekatan energi. Kedua teknik tersebut menggunakan koordinat posisi dan momentum serta menghasilkan persamaan diferensial orde satu.
Artikel ini membahas perbandingan antara mekanika Newton dan mekanika Lagrange. Mekanika Lagrange merupakan pendekatan alternatif untuk menganalisis sistem mekanik dengan cara pandang yang holistik, berfokus pada energi kinetik dan potensial tanpa mempertimbangkan gaya secara langsung.
Dokumen tersebut membahas solusi persamaan Schrodinger untuk sistem atom hidrogen. Pemisahan variabel dilakukan untuk fungsi gelombang atom hidrogen menjadi fungsi radial, polar, dan azimutal, yang masing-masing memiliki bilangan kuantum n, l, dan ml. Pemisahan variabel tersebut menghasilkan persamaan yang dapat dipecah menjadi bagian yang hanya bergantung pada jari-jari, sudut polar, dan sudut azimutal.
composed by adnavi ulfa
pengertian mekanika newtonian, mekanika hamiltonian, mekanika langrangian
penurunan fungsi hamilton dan penurunan kekekalan energi
kasus kekekalan energi
fungsi hamilton dan aplikasi kasus
Dokumen tersebut membahas sistem kendali dalam koordinat umum, termasuk posisi partikel, koordinat umum, derajat kebebasan, dan penurunan persamaan Lagrange. Secara khusus, dibahas cara menyatakan posisi partikel dalam sistem dengan koordinat umum, konsep sistem kendali, dan penggunaan koordinat kartesius dan koordinat umum untuk menyatakan gerak partikel tunggal dan sistem.
PENDAHULUAN
Mekanika merupakan cabang ilmu fisika yang berhubungan dengan benda, yaitu ilmu yang mempelajari gerak benda, baik benda yang diam (statis) maupun benda yang bergerak (kinematika dan dinamika). Kinematika merupakan ilmu fisika yang mempelajari gerak suatu benda tanpa memperhatikan penyebab gerak benda tersebut, sedangkam dinamika merupakan ilmu fisika yang mempelajari gerak suatu benda dengan memperhatikan atau memperhitungkan penyebab gerak benda tersebut. Masalah mekanika merupakan hal yang cukup penting dalam perkembangan ilmu fisika untuk kita pelajari karena masalah mekanika sangat erat kaitannya dengan peristiwa yang tejadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagaimana kita ketahui bahwa fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala alam yang dapat diamati dan diukur, dan kasus mekanika merupakan salah satu gejala alam yang dapat diamati dan diukur.
Dalam perkembangannya, mekanika dibagi dalam menjadi dua yaitu mekanika klasik dan mekanika kuantum. Mekanika klasik dititik beratkan pada benda-benda yang bergerak dengan kecepatan jauh dibawah kecepatan cahaya, sedangkan mekanika kuantum dititik beratkan pada benda-benda yang bergerak mendekati kecepatan cahaya.
MEKANIKA LAGRANGE
Mekanika Lagrange merupakan suatu metode penyelesaian persoalan mekanika yang tidak mudah diselesaikan dengan Mekanika Newton. Posisi sebuah partikel dalam l ruang dapat dinyatakan dengan menggunakan tiga jenis koordinat; dapat berupa koordinat kartesian, koordinat polar atau koordinat silinder. Dimisalkan jika suatu partikel bergerak dalam suatu bidang (memiliki derajat kebebasan 2 yaitu sumbu x dan y), dalam suatu ruang (memiliki derajat kebebasan 3 yaitu sumbu x, y, dan z). Jika sistem yang ditinjau mengandung N partikel, maka diperlukan paling kurang 3 N koordinat untuk menyatakan posisi semua partikel. Secara umum, terdapat n jumlah minimum koordinat yang diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem. Koordinat-koordinat tersebut dinyatakan dengan:
q_1,q_2,,q_n
yang disebut dengan koordinat umum (generalized coordinates). Koordinat q_k dapat saja berupa sudut atau jarak. Tiap koordinat dapat berubah secara bebas terhadap lainnya (holonomic). Jumlah koordinat n dalam hal ini disebut dengan derajat kebebasan sistem tersebut.
Dalam sistem yang nonholonomic, masing-masing koordinat tidak dapat berubah secara bebas satu sama lain, yang berarti bahwa banyaknya derajat kebebasan adalah lebih kecil dari jumlah minimum koordinat yang diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem. Salah satu contoh sistem nonholonomic adalah sebuah bola yang dibatasi meluncur pada sebuah bidang kasar. Lima koordinat diperlukan untuk menyatakan konfigurasi sistem, yakni dua koordinat untuk menyatakan posisi pusat bola dan tiga koordinat untuk menyatakan perputarannya. Dalam hal ini, koordinat-koordinat tersebut tidak dapat berubah semuanya secara bebas. Jika bola tersebut menggelinding, paling kurang dua koordinat mesti berubah. Dalam pembahasan selanjutnya
Visualisasi orbital atom hidrogen (skripsi lengkap wahab abdullah)Wahab Abdullah
油
Atom hidrogen merupakan atom yang paling sederhana. Hasil pemecahan persamaan Schrodinger untuk elektron atom hidrogen menghasilkan fungsi gelombang (orbital) yang bergantung pada jarak dari inti dan angular. Fungsi tersebut mengandung polinomial Legendre dan polinomial Laguerre. Dalam bahasa pemrograman Matlab tersedia fungsi khusus dari polinomial tersebut sehingga dapat digunakan untuk visualisasi orbital atom hidrogen. Hasil visualisasi menunjukkan bahwa ketergantungan orbital pada jarak dari inti ditentukan oleh bilangan kuantum utama n dan bilangan kuantum orbital l. Ketergantungan pada angular ditentukan oleh bilangan kuantum orbital l dan bilangan kuantum magnetik m. Untuk keadaan eksitasi pertama, bila ada gangguan medan listrik luar maka terjadi degenerasi nilai eigen energi yang dikenal dengan efek Stark orde pertama yang menyebabkan terjadinya polarisasi pada orbital.
Dokumen ini membahas tentang Mekanika Lagrangia dan Hamiltonia. Mekanika Lagrangia menggunakan persamaan umum dinamika yang dikembangkan oleh Lagrange untuk menyelesaikan masalah gerak benda, terutama untuk sistem dengan gaya tidak diketahui secara pasti. Mekanika Hamiltonia menggunakan prinsip Hamilton dan koordinat fase untuk menyelesaikan masalah yang sama. Contoh penerapan kedua pendekatan ini diberikan untuk gerak
1. Dokumen tersebut membahas tentang metode Lagrange dalam memodelkan dinamika fluida, khususnya untuk kasus turbulensi. Metode Lagrange menggunakan pendekatan relativistik lagrangian bosonik untuk membangun persamaan Navier-Stokes yang menggambarkan dinamika fluida.
1. Persamaan Laplacian dalam koordinat sferis dituliskan. Operator Hamiltonian untuk gerak elektron dalam medan listrik dan magnet juga ditulis.
2. Fungsi gelombang radial untuk atom ditulis dan dinormalisasi. Energi elektron untuk fungsi gelombang tersebut dicari.
3. Spinor untuk elektron dalam medan magnet ditulis. Periode getaran spinor tersebut dicari.
4. Persamaan Schwarz dibuktikan.
5. Nilai eigen dan fungsi eigen t
Teks ini membahas persamaan Lagrange dan prosedur umum untuk mencari persamaan gerak suatu sistem. Persamaan Lagrange dirumuskan berdasarkan energi kinetik dan potensial tanpa mempertimbangkan gaya-gaya. Persamaan ini setara dengan hukum Newton jika menggunakan koordinat kartesius. Metode ini lebih mudah untuk partikel tunggal. Teks ini juga menjelaskan contoh penerapan persamaan Lagrange pada koordinat silinder untuk menent
Dokumen ini menjelaskan rumus umum persamaan Lagrange untuk medan elektromagnet dan bagaimana energi kinetik dan potensial partikel dapat ditulis menggunakan potensial skalar dan vektor medan listrik dan magnetik. Persamaan umum Lagrange medan elektromagnet kemudian ditulis sebagai fungsi dari energi kinetik, potensial skalar, dan dot produk potensial vektor dan kecepatan partikel.
Dokumen tersebut membahas tentang persamaan gerak benda, diagram gaya bebas, dan menentukan percepatan serta posisi benda. Secara khusus membahas tiga kondisi penyelesaian persamaan gerak berdasarkan variabel yang dipengaruhi percepatannya, yaitu waktu, posisi, dan kecepatan. Selanjutnya memberikan contoh soal tentang gerak balok dan truk dump.
pengertian mekanika newtonian, mekanika hamiltonian, mekanika langrangian
penurunan fungsi hamilton dan kekekalan energi
kekekalan energi dan kasus
fungi hamilton dan aplikasi kasus
Persamaan diferensial parsial memainkan peran penting dalam menggambarkan fenomena fisika di mana besaran berubah terhadap ruang dan waktu. Ada tiga jenis persamaan diferensial parsial: hiperbolik, parabolik, dan eliptik. Jenisnya ditentukan oleh diskriminan dari persamaan. Contohnya adalah persamaan gelombang untuk hiperbolik, persamaan difusi untuk parabolik, dan persamaan Poisson untuk eliptik.
Dokumen tersebut membahas model matematika dari suatu masalah fisika. Secara khusus membahas penurunan rumus gerak osilasi bebas dan dipengaruhi gaya luar dari sistem pegas bermassa. Rumus gerak tersebut berupa persamaan diferensial yang kemudian diselesaikan untuk beberapa kasus seperti tanpa redaman, dengan redaman kritis dan berlebihan, serta dipengaruhi gaya periodik.
Dokumen tersebut membahas tentang percobaan ayunan matematis untuk menentukan besar percepatan gravitasi. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang tujuan percobaan, alat dan bahan yang digunakan, dasar teori ayunan matematis dan rumus untuk menghitung percepatan gravitasi berdasarkan panjang tali dan periode ayunan.
Rumus-rumus untuk IPhO berisi rumus-rumus matematika, fisika, dan rekomendasi umum untuk Olimpiade Fisika Internasional, termasuk derivasi, integral, dinamika, getaran, dan gelombang.
Makalah ini membahas osilator harmonik dan pembahasan mencakup definisi osilator harmonik, jenis osilator linier dan non linier, osilator harmonik sederhana, energi osilator harmonik sederhana, dan aplikasi osilator harmonik dalam kehidupan sehari-hari.
Dokumen ini membahas pendinginan atom dengan laser sampai suhu yang sangat rendah. Metode ini memanfaatkan penyerapan atom terhadap cahaya laser yang frekuensinya diatur mendekati resonansi atom. Penyerapan momentum laser dapat menghasilkan gaya yang memperlambat atom. Dokumen ini juga membahas efek Doppler dan pemanasan akibat emisi spontan yang dapat meningkatkan suhu atom kembali. Suhu minimum yang dapat dicapai disebut Doppler limit.
Dokumen tersebut membahas model-model energi dalam zat padat, termasuk model klasik, model Einstein, model Debye, dan model Born-Von Karmann. Model klasik mengasumsikan atom bergerak seperti osilator harmonik, sehingga energi tidak bergantung suhu. Model Einstein mempertimbangkan sifat kuantum osilator, sehingga energi berubah dengan suhu. Model Debye mempertimbangkan interaksi antar atom, sehingga frekuensi getaran bervariasi. Model Born-V
Mata kuliah matemaika pada Prodi Rekayasa Sipil tingkat lanjut yang membahas mengenai Matriks, Determinan, Invers, Metode Sarrus dan Kofaktor dan Metode Gauss Jordan
Presentasi ini merupakan materi pertemuan pertama untuk mata kuliah Pengukuran dan Instrumentasi. Materi ini mencakup:
Konsep dasar pengukuran dan instrumentasi
Jenis-jenis pengukuran (langsung & tidak langsung)
Sistem satuan internasional (SI) dalam teknik elektro
Kesalahan dalam pengukuran dan cara meminimalkannya
Karakteristik alat ukur (akurasi, presisi, resolusi, sensitivitas)
Contoh alat ukur dalam teknik elektro seperti multimeter, osiloskop, clamp meter, function generator, dan signal analyzer
Presentasi ini dilengkapi dengan ilustrasi dan diagram yang membantu pemahaman konsep secara visual.
Sangat cocok untuk mahasiswa teknik elektro dan telekomunikasi yang ingin memahami dasar-dasar pengukuran dalam bidang ini.
Jangan lupa untuk like, share, dan follow untuk materi lebih lanjut!
#Pengukuran #Instrumentasi #TeknikElektro #Telekomunikasi #Praktikum #PengukurandanInstrumentasi #PBL #PengukuranBesaranListrik
1. Persamaan Gelombang Schr旦dinger 23
BAB 3
Persamaan Gelombang Schr旦dinger
Schr旦dinger menyatakan bahwa perilaku elektron, termasuk tingkat-tingkat energi
elektron yang diskrit dalam atom, mengikuti suatu persamaan diferensial untuk
gelombang, yang kemudian dikenal sebagai persamaan Schr旦dinger. Persamaan ini
biasanya tidak dibahas secara mendalam jika membicarakan masalah material, lebih-
lebih pada buku ajar tingkat sarjana. Daniel D Pollock membahas hal ini lebih
mendalam dalam bukunya, namun ada satu langkah yang dihilangkan dalam
mengintroduksi operator momentum maupun energi. Di sini kita akan mencoba
menelusurinya dalam pembahasan yang agak terurai namun tetap sederhana.
3.1. Fungsi Hamilton
Jika gelombang dapat mewakili elektron maka energi gelombang dan energi partikel
elektron yang diwakilinya haruslah sama. Sebagai partikel, satu elektron mempunyai
energi total yang terdiri dari energi potensial dan energi kinetik. Seperti kita ketahui,
energi potensial merupakan fungsi posisi x (dengan referensi koordinat tertentu) dan
kita sebut Ep(x), sedangkan energi kinetik adalah Ek = 遜mv2
dengan m adalah massa
elektron dan v adalah kecepatannya. Energi total electron sebagai partikel menjadi E
= Ep + Ek
)(
2
2
xE
mv
E p+= atau )(
2
2
xE
m
p
E p+= (3.1)
di mana p = mv adalah momentum elektron.
Jika kita pandang persamaan (3.1) ini sebagai persamaan matematis biasa, kita dapat
menuliskannya sebagai
)(
2
),(
2
xE
m
p
xpHE p+= (3.2)
H(p,x) adalah sebuah fungsi yang disebut fungsi Hamilton (dari William Rowan
Hamilton 1805 1865; matematikawan Irlandia), dengan p dan x adalah peubah-
peubah bebas.[4]. Turunan parsial fungsi ini terhadap p dan x masing-masing adalah
m
p
p
xpH
=
),(
dan
dx
xdE
x
xpH p )(),(
=
(3.3)
Kalau kita memandang (3.1) kembali sebagai suatu persamaan besaran fisika dengan
p dan x adalah momentum dan posisi存 maka kita peroleh
dt
dx
v
m
p
p
xpH
e ===
),(
dan (3.4.a)
2. 24 Sudaryatno S, Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material
dt
dp
dt
dv
mxF
x
xE
x
xpH p
===
=
)(
)(),(
(3.4.b)
Jadi turunan H(p,x) terhadap p memberikan turunan x terhadap t dan turunan H(p,x)
terhadap x memberikan turunan p terhadap t; dan kita pahami bahwa p di sini
adalah momentum, suatu besaran fisis dan bukan lagi hanya sebuah peubah-bebas
seperti dalam fungsi Hamilton.
Dalam relasi fisik, vdtdx =/ adalah kecepatan, dan Fdtdp =/ adalah gaya. Dengan
demikian maka fungsi Hamilton, yang menetapkan hubungan antara peubah-peubah
bebas p dan x untuk memperoleh E, dapat kita gunakan untuk menggantikan
hubungan-hubungan fisik mengenai momentum, kecepatan, dan gaya yang biasa
kita nyatakan sebagai : mvp ==== ;
m
p
dt
dx
v ======== ;
dt
dp
dt
dv
m
dt
xd
mF ============
2
2
Perhatikan: sekali lagi p dan x dalam fungsi Hamilton adalah peubah-peubah
sedangkan p dan x dalam persamaan fisis adalah momentum dan posisi.
3.2. Fungsi Hamilton dalam Mekanika Kuantum
Dalam mekanika kuantum, elektron dinyatakan sebagai gelombang. Jika fungsi
Hamilton dapat diterapkan untuk elektron sebagai partikel, maka ia harus dapat
diterapkan pula untuk elektron sebagai gelombang. Hal ini akan kita lihat sebagai
berikut.
Peubah p pada fungsi Hamilton, harus diganti dengan operator momentum
agar jika dioperasikan terhadap suatu fungsi gelombang dapat menyatakan
momentum elektron yang tidak lagi dipandang sebagai partikel melainkan
sebagai gelombang.
E pada fungsi Hamilton, harus diganti dengan operator energi yang jika
beroperasi pada fungsi gelombang dari electron akan memberikan energi.
Peubah x yang akan menentukan posisi elektron sebagai partikel, akan
terkait dengan posisi elektron sebagai gelombang sehingga peubah ini tidak
berubah pada fungsi gelombang dari elektron. Dalam kaitan ini perlu kita
ingat bahwa jika elektron kita pandang sebagai partikel maka momentum
dan posisi mempunyai nilai-nilai yang akurat. Jika elektron kita pandang
sebagai gelombang, maka kita dibatasi oleh prinsip ketidakpastian
Heisenberg.
Operator Momentum dan Operator Energi. Kita akan mencoba menelusuri
operator-operator yang diperlukan ini dengan memperhatikan bentuk fungsi
gelombang komposit, yaitu persamaan (2.5)
)(
0
])()[( 00 xktj
n
xktj
eAeu nn
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
=
Jika fungsi ini kita turunkan terhadap t kita peroleh
3. Persamaan Gelombang Schr旦dinger 25
)(
00
])()[(
)(
0
])()[(
00
00
xktj
n
xktj
xktj
n
xktj
n
eAje
eAej
t
u
nn
nn
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
+
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
=
yang dapat disederhanakan menjadi
)(
0
])()[(
0
0
00 xktj
n
xktjn
eAej
t
u nn
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
=
(3.5.a)
Dalam selang sempit k maka 1/ 0 n ; dan jika ruas kiri dan kanan (3.5.a)
dikalikan dengan h dan mengingat bahwa energi = hE maka kita akan
memperoleh
jEuuju
t
==
)( 0hh atau Euu
t
j =
h (3.5.b)
E adalah energi total elektron. Akan tetapi jika kita melihat (3.5.b) sebagai suatu
persamaan matematik biasa maka kita dapat mengatakan bahwa E merupakan
sebuah operator yang beroperasi pada fungsi gelombang u dan
t
jE
h (3.5.c)
Jika u kita turunkan terhadap x.
)(
)(
)(
0
])()[(
0
0
)(
00
])()[(
)(
0
])()[(
00
00
00
xktj
n
xktjn
xktj
n
xktj
xktj
n
xktj
n
eAe
k
k
jk
eAjke
eAekj
x
u
nn
nn
nn
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
=
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
+
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
=
Untuk 1/ 0 kkn , jika ruas kiri dan kanan kita kalikan dengan h akan kita peroleh
jpuukju
x
==
)( 0hh atau puu
x
j =
h (3.5.d)
Seperti halnya untuk E pada (3.5.b), p pada (3.3.5.d) kita pandang sebagai operator
x
jp
h (3.5.e)
Dengan demikian kita mendapatkan operator untuk E pada (3.5.c) dan p pada
(3.5.e).
4. 26 Sudaryatno S, Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material
Jika fungsi gelombang kita sebut 率 dan mengoperasikan H(p,x) pada fungsi
gelombang ini, maka
率=率 ExpH ),( atau 率=率
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
+ ExE
m
p
p )(
2
2
;
Dengan memasukkan operator p akan kita peroleh
率=率錚
錚
錚
錚
錚
錚
+錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
ExE
x
j
x
j
m
p )(
2
1
hh atau
率=率+
率
ExE
xm
p )(
2 2
22
h
(3.6)
Inilah persamaan Schr旦dinger untuk satu dimensi. Untuk tiga dimensi, persamaan
Schr旦dinger itu menjadi
率=率+率 EzyxE
m
p ),,(
2
2
2
h
(3.7)
3.3. Persamaan Schr旦dinger Bebas-waktu
Aplikasi persamaan Schr旦dinger dalam banyak hal akan berkaitan dengan energi
potensial, yaitu besaran yang merupakan fungsi posisi dan tidak merupakan fungsi
waktu. Perhatian kita tidak tertuju pada keberadaan elektron dari waktu ke waktu,
melainkan tertuju pada kemungkinan dia berada dalam selang waktu yang cukup
panjang. Jadi jika faktor waktu dapat dipisahkan dari fungsi gelombang, maka hal
itu akan menyederhanakan persoalan. Kita tinjau kasus satu dimensi dan menuliskan
persamaan gelombang sebagai )()(),( tTxtx =率 . Jika persamaan gelombang ini
kita masukkan ke persamaan (3.6) dan kedua ruas kita bagi dengan )()( tTx kita
memperoleh
t
tT
tT
jxE
x
x
xm
p
=+
)(
)(
1
)(
)(
)(
1
2 2
22
h
h
(3.8)
Ruas kiri dari (3.8) merupakan fungsi x saja sedangkan ruas kanan merupakan
fungsi t saja. Karena kedua ruas merupakan fungsi dengan peubah yang berbeda
maka kedua ruas harus sama dengan suatu nilai konstan khusus, yang biasa disebut
eigenvalue.
Kita lihat lebih dahulu ruas kanan, yang akan memberikan persamaan Schr旦dinger
satu dimensi yang tergantung waktu:
konstan
)(
)(
1
==
a
t
tT
tT
jh (3.8.a)
Mengingat bentuk gelombang yang mewakili elektron adalah (2.5)
5. Persamaan Gelombang Schr旦dinger 27
xjktjxktj
eeAtxSeAtxSu 0000
0
)(
0 ),(),(
==
sedangkan ),( txS adalah
xkj
n
tj nn
eetxS )()(
),(
=
maka kita dapat mengambil bentuk T(t) sebagai tj
etBtT
= )()( untuk kita masukkan
ke (3.8.a), dan kita akan memperoleh
E
etB
etBj
j
t
etB
etB
ja
tj
tj
tj
tj
==
=
=
hh
h
)(
)(
)(
)(
1
(3.8.b)
Jadi konstanta a pada (3.8.a) adalah energi total elektron, E. Jika demikian halnya
maka ruas kiri (3.8) juga harus sama dengan E, sehingga dapat kita tuliskan sebagai
ExE
x
x
xm
p =+
)(
)(
)(
1
2 2
22
h
atau
( ) 0)()(
)(
2 2
22
=+
xxEE
x
x
m
p
h
(3.9)
Inilah persamaan Schr旦dinger satu dimensi yang bebas-waktu.
Untuk tiga dimensi persamaan itu menjadi
( ) 0),,(
2
2
2
=率+率 zyxEE
m
p
h
(3.9.a)
Perlu kita sadari bahwa adanya persamaan Schr旦dinger bebas-waktu bukanlah
berarti bahwa elektron atau partikel yang ingin kita pelajari dengan mengaplikasikan
persamaan ini adalah partikel yang bebas-waktu. Partikel tersebut memiliki
kecepatan gerak, dan kecepatan adalah turunan terhadap waktu dari posisi. Oleh
karena itu dalam memberi arti pada penurunan matematis dari persamaan
Schr旦dinger bebas-waktu, dalam hal-hal tertentu kita perlu mempertimbangkan
masalah waktu, sesuai dengan logika.
Dengan persamaan Schr旦dinger bebas-waktu (3.9) atau (3.9.a) fungsi gelombang
yang dilibatkan dalam persamaan ini juga fungsi gelombang bebas-waktu, 率(x).
Dari bentuk gelombang komposit untuk electron (2.5)
)(
0
00
),( xktj
eAtxSu
= dengan xkj
n
tj nn
eetxS )()(
),(
=
kita dapat mengambil bentuk 率(x) sebagai jkx
exAx
=率 )()( , dengan A(x) adalah
selubung paket gelombang, untuk mencari solusi persamaan Schr旦dinger.
6. 28 Sudaryatno S, Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material
Persamaan Schr旦dinger adalah persamaan gelombang dan yang kita maksudkan
adalah gelombang sebagai representasi elektron atau partikel. Mencari solusi
persamaan Schr旦dinger adalah untuk memperoleh fungsi gelombang yang
selanjutnya digunakan untuk melihat bagaimana perilaku atau keadaan elektron.
Hubungan antara momentum p dan energi E dengan besaran-besaran gelombang (k,
, f, 了) adalah
了
=
了
==
h
kp
2
hh hfE == h
3.4. Fungsi Gelombang
Persamaan Schr旦dinger adalah persamaan diferensial parsial dengan 率 adalah
fungsi gelombang, dengan pengertian bahwa
dzdydx*
率率 (3.10)
adalah probabilitas keberadaan elektron pada waktu t tertentu dalam volume dx dy
dz di sekitar titik (x, y, z); *
率 adalah konjugat dari 率 . Jadi persamaan Schr旦dinger
tidak menentukan posisi elektron melainkan memberikan probabilitas bahwa ia akan
ditemukan di sekitar posisi tertentu. Kita juga tidak dapat mengatakan secara pasti
bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum
elektron dibatasi oleh prinsip ketidakpastian Heisenberg.
Dalam kasus satu dimensi dengan bentuk gelombang
jkx
eA
x
kx
x
=率 0
/2)sin(2
)( dan jkx
ekA
kx
kx
x +
=率 0
*
/2)(
/2)sin(
)(
maka
2
2
0
* )2/sin(
錚
錚
錚
錚
錚
錚
=率率
x
kx
A (3.11)
Apa yang berada dalam tanda kurung pada (3.11) adalah selubung paket gelombang
yang merupakan fungsi x sedangkan A0 memiliki nilai konstan. Jadi selubung paket
gelombang itulah yang menentukan probabilitas keberadaan elektron.
Persyaratan Fungsi Gelombang. Fungsi gelombang )(x率 hasil solusi persamaan
Schr旦dinger harus memenuhi beberapa persyaratan agar ia mempunyai arti fisis.
Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.
Elektron sebagai suatu yang nyata harus ada di suatu tempat. Oleh karena itu
fungsi gelombang (untuk satu dimensi) harus memenuhi 1*
=率率
dx .
Fungsi gelombang )(x率 , harus kontinyu sebab jika terjadi ketidak-
kontinyuan hal itu dapat ditafsirkan sebagai rusaknya elektron, suatu hal
yang tidak dapat diterima.
7. Persamaan Gelombang Schr旦dinger 29
Turunan fungsi gelombang terhadap posisi, dxd /率 , juga harus kontinyu.
Kita telah melihat bahwa turunan fungsi gelombang terhadap posisi terkait
dengan momentum elektron sebagai gelombang. Oleh karena itu persyaratan
ini dapat diartikan sebagai persayaratan kekontinyuan momentum.
Fungsi gelombang harus bernilai tunggal dan terbatas sebab jika tidak akan
berarti ada lebih dari satu kemungkinan keberadaan elektron.
Fungsi gelombang tidak boleh sama dengan nol di semua posisi sebab
kemungkinan keberadaan elektron haruslah nyata, betapapun kecilnya.
3.5. Aplikasi Persamaan Schr旦dinger - Tinjauan Satu Dimensi
3.5.1. Elektron-bebas
Yang dimaksud dengan elektron-bebas adalah elektron yang tidak mendapat
pengaruh luar sehingga energi potensialnya nol. Dengan V(x) = 0 persamaan
Schr旦dinger menjadi
0)(
)(
2 2
22
=+
xE
x
x
m
h
(3.12)
Solusi persamaan Schr旦dinger satu dimensi ini bisa kita duga berbentuk
sx
Aex = )( . (Bandingkan solusi dugaan ini dengan persamaan paket gelombang di
bab sebelumnya, yaitu persamaan (2.9) sxxjk
t
exAexAu )()( 0
==
). Jika solusi
dugaan ini kita masukkan ke (3.12) akan kita peroleh persamaan karakteristik yang
memberikan nilai s:
22
2
dengan,
2
hh
mE
j
mE
js =留留賊=賊= dan fungsi gelombang
yang kita cari adalah xjxj
eAeAx 留留
+= 21)( . 留 tidak lain adalah bilangan
gelombang, k, dengan nilai
2
2
h
mE
k =留= (3.13)
Jadi solusi yang kita peroleh dapat kita tuliskan sebagai
jkxjkx
eAeAx
+= 21)( (3.14)
Ruas kanan persamaan (3.14) terdiri dari dua suku, gelombang maju dan gelombang
mundur. Hal ini tentu tidak kita tafsirkan bahwa kita memperoleh dua elektron, satu
bergerak ke kiri dan satu bergerak ke kanan, melainkan bahwa probabilitas
keberadaan elektron ditentukan oleh * yang mempunyai nilai nyata.
Persamaan (3.13) memberikan hubungan antara energi elektron, E, dan bilangan
gelombang k yaitu
m
k
E
2
22
h
= (3.15)
8. 30 Sudaryatno S, Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material
3.5.2. Pantulan Elektron
Dalam percobaan Davisson dan Germer berkas elektron dengan energi tertentu
ditembakkan pada permukaan kristal tunggal. Terjadinya pantulan mudah dipahami
jika kita bayangkan elektron sebagai partikel. Namun pantulan berkas elektron oleh
permukaan kristal ternyata mencapai nilai maksimum pada sudut tertentu, dan hal
ini diterangkan melalui gejala pantulan gelombang.
Elektron adalah partikel bermuatan. Oleh karena itu pantulan elektron tidak hanya
terjadi pada waktu ia membentur permukaan fisik (kristal pada percobaan Davisson
dan Germer), tetapi juga akan terjadi jika ia bertemu dengan suatu daerah yang
mendapat pengaruh medan listrik. Elektron yang bergerak bebas di suatu daerah
yang tidak mendapat pengaruh medan listrik, hanya memiliki energi kinetik; ia akan
berubah arah atau terpantul jika ia bertemu daerah yang mendapat pengaruh medan
listrik. Kita katakan bahwa di perbatasan kedua daerah itu elektron bertemu dinding
potensial.
Jika kita pandang elektron sebagai gelombang, dalam peristiwa pantulan seperti
tersebut di atas, seluruh komponen paket gelombang mengalami peristiwa pantulan
sehingga gelombang pantulan juga merupakan paket gelombang. Sebagaimana telah
kita pelajari, posisi elektron dibatasi oleh lebar paket gelombang. Dengan
demikian maka dalam melihat peristiwa pantulan elektron, sesungguhnya kita
berhadapan dengan selubung paket gelombang.
3.5.3. Elektron Bertemu Dinding Potensial
Kita bayangkan sebuah elektron-bebas bergerak ke arah x positif dan di suatu titik (x
= 0) ia memasuki daerah yang mendapat pengaruh medan potensial., artinya mulai
dari x = 0 ke arah positif, energi potensialnya tidak lagi nol. Kita katakan bahwa
elektron bertemu dinding potensial di x = 0. Keadaan ini kita gambarkan seperti
pada Gb.3.1. untuk kasus satu dimensi. Perlu
kita sadari, walaupun kita membayangkan
elektron bergerak ke kanan, kita tetap akan
menggunakan persamaan Schr旦dinger yang
bebas-waktu untuk melihat kemungkinan
keberadaan elektron di daerah I dan II pada
Gb.3.1.
Energi potensial Ep(x) untuk x < 0 (daerah I)
bernilai nol. Solusi persamaan Schr旦dinger untuk x < 0 ini adalah solusi untuk
elektron-bebas yang telah kita bahas yaitu
xjkxjk
eAeAx 11
211 )( +=
dengan
21
2
h
mE
k = (3.16)
Untuk x > 0 (daerah II), solusi yang akan kita peroleh mirip bentuknya dengan (3.5)
hanya berbeda nilai k, yaitu
xjkxjk
eBeBx 22
212 )( +=
(3.17)
Gb.3.1. Dinding potensial.
0 x
Ep(x)=0 Ep(x)=V
I II V
9. Persamaan Gelombang Schr旦dinger 31
dengan )(
2
22 VE
m
k =
h
Walaupun kita akan menyelesaikan persamaan yang bebas-waktu namun kita akan
mempertimbangkan hal yang terkait dengan waktu dalam melihat persamaan (3.17)
ini. Sesuai logika, jika elektron berasal dari daerah I, maka ketika ia sampai di
daerah II ia haruslah bergerak ke kanan dan oleh karena itu fungsi gelombang di
daerah II haruslah gelombang maju, dan tidak mungkin gelombang mundur. Hal ini
berarti bahwa nilai B1 pada (3.17) haruslah nol.
Perbandingan amplitudo B2 dan A2 terhadap amplitudo gelombang maju di daerah I
yaitu A1 akan memberikan gambaran keadaan elektron. Dengan menerapkan
persyaratan kekontinyuan gelombang di x = 0, yaitu )0()0( 21 = dan
dx
d
dx
d )0()0( 21
=
kita peroleh
1
21
1
1
2 2
A
kk
k
A
B
= ;
21
21
1
2
kk
kk
A
A
+
= (3.18)
Jika E > V maka nilai 2k adalah nyata seperti halnya 1k akan tetapi 12 kk < . Oleh
karena itu 10
1
2 <<
A
B
dan 10
1
2 <<
A
A
. Amplitudo gelombang maju di daerah II lebih
kecil dari amplitudo gelombang maju di daerah I sedangkan amplitudo gelombang
mundur di daerah I juga lebih kecil dari gelombang maju di daerah I, sedangkan
jumlah amplitudo gelombang maju dan gelombang mundur di daerah I sama dengan
amplitudo gelombang maju di daerah II. Keadaan ini kita tafsirkan bahwa pada saat
elektron bertemu dinding potensial, ada kemungkinan bahwa elektron dipantulkan.
Kesimpulan ini berbeda dengan pernyataan dalam analisa klasik yang secara pasti
akan mengatakan bahwa elektron akan berada di daerah II karena E > V .
Jika E < V , bilangan gelombang di daerah II adalah
222
)(2
kj
EVm
k 佳=
=
h
.
Dalam bentuk eksponensial, solusi untuk daerah II menjadi
xkxk
eBeBx 22
212 )(
霞
+= (3.19)
Suku pertama (3.19) menuju tak hingga jika x makin besar. Secara fisis hal ini tak
dapat diterima sehingga kita tidak akan meninjaunya, jadi kita buat B1 = 0 sehingga
fungsi gelombang di daerah II menjadi
xk
eBx 2
22 )(
霞
= (3.20)
Fungsi gelombang yang berbentuk fungsi eksponensial dengan eksponen negatif ini
menunjukkan bahwa amplitudo gelombang menurun secara eksponensial. Makin
10. 32 Sudaryatno S, Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material
besar V dibandingkan terhadap E akan semakin besar 2k dan semakin cepat pula 2
menuju nol.
Walaupun nilainya semakin kecil, tetapi probabilitas keberadaan elektron di daerah
II tetap ada. Hal ini berbeda dengan pengertian klasik yang akan mengatakan bahwa
tidak mungkin elektron mencapai daerah II karena VE < .
Jika V makin besar menuju maka =2k . Untuk x = 0, maka (3.20) menjadi
22 )( Bx = dan =霞=
霞 xk
eBkdxxd 2
222 /)( . Hal ini tak dapat kita terima maka haruslan
02 =B , sehingga 0)(2 = x . Hal ini kita tafsirkan bahwa jika dinding potensial
sangat tinggi maka elektron akan dipantulkan dan kemungkinan elektron berada di
daerah II hampir tidak ada.
3.5.4. Elektron Berada Dalam Sumur Potensial
Pembahasan masalah ini dilakukan oleh Daniel D. Pollock dalam buku jilid
pertamanya [1]. Di sub-bab ini kita akan mencoba memahaminya melalui
pendekatan yang lebih sederhana.
Sumur potensial adalah daerah yang tidak mendapat pengaruh potensial sedangkan
daerah mendapat pengaruh potensial. Hal ini berarti bahwa elektron, selama ia
berada berada dalam sumur potensial, merupakan elektron-bebas. Kita katakan
bahwa elektron terjebak di sumur potensial, dan kita anggap bahwa dinding
potensial sangat tinggi menuju , atau kita katakan sumur potensial sangat dalam.
Gb.3.2. menggambarkan keadaan ini secara dua dimensi. Daerah I dan daerah III
adalah daerah-daerah dengan V = , sedangkan di daerah II, yaitu antara 0 dan L,
V = 0. Kita katakan bahwa lebar sumur potensial ini adalah L.
Pada sumur potensial yang dalam, daerah I dan III adalah daerah dimana
kemungkinan keberadaan elektron bisa dianggap nol, 0)(1 = x dan 0)(3 = x .
Solusi persamaan Schr旦dinger untuk daerah II adalah solusi untuk elektron-bebas
)( 22
212
xjkxjk
eBeBx +=
(3.21)
Persyaratan kekontinyuan di x = 0 mengharuskan
211212 0)0()0( BBBB ===+=
dan persyaratan kekontinyuan di L mengharuskan
0)0()( 3
L
2
L
12
22
==+= jkjk
eBeBL , sehingga
0 L
I II III
1 2 3
Ep=0Ep= Ep=
Gb.3.2. Elektron dalam sumur potensial (daerah II).
x
11. Persamaan Gelombang Schr旦dinger 33
( )
0)Lsin(2
2
2
)(
22
LL
2
LL
22
22
22
==
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚 +
=
+=
kjB
j
ee
jB
eeBL
jkjk
jkjk
(3.22)
Persamaan (3.22) mengharuskan = nk L2 atau
L
n
k
=2 (dengan n bilangan bulat),
sehingga fungsi gelombang di daerah II menjadi
x
n
jB
j
ee
jBx
xjkxjk
L
sin2
2
2)( 222
22
=
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚 +
=
(3.23)
Probabilitas keberadaan elektron di daerah II ini adalah sebanding dengan
L
sin
L
sin4)()( 222
22
*
2
=
=
n
Kx
n
Bxx (3.24)
Untuk n = 1, fungsi ini bernilai nol di Ldan0 == xx , dan maksimum di 2L/x = .
Untuk n = 2, nilai nol terjadi di x = 0, L/2, dan L. Untuk n = 3, nilai nol terjadi di x =
0, L/3, 2L/3, dan L; dan seterusnya, seperti terlihat pada Gb.3.3. Selain di x = 0,
jumlah titik simpul gelombang, yaitu titik di mana fungsinya bernilai nol, sama
dengan nilai n.
Gb.3.3. Probabilitas keberadaan electron dalam sumur potensial.
Karena di daerah II V = 0, maka 2
2 /2 hmEk = atau mkE 2/2
2
2
h= . Dengan
memasukkan nilai k2 kita peroleh energi elektron:
22
2
222
L2L2
錚
錚
錚
錚
錚
錚
=
=
n
mm
n
E
hh
(3.25)
Kita lihat di sini bahwa energi elektron mempunyai nilai-nilai tertentu yang diskrit,
yang ditentukan oleh bilangan bulat n. Nilai diskrit ini terjadi karena pembatasan
yang harus dialami oleh 2, yaitu bahwa ia harus berada dalam sumur potensial. Ia
harus bernilai nol di batas-batas dinding potensial dan hal itu akan terjadi bila lebar
sumur potensial L sama dengan bilangan bulat kali setengah panjang gelombang.
Jika tingkat energi untuk n = 1 kita sebut tingkat energi yang pertama, maka tingkat
0 x L
*
0 L
a). n =1 b). n =2 c). n =3
12
2
2 4
8
4
E
mL
h
E ==
2
2
1
8mL
h
E = 12
2
3 9
8
9
E
mL
h
E ==
0
4
0 3.16
*
0 L
0
0 3.16
0
4
0 3.16
12. 34 Sudaryatno S, Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material
energi yang kedua pada n = 2, tingkat energi yang ketiga pada n = 3 dan seterusnya.
Jika kita kaitkan dengan bentuk gelombangnya, dapat kita katakan bahwa tingkat-
tingkat energi tersebut sesuai dengan jumlah titik simpul gelombang.
Dengan demikian maka diskritisasi energi elektron terjadi secara wajar melalui
pemecahan persamaan Sch旦dinger. Hal ini berbeda dari pendekatan Bohr yang harus
membuat postulat mengenai momentum sudut yang harus diskrit agar kuantisasi
energi terjadi.
Persamaan (3.25) memperlihatkan bahwa selisih energi antara satu tingkat dengan
tingkat berikutnya, misalnya antara n = 1 dan n = 2, berbanding terbalik dengan
kwadrat lebar sumur potensial. Makin lebar sumur ini, makin kecil selisih energi
tersebut, artinya tingkat-tingkat energi semakin rapat. Untuk L sama dengan satu
satuan misalnya, selisih energi untuk n=2 dan n=1 adalah mhEE 8/3 2
12 = dan jika
L 10 kali lebih lebar maka selisih ini menjadi mhEE 8/03,0 2
12 = . (Gb.3.4).
Gb.3.4. Pengaruh lebar sumur .
Jadi makin besar L maka perbedaan nilai tingkat-tingkat energi akan semakin kecil
dan untuk L yang lebar maka tingkat-tingkat energi tersebut akan akan sangat rapat
sehingga mendekati kontinyu.
3.5.5. Elektron Di Dalam Sumur Potensial Dangkal
Kita tidak akan membahas hal ini secara rinci akan tetapi dengan pengertian yang
kita peroleh pada pembahasan mengenai elektron yang bertemu dengan dinding
potensial (sub-bab 3.5.3) kita akan mengerti kondisi berikut ini. Jika V tidak tinggi
akan tetapi tetap masih EV > maka fungsi gelombang di luar sumur berupa fungsi
eksponensial yang menurun menuju nol. Hal ini diperlihatkan pada Gb.3.5.
Gb.3.5. Pengaruh kedalaman sumur pada probabilitas keberadaan elektron.
Di x = 0 dan x = L amplitudo gelombang tidak lagi nol dan demikian juga
probabilitas keberadaan elektronnya. Selain itu penurunan amplitudo akan makin
lambat jika sumur potensial makin dangkal. Hal ini berarti bahwa makin dangkal
0 L
c)
*
E
0 L
b)
*
E
0 L
a)
*
V
E
0 L 0 L
V
n = 3
n = 2
n = 1
13. Persamaan Gelombang Schr旦dinger 35
sumur potensial makin besar kemungkinan kita menemukan elektron di luar sumur,
seperti diperlihatkan secara berturut-turut oleh Gb.3.5.a, b, dan c.
3.5.6. Dinding Potensial Tipis Antara Dua Sumur Potensial
Situasi yang menarik adalah jika sumur potensial mempunyai dinding yang tidak
terlalu tebal, misalnya a. Dengan perkataan lain sumur potensial ini berdekatan
dengan sumur lain dan di antara keduanya terdapat dinding
potensial dinding V yang tipis. Situasi seperti ini
diperlihatkan oleh Gb.3.6. Di luar dinding, probabilitas
keberadaan elektron tidak nol. Dalam kasus ini kita masih
memiliki probabilitas menemukan elektron di sumur lain
tersebut walaupun energinya lebih rendah dari dinding
potensial. Gejala ini disebut penembusan elektron pada
dinding potensial (electron tunneling).
3.5.7. Dua Sumur Potensial Tumpang-Tindih
Jika dua sumur potensial tumpang-tindih, kedua sumur ini akan membentuk satu
sumur yang lebih lebar. Akibatnya adalah tingkat-tingkat energi akan lebih banyak,
sebagaimana disebutkan dalam pembahasan mengenai pengaruh lebar sumur. Hal
ini diperlihatkan pada Gb.3.7.
Gb.3.7. Dua sumur potensial tumpang-tindih.
3.6. Elektron Dalam Sumur Potensial Tiga Dimensi
Kita akan melihat keadaan yang agak mendekati kenyataan, yaitu elektron yang
terjebak dalam sumur potensial tiga dimensi. Sumur ini dibatasi oleh dinding
potensial di arah sumbu x, y, z, dan akan lebih tepat jika kita sebut kotak potensial,
seperti terlihat pada Gb.3.7. Elektron terjebak di dalam kotak potensial ini dan kita
mengambil nilai V = 0 di dalam kotak dan V = di luar kotak.
Karena V = 0, persamaan Schr旦dinger tiga dimensi yang bebas-waktu di dalam
kotak menjadi
Gb.3.7. Sumur tiga dimensi.
x
z
y
Lx
Ly
Lz
sumur-1 sumur-2
*
sumur-1 sumur-2
*
Gb.3.6. Sumur potensial
berdinding tipis.
0 L
a
*
14. 36 Sudaryatno S, Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material
0
2 2
2
2
2
2
22
=+
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
+
+
E
zyxm
h
(3.26)
dengan adalah fungsi dari x, y, dan z. Kita akan melihat fungsi ini dalam bentuk
peubah terpisah )()()(),,( zZyYxXzyx = . Hal ini tidak selalu dapat terjadi, akan
tetapi kita mengambil langkah ini agar persamaan yang tidak mudah dipecahkan ini
menjadi agak sederhana. Jika turunan kedua fungsi ini kita masukkan ke (3.26)
kemudian kedua ruas dibagi dengan ),,( zyx , dan dikalikan dengan 2
/2 hm maka
akan kita peroleh
E
m
z
zZ
zZy
yY
yYx
xX
xX 22
2
2
2
2
2
2)(
)(
1)(
)(
1)(
)(
1
h
=
+
+
(3.27)
Setiap suku di ruas kiri hanya merupakan fungsi dari satu peubah dan berbeda satu
sama lain; jumlah ketiganya sama dengan suatu nilai konstan. Hal ini hanya akan
terjadi jika masing-masing suku juga sama dengan suatu nilai konstan. Jadi
xE
m
x
xX
xX 22
2
2)(
)(
1
h
=
;
yE
m
y
yY
yY 22
2
2)(
)(
1
h
=
; (3.28)
zE
m
z
zZ
zZ 22
2
2)(
)(
1
h
=
dengan Ex, Ey, dan Ez adalah nilai-nilai konstan dan zyx EEEE ++= . Salah satu
persamaan dari (3.28) dapat kita tuliskan sebagai
0)(
2)(
22
2
=+
xXE
m
x
xX
x
h
(3.29)
Persamaan ini adalah persamaan diferensial linier homogen orde kedua yang telah
pernah kita temui pada waktu kita membahas elektron yang terjebak dalam sumur
potensial satu dimensi. Dengan cara pemecahan yang serupa, kita dapatkan
2
x
22
L8m
hn
E x
x = dan 2
y
22
L8m
hn
E
y
y = ; 2
z
22
L8m
hn
E z
z = (3.30)
dengan nx, ny, dan nz adalah bilangan-bilangan bulat.
Energi total elektron adalah
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
錚
++=++=
z
2
y
2
x
22
LLL8
zyx
zyx
nnn
m
h
EEEE (3.31)
15. Persamaan Gelombang Schr旦dinger 37
Persamaan (3.31) menunjukkan bahwa energi elektron ditentukan oleh tiga macam
bilangan bulat yang kita sebut bilangan kuantum, yaitu zyx nnn ,, .
Bentuk fungsi gelombang dalam kotak potensial adalah
zyx L
sin
L
sin
L
sin
znynxn
K zyx
= (3.32)
Jika kotak potensial berbentuk kubus,
LLLL === zyx , maka
( )222
2
2
L8
zyxzyx nnn
m
h
EEEE ++=++= (3.33)
Pada persamaan (3.33) terlihat bahwa makin kecil ukuran kotak potensial, makin
jauh jarak antara satu tingkat energi dengan tingkat energi berikutnya. Tetapi pada
kotak potensial yang besar, misalnya elektron dalam metal, tingkat-tingkat energi
energi yang berurutan menjadi sangat berdekatan sehingga mereka dapat dianggap
membentuk spektrum tingkat energi yang kontinyu. Hal ini diperlihatkan pada
Gb.3.8.
Gb.3.8. Tingkat-tingkat energi elektron dalam kotak potensial.
3.8. Degenerasi
Persamaan (3.33) menunjukkan bahwa energi tergantung dari )( 222
zyx nnn ++ . Hal ini
berarti bahwa semua status yang ditentukan oleh semua nilai nx, ny, dan nz yang
memberikan jumlah nilai yang sama akan memberikan nilai energi yang sama pula.
Akan tetapi setiap perubahan nilai nx, ny, dan nx akan memberikan fungsi gelombang
yang berbeda. Jadi satu tingkat energi mungkin berkaitan dengan beberapa fungsi
gelombang. Jika hal ini terjadi kita katakan bahwa terjadi degenerasi. Orde
degenerasi suatu tingkat energi ditentukan oleh berapa banyak fungsi gelombang
yang berbeda pada tingkat energi tersebut. Contoh untuk enam tingkat energi dari
kotak potensial kubus diberikan pada Tabel 3.1.
3E1
6E1
9E1
11E1
E1
Kotak Potensial
kecil
Kotak Potensial
besar
12E1
dE
16. 38 Sudaryatno S, Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material
Tabel 3.1. Tingkat Energi dan Degenerasi Dalam Kotak Potensial Kubus. [3].
22
1 L8/ mhE =
Energi Kombinasi nx, ny, dan nz Degenerasi
3 E1 (1,1,1) 1
6 E1 (2,1,1) (1,2,1) (1,1,2) 3
9 E1 (2,2,1) (2,1,2) (1,2,2) 3
11 E1 (3,1,1) (1,3,1) (1,1,3) 3
12 E1 (2,2,2) 1
14 E1 (1,2,3) (3,2,1) (2,3,1)
(1,3,2) (2,1,3) (3,1,2)
6